Disusun oleh:
Kelompok VI
1. Khairani 220701033
2. Adinda Dwi Puranda Dalimunte 220701057
3. Zehan Aninda Kuswoyo 220701061
4. Azka Nabila Nasution 220701089
5. Merry Kristina 220701079
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun atas dasar tugas
mata kuliah Pengantar Retorika. Semoga dengan adanya tugas ini dapat memberi manfaat
untuk pembaca di masa yang akan datang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu Drs. Amhar Kudadiri,
M. Hum. yang telah memberikan arahan yang baik serta dukungan dari rekan-rekan, sehingga
kami dapat menyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan maupun pelaporan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun sangat kami
harapkan guna menyempurnakan tugas ini. Semoga para pembaca dapat menambah wawasan
dari makalah ini dan dapat bermanfaat untuk kami dan juga para pembaca.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aktifitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia dan
tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan modern memberi
kesempatan kepada setiap orang untuk melakukan komunikasi dalam setiap ruang dan
waktu hampir tanpa batas. Manusia selalu membutuhkan komunikasi dengan orang lain.
Sebagian besar aktivitas manusia selalu ditandai kegiatan bertutur. Dengan bertutur
manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan menciptakan budaya
insani. Kemampuan bertutur atau berbicara bisa jadi merupakan bakat. Kepandaian bicara
yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan cara dan
bentuk pakaian, tetapi lupa memperhatikan cara dan bertutur yang baik. Di sinilah retorika
sebagai “ilmu berbicara” diperlukan oleh semua orang. (Isbandi, 2014:71)
Peranan retorika ini sangat penting dalam kehidupan baik di lingkungan akademik
maupun di lingkungan non akademik. Misalnya saja, mahasiswa. Mahasiswa yang pandai
beretorika akan sangat muda untuk menguasai massa atau lingkungannya. Keberhasilan
tersebut, tampak pada saat bagaimana mahasiswa memaparkan gagasan dapat diterima
orang lain. Pentingnya keterampilan dalam mengasah kemampuan retorika tidak hanya
dirasakan bagi kalangan aktivis saja, akan tetapi masyarakat umum sangat menyadari peran
retorika sebagai keterampilan seni berbica. Oleh karena itu para ahli pemikir membagi
peranan retorika ini tidak saja di dunia akademis, namun juga secara nonakademis.
3
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang pengertian retorika
2. Mengetahui bahasa sebagai pendukung utama retorika
3. Mengetahui bahasa sebagai alat komunikasi
4. Mengetahui retorika sebagai proses komunikasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurur Harsoyo (dalam Dhanik, 2020) Retorika berasal dari bahasa Inggris
“rhetoric” dan bersumber dari bahasa Latin “rhetorica” yang berarti ilmu berbicara.
Retorika sebagai ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
Pengertian retorika juga dapat dilihat secara sempit dan secara luas. Secara sempit
retorika hanya meliputi seni berbicara, sedangkan secara luas retorika mengenai
penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Pengertian yang umum diketahui di
masyarakat adalah pengertian retorika secara sempit, dimana retorika hanya meliputi seni
berbicara. Istilah retorika pada awalnya diperkenalkan oleh Aristoteles (384-322 SM).
Setelah itu istilah retorika menyebar luas dan digunakan dalam berbagai bidang, seperti
politik, ekonomi, kesenian, jurnalistik, pendidikan, dan lain-lain.
5
istilah, kata, ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain. Termasuk dalam masalah
bahasa adalah delivery, yakni mengatur susunan bahasa, mengatur cara penyajian, dan
memilih gaya pengungkapan. Semua ini dilakukan agar komunikasi bisa menarik minat
lawan bicara. Di sinilah letak persuasinya. Meskipun ada kebebasan dalam memilih unsur-
unsur bahasa, mengatur susunan bahasa, mengatur cara penyajian, dan memilih gaya
pengungkapan, bukan berarti bahwa komunikator tidak bertanggungjawab atas isi yang
disampaikan. Komunikator tetap harus bertanggungjawab atas isi yang ingin disampaikan.
(I Nengah, 2010:63)
6
kemudian direspons oleh lawan tutur sehingga terjalin komunikasi yang baik. (Pateda,
2011: 6-7)
Kemudian, bahasa juga dijelaskan secara rinci oleh Chaer (2012:33) berupa sistem,
berbentuk lambang, berbentuk bunyi, bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik,
universal, produktif, bervariasi, dinamis, manusiawi, digunakan sebagi alat interaksi sosial,
dan berfungsi sebagai identitas penuturnya. Chaer lebih menjelaskan bahasa sebagai alat
komunikasi yang memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan bahasa yang
dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan yang lain atau bisa dikatakan bahasa merupakan hak
milik manusia sebagai insan yang mampu berkomunikasi dan karenanya manusia bisa
berkembang dan bertahan hidup
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahasa sebagai alat komunikasi
bermakna bahwa bahasa merupakan deretan bunyi yang bersistem, berbentuk lambang,
bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis,
manusiawi, dan alat interaksi sosial yang menggantikan individual dalam menyatakan
sesuatu atau berekspresi kepada lawan tutur dalam suatu kelompok sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya.
Menurut Shanon dan Weaver (dalam Ponco Dewi, 2018:3) komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak
sengaja. Tidak terbatas bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal tapi juga dalam
bentuk ekspresi muka dan teknologi. Ada beberapa unsur yang harus ada dalam proses
komunikasi, yaitu:
7
a. Sumber / pengirim pesan / komunikator / source / encoder , yaitu seseorang atau
sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang memiliki motif, mengambil
inisiatif, dan menyampaikan pesan.
b. Pesan/informasi/message, dalam bentuk lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis,
secara lisan, gambar, angka, dan gestura, yang dapat berbentuk sinetron, iklan, berita,
film, billboard, dan lain-lain.
c. Saluran/media/channel, yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alatpenyampaian atau
pengiriman pesan (misalnya telepon tetap, telepon seluler, radio, surat kabar, majalah,
televisi, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
d. Penerima/komunikan/receiver/decoder, yaitu seseorang atau sekelompok orang atau
organisasi/institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.
Penyampaian pesan dalam komunikasi harus didukung oleh penalaran yang benar
agar pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan atau landasan. Ini merupakan syarat
yang sejak awal diperingatkan oleh Aristoteles bahwa retorika bukan sekadar permainan
kata-kata atau permainan bahasa. Dengan penalaran yang benar, penyampai pesan
diharapkan menggunakan argumen-argumen yang logis dalam mempersuasi
pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, maka penyampai pesan atau
pemakai retorika dapat menggunakan induksi, deduksi, silogisme, entimem, atau
menunjukkan contoh-contoh. Karena itu, dalam retorika terkandung dua hal, yakni alasan-
alasan dan karakter komunikator. Alasan-alasan merupakan bukti yang digunakan dasar
persuasi, dan karakter merupakan penanda psikologis apakah penyampai pesan berbohong
atau jujur. (I Nengah, 2010:63)
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara etimologis, retorika bisa dikatakan sebagai kecakapan berpidato pembicara publik
yang terbiasa berkata-kata. Dalam retorika, bahasa merupakan pendukung utamanya. Tanpa
bahasa, maka tidak ada retorika. Bahasa berhubungan dengan penyajian pesan dalam komunikasi.
Bahasa sebagai alat komunikasi bermakna bahwa bahasa merupakan deretan bunyi yang
bersistem, berbentuk lambang, bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik, universal,
produktif, bervariasi, dinamis, manusiawi, dan alat interaksi sosial yang menggantikan individual
dalam menyatakan sesuatu atau berekspresi kepada lawan tutur dalam suatu kelompok sosial
sebagai alat untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya. Retorika merupakan perpaduan antara
ilmu komunikasi dengan pemahaman dan pemaknaan, artinya bagaimana proses penyampaian
pesan itu secara efektif dari komunikator dapat tersampaikan kepada komunikan.
3.2 Saran
Disarankan kepada mahasiswa semester II kelas A Sastra Indonesia stambuk 2023 untuk
wajib memahami materi mengenai “Pengembangan Bahasa Komunikaai Retorika” ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
Maarif, Zainul. 2019. Retorika Metode Komunikasi Publik. Depok: Rajawali Pers.
Noermanzah. 2019. “Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian”. Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba), hal 307.
Nengah, I. 2010. “Retorika dan Penggunaannya dalam Berbagai Bidang”. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra, 6 (12), hal 63
Sardila, Veravdan Arini. 2018. ”Alternatif Peningkatan Kreativitas Retorika Mahasiswa Melalui
Model Simulasi Pada Media Penyiaran”. Jurnal Risalah, 29 (1), hal 48
Sulistyarini, Dhanik dan Anna Gustina Zainal. 2020. Buku Ajar Retorika. Serang: CV. AA. Rizky.
Sutrisno, Isbandi dan Indah Wiendijarti. 2014. “Kajian Retorika untuk Pengembangan dan
Keterampilan Berpidato”. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12 (1), hal 71
10