Anda di halaman 1dari 12

RETORIKA ANTARA DIALEGTIKA DAN SENI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Retorika

Diampu Oleh :
Drs. Parto, M.Pd
NIP. 19631116 198903 1 001

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Imma Sajarotul Maulida 200210402003
2. Imroatul Qorimah 200210402025
3. Fahdina Maulaya 200210402028
4. Rizma Monica 200210402043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
AGUSTUS 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kpada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tak lupa
sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
beliaulah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Teknologi Informasi.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan adanya
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami
mengucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu
kami dalam menyelesakikan makalah ini khususnya Bapak dosen yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.Penulis
menyadari adanya kesalahan dan kekurangan dalam susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Jember, 31 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian Retorika dan Dialektika..........................................................................3
2.1.1 Retorika.............................................................................................................3
2.1.2 Dialegtika..........................................................................................................4
2.2 Hubungan Retorika dengan Dialektika.....................................................................5
2.3 Hubungan Retorika dengan Seni.............................................................................7
BAB II PENUTUP............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................8
3.2 Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perihal entitas seni dan budaya bangsa kita di saat ini, dalam
kaitannya dengan wacana kebudayaan global, kiranya salah satu critical point
yang mendasar adalah pada segmentasi substansi kualitas keberdayaan dan
keadilan dialetikanya dengan kebudayaan asing (Barat), yang selama ini begitu
dirasakan teramat timpang.Betapa kita menyaksikan secara asertif
transparan,bahwasanya selama ini telah terjadi paradigma ketidakadilan besar
dalam dialetika seni dan budaya yang dialami oleh bangsa kita dan juga bangsa-
bangsa Timur lainnya,dengan seni dan budaya Barat,dalam semua sistem
pranatanya yang ada,sehingga menimbulkan teriak kerpihatinan dimana-mana.
Untuk sekedar menunjuk satu hal yang sangat jelas dapat dijadikan contoh dalam
bidang seni misalnya (baik seni rupa maupun seni pertunjukan),bukankah
kesadaran berkesenian kita selama ini,baik dalam tataran disiplin keilmuan,sampai
pada modus kreatif praksis dalam oleh estetiknya,hampir semua arus utamanya
(mainstreams).
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan berkomunikasi yang sangat
mendasar yang dimiliki oleh manusia. Sejak lahir manusia sudah berkomunikasi
dengan cara menangis saat bayi, selanjutnya kemampuan berkomunikasinya
semakin meningkat seiring dengan waktu. Sebagian besar komunikasi yang
dilakukan oleh manusia berupa komunikasi secara lisan, salah satunya dengan
retorika.Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari bahasa
Latin “rhetorica” yang berarti ilmu berbicara. Retorika sebagai ilmu memiliki
sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif (Harsoyo dalam Susanto dalam
Rajiyem, 200 . Rasional berarti apa yang disampaikan oleh seorang pembicara
harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta
yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum artinya kebenaran yang
disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasikan karena memiliki nilai
sosial. Akumulatif merupakan ilmu yang mengatakan retorika sebagai public
speaking atau berbicara di depan umum. Secara sempit retorika hanya meliputi

1
seni berbicara, sedangkan secara luas retorika mengenai penggunaan bahasa, baik
lisan maupun tulisan. Pengertian yang umum diketahui di masyarakat adalah
pengertian retorika secara sempit, dimana retorika hanya meliputi seni berbicara.
Menurut Marta (2014) meskipun retorika mencakupi seluruh penggunaan bahasa,
tetapi dalam kajian semiotik bahasa (bahasa sebagai kajian semiotik) tidak
disebutkan bahwa retorika merupakan bagian dari kajian semiotik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Retorika dan Dialektika?
2. Bagaimana hubungan antara Retorika dengan Dialektika?
3. Bagaimana hubungan antara Retorika dengan Seni?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam lagi apa yang dimaksud dengan Retorika
dan Dialektika
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi antara Retorika
dengan Dialektika di sekitar kita
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi antara Retorika
dengan Seni yang ada di sekitar kita

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Retorika dan Dialektika
2.1.1 Retorika
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari
bahasa Latin “rhetorica” yang berarti ilmu berbicara. Retorika sebagai ilmu
memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif (Harsoyo dalam
Susanto dalam Rajiyem, 200. Rasional berarti apa yang disampaikan oleh
seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti
menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum
artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak
dirahasikan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan ilmu yang
mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum.
Secara sempit retorika hanya meliputi seni berbicara, sedangkan secara luas
retorika mengenai penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Pengertian
yang umum diketahui di masyarakat adalah pengertian retorika secara sempit,
dimana retorika hanya meliputi seni berbicara. Menurut Marta (2014)
meskipun retorika mencakupi seluruh penggunaan bahasa, tetapi dalam kajian
semiotik bahasa (bahasa sebagai kajian semiotik) tidak disebutkan bahwa
retorika merupakan bagian dari kajian semiotik. Retorika juga dapat kita
artikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan
bakat alam (talenta), dan keterampilan teknis. Retorika juga sering diartikan
sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses
komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti
berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu
kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, padat, dan
mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, banyak kreasi
dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya
pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan
yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.

3
Disamping itu ada beberapa fungsi dari adanya retorika. Dimana pada
dasarnya fungsi retorika adalah mempersiapkan sarana yang baik, yakni
menyediakan pengetahuan dan bimbingan bagi penutur, sehingga mereka
lebih mudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Penyediaan retorika
akan pengetahuan manusia sebagai persona tutur, kegiatan bertutur, bahasa,
topik tutur, dan tutur akan membantu para penutur dalam meneruskan
gagasannya kepada orang lain.Selain penyediaan pengetahuan seperti di atas,
retorika juga mempersiapkan sarana pembimbingan yang efektif bagi penutur,
seperti :
 Cara-cara memilih tutur
 Cara-cara memandang dan menganalisis topik tutur untuk menemukan
sarana ulasan yang persuasif-objektif
 Cara-cara menemukan ulasan artistik dan nonartistik,
 Memilih jenis tutur yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
 Menata bagian-bagian tutur serta menempatkan ulasan-ulasan yang sesuai,
 Memilih materi bahasa serta menyusunnya menjadi kalimat yang padu,
utuh, mantap, dan bervariasi.
 Retorika tulis, disediakan bimbingan penataan paragraf.
 Memilih gaya bahasa dan gaya bertutur.
Sedangkan manfaat dari retorika sejak awal kemunculannya yakni retorika
dianggap sebagai ilmu yang amat bermanfaat untuk mempengaruhi pendapat
umum. Aristoteles saat itu malah sudah merumuskan empat manfaat atau
kegunaan dari retorika, yakni:
1. Retorika menuntun penutur dalam mengambil keputusan
2. Retorika mengajar penutur dalam memilih argumen
3. Retorika mengajar penutur dalam mempersuasi
4. Retorika memebimbing bertutur secara rasional
2.1.2 Dialegtika
Dalam retorika dan logika, dialektika adalah praktik untuk mencapai 
kesimpulan melalui pertukaran argumen logis , biasanya dalam bentuk tanya
jawab. Kata sifat: dialektika atau dialektika. Dalam retorika klasik, catat

4
James Herrick, "Sofis menggunakan metode dialektika dalam pengajaran
mereka, atau menciptakan argumen untuk dan melawan proposisi .
Pendekatan ini mengajarkan siswa untuk memperdebatkan kedua sisi kasus"
( The History and Theory of Retetoric , 2001) . Salah satu kalimat paling
terkenal dalam Retorika Aristoteles adalah yang pertama: "Retorika adalah
padanan ( antistrofos ) dari dialektika." Ada beberapa pendapat para ahli
tentang dialektika, seperti: "Zeno the Stoic telah menyatakan bahwa
sementara dialektika adalah kepalan tangan tertutup, retorika adalah tangan
terbuka (Cicero, De Oratore 113). Dialektika adalah sesuatu dari logika
tertutup, dari premis minor dan mayor yang mengarah tak terelakkan menuju
kesimpulan yang tak terbantahkan. Retorika adalah sinyal menuju keputusan
di ruang yang dibiarkan terbuka sebelum dan sesudah logika. (Ruth CA
Higgins, "'The Empty Eloquence of Fools': Retetoric in Classical
Greece." Rediscovering Rhetoric , diedit oleh JT Gleeson dan Ruth CA
Higgins. Federation Press,2008). "Aristoteles mengambil pandangan yang
berbeda tentang hubungan antara retorika dan dialektika dari apa yang telah
diambil Plato. Keduanya, bagi Aristoteles, adalah seni verbal universal, tidak
terbatas pada materi pelajaran tertentu, yang dengannya seseorang dapat
menghasilkan wacana dan demonstrasi tentang pertanyaan apa pun yang
mungkin muncul. Demonstrasi, atau argumen, dialektika, berbeda dari
retorika, dalam dialektika itu argumennya berasal dari premis ( protaseis )
yang didasarkan pada opini universal dan retorika dari opini tertentu”
(Thomas M. Conley, Retorika dalam Tradisi Eropa . Longman, 1990).
2.2 Hubungan Retorika dengan Dialektika
Ilmu retorika juga mempunyai hubungan erat dengan dialektika yang
sudah dikembangkan sejak jaman Yunani Kuno. Dialektika adalah metode untuk
mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Ilmu retorika memiliki kedekatan
dengan dialektika sejak jaman Yunani kuno. Dialektika adalah metode untuk
mencari kebenaran lewat diskusi an debat. Melalui dialektika orang dapat
mengenal dan menyelami suatu masalah, mengemukakan Argumentasi dan
menyusun jalan pikiran secara logis. Retorika memiliki hubungan dengan

5
dialektika karena debat dan diskusi juga merupakan bagian dari ilmu retorika.
(Bormann , 1986 : 12. Melalui dialektika orang dapat mengenal dan menyelami
suatu masalah (intellectio), menggunakan argumentasi (inventio) dan menyusun
jalan pikiran secara logis (dispositio). Retorika mempunyai hubungan dengan
dialektika, karqna debat dan diskusi juga merupakan bagian dari ilmu retorika.
Kelancaran berbicara dalam retorika sangat dituntut dan menjadi Prasyarat
kepandaian berbicara. Oleh karena itu retorika juga erat dengan kelancaran
berbicara (elocution). Dalam bentuk dialektika Socrates yang paling sederhana,
penanya dan responden memulai dengan proposisi atau 'pertanyaan saham', seperti
Apa itu keberanian? Kemudian, melalui proses interogasi dialektik, penanya
mencoba mengarahkan responden ke dalam kontradiksi. Istilah Yunani untuk
kontradiksi yang umumnya mengisyaratkan akhir dari suatu putaran dialektika
adalah aporia.(Janet M. Atwell, Retorika yang Diklaim: Aristoteles dan Tradisi
Seni Liberal . Cornell University Press, 1998). Dalam kesempatan lain Aristoteles
mengambil pandangan yang berbeda tentang hubungan antara retorika dan
dialektika dari apa yang telah diambil Plato. Keduanya, bagi Aristoteles, adalah
seni verbal universal, tidak terbatas pada materi pelajaran tertentu, yang
dengannya seseorang dapat menghasilkan wacana dan demonstrasi tentang
pertanyaan apa pun yang mungkin muncul. Demonstrasi, atau argumen,
dialektika, berbeda dari retorika, dalam dialektika itu argumennya berasal dari
premis ( protaseis ) yang didasarkan pada opini universal dan retorika dari opini
tertentu.(Thomas M. Conley, Retorika dalam Tradisi Eropa . Longman, 1990).
Pada abad pertengahan dalam bentuk dialektika Socrates yang paling
sederhana, penanya dan responden memulai dengan proposisi atau 'pertanyaan
saham', seperti Apa itu keberanian? Kemudian, melalui proses interogasi
dialektik, penanya mencoba mengarahkan responden ke dalam kontradiksi. Istilah
Yunani untuk kontradiksi yang umumnya mengisyaratkan akhir dari suatu putaran
dialektika adalah aporia .(Janet M. Atwell, Retorika yang Diklaim: Aristoteles dan
Tradisi Seni Liberal.Cornell University Press, 1998).Aristoteles mengambil
pandangan yang berbeda tentang hubungan antara retorika dan dialektika dari apa
yang telah diambil Plato. Keduanya, bagi Aristoteles, adalah seni verbal universal,

6
tidak terbatas pada materi pelajaran tertentu, yang dengannya seseorang dapat
menghasilkan wacana dan demonstrasi tentang pertanyaan apa pun yang mungkin
muncul. Demonstrasi, atau argumen, dialektika, berbeda dari retorika, dalam
dialektika itu argumennya berasal dari premis ( protaseis ) yang didasarkan pada
opini universal dan retorika dari opini tertentu. "(Thomas M. Conley, Retorika
dalam Tradisi Eropa . Longman, 1990).
2.3 Hubungan Retorika dengan Seni
Dunia seni juga merupakan bidang kehidupan yang tidak lepas dari
retorika. Apalagi seni itu dimaksudkan untuk “mendidik” penontonnya. Banyak
hasil karya seni mengandung pendidikan, misalnya wayang kulit, wayang orang,
wayang golek, wayang beber, ludruk, arja, tari topeng pajegan (Bali), ludruk,
ketrung, dan lain-lain. Pada kese-nian tersebut terdapat tokoh-tokoh punakawan
yang pintar bertutur (memberi nasihat), seperti tokoh Cepot dan Udel (Sunda),
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (Jawa), Sangut, Delem, Mer-dah Tualen,
Kartala, Punte (Bali). Tokoh-tokoh ini sering bertutur dengan menggunakan
bahasa yang terpilih, ulasan yang mampu mempengaruhi penonton dengan
menampilkan gagasan-gagasan yang mengandung nilai kehidupan. Dalam
hubungan inilah sesungguhnya mereka telah menggunakan retorika dengan baik.
Dalam pewayangan ada dalang yang menggunakan retorika untuk mempengaruhi
penontonnya.Dalam pewayangan terdapat tokoh-tokoh yang baik dan tokoh-tokoh
yang buruk sebagai persona yang dipakai oleh dalang untuk menampilkan tutur-
tutur bijak yang memukau. Keberhasilan dalang dalam mempengaruhi
penontonnya, karena ia mampu menerapkan retorika dengan baik. Kemampuan
seperti itu diperoleh oleh dalang melalui latihan-latihan yang sistematis
Pemanfaatan retorika tidak hanya pada karya seni klasik saja, pada seni modern
retorika juga dimanfaatkan, misalnya pada seni drama, teater, film. Pada ketiga
kesenian ini bahasa dan gaya bahasa dipilih benar, kemudian ditata dengan baik,
selanjutnya ditampilkan di depan penonton. Cara kerja memilih/menemukan,
menata, dan menampilkan benar-benar merupakan langkah-langkah seperti dalam
retorika.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retorika adalah Suatu ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan
tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona
sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah
perasaannya.Sedangkan dialektika adalah sesuatu dari logika tertutup,dari premis
minor dan mayor yang mengarah tak terelakkan menuju kesimpulan yang tak
terbantahkan.Yang kemudian dari pengertian tersebut dapat kita ketahui apa saja
hubungan yang ada di dalam retorika dan juga diaektika.
3.2 Saran
Untuk pembaca materi tentang Retorika antara Dialektika dan Seni
semoga dapat memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dalam makalah
ini.Sebab banyak bab yang telah dijelaskan secara rinci dalam makalah ini tentang
pengertian retorika dan dialektika.Untuk pembaca kami harapkan untuk
memberikan saran terhadap makalah yang kami tulis,apabila ada sub topik yang
kurang dipahami.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdullah. "Retorika Dan Dakwah Islam." Jurnal Dakwah 10.1 (2009):
107-117.
Fathurrijal, Fathurrijal. "Analisis Penerapan Prinsip Retorika di Panggung Debat
Antar Calon Gubernur DKI Jakarta 2017." Al-I'lam: Jurnal Komunikasi
dan Penyiaran Islam 3.1 (2019): 29-46.
Sulistyarini, Dhanik S. Sos.,Mcomm dan MediaSt Dr Anna Gustina Zainal, M. Si.
(2020). BUKU AJAR RETORIKA. Serang Banten. CV. AA. RIZKY

Anda mungkin juga menyukai