Nama : VIQRI
Nim : 20200120003
A. Instrumen Tes
Manusia dalam kehidupan ini berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Tidak ada individu pun yang persis sama
dari segi fisik maupun psikisnya walaupun dua individu itu
terlahir secara bersamaan. Dengan adanya perbedaan individu
itu maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu dan alat pengukur itulah yang
lazim disebut dengan tes.
Tes berfungsi untuk mengetahui adanya perbedaan
antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda beda
yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu
yang lainnya. Dengan ini semua maka timbulah kemudian
bermacam-macam tes.
1. Pengertian Tes
Secara harfiah kata “tes” berasal dari prancis kuno:
Tesom dengan arti piring untuk menyisihkan logam-logam
mulia, dalam bahasa inggris diolis dengan test yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes, ujian atau
percobaan. Testing berani saat dilakanakannya atau peristiwa
berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang
yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak
yang dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah, menurut Atrne Anastasi dalam karya
tulisnya berjudul Psychological Testing yang dimaksud dengan
tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas. serta dapat
betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2
3. Klasifikasi Tes
a) Tes dapat diklasifikasikan atas:
b) Bagaimana ia diadmintrasikan (tes individual atau kelompok)
c) Bagaimana ia di skor ( tes objek atau tes subjektif)
d) Respon apa yang ditekankan (Kemampuan atau kecepatan)
e) Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan
subjek (tes untuk kerja atau tes kertas dan pensil)
f) harus dikerjakan subjek (tes untuk kerja atau tes kertas dan pensil)
g) Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
h) Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes
buatan guru atau tes baku).
4. Ciri-Ciri Teks
a) Validitas
b) Reliabilitas
c) Obkektivitas
d) Praktis
e) Ekonomis
5. Penggolongan Tes
Berdasarkan Fungsi
a) Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah "ujian saringan"
atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka
penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon
yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah
ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat
diterima sebagai siswa baru dinyatakan tidak lulus dan
karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
b) Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah
materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada
peserta didik Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang
mudah-mudah.
Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah:
1) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan
dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta
didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal
itu tidak diajarkan lagi
2) Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru
sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi
pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta
didik tersebut.
c) Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
d) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat. Jenis kesukaran yang dihadapi oleh
para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan
6
Selain itu, ada tiga aspek dalam penulisan soal uraian, yaitu dari
aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Pada aspek materi, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan tuntutan indicator
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup)
harus jelas
c) Isi materi harus sesuai dengan petunjuk pengukuran
d) isi materi yang dipertanyakan harus sesuai dengan
e) jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas
sedangkan pada aspek konstruksi, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-
kata tanya dan perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti:
mengapa, uraikan, jelaskan, sebutkan, bandingkan, hubungkan,
tafsirkan,buktikan, hitunglah, dan semacamnya. Jangan pula
menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,
seperti: siapa, di mana, kapan, dan semacamnya, atau
menggunakan kata Tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau
tidak. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
b) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan
cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria
penskorannya, besaran skor setiap komponen, atau rentangan skor
yang dapat diperolehuntuk setiap kriteria dalam soal yang
bersangkutan.
c) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar,
grafik, peta, atau sejenisnya harus disajikan dengan jalas
dan terbaca sehingga tidak menimbulkan penafsiran
yang berbeda dan juga harus bermakna
Sedangkan dari aspek bahasa, kaidah yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a) Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang sederhana atau
komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.
b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta tes atau kelompok tertentu.
c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata atau kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
d) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
e) Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya.
f) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
Dilihat dari luas sempitnya materi pertanyaan, maka tes bentuk uraian
ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a) uraian terbatas(restricted response items) dan
b) uraian bebas(extended response items).
Tes uraian terbatas ini merupakan bentuk tes uraian yang
memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta
tes dalam menjawab soal tes. Batasan atau rambu tersebut mencakup
format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi, soal tes uraian terbatas
itu harus menentukan batas jawaban yang dikehendaki. Batasan itu
meliputi konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban yang
dikerjakan, keluasan uraian jawaban, dan luas jawaban yang diminta.
Dengan demikian, dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas
ini, anak didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-
batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta tes itu beraneka ragam,
namun harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam
sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya
16