Anda di halaman 1dari 16

KEMAMPUAN MEMAHAMI

(KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik

Oleh:

Kelompok 8

Marhama 06021182025008
Putri Adiza 06021282025030
Putri Permata Lika 06021182126007
Aghnia Misiarani 06021282126028

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd.

Dr. Agus Saripudin M.Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan nikmat
kesehatan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kemampuan Memahami (Kemampuan Bahasa Reseptif)” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Psikolinguistik Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo,
M.Pd. dan Dr. Agus Saripudin, M.Ed. yang telah memberi bimbingan dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi isi, referensi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan bagi penulis guna perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi pembaca juga penulis.

Indralaya, 17 Maret 2023

Kelompok 8 Indralaya

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5

C. Tujuan .............................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6

A. Kemampuan Bahasa Reseptif ....................................................................................... 6

B. Definisi Menyimak.......................................................................................................... 7

C. Tujuan Menyimak .......................................................................................................... 8

D. Manfaat Menyimak ........................................................................................................ 9

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak ....................................... 10

F. Tahapan Menyimak ..................................................................................................... 12

G. Contoh Pengajaran Menyimak ................................................................................... 13

PENUTUP ............................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15

B. Saran .............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa
merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang pasti terjadi
sewaktu-waktu. Komunikasi dapat berbentuk lisan dan tulisan. Kedua bentuk
komunikasi tersebut sangat erat berhubungan karena sifat penggunaannya yang saling
berkaitan dalam bahasa. Berbicara dan menulis merupakan hal yang sangat penting
karena dengan berbicara dan menulis seseorang bisa berkomunikasi langsung maupun
tidak langsung dengan orang lain dan menyamaikan ide serta gagasannya kepada orang
lain. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan
penting dalam mengupayakan dan mengembangkan keterampilan berbahasa, termasuk
berbicara dan menulis.
Aspek keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek
yaitu, dua keterampilan reseptif dan dua keterampilan produktif. Aspek keterampilan
reseptif yaitu menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan produktif yaitu
berbicara dan menulis.
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) pada dasarnya
mencakup empat segi, yaitu; keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan
berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan
menulis (writing skills). Keempat keterampilan ini saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Ketika kita ingin memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar
“menyimak” bahasa kemudian “berbicara”; sesudah itu kita “membaca” dan “menulis”.
Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca
dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
disebut caturtunggal. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-
proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

4
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan materi mengenai
“Kemampuan Memahami (Kemampuan Bahasa Reseptif)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu yang dimaksud kemampuan bahasa reseptif?
2. Apa yang dimaksud definisi menyimak?
3. Apa tujuan dari menyimak?
4. Apa manfaat dari menyimak?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menyimak?
6. Apa saja tahapan menyimak?
7. Bagaimana contoh pengajaran menyimak?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu bahasa reseptif.
2. Mengetahui definisi menyimak.
3. Mengetahui tujuan menyimak.
4. Mengetahui manfaat menyimak.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses menyimak.
6. Mengetahui tahapan menyimak.
7. Mengetahui contoh pengajaran menyimak.

5
PEMBAHASAN

A. Kemampuan Bahasa Reseptif

Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif


(mendengar dan memahami) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis). Anak
menggunakan sistem lambang untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan. Widdosson dan Suhendar dalam
jurnal “Komunikasi Reseptif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak” membagi
bentuk komunikasi menjadi dua kelompok, yakni kelompok komunikasi reseptif, dan
kelompok komunikasi produktif. Komunikasi reseptif terdiri atas menyimak dan
membaca, dan komunikasi produktif terdiri atas berbicara dan menulis. Tujuan
komunikasi dari aspek komunikasi reseptif bersifat tindakan satu arah, artinya proses
penyampaian pesannya satu arah baik secara langsung ataupun melalui media, dan
tujuan komunikasi dari aspek komunikasi produktif bersifat interaktif, yang arahnya
bergantian.

Menurut Adini dalam (Kuning, 2019), bahasa reseptif adalah kemampuan


mendengar, memahami dan menguraikan suatu pesan sehingga dapat dimengerti oleh
orang lain sebagai penerima pesan. Pengertian tersebut sejalan dengan Sutjihati
Somantri dalam jurnal “Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa Reseptif dan
Bahasa Ekspresif Anak Tunarungu Kelas TK 1A” Bahasa reseptif adalah kecakapan
menerima dan memahami bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
reseptif berarti kemampuan untuk menerima dan tanggap terhadap pendapat, saran dan
anjuran dari orang lain. Kemampuan berbahasa reseptif ialah kemampuan menerima
informasi baik melalui penglihatan maupun pendengaran, sehingga anak yang memiliki
kemampuan untuk berbahasa reseptif ialah anak yang mengerti apa yang ia lihat dan
yang ia dengar.

Kemampuan bahasa reseptif pada anak juga terdapat dalam Permendikbud No. 137
Tahun 2014 dalam lampiran I mencantumkan beberapa poin lingkup perkembangan
yaitu: (1) memahami beberapa perintah secara bersamaan; (2) mengulang kalimat yang
lebih kompleks; (3) memahami aturan dalam suatu permainan; dan (4) senang dan
menghargai bacaan (Permendikbud, 2014). Kemampuan bahasa reseptif membuat anak
dapat memahami kata-kata, kalimat, cerita dan peraturan. Sebagaimana fungsi bahasa

6
yaitu sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
(Susanto, 2016). Bahasa reseptif menjadi sangat penting karena adanya pemahaman
bahasa sehingga komunikasi berhasil. Anak usia dini memahami bahasa menjadi dasar
baginya untuk belajar kepada tahap perkembangan bahasa berikutnya seperti membaca
dan menulis sebagai alat belajar serta beraktivitas. Kesulitan dalam bahasa reseptif ini
dapat menyebabkan kesulitan perhatian dan mendengarkan bahkan masalah perilaku,
seperti dalam kegiatan belajar dan beraktivitas karena anak belum mampu menanggapi
pertanyaan dan permintaan dengan tepat.

B. Definisi Menyimak

Menurut Russel&Russell dan Anderson dalam (Tarigan, 2015) menyimak


bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2015). Menurut (Suharti,
dkk, 2021) keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama yang dipelajari
oleh manusia. Kegiatan ini sudah mulai dilakukan sejak manusia masih berada dalam
kandungan, kemudian berlanjut setelah ia lahir dan bertumbuh semakin besar dan
dewasa. Ia akan terus-menerus belajar menyimak melalui berbagai tuturan yang
disampaikan oleh orang-orang di sekelilingnya. Semakin bertambah umur seseorang,
seharusnya keterampilan menyimaknya akan semakin mumpuni.

Proses belajar menyimak bayi akan terus berlangsung hingga pelan-pelan ia


mampu belajar meniru tuturan tersebut melalui keterampilan berbicara. Saat ia beranjak
besar dan berada pada usia prasekolah dan sekolah dasar, barulah ia akan mempelajari
keterampilan berbicara dengan lebih intens di samping pengenalan keterampilan
berbahasa lainnya, yaitu membaca dan menulis. Menyimak menempati ruang paling
besar dalam berkomunikasi dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Beberapa
penelitian menunjukkan aktivitas menyimak yang dilakukan manusia mengambil porsi
sekitar 50%, kemudian diikuti oleh keterampilan berbahasa lainnya secara berurutan,
yaitu berbicara, membaca, dan menulis menurut Hermawan dalam (Suharti, dkk, 2021).

7
Jatiyasa dalam (Suharti, dkk, 2021) menyebut menyimak sebagai “proses
mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi, dan evaluasi”. Hermawan dalam
(Suharti, dkk, 2021) mengakatan bahwa menyimak merupakan proses selektif,
memiliki aspek psikologis, dan tidak hanya berkaitan dengan kegiatan pasif. Proses
selektif yang dimaksud bahwa ketika menyimak, seseorang akan menyeleksi bahan
simakan bergantung 4 pada situasinya. Misal karena keharusan, ketertarikan,
kehebatan, atau memiliki perbedaan informasi dari bahan-bahan simakan sebelumnya.
Selain itu, menyimak juga menyangkut proses psikologis yang artinya seseorang akan
menyimak sesuatu jika hal itu sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan kata lain,
seseorang tidak akan menyimak jika hal itu terasa membosankan dan berlawanan
dengan minatnya.

C. Tujuan Menyimak

Perbedaan tujuan menyimak dapat menyebabkan adanya perbedaan aktivitas


menyimak. Adapun tujuan menyimak menurut (Tarigan, 2008) antara lain:

1. Menyimak Untuk Mendapatkan Fakta

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara
yang pertama adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan mendengarkan radio,
melihat televisi, berdiskusi, menghadiri seminar, dan sebagainya. Dari uraian diatas,
maka menyimak merupakan suatu media untuk mendapatkan fakta dan informasi

2. Menyimak Untuk Menganalisis Fakta

Proses menganalisis fakta adalah proses menaksir kata-kata atau informasi sampai pada
tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta
tersebut.

3. Menyimak Untuk Mengevaluasi Fakta

Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul
beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan
simakan. Dalam mengevaluasi fakta, penyimak perlu mempertimbangkan bahan
simakan dengan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

8
4. Menyimak Untuk Mendapatkan Inspirasi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada beberapa masalah


dalam hidup mereka. Kadang-kadang, kegiatan menyimak dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan cara mencari inspirasi. Kegiatan
menyimak yang dapat menimbulkan inspirasi adalah seperti menyimak pengajian,
seminar, dan sebagainya.

5. Menyimak Untuk Mendapatkan Hiburan

Pada dasarnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan. Hiburan dapat
diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak. Manusia
jaman sekarang sering menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk
memperoleh hiburan.

6. Menyimak Untuk Memperbaiki Kemampuan Berbicara

Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan berbicara.


Dengan menyimak pembicaraan yang terpilih, kita dapat memperbaiki kemampuan
berbicara

D. Manfaat Menyimak

Dalam komunikasi lisan secara timbal balik antara pembicara dengan pendengar
terdapat proses menyimak pembicaraan satu sama lain Setiawan (dalam Rahmawati
2007:20-21) menyatakan bahwa manfaat menyimak sebagai berikut:

1. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi


kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan
masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.
2. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan
khasanah ilmu.
3. Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat,
bermutu dan puitis.
4. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta membina sifat
terbuka dan objektif.
5. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.

9
6. Meningkatkan citra artistik jika yang disimak merupakan bahan simakan yang
isi dan bahasanya halus.
7. Menggugah kreativitas dan semangat cipta untuk menghasilkan ujaran-ujaran
dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan
mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang
berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak

Menurut (Arini, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan


menyimak yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut


menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang
sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu
atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh
dibawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak
karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam
melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam
menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara
bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-masalah: 1)


prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab
dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah
pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4)
kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada
pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, pokok
pembicaraan, atau sang pembicara.

3. Faktor Pengalaman Latar Belakang

10
Pengalaman merupakan suatu factor penting dalam menyimak. Kurangnya
minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam
bidang yang akan disimak tersebut. Sikap yang menentang dan bermusuhan timbul
dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan
“mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman
mereka.

4. Faktor Sikap

Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik


atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang
kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua
sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak.
Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan
baginya, tetapi bersikap memolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak
menguntungkan baginya.

5. Faktor Motivasi

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Jika


motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan
berhasil mencapai tujuan. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan
segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai,
bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk
menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan
tekun.

6. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam
memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah
dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan
baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata
letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan sosial juga
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak

11
cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk
mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-
sumbangan mereka dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk
didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai
kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan
kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka

7. Faktor Peranan dalam Masyarakat

Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat.


Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah
atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah
pendidikan dan pengajaran.

F. Tahapan Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak terdapat tahapan-tahapan, antara lain:

A. Tahap Mendengar

Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh
pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam
tahap hearing (mendengar).

B. Tahap Memahami

Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau
memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.

C. Tahap Menginterpretasi

Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam
ujaran itu; dengan demikiran, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.

12
D. Tahap Mengevaluasi

Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan isi


pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta
gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan
kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah sampai pada tahap evaluating.
Tahap Menanggapi Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi
(responding) Logan, dkk dan Loban, dkk dalam (Tarigan, 2015).

G. Contoh Pengajaran Menyimak

Berikut adalah contoh pengajaran menyimak yang dapat dilakukan oleh guru:

1. Meminta siswa untuk menutup mata dan menundukkan kepala, kemudian meminta
mereka untuk membedakan bunyi. Guru dapat menggerakkan beberapa benda yang
terdapat di kelas hingga berbunyi, misalnya mendorong kursi, membuka pintu lemari,
mengetuk-ketuk penggaris, meraut pensil, membalik halaman buku, dan lain-lain.
2. Mengajarkan siswa cara menerima pesan dalam telepon secara singkat.
3. Membacakan suatu cerita dengan topik tertentu, kemudian meminta siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dapat diawali dengan kata tanya “apa”, “siapa”, “di mana”, “kapan”,
“mengapa”, dan “bagaimana”.
4. Melatih siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi
ini harus diucapkan secara lugas dan jelas. Dengan demikian, guru dituntut untuk
menjadi role model yang baik untuk membuat tuturan yang jelas. Guru dapat meminta
siswa berlatih dengan membuka dan membentuk mulut sesuai bunyi tuturan (vokal dan
konsonan) yang diucapkan.
5. Melatih siswa untuk terampil dalam berdikte. Dalam hal ini, guru harus
memberikan pengulangan kata dengan pelan, berulang-ulang, serta artikulasi dan
intonasi yang jelas. Selanjutnya, dari kata kegiatan dikte dapat dikembangkan dalam
frasa dan kalimat.

13
6. Meminta siswa menyimak sebuah cerita. Setelah itu, melakukan tanya jawab
mengenai hal-hal yang menarik minat siswa.
7. Melakukan kegiatan bisik berantai. Kegiatan ini menuntut siswa untuk
berkonsentrasi agar dapat menyimak dan memahami maksud ujaran temannya.
Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang menyenangkan karena guru dapat
memberikan reward kepada siswa yang berhasil menyimak dengan baik. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan menyimak siswa dapat berkembang melalui
kegiatan yang menyenangkan mereka.
8. Memperdengarkan tiruan bunyi-bunyi binatang, kemudian melakukan tanya jawab
dengan siswa.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Adini dalam (Kuning, 2019), bahasa reseptif adalah kemampuan
mendengar, memahami dan menguraikan suatu pesan sehingga dapat dimengerti oleh
orang lain sebagai penerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
reseptif berarti kemampuan untuk menerima dan tanggap terhadap pendapat, saran dan
anjuran dari orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kemampuan berbahasa reseptif ialah kemampuan menerima informasi baik melalui
penglihatan maupun pendengaran, sehingga anak yang memiliki kemampuan untuk
berbahasa reseptif ialah anak yang mengerti apa yang ia lihat dan yang ia dengar.

Selain itu terdapat kemampuan bahasa reseptif pada anak yang tercantum dalam
Permendikbud No. 137 Tahun 2014 dalam lampiran I mencantumkan beberapa poin
lingkup perkembangan yaitu: (1) memahami beberapa perintah secara bersamaan; (2)
mengulang kalimat yang lebih kompleks; (3) memahami aturan dalam suatu permainan;
dan (4) senang dan menghargai bacaan (Permendikbud, 2014).

Aspek keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek


yaitu, dua keterampilan reseptif dan dua keterampilan produktif. Aspek keterampilan
reseptif yaitu menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan produktif yaitu
berbicara dan menulis. Kemampuan reseptif menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 2015).

B. Saran

Penulis menyusun makalah ini untuk menambah wawasan bagi pembaca. Penulis
berusaha sebaik mungkin dalam menyampaikan materi dan berharap para pembaca
dapat memahi apa yang penulis sampaikan mengenai materi Menyimak. Namun,
penulis menyadari ketidaksempurnaan baik dalam penulisan maupun dari isi makalah
ini. Maka dari itu, penulis sangat membuka dan menerima saran atau masukan yang
bersifat membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arini, D. S. (2011). Pengaruh Keefektifan Media Komik terhadap Keterampilan Bercerita


Siswa Kelas V SD N Tegalpanggung Yogyakarta. Yogyakarta.
Hijriyah, U. (2016). Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bahasa: IAIN Raden Intan Lampung.

Hermawan, H. (2012). Menyimak Keterampilan Komunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Kuning, R. R. (2019). Kemampuan Berbahasa Reseptif pada Anak dengan Speech Delay. Studi
Kasus di Lembaga Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak (biMBA)
AIUEO Barata Jaya Surabaya, 1-117.

Permendikbud. (2014). Standar Nasional Penilian PAUD No. 137. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Rahmawati, S. (2007). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Media


Audio Visual dengan Teknik Dengar-Jawab pada Siswa Kelas VII A SMP
Negeri 1 Tersono Kabupaten Batang. Skripsi: Universitas Negeri Semarang

Susanto, H. (2016). Membangun Budaya Literasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Menghadapi Era MEA. JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia).

Suharti, S., dkk. (2021). Kajian Psikolinguistik. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Tarigan, H. G. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2015). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV


Angkasa.

16

Anda mungkin juga menyukai