Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN GURU DALAM MENGAJAR AL QUR’AN

Paper ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Perencanaan Sistem
Pembelajaran PAI

Disusun Oleh
Muhammad Rinaldy
NIM. 210101010496

Dosen Pengampu
Dr. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
A. Peran Guru ................................................................................................... 2
B. Pembelajaran ................................................................................................ 5
C. Tinjauan Tentang Al Qr’an .......................................................................... 7
D. Metode Pembelajaran Al Qur’an ............................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 19
Kesimpulan ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

i
BAB I
PENDAHULUAN

Keberhasilan Al-Qur‟an dan hadist merupakan pedoman umat Islam dengan


berbagai petunjuk agar manusia dapat menjadi khalifah yang baik di muka bumi
ini. Untuk memperoleh petunjuk tersebut diperlukan adanya pengkajian terhadap
al-Qur‟an dan hadist itu sendiri, sehingga kaum muslimin benar-benar bisa
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari pada isi kandungan al-Qur‟an
tersebut yang di dalamnya kompleks membahas permasalahanpermasalahan yang
sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang belum terjadi. Semua hal yang berkaitan
dengan kehidupan manusia, maupun keberadaan alam ini sudah termaktub dalam
alQur‟an dan hadist. Termasuk permasalahan perencanaan mulai dari asal kejadian
manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan manusia semua tertulis di dalam al-
Qur‟an dan hadist.1

1
Engkoswara, Administrasi Pendidikan ( Bandung : Alfabeta., 2010 ) Hal

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Guru
1. Pengertian Peran Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti peran yaitu : 1. Pemain
sandiwara, 2. Tukang lawak pada pemain makyong, 3. Perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat.2
Mukti Ali mengatakan pengertian guru secara terbatas adalah
sebagai satu sosok individu yang berada didepan kelas, dan dalam arti luas
adalah seseorang yang mempunyai tugas tanggung jawab untuk mendidik
peserta didik dalam mengembangkan kepribadiannya baik yang
berlangsung disekolah maupun diluar sekolah.3
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan pengertian guru adalah yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat
tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi juga di masjid,
disurau/musala, dirumah, dan sebagainya.
Guru pada era modern mempersentasikan sejumlah peran
pendidikan sosial yang sesuai dengan semangat dan perkembangan zaman.
Diantara perannya adalah :
1) Guru sebagai pentransfer pengetahuan
Dalam peran ini, guru tidak dianggap sebagai pengangkut
informasi dan pengetahuan kepada murid, bukan pula sebagai
pemberi intruksi atau indokrinasi kepada mereka.
2) Peran guru dalam menjaga pertumbuhan murid yang komprehensif.

2
https:\\kbbi.web.id\peran
3
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, kapita slekta pendidikan islam, (jakarta :pedoman ilmu
jaya, 2009) Hal. 81

2
3

Satu-satunya tujuan dalam proses menuju pertumbuhan


murid secara komprehensif meliputi aspek spiritual, intelektual,
pengetahuan, dan emosional.
3) Guru sebagai seorang ahli dan kapabel dalam profesi mengajar.
Guru harus senantiasa berupaya menumbuhkan,
mengembangkan, dan memperbarui kapabilitas profesinya di bidang
pengetahuan berdasarkan pengalaman profesi terbaru dan
terperbarui.
4) Peran guru dalam tanggung jawab kedisiplinan dan menjaga
peraturan.
Dalam aspek ini guru dianggap sebagai pembantu dan
mediator dalam mewujudkan perilaku sosial yang positif pada
murid, yang pilarnya adalah kedisiplinan dan peraturan.
5) Guru sebagai penanggung jawab prestasi murid.
Prestasi yang baik dibidang pendidikan variatif, yakni sisi
kognitif, afektif, dan skil, dianggap sebagai target dimana seorang
guru sukses akan berusaha mencapai dan merealisasikannya, dengan
menggunakan semua sarana teknis dan teknologi pembelajaran
dalam rangka menjaga prestasi para murid sepanjang tahun
pelajaran.
6) Guru sebagai pembimbing mental.
Betapa pun beratnya guru menjalankan peran sebagai
pemberi petunjuk dan mengarah kepada murid, tetapi dia juga harus
mengawasi secara teliti perilaku manusia.
7) Guru sebagai teladan.
Dengan memandang secara mendalam terhadap apa yang
dikerjakan guru, baik didalam maupun diluar kelas maka dia dia
dianggap sebagai teladan bagi murid.
4

8) Peran guru sebagai anggota organisasi profesi.


Seorang guru harus memiliki loyalitas kepada profesi yang
diperankan dengan bergabung kepada asosiasi tersebut.4
9) Peran guru sebagai anggota masyarakat.
Seorang guru dalam peran ini dituntut menjadi anggota yang
aktif dimasyarakat lokal, dengan cara berinteraksi aktif dengannya,
lalu mendapatkan manfaat darinya, dan memberikan manfaat
kepadanya.5

2. Tanggung Jawab Guru


Syaiful Bahri Djamarah mengatakan Guru adalah orang yang
bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan anak didik. Tidak ada
seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah
masyarakat. Untuk itulah guru guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas
berusaha membimbing dan membina anak didik agar dimasa mendatang
menjadi yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,
yang menurut wens tanlain dan kawan-kawan (1989:31) ialah :
1) Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.
2) Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas
bukan menjadi beban baginya)
3) Sadar akan nilai nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta
akibat akibat yang timbul.
4) Menghargai orang lain termasuk anak didik.
5) Bijaksana dan hati hati
6) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Amstrong tanggung jawab guru ada lima kategori yaitu:

4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010) Hal.31
5
Mahmud Khalifah dan Muhammad qutub, menjadi guru inspiratif, (sukaharjo:
mumtaza, 2016) Hal. 109-112
5

1) Tanggung jawab dalam pengajaran


2) Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan
3) Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum
4) Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi
5) Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.6

B. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Karwono dan Heni mularsih mengatakan Kata pembelajaran berasal
dari kata belajar mendapatkan awalan “pem” dan akhiran “an” menunjukan
bahwa ada unsur dari luar (eksternal) yang bersifat “inteverensi” agar terjadi
proses belajar. Jadi pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh
faktor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang
belajar.hakikat pembelajaran secara umum dilukiskan gagne dan briggs,
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan
yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan
tertentu. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran pemahaman karakteristik
internal individu yang belajar menjadi penting.7
Sedangkan Ahmad susanto menyatakan Kata pembelajaran
merupakan perpaduan dari dua kata aktivitas belajar dan mengajar. aktivitas
belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara
mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran
adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.dengan kata lain,
pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses
belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar.8

6
Nana Sudjana, dasar-dasar proses belajar mengajar, ( bandung : sinar baru algensindo,
2010) Hal. 14
7
Karwono dan heni mularsih, belajar dan pembelajaran, (depok : rajawali pers, 2017)
Hal. 19-20
8
Ahmad susanto, teori belajar dan oembelajaran disekolah dasar, (jakarta : charisma
putra utama, 2013)Hal. 18-19
6

2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali
diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam
ilmu perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis
buku yang berjudul preparing instructional objective pada tahun 1962.
Selanjutnya diterapkan di Indonesia.
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan dengan tepat
2) Pokok bahasan dapat dibuat seimbang
3) Guru dapat menetapkan beberap materi yang dapat disajikan
4) Guru menetaokan urutan materi pelajaran secara tepat
5) Guru dapt dengan mudah menetapkan dan mempersiakan strategi
belajar mengajar yang paling cocok dan menarik
6) Guru dapat degan mudah mepersiapkan berbagai keperluan
peralatan maupun bahan dalam mengajar
7) Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam
belajar
8) Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.9

9
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (jakarta: PT Bumi Askara, 2012)Hal. 34
7

3. Landasan Pembelajaran
Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak
secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi
menyenangkan. Oleh sebab itu setiap pengajar harus berkeyakinan
bahwa :
1) Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan
2) Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
3) Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong
untuk membawa pengalaman,gagasan, minat, dan bahan mereka
dikelas.
4) Anak perlu merasa nyaman dikelas, dan dirangsang untuk selalu
belajar.
5) Anak mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan didalam kelas.
6) Guru merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan polisi
atau dewa.
7) Guru memang harus kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
8) Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara
terbuka baikbaik dengan guru maupun dengan teman sebaya.
9) Kerjasama bernilai lebih daripada kompetisi, walau pada akhirnya
mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.
10) ) Pengalaman belajar hendaknya dekat dan berasal dari pengalaman
yang diperoleh dari dunia nyata.

C. Tinjauan Tentang Al Qur’an


1. Pengertian Al Qur’an
Secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an berarti bacaan karena makna
tersebut diambil dari kata ‫ قراءة‬atau ‫ ن قرا‬, yaitu bentuk mashdar dari kata
‫ قرأ‬.Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an sudah banyak diberikan
pengertian oleh para mufassir. Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa
AlQur’an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi
8

Muhammad melalui malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf,


diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya,
diawali dari surah Al-Fa>tihah dan diakhiri dengan surah An Na>s.10
Sementara Al-Farmawi mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah cahaya
yang diturunkan Allah melalui Malaikat Jibril Al-Amin kepada hati
Nabi Saw. sebagai undang-undang yang adil, syari’at yang abadi, pelita
yang terang, dan petunjuk bagi kita.11
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia agar dijadikan
sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan dan Al-Qur’an
merupakan kitab suci umat Islam yang selalu relevan sepanjang masa.
Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk yang
diberikannya kepada umat manusia dalam aspek kehidupan, agar fungsi
Al-Qur’an tersebut dapat terwujud serta selalu dapat selaras dengan
kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup menjadikannya agar
senantiasa dikaji, dipelajari dan diamalkan setiap saat, kapan pun dan di
mana pun. Ini menunjukkan adanya proses pendidikan seumur hidup,
yaitu konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan
kehidupan manusia.12

2. Memahami Tujuan Al-Qur’an


Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama dan
pertama dari ajaran agama Islam. Berbeda dengan kitab suci agama lain,
Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad tidak hanya
mengandung pokok-pokok agama. Isinya mengandung segala sesuatu
yang diperlukan bagi kepentingan hidup dan kepentingan manusia yang

10
Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar (Pekanbaru: Amzah, 2002). 13.
11
Abdul Hayy Al-Farmawi, metode tafsir maudhu’i dan cara penerapannya (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), 11
12
Redja Mudyo Hardja, Pengantar pendidikan (jakarta : Raja Granfindo Persada, 2001),
169.
9

bersifat perseorangan dan kemasyarakatan, baik berupa nilai-nilai moral


dan norma-norma hukum yang mengatur hubungan dengan khaliknya,
maupun yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk lainnya.

Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:13


1) Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia
yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3) Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain
yang lebih singkat, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat
manusia ke jalan kebajikan yang harus ditempuh demi kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an mengandung
petunjuk bagi umat manusia ke jalan kebajikan yang harus ditempuh
jika seseorang mendambakan kebahagiaan dan menghindari
kejahatan jika seseorang tidak ingin terjerumus ke lembah
kesengsaraan.

3. . Pengertian Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur’an


Membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu baik yang kasbi
(acquired knowledge) maupun yang laduni (abadi, perennial) tidak
dapat dicapai tanpa terlebih dahulu melakukan qiro‟at „bacaan„ dalam

13
M. Quraish Shihab, et, all, Sejarah dan Ulum Al Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2008),40.
10

artinya yang luas. Sebelum melaksanakan pembinaan pembelajaran


membaca Al-qur‟an kepada anak, dibutuhkan pemahaman awal tentang
konsep dasar pembelajaran membaca Al-qur‟an, secara eksplisit di
dalam Al-qur‟an. Surat Al-Alaq ayat 1-6 dinyatakan bahwa :Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. (QS.
Al-Alaq:1-6).
Sehubungan dengan ayat diatas, dapat dikatakan bahwa setiap
mukmin senantiasa dapat memahami isi kandungan Al-qur‟an karena di
dalamnya terdapat petunjuk yang jelas antara yang hak dan yang bathil,
antara yang baik dan yang buruk. Di dalam Al-qur‟an terkandung suatu
perintah, larangan, hukuman serta imbalan baik guna mengatur
kehidupan manusia. Langkah awal dalam memahami Al-qur‟an tidak
lepas dari kemampuan dasar yang harus di kuasainya yaitu kemampuan
membaca Al-qur‟an. Tujuan jangka pendek dari pendidikan dengan Al-
qur‟an ialah mampu membacanya dengan baik, memahaminya dengan
baik, dan menerapkan segala ajarannya.
Dengan kata lain jika pelajaran Al-qur‟an telah mampu
merealisasikan tujuannya, niscaya termasuk cara terbaik untuk
merealisasikan tujuan tertinggi pendidikan Islam. Untuk dapat
memahami dan menghayati Al-qur‟an, maka dibutuhkan suatu
kemampuan membaca Al-qur‟an. Kemampuan membaca dapat
dideskripsikan sebagai berikut: (a) Kemampuan mengenal atau
mengungkapkan kembali; (b) Kemampuan menyimpulkan; (c)
Kemampuan mengevaluasi; (d) Kemampuan mengapresiasikan.
Kemampuan mengenal atau mengungkapkan kembali adalah
merupakan pemahaman literal, yaitu kemampuan yang terkait yang
terpusat pada ide-ide atau informasi-informasi yang secara Eksplisit
11

dinyatakan dalam teks. Sedangkan kemampuan mengenal, seorang


dituntut untuk mampu menunjukkan mengidentifikasikan ide-ide atau
informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit pada teks.
Sedangkan kemampuan mengungkapkan kembali, menurut seorang
untuk mampu menghasilkan ide-ide atau informasi-informasi
berdasarkan ingatannya.
Kemampuan menyimpulkan adalah kemampuan yang menyatakan
ide atau informasi yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam teks,
berdasarkan pengetahuan personal, pengalaman dan intuisi seseorang.
Kemampuan mengevaluasi adalah meliputi pendapat dalam respon
stimulus. Adapun yang termasuk dalam kemampuan ini adalah
kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan terhadap materi.
Kemampuan mengapresiasikan adalah kemampuan yang pusat
aktivitasnya terletak pada perasaan. Jadi seseorang dalam
mengapresiasikan sesuatu teks dipengaruhi oleh perasaan. Kemampuan
ini menuntut seseorang agar peka terhadap emosional dan estetika serta
memiliki reaksi terhadap unsur psikologi dan artistik.

D. Metode Pembelajaran Al Qur’an


Dalam belajar membaca Al-qur‟an terdapat metode belajar yang
sangat variatif karena belajar membaca Al-qur‟an bukan hanya sekedar
mengenalkan huruf-huruf Arab beserta pemarkah (syakkal) yang
menyertainya, akan tetapi harus juga mengenalkan segala aspek yang terkait
dengannya. Dengan demikian, Al-qur‟an dapat dibaca sebagaimana
mestinya, yakni sesuai dengan kaidah dan aturan-aturan yang berlaku.
Untuk tujuan tersebut, maka diharapkan tersedianya materi-materi yang
dapat memenuhi kebutuhan, yaitu materi yang komprehensif yang mampu
mewakili seluruh jumlah ayat yang ada dalam Al-qur‟an. Sehingga ketika
anak didik selesai mempelajari materi-materi tersebut, maka dapat
dipastikan mereka mampu membaca seluruh ayat-ayat Al-qur‟an dengan
baik dan benar.Khusus dalam materi pembelajaran baca Al-qur‟an, secara
12

umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu; (1)


pengenalan huruf hijaiyah dan makhrajnya, (2) pemarkah (al-syakkal), (3)
huruf-huruf bersambung, (4) tajid dan bagianbagiannya, (5) gharaaib
(bacaan bacaan yang tidak sama dengan kaidah secara umum).

Al-qur‟an bukan saja kitab suci yang dipahami sebagai media Allah
SWT. berbicara kepada manusia yang secara pasti memiliki karakter-
karakter diluar tradisi manusia, tetapi juga kemudian dapat diaktualisasikan
melalui pendekatan budaya, yang di dalam hal ini adalah bersifat verbalistik
dengan memanfaatkan tulisan dan suara.

1) Metode Al-Barqy
Metode pembelajaran baca-tulis ini bernama Al-barqy yang
berarti kilat, maksudnya belajar membaca dan menulis huruf Al-
qur‟an dengan cepat dan tidak memakan waktu yang lama.
Metode ini dapat dipakai secara klasik dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas dengan seorang guru, karena metode ini
adalah metode semi SAS (Struktural Analitik Sintatik). Metode
semi SAS adalah menggunakan struktur kata atau tidak
mengikuti bunyi mati atau sukun. Dengan menggunakan sistem
empat lembaga, yaitu: (a) A-DA-RA-JA; (b) MA-KA-HA-YA;
(c) KA-TA-WA-MA; (d) SA-MA-LA-BA.
Metode empat kata lembaga ini mudah diserap oleh anak,
sebab empat kata lembaga ini merupakan kata Indonesia yang
mudah dimengerti dan dihafalkan oleh anak, sehingga metode ini
dinamakan “metode anti lupa”, karena anak bisa mengingat
sendiri tanpa bantuan orang lain bila sedang lupa. Metode Al-
barqy dapat digunakan mengajar secara klasik dengan keadaan
masyarakat yang majemuk yaitu didalamnya masyarakat santri
atau priyayi bahkan ada pula masyarakat minus. Dengan
mengajarkan pelajaran yang lebih mudah terlebih dahulu,
kemudian yang sedang dan berakhir dengan pelajaran yang lebih
13

sulit, serta ditambah dengan pelajaran ilmu tajwid sehingga


nantinya anak tidak hanya membaca dan menulis Al-qur‟an saja
akan tetapi dapat membaca Al-qur‟an sesuai dengan makhrajnya
serta memahami dan mengerti tentang tajwidnya. Secara teoritis,
metode AlBarqy apabila diterapkan pada anak kelas VI SD hanya
memerlukan waktu 8 jam, bahkan bagi anak SLTA keatas hanya
cukup 6 jam, sedangkan jika buku Al-Barqy diterapkan pada
anak TK dengancara bermain, maka dapat memicu kecerdasan.
Adapun fase yang harus dilalui dalam metode Al-Barqy, antara
lain: (1) Fase Analitik, yaitu guru memberikan contoh bacaan
yang berupa kata-kata lembaga dan santri mengikutinya sampai
hafal, dilanjutkan dengan pemenggalan kata lembaga dan
terakhir evaluasi yaitu dengan cara guru menunjukkan huruf
secara acak dan santri membacanya; (2) Fase Sistetik, yaitu satu
huruf digabung dengan yang lain hingga berupa suatu bacaan,
missal: A-DA-RA-JA menjadi ARA-JAA-A; (3) Fase Penulisan,
yaitu santri menebali tulisan yang berupa titik-titik; (4) Fase
Pengenalan bunyi A-I-U, yaitu pengenalan pada tanda baca
fathah, kasroh, dhommah; (5) Fase Pemindahan, yaitu
pengenalan terhadap bacaan atau bunyi arab yang sulit, maka
didekatkan pada bunyi-bunyi Indonesia yang berdekatan; (6)
Fase Pengenalan Mad, yaitu mengenalkan santri pada bacaan-
bacaan panjang; (7) Fase Pengenalan Tanda sukun, yaitu
mengenalkan bacaan-bacaan yang bersukun; (8) Fase pengenalan
tanda syaddah, yaitu mengenalkan bacaan-bacaan yang
bersyaddah; (9) Fase pengenalan huruf asli, yaitu mengenalkan
huruf asli (tanpa harokat); (10) Fase pengenalan pada huruf yang
tidak dibaca, yaitu mengenalkan santri pada huruf yang tidak
terdapat tanda saksi (harokat) atau tidak dibaca; (11) Fase
pengenalan huruf yang musykil, yaitu mengenalkan huruf yang
biasa dijumpai di Al-qur‟an; (12) Fase pengenalan menyambung,
14

yaitu mengenalkan santri pada huruf-huruf yang disambung di


awal, di tengah, dan di akhir; (13) Fase pengenalan tanda waqof,
yaitu mengenalkan pada tanda-tanda baca seperti yang sering
ditemui di Alqur‟an.

2) Metode Iqro
Metode Iqro‟ adalah cara cepat membaca Al-qur‟an yang
terdiri dari 6 jilid, dilengkapi buku tajwid praktis dan dalam
waktu relatif singkat. Metode ini dalam praktek pelaksanaannya
tidak membutuhkan alat-alat yang bermacam-macam dan metode
ini dapat ditekankan pada bacaan (mengeluarkan bacaan huruf
atau suara huruf Al-qur‟an) dengan fasih dan benar sesuai dengan
makhrojnya dan bacaannya. Metode Iqro‟ secara praktis terbagi
atas tiga bentuk, diantaranya:
a) Privat
Bentuk ini sering disebut dengan metode drill, yaitu
cara mengajar yang dilakukan oleh ustadz dengan jalan
melatih ketrampilan baca pada anak didik terhadap bahan
yang telah diberikan. Cara ini dilakukan dengan
berhadapan langsung antara ustadz dengan anak didik.
Cara ini terbagi dalam tiga teknis, diantaranya: (1)
Listening Skill: Siswa berlatih untuk mendengarkan
bunyi huruf yang ada dalam buku paket Iqro‟ dari ustadz;
(2) Oral Drill: siswa berlatih dengan lisannya untuk
mengucapkan apa yang didengar dari ustadz; (3) Reading
Drill: siswa berlatih untuk membaca huruf yang telah
didengar dan diucapkan ( Mu‟min, 1991)
b) Klasikal
Yaitu cara mengajar yang dilakukan oleh ustadz,
dengan membentuk klasikal dari anak satu kelas untuk
mencapai suatu tujuan secara bersama-sama. Cara ini
15

dimaksudkan untuk mendapatkan timbal balik antara


individu agar saling mempercayai dan menumbuhkan
rasa sosialisasi antar sesama teman.
c) Bentuk Mandiri
Bentuk ini sering disebut dengan metode pekerjaan
rumah yaitu cara mengajar yang dilakukan ustadz dengan
jalan memberi tugas khusus pada anak didik untuk
mengerjakan sesuatu diluar jam pelajaran. Pada bentuk
seorang ustadz membaca, menggambar dan menulis dari
lembaran-lembaran yang disediakan dari sekolah.Adapun
kelebihan Metode Iqro‟ adalah sebagai berikut: (1) Anak
didik mudah menerima ang telah diberikan oleh ustadz
melalui buku-buku pelajaran (Iqro‟); (2) Anak didik
dapat membaca huruf Al-qur‟an dengan lancar dan sesuai
dengan makhrojnya; (3) Anak didik dapat membaca Al-
qur‟an dengan lancar sesuai dengan bacaan kalimatnya
(tajwid).
Sedangkan kelemahan metode Iqro‟ adalah sebagai
berikut: (1) Anak didik hanya bisa membaca huruf Al-
qur‟an dengan baik dan lancar; (2) Anak didik kurang
dapat menulis Al-qur‟an terutama pada huruf atau
kalimat yang pendek dari surat Al-qur‟an; (3) Bagi anak
didik yang lemah berfikir maka lemah sekali menerima
pelajaran yang diberikan oleh ustadz.

3) Metode Qira’aty
Al-qur'an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah
kepada Rosulullah SAW. Mempelajari Al-qur'an serta
mengamalkannya merupakan suatu kewajiban kita sebagai umat
muslim. Pendekatan terbaik dalam mempelajari Al-qur'an adalah
16

Tallaqi dan Musyafahah yaitu berhadapan langsung antara guru


dan murid, seperti yang dilakukan oleh Malaikat Jibril dengan
Rosulullah SAW ketika pertama kali wahyu diturunkan. Metode
Qiro‟aty adalah suatu metode/cara cepat yang digunakan untuk
baca Al-qur‟an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan
bacaan dengan cara tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.
Metode Qiro‟aty disusun oleh “H. Dahlan Salim Zarkasyi”
pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. Sebagaimana
yang diucapakan oleh H. M. Nur Shodiq Achrom sebagai
penyusun dalam bukunya “Sistem qoidah Qiro‟aty”, metode ini
adalah cara cepat membaca Al-qur‟an yang lebih menekankan
pada praktek baca Al-qur‟an sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.
Sesuai dengan latar belakang atau sejarah awal adanya metode
qiro‟aty ini, maka metode ini mempunyai suatu strategi serta
prinsip dalam pembelajaran.
Seorang pengajar qiraati harus melalui tahap-tahap yang
antara lain pembinaan yang dilakukan di setiap koordinator
masing-masing, tashih guru, pembekalan motodologi, sampai
dengan PPL. Hal ini dimaksudkan agar guru qiraati mengajar
sesuai kaidah ilmu tajwid dan bil lisaanil 'aroby, karena prinsip
qiraati adalah "jangan wariskan yang salah karena yang benar itu
mudah".
4) Metode Tartil
Metode tartil adalah suatu cara dalam pembelajaran baca-
tulis dengan cepat, mudah bagi anak-anak dan orang dewasa.
Dalam metode tersebut diharapkan bagi santri atau anak didik
membaca Al-qur‟an dengan harmonisasi nada-nada. Allah
berfirman dalam Al-qur‟an:Tartili / membaca dengan
harmonisasi nada-nada (QS. Al-Muzammil:4)Artinya: Atau
lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-quran itu dengan
perlahan-lahan.Metode tartil adalah merupakan suatu metode
17

baca Al-qur‟an memperindah suara bacaan Alqur‟an. Hal ini


tentu saja sesuai dengan ma’rajma’rajnya agar makna yang
terkandung di dalamnya tidak rusak dan berpindah arti. Dalam
Al-qur‟an ditegaskan Allah:Artinya: Atau lebih dari seperdua itu.
dan bacalah Al-quran itu dengan perlahanlahan. (QS.
AlMuzammil:4)
5) Metode Yanbu’a
Metode Yanbu‟a adalah suatu kitab Thoriqoah (metode)
untuk mempelajari baca dan menulis serta menghafal Al-qur‟an
dengan cepat, mudah dan benar bagi anak maupun orang dewasa,
yang dirancang dengan rosm usmaniy dan menggunakan tanda-
tanda waqof yang ada di dalam Al-qur‟an Rosm Usmaniy, yang
dipakai di Negara-negara Arab dan Negara Islam. Juga diajarkan
cara menulis dan membaca tulisan pegon (tulisan bahasa
Indonesia/jawa yang ditulis dengan huruf Arab). Contoh-contoh
huruf yang sudah dirangkai semuanya dari lafadz Al-qur‟an,
kecuali beberapa lafadz.
Timbulnya Yanbu‟a adalah suatu usulan dan dorongan
alumni pondok Tahfidh Yanbu‟ul qur‟an, agar para alumni
selalu ada hubungan dengan pondok, disamping usulan dari
masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma‟arif serta
Muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. Mestinya dari
pihak pondok sudah menolak, karena menganggap cukup metode
yang sudah ada, tapi karena desakan yang terus menerus dan
memang dipandang perlu, terutama untuk menjalin keakraban
antara alumni dengan pondok serta untuk menjaga dan
memelihara keseragaman bacaan, maka dengan tawakkal dan
memohon pertolongan kepada Allah tersusunlah kitab Yanbu‟a
yang meliputi thoriqoh baca-tulis dan menghafal Al-qur‟an.
Tujuan metode Yanbu‟a adalah: (1) Ikut andil dalam
mencerdaskan anak bangsa supaya bisa membaca Al-qur‟an
18

dengan lancar dan benar; (2) Nasyrul Ilmi (menyebarluaskan


ilmu) khususnya ilmu Al-qur‟an; (3) Memasyarakatkan Al-
qur‟an dengan Rosm Usmaniy; (4) Untuk membetulkan yang
salah dan menyempurnakan yang benar; (5) Mengajak selalu
mendarus Al-qur‟an dan Musyafahah Al-qur‟an sampai khatam.
Sedangkan karakteristik dari metode Yanbu‟a adalah: (1) Sangat
mudah; (2) Mudah bagi pengajar; (3) Mudah dipahami murid; (4)
Simpel, cepat dan tidak begitu mudah.14

14
Wiwiangranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an”, jurnal intelegensia Vol.
1 (1), (2016)Hal. 106-119 : 108.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
pengertian guru adalah yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal,
tetapi juga di masjid, disurau/musala, dirumah, dan sebagainya.

Guru pada era modern mempersentasikan sejumlah peran pendidikan sosial


yang sesuai dengan semangat dan perkembangan zaman. Diantara perannya adalah
: 1. Guru sebagai pentransfer pengetahuan 2. Peran guru dalam menjaga
pertumbuhan murid yang komprehensif. 3. Guru sebagai seorang ahli dan kapabel
dalam profesi mengajar 4. Peran guru dalam tanggung jawab kedisiplinan dan
menjaga peraturan. 5. Guru sebagai penanggung jawab prestasi murid. 6. Guru
sebagai pembimbing mental. 7. Guru sebagai teladan. 8. Peran guru sebagai anggota
masyarakat. 9. Peran guru sebagai anggota organisasi profesi.

Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapatkan awalan “pem” dan
akhiran “an” menunjukan bahwa ada unsur dari luar (eksternal) yang bersifat
“inteverensi” agar terjadi proses belajar. Jadi pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang
belajar.hakikat pembelajaran secara umum dilukiskan gagne dan briggs, adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu. Oleh sebab itu, dalam
pembelajaran pemahaman karakteristik internal individu yang belajar menjadi
penting.

Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia agar dijadikan sebagai


pedoman dalam setiap aspek kehidupan dan Al-Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam yang selalu relevan sepanjang masa. Relevansi kitab suci ini terlihat pada

19
20

petunjuk-petunjuk yang diberikannya kepada umat manusia dalam aspek


kehidupan, agar fungsi Al-Qur’an tersebut dapat terwujud serta selalu dapat selaras
dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.

Metode Belajar Al Qur'an:

1. Metode Al-Barqy
2. Metode Iqro
3. Metode Qira’aty
4. Metode Tartil
5. Metode Yanbu’a
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hayy Al-Farmawi, metode tafsir maudhu’i dan cara penerapannya


(Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar (Pekanbaru: Amzah, 2002).

Ahmad susanto, teori belajar dan oembelajaran disekolah dasar, (jakarta :


charisma putra utama, 2013)

Engkoswara, Administrasi Pendidikan ( Bandung : Alfabeta., 2010 )

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (jakarta: PT Bumi Askara, 2012)

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, kapita slekta pendidikan islam, (jakarta :pedoman
ilmu jaya, 2009)

https:\\kbbi.web.id\peran

Karwono dan heni mularsih, belajar dan pembelajaran, (depok : rajawali pers, 2017)

Mahmud Khalifah dan Muhammad qutub, menjadi guru inspiratif, (sukaharjo:


mumtaza, 2016)

M. Quraish Shihab, et, all, Sejarah dan Ulum Al Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2008)

Nana Sudjana, dasar-dasar proses belajar mengajar, ( bandung : sinar baru


algensindo, 2010)

Redja Mudyo Hardja, Pengantar pendidikan (jakarta : Raja Granfindo Persada,


2001)

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2010)

Wiwiangranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an”, jurnal


intelegensia Vol. 1 (1), (2016)

21
22

Anda mungkin juga menyukai