Anda di halaman 1dari 24

OBYEK PENILAIAN KETERAMPILAN BERBAHASA

Nama : VIQRI

Nim: 20200120003
A. Obyek Penilaian Keterampilan Berbahasa
1. Pengertian Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah
meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Mengemukakan bahwa keempat keterampilan berbahasa inilah
yang merupakan fokud tujuan pembelajaran berbahasa.1
Kemampuan berbahasa pada manusia dapat dikatakan
merupakan fenomena yang menarik, karena kemampuan
manusia dalam berbahasa tidak dapat dimiliki begitu saja tanpa
melalui suatu proses yang sangat panjang, yaitu sejak manusia
itu masih bayi sampai dia tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu
mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam kegiatan sehari-hari setiap aspek erat sekali hubungannya
dengan aspek lainnya. Keempat aspek bahasa tersebut
merupakan satu kesatuan yang disebut catur tunggal, yaitu saling
berhubungan satu dengan yang lainny. 2
Keterampilan mendengar/menyimak termasuk kategori
kemampuan reseptif karena pada saat mendengarkan
pendengar menerima informasi baru dari luar. Namun perlu
dipahami bahwa dalam keterampilan mendengarkan, pendengar
dituntut bukan hanya mendengarkan tapi juga memahami apa
yang didengar. Beberapa hal yang harus dikuasai berkaitan
dengan keterampilan menyimak, antara lain sebagai berikut:

1Siti Halidjah, “Evaluasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia”, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 1 (2012), 259.


2 Sri Sunarsih, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif

Teknik Mencari Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Siswa Introver dan
Ekstrover di SMP”, Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1
(2012), 35.
2

1. Mengingat informasi yang didengar menggunakan daya ingat


jangk pendek (short-term memory)
2. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti
dalam bahasa target
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna,
suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata
4. Mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order
patterns)
5. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan
gagasan
6. Menebak makna dari konteks
7. Mengenal kelas-kelas kata (gramatical word classes)
8. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
9. Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat,
objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.
Beberapa hal yang harus dikuasai berkaitan dengan kemampuan
berbicara, antara lain:
1. Mampu mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas
sehingga pendengar dapat membedakannya
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan
tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan
pembicara
3. Mampu menggunakan atau memilih bentuk-bentuk kata,
urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai
terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari
hubungan antara pembicara dan pendengar
5. Mampu mengemukakan ide-ide atau infromasi dari sebuah
topik yang dibahas
6. Mampu menggunakan ekspresi wajah serta bahasa tubuh
lainnya
secara tepat Keterampilan produktif lainnya selain membaca
adalah menulis. Perbedaannya terletak pada jenis ragamnya,
pada keterampilan berbicara yang ditekankan adalah ragam
lisan. Sedangkan pada keterampilan menulis, yang ditekankan
adalah ragam tulisan. Keterampilan menulis memiliki persamaan
dengan keterampilan berbicara. Pada keterampilan menuli,
penulis bukan hanya sekedar menyalin atau menyampaikan kata-
kata dan kalimat-kalimat, Keterampilan reseptif lainnya selain
menyimak adalah keterampilan membaca. Perbedaan antara
menyimak dan membaca terletak pada jenis ragamnya,
mendengarkan identik dengan ragam lisan, sedangkan membaca
identik dengan ragam tulis. Beberapa hal yang harus dikuasai
berkaitan dengan kemampuan membaca, antara lain:
1. Mengenal dan memahami makna kosakata
2. Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan
gagasan utama
3. Menentukan makna sebuah frasa dan kalimat
4. Mampu memahami sinonim sebuah kata, atau persamaan
sebuah frasa (pharaprasing)
5. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan
sebagainya
4

6. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti


subjek, predikat, objek, dan preposisi
7. Merekonstruksi dan menyimpulkan bacaan
8. Menentukan ide utama dari sebuah paragraf atau wacana
secara umum . Menggunakan strategi membaca yang berbeda,
seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan
studi secara mendalam Berbicara merupakan salah satu jenis
keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif.
Berbicara termasuk keterampilan produktif karena pada saat
berbicara, pembicara atau penutr dituntut untuk memproduksi
atau memberikan infromasi terkait sebuah topik yang dibahas.
Beberapa hal yang harus dikuasai berkaitan dengan kemampuan
berbicara, antara lain:
1. Mampu mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas
sehingga pendengar dapat membedakannya
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan
tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan
pembicara 3. Mampu menggunakan atau memilih bentuk-
bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai
terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari
hubungan antara pembicara dan pendengar
5. Mampu mengemukakan ide-ide atau infromasi dari sebuah
topik yang dibahas
6. Mampu menggunakan ekspresi wajah serta bahasa tubuh
lainnya secara tepat Keterampilan produktif lainnya selain
membaca adalah menulis. Perbedaannya terletak pada jenis
ragamnya, pada keterampilan berbicara yang ditekankan adalah
ragam lisan. Sedangkan pada keterampilan menulis, yang
ditekankan adalah ragam tulisan. Keterampilan menulis memiliki
persamaan dengan keterampilan berbicara. Pada keterampilan
menuli, penulis bukan hanya sekedar menyalin atau
menyampaikan kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga
dituntut untuk mampu mengembangkan dan memberikan
gagasan terkait topik yang dibahas.21 Beberapa hal yang harus
dikuasai berkaitan dengan kemampuan menulis, antara lain:
1. Menggunakan tanda baca dengan benar
2. Memilih kata dan frasa yang tepat
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar sesuai jenis kalimat
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Mampu mengemukakan ide-ide atau informasi dari sebuah
topik yang dibahas
6. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas
7. Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan
koheren sehingga pembaca mudah mengiluti jalan pikiran atau
informasi yang disajikan.
Keterampilan memiliki arti kecakapan atau pandai dalam
melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan benar. Sama hal nya
seperti pendapat Muzni Ramanto dkk. (1991:2) bahwa
“keterampilan dapat disamakan dengan kata kecekatan. Orang
yang dapat dikatakanmsebagai orang terampilkadalah orang
yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya
secara cepat dan benar. Namun, apabila orang tersebut
mengerjakan atau melesaikan pekerjaanya dengan cepat tetapi
hasilnya tidak sesuai atau salah maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai orang yang terampil. Apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan dengan benar dan sesuai apa yang
6

diperintahkan, tetapi lambat dalam menyelesaikannya, maka


orang tersebut dapat disimpulkan sebagai orang yang terampil”.
Sedangkan menurut Walija (1996:4) “bahasa adalah komunikasi
yang palingnlengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,
pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”. D.P.
Tambulan (1994:3) juga menyatakan bahwa “bahasa adalah
untuk memahami pikiran dan perasaan, serta menyatakan pikiran
dan perasaan”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), bahasa
memiliki arti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan
oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri.
Keterampilan merupakan kepandaian melakukan suatu
pekerjaan dengan benar. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa keterampilan berbahasa adalah kepandaian
yang dimiliki oleh seseorang dalam menyampaikan ungkapan
yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara
bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.

2. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa


Sehubungan dengan pengguanaan bahasa, terdapat empat jenis
aspek yang menjadi dasar dari keterampilan berbahasa yaitu
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek
tersebut saling berkaitan untuk berlangsungnya proses
komunikasi. Berikut penjelasan dari keempar aspek dalam
berbahasa.
a. Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahamiobahasa lisan yang
bersifat reseptif. Dengan demikian di sini berartihbukan sekedar
mendengarkan bunyi bunyi bahasa melainkanosekaligus
memahaminya. Dalam pendapatnya Tarigan (1991:4) bahwa
“menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya”. Menyimak melibatkan penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam
menentukan maknanya. Dalam bahasaopertama (bahasa ibu),
kita memperoleh keterampilan mendengarkanomelalui proses
yang tidak kita sadari sehinggak kitapun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar
tersebut. Berikut iniksecara singkatkdisajikan disekripsi mengena
aspek-aspek yang terkaitadalam upaya belajarkmemahami apa
yang kitaosajikan dalam bahasa kedua.
Terdapat dua jenis situasi dalam aktifitas mendengarkan yaitu
situasi mendengarkan secara. interaktif dan situasi
mendengarkan secara non interaktif Mendengarkan secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan
di telepon atau yangnsejenis.dengan media yang sama..Dalam
mendengarkannjenis ini kita secarambergantian melakukan
aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang diucapkan oleh pembicara
atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.
Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan non interaktif,
yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau
mendengarkan dalamLacaraacara seremonial. Dalam situasi
mendengarkan non interaktif tersebut, kita tidak dapat meminta
8

penjelasan dari pembicara, tidak bisanmeminta pembicaraan


diperlambat.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi
mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan
secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi
dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau
yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita
secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan
berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk
bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa yang diucapkan olehnya, atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film,
khotbah, atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial.
Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak
dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta
pembicara mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah
keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita
berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu
pendengar harus:
1. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar
menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory);
2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti
dalam bahasa target;
3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna
suara dan intonasi; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk
kata;
4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
5. mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order
patterns);
6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik
dan gagasan;
7. menebak makna dari konteks;
8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
9. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
10. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive
devices);
11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat,
objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya
(http://www.sil.org/lingualinks).
b. Membaca
Membaca merupakan keterampilan reseptif bahasa tulis.
Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri,
terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Beberapa
situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat
noninteraktif jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan
tidak melalui tatap muka langsung, misalnya berpidato melalui
radio atau televisi. Pidato kenegaraan yang disampaikan melalui
siaran televisi atau radio termasuk ke dalam jenis ini. Berikut ini
beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh si
pembicara dalam melakukan aktivitas berbicara, antara lain:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga
pendengar dapat membedakannya;
2. menggunakan tekanan, nada, serta intonasi secara jelas dan
tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan
pembicara;
3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan
kata yang tepat;
10

4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan


situasi komunikasi dan pelaku komunikasi (hubungan antara
pembicara dan pendengar);
5. menyampaikan kalimat-kalimat utama (the main sentence
constituents) dengan jelas bagi pendengar;
6. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan
guna menjelaskan ide-ide utama;
7. berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga
pendengar mudah mengikuti pembicaraan
(http://www.sil.org/lingualinks).
Keterampilan membaca tergolong keterampilan yang
bersifat aktifreseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan
secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan
berbicara. Namun, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi
yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca
dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara. Keterampilan membaca terbagi ke
dalam dua klasifikasi, yakni (a) membaca permulaan, dan (b)
membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan ditandai
oleh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali
lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan
benar. Pada fase ini, pemahaman isi bacaan belum begitu tampak
karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi
bahasa. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca
ditandai oleh kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca
bukan hanya sekadar mengenali lambang tulis, bisa
membunyikannya dengan lancar, melainkan juga dapat memetik
isi/makna bacaan yang dibacanya. Penekanan membaca lanjut
terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi
harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses
membaca
yang harus dimiliki pembicara, adalah
1.mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2. mengenal kosakata;
3. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik
dan gagasan utama;
4. menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata, dari konteks
tertulis;
5. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan
sebagainya;
6. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti
subjek, predikat, objek, dan preposisi;
7. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan
partisipan;
9. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna
menarik
kesimpulan-kesimpulan;
10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat
kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama
atau informasi utama;
11.membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap
tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk
mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam
(http://www.sil.org/lingualinks).
c. Berbicara
12

Menurut pendapat Henrym Gunturm Tarigan (1983:15) bahwa


keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuknmengekspresikan,
mengatakan serta menyatakan pikiran gagasan, dan perasaan.
Pendengarnmenerima informasi melalui rangkaian nada,
tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi
berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak
tangan dan air muka (mimik) pembicara. Kemudian sehubungan
dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis
situasi berbicara, yaitu interaktif, semi aktif, dan non interaktif.
Situasisituasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara
tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan
adanya pergantian anatara berbicara dan mendengarkan, dan
juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau
kiat dapat memintanlawan berbicara, memperlambat tempo
bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara
yang semi aktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum
secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat
melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara
dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa
tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan
bersifat non interaktif, misalnya berpidato melalui radio atau
televisi.
Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif.
Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya terjadi pada
percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui telepon.
Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini memungkinkan
adanya pergantian peran/aktivitas antara berbicara dan
mendengarkan. Di samping itu, situasi interaktif ini
memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta
klarifikasi, pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara
untuk memperlambat tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan
berbicara dalam situasi interaktif ini dilakukan secara tatap muka
langsung, bersifat dua arah, atau bahkan multiarah
Kemudian, ada pula situasi berbicara yang tergolong
semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum,
kampanye, khutbah/ceramah, dan lain-lain, baik yang dilakukan
melalui tatap muka secara langsung namun berlangsung secara
satu arah. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat
melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara
dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa
tubuh mereka.
Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul
bersifat noninteraktif jika pembicaraan dilakukan secara satu arah
dan tidak melalui tatap muka langsung, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi. Pidato kenegaraan yang disampaikan
melalui siaran televisi atau radio termasuk ke dalam jenis ini.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh
si pembicara dalam melakukan aktivitas berbicara, antara lain:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga
pendengar dapat membedakannya;
2. menggunakan tekanan, nada, serta intonasi secara jelas dan
tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan
pembicara;
3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan
kata yang tepat;
4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan
situasi komunikasi dan pelaku komunikasi (hubungan antara
pembicara dan pendengar);
14

5. menyampaikan kalimat-kalimat utama (the main sentence


constituents) dengan jelas bagi pendengar;
6. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan
guna menjelaskan ide-ide utama;
7. berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga
pendengar
mudah mengikuti pembicaraan (http://www.sil.org/lingualinks).
Jika hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara tadi
kita klasifikasikan, kita dapat mengelompokkan hal di atas ke
dalam tiga aspek, yakni (a) aspek isi pembicaraan; (b) aspek
bahasa (bagaimana isi itu disampaikan); dan (c) aspek
performansi (gestur tubuh, mimik, dan ekspresi
dalam menyampaikan isi pembicaraan).
d. Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan
menggunakan tulisan. Menulis dapathdikatakan
suatuhketerampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-
jenis keterampilanmberbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekedar menyalinkkata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalamnsuatu struktur tulisanyang teratur.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang
bersifat aktifproduktif. Keterampilan ini dipandang menduduki
hierarki yang paling rumit dan kompleks di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya.
Mengapa? Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin
kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan menuangkan dan
mengembangkan pikiranpikiran, gagasan-gagasan, ide, dalam
suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga
mudah ditangkap oleh pembacanya. Sama seperti halnya dengan
keterampilan membaca, keterampilan menulis pun dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni (a) menulis
permulaan dan (b) menulis lanjutan. Menulis permulaan
sesungguhnya identik dengan melukis gambar. Pada fase ini, si
penulis tidak menuangkan ide/gagasan, melainkan hanya
sekadar melukis atau menyalin gambar/lambang bunyi bahasa ke
dalam wujud lambang-lambang tertulis. Pada awal-awal
memasuki persekolahan, para siswa dilatih menulis
permulaan yang proses pembelajarannya sering disinergiskan
dan diintegrasikan dengan kegiatan membaca permulaan.
Kegiatan menulis yang sesungguhnya merupakan aktivitas curah
ide, curah gagasan, yang dinyatakan secara tertulis melalui
bahasa tulis.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang
diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk:
1. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini
penggunaan
ejaan;
2. memilih kata yang tepat;
3. menggunakan bentuk kata dengan benar;
4. mengurutkan kata-kata dengan benar;
5. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi
pembaca;
6. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca
yang dituju;
7. mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara
jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan;
16

8. mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan


koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau
informasi yang disajikan;
9. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki
oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan
membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui
dan penting untuk ditulis (http://www.sil.org/lingualinks).
B. Pembelajaran Kemampuan Berbicara
1. Definisi Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah
“proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”. Hal ini juga selaras
dengan pendapat Arifin (2010:10) bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik
“guru” dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindakan belajar siswa.
Secara umum pengertian pembelajaran adalahkproses
interaksi antara peserta didik/siswa dengan pendidik/guruodan
sumberkbelajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi
guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran
merupakanhbantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada pesertakdidik. Dengan katahlain, definisi pembelajaran
keterampilan berbicara merupakan suatu proses
untukkmembantu peserta didik agar dapat belajar berbicara
dengan baik. Atau mudahnyakusaha sadar darikguru untuk
membuat siswakbelajar, yaitu terjadinya perubahanntingkah laku
pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
didapatkannya kemampuan berbicara yang berlaku dalam waktu
tertentu dan karena adanya usaha.
2. Tujuan
Padat ingkat pemula, tujuan pembelajaran
keterampilannberbicara meliputi: melafalkan bunyi-bunyi
bahasa, menyampaikanninformasi, menyatakan setuju atau tidak
setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakankkembali hasil
simakan/bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan
bermain peran. Untuk tingkt menengah, tujuan pembelajaran
keterampilan berbicara dapat dirumuskan: menyampaikan
informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan
identitas diri, menceritakan kembali hasilnsimakan atau bacaan,
melakuakan wawancara, bermain peran, menyampaikan
gagasanndalam diskusi atau pidato. Tingkat paling tinggi, dapat
dirumuskan bahwa: menyampaikan informasi, berpartisipasi
dalam percakapan, menjelaskannidentitas diri, menceritakan
kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi
dalamnwawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan.
3. Faktor-faktor Dalam Berbicara
Dalam hal ini bahwa terdapat faktor-faktor dalam
menunjang dan menghambat keterampilan dalam berbicara.
Adapun faktor tersebut sebagai berikut :
a. Faktor yang menunjang keterampilan berbicara.
1) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan
dirikmengucapkan bunyibunyi bahasa secara tepat. Pengucapan
bunyikbahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian
18

pendengar. Pengucapanbbunyi bahasa yang kurang tepat


atauvcacat tersebut juga dapatmmenimbulkan kebosanan,
kurang menyenangkan, atau kurang menarik.
Pengucapanmbunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau
menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu
menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atas
pemakainyaa(pembicara) dianggap aneh. Pengucapan kata-kata
harus jelas terdengar. Untuk itu, gerakan alat-alat ucap
terutamamlidah, bibir, dan gigi harus leluasa. Gerakan yang
tertahan akan mengakibatkan suara yang keluar tidak normal,
sehingga kurang jelas terdengar. Demikian juga, volume suara
harus pas, jangan terlalu lemah dan jangan terlalu keras.
Kalaukmenggunakan pengeras suara, volumenya harussdiatur
sesuai dengan luasnya ruang dan banyaknya peserta.
2) Penempatan tekanan nada dengan durasi yang sesuai
Kesesuaian penempatan atau penggunaan tekanan, nada,
tempo dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
pendengar. Bahkan kadangkadang merupakan faktor penentu.
Kesalahan dalam penempatan hal-hal tersebut berakibat
padakkurang jelasnya isi dan pesan pembicaraan yang ingin
disampaikan kepada lawan bicara. Jik penyampaian materi
pembicaraan datar saja, hampir dapat dipastikan akan
menimbulkan kejenuhan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang. Sebaliknya, kalaumdalam berbicara seorang
pembicara dapat menggunakan hal-hal tersebut secara benar,
maka pembicaraan yang dilakukannya akan berhasil
dalammmenarik perhatian pendengar dan akhirnya pendengar
menjadi senang, tertarik dan akan terus mengikuti pembicaraan
yang disampaikannya. Tekanan berhubunganmdengan keras
lemahnya suara, nada berhubungan dengan tinggi-rendahnya
suara, sendi atau tempo berhubungan dengan cepat-
lambatnyamberbicara, dan durasi atau jeda
menyangkutnperhentian. Keempat hal itu harus dapat dipadukan
secara serasi untuk memperoleh intonasi yang baik dan menarik.
3) Pemilihan katanyang tepat
Variasinpemakaian bahasandipengaruhi oleh situasi
pembicaraan. Bentuk variasi itu dapatkdilihat lewat perwujudan
lafal, ejaan, pilihan kata, dan tata kalimat. Faktor penting yang
berpengaruh terhadap pilihan kata adalah sikap pembicara,
yakniksikap yang berkenaan dengan umur dan kedudukan lawan
bicara yang dituju, permasalahan yang disampaikan, dan tujuan
informasinya.
Dalam berbicara, pilihan katakyang dilakukan hendaknya
yang tepat, jelas, dannbervariasi. Jelasomaksudnya mudah
dimengertiooleh pendengar yang menjadi sasaran. Pilihan kata
dalam sebuah pembicaraan juga harus disesuaikan dengan
pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara atau
berkomunikasi. Komunikasi akan berjalan lancar dan baik apabila
kata-kata yang digunakanooleh pembicara dapat dipahami oleh
pendengar dengan baik.
4) Penggunaan pola kalimat yangktepat
Kalimat yangkbenar adalah kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, yaitu haruskdisusun berdasarkan kaidah
yang berlaku. Kalimat yang baik adalah kalimat
yangksesuaikdengan konteks dan situasi yang berlaku. Kalimat
yang tepat adalah kalimat yang dibangun dari pilihan kata yang
tepat, disusun menurut kaidah yang benar, dan digunakan dalam
situasi yang tepat pula. Kalimat yang benar dan jelas yang dapat
dengan mudah dipahami pendengar sesuai dengan maksud
pembicara disebut kalimat efektif.
20

b. Faktor yang menghambat keterampilan berbicara.


Hambatan-hambatan dalammberbicara terdiri atas
hambatan yang datang
dari pembicaramsendiri (internal) dan hambatan yang
datang dari luar pembicara
(eksternal) penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Faktor internal
a) Kesalahanmdalammmengambil posturmdan posisi
tubuh dapat menghambat kegiatan berbicara. Misalnya ketika
berbicara kedua tangan kita dilipat di dada, hal inindapat
mengakibatkan munculnya pemikiran pada lawannbicara
bahwakanda memiliki sifat sombong. Seharusnya postur terbuka
tidak menyilangkannatau melipat tangan di dada hal ini
dapatkmemberikan perasaan nyaman kepadaklawan bicara.
b) Seseorangkbiasanyakmemiliki rasa malu, rasa takut,
dan rasa ragu atau grogi misalnya ketika berbicara di muka
umum, rasa malu muncul karena berfikiran malu dilihat oleh
banyak orang. Kemudian takut salah bicara, takut
ditertawakankatau pun yang lainnya.
c)Ketidaksempurnaankpada alat ucapbmanusia
menyebabkan terjadinya gangguan berbicara, yakni bahasa yang
keluar dari alat ucapbmanusia menjadi kurang dimengerti.
Gangguan berbicara dapat disebabkan oleh faktor resonansi
menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau,
misalnya pada anak sumbing. Pada orang sumbing misalnya
suaranya menjadi bersengau atau bindeng karena rongga mulut
dan rongga hidungyang digunakan untuk berkomunikasi melalui
defek di langit-langit keras, sehingga resonansi yang seharusnya
berjalan baik menjadi terganggu. Anak yang menderita bibir
sumbing terdapat gangguan berbicara ketika mengucapkan
kata-kata yang mengandung fonem /s/ ; /r/ ; /k/ ; /c/ ; /g/ ; /j/ ;
/i/ ; dan /q/ . Orang yang mendengarkan atau berkomunikasi
dengan anak sumbing, harus lebih berkonsentrasi dan harus
melihat konteks kalimatnya. Selanjutnya ketidaksempurnaan alat
ucap karena kelainan pada mulut misalnya orang cadel. Cadel
disebabkan karena adanya kelainan pada area mulut, misalnya
lidah terlalu pendek, rahang terlalu lebar, dan bisa juga karena
faktor kebiasaan berbicara cadel sejak kecil yang dianggap lucu
oleh orang tua, dan mengakibatkan ketikaaanak itu tumbuh
menjadi dewasa tetap menggunakan kebiasaan tersebut yang
dianggap benar. Orang yang cadel tidak memiliki kemampuan
untuk mengucapkan suatu huruf, biasanya huruf R. Usaha yang
dilakukan untuk mengerti ucapan orang cadel yaitu lebih
berkonsentrasi dan harus melihat konteks kalimatnya.
d) Seseorang akan mengalaminhambatan ketika berbicara
karena orang tersebut kurang memilikikpengalaman untuk
berbicara di depan orang banyak. Sehingga orang tersebutkakan
mudah grogi atau merasa takut.
2) Faktor eksternal
a) Hambatankyang berasalksuara yaitu bisa berasal dari dalam
ruang atau dari luar ruang. Misalnya ketikakdi dalam kelas tidak
berkonsentrasi akibat gaduh oleh suara siswa yang sedang
mengobrol.
b) Hambatan yang berupa jarak misalnyakpendengar atau
pembicara
tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara
antara pembicara dengan pendengar. Jika pembicara terlalu jauh
jaraknya dengan pendengar maka akan kurang terdengar
informasi yang disampaikan si pembicara.
22

Anda mungkin juga menyukai