Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Muhammad Alvin Aidil Fitri 06021182126011
2. Nurbaya 06021282126038
3. Juwita pangesti 06021282126017
4. Gebby Gitavalira 06021282126023
5. Fitri Rahmadani 06021382126060
6. Rahmawati 06021382126073
Dosen Pengampu :
Drs. Supriyadi M.Pd
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan
Karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.makalah
yang Berjudul “Sejarah perkembangan Retorika di Eropa dan di Indonesia” pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Drs.
Supriyadi, M.Pd. selaku dosen pengampuh Mata kuliah tersebut. Tidak lupa, penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini. Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dan masih banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Oeleh karena itu, kritik
dan masukan akan Sangat membantu penyusun dalam penyusunan makalah
selanjutnya agar lebih baik
Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai materi ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun yang sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kelompok 1
i
Daftar Isi
Cover .....................................................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dari dosen yang bersangkutan
2. Mengetahui apa itu Retorika
3. Mengetahui sejarah perkembangan Retorika di Eropa
4. Mengetahui aejarah perkembangan Retorika di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Retorika berasal dari bahasa inggris, rethoric yang artinya ilmu berbicara, yang dalam
perkembangannya berarti seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan
yang diinginkan Walaupun beragam pendapat tentang retorika, namun dengan jelas dapat
diketahui bahwa tujuan utama retorika adalah tercapainya tujuan pembicaraan atau terjadinya
komunikasi yang efektif. Bersumber dari perkataan Latin rhetorica yang berarti ilmu bicara.
Cleanth Brooks dan Robert Penn Waren dalam bukunya, Modern Rhetoric, mendefinisikan
retorika sebagai the art of using language effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif.
Kedua pengertian tersebut menunjukan bahwa retorik mempunyai pengertian sempit: mengenai
bicara, dan pengertian luas; penggunaan bahasa, bisa lisan dapat juga tulisan.
2
c. Setiap tuturan yang digunakan harus disesuaikan dengan situasinya.
d. Setiap orang mempunyai gaya tuturan yang berbeda, dan itu diperlukan untuk menjadi orator
yang khas.
e. Wacana politik tidak harus dilafalkan, tetapi harus dikuasai dalam praktik.
2. Aristoteles
Ia merupakan tokoh yang penting dalam retorika karena ia mencoba menegakkan retorika
sebagai ilmu. Kemampuan Aristoteles menegakkan retorika sebagai ilmu tidak terlepas dari
kemampuannya pada bidang-bidang lain, seperti ahli pikir (filsuf), ahli matematika (logika), ahli
bahasa (berpidato), ahli estetika (seni dan etika). Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah
membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian. Ia menulis tiga jilid buku
berjudul De Arte Rhetorica, yang di antaranya berisi lima tahap penyusunan satu pidato atau
Retorika 24 Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric) yang terdiri dari :
A. Inventio (penemuan)
Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode
persuasi yang paling tepat.. Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan
mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
b. Dispositio (penyusunan).
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Aristoteles
menyebutnya taxis, yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian
yang berkaitan secara logis.
c. Elocutio (gaya)
Pada tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk
“mengemas” pesannya. Aristoteles memberikan nasihat ini: gunakan bahasa ang tepat, benar,
dan dapat diterima; pilih katakata yang jelas dan langsung; sampaikan kalimat yang indah,
mulia, dan hidup; dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
d. Memoria (memori).
Pada tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya, dengan mengatur
bahan-bahan pembicaraannya. Aristoteles menyarankan “jembatan keledai” untuk
memudahkan ingatan. Di antara semua peninggalan retorika klasik, memori adalah yang
paling kurang mendapat perhatian para ahli retorika modern.
e. Pronountiatio (penyampaian)
Pada tahap ini pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Di sini, akting sangat
berperan. Demosthenes menyebutnya dengan hypocrisis. Pembicara harus memperhatikan
olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan.
3
B. Retorika Masa Romawi
Pada zaman Romawi, Retorika sempat mengalami gejala statis. Tidak banyak kemajuan
yang berarti tercipta, pasca De Arte Rhetorica, dua ratus tahun sebelumnya, digubah oleh
Aristotles. Rupanya hal ini mengindikasikan akan kuat dan komprehensifnya pembahasan yang 7
tertuang di dalam masterpiece murid kesayangan Plato tersebut. Adapun pustaka mengenai
retorika yang muncul pada zaman romawi diantaranya Ad Herrenium yang ditulis dalam bahasa
Latin. Namun, cakupan buku ini terlalu sederhana untuk kemudian bisa menjadikannya karya
fenomenal. Ad Herrenium hanya berbicara tentang warisan retorika gaya Yunani. Dan itupun lebih
menekankan aspek praktisnya saja.
Kendati demikian, pada zaman ini banyak terlahir orator-orator ulung seperti Antonius,
Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero. Yang terakhir inilah yang sepertinya merupakan best of
the best dari sekian orator yang hidup pada zaman Romawi. Sampai-sampai Kaisar Roma pun
memuji Cicero, "Anda telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama
yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari
kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan
manusia daripada memperluas batas-batas kerajaan Romawi".
4
Epistemologis membahas teori pengetahuan, asal usul, sifat, metode, dan batasbatas
pengetahuan manusia. Pemikiran epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam
sorotan perkembangan psikologi kognitif, yakni yang membahas proses mental. Tokoh-tokoh
aliran epistemologis ini di antaranya:
(1). Roger Bacon yang menekankan retorika pada penggunaan rasio dan imajinasi untuk
menggerakkan kemauan secara lebih 149 Rajiyem, Sejarah dan Perkembangan Retorika baik.
Rasio, imajinasi, dan kemauan merupakan kajian psikologis yang mendapat perhatian dari ahli
retorika modern.
(2).George Campbell yang menjelaskan perilaku manusia dalam empat tataran, yakni
pemahaman, memori, imajinasi, perasaan, dan kemauan. Retorika diarahkan pada upaya
mencerahkan pemahaman, menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan
mempengaruhi kemauan.
(3). Richard Whately yang memusatkan perhatian pada argumentasi sebagai fokus retorika.
Bagi beliau, retorika harus mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan
mengorganisasikannya secara baik. Oleh karena itu, menelaah proses berpikir khalayak sangat
penting.
5
2.2.PERKEMBANGAN RETORIKA DI INDONESIA
Informasi tentang perkembangan retorika di Indonesia masa lampau sangat sedikit, sumber
dan referensi yang lengkap pun susah ditemukan. Hanya kegiatan bertutur di upacara-upacara adat
yang dapat dipahami. Yang merupakan warisan budaya yaitu ucapan saat meminang, pernikahan,
kelahiran, dan kematian. Setiap suku bangsa Indonesia memiliki adat tersendiri, cara
berkomunikasi antar dua suku menggambarkan kemampuan berbicara. Dari sinilah, retorika klasik
di Indonesia dimulai.
Sejak abad ke-16 pada masa penjajahan Belanda, Indonesia sudah mempunyai beberapa
tokoh-tokoh retorika yang menjadi utusan (yang bertanggung jawab) pada permusyawaratan
(berunding) untuk bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama mengenai
retorika. Beberapa tokoh-tokoh Indonesia yang terkenal dengan kemampuan berbicaranya, yaitu:
a. H. Agus Salim berasal dari Sumatra Barat
Tokoh tersebut adalah seorang tokoh yang serbabisa, penerjemah, ahli syair, sastrawan, diplomat,
filsuf, dan ulama. H. Agus Salim menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang
dewan rakyat sehingga menggegerkan Belanda.
b. Ir. Soekarno
Tokoh Ir. Soekarno adalah ahli dalam berpidato yang dikenal di seluruh Dunia. Memiliki
kemampuan berpidato yang luar biasa. Bung Karno tidak pernah membaca naskah pada saat
berpidato. Pidatonya yang terkenal berjudul “nawaksara”.
c. Buya Hamka (1908-1981)
Buya Hamka adalah tokoh atau ahli retorika Indonesia. Seorang ulama, aktivis politik dan seorang
penulis terkenal. Bahkan beliau memiliki kemampuan otodidak (kemampuan dari hasil belajar
sendiri) yaitu menulis, tetapi juga di berbagai ilmu filsafat, sastra, sejarah, sosial, dan politik serta
mahir berbahasa Arab. Untuk mengasah berpidato, beliau bertukar pikiran dengan H.O.S.
Cokroaminoto dan Raden Mas Suryoparonoto.
d. Bung Tomo (1920:1981)
Tokoh Bung Tomo sangat tekenal dengan ketajaman kata-katanya. Pada tahun 1970, beliau
berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru, Beliau berbicara keras terhadap pemerintahan
Soeharto. Akhirnya, beliau ditahan karena kritikannya yang pedas itu
6
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan
makalah “sejarah perkembangan retorika di eropa dan indonesia ” penulis menyimpulkan bahwa
perkembangan retorika di eropa dibagi menjadi empat zaman yakni di yunani, romawi, pada abad
pertengahan dan zaman modern. Sedangkan perkembangan retorika di Indonesia sedikit sulit
untuk di gali lebih dalam karena hanya di jumpai kegiatan bertutur di upacara-upacara adat yang
dapat dipahami yang merupakan warisan budaya.
3.2.Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah
adalah daftar pustaka
7
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.lppm.unila.ac.id/20318/1/Buku%20Ajar%20Retorika.pdf
https://www.kompasiana.com/nadiakamila/54f7d10ba33311f8498b478c/sejarah-dan-
perkembangan-retorika
http://renyalfiatin.blogspot.com/2014/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
htpp://epo.budiutomomalang.ac.id/474/1/MODUL%20RETORIKA-1.pdf