Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah Profesi
Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Sukatman, M.Pd.
NIP. 0023016403
Disusun Oleh:
Nama : Imma Sajarotul Maulida
NIM : 200210402003
Kelas : A
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena hanya
dengan rahmatNya-lah kami bisa menyusun makalah ini tepat waktu. Sholawat
dan salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. yang telah memberi syafaat-Nya kepada kita.
Kami berharap materi yang ada dapat digunakan sebagai salah satu
pedoman dalam proses pembelajaran. Kami mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Sukatman, M.Pd atas bimbingannya serta kepada teman-teman yang
telah mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
i
I. Latar Belakang Masalah
ii
II. Rumusan Masalah
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Guru dikenal sebagai agen perubahan, agen sosial, agen budaya, agen
nilai, agen agama, dan masih banyak lagi pangkat yang disandang oleh guru.
iv
diukur dengan material, sebagian orang tua menitip uang kepada anaknya untuk
diberikan kepada gurunya, agar guru itu memberi perhatian kepada anak-anak
mereka, hal ini yang merusak lembaga pendidikan kita saat ini, sehingga guru
cenderung materialistis.
v
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
Pasal 3
Pasal 4
vi
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.
Pasal 5
(3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi
perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual,
Pasal 6
vii
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didiknya.
viii
n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
ix
7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-
keuntungan pribadi.
x
sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.
xi
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon
sejawat.
16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung
atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
xii
7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya
xiii
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 7
xiv
Pasal 8
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Pasal 9
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
xv
Kehormatan Guru Indonesia.
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
itu.
xvi
(c) Kemampuan personal, mencakup:
xvii
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
xviii
B. Analisis Kasus Dilihat Dari Segi Kode Etik, Tugas, Tanggung Jawab Dan
Peran Seorang Guru
xix
didiknya masing-masing
a. Komunikasi Guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan
pada rasa kasih sayang
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbale balik untuk kepentingan anak didik
xx
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
· Membaca buku-buku
· Mengikuti penataran
· Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian
xxi
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
xxii
dilingkungan atau didaerahnya sebaik-baiknya.
Menurut uraian diatas mengenai Kode Etik Guru, kita perlu melihat
pula:
Kualitas guru-guru di Indonesia- khususnya yang berstatus PNS dan guru sekolah
swasta yang “hidup segan mati takmau”, juga saat ini berada dalam titik “rendah”.
Para guru juga tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan fenomena sosial kemasyarakatan, mereka juga terjebak dalam
kebiasaan menjadi “robot” kurikulum pendidikan. Prakarsa inisiatif para guru
untuk belajar mengalimetode, bahan ajar dan pola relasi belajar-mengajar yang
baru sangat minimalis. Tidak mengherankan ketika Depdiknas merekonsepsikan
dan mengimplementasikan kerangka kurikulum pembaruan, KBK (kurikulum
berbasis kopetensi), banyak guru yang sangat sulit memahami. Banyak yang
menggerutu dan beranggapan KBK hanya sebagai wujud kurikulum yang
“ngayawara” (tidak realistik).
xxiii
moral
itas
xxiv
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Semoga dengan analisis kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita
semua dan semoga profesionalitas guru di Indonesai semakin baik.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
- Djamarah, syaiful bahri. 2000. guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif. Bandung : Rineka cipta
- M. Nurdin. 2005
xxvi
Gaung persada
- Yusuf, samsu
xxvii