Anda di halaman 1dari 19

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DAN SISTIM PENDIDIKAN

NASIONAL

Diajukan guna memenuhi mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Bambang Soepeno, M.Pd
Rully Putri Nurmala Puji, S.Pd. M.Ed

Oleh : kelas B

Hasan Fauzi NIM 190210302075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Pendidikan di Negara indonesia memiliki tujuan sesuai dengan UUD 1945


yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan dan mimpi
tersebut bukanlah suatu hal yang Mudah, melainkan memiliki tantangan dan
cobaan baik dari dalam negri maupun luar negri. Negara indonesia terus berbenah
dalam bidang pendidikan dan beberapakali telah menetapkan peraturan dan juga
beberapa kali telah merefisinya.

1. Hakikat standar Nasional pendidikan

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem


pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
inilah yang menjadi acuan mendasar dalam standar pendidikan di Indonesia.
Peraturan mengenai standar nasional pendididkan telah melewati beberapa fase
tahapan, yang terbaru dimulai dari Menurut ikebijakan pemerintah di bidang
pendidikan yang tertuang kepada peraturan Perundang–Undang Nomor 20 Tahun
2003. yang menjelaskan tentang sistem Pendidikan Nasional, yang didalamnya
mencakup dasar dan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Hal itu termasuk
seperti wajib belajar 12 tahun, penjamin kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam
hal itu, tentunya diperlukan standar yang menjamin mutupendidikan itu sendiri
yang tetap berlandaskan UU yang telah mengatur hal-hal yang mengenai fungsi
Standar Pendidikan.
Kemudian muncul standar pendidikan yang terbaru yaitu dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 perlu
dilakukan karena ketentuan yang terkait dengan Ujian nasional, kurikulum
pendidikan anak usia dini, dan akreditasi memerlukan penyesuaian atas berbagai
tantangan baru. Perubahan kebijakan mengenai Ujian nasional, Pemerintah
memandang perlu untuk melakukan evaluasi berskala nasional yang dapat
memantau dan memetakan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik
sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan yang berfungsi
sebagai salah satu sarana penjaminan dan peningkatan mutu penyelenggaraan
kegiatan pendidikan.

pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 19 Tahun 2005, yaitu


mengenai setandar-standar pendidikan, yang mencakup: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga pendidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengolahan, standar pembiayaan, d an standar
penilaian pendidikan.

2. komponen Standar Nasional Pendidikan

Pemerintah menetapkan 8 standar minimal pendidikan yang harus dicapai.


Berikut merupakan 8 minimal yang harus dicapai :

1. Standar isi
Standar isi mencakup minimal dan tingkat kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal untuk jenjang pendidikan
tertentu. Di dalam standar isi terdapat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan.
Peraturan menteri terkait standar isi :
1. Permen No. 22 tahun 2006
2. Permen No. 24 tahun 2006
3. Permen No. 14 tahun 2007
2. Standar pendidik dan tenga kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Standar yang
dimaksudkan diatas adalah minimal yang harus dipenuhi seorang pendidik
dibuktikan dengan ijasah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai
undang-undang yang berlaku. Berdasarkan undang-undang Nomor 14
tahun 2005 tentnang Guru dan dosen, pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa .
“ kompetensi guru sebagaiman dimaksud dalam pasal 8 meliputi :
Kompetensi pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompetensi profesional yeng diperoleh melalui pendidikan profesi ”. dan
guru dikatakan memiliki standar jika kompetensi diatas telah dipenuhi,
begitupun sebaliknya.

Berikut Komptensi yang harus dicapai oleh seorang pelaku pembelajaran


pada jenjang pendidikan. Baik dari pendidikan dasar, menengah serta pendidikan
anak usia dini. meliputi :

1. kompetensi pedagodik
yaitu kemampuan pemahaman terhadap peseta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
pesrta didik untuk memfasilitasi kemampuan yang dimilikinya. Berikut yang
harus dikuasai :
a. Memahami peserta didik secara mendalam. Dari segi kongnitif,
kepribadian, seta bekal awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaraan. Yang termasuk didalamnya, memahami
landasan pendidikan sebagai acuan. Menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menyusun srtategi pembelajaran sesuai dengan
peserta didik dan menyusun rancangan pembelajaran sesuai
strategi yang dipilih.
c. Menata pembelajaran dengan tatanan yang kondusif.
d. Melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran.
e. Memfasilitasi peserta didik dlam mengembangkan potensinya.
2. kompetensi kepribadian
kompetensi kepribadian adalah kemampuan indifidu yang
mencerminkan keamampuan yang stabil, mantap, dewasa, dan berwibawa.
Menjadi suri tauladan bagi peserta didik, dan berakhlaq mulia. Berikut
beberapa hal yang harus dikuasai :
a. Kepribadian dari guru yang mantap dan stabil. Bertindak sesuai
dengan norma sosial, mempunyai rasa bangga menjadi seorang
Guru.
b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Yaitu menampilkan
kemandirian dalam bertindak. Dan memiliki etos kerja sebagai
Guru.
c. Memiliki kepribadian yaang Arif. Yaitu bertinak sesuai dengan
kemanfaatan peserta didik. Dan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa. Yaitu berperilaku secara positif dan
memiliki perilaku yang disegani.
e. Miliki akhlaq mulia dan menjadi suri tauladan yang baik sesuai
dengan norma agama. Yaitu memiliki imtaq, jujur, ikhlas, suka
menolong.
3. kompetensi profesional
kompetensi profesional merupakan penguasaan terhadap materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Yang termasuk menguasai materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah, dan subtansi keilmuan yang menguasai
materinya. Serta penguasaan terhadap metodologi keilmuanya. Berikut yang
harus dikuasai seorang pendidik adalah :
a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan.
b. Menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
c. Bisa mengembangkan materi yang diampu secara kreatif.
d. Memanfaatkan teknologi informasi sebagai media untuk
komunikasi dan pengembangan diri.
4. kompetensi sosial.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru bergaul dan
berkomunikasi secara efektif. Dengan peseta didik, tenaga pendidik, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Berikut kompetensi sosial
yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik adalah.
a. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, dan tidak diskriminatif karena
pertimbangaan sesuatu. Baik dari jenis kelamin, ras, agama, latar
keluarga dan lain-lain.
b. Berkomunikasi secara santun, efektif, dan empatik terhadap
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c. Bisa beradaptasi dimanapun ia ditugaskan yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan baik sacara lisan maupun tulisan.

Tenaga pendidik meliputi pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,


SDLB/SMALB, SAM/MAK, satuan pendidikan paket A, paket B dan paket C,
dan pendidik pada suatu lembaga khusus dan pelatihan. Berikut ini merupakan
peraturan mentri pendidikan nasional yang berkaitan dengan Standar Pendidik dan
Tenaga pendidikan.

3. Standar sarana dan prasarana


Setiap satuan pendidika wajib memiliki sarana yang meliputi
peralatan pendidikan, media pendidikan, perabot pendidikan, buku dan
sumber belajar lainaya. Serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan
pendidikan. Dan satuan pendidikan wajib memiliki prasarana seperti :
lahan pendidikan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustaaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang kantin, ruang unit produksi, instalasi daya dan jasa,
tempat ibadah, tempat olah raga, tempat bermain , tempat berekreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran.
Dan setiap sekolah dikatakan memenuhi standar jika semua sarana dan
prasarana dia atas telah terpenuhi, begitupun sebaliknya.

Untuk standar sarana dan prasarana telah dituangkan dalam Peraturan


mentri pendidikan nasional Republik Indonesia no 24 Tahun 2007 tentang sarana
dan prasarana untuk SD sederajat, SMP sederajat dan SMA sederajat. Memiliki
beberapa standar yang meliputi :

1. Satuan Pendidikan.
Standar ini mengatur bahwa minimum rombongan belajar pada SD
sederajar adalah 6 rombongan dengan maksimal 24 rombongan. Lalu pada
setiap rombongan belajar berisi maksimal 2000 jiwa. Dalam satu desa
minimal terdapat satu SD.
Sedangkan pada SMP memiliki minimum rombongan belajar
berjumlah 3 dan maksimal 24. Dalam satu SMP yang memiliki 3
rombongan belajar, memiliki batas maksimum 2000 jiwa. Pada satu
kecamatan minimal terdapat satu SMP yang dapat menampung semua
lulusan SD tersebut.
Untuk SMA memiliki Rombongan belajar minimum 3 dengan
jumlah maksimum 27 rombongan. Satu SMA dengan 3 rombongan belajar
memiliki kapasitas maksimal 6000 jiwa.
2. Lahan
Pada standar ini menggunakan rasio perbandingan antara luas
lahan belajar dengan jumlah peserta didik. Contohnya pada SD, rasio
lahan berjumlah 12,7 artinya setiap satu peserta didik harus disediakan
lahan minimal 12,7 m2. Lalu pada SMP 22,9 dan SMA 36,5.
3. Bangunan Gedung
Gedung harus memiliki persyaratan tata bangunan, persyaratan
keselamatan, persyaratan fasilitas dan aksesibilitas mudah, persyaratan
kenyamanan, persyaratan keamanan, dan memiliki kualitas bangunan yang
sesuai standar.
4. Ketentuan Sarana dan Prasarana
Minimal, setiap setuan pendidikan harus memiliki
1. Ruang kelas
2. Ruang perpustakaan
3. Laboratorium IPA
4. Suang pimpinan
5. Ruang guru
6. Tempat beribadah
7. Ruang UKS
8. Jamban
9. Gudang
10. Ruang sirkulasi
11. Tempat olahraga

Pada SMP dan SMA ada tambahan berupa tata usaha, ruang konseling,
ruang organisasi kesiswaan.

4. standar pembiyayaan
Menurut PP Nomor 19 tahun 2015 tentang Standar Nasioanal
Pendidikan disebutkan bahwa standar pembiayaan adalah standar yang
mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun. Pada pasal 62, tertera bahwa standar
pembiayaan terdiri atas standar investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Biaya investasi merupakan biaya penyelenggaraan pendidikan
yang sifatya lebih permanen dan berlaku dalam jangka panjang.biaya
investasi ini berupa biaya investasi lahan, dan biaya investasi selain lahan.
Nantinya dengan adanya biaya investasi, akan diperoleh aset yang dalam
bentuk fisik dan non fisik. Selanjutnya biaya operasi adalah biaya yang
diperlukan sekolah untuk menunjang proses pendidikan. Biaya ini dibagi
menjadi dua yaitu biaya operasi personalia dan nonpersonalia. Untung
yang personalia, meliputi gaji, tunjangan-tunjangan yang melekat dengan
jabatan profesi. Sedangkan pada biaya operasi nonpersonalia berupa Alat
Tulis Sekolah (ATS), Bahan dan Alat Habis Pakai dalam kurun satu tahun,
pemeliharaan ringan, daya dan jasa transportasi, konsumsi, pembinaan
siswa.

Dalam pembiayaan pendidikan, dibebankan kepada pemerintah pusat,


pemerintah daerah dan masyarakat. Untuk pemerintah sendiri dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 yang didalamnya
tertulis bahwa dana pendidikan yang selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Namun dalam putusan MK No 13/PUU-VI I 2008 yang
merubah isi dalam UU tersebut menjadi angaran dalam pendidikan minimal 20%
dari APBN dan APBD namun termasuk gaji pendidik. Untuk Standar biaya
operasi nonpersonalia, diperlukan ketentuan jumlahrombongan belajar per sekolah
dan jumlah peserta didik yaitu

1. SD Sederajat sebanyak 6 rombongan belajar dengan setiap rombongan


berisi 28 peserta didik.
2. SMP sederajat sebanyak 6 rombongan belajar dengan setiap rombongan
belajar berisi 32 peserta didik.
3. SMA sederajat sebanyak 6 rombongan belajar dengan setiap rombongan
belajar berisi 32 peserta didik.

5. standar penilaian

Penilaian dalam pendidikan memeliki standar minimal patokan yang


dipakai oleh pemerintah untuk mengukur sejauh mana capaian dari proses
pendidikan. Hal ini biasa dikenal sebagai KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah. Apabila hal ini masih dibawah
kkm maka bisa dikatakan masih dibawah standar.

6 Standar proses
Kemudian ada Standar proses. yaitu sebuah standar nasional
pendidikan yang terkait dengan perihal mengenai bagaiman proses
kegiatan pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan agar supaya
tercapainya sebuah standar kompetensi tertentu untuk sebagai syarat
kelulusan.
Standar pendidikan proses merupakan suatu standar pendidikan
nasional yang dimana peroses pelaksanaanya yaitu pada bagaimana
kagiatan belajar mengajar itu berlangsung. Oleh karena itu, standar
pendidikan nasional dijadikan acuan atau pedoman agar pelaksanaan
pendidikan bisa berjalan dengan baik. Standar nasional bertujuan untuk
mengarahkan kepada pelajar supaya dapat meraih kompetensi yang baik.
Standar proses ini berkaitan dengan cara sitem pendidikan berjalan,
berproses dan aktif yang mendasari jalannya. Namun tidak hanya proses
saat aktif tapi juga pada perancangan proses pendidikannya seperti
rancangan proses pembelajaran yang akan diterapkan, sistem penilaian
seperti apa, dan juga meliputi pengawasan saat proses pendidikan
berlangsung. Standar ini nantinya akan dikembangkan oleh lembaga
khusus yaitu BSNP yang nantinya akan ditetapkan oelh Menteri sebagai
PerMen.

7 Standar Pengelolaan.
Efisiensi pelaksanaan pendidikan bila ada standar pengelolaan
pendidikan. Karena jika ada standar ini akan ada mutu yang tetap terjaga
sehingga pendidikan akan tetap berjalan optimal. Standar ini akan
mengawasi setiap bagian pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Maka
dari itu standar ini akan membuat rancangan prospek kedepan.
Ada beberapa standar pengelolaan pendidikan yaitu yang pertama
standar pengelolaan oleh satuan pendidikan. Standar tingkat ini ditetapkan
oleh lembaga satuan pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah dan
dibantu oleh bawahannya. Standar yang kedua yaitu standar pengelolaan
oleh pemerintah daerah, yang mengatur tentang sistem pendidikan di
daerahnya seperti penjabatan tenaga pendidik, pemberian akreditas dan
memberikan upaya peningkatan jumlah peserta didik. Lalu yang terakhir
adalah standar pengelolaan oleh pemeritah yang kebijakannya lebih ke
bersifat nasional. Seperti penetapan sistem pendidikan, kurikulum,
pemberian akreditasi satuan pendidikan, dan tentu standarisasi pendidikan di
suatu lembaga pendidikan.
8. Standar Kompetensi Lulusan
Standar ini adalah standar yang mengkualifikasi kompetensi
lulusan peserta didik yang nantinya akan menempuh jenjang lebih tinggi
atau langsung terjun kemasyarakat. Standar ini mencangkup pemahaman
tentang mata pelajaran yang telah diberikan, lalu dasar pengetahuan,
keterampilan peserta didik, dan yang terpenting kepribadian yang nantinya
berpengaruh pada akhlak setiap peserta didik.
Kompetensi ini memiliki kualifikasi yang disesuaikan dengan jenjang
pendidikannya seperti Sekolah Dasar memiliki kualifikasi yang berberda
dengan kualifikasi sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Secara umum, sistem pendidikan nasional yang bagus memiliki komponen-


komponen berikut (Mudyahardjo, 2014:403-405):
1. Asas pendidikan nasional.
2. Tujuan pendidikan nasional.
3. Moral pendidikan nasional.
4. Pengembangan-pengembangan pokok pendidikan nasional.
5. Pengembangan-pengembangan khusus pendidikan nasional.
6. Pelaksanaan pendidikan nasional.
7. Politik pendidikan nasional.
8. Struktur persekolahan pendidikan nasional.
9. Kurikulum persekolahan pendidikan nasional.
10. Metode persekolahan pendidikan nasional.
Berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, utamanya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1),
Pasal 31, dan Pasal 32, pemerintah Indonesia mengatur pendidikan nasional
dalam Undang-Undang Sistem Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berikut merupakan hal yang menarik
untuk dikaji dalam Sistem Pendidikan Nasional :
A. Pengertian Pendidikan

UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 1 berbunyi :


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dan sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidilan nasional.
B. Fungsi Pendidikan

UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi


pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat adalm rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
C. Hak dan Kewajiban

Warga negara, orang tua, masyarakat, dan pemerintah bersama-sama


memiliki hak dan kewajiban dalam rangka menyukseskan pendidikan
nasional seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
1945.
Setiap warga negara, baik yang normal maupun yang memiliki kelainan
fisik emosional, mental, interlektual, dan/atau sosial, yang berada di daerah
terpencil atau terbelakang, yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa, mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar yang dimaksud sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990
Pasar 1 tentang pendidikan dasar yang berbunyi 'Pendidikan dasar adalah
pendidikan umum yang lamanya sembilab tahun, diselenggarakan selama
enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama atau satuan pendidikan yang sederajat'.
Orang tua berperan penting dalam terwujudnya pendidikan nasional.
Memberikan hak anak untuk bersekolah merupakan kewajiban yang harus
dipenuhi oleh orang tua. Orang tua juga berhak memiih satuan pendidikan
dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
Peranan masyarakat juga tidak kalah penting dalam pendidikan nasional.
Masyarakat juga berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
tentang program pendidikan yang ada. Masyarakat juga memiliki kewajiban
dalam mendukung proses belajar mengajar agar terciptanya penyelenggaraan
pendidikan secara optimal dan maksimal.
Pemerintah baik pusat maupun daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah juga wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi usia wajib
belajar.
D. Jalur, Jenjan, dan Jenis Pendidikan

Peraturan mengenai Pendidikan Nasional, tahapat-tahapan berupa jalur


jenjang dan jenis pendidikan tertuang dalam Undang-Undang nomer 20 tahun
2003 pasal 13-32 tentang sistem pendidikan nasional.
1. Pengertian Jalur Pendidikan

Jalur Pendidikan merupakan tempat yang harus ditempuh oleh peserta


didik agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dengan
wahana pendidikan. Jalur pendidikan itu terdiri dari :
a. Pendidikan Formal
Salah satu jalur pendidikan yang mempunyai struktur dan taraf
pendidikan yang berbeda-beda, terdiri atas pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Non-formal
Jalur pendidikan yang bertujuan menambah, mengganti, dan
melengkapi pendidikan formal. Namun jalur ini masih berpedoman
dengan standar nasional pendidikan. Jalur ini juga memiliki jenjang dan
struktur tersendiri.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan ekslusif berupa norma-norma, adab, dan nilai yang
diajarkan oleh keluarga maupun masyarakat.

2. Pengertian Jenjang Pendidikan

Menurut Undangan-Undangan No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 8


menyatakan sistem pendidikan nasional adalah tahapan pendidikan yang
telah ditetapkan sesuai tingkat perkembangan peserta didik, untuk
mencapai tujuan dan dikembangkannya kemampuan. Pendidikan formal
terbagi menjadi :

a. Pendidikan Dasar
Merupakan salah satu jenis dari jenjang pendidikan yang mana
menjadi bekal untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah dapat
terbentuk : MI/SD, MTS/SMP.
b. Pendidikan Menengah
Merupakan salah satu jenjang pendidikan yang merupkana hasil
lanjutan dari pendidikan sebelumnya yang biasanya dicirikan oleh adanya
lembaga pendidikan menengah umum dan kejuruan.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi ini merupakan suatu lembaga yang digunakan
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, misalnya sebagai
pendidikan yang digunakan untuk melanjutkan setelah lulus dari sekolah
SMA.

3. Pengertian Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah merupakn suatu kelompok pendidikan yang sudah


dibagi-bagi atas dasar-dasar yang memang sudah ada. Jenis-jenis pendidikan
tersebut dapat dibagi-bagi meliputi, pendidikan umum, kejuruan, vokasi,
profesi, akademik, keagamaan, dan juga pendidikan khusus.
a. Pendidikan dasar dan menengah yang terarahkan untuk menguatkan
dan mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik
sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh
pendidikan umum : SD, SMP, SMA.

b. Pengertian Pendidikan Kejuruan


Merupakan pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar mempunyai
keahlian tertentu, diharapkan agar para peserta didik dapat bekerja dalam
bidang tertentu.
Contoh pendidikan kejuruan : SMK
c. Pengertian Pendidikan Akademik
Pendidikan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangangan
dalam disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni tertentu, dan juga
program pascasarjana. Pendidikan ini dapat dikatakan sebagai jenis
pendidikan yang mengacu kepada tingkat kecerdesan intelektual yang
mendasar.
Contoh dalam Pendidikan Akademik : SD atau sederajat, SMP atau
sederajat, SMA atau sederajat, dan Perguruan Tinggi
d. Pengertian Pendidikan Profesional
Jenis pendidikan ini mencetak lulusan yang siap untuk diterjunkan ke
dalam dunia kerja. Karena pendidikan ini nantinya akan menghasilkan
lulusan yang berprofesi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Contoh: Profesi pendidikan guru, profesi pendidikan dokter, dll
e. Pengertian Pendidikan Keagamaan
Pendidikan Keagamaan adalah suatu jenis pendidikan yang
menanamkan nilai-nilai spiritual dan selalu berhubungan dengan
Ketuhanan
Contohnya adalah : pesantren, MI, MTS, MA dan lain-lain.
f. Pengertian Pendidikan Vokasi
Jenis pendidikan dengan maksud untuk menyiapkan peserta didik agar
memiliki suatu keahlian tertentu secara maksimal dengan harapan agar
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan
Contoh pendidikan vokasi : Pendidkan Diploma, yang diberi tingkatan
dari diploma 1 hingga diploma 4

g. Pengertian Pendidikan Khusus


Merupakan pendidikan yang dilaksanakan khusus untuk peserta didik
yang berkebutuhan khusus, kelainan, atau atau memiliki kecerdasan
diatas rata-rata. Pendidikan ini dilaksanakan secara inklusif.
Contohnya Sekolah Luar Biasa (SLB).
E. Kurikulum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 Pasal 1


mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapi tujuan
pendidikan tertentu.
Kerangka dasar dan struktur kurikulim pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh pemerintah, di mana di dalamnya wajib memuat :
1. Pendidikan agama.
2. Pendidikan kewarganegaraan.
3. Bahasa, mencangkup bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa
asing.
4. Matematika.
5. Ilmu pengetahuan alam.
6. Ilmu pengetahuan sosial.
7. Seni dan budaya.
8. Pendidikan jasmani dan olahraga.
9. Keterampilan/kejuruan.
10. Muatan lokal
Untuk kerangka kurikulum di pendidikan tinggi dikembangkan oleh
perguruan tinggi masing-masing, di mana di dalamnya memuat pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa.

F. Tenaga Kependidikan dan Pendidik


Dijelaskan dalam penjelasan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 39
Ayat (1) bahwa yang termasuk tenaga kependidikan adalah pengelola satuan
pendidik, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang,
pustakawan, lanoran, dan teknisi sumber belajar. Tenaga kependidikan juga
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk proses pendidikan pada satuan pendidik.
Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi, yang disebut dengan tri dharma perguruan
tinggi.
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal
mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman
Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah
pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah
menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*), sebagai berikut.
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam
bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI)
atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs


Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*
Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.

DAFTAR PUSTAKA :

https://kependidikan.com/hak-dan-kewajiban-guru/2.49

Anda mungkin juga menyukai