Oleh:
Kelompok 8
Marhama 06021182025008
Putri Adiza 06021282025030
Putri Permata Lika 06021182126007
Aghnia Misiarani 06021282126028
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan nikmat
kesehatan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kemampuan Memahami (Kemampuan Bahasa Reseptif)” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Psikolinguistik Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo,
M.Pd. dan Dr. Agus Saripudin, M.Ed. yang telah memberi bimbingan dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi isi, referensi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan bagi penulis guna perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi pembaca juga penulis.
Kelompok 8 Indralaya
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
B. Definisi Menyimak.......................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................................. 15
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa
merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang pasti terjadi
sewaktu-waktu. Komunikasi dapat berbentuk lisan dan tulisan. Kedua bentuk
komunikasi tersebut sangat erat berhubungan karena sifat penggunaannya yang saling
berkaitan dalam bahasa. Berbicara dan menulis merupakan hal yang sangat penting
karena dengan berbicara dan menulis seseorang bisa berkomunikasi langsung maupun
tidak langsung dengan orang lain dan menyamaikan ide serta gagasannya kepada orang
lain. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan
penting dalam mengupayakan dan mengembangkan keterampilan berbahasa, termasuk
berbicara dan menulis.
Aspek keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek
yaitu, dua keterampilan reseptif dan dua keterampilan produktif. Aspek keterampilan
reseptif yaitu menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan produktif yaitu
berbicara dan menulis.
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) pada dasarnya
mencakup empat segi, yaitu; keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan
berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan
menulis (writing skills). Keempat keterampilan ini saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Ketika kita ingin memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar
“menyimak” bahasa kemudian “berbicara”; sesudah itu kita “membaca” dan “menulis”.
Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca
dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
disebut caturtunggal. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-
proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.
4
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan materi mengenai
“Kemampuan Memahami (Kemampuan Bahasa Reseptif)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu yang dimaksud kemampuan bahasa reseptif?
2. Apa yang dimaksud definisi menyimak?
3. Apa tujuan dari menyimak?
4. Apa manfaat dari menyimak?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menyimak?
6. Apa saja tahapan menyimak?
7. Bagaimana contoh pengajaran menyimak?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu bahasa reseptif.
2. Mengetahui definisi menyimak.
3. Mengetahui tujuan menyimak.
4. Mengetahui manfaat menyimak.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses menyimak.
6. Mengetahui tahapan menyimak.
7. Mengetahui contoh pengajaran menyimak.
5
PEMBAHASAN
Kemampuan bahasa reseptif pada anak juga terdapat dalam Permendikbud No. 137
Tahun 2014 dalam lampiran I mencantumkan beberapa poin lingkup perkembangan
yaitu: (1) memahami beberapa perintah secara bersamaan; (2) mengulang kalimat yang
lebih kompleks; (3) memahami aturan dalam suatu permainan; dan (4) senang dan
menghargai bacaan (Permendikbud, 2014). Kemampuan bahasa reseptif membuat anak
dapat memahami kata-kata, kalimat, cerita dan peraturan. Sebagaimana fungsi bahasa
6
yaitu sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
(Susanto, 2016). Bahasa reseptif menjadi sangat penting karena adanya pemahaman
bahasa sehingga komunikasi berhasil. Anak usia dini memahami bahasa menjadi dasar
baginya untuk belajar kepada tahap perkembangan bahasa berikutnya seperti membaca
dan menulis sebagai alat belajar serta beraktivitas. Kesulitan dalam bahasa reseptif ini
dapat menyebabkan kesulitan perhatian dan mendengarkan bahkan masalah perilaku,
seperti dalam kegiatan belajar dan beraktivitas karena anak belum mampu menanggapi
pertanyaan dan permintaan dengan tepat.
B. Definisi Menyimak
7
Jatiyasa dalam (Suharti, dkk, 2021) menyebut menyimak sebagai “proses
mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi, dan evaluasi”. Hermawan dalam
(Suharti, dkk, 2021) mengakatan bahwa menyimak merupakan proses selektif,
memiliki aspek psikologis, dan tidak hanya berkaitan dengan kegiatan pasif. Proses
selektif yang dimaksud bahwa ketika menyimak, seseorang akan menyeleksi bahan
simakan bergantung 4 pada situasinya. Misal karena keharusan, ketertarikan,
kehebatan, atau memiliki perbedaan informasi dari bahan-bahan simakan sebelumnya.
Selain itu, menyimak juga menyangkut proses psikologis yang artinya seseorang akan
menyimak sesuatu jika hal itu sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan kata lain,
seseorang tidak akan menyimak jika hal itu terasa membosankan dan berlawanan
dengan minatnya.
C. Tujuan Menyimak
Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara
yang pertama adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan mendengarkan radio,
melihat televisi, berdiskusi, menghadiri seminar, dan sebagainya. Dari uraian diatas,
maka menyimak merupakan suatu media untuk mendapatkan fakta dan informasi
Proses menganalisis fakta adalah proses menaksir kata-kata atau informasi sampai pada
tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta
tersebut.
Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul
beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan
simakan. Dalam mengevaluasi fakta, penyimak perlu mempertimbangkan bahan
simakan dengan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
8
4. Menyimak Untuk Mendapatkan Inspirasi
Pada dasarnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan. Hiburan dapat
diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak. Manusia
jaman sekarang sering menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk
memperoleh hiburan.
D. Manfaat Menyimak
Dalam komunikasi lisan secara timbal balik antara pembicara dengan pendengar
terdapat proses menyimak pembicaraan satu sama lain Setiawan (dalam Rahmawati
2007:20-21) menyatakan bahwa manfaat menyimak sebagai berikut:
9
6. Meningkatkan citra artistik jika yang disimak merupakan bahan simakan yang
isi dan bahasanya halus.
7. Menggugah kreativitas dan semangat cipta untuk menghasilkan ujaran-ujaran
dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan
mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang
berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.
1. Faktor Fisik
2. Faktor Psikologis
10
Pengalaman merupakan suatu factor penting dalam menyimak. Kurangnya
minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam
bidang yang akan disimak tersebut. Sikap yang menentang dan bermusuhan timbul
dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan
“mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman
mereka.
4. Faktor Sikap
5. Faktor Motivasi
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam
memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah
dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan
baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata
letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan sosial juga
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak
11
cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk
mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-
sumbangan mereka dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk
didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai
kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan
kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka
F. Tahapan Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak terdapat tahapan-tahapan, antara lain:
A. Tahap Mendengar
Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh
pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam
tahap hearing (mendengar).
B. Tahap Memahami
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau
memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
C. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam
ujaran itu; dengan demikiran, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
12
D. Tahap Mengevaluasi
Berikut adalah contoh pengajaran menyimak yang dapat dilakukan oleh guru:
1. Meminta siswa untuk menutup mata dan menundukkan kepala, kemudian meminta
mereka untuk membedakan bunyi. Guru dapat menggerakkan beberapa benda yang
terdapat di kelas hingga berbunyi, misalnya mendorong kursi, membuka pintu lemari,
mengetuk-ketuk penggaris, meraut pensil, membalik halaman buku, dan lain-lain.
2. Mengajarkan siswa cara menerima pesan dalam telepon secara singkat.
3. Membacakan suatu cerita dengan topik tertentu, kemudian meminta siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dapat diawali dengan kata tanya “apa”, “siapa”, “di mana”, “kapan”,
“mengapa”, dan “bagaimana”.
4. Melatih siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi
ini harus diucapkan secara lugas dan jelas. Dengan demikian, guru dituntut untuk
menjadi role model yang baik untuk membuat tuturan yang jelas. Guru dapat meminta
siswa berlatih dengan membuka dan membentuk mulut sesuai bunyi tuturan (vokal dan
konsonan) yang diucapkan.
5. Melatih siswa untuk terampil dalam berdikte. Dalam hal ini, guru harus
memberikan pengulangan kata dengan pelan, berulang-ulang, serta artikulasi dan
intonasi yang jelas. Selanjutnya, dari kata kegiatan dikte dapat dikembangkan dalam
frasa dan kalimat.
13
6. Meminta siswa menyimak sebuah cerita. Setelah itu, melakukan tanya jawab
mengenai hal-hal yang menarik minat siswa.
7. Melakukan kegiatan bisik berantai. Kegiatan ini menuntut siswa untuk
berkonsentrasi agar dapat menyimak dan memahami maksud ujaran temannya.
Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang menyenangkan karena guru dapat
memberikan reward kepada siswa yang berhasil menyimak dengan baik. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan menyimak siswa dapat berkembang melalui
kegiatan yang menyenangkan mereka.
8. Memperdengarkan tiruan bunyi-bunyi binatang, kemudian melakukan tanya jawab
dengan siswa.
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Adini dalam (Kuning, 2019), bahasa reseptif adalah kemampuan
mendengar, memahami dan menguraikan suatu pesan sehingga dapat dimengerti oleh
orang lain sebagai penerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
reseptif berarti kemampuan untuk menerima dan tanggap terhadap pendapat, saran dan
anjuran dari orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kemampuan berbahasa reseptif ialah kemampuan menerima informasi baik melalui
penglihatan maupun pendengaran, sehingga anak yang memiliki kemampuan untuk
berbahasa reseptif ialah anak yang mengerti apa yang ia lihat dan yang ia dengar.
Selain itu terdapat kemampuan bahasa reseptif pada anak yang tercantum dalam
Permendikbud No. 137 Tahun 2014 dalam lampiran I mencantumkan beberapa poin
lingkup perkembangan yaitu: (1) memahami beberapa perintah secara bersamaan; (2)
mengulang kalimat yang lebih kompleks; (3) memahami aturan dalam suatu permainan;
dan (4) senang dan menghargai bacaan (Permendikbud, 2014).
B. Saran
Penulis menyusun makalah ini untuk menambah wawasan bagi pembaca. Penulis
berusaha sebaik mungkin dalam menyampaikan materi dan berharap para pembaca
dapat memahi apa yang penulis sampaikan mengenai materi Menyimak. Namun,
penulis menyadari ketidaksempurnaan baik dalam penulisan maupun dari isi makalah
ini. Maka dari itu, penulis sangat membuka dan menerima saran atau masukan yang
bersifat membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kuning, R. R. (2019). Kemampuan Berbahasa Reseptif pada Anak dengan Speech Delay. Studi
Kasus di Lembaga Bimbingan Minat Baca dan Belajar Anak (biMBA)
AIUEO Barata Jaya Surabaya, 1-117.
Permendikbud. (2014). Standar Nasional Penilian PAUD No. 137. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Suharti, S., dkk. (2021). Kajian Psikolinguistik. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
16