Anda di halaman 1dari 173

Proses

Pembelajaran
&
Tugas Guru
Strategi
Pembelajaran
Kimia
Kelompok 1

1 Lidia Aulia Nisa (14) 3 Rona Qotrunnada (27)

2 Audita Nur Afifah (25) 4 Listya Erna Suhendri (64)


Peta konsep

Pengertian Proses
Pembelajaran Tugas dan Peranan Guru

Pendidik Menurut
Pengertian Guru
Pandangan Islam

Hak dan Kewajiban Guru


gertian Proses
Pen
Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi


peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.
1 3
Abidin Ibnu Rusn mengutip
Kamus Besar Bahasa
pendapat Al-Ghazali
Pengertian Indonesia profesi keguruan merupakan
Guru guru berasal dari bahasa profesi yang paling mulia dan
Sansekerta yang artinya berat, paling agung dibanding dengan
besar, penting, baik sekali, profesi yang lain.
terhormat, dan pengajar.

2 Muhammad Muntahibun 4 Nana Sudjana tentang guru


Guru adalah ujung tombak pendidikan
Jadi guru Nafis
guru adalah bapak ruhani
sebab guru secara langsung berupaya
mempengaruhi, dan mengembangkan
adalah? (spiritual father) bagi peserta kemampuan siswa menjadi manusia
didik, yang memberikan ilmu, yang cerdas, terampil dan bermoral
pembinaan akhlak mulia, dan tinggi. Sebgaimana ujung tombak guru
dituntut memiliki kemampuan dasar
meluruskan perilaku yang
yang diperlukan sebagai pendidik dan
buruk. pengajar”
Hak dan Kewajiban Guru

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimun dan jaminan kesejahteraan


social
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menjaga
kelancaran tugas keprofesionalan
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perundang-undangan
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya
kewajiban

Di dalam pasal 20 UU R.I. No. 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan


proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;

Guru
anan
Per
gas dan
Tu
Tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan – keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para
siswanya.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, masyarakat menempatkan guru pada
tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan
dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila
Peran dan Fungsi Guru
Guru memilki satu kesatuan peran dan
fungsi yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing,
mengajar, dan melatih. Keempat
kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integrativ, yang satu sama
lain tak dapat dipisahkan dengan yang
lain. (Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (
Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006)
DEF
SLIM
EMA
1) Educator
2) Manager
3) Administrator
4) Supervisor
5) Leader
6) Innovator
7) Dinamisator
8) Evaluator
9) Fasilitator
Pendidik Al- Al-
Tarbiyah Ta’dib
Menurut

Pandangan Islam
Al-
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri Ta’lim Riyadha
melalui keseluruhan sejarah kemunculan
h

Islam itu sendiri.


KESIMPULAN
Proses pembelajaran merupakan proses dimana terjadinya perubahan tingkah laku yang
1)
dilakukan oleh guru kepada siswanya serta lingkungan beserta seluruh sumber belajar lainnya
yang dijadikan seagai sarana belajar.

Guru merupakan pendidik yang secara langsung berhadapan dengan siswa, dengan sistem
2) pembelajaran guru dapat berperan sebagai perencana, desainer pembelajaran sebagai
implementator atau mungkin keduanya.

3) Hak dan kewajiban guru dituangkan dalam pasal UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
sehingga setiap guru mendapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban yang
harus dilaksanakan.

4) Terdapat tiga jenis tugas guru, yakni Tugas dalam bidang Profesi, Tugas kemanusian, dan Tugas
dalam bidang Kemasyarakatan. Guru memilki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih.

Pendidik menurut pandangan islam diantaranya ada empat istilah yang digunakan untuk
5) menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah.
Terima
kasih!
Semoga hari
Anda luar
biasa.
MAKALAH KELOMPOK 2

STRATEGI PEMBUATAN BAHAN AJAR

(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Strategi

Pembelajaran Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Semester 4 Kelas A)

Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 2

Achmed Valentino (11120162000018)


Anisa Alviani (11120162000011)
Devina Veronika (11190162000035)
Neli Purnama Sari (11190162000020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang
berjudul Strategi Pembuatan Bahan Ajar dapat bejalan dengan baik. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Makalah yang berjudul Strategi Pembuatan Bahan Ajar ini dibuat


untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Semester 4 Kelas A
Program Studi Pendidikan Kimia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi


Pembelajaran yang telah membimbing penyusun sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.

Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan


karena kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, Kami terbuka terhadap
kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Kami mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin
Ya Rabbal ’Alamin.

Jakarta, 17 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3

A. Analisis Struktur Materi Pembelajaran ......................................................... 3

1. Pengertian Analisis Pembelajaran................................................................. 3

2. Melakukan Analisis Pembelajaran ................................................................ 4

3. Analisis Struktur Materi Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep ............ 7

B. Karakteristik Bahan Ajar ............................................................................. 10

1. Pengertian Bahan Ajar ................................................................................ 10

2. Fungsi Bahan Ajar ...................................................................................... 11

3. Tujuan Bahan Ajar ...................................................................................... 12

4. Peranan Bahan Ajar .................................................................................... 12

5. Jenis-Jenis Bahan Ajar ................................................................................ 12

6. Karakteristik Bahan Ajar ............................................................................ 13

C. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar..................................................................... 13

D. Pandangan Islam Berkaitan Dengan Bahan Ajar ........................................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 16

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 16

B. SARAN ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses menjadikan agar orang mau belajar dan
mampu (kompeten) belajar melalui berbagai pengalamannya agar tingkah
lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Hal ini mengandung arti
bahwa proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan siswa melalui interaksi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran, karena pembelajaran
dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai
fasilitator.
Belajar ilmu kimia sampai saat ini masih dirasakan sulit oleh siswa. Hal
ini mungkin disebabkan ilmu kimia mencakup materi yang sangat luas dan
bersifat abstrak. Selain itu ilmu kimia mencakup materi yang sangat luas
yang terdiri dari fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip, teori dan soal-soal.
Dalam menerima materi pelajaran, siswa memerlukan suatu alat bantu
yang dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar. Alat bantu yang
dimaksud ialah media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang
dibutuhkan yaitu peta konsep. Peta konsep adalah kegiatan mencatat kreatif
yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi. Selain itu peta konsep
dapat membangkitkan ide-ide asli dan memicu ingatan. Catatan yang dibuat
membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama
di tengah dan subtopik menjadi cabangcabangnya (Trianto dalam Susatyo et
al., 2011). Hasil penelitian Iskandar dan Rusmansyah sebagaimana dikutip
oleh Utami (2009) menunjukkan bahwa dengan strategi Peta Konsep akan
membantu siswa membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip baru serta
sangat baik sebagai alat pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan analisis struktur materi pembelajaran ?
2. Bagaimana karakteristik terhadap materi ajar ?
3. Bagaimana prinsip pemilihan bahan ajar ?
4. Bagaimana pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah yang kami
buat ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui analisis struktur materi pembelajaran
2. Mengetahui karakteristik terhadap materi ajar
3. Mengetahui prinsip pemilihan bahan ajar
4. Mengetahui pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi
tentang strategi pembuatan bahan ajar

2. Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan informasi dan masukan dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui pendekatan terhadap
strategi pembuatan bahan ajar

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Struktur Materi Pembelajaran


1. Pengertian Analisis Pembelajaran
Analisis dalam taksonomi Bloom yaitu keadaaan ketika seseorang akan
mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali
pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level
ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject,
membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan
menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu


untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

Pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Bertujuan agar perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.

Jadi analisis pembelajaran yaitu proses menjabarkan perilaku umum


menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan
demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang awal sampai
yang paling akhir.

3
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Kita akan mempertanyakan mengapa dilakukan analisis pembelajaran?
Karena dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi keterampilan-
keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi posisi analisis
pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku
prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung
lebih dulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu
atau secara kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan
acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang
telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang mengharuskan anak didik
belajar menguasainya dan langkah-langkah procedural bawaan yang ada
harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.
Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan
analisis pembelajaran adalah untuk menentukan keterampilan-
keterampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta
memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan
mengajar. Sedangkan Atwi Suparman (1991) mengemukakan bahwa
analisis intruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Dengan
melakukan analisis pembelajaran ini, akan tergambar susunan perilaku
khusus yang paling awal sampai yang paling akhir.
Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan
sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah sistematis
pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: 1) Analisis kebutuhan
pembelajaran, 2) menentukan tujuan pembelajaran, 3) memilih dan
mengembangan bahan ajar, 4) memilih media dan sumber belajar yang
relevan, 5) memilih dan merencanakan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang efektif, 5) memilih dan merencanakan sistem evaluasi
dan tindak-lanjut. Tahapan ini dilakukan terutama untuk menentukan
tujuan pembelajaran.
Analisis pembelajaran dilakukan dengan menganalisis tuntutan dan
4
kebutuhan belajar siswa yang sangat beragam. Keberagaman itu perlu
diakomodasi dalam pembelajaran, sebab tindakan penyeragaman terhadap
siswa yang realitasnya beragam, bukanlah tindakan yang bijak dan
proporsional.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
intruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yang dikembangkan
2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari
perilaku umum tersebut
3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam
urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang
paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan
“mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha
melengkapi daftar perilaku khusus tersebut.
5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau
kertas ukuran 3x5 cm
6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan
menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau
pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu
yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk
perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan
pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku
yang hirarkial
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap
perlu atau dikurangi bila dianggap lebih
8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-
perilaku dalam kotakkotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak
kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut
dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan
hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu
5
dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang
berada dibawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang
terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian
nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.
11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun
dengan memperhatikan:
a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari
setiap perilaku umum
b. Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku
umum
c. Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial,
presedural, pengelompokan atau kombinasi)

Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu


dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap
karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua
langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis
konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang
dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi
oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan
aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas
belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan
belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih
dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
Beberapa Komponen yang dapat dianalisis dalam kegiatan
Menganalisis Karakteristik Awal Siswa meliputi:
a. Pengalaman siswa
b. Pengetahuan siswa
c. Kegemaran siswa
d. Kondisi fisik siswa
e. Lingkungan keluarga siswa
f. Lingkungan sosial
6
g. Status sosial siswa
Jadi kita perlu melakukan analisis saat akan menjalankan pembelajaran
agar kita mengetahui apa yang akan kita lakukan saat berada di dalam
kelas. Kita dapat menghandel setiap masalah yang terjadi saat
pembelajaran. Analisis dilakukan agar kita mempunyai persiapan dalam
pembelajaran.

3. Analisis Struktur Materi Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep

Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memahami berbagai


konsep kimia karena istilah-istilah bahasa yang spesifik, konsepnya
bersifat matematis dan abstrak (Saouma & May dalam Santoso dan
Supriadi, 2014). Terkait dengan pemahaman konsep kimia, Redhan dan
Kirna dalam Santoso dan Supriadi (2014) melaporkan dalam penelitiannya
bahwa salah satu penyebab rendahnya prestasi siswa pada pelajaran Kimia
adalah miskonsepsi siswa pada konsep-konsep kimia yang berasal dari
guru.
Hal serupa juga disampaikan oleh Aritonang (2008), kesan sulit dan
kurangnya minat belajar kimia siswa, umumnya disebabkan oleh
pembelajaran di sekolah yang didominasi oleh cara belajar menghafal
melalui ceramah dan diskusi tanpa makna. Hal ini akan berdampak pada
pemahaman siswa yang terpisah-pisah, tidak terkait satu sama lain.
Guru seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan sendiri atau menerapkan ide-ide mereka dan menggunakan
strategi mereka sendiri dalam belajar. Pemilihan metode belajar yang baik
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
(Puspitayanti dan Siti Maryam, 2014).
Peta konsep merupakan teknik pencatatan yang dikembangkan oleh
Novak pada tahun 1985. Menurut Novak, sebagaimana dikutip oleh
Puspitayanti dan Siti Mryam (2014), peta konsep adalah piranti visual
untuk mengorganisir dan merepresentasikan pengetahuan yang sangat
menekankan pada pengembangan konsep dalam bentuk proposisiproposisi
dan hubungan antar proposisi. Peta konsep adalah merupakan media
pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu sistematis, yaitu dimulai

7
dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai
hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan
dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran (Manihar & Pandley,
2000). Pendapat lain yang dijelaskan Kadir, sebagaimana dikutip oleh
Yunita et al. (2014), peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun
atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan
konsep.
Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah
di dalam pendidikan sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif.
Pembiasaan dalam penggunaan peta konsep dalam pendidikan juga dapat
menambah keuntungan pada proses pembelajaran (Alberta, 2005).
Sholahudin (2002), memanfaatkan peta konsep sebagai alat untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus menghasilkan
proses belajar bermakna. Keuntungan peta konsep dijadikan alat studi
untuk mengevaluasi pelajaran atau rencana di dalam suatu pelajaran, atau
keseluruhan kurikulum. Peta konsep dalam proses belajar mengajar
memperjelas pemahaman guru dan siswa dalam memfokuskan konsep-
konsep dalam beberapa ide utama (Novak & Gowin, 2006). Peta konsep
dapat membantu peserta didik untuk membuat jelas konsep-konsep kunci
atau proposisi yang harus dipelajari dan mengaitkan hubungan antara
pengetahuan baru dan sebelumnya (Santoso dan Supriadi, 2014).
Strategi peta konsep memperkirakan kedalaman dan keluasan yang
perlu dipelajari. Kaitan konsep satu dengan konsep yang lain merupakan
hal yang penting dalam belajar sehingga apa yang dipelajari akan lebih
bermakna, lebih mudah diingat dan dipahami, dan diolah serta dikeluarkan
kembali bila diperlukan (Trianto, 2009). Keadaan ini akan meningkatkan
hasil belajar melalui proses yang lebih bermakna tentang materi yang
dipelajarinya. Bagi para pendidik, strategi peta konsep bermanfaat:(1)
Membantu mengerjakan apa yang telah diketahui, merencanakan dan
memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan
digunakan. (2) Membantu mengingat kembali dan merevisi konsep belajar,
membuat pola catatan kerja dan belajar yang baik.(3) Membantu
mendiagnosis apa-apa yang diketahui dalam bentuk struktur. (4)
Membantu mengetahui adanya miskonsepsi, contohnya dalam ujian akan
8
tergambar kemampuan mengolah idenya dalam bentuk grafik ataupun
penggunaan visual yang representatif. (5) Membantu memeriksa
pemahaman akan konsep yang dipelajari, peta konsep yang dibuat sudah
benar atau masih salah. (6) Membantu memperbaiki kesalahan konsep
pada pembelajaran selanjutnya.(7) Membantu merencanakan pembelajaran
dan evaluasi keberhasilan (Rusmansyah, 2001).
Peta konsep ada empat macam, yaitu (1) Network tree; (2) Event
chain; (3) Cycle Concept map; (4) Spider concept map (Nur, 2002).
Penyusunan peta konsep dibutuhkan dalam proses belajar agar peserta
didik mengetahui dan meyakini tentang makna dari apa yang sedang
dipelajarinya, dan dapat menyusun dalam waktu yang relatif singkat
diselingi dengan pekerjaan lain sambil memikirkan keterkaitan antar
konsep sehingga membentuk suatu proposisi yang membuat belajar
menjadi lebih bermakna. Ada tujuh langkah yang harus diikuti untuk
membuat peta konsep dengan benar, yaitu: (1) Memilih dan menentukan
suatu bahan bacaan. (2) Bahan bacaan dapat dipilih dari buku atau bahan
bacaan yang lain. (3) Menentukan konsep-konsep yang relevan, (4)
Mengurutkan konsepkonsep dari paling umum sampai paling khusus atau
contoh-contoh. (5) Menyusun konsep-konsep, memetakan berdasarkan
kriteria dari konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep pada
tingkatan abstraksi sejajar satu sama lain, dan konsep lebih khusus di
bawah konsep yang lebih umum. (6) Menghubungkan konsepkonsep
dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi dan garis
penghubung. (7) Setelah peta selesai, perlu diperhatikan kembali letak
konsepkonsepnya dan jika dirasa perlu dapat diperbaiki atau disusun
kembali agar menjadi lebih baik dan berarti.

9
B. Karakteristik Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Pannen adalah bahan-bahan atau materi pelajaran
yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.

Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar adalah segala bentuk bahan,
informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahanyang dimaksud bisa
berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.Bahan ajar atau materi
kurikulum (curriculum material) adalah isi ataumuatan kurikulum yang harus
dipahami oleh siswa dalam upaya mencapaitujuan kurikulum.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis


besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari berbagai
disiplin ilmu baik yang berumpun ilmu-imu sosial (social science) maupun
ilmu-ilmu alam (natural science). Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah
bagaimana cakupan dan keluasan serta kedalaman materi atau isi dalam setiap
bidang studi.

10
2. Fungsi Bahan Ajar

Fungsi pembuatan bahan ajar. Prastowo (2012:24-26)


mengemukakan beberapa fungsi pembuatan bahan ajar sebagai berikut:

a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar yaitu:

1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik antara lain menghemat


waktu pendidik dalam mengajar, mengubah peran pendidik
dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator,
meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif
dan efisien, sebagai pedoman bagi pendidik yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
semestinya diajarkan pada peserta didik.

2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain peserta didik
dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta
didik yang lain, peserta didik dapat belajar kapan saja dan di
mana saja ia kehendaki, peserta didik dapat belajar sesuai
kecepatannya masing-masing, peserta didik dapat belajar
menurut urutan yang dipilihnya sendiri, membantu potensi
peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang
mandiri, sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari atau dikuasai.

b. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan yaitu:

1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal antara lain


sebagai satusatunya sumber informasi serta pengawas dan
pengendali proses pembelajaran dan sebagai bahan
pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual antara lain


sebagai media utama dalam proses pembelajaran, sebagai
alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
peserta didik dalam memperoleh informasi, serta sebagai
penunjang media pembelajaran individual lainnya.
11
3. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok antara lain
sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar
kelompok dan sebagai bahan pendukung bahan belajar
utama
3. Tujuan Bahan Ajar
Prastowo (2012:26-27) menjelaskan beberapa tujuan pembuatan bahan ajar
sebagai berikut:
1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu
2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah
timbulnya rasa bosan pada peserta didik.
3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

4. Peranan Bahan Ajar

Peranan bahan ajar menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar,


meliputi:

1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai


pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar
yang disajikan.

2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah


dibacadan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta
didik.
3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk
memotivasi peserta didik.
5. Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
6. Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna.

5. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar jika dikelompokkan menurut jenisnya ada 4 jenis yakni bahan
cetak (bahanal printed) seperti handout, modul, buku, lembar kerja siswa,
brosur, foto/gambar dan model. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio,
piringan hitam dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengan seperti
12
video compact disk dan film. Bahan ajar interaktif seperti compactdisk
interaktif.

6. Karakteristik Bahan Ajar


Adapun penjabaran dari kelima karakteristik bahan ajar tersebut sebagai
berikut.
1. Self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan.
Oleh karena itu, di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang
dirumuskan dengan jelas dan memberikan bahan pembelajaran yang
dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik
2. Self Contained yaitu seluruh bahan pelajaran dari satu unit
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu
bahan ajar secara utuh
3. Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan
tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar lain
4. Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi
5. User Friendly yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,
termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai
dengan keinginan

C. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar


Bahan ajar harus dipilih secara tepat supaya peserta didik dapat
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan optimal. Masalah-
masalah yang berkaitan dengan penentuan atau pemilihan bahan ajar, seperti :
jenis, cakupan, perlakuan, urutan, dan sumber bahan ajar, harus diperhatikan.
Jenis bahan ajar harus dipilih secara tepat karena setiap jenis bahan ajar
memerlukan strategi, media dan cara penilaian yang berbeda. Cakupan dan
kedalaman bahan ajar harus diperhatikan agar tidak lebih dan tidak kurang.
Urutan bahan ajar harus sistematis agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar.

Ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan atau diperhatikan


dalam memilih bahan ajar. Prinsip- prinsip tersebut mencakup : prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan ( Aunurrahman, 2009 ).

1. Prinsip relevansi ialah prinsip keterkaitan. Bahan pembelajaran harus


relevan atau ada kaitannya dengan standar kompetensi dan kompetensi
13
dasar. Contohnya : jika kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
berupa hafalan fakta, maka bahan ajar yang diajarkan harus berupa
hafalan fakta.

2. Prinsip konsistensi ialah prinsip keajegan. Jika kompetensi dasar yang


harus dikuasai peserta didik berjumlah empat macam, maka bahan ajar
yang harus diajarkan juga harus berjumlah empat macam. Contohnya
jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah
keterampilan menulis empat macam karangan, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi keterampilan menulis empat macam
karangan.

3. Prinsip ketiga ialah prinsip kecukupan, artinya bahan yang


diajarkanharus cukup atau memadai untuk membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran (menguasai standar kompetensi
dan kompetensi dasar ).Bahan ajar tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu
banyak karena jika terlalu sedikit akan mengakibatkan peserta didik sulit
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan jika terlalu banyak
hanya akan mengakibatkan ketidakefisienanwaktu dan tenaga.

D. Pandangan Islam Berkaitan Dengan Bahan Ajar

Dalam pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar, Allah berfirman


dalam Al- Qur’an (QS. Al-Alaq:1-5) :”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
telah menciptaka, dia menciptakan manusia dari segumpal darah bacalah dan
Tuhanmu Yang maha mulia. Dia mengajarkannmu apa yang tidak diketahui”.
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk
membaca. Membaca apa saja yang bermanfaat baginya. Dengan membaca
manusia dapat meningkatkan kualitas terhadap dirinya, kualitas keluarganya
bahkan sampai kualitas terhadap agama dan bangsanya. Membaca akan
meningkatkan derajat manusia di sisi Allah SWT karena bertambahnya
pengetahuan pada diri seseorang. Allah akan mengangkat derajat manusia
disisi-Nya. Pengetahuan atau ilmu adalah sesuatu yang akan meningkatkan
kualitas hidup manusia ke arah yang lebih sempurna. Dan ilmu pengetahuan
yang Allah sediakan di muka bumi ini adalah banyak sekali cabangnya, dan
Allah memerintahkan kita untuk mencarinya.
14
Dalam Al-Qur’an dan hadis dijelaskan bahwa sesungguhnya dalam ilmu
pengetahuan agama terdapat petunjuk-petunjuk mengenai berbagai kehidupan
manusia yang tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan
yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada
pada kualitas, egaliter, kemitraan, feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.

15
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan


sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah sistematis
pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: 1) Analisis kebutuhan
pembelajaran, 2) menentukan tujuan pembelajaran, 3) memilih dan
mengembangan bahan ajar, 4) memilih media dan sumber belajar yang
relevan, 5) memilih dan merencanakan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang efektif, 5) memilih dan merencanakan sistem evaluasi
dan tindak-lanjut.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara


garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan.

Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar mencakup prinsip relevansi,


prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan. Sedangkan tahap-tahap
pemilihan bahan ajar meliputi penentuan aspek-aspek perilaku yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar serta penentuan
atau pemilihan bahan ajar sesuai dengan aspek-aspek perilaku yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar, Allah


berfirman dalam Al- Qur’an (QS. Al-Alaq:1-5) yang berdasarkan ayat
tersebut, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk membaca.
Membaca apa saja yang bermanfaat baginya.

16
B. SARAN

Kami selaku penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan


dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penyusun sangat menyadari jika makalah ini jauh dari
kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penyusun
berharap makalah ini dapat dijadikan referensi dan menambah pengetahuan
pembaca serta membawa manfaat untuk semua orang yang membacanya.
Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun agar penyusun dapat lebih baik dalam membuat makalah
selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alberta, C. 2005. A Concept Mapping Tool to Handle Multiple Formalisms.

Canada: Institute University of Calgary.

Dwi. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Prastowo. Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Jogjakarta: Diva Press.

Hasan. 2018. Pengembangan Bahan Ajar dan Pembelajaran Program

Keagamaan pada Madrasah Aliyah Kabupaten Aceh Besar, Aceh,

Indonesia. Jurnal Untuk Pendidikan Islam, 1,122-144.

Kadir. 2004. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Sains dan

Matematika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 51.

Romansyah. Khalimi. Pedoman pemilihan dan Penyajian Bahan Ajar Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurnal Logika 2,1978-2560

18
PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN

(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Semester 4 Kelas A)

Dosen Pengampu: Luki Yunita, M. Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 3 Kelas 4A
Shilfa Aurelia Hermawan (11200162000003)
Ine Sa’diah (11200162000013)
Adinda Indah Kurniasih (11200162000029)
Defi Auliya (11200162000034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M /1443 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendekatan
dan Metode Pembelajaran” ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita,
Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Luki Yunita, M. Pd.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia yang telah berkenan
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penulis.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi pembaca. Serta diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Ciputat, 27 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii


BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 2
C. Perumusan Masalah ...................................................................................................... 2
D. Pembatasan Makalah .................................................................................................... 2
E. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................ 2
F. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................................... 3
G. Metode Penulisan Makalah ........................................................................................... 3
H. Sistematika Penulisan Makalah ..................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 4
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ............................................................................ 4
B. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran ............................................................................. 4
C. Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Sains .................................................... 9
D. Pengertian Metode Pembelajaran ................................................................................ 10
E. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran ................................................................................ 12
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Pandangan Islam ................................... 18
BAB III ............................................................................................................................... 23
PENUTUP .......................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan................................................................................................................. 23
B. Saran........................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sarana terpenuhinya proses belajar manusia. Tanpa
pendidikan manusia tidak mampu mengembangkan fitrahnya sebagai insan pedagogik
yang perlu dididik dan mendidik. Namun, suatu pendidikan akan mempunyai mutu
yang tinggi apabila guru mempunyai mutu yang tinggi pula. Sedangkan mutu guru
sangat ditentukan oleh pemahamannya tentang komponen, pendekatan, dan berbagai
metode pengajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran.
Permasalahan pendidikan yang kita hadapi sekarang terjadi karena krisis
paradigma, yaitu adanya kesenjangan atau ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin
dicapai dan paradigma yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Paradigma
diartikan sebagai pola pikir atau cara kerja. Sebagai contoh, jika kehidupan masa depan
menuntut kemampuan memecahkan masalah baru secara inovatif maka apa yang
diajarkan kepada siswa di sekolah adalah menghafal atau memecahkan masalah secara
lebih baik. Jika masa depan menuntut pola prilaku yang unik dan divergen maka apa
yang ditanamkan kepada siswaa sekarang adalah pola prilaku yang komformistis dan
seragam. Jika masa depan menuntut kemampuan kerja sama dengan sesama teman
maka apa yang diajarkan sekarang di sekolah adalah kompetisi atau saingan. Maka dari
itu pendekatan dan metode pmbelajaran sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar.
Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada pengertian
bahwa mengajar merupakan suatu upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Masalah penerapan pendekatan, strategi dan model
pembelajaran di kelas telah menjadi perbincangan yang sangat menarik dikalangan
praktisi pendidikan. Karena mereka meyakini mutu pendidikan salah satunya dapat
diwujudkan bila pendidik dapat menerapkan pendekatan, strategi dan model
pembelajaran yang sesuai dengan sifat jenis materi.

1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
1. Sudut pandang manusia menimbulkan berbagai macam pendekatan dan metode
pembelajaran.
2. Adanya permasalahan di sekolah dalam belajar mengajar memberi dampak
banyaknya jenis-jenis pendekatan dan metode-metode dalam pembelajaran.
3. Perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK menjadikan timbulnya permasalahan
baru dalam pembelajaran yang membutuhkan mengembangan dalam dunia
pembelajaran.

C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan pembelajaran ?
3. Bagaimana cara menerapkan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran sains ?
4. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
5. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran ?
6. Bagaimana cara menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran dalam
pandangan islam ?

D. Pembatasan Makalah
Berdasarkan identifikasi makalah di atas, makalah ini membatasi pembahasan
makalah pada materi pendekatan dan metode pembelajaran.

E. Tujuan Penulisan Makalah


Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran.

2
3. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran sains.
4. Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran.
6. Untuk mengetahui pendekatan dan metode pembelajaran dalam pandangan islam

F. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran.
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
3. Mahasiswa mengetahui pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran sains.
4. Mahasiswa mengetahui pengertian metode pembelajaran.
5. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran.
6. Untuk mengetahui pendekatan dan metode pembelajaran dalam pandangan islam.

G. Metode Penulisan Makalah


Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini yaitu metode pustaka.
Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet yang mendukung dalam proses penulisan makalah.

H. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
1. BAB I Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah,
manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah, sistematika penulisan
makalah.
2. BAB II yang terdiri dari pembahasan materi mengenai pengertian pendekatan
pembelajaran, jenis-jenis pendekatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran
dalam pembelajaran sains, pengertian metode pembelajaran, jenis-jenis metode
pembelajaran, dan pendekatan dan metode pembelajaran.
3. BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Sebelum membahas definisi pendekatan lebih jauh. Terkait dengan pemaknaan apa
itu pendekatan, maka menurut Nurjannah secara garis besar akan terbagi pada dibagi
dua pemahaman makna. Pertama, pendekatan dimaknakan berarti memandang
fenomena (budaya dan social). Pemaknaan tekait hal ini, bahwa pendekatan menjadi
paradigma, sedangkan bila cara memandang atau menghampiri, pendekatan menjadi
perspektif atau sudut pandang. Kedua, pendekatan berarti disiplin ilmu. Maka, terkait
perihal ini, dapat disebut studi Islam dengan pendekatan sosiologis sama artinya dengan
mengkaji Islam dengan menggunakan disiplin ilmu sosiologi. Konsekuensinya,
pendekatan di sini menggunakan teori atau teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan
sebagai pendekatan.

Menurut T. Raka Joni dalam Sri Anita W. pendekatan (approach) ialah petunjuk
atau cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga
berdampak. Menurutnya, pendekatan diibaratkan seorang yang memakai kacamata
dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau
akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan seterusnya.
(Reksiana,2018 : 128-129)

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen mencatat bahwa terdapat
dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-
centered). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan discoveri serta pembelajaran induktif. (Abdullah, 2017.)

B. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang Berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang Memandang anak didik sebagai makhluk yang

4
sama dan tidak ada Perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
Pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru Memandang anak
didik sebagai individu dengan segala perbedaan, Sehingga mudah melakukan pendekan
dalam pembelajaran. Ada Beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini
dengan Harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai Masalah dalam
kegiatan pembelajaran.

1. Pendekatan Individual

Di kelas ada kelompok anak didik. Mereka duduk dikursi masing-masing.


Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja untuk
membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan
gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara
mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan, dan
sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai
karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan Wawasan kepada guru bahwa
strategi pembelajaran harus Memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual Dalam
strategi pembelajarannya. Bila tidak, maka strategi belajar Tuntas atau mastery learning
yang menuntut penguasaan penuh Kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan.
Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik Dengan
tingkat penguasaan optimal. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat
penting Bagi kepentingan pembelajaran. Pengelolaan kelas sangat Memerlukan
pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bias Begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga Guru dalam melaksanakan tugasnya selalu
saja melakukan Pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan
Kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan Pendekatan
individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok Diperlukan.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran terkadang ada juga guru yang Menggunakan


pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok, memamng suatu
waktu diperdigunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak Didik.
Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo Socius, yakni makhluk

5
yang berkecendrungan untuk hidup bersama.Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh Kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak
didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa emosi yang ada dalam diri Mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan Sosial di kelas sosial di kelas.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam Kelompok, akan menyedari
bahwa dirinya ada kekurangan dan Kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu Mereka yang mempunyai kekurangan. Ketika guru ingin
menggunakan pendekatan kelompok, maka Guru harus sudah mempertimbangkan
bahwa hal itu tidak Bertentangan dengan tujuan., fasilitas belajar pendukung, metode
Yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan Kepada anak didik
memang cocok didekati dengan pendekatan Kelompok. Karena itu, pendekatan
kelompok tidak bias dilakukan Secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan
hal-hal lain Yang ikut mempengaruhi penggunaannya.

3. Pendekatan Bervariasi

Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik Yang bermasalah,


maka guru akan berhadapan dengan Permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap
masalah yang Dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda, Tetapi pada saat lain
anak didik mempunyai motivasi yang rendah, Tetapi pada saat lain anak didik
mempunyai motivasi yang tinggi. Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu
Metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif Dalam waktu relative
lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit Menormal kannya kembali. Ini sebagai
tanda adanya gangguan Dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran
kurang Menjadi efektif. Efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pun jadi Terganggu,
disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Permasalahan yang dihadapi
oleh setiap anak didik biasanya Bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan
lebih tepat Dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari
konsepsi bahwa permasaLahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar
bermacam-Macam.

4. Pendekatan Edukatif

Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dengan tujuan Untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, Gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya.

6
Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana Bila menggunakan kekuasaan,
karena hal itu bias merugikan Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan Yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.
Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan,
dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar Menghargai norma hukum, norma
susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama. Berbagai kasus yang terjadi,
Selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individual, ada Juga yang dapat
didekati dengan pendekatan kelompok. Dan ada pula Yang dapat didekati dengan
pendekatan bervariasi. Namun yang Penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan
individual, Pendekatan kelompok dan pendekatan bervariasi harus Berdampingan
dengan pendekatan edukatif, dengan tujuan untuk Mendidik. Tindakan guru karena
dendam, marah, kesal, benci, dan Sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik,
karena apa yang Guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.

5. Pendektan Pengalaman

Meskipun pengalama diperlukan dan selalu dicari selama Hidup, namun tidak
semua pengalama tidak bersifat mendidik, karena Ada pengalam yang tidak bersifat
mendidik. Betapa tingginya suatu pengalaman, maka disadari akan Pentingnya
pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak, sehingga Dijadikan pengalaman itu
sebagai suatu pendekatan. Maka jadilah “pendekatan pengalaman” sebagai fase yang
baku dan diakui Pemakaiannya dalam pendidikan.

6. Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih Kecil, pembiasaan
ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan Itulah akhirnya suatu aktivitas akan
menjadi milik anak di kemudian Hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu
sosok manusia Yang berkepribadian yang baik pula. Begitu pun sebaliknya,
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan
waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk
mengubahnya. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan
Kebiasaan dijadikan sebagai pendekatan pembiasaan. Karena Dengan pendidikan
pembiasaan itulah diharapkan siswa senantiasa Dibiasakan mengamalkan ajaran
agamanya.

7. Pendekatan Emosional

7
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri Seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti
dapat merasakan Sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Emosi
atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan Memberi tanggapan (respons) bila
ada rangsangan (stimulus) dari Luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun
non verbal, Mempengaruhi kadar emosi seseorang. Emosi mempunyai peranan yang
penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan
emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu
pendekatan dalam pendidikan dan pembelajaran.

8. Pendekatan Rasional

Manusia adalah makhluk yang disiptakan oleh sang Maha Pencipta yaitu Allah
Swt. Manusia adalah makhluk yang sempurna Diciptakan. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya yang diciptakan Oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada akal.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan Mana perbuatan yang baik dan
mana perbuatan yang buruk, mana Kebenaran dan mana kedustaan dari sesuatu ajaran
atau perbuatan. Dengan akal pula dapat membuktikan dan membenarkan adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta atas segala sesuatu di Dunia ini. Usaha yang
terpenting bagi guru adalah Bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam
Memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk Mencoba memahami
hikmah dan fungsi ajaran agama.Karena keampuhan kal (rasio) itulah akhirnya
dijadikan Pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di Sekolah.

9. Pendekata Fungsional

Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah Bukanlah hanya sekedar
mengisi otak, tetapi diharapkan berguna Bagi kehidupan anak, baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk Sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan
sehari-Hari sesuai dengan tingkat peanak. Anak dapat menrasakan manfaat dari ilmu
yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah
fungsional di dalam diri anak di sekolah.

10. Pendekatan Keagamaan

Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua
macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran

8
itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran mum dan mata pelajaran
agama. Pendekatan agama dapat membantu guru untuk Memperkecil kerdilnya jiwa
agama di dalam diri siswa, yang pada Akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan
dan dilecehkan, tetapi Diyakini, dipahami, dihayati, dan diamalkan selama hayat siswa
di Kandung badan. (Basir Muhammad, 2017 : 70-86)

C. Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Sains

Pendekatan sains teknologi merupakan pendekatan pembelajaran yang pada


dasarnya membahas penerapan sains dalam konteks kehidupan manusia sehari-hari.
Oleh karena itu, dengan pendekatan ini siswa dikondisikan agar mau dan mampu
menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya sederhana atau solusi pemikiran
untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk
teknologi (Muslichach Asy’ary (2006: 55)

Penerapan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat menurut


Anna Poedjiadi (2010: 126) terdapat beberapa tahapan pembelajaran yaitu :

Tahap ke-1 disebut tahap pendahuluan. Peserta didik diminta untuk


mengidentifikasi isu-isu/ masalah sosial masyarakat yang berhubungan dengan materi
pembelajaran. Apabila peserta didik tidak dapat mengutarakan isu-isu/ masalah sosial,
guru dapat memulai terlebih dahulu untuk mengutarakan isu-isu sosial. Tahap ini
disebut tahap invitasi yaitu undangan agar siswa memusatkan perhatian pada
pembelajaran Manfaat dikemukakannya isu atau masalah pada awal pembelajaran yaitu
terjadinya interaksi antar siswa yang menuntut siswa untuk memiliki sikap ingin tahu
dan sikap berfikir kritis untuk menganalisis tentang isu-isu.

Tahap ke-2 disebut tahap pembentukan konsep. Untuk menanamkan suatu


konsep kepada siswa, dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Pada
akhir tahap pembentukan konsep, siswa diharapkan telah memiliki pemahaman
mengenai konsep-konsep yang diikuti oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan isu-
isu/masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran.

Tahap ke-3 siswa telah berbekal konsep-konsep yang dimilikinya pada tahap
sebelumnya. Dengan konsep-konsep yang telah mereka miliki siswa dapat
mengaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap aplikasi konsep dapat dilakukan dengan kegiatan percobaan.

9
Tahap ke-4 disebut tahap pemantapan konsep. Pada tahap ini guru perlu
meluruskan apabila dalam proses diskusi penyelesaian masalah siswa mengalami
miskonsepsi. Apabila dalam proses analisis isu-isu tidak tampak adanya miskonsepsi
pada siswa, guru tetap harus melakukan pemantapan kosnep.

Tahap ke-5 dilakukan kegiatan penilaian untuk mengetahui ketercapaian tujuan


pembelajaran. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan karena dengan model
pembelajaran ini hasil belajar yang diperoleh siswa beragam. (http://eprints.uny.ac.id/)

D. Pengertian Metode Pembelajaran

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini berasal dari dua
kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Dalam bahasa Arab metode disebut “ Thariqat ”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud,
sehingga dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
(Retnoningsih, 2009, hal. 574)

Dalam pasal 1 Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional disebutkan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, 2005)
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala
mengandung arti bahwa kegiatan guru secara terprogram dalam desaian instruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Menurut Hamzah B. Uno “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Jadi metode pembelajaran adalah jalan
yang ditempuh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-
tahapan tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara pendidik memberikan pelajaran dan cara
peserta didik menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Jadi peranan metode pembelajaran ialah
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam menggunakan suatu metode, kita seharusnya memiliki beberapa
landasan pemikiran mengapa kita memakai metode tersebut. Prinsip pemakaian metode

10
yang digunakan berfungsi untuk memberi penguatan terhadap apa yang kita kerjakan,
sehingga kita mempunyai alasan yang kuat dalam menggunakan metode tertentu.
Metode yang dipilih pendidik seharusnya merupakan metode yang tepat, metode
yangtidak bertentangan dengan tujuan pembelajaran atau standart kompetensi dan
kompetensi dasar yang teah ditetapkan dalam RPP.
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk
memberi jalan atau sebaik mungkin bagi pelaksanaan dankesuksesan operasional
pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk
menemukan, menguji data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dan sebaik mungkin.
Dari penjelasan diatas tadi dapat dilihat bahwa pada intinya metode bertujuan
untuk mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan
cepat dan tepat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Karenanya terdapat sebuah
prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran
dapat dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh
dorongan dan motivasi sehingga ateri pembelajaran itu menjadi lebih mudah diterima
oleh para peserta didik.
Banyaknya metode yang ditawarkan pada ahli sebagaimana dijumpai dalam
buku-buku pendidikan lebih merupakan usaha untuk mempermudah atau mencari jalan
yang paling sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah
pembelajaran.
Penggunaan satu atau beberapa metode mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut yang harus diperhatikan:
a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat
atau gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
c. Metode mengajar yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi
siswa dan menjadikan nya hasi karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

11
f. Metode mengajar yang dipakai harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan
bertujuan.
g. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam
kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
(Prasetyo, 1997, hal. 52-53)
Dengan demikian jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa ada
materi yang berkenaan dengan dimensi aktif dan psikomotorik, dan ada materi yang
berkenaan dengan dimensi kognitif, dan semua hal ini memerlukan metode-metode
yang berbeda untuk mencapai kesemuanya dalam tujuan pembelajaran. Dan dengan
metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar peserta didik sehubungan dengan
mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan
peserta didik. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing,
sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan dengan baik jika peserta didik lebih aktif di bandingkan
dengan pendidiknya. Misalnya menggunakan metode pembelajaran yang membuat
peserta didik belajar dengan berfikir, bergerak dan lain sebagainya.

E. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Berikut beberapa metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar :
1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih
banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa
ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran.

12
Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk :

a. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu


bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan
tertulis hasil ceramah.
b. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat
dalam isi pelajaran.
c. Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin
tahu melalui pemerkayaan belajar.

Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya di antaranya :

Kekurangan metode ceramah:

a. Membuat peserta didik pasif.


b. Mengandung unsur paksaan kepada peserta didik.
c. Mengandung daya kritis peserta didik.
d. Bila terlalu lama membosankan.

Kelebihan metode ceramah :

a. Pendidik mudah menguasai kelas.


b. Pendidik mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c. Dapat diikuti peserta didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan.
(Djamarah, 2010, hal. 97)

2. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran untuk melalui
bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh siswa. Dengan metode ini antara lain dapat
dikembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasikan,
membuat kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan.
Penggunaan metode tanya jawab bermaksud memotivasi siswa untuk bertanya
selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan
anak didik menjawabnya. Isi pertanyaan tidak mesti harus mengenai pelajaran yang
sedang diajarkan, tetapi bisa juga mengenai pertanyaan lebih luas yang berkaitan
dengan pelajaran.

13
Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:

a. Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik


terhadap pelajaran yang dikuasainya.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum dipahaminya.
c. Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar.
d. Melatih anak didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan
pemikiran yang orisinil.

Adapun kelebihan metode tanya jawab:

a. Kelas lebih aktif karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan saja.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga guru
mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para peserta didik.
c. Pendidik dapat mengetahui sampai di mana penangkapan peserta didik
terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

Adapun kelemahan metode Tanya jawab adalah:

a. Dengan tanya jawab kadang-kadang pernbicaraan menyimpang dari pokok


persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, peserta didik menyinggung hal-
hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan.
Dalam hal ini, sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
b. Mernbutuhkan waktu lebih banyak.
c. Siswa meras takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk
berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
(Sanjaya, 1996, hal. 29)

3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masingmasing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal
yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan
emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang
semestinya.

14
Menurut Mulyani Sumantri Metode diskusi bertujuan untuk:

a. Melatih peserta didik mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi,


menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.
b. Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.
c. Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah
sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif.
d. Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat
e. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
f. Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah.

Kelebihan metode diskusi :

a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan
trobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan
masalah.

Kekurangan metode diskusi :

a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang


panjang.
b. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.

4. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)


Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-
hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik
akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang
mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.

15
5. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran pendidik memberikan
tugas tertentu, agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di
pertanggung jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh pendidik dapat memperdalam
bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas
merangsang peserta didik untuk aktif pembelajaran secara individual maupun
kelompok.
Kelebihan metode resitasi:
a. Pengetahuan yang di peroleh peserta didik dari hasil pembelajaran, percobaan
atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan minat dan bakat yang
berguna, untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.
b. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
c. Dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang
dipelajari.

Kekurangan metode resitasi :

a. Peserta didik sering kali melakukan penipuan diri, karena hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa pembelajaran.
b. Adakalanya tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
c. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung
jawab bagi pendidik, apalagi bila tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan
mental peserta didik dapat terpengaruh.
(Danim, 1994, hal. 36)

6. Metode Permainan dan Stimulasi


Metode permainan dan simulasi adalah suatu pengajaran, dalam mana situasi
yang sesungguhnya dan bagian-bagian penting diduplikasikan dalam bentuk
permainan. Maka, jika mungkin anak didik bertindak dalam suatu peranan. Tujuannya
adalah untuk menumbuhkan kesadaran diri, rasa simpati, perubahan sikap dan
kepekaan. Misalnya, dalam bentuk drama, permainan peranan, komidi dan lain
sebagainya.

16
7. Metode Uswatun Hasanah
Metode ini termasuk metode yang tertua dan tergolong paling sulit dan mahal.
Dengan metode ini, pendidikan agama disampaikan melalui contoh teladan yang baik
dari pendidiknya, sebagaimana telah dilakukan para Nabi terdahulu. Dalam dunia
pendidikan modern, istilah metode uswatun hasanah sering disebut dengan metode
imitasi atau tiruan. Dilihat dari segi bentuknya maka metode ini merupakan bentuk non
verbal dari metode pendidikan.

8. Metode Menghafal
Metode menghafal berarti mempelajari sesuatu agar masuk dalam ingatan dan
dapat mengucapkan diluar kepala. Menghafal memiliki tujuan agar selalu ingat dengan
sesuatu yang telah dihafalnya. Menghafal teks atau naskah ada kalanya harus sesuai
dengan naskah aslinya tanpa adanya pengurangan titik koma dan sebagainya. Hafalan
yang baik akan membantu seseorang mempertahankan argumentasinya menuju suatu
kebenaran.

9. Metode Team Quizz


Menurut Silberman model team quiz dapat meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang
menyenangkan dan tidak menakutkan. Proses belajar mengajar dengan model team
quiy mengajak siswa bekerja sama dengan teamnya dalam melakukan diskusi bertanya,
menjawab pertanyaan, memberi arahan, mengemukakan pendapat, serta
menyampaikan informasi. Kegiatan tersebut akan melatih ketrampilan siswa dan juga
memperdalam pemahaman siswa dan juga memperdalam pemahaman konsep siswa.
Kelebihan Model pembelajaran Team Quiz adalah adanya kuis akan membuat
tertarik anak untuk mengikuti proses pembelajaran, melatih siswa untuk dapat membuat
kuis secara baik, dapat meningkatkan persaingan diantara siswa secara sportif, setiap
kelompok memiliki tugas masing-masing, memacu siswa untuk menjawab pertanyaan
secara baik dan benar, dan memperjelas rangkaian materi karena di akhir pelajaran guru
memperjelas semua rangkaian pertanyaan yang dianggap perlu untuk dibahas kembali.
Kelemahan Model Pembelajaran Team Quiz Menyusun pertanyaan secara
berkualitas merupakan pekerjaan sulit bagi siswa, siswa tidak tahu apa yang ingin
ditanyakan kepada gurunya, pertanyaan yang dibuat-buat saja dengan anggapan yang

17
penting bertanya dan mendapatkan nilai, adanya kelompok yang bekerja kurang
profesional dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Pandangan Islam

a.) Pendekatan Pembelajaran dalam Pandangan Islam

Metodologi pendidikan yang dinyatakan dalam Al-Qur’an menggunakan sistem


multi approach yang meliputi antara lain:

1. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fitrah)


atau bakat agama.
2. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal
pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
3. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan
berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan.
4. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan
afektif yang harus ditumbuhkembangkan (Daradjat, et.al, 2001:72).

Berdasarkan pendekatan multi approach tersebut, penggunaan metode harus


dipandang secara komprehensif terhadap anak. Karena anak didik tidak saja dipandang
dari segi perkembangan, tetapi juga harus di lihat dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya.

b.) Metode Pembelajaran dalam Pandangan Islam


Di dalam Al-Quran dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode yang sangat
mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Menurut Al-Nahlawi yang dikutip oleh
Ahmad Tafsir bahwa metode yang dimaksud adalah sebagai berikut : (Ahmad, 2000 :
135).
1. Metode Hiwar Qurani dan Nabawi

Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, adalah percakapan silih


berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan
kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik (Nurjannah, 2015 : 113).

Salah satu contoh yang diberikan Rasulullah dalam metode percakapan dapat
dilihat dalam haditsnya, yaitu:

18
ً ‫ َي ْغت َ ِس ُل فِي ِه كُ َّل َي ْو ٍم َخ ْم‬، ‫ب أ َ َح ِدكُ ْم‬
َ ‫ قَالُوا الَ يُ ْبقِى م ِْن دَ َرنِ ِه‬. » ‫ َما تَقُو ُل ذَ ِلكَ يُ ْبقِى م ِْن دَ َرنِ ِه‬، ‫سا‬
‫ش ْيئًا‬ ِ ‫أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن نَ َه ًرا ِب َبا‬

َ ‫ يَ ْم ُحو َّللاَّ ُ بِ َها ْال َخ‬، ‫ت ْال َخ ْم ِس‬


‫طا َيا‬ َّ ‫ قَا َل « فَذَلِكَ مِثْ ُل ال‬. »
ِ ‫صلَ َوا‬

Artinya: Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya
sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah
menghapus dosa-dosa.

Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan.
Misalnya kata; ”bagaimana pendapat kalian?” adalah pertanyaan yang diajukan untuk
meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa? Menurut at-
Thîby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni, menjelaskan lafaz ”‫“ لو‬dalam hadis tersebut
memberi makna perumpamaan (Abu Zakaria, 1981 : 463).

Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam
pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi
pelaku dan pendengarnya. Metode dialog dapat dijadikan instrument untuk ‘mendiagnosa’
perkembangan belajar peserta didik (Abdurrahman, 1996 : 205).

2. Metode Kisah Qurani dan Nabawi


Metode ini mendidik dengan menceritakan kisah-kisah tokoh, sehingga dapat
mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan
perbuatan buruk sebagai dampak dari kisah itu (Ahmad , 1994 : 149).
Metode cerita kisah Qur’ani memiliki banyak manfaat seperti memberikan saran
atau ajakan untuk berbuat kebaikan. Selain itu metode kisah ini juga memberikan
pengajaran kepada peserta didik untuk meneladani dan meniru segala perbuatan terpuji
yang dimiliki oleh tokoh-tokoh Islam yang menjadi panutan. Dengan memberikan cerita
islami, diharapkan peserta didik mempraktekkannya dalam keseharian sehingga dapat
membina akhlak secara kontinu. Selain itu memberikan contoh yang baik kepada peserta
didik melalui profil atau sikap dan tingkah laku pendidik juga sangat diperlukan sebagai
model langsung dan diharapkan peserta didik menirunya, karena tanpa pendidik
memberikan contoh pembinaan akhlak, akan sulit sekali dicapai (Ahmad , 1994 : 149).

19
3. Metode Amtsal Qurani dan Nabawi
Perumpamaan (amtsal) dalam Al-Quran diungkap oleh Allah dengan menggunakan
lafaz atau term kaanna, matsala, dan menggunakan huruf kaf serta semua lafaz yang
menunjukkan makna perserupaan. Cara seperti itupun dapat juga digunakan oleh guru
dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah yaitu dengan
berceramah atau membaca teks. Metode ini baik digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik karena banyak kelebihan yang dapat ditarik dari penggunaan
perumpamaan tersebut (Ahmad dan Rofi’i, 2000 :36).
Metode amtsal dapat memberikan pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik,
serta dapat memberi kesan dan bekas yang mendalam terhadap perumpamaan yang
diberikan, membawa pemahaman rasional yang mudah dipahami, dan menumbuhkan daya
motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik (Ahmad, 2007 : 193).
Berikut contoh penggunaan metode amtsal yang terdapat dalam Al-Qur’an :

‫ِف ِل َم ْن‬ ‫سنَابِ َل فِ ْي كُ ِل سُ ْۢ ْنبُلَ ٍة مِائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َو ه‬


ٰ ‫َّللا ُ ي‬
ُ ‫ُضع‬ َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫َّللا كَ َمث َ ِل َحبَّ ٍة ا َ ْۢ ْنبَت‬
َ ‫َت‬ َ ‫َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ ا َ ْم َوالَ ُه ْم فِ ْي‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬

ٌ‫ع ِل ْيم‬ ‫يَّش َۤا ُء َۗو ه‬


َ ‫َّللا ُ َوا ِس ٌع‬

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”.( Q.S Al Baqarah: 261)

Perumpamaan keadaan yang sangat mengagumkan dari orang-orang yang


menafkahkan harta mereka dengan tulus dijalan Allah adalah serupa dengan keadaan yang
sangat mengagumkan dari seorang petani yang menabur butir benih. Sebutir benih yang
ditanamnya menumbuhkan tujuh butir dan pada setiap butir terdapat seratus biji.

4. Metode Keteladanan
Bila kita kembali kepada sejarah bahwa Rasulullah SAW dalam hidupnya selalu
memberi contoh yang baik kepada para sahabat-sahabatnya melalui keteladanan, baik
ucapan atau perbuatan beliau, sehingga saking terpujinya akhlak beliau, beliau mendapat
julukan al-Amin, dan itu diakui baik kawan maupun lawan beliau. Keteladanan yang
dicontohkan Rasulullah merupakan cikal bakal lahirnya pendekatan/metode keteladanan

20
dalam pendidikan Islam yang sampai saat ini masih aktual. metode ini bisa masuk wilayah
pendidikan formal, informal (keluarga) maupun non-formal (Heri, 2014 : 92).
Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam prilaku dan sikap pendidik
dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian
berbagai contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang
yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja
keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga
kebersihan dan sebagainya (Heri, 2014 : 92).

5. Metode Pembiasaan
Menurut Sapendi metode pembiasaan sendiri merupakan suatu kegiatan untuk
melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara bersungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi
terbiasa. Dengan kata lain metode pembiasaan merupakan cara mendidik anak dengan
penanaman proses kebiasaan (Sapendi, 2015 : 27).

6. Metode Ibrah dan Mau’izah


Ibrah dan i’tibar adalah kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui
intisari perkara yang disaksikannya, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur,
dan diputuskan manusia secara nalar, sehingga mempengaruhi hati menjadi tunduk
padanya, kepada perilaku berpikir, dan sosial yang sesuai. Dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode ibrah adalah suatu cara yang membuat kondisi psikis seseorang,
mengetahui intisari perkara yang mempengaruhi perasaannya, diambil dari pengalaman-
pengalaman orang lain atau pengalaman hidupnya sendiri sehingga sampai tahap
perenungan, penghayatan, dan tafakur yang menumbuhkan amal perbuatan (Abdurrahman,
1992 : 284).

Istilah mau’izah sebagai al-wa’zhu yakni pemberian nasehat dan peringatan


kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh kalbu dan juga menggungah utnuk
mengamalkannya. Berdasarkan pendapat diatas, yang dimaksudkan metode atau model

21
mau’izah adalah cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang berisi nasehat
dan pengingatan tentang baik buruknya sesuatu (Abdurrahman, 1992 : 285-286).

7. Metode Targhib dan Tarhib


Targhib ialah harapan serta janji yang diberikan kepada peserta didik yang bersifat
menyenangkan dan merupakan kenikmatan karena mendapat penghargaan. Sedangkan
tarhib adalah ancaman pada peserta didik bila ia melakukan suatu tindakan yang menyalahi
aturan (Ramayulis, 2006: 205).
Janji dan ancaman merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan
motivasi dalam belajar dan juga bertindak preventif terhadap prilaku negatif. Janji dan
ancaman dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan
membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati, dengan demikian
janji dan ancaman harus diwujudkan (Abdul, 2012 : 51).

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan memiliki beberapa jenis yaitu 1)
pendekatan individual 2) pendekatan kelompok 3) pendekatan bervariasi 4) pendekatan
edukatif 5) pendekatan pengalaman 6) pendekatan pembiasaan 7) pendekatan emosional
8) pendekatan rasional dan 9) pendekatan fungsional. Dimana masing-masing pendekatan
memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda.

Pendekatan sains teknologi merupakan pendekatan pembelajaran yang pada dasarnya


membahas penerapan sains dalam konteks kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karena itu,
dengan pendekatan ini siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains
untuk menghasilkan karya sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif
yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. Penerapan pendekatan
pembelajaran memiliki 5 tahapan yaitu tahap pendahuluan, tahap pembentukan konsep,
pengaplikasian, tahap pemantapan konsep dan penilaian.

Metode pembelajaran adalah cara pendidik memberikan pelajaran dan cara peserta
didik menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Metode pembelajaran memiliki jenis yang cukup
banyak yakni 9 jenis, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, CTL,
metode resitasi, metode permainan dan simulasi, metode uswatun hasanah, metode
menghafal dan metode team quizz.

Dalam pandangan islam penerapan pendekatan dan metode pembelajaran ditemukan


dalam beberapa ayat Al-Quran dan Hadits, salah satunya pada hadits nabi yang membahas
tentang metode tanya jawab dan pada Q.S Al-Baqarah : 261 yang membahas tentang
metode amtsal.

B. Saran
Makalah ini tentunya masih terdapat kelemahan ataupun kekurangan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak manapun demi kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga materi yang tercantum di makalah ini dapat menambah wawasan

23
pengetahuan kita tentang pendekatan dan model pembelajaran dan dapat bermanfaat bagi
kita semua.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2017). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.


Probolinggo : Edureligia. 1(1).

Ahmad Syadali dan Rofi’i. (2000). Ulumul Qur’an II. Bandung: Pustaka Setia.

Anna Poedjiadi. 2010. Sains Teknologi Masyarakat Metode Pembelajaran Bermuatan Nilai.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ardian Rahman, Yudi. (2021). Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Islam. PESAT :
Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama ISSN: 2442-8418; Vol. 7 No. 2

Asy’ari, Maslichah. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam


Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Danim, S. (1994). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S. B. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyo, A. A. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Retnoningsih, S. d. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : widya Karya.

Sanjaya, W. (1996). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Predana.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan.


(2005). Yogyakarta: Media Abadi.

25
MAKALAH KELOMPOK
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran Kimia)

Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Shaida Azzahra Darmawan (11200162000001)


Dwie Anisa (11200162000009)
Erlina Jannah (11200162000010)
Novita Putri Rahayu (11200162000023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mendapat syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.

Makalah yang berjudul “Model-Model Pembelajaran” ini dibuat untuk


memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A
Program Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.

Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam
menyusun makalah.

Jakarta, 08 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 2

C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 2

D. Rumusan Masalah............................................................................ 2

E. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................... 3

F. Manfaat Penulisan Makalah ............................................................. 3

G. Metode Penulisan Makalah .............................................................. 4

H. Sistematika Penulisan Makalah ........................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5

A. Pengertian Teori Belajar .................................................................. 5

B. Pengertian Model Pembelajaran ....................................................... 7

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning ................................... 10

D. Model Pembelajaran Quantum Learning ........................................ 12

E. Model Pembelajaran Collaborative Learning ................................. 15


F. Model-Model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif
Islam.............................................................................................. 18

BAB III PENUTUP ................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................... 20

B. Saran ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan di Indonesia pada era


kemajuan teknologi seperti saat ini menuntut calon pendidik harus
mempunyai kompetensi yang baik. Kompetensi yang baik ditujukan agar
calon peserta didik mampu bersaing dalam dunia kerja sebagai guru. Berbagai
macam cara untuk meningkatkan kompetensi dalam diri calon pendidik salah
satunya harus mempunyai strategi pembelajaran di dalamnya. Strategi
pembelajaran ini sangat berguna saat calon pendidik terjun dalam dunia kerja
sebagai guru. Calon pendidik dituntut untuk memiliki strategi pembelajaran
yang jelas agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Strategi pembelajaran di dalamnya banyak sekali yang harus
dipelajari oleh calon pendidik salah satunya model-model pembelajaran.
Tetapi, sebelum mempelajari model-model pembelajaran calon pendidik
harus memahami terlebih dahulu konsep tentang teori belajar dan model
pembelajaran. Setelah memahami kosep-konsep tersebut barulah calon
pendidik mempelajari model-model pembelajaran.
Model-model pembelajaran dalam dunia pendidikan banyak sekali
jenisnya. Ada empat jenis model pembelajaran yang akan dibahas dalam
makalah ini. Keempat jenis model pembelajaran ini masing-masing miliki
banyak kelebihan yang dapat digunakan calon pendidik untuk melaksanakan
Proses Belajar Mengajar. Tidak terlepas dari banyaknya kelebihan pastilah di
dalam keempat model pembelajaran itu terdapat beberapa kelemahan.
Kelemahan itulah sebagai tantangan bagi calon pendidik untuk di atasi agar
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, calon pendidik
harus memperhatikan pilihannya dalam memilih model pembelajaran yang
akan diterapkan dengan memperhatikan kompetensi diri yang dimiliki.

1
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi


sejumlah permasalahan sebagai berikut ini :
1. Pemahaman mahasiswa terhadap Konsep Teori Belajar.
2. Pemahaman mahasiswa terhadap Model Pembelajaran Cooperative
Learning.
3. Pemahaman mahasiswa terhadap Model Pembelajaran Quantum
Learning.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap Model Pembelajaran Colaborative
Learning.
5. Pemahaman mahasiswa terhadap Model-model Pembelajaran yang
diterapkan dalam Perspektif Islam.

C. Pembatasan Masalah

Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman
Model-model Pembelajaran, penulis membatasi pembahasan makalah ini
hanya pada konsep Teori Belajar, Model-model Pembelajaran, dan Model-
model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif Islam.

D. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas, penulis


merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Teori Belajar?
2. Bagaimana Model Pembelajaran Cooperative Learning?
3. Bagaimana Model Pembelajaran Quantum Learning?
4. Bagaimana Model Pembelajaran Colaborative Learning?

2
5. Apa saja Model-model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif
Islam?

E. Tujuan Penulisan Makalah

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa memahami Konsep teori Belajar.
2. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Cooperative
Learning.
3. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Quantum Learning.
4. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Colaborative
Learning.
5. Agar mahasiswa memahami Model-model Pembelajaran yang
diterapkan dalam Perspektif Islam.

F. Manfaat Penulisan Makalah

Makalah ini diharapkan dapat memberikan jawaban dari permasalahan-


permasalahan yang telah dirumuskan dan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan untuk penulis lain tentang
konsep teori belajar, model-model pembelajaran dan model-model
pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Islam.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menjadi wawasan luas sebagai referensi dan ilmu
pengetahuan mengenai konsep teori belajar, model-model pembelajaran
dan model-model pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Islam.
3. Bagi Masyarakat

3
Makalah ini dapat menjadi evaluasi dan ilmu pengetahuan mengenai
konsep teori belajar, model-model pembelajaran dan model-model
pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Islam. Serta memberi
sumbangan pemikiran serta memperluas bagi khalayak masyarakat.

G. Metode Penulisan Makalah

Metode Penulisan yang kami pilih adalah metode kajian yang


berarti mempelajari materi dengan mengumpulkan data yang bersumber
dari buku, e-journal, e-book, serta informasi lain yang berasal dari
internet.

H. Sistematika Penulisan Makalah

Makalah ini terdiri dari 3 bab dan disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
1. BAB I, pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan
makalah, serta sistematika penulisan makalah.
2. BAB II, pembahasan yang terdiri dari pembahasan materi yaitu
Bagaimana Konsep Teori Belajar, Bagaimana Model Pembelajaran
Cooperative Learning, Bagaimana Model Pembelajaran Quantum
Learning, Bagaimana Model Pembelajaran Colaborative Learning, dan
Apa saja Model-model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif
Islam.
3. BAB III, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar


Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip
yang saling berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang berkaitan dengan peristiwa belajar (Syah, 2017:102). Menurut Husamah
(2018:26) teori belajar adalah landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Jadi, Teori belajar adalah suatu
landasan atau prinsip umum yang saling berhubungan yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar menjelaskan bagaimana
seorang individu dapat belajar dengan baik dan mengapa terjadi perubahan
tingkah laku melalui belajar. Kajian mengenai teori-teori belajar dimaksudkan
untuk mencari landasan teoritis yang variatif, cocok, dan berdaya guna dalam
pelaksanaan pendidikan khususnya dalam Proses Belajar Mengajar (PMB).
Adanya teori belajar guru dapat memanfaatkan teori balajar untuk menjadi
guru yang profesional. Misalnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang
tepat, memilih strategi yang sesuai, memberikan bimbingan atau konseling,
memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar
yang kondusif, berinteraksi dengan siswa secara tepat, dan memberi penilaian
secara adil terhadap hasil pembelajaran. Tidak setiap masalah dapat dipecahkan
oleh teori balajar, tetapi tanpa adanya teori kita tidak akan tahu arah dimana
harus dimulai (Isti’adah, 2020:31)
Belajar untuk disekolah dasar berarti interaksi antara guru dengan siswa
yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun diluar kelas dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
siswa. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Guru atau tutorlah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa
atau peserta didik. Tutor yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
Perpaduan dan kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan

5
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi dua arah antara
guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran kondusif. Tidak lagi
teacher center melainkan student center sehingga proses belajar mengajar akan
terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paradigma selama ini
pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan guru (teacher center)
sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa (student center) sehingga
guru akan mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan
siswanya hanya pasif. Peran guru sebagai seorang fasilitator belum terlihat
dalam proses pembelajaran. Selayaknya guru harus mampu menguasai empat
kompetensi dasar yang diharapkan akan terjalin komunikasi dua arah sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai (Afandi, 2013:3-4)
Ada 4 teori belajar yaitu: Teori Behaviorisme, Teori Kognitivisme, Teori
Humanistik, Teori Kontruktivisme.
1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah
laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi
apabila tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka
tingkah laku siswa tidak berubah maka belum dikatakan belajar (Asri
Budiningsih, 2008:16).
2. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008:26).

6
3. Teori Humanistik
Teori humnaistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan manusia,
maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu
teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
psikologi belajar (Asri Budiningsih, 2008:53).
4. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivistik merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa
yang sedang belajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu
yang didapatkan tidak dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa, isi materi
pelajaran ditentukan oleh mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih, 2008:44).

B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Secara bahasa model pembelajaran terdiri dari dua suku kata, yaitu model
dan pembelajaran. Model diartikan sebagai pola atau contoh dari sesuatu yang
akan dibuat. Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara, menjadikan
orang belajar atau terjadinya saling mempengaruhi antara kompenen tujuan,
guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan dan sarana pembelajaran
dalam suatu sistem lingkungan (Sultan, 2000:398).
Adapun secara terminologi model pembalajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistimatis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran yang tertata secara sistimatis (Hasibuan, dkk, 1986:10).
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran sebagai bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran (Rahman, 2018:22).

7
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Sebuah model pembelajaran dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran jika memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
c. Tingkah laku mengajar yang dibutuhkan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang dibutuhkan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka suatu model pembelajaran
didalamnya mencakup tujuh komponen yaitu:
a. Deskripsi lingkungan belajar.
b. Pendekatan, strategi, metode dan tehnik.
c. Manfaat belajar.
d. Materi pemebelajaran (kurikulum).
e. Media.
f. Desain pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode dan
tehnik pembelajaran yang dapat divisuali-sasikan. Selain ciri-ciri khusus
pada model pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi kreteria
sebagai berikut:
a. Valid, aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu:
 Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik
yang kuat.
 Apakah terdapat konsistensi internal.

8
b. Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika:
 Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan
dapat diharapkan.
 Kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut
dapat diterapkan.
c. Efektif, berkaitannya dengan aspek efektifitas parameternya adalah:
 Efektif adalah yang dikerjakan tepat waktu dan tepat hasil.
 Efektifitas adalaha model yang memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
(Jawane, 2006: 13)

3. Fungsi Model Pembelajaran


Model pengajaran atau pembelajaran merupakan gambaran suatu
lingkungan pembelajaran yang meliputi perilaku guru dalam menerapkan
model tersebut. Model-model ini memiliki banyak kegunaan yang,
tenjangkau segala bidang pendidikan, mulai dari perencanaan, kurikulum,
rancangan, intruksional, media dan program-program lainnya.
Mengingat demikian banyaknya model-model pembelajaran, maka
dapat menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah penting sebuah model
pembelajaran? tentu saja jawabnya adalah sangat penting, sebab sebuah
model pembelajaran bukan hanya menciptakan lingkungan belajar yang
baik juga mengajarkan bagaimana cara belajar, hal ini berlaku bagi semua
model pembelajaran yang telah ada sampai pada saat ini.
Tujuan utama dari model pembelajaran adalah suatu usaha untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kodusif sesuai dengan gaya belajar
yang baik berdasarkan kemampuan individu yang mencakup multi
kecerdasan, sehingga suatu ilmu pengetahuan bukan hanya dipahami,
dimengerti, dihapal, dikuasai, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari (Jawane, 2006: 13).

9
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok serta saling
membantu satu sama lain (Trianto, 2009:57). Menurut Johnson, model
pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran
yang mendukung pembelajaran konstektual. Dan system pengajaran
cooperative learning dapat didefinisikan sebagai system kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur dan cooperative learning adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja yang teratur kelompok, yang terdiri dua orang atau lebih (Amri dan
Ahmadi, 2010:90).

2. Lima Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning


Lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu sebagai
berikut (Amri dan Ahmadi, 2010:89):
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. Beberapa cara
membangun saling ketergantungan positif yaitu:
1) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegerasi
dalam kelompok dan pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota
kelompok mencapai tujuan.
2) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan
penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai
tujuan.

10
3) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam
kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas
kelompok.
4) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung, saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat
dengan peserta didik lain dalam kelompok.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif
dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap Muka Dalam pelajaran cooperative learning
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
mengisi kekurangan.
d. Komunikasi antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka, serta keterampilan berkomunikasi
dalam kelompok juga merupakan proses panjang.
e. Evaluasi ke Proses Kelompok
Seorang pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
dan hasil kerja yang sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama
lebih efektif (Amri dan Ahmadi, 2010:90-92).

11
3. Keuntungan Cooperative Learning
Keuntungan Cooperative Learning tipe Jigsaw Ada beberapa
keuntungan cooperative learning dalam proses pembelajaran, menurut
Yamin dan Ansari (2008:78-80), yaitu:
a. Cooperative learning mengajarkan siswa untuk percaya pada guru dan
lebih lagi percaya pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari
informasi dan sumber lain, dan dapat belajar dari siswa lain.
b. Cooperative learning mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya
secara verbal dan membandingkan ide dengan temannya. Ini secara
khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.
c. Cooperative learning membantu siswa belajar menghormati siswa yang
pintar dan siswa yang lemah dalam menerima perbedaan ini.
d. Cooperative learning merupakan strategi efektif bagi siswa untuk
mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi,
percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa
dengan lainnya, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan
sikap positif terhadap sekolah.

D. Model Pembelajaran Quantum Learning


1. Pengertian Quantum learning
Menurut Huda (2013: 192), Quantum Learning merupakan model
pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model
ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada
akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. Model
pembelajaran Quantum Learning adalah gabungan yang sangat seimbang
antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal dan
waktu yang dihabiskan di dalam zona aman dan akan melangkah keluar dari
tempat asal atau kebiasaan lama (DePorter dan Hernacki, 2015: 86)
Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna
apabila ada interaksi antara siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi
ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak

12
monoton diantaranya melalui penggunaan musik pengiring. Interaksi ini
berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut DePorter
dan Hernacki (2015: 12) dengan belajar menggunakan Quantum Learning
akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1) bersikap positif, 2) termotivasi,
3) keterampilan belajar seumur hidup, 4) kepercayaan diri, 5) sukses atau
hasil belajar yang meningkat.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Learning


a. Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru (tatapan
mata, gerakan tangan dan sebagainya), kertas yang dibagikan,
rancangan pelajaran, alat bantu mengajar semuanya mengirim pesan
tentang belajar.
b. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengetahuan anda mempunyai tujuan
semuanya.
c. Pengalaman sebelum Pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks,
yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar
paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Pada saat mengambil langkah ini, mereka patut
mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan
balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif
dengan belajar.

13
3. Keuntungan Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Keuntungan Model Pembelajaran Quantum Learning
Menurut Shoimin (2014: 145) model quantum learning memiliki
keuntungan sebagai berikut:
1) Karena quantum learning lebih melibatkan siswa, saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti.
2) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan, antara
teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
5) Karena model pembelajaran quantum learning membutuhkan
kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan
siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk
berfikir kreatif setiap harinya.
6) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti
oleh siswa.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning


Menurut Huda (2013: 196) pembelajaran quantum tidak berarti
lepas dari beberapa kelemahan, antara lain:
1) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus.
2) Memerlukan proses perancang dan persiapan pembelajaran yang
cukup matang dan terancang dengan cara yang lebih baik.
3) Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar, dan
fasilitas yang dijadikan prasyarat dalam Quantum Learning, selain
juga karena pembelajaran ini juga menuntut situasi dan kondisi serta
waktu yang lebih banyak

14
E. Model Pembelajaran Collaborative Learning
1. Pengertian Collaborative Learning
Briton dalam Hisan (2008:5) menyatakan bahwa Collaborative
learning adalah pembelajaran dimana para pesertanya saling berbicara
untuk bertukar pikiran, melalui pembicaraan tersebut terjadi diskusi dimana
para peserta dalam kelompok saling beresksplorasi, mendapat penjelasan,
berbagi interpretasi, mendapat wawasan dan opini-opini yang berbeda
keterangan, dan jika terdapat sesuatu yang tidak jelas dapat langsung
ditanyakan. Pengaplikasian metode Collaborative Learning dilakukan
melalui pembentukan kelompok-kelompok.

2. Tujuan dan Manfaat Collaborative Learning


Elizabert E. Barkley dkk mengatakan bahwa tujuan dari
pembelajaran kolaboratif adalah membangun pribadi yang otonom dan
pandai mengaktualisasikan pemikirannya. Belajar kolaborasi digambarkan
sebagai suatu model pengajaran yang mana para siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama (Elizabert,
dkk, 2014).
Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan tujuan
collaborative learning yakni untuk membangun dan mengembangkan
pengetahuan siswa agar siswa pandai dalam mengaktualisasikan
pemikirannya dan meningkatkan kemampuan mentalnya sehingga siswa
dapat aktif bekerja sama dalam kelompok sehingga tercipta lingkungan
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Seperti model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran
kolaboratif memiliki banyak manfaat. Manfaat-manfaat dari model
pembelajaran kolaboratif, antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam
kelompok merupakan faktor-faktor berpengaruh terhadap penguasaan
konsep.

15
b. Pembelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak lepas dari
kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan
mampu mengelolahnya (Anitah, dkk., 2008:6.4–6.5).

3. Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Collaborative


Learning
Menurut Tukiran Taniredja (2014:59) menyatakan bahwa pelajaran
yang menggunakan pembelajaran Collaborative Learning memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Belajar bersama dengan teman
b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antara teman
c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
e. Belajar dalam kelompok kecil
f. Saling mengemukakan pendapat
g. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri
Model pembelajaran collaborative learning terdapat prinsip-prinsip
utama di antaranya:
a. Mengajarkan keterampilan kerja sama, memperaktikan, dan balikan
diberikan dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan
digunakan.
b. Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang
kohesif. Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar
dan perilaku masing-masing (Anitah, dkk., 2008:6.4).

4. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Collaborative Learning


Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif (Suyatno,
2009:50).
a. Para peserta didik dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan
membagi tugas sendiri-sendiri.

16
b. Semua peserta didik dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan
menulis.
c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,
mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan
jawaban-jawaban tugas atau masalah yang ditemukan sendiri.
d. Setelah kelompok kolaborative menyepakati hasil pemecahan masalah,
masing-masing peserta didik menulis laporan sendiri-sendiri secara
lengkap.
e. Dosen menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, peserta
didik pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan
hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.
f. Setiap peserta didik dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi,
inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan
dikumpulkan.
g. Laporan masing-masing peseta didik terhadap tugas-tugas yang telah
dikumpulkan, disusun per kelompok kolaboratif.
h. Laporan peserta didik dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan
pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning


Adapun Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning yaitu
Kelebihan Model Collaborative Learning yaitu,
a. Siswa belajar bermusyawarah,
b. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain,
c. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional,
d. Dapat memupuk rasa kerja sama,
e. Adanya persaingan yang sehat, dalam.
(Dayana, 2015).

17
Kelemahan Model Collaborative Learning yaitu,
a. Memerlukan pengawasan yang baik dari guru,
b. Ada kecenderungan untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain,
c. Memakan waktu yang cukup lama,
d. Sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama.
(Dayana, 2015).

F. Model-Model Pembelajaran yang Diterapkan dalam Perspektif Islam


Model pembelajaran al- qur’an adalah rangkaian konsep al-qur’an yang
meliputi sebuah komponen konsep pendidikan Islam, diuraikan dan ditafsirkan
dari ayat-ayat yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Kemudian diangkat menjadi sebuah
konsep pada pembelajaran yang sistimatis dan logis serta ditopang dengan pola
pendidikan Rasulullah saw, sahabat Nabi dan ijtihad para ulama (Zaenal, 2010:
147).

a. Surah Ali-Imran ayat 159


Konsep metode pembelajaran yang terkandung dalam surah Ali-
Imran ayat 159.
1) Lintalahum
Yaitu mengajar dengan cara yang santun dan lemah lembut. Seorang
guru dalam mengajar harus dapat memberi teladan yang baik bagi
muridnya. Sikap guru yang lemah lembut akan membawa suasana
pembelajaran yang nyaman, dan membuat peserta didik merasa di
rumah sendiri tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada saat-saat
seperti inilah, nilai nilai keislaman dan akhlak dapat disampaikan
kepada mereka.
2) Wasyawirhum
Yaitu membiasakan peserta didik untuk menyampaikan apa yang
menjadi keinginan dan yang terlintas dalam pikiran secara terbuka tanpa
harus merasa dibebani. Metode pembelajaran bukan hanya wilayah

18
kerja guru. Namun lebih bagaimana memberdayakan segala minat,
bakat, dan potensi yang ada pada diri siswa. metode dengan berbasis
peserta didik (student centred) menjadikan guru lebih bersifat sebagai
motivator agar semangat peserta didik senantiasa tumbuh dan
berkembang dengan segala minat, bakat, dan potensi yang ada pada
dirinya.
(Zaenal, 2010: 147).

b. Surah An-Nahl 125


Konsep metode pembelajaran yang terkandung dalam surah An-
Nahl ayat 125.
1) Al-Hikmah, yaitu dengan penyampaian materi dengan perkataan yang
lemah lembut namun tegas dan mencontohkan perbuatan-perbuatan atau
perilaku yang baik.
2) Mau’izah, yaitu nasihat atau pelajaran yang disampaikan dengan bahasa
yamg baik, lemah lembut dan menyentuh jiwa.
3) Jidal, yaitu diskusi atau perdebatan dengan cara yang terbaik,
dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan
umpatan. (Zaenal, 2010: 147).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu landasan atau prinsip umum yang saling
berhubungan yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar
menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan
mengapa terjadi perubahan tingkah laku melalui belajar. Teori belajar dapat
dimanfaatkan oleh guru seperti untuk memilih strategi pembelajaran yang
sesuai. Strategi pembelajaran di dalamnya juga mempelajari tentang model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola, bentuk, atau perencanaan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Setiap model pembelajaran dapat
mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran sedemikian rupa untuk
membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model
pembelajaran banyak macamnya, tetapi yang menjadi fokus dari makalah ini
terdapat empat macam model pembelajaran, di antaranya: model pembelaran
cooperative learning, model pembelajaran quantum learning, model
pembelajaran collaborative learning, dan model-model pembelajaran yang
diterapkan dalam perspektif islam.
Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang
memunculkan sinergi melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang
jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual siswa.
Model pembelajaran quantum learning adalah model pembelajaran yang
mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai menyenangkan, dan
menggairahkan. Model pembelajaran collaborative adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep teori melalui
pengalaman belajar observasi praktek secara empiris. Model-model
pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif islam terdapat dalam surat Ali-
Imran ayat 159 dan An-Nahl 125.

20
Setiap model-model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri. Kelebihan model-model pembelajaran tersebut harus dimaksimalkan
dengan baik dan dapat meminimalisir kekurangannya. Guru bebas memilih
salah satu dari ketiga model pembelajaran tersebut sesuai dengan kompetensi
dirinya sendiri dan kemampuan dari siswanya.

B. Saran

Kami berharap makalah ini dapat membantu para membaca untuk lebih
memahami tentang model-model pembelajaran. Adanya makalah ini kita
mampu memahami konsep dari teori belajar dan model pembelajaran. Hal ini
disebabkan, berbagai macam model pembelajaran yang sudah dipaparkan
sangat membantu dalam Proses Belajar Mengajar (PMB) di sekolah dan
berlangsungnya pendidikan di Indonesia. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2010. Konsep Model Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Quran.


Banjarmasin: Banjarmasin Press.

Amri Sofan, Iif Khoiru. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran


(Pengaruh Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum). Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
Anitah, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Barkley, Elizabert E. dkk,. 2014. Collaborative Learning Techniques. Bandung:
Nusa Media.
Budiningsih, Asri. 2008. Teori Belajar dan Motivasi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Dayana, Morgi. 2015. Pengaruh Aktivitas Pembelajaran Dengan Metode
Collaborative Learning Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak.
Lampung: Universitas Lampung Press.
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Hasibuah dan Moejono. 1986. Proses Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Isti’adah, Feida Noorlaila. 2020. Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan.
Tasikmalaya: Edu Publisher.
Jawane. 2006. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Muhammad Affandi, Evi Chamalah, Oktarina Puspita. 2013. Model dan Metode
Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.
Rahman, Taufiqur. 2018. Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Semarang: CV. Pilar Nusantara.
Sutan Rajasa. 2000. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama.

22
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresive, Konsep
Landasan dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin Martinis, Bansu. 2008. Teknik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Persada Press.

23
MAKALAH KELOMPOK 5

STRATEGI MEMOTIVASI SISWA BELAJAR

(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.

Disusun Oleh:
Nadina Nur Aulia’ul Khoir 11200162000006
Puspa Najwatun Niswah 11200162000024
Alda Mujiyanti 11200162000030
Arssyah Widiastuti 11200162000032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Memotivasi Siswa Belajar” ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program
Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.

Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.

Jakarta, 06 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1

B. Identifikasi Masalah........................................................................................2

C. Pembatasan Masalah.......................................................................................3

D. Rumusan Masalah...........................................................................................3

E. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................3

F. Manfaat Penulisan Makalah ...........................................................................3

G. Metode Penulisan Makalah ............................................................................4

H. Sistematika Penulisan Makalah ......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................5

A. Pengertian Motivasi Belajar ...........................................................................5

B. Jenis-jenis Motivasi Belajar ...........................................................................6

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.....................................8

D. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ................................................10

E. Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam .....................................................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................16

A. Kesimpulan...................................................................................................16

B. Saran .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai (Sardiman A. M, 2007: 75).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang dapat dibedakan menjadi
dua faktor. Menurut Syamsu Yusuf (2009: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: (1) Faktor
Fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera), (2)
Faktor Psikologis, yaitu berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan)
yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi: (1) Faktor Non-Sosial meliputi keadaan
udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau
kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar, (2) Faktor Sosial,
merupakan faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua).
Sehubungan dengan faktor-faktor tersebut, guru sangat berperan dalam meningkatkan
motivasi belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Agar siswa
termotivasi dan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran maka, sangat diperlukan
keterampilan-keterampilan guru dalam mengajar sesuai dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi. Keterampilan-keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru antara lain
keterampilan bertanya dasar, keterampilan bertanya lanjut, keterampilan memberi
penguatan (reinforcemen), keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan
memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 99-163). Penggunaan alat bantu pembelajaran dan
pengetahuan cara mengajar yang menarik termasuk dalam keterampilan mengadakan variasi
agar dapat menimbulkan sikap positif dan meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa.

1
Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan di atas, sikap siswa
termasuk faktor internal motivasi belajar yaitu psikologis. Sikap siswa ini merupakan hasil
yang ditunjukkan siswa terhadap cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu
pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2002: 1) alat bantu pembelajaran dapat dikatakan
sebagai media pembelajaran yang menyalurkan pesan. Menurut Arief S. Sadiman (2011: 7),
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsangkan pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah cara mengajar guru.
Dalam hal ini adalah cara mengajar guru IPS. Menurut Slameto (2010: 29), mengajar adalah
penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik
kita atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat kepada generasi berikut sebagai
generasi penerus.
Cara mengajar guru yang baik dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik,
karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung pada salah satu cara
mengajar guru. Para guru sepertinya kurang memperhatikan karakteristik masing-masing
siswa dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas, karena adanya fakta di
lapangan bahwa dalam pembelajaran para guru cenderung melaksanakan cara mengajar
tradisional (konvensional). Pada cara mengajar konvensional, guru dianggap sebagai gudang
ilmu dan guru mendominasi kelas. Sedangkan murid harus mendengarkan dan bertindak
pasif. Dalam pembelajaran metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Ciri-ciri cara mengajar modern antara
lain pembelajaran berpusat pada siswa aktif dalam pembelajaran, guru hanya mengantarkan,
bervariasi dalam mennggunakan cara mengajar serta tidak hanya menggunakan metode
ceramah. Oleh karena itu guru harus mampu mengajar dengan cara yang modern agar siswa
memiliki motivasi belajar yang baik.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
1. Pemahaman mahasiswa terhadap Pengertian Motivasi Belajar.
2. Pemahaman mahasiswa terhadap Jenis-jenis Motivasi Belajar.
3. Pemahaman mahasiswa terhadap Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
2
Siswa.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
5. Pemahaman mahasiswa terhadap Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam

C. Pembatasan Masalah
Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman Strategi
Memotivasi Siswa Belajar, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya pada
pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.

D. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas, penulismerumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Motivasi Belajar?
2. Apa saja Jenis-jenis Motivasi Belajar?
3. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar?
4. Bagaimana Cara Meningkatkan Motivasi Belajar?
5. Bagaimana Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam?

E. Tujuan Penulisan Makalah


Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa memahami pengertian motivasi belajar
2. Agar mahasiswa memahami jenis-jenis motivasi belajar
3. Agar mahasiswa memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
4. Agar mahasiswa memahami cara meningkatkan motivasi belajar
5. Agar mahasiswa memahami motivasi belajar dalam perspektif islam

F. Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini diharapkan dapat memberikan jawaban dari permasalahan- permasalahan
yang telah dirumuskan dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan untuk penulis lain tentang pengertian

3
motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menjadi wawasan luas sebagai referensi dan ilmu pengetahuan
mengenai pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi
belajar dalam perspektif islam.
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini dapat menjadi evaluasi dan ilmu pengetahuan mengenai pengertian
motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.

G. Metode Penulisan Makalah


Metode Penulisan yang kami pilih adalah metode kajian yang berarti mempelajari
materi dengan mengumpulkan data yang bersumber dari buku, e-journal, e-book, serta
informasi lain yang berasal dari internet.

H. Sistematika Penulisan Makalah


Makalah ini terdiri dari 3 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. BAB I, pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah,
manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah, serta sistematika penulisan
makalah.
2. BAB II, pembahasan yang terdiri dari pembahasan materi yaitu mengenai
pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi
belajar dalam perspektif islam.
3. BAB III, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi Belajar


Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion” yang berarti
gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif itu, motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat diperlukan.
Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong
untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan
faktor lain, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif
disebut motivasi. Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2004: 220).
Ngalim Purwanto (2006 : 70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat
dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin
kuat pula motifnya. Sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan
seseorang.
Menurut Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan
aktivitas pada sesorang dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan pada tujuan-
tujuan tertentu. Ada tiga komponen pokok dalam motivasi yaitu menggerakkan, dimana
motivasi menimbulkan kekuatan pada seseorang untuk bertindak sesuatu, yang kedua adalah
mengarahkan, motivasi mengarahkan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu tujuannya,
dan motivasi juga menopang, artinya motivasi juga menjaga dan menopang tingkah laku,
dimana keadaan lingkungan sekitar individu juga harus menguatkan dorongan dan kekuatan
yang ada dalam individu (Sheleh & Wahab, 2005).
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan
dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut,
antara lain: adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam
5
belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan
belajar yang kondusif.
Selain itu, Winkel (2005: 160) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
itu demi mencapai suatu tujuan. Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman A. M (2007: 75)
juga menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat dicapai.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar yaitu
keseluruhan daya penggerak atau dorongan di dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan
belajar yang ditandai dengan perubahan energi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan
hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseoarng tidak
akan melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi sebagai penggerak seseorang untuk
melakukan suatu hal untuk tujuan yang dikehendaki. Bermula dari motivasi belajar,
seseorang memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

B. Jenis-jenis Motivasi Belajar


Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang penting,
setidaknya para siswa memiliki motivasi untuk belajar karena kegiatan belajar akan berhasil
dengan baik apabila siswa yang bersangkutan mempunyai motivasi yang kuat.
Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis motivasi itu sebagai berikut,
yaitu: Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri
seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang.
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Singgih (2008 : 50), motivasi intrinsik merupakan dorongan yang
kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan John W Santrock (2003 :
476) mengatakan motivasi intrinsik adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk
menjadi konpeten, dan melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri. Thursan (2008 :
28) mengemukakan motif intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu kegiatan.
6
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
intrinsik adalah motivasi yang kuat yang berasal dari dalam diri individu tanpa
adanya pengaruh dari luar yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
kegiatan. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki, semakin memperlihatkan
tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan.
Motivasi Intrinsik pada umumnya terkait dengan bakat dan faktor intelegensi
dalam diri siswa. Motivasi intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah
ada sejak seseorang dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari
sifat yang didorong oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu bawaan
(Singgih, 2008 : 50).
Menurut Thursan (2008 : 29), seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik
akan aktif belajar sendiri tanpa disuruh guru maupun orang tua. Motivasi intrinsik
yang dimiliki siswa dalam belajar akan lebik kuat lagi apa bila memiliki motivasi
eksrtrinsik.
Menurut Sri Hapsari (2005 : 74) faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik pada umumnya terkait dengan faktor intelegensi dan bakat dalam diri siswa,
sedangkan Sri Esti berpendapat, bahwa motivasi intrinsik dipengaruhi oleh faktor
pribadi seperti kepuasan.
Singgih (2008 : 50-51), mengemukakan bahwa motivasi intrinsik
dipengaruhi oleh faktor endogen, faktor konstitusi, faktor dunia dalam, sesuatu
bawaan, sesuatu yang telah ada yang diperoleh sejak dilahirkan. Selain itu, motivasi
intrinsik dapat diperoleh dari proses belajar. Seseoran yang meniru tingkah orang
lain, yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan secara bertahap, maka dari
proses tersebut terjadi proses internalisasi dari tingkah laku yang ditiru tersebut
sehingga menjadi kepribadian dari dirinya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik antara lain :
1. Keinginan diri
2. Kepuasan
3. Kebiasaan baik
4. Kesadaran
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Supandi (2011 : 61), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu. Menurut Thomas (2010 :
7
39), motivasi ekstrinsi adalah motivasi penggerak atau pendorong dari luar yang
diberikan dari ketidak mampuan individu sendiri.
Menurut Jhon W Santrock (2003 : 476), motivasi ekstrinsik adalah keinginan
mencapai sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan eksternal atau mendapat
hukuman eksternal. Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan untuk berprestasiyang
diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, dan
orang lain yang dicintai.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
ektrinsik dipengaruhi atau dirangsang dari luar individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain:
1. Pujian
2. Nasehat
3. Semangat
4. Hadiah
5. Hukuman
6. Meniru sesuatu
Dari berbagai pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
terdiri dari dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berkenaan
dengan kegiatan belajar, motivasi instrinsik mempunyai sifat yang lebih penting
karena daya penggerak yang mendorong seseorang dalam belajar dari pada motivasi
ekstrinsik. Keinginan dan usaha belajar atas dasar inisiatif dirinya sendiri akan
membuahkan hasil belajar yang maksimal, sedang motivasi ekstrinsik yaitu motivasi
yang mendorong belajar itu timbul dari luar dirinya. Apabila keinginan untuk belajar
hanya dilandasi oleh dorongan dari luar dirinya maka keinginan untuk belajar
tersebut akan mudah hilang.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bmotivasi belajar pada siswa, diantaranya:
a) Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti berjalan,
makan, bernyanyi dan lainnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita
dalam kehidupan. Ti,bulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,

8
kemauan, Bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh
perkembangan kepribadian. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:97)
b) Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu seimbang dengan kemampuan atau kecakapanya.
Seperti halnya dengan keinginan membaca, perlu dibarengi dengan kemampuan
mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Misalnya, terdapat seorang anak
sukar untuk mengucapkan huruf “r” dapat di atasi dengan driil atau dengan melatih
ucapan “r” dengan benar dan berulang-ulang yang dapat menyebabkan terbentuknya
kemampuan mengucapkan huruf “r” maupun kemampuan membaca huruf-huruf
yang lain. Secara perlahan-lahan akan mengakibatkan kegemaran membaca bagi
anak yang dulunya sukar mengucapkan huruf “r”. Dari keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marahmarah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira
akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak
yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran.
Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia
memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi
jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. (Dimyati:98-99)
d) Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat
maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Seperti, bencana alam,
perkelahian antarsiswa, tempat tinggal yang kumuh, ancaman dari rekan yang nakal,
akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, sekolah itu indah, pergaulan
antar siswanya rukun, akan memperkuat motivasi. Oleh karena itu kondisi
lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban dalam pergaulan perlu
dipertinggi mutunya. Karena dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, indah,
maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
9
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan
pergaulan yang mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat
kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan
televisi tentang pembangunan dalam bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya,
maka seseorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja dalam bidang
perikanan. Pembelajar yang masih berkembang jiwa dan raganya, lingkungan yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus
bagi pembelajaran. Guru yang profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat
kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah
untuk memotivasi belajar siswa.(Dimyati:99)
f) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah.
Upaya pembelajaran disekolah meliputi; menyelenggarakan tertib di sekolah,
membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina belajar tertib pergaulan,
dan membina belajar tertib lingkungan sekolah. Di samping penyelenggaraan tertib
yang umum tersebut, maka secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya.
Upaya pembelajaran tersebutl meliputi; pemahaman tentang diri siswa dalam rangka
kewajiban tertib belajar, pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman
secara tepat guna, dan mendidik cinta belajar.(Dimyati:100)

D. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa ataupun
mahasiswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa memiliki motivasi
untuk belajar. Setiap siswa memiliki motivasi yang tinggi dan terdapat Sebagian siswa juga
yang belum termotivasi untuk belajar. Hal ini merupakan salah satu yang harus diperhatikan
oleh seorang guru, ketika melihat perilaku siswa seperti itu, maka perlu diambil Langkah-
langkah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Membangkitkan motivasi belajar tidak bisa dikatakan hal yang mudah, guru harus bisa
membangkitkan motivasi belajar dengan berbagai cara. Berikut cara membangkitkan
motivasi belajar siswa:
a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum
dan kegunaannya untuk kehidupan.
b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan

10
sekolah.
c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang
tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan
menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin.
e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
g. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa.
h. Menggunakan sesuatu yang bersifat intensif seperti pujian, hadiah yang
wajar(Tadjab, 1994: 103)
Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya:
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan/kompetisi
d. Memberi ulangan
e. Mengetahui hasil
f. Pujian
g. Hukuman
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang diakui (Sardiman: 92-95)
Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa
dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses
belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar
yang bermakna bagi kehidupan siswa.

E. Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam

‫ّٰللا ََل يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ْو ٍم َحتهى‬ ُ َ‫لَهٗ ُم َع ِّقبٰتٌ ِّم ْۢ ْن َبي ِّْن َيدَ ْي ِّه َو ِّم ْن خ َْل ِّف ٖه َيحْ ف‬
ِّ ‫ظ ْونَهٗ ِّم ْن ا َ ْم ِّر ه‬
َ ‫ّٰللا ۗا َِّّن ه‬
‫س ْۤ ْو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َۚو َما لَ ُه ْم ِّم ْن د ُْو ِّن ٖه ِّم ْن َّوا ٍل‬ ‫يُغ َِّي ُر ْوا َما ِّبا َ ْنفُ ِّس ِّه ۗ ْم َواِّذَآ ا َ َرادَ ه‬
ُ ‫ّٰللاُ ِّبقَ ْو ٍم‬

11
I. Arti dan Definisi QS. Al-Ra’d ayat 11
Arti “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi
mereka selain Dia (Allah Swt)”
Definisi pada ayat diatas memiliki makna bahwa setiap aktifitas ataupun diamnya
manusia, Allah memerintahkan malaikat untuk menjaganya secara bergiliran. Allah
pun tidak merubah keadaan atau suatu kaum sehingga kaum tersebut merubah dengan
sendirinya.
Selanjutnya, takdir Allah berupa keburukan karena iradah Nya terhadap suatu
kaum sebagaimana kaum nabi Luth yang satu daerah dihukumi hujan meteor atau
hujan api karena perbuatannya yang sudah menyimpang dan membudaya baik berupa
‘azab maupun duka, maka sekali-kali sebagai peringatan bagi setiap manusia dan ada
hikmah didalamnya bahwasanya tidak ada yang mampu menolaknya dan bahkan tidak
ada yang mampu menolongnya (selain Allah Swt).

II. Isi kandungan QS. Al Ra’d ayat 11


Dari beberapa keterangan yang tertuang pada tafsir al-Ra’d: 11 melalui
pendekatan kitab Tafsir al Jalalain karya Imam Jalal al-Din al-Mahalli dan Imam Jalal
al-Din al-Suyuti, penulis menyimpulkan tiga point yang perlu dicatat pada isi
kandungan dari QS. al-Ra’d: 11.
Manusia diciptakan oleh Allah Swt di bumi selain sebagai khalifah Allah atau
pembawa amanah untuk merawat kelestarian, kedamaian dan menebar cinta kasih di
bumi, substansi dari itu semua adalah untuk beribadah kepada-Nya. Sebuah ekspresi
kasih sayang-Nya kepada manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya yang sempurna,
Allah mengutus malaikat untuk menjaganya baik di siang hari maupun malam hari,
baik di waktu manusia sedang beraktifitas ataupun tidak. Keseluruhan dari penjagaan
tersebut sebagai sarana yang diberikan oleh Allah terhadap manusia untuk tidak
berbuat maksiat, keburukan dan kerusakan. Maka disini sesuai dengan penggalan
keterangan diatas yang dinuqil dari keterangan Syaikh Wahbah Zuhaili bahwasanya
malaikat menjaga manusia bermaksud untuk selalu menjaga dan mengajak untuk
bertaqwa, berbuat baik dan bertindak untuk kemaslahatan bersama.
12
Selanjutnya, potensi manusia untuk berbuat baik sudah ditakdirkan oleh Allah
Swt sejak lahir. Hal ini sesuai dengan hadis nabi yang menerangkan,”Setiap manusia
yang baru lahir dalam keadaan fitrah al-Hadis ”. Namun suatu keburukan akan muncul
karena sebab perbuatan manusia itu sendiri sehingga lahirlah sifat atau perbuatan
maksiat pada diri manusia tersebut.
Allah Swt akan memberikan balasan sebagai hukuman bagi manusia yang tidak
memanfaatkan potensi kebaikan yang ada pada dirinya sebagai kodratnya. Sehingga
kemaksiatan, keburukan dan kehancuran muncul sebab ulahnya sendiri dengan
musibah, malapetaka atau ‘azab diberikan oleh Allah Swt sehingga tidak ada yang bisa
menghindari dan melindunginya kecuali Allah Swt.

III. Korelasi Motivasi Belajar Dengan QS. Al-Ra’d: 11


Sebelum pembahasan mengenai korelasi motivasi belajar dengan tafsir QS. al-
Ra’d: 11, perlu ada penjabaran tentang nilai pendidikan yang tertuang pada tafsir QS.
al-Ra’d: 11 diatas. Adapun nilai pendidikan yang ada pada tafsir QS. alRa’d: 11
penulis lebih fokuskan pada nilai pendidikan di berbagai bentuk motivasi belajar.

1. Pengawasan dan Bimbingan Secara Langsung dari Pendidik.

ُ َ‫ُم َع ِّقبٰتٌ ِّم ْۢ ْن َبي ِّْن َيدَ ْي ِّه َو ِّم ْن خ َْل ِّف ٖه َيحْ ف‬
ٗ‫ظ ْونَه‬
Mengambil intisari dari nilai pendidikan tertuang pada penggalan ayat
pertama adalah perhatian pendidik terhadap peserta didiknya dengan cara
membimbing, mengajar atau transfer of knowledge, serta memberi
pengawasan yang lebih terhadap tingkah laku atau akhlak peserta didik.
Penggalan ayat tersebut menjelaskan tentang penjagaan malaikat terhadap
manusia. Adapun penjagaannya dapat diambil nilainya dalam pendidikan
sendiri adalah tertuang pada kalimat yang diungkapkan oleh Syaikh Wahbah
Zuhaili. Yaitu faedah dijadikannya malaikat yang bertugas menjaga kita
adalah: bahwa malaikat itu mengajak kita kepada kebaikan dan ketaatan, serta
agar manusia itu takut berbuat maksiat. kaitannya dengan nilai Pendidikan
adalah seyogyanya pendidik selalu mengajak pada kebaikan terhadap peserta
didiknya. Misalnya, guru Agama yang selalu memantau peserta didiknya
ketika istirahat di waktu zuhr. Ketika pendidik mendapati peserta didik yang
masih duduk-duduk santai dan bersenda gurau dengan teman yang lain, maka
13
pendidik wajiblah untuk mengarahkan dengan berbagai cara agar pergi ke
masjid sekolah guna menunaikan program shalat berjama’ah. Begitupun
dengan yang lainnya seperti melaksanakan bimbingan secara intensif bagi
peserta didik yang kurang mampu untuk membaca al-Qur’an.

2. Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Belajar

‫ّٰللا ََل يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ْو ٍم َحتهى يُغ َِّي ُر ْوا َما ِّبا َ ْنفُ ِّس ِّه ۗ ْم‬
َ ‫ا َِّّن ه‬
Berkaitan dengan kebutuhan sarana prasarana dan materi belajar atau
standar isi. Menurut Imam musonnifain dari kitab tafsir al-Jalalin
menegaskan bahwa Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah
diberikan kepada hambanya. Apabila kenikmatan itu berubah menjadi sial,
musibah atau kerugian, maka pada hakikatnya semuanya tersebut akibat ulah
dari perbuatan manusia itu sendiri. Nilai pendidikan yang tertuang pada
penggalan kedua tersebut memberi penegasan bahwa orang tua sudah
memperlakukan semua anaknya dengan memberikan fasilitas belajar dan
mendaftarkan sekolah dengan sebaik-baik sekolah menurutnya dengan
harapan ia bisa berlajar dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan sekolah
yang sudah memberikan berbagai macam fasilitas sedemikian rupa dan
berlaku untuk semua peserta didiknya Namun dalam prosesnya, memiliki
perbedaan dalam gaya belajarnya. Ada yang malas dan tekun untuk belajar,
serta ada yang semakin semangat sebab ia diberi fasilitas yang memadai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah, Sedangkan motivasi ini adalah
model motivasi yang timbul sebab pengaruh luar. Contohnya; adanya
penghargaan, ijazah, hadiah bagi yang mempunyai nilai memuaskan.

3. Reward and Punishment dalam Belajar

‫س ْۤ ْو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َۚو َما لَ ُه ْم ِّم ْن د ُْو ِّن ٖه ِّم ْن َّوا ٍل‬ ‫َواِّذَآ ا َ َرادَ ه‬
ُ ‫ّٰللاُ ِّبقَ ْو ٍم‬
Yaitu tentang reward and punishment dalam belajar. Apabila peserta
didik sudah diberikan hak yang sama oleh sekolah maupun orang tuanya
dengan berbagai macam fasilitas. Namun apabila ia tidak memanfaatkannya,
maka akibatnya ia tidak akan disebut sebagai peserta didik yang berprestasi
dan bahkan dapat mencapai tidak naik kelas karena kurangnya usaha

14
sebelumnya. Selain itu, pada prosesnya, perlu bagi orang tua maupun
pendidik memberikan iming-iming sebagai penyemangat belajar bagi peserta
didik. Selain motivasi yang berasal dari dalam diri juga penting, motivasi
belajar yang berasal dari luar sebagaimana diungkapkan oleh Hamzah, seperti
penghargaan atau reward serta hukuman atau punishment menjadi salah satu
jurus ampuh yang masih digunakan oleh pendidik maupun orang tua.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan
hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseoarng tidak
akan melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi sebagai penggerak seseorang untuk
melakukan suatu hal untuk tujuan yang dikehendaki. Bermula dari motivasi belajar,
seseorang memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis motivasi itu sebagai berikut,
yaitu: Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri
seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah cita-cita atau
aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelanjakan siswa.
Menurut Sardiman A.M, bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar diantaranya
adalah memberikan angka, hadiah, kompetisi, mengetahui hasil, memberikan pujian,
memberikan hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.
Motivasi belajar dalam perspektif islam terkandung dalam surat Al-Ra'd ayat 11. dapat
dikategorikan tiga nilai pendidikan yang diambil dari QS. al-Ra’d: 11, yaitu pengawasan
dan bimbingan dari orang tua sebagai solusi pertama yang mampu memotivasi peserta didik,
pemenuhan sarana belajar baik di rumah ataupun sekolah yang diusahakan dengan
sedemikian rupa juga menjadi bentuk atau cara motivasi secara pasif sebagai usahanya dan
selanjutnya tergantung peserta didiknya dalam mensikapi proses belajarnya. Yang terakhir
adalah reward and punishment juga menjadi cara terakhir. Dari ketiga bentuk motivasi
tersebut, maka segala bentuk cara yang bertujuan agar peserta didik mampu termotivasi
dalam belajar adalah salah satu indikator tercapainya keberhasilan dalam belajar. Baik yang
berperan adalah pendidikan formal (dibaca: sekolah) maupun pendidikan non formal, yaitu
lingkungan keluarga atau orang tua sendiri sebagai pendidik utamanya.

16
B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami
mengenai bagaimana strategi untuk memotivasi siswa untuk belajar dan para pembaca dapat
menerapkan strategi mana yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

17
DAFTAR PUSTAKA

M, Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Abubakar, Bahrun, 2014, Terjemah Tafsir Jalalain, Bandung: Baru Algesindo.
Al-Mahalli, Jalaluddin dan al-Suyuti. Jalaluddin,t.th, Tafsir Jalalain, tt, tp.
Al-Suyuti, Jalaluddin, t.th, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr.
Baharuddin, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Arruz Media
Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hakim, Thursan. (2008). Belajar Secara Evektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadana
Nusantara.
Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hapsari, Sri. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Remaja.
Kristo M, Thomas. (2010). Andalah Para Orangtua Motivator Terbaik Bagi Remaja.
Jakarta: PT Alex media komputindo.
Purwanto, Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi Suatu Pengantar
(Dalam Perspektif Islam). Jakarta: Kencana.
Santrock, J.W. (2003). Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Supandi. (2011). Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.
Tadjab. (1994). Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abitama
Uno, Hamzah (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi aksara.
Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Andi Offset.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Tama.

18
MAKALAH KELOMPOK 6

STRATEGI PENGELOLAAN KELAS DAN LABORATORIUM

(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.

Disusun Oleh:
Deajeng Nirawan 11200162000021
Nabila Salma 11200162000022
Hafid Ahmad Fahrezi 11200162000026
Anjeli Wahyu Puspita 11200162000031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Pengolaan Kelas dan Laboratorium” ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program
Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.

Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.

Jakarta, 09 Mei 2022

Penyusu

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................1

BAB I ...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................2

C. Pembatasan Masalah ...............................................................................................2

D. Rumusan Masalah ...................................................................................................2

E. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................................3

F. Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................................3

G. Metode Penulisan Makalah ....................................................................................4

H. Sistematika Penulisan Makalah ..............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................5

Pengelolaan Kelas ..........................................................................................................................5

A. Pengertian Pengelolaan Kelas ................................................................................5

B. Prosedur Pengelolaan Kelas ...................................................................................5

C. Teknik Pengelolaan Kelas ......................................................................................7

D. Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas ...............................................................9

E. Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas ........................................10

Pengelolaan Laboratorium ........................................................................................................11

A. Pengertian Pengelolaan Laboratorium .................................................................11

B. Perencanaan ...........................................................................................................11

C. Penataan .................................................................................................................12

D. Pengadministrasian ...............................................................................................13

E. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan ..........................................................14

ii
BAB III ..........................................................................................................................................15

PENUTUP .....................................................................................................................................15

F. Kesimpulan ............................................................................................................15

G. Saran ......................................................................................................................15

Daftar Pustaka .............................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi
dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran
serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
Bukan hanya kelas, namun laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana ataupun prasana
oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran untuk siswa melakukan eksperimen,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya.. Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola
oleh pihak sekolah karena sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
ataupun proses belajar.

Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala
kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan
segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala
perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan
berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknya kelas dimanajemeni secara baik dan
professional.

Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan
seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa
adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan
dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung
secara efektif dan-efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan
yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan
kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung


dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, termasuk
laboratorium. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan
1
berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan. Oleh karena itu, manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapih, indah sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping itu juga
diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif,
kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun
murid-murid sebagai pelajar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :

1. Pemahaman mahasiswa terhadap Prosedur Pengelolaan Kelas dan Laboratorium.

2. Pemahaman mahasiswa terhadap Teknik, Perencanaan, dan Penataan Pengelolaan Kelas


dan Laboratorium.

3. Pemahaman mahasiswa terhadap Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas.

4. Pemahaman mahasiswa terhadap Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas.

5. Pemahaman mahasiswa terhadap Pengadministrasian, Pengamanan, Perawatan, dan


Pengawasan dalam Pengelolaan Laboratorium.

C. Pembatasan Masalah
Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman Strategi
Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya
pada konsep Prosedur Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, Teknik, Perencanaan, dan
Penataan Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas,
Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas, dan Pengadministrasian,
Pengamanan, Perawatan, dan Pengawasan dalam Pengelolaan Laboratorium.
D. Rumusan Masalah
 Pengelolaan Kelas
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Prosedur pengelolaan kelas?
2. Bagaimanakah prodesur pengelolaan kelas? 2
3. Bagaimanakah teknik pengelolaan kelas?
4. Bagaimanakah jenis masalah dalam pengelolaan kelas?
5. Bagaimanakah cara menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas?

 Pengelolaan Laboratorium
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pengelolaan Laboratorium?
2. Bagaimanakah Perencanaan dalam mengelola laboratorium?
3. Bagaimanakah penataan dalam mengelola laboratorium?
4. Bagaimanakah pengadministrasian dalam mengelola laboratorium?
5. Bagaimanakah pengamanan,perawatan,dan pengawasan dalam mengelola
laboratorium?

E. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
 Pengelolaan Kelas
1. Mengetahui Pengertian Prosedur pengelolaan kelas.
2. Mengetahui Prosedur pengelolaan kelas.
3. Mengetahui Teknik pengelolaan kelas.
4. Mengetahui Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas
5. Mengetahui Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas
 Pengelolaan Laboratorium
1. Mengetahui Pengertian Pengelolaan Laboratorium.
2. Mengetahui Perencanaan dalam mengelola laboratorium.
3. Mengetahui Penataan dalam mengelola laboratorium.
4. Mengetahui pengadministrasian dalam mengelola laboratorium.
5. Mengetahui pengamanan,perawatan,dan pengawasan dalam mengelolalaboratorium

F. Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini diharapkan dapat memberikan jawaban dari permasalahanpermasalahan
yang telah dirumuskan dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan untuk penulis lain tentang prosedur pengelolaan
kelas dan laboratorium, teknik pengelolaan kelas dan laboratorium, jenis masalah dan cara
menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas dan laboratorium.
3
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menjadi wawasan luas sebagai referensi dan ilmu pengetahuan mengenai
prosedur pengelolaan kelas dan laboratorium, teknik pengelolaan kelas dan laboratorium,
jenis masalah dan cara menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas dan laboratorium.
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini dapat menjadi evaluasi dan ilmu pengetahuan mengenai prosedur pengelolaan
kelas dan laboratorium, teknik pengelolaan kelas dan laboratorium, jenis masalah dan cara
menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas dan laboratorium. Serta memberi sumbangan
pemikiran serta memperluas bagi khalayak masyarakat.

G. Metode Penulisan Makalah


Metode Penulisan yang kami pilih adalah metode kajian yang berarti mempelajari
materi dengan mengumpulkan data yang bersumber dari buku, e-journal, e-book, serta
informasi lain yang berasal dari internet.

H. Sistematika Penulisan Makalah

Makalah ini terdiri dari 3 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

a. BAB I, pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,identifikasi


masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah,
manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah, serta sistematika penulisan
makalah.
b. BAB II, pembahasan yang terdiri dari pembahasan materi yaitu Apa yang dimaksud
dengan Prosedur pengelolaan kelas, Bagaimana prodesur pengelolaan kelas,
Bagaimana teknik pengelolaan kelas, Bagaimana jenis masalah dalam pengelolaan
kelas, Bagaimana cara menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas, Apa yang
dimaksud dengan Pengelolaan Laboratorium, Bagaimana Perencanaan, Penataan,
Pengadministrasian, Pengamanan, Perawatan, dan Pengawasan dalam mengelola
laboratorium
c. BAB III, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan Kelas
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Secara etimologis, pengelolaan kelas ialah usaha guru untuk menciptakan, memelihara
dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif . Pengertian ini sejalan dengan pengertian
yang dikemukakan oleh Winzer yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara
yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan sosial.
Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber
diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan
pendekatan permisif. (Oemar Hamalik. 1986)
Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk
mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas
melalui penerapan disiplin secara ketat. Dalam hal ini guru atau sekolah tersebut
menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus
ditaati oleh warga sekolah atau kelas.
Berdasarkan pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas
sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam hal ini fungsi guru adalah bagaimana
menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa
harus merasa takut dan tertekan.
Pengelolaan kelas adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.

B. Prosedur Pengelolaan Kelas


Dalam pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu, yang mana
prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan belajar mengajar, paling
tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang lebih terarah dan teratur. Untuk itu
terdapat dua prosedur pengelolaan kelas,yaitu prosedur bersifat Preventif (pencegahan), dan
prosedur yang bersifat Kuratif (penyembuhan).

5
1. Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya
di dalam kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Prosedurnya antara
lain:
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, sehingga guru dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan
kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik dari sikap yang tidak
terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa, mudah marah, mudah kecewa,
mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Selain itu, guru juga
sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan dan memberikan dorongan pada
siswanya, menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan rasa
keterbukaan antara guru dan siswa.
c. Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga guru dapat mempengaruhi lingkungan
belajar siswa. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan
stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
d. Mengenal dan menemukan controlmove pengelolaan. Sebaiknya guru dapat
mengidentifikasi tingkah laku siswa yang menyimpang baik bersifat individual
maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan yang disengaja. Dan juga guru
sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman guru-guru lainnya yang gagal
ataupun yang berhasil, untuk mencari controlmove yang bervariasi dalam
menangani berbagai persoalan pengelolaan kelas.
e. Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah daftar aturan atau kontrak, tata tertib
beserta sanksinya yang mengatur kehidupan di kelas yang mana harus disetujui
oleh guru dan siswa.
2. Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
Merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi
agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan mengembalikannya dalam
kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar. Adapun langkah-
langkahnya yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah, gunanya untuk mengenal dan mengetahui masalah-
masalah pengelolaan kelas.
b. Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswa dan
6
menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan,
selanjutnya menentukan penanggulangannya.
c. Menilai pemecahaan, guru menilai pemecahan yang sesuai, kemudian memilih
Control solve pemecahan yang dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d. Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas balik agar pemecahan yang dipilih
tadi sesuai target yang sudah direncanakan. Dengan cara guru membentuk
pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan dan kepentingan siswa dan
sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.

C. Teknik Pengelolaan Kelas


Teknik mengelola kelas adalah teknik dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu
menguasai teknik ini agar dapat:
1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam
berperilaku sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung
2. Menyadari kebutuhan siswa serta
3. Memberikan respon tang efektif terhadap perilaku siswa .

Adapun teknik-tekniknya sebagai berikut:


1. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya
efektif yaitu teknik mendekatinya.
2. Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat kenakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari,
pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja,
dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik,
serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu
menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak
mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5. Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan
tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan
sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.

7
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan: pengorganisasian kelas,
melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan
pembelajarannya.
a. Pengorganisasian kelas, antara lain:
1. Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
2. Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
3. Siswa diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
4. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan
tugas-tugas siswa lainnya.
5. Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah.
6. Melakukan kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.
b. Kegiatan komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills,
keterampilanketerampilan yang disampaikan kepada siswa, seperti: melakukan
perjanjian dengan segera, berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun.
Dan juga dapat berupa Receiving skills, bentuk keterampilan yang diterimakan kepada
siswa yang terdiri dari: tidak menilai apa yang didengar tetapi bersifat empatik, agar
membuat pendengar jelas upayakan aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap
muka dan selalu memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang
kuat dengan menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.
c. Kegiatan monitoring
1. Tangani secara tenang dan cepat apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di
kelas.
2. Ingatkan kembali kepada siswa tentang prosedur dan aturan kelas.
3. Ciptakan agar siswa patuh terhadap prosedur dan aturan kelas.
4. Berikan penjelasan terhadap siswa bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan
konsekuensi khusus.
5. Lakukan konsekuensi untuk kelainan perilaku siswa secara konsisten.
6. Adakalanya terdapat satu atau dua siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa
lainnya tetap Bontr terhadap tugas. d. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru
biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan
pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum
disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan
berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa.
8
d. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru biasanya melibatkan siswa dalammenilai
pekerjaannya maupun kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan
waktu untuk berpikir sebelum disuruh menjawab, serta memberikan semangat,
ciptakan antisipasi dan lakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan
motivasi siswa.

D. Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas


Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individual dan yang bersifat
kelompok.
1. Masalah yang bersifat Individual
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah
laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah
laku menyimpang.
a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) Seorang siswa yang
gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial
yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari
perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat
dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar,
memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel.
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak
yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain
dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif
tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara
pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam) Siswa yang
menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap siswa, petugas
atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-
9
anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-
pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut
balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak
penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam,
sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka
menetang).
d. Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Siswa yang memperlihatkan
ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu
yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada
dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan
tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk
pasif.
2. Masalah bersifat kelompok
Masalah Kelompok, dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan
pengelolaan kelas:
a) Kelas kurang kohesif (akrab), karena perbedaan jenis kelamin, suku, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
b) Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti Penyimpangan dari
norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
c) Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang.
d) Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja.
e) Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
f) Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
E. Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Salah satu cara yang tepat dalam menghadapi suatu permasalahan pengelolaan kelas
terutama dengan anak–anak didik adalah dengan menggunakan suatu pendekatan.
Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan anjuran”
misalnya:
1. Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada suara

10
yang tinggi.
3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa.
4. Jangan pilih kasih.
5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah.
6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Pendekatan yang kedua yakni memakai proses kelompok, didasarkan atas
pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa
yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas
tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana
individu itu menjadi anggotanya.
Teori pengubahan tingkah laku berpendapat bahwa penguasaan tingkah laku tertentu
sejalan dengan usaha belajar yang hasil-hasilnya akan memperoleh ganjaran, bahwa
penampilan tingkah laku yang dimaksudkan itu akan menghasilkan penguatan
tertentu.Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah
laku yang disukai ataupun yang tidak disukai, adalah hasil belajar.
Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah
membantu kelompok itu bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan
pengelolaan kegiatan kelompok itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif
dapat melakukan control yang mantap terhadap anggota-anggotanya.

Pengelolaan Laboratorium
Dalam pengelolaan laboratorium, pengelolaannya meliputi beberapa aspek yaitu sebagai
berikut:
A. Pengertian Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan laboratorium adalah kegiatan menggerakkan sekelompok orang (SDM),
keuangan, peralatan, fasilitas dan atau segala objek fisik lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu yang diharapkan secara optimal.
B. Perencanaan
Perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk merencakan konsep dari suatu laboratorium itu
sendiri. Pada umumnya bentuk, ukuran dan tata ruang suatu laboratorium didesain
sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium mudah melakukan aktivitasnya.
Disamping bentuk, ukuran laboratorium perlu mendapat perhatian, karena fungsi
11
laboratorium di sekolah-sekolah tidak hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat
individual. Umumnya laboratorium digunakan untuk berbagai kegiatan percobaan dalam
konteks proses belajar mengajar. Jumlah siswa yang melebihi kapasiitas ruangan
laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya
percobaan atau aktivitas lainnya. Sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas 100
m2 dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa menggunakan
tempat seluas 2,5 m2 dari keseluruhan luas laboratorium. Laboratorium untuk keperluan
praktikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas lagi, misalnya 3 – 4 m2 untuk
setiap mahasiswa.
C. Penataan
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan
di laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan
untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang
sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi
diperlukan penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan
langkah-langkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula
dengan daerah kerja harus memiliki luas yang memungkinkan
pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, di samping lalu
lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dan
lancar.
Tujuan Tata Letak laboratorium:
a. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna/pekerja/operator.
c. Memaksimalkan penggunaan peralatan.
d. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal.
e. Mempermudah pengawasan.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan
perabotan laboratorium adalah:
a. Mudah dilihat.
b. Mudah dijangkau.
c. Aman untuk alat.
d. Aman untuk pemak

12
D. Pengadministrasian
Pengadministrasian sering juga disebut sebagai kegiatan menginventaris. Inventaris
adalah suatu kegiatan dan usaha untuk menyediakan catatan tentang keadaan semua
fasilitas, barang-barang yang dimiliki sekolah. Bagi SMA yang mempunyai beberapa lab
sangat penting untuk mendata fasilitas/menginventaris alat dan bahan lab untuk kegiatan
pembelajaran siswa. Dengan kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh
pedoman untuk mempersiapan anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang
akan datang.
Catatan inventaris yang baik akan mempermudah pergantian tanggung jawab dari
pengelola yang satu ke yang lainnya. Inventaris juga akan mempermudah untuk
mengetahui dimana suatu peralatan akan ditempatkan. Dengan demikian akan
mempermudahkan pengontrolan, seperti terhadap kehilangan yang disebabkan oleh
kecerobohan atau kecurian.
Menurut Instruksi Mendikbud No. 4/M/1980 tentang tata pelaksanaan dan pelaporan
hasil inventarisasi barang milik/kekayaan negara di lingkungan Depdikbud, maka ada
beberapa daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi, diantaranya:
a. Buku Induk Barang Inventaris
b. Buku Catatan Barang Inventaris
c. Buku Golongan Barang Inventaris
d. Laporan Triwulan Mutasi barang
e. Daftar Isian Barang
f. Daftar Rekapitulasi barang Inventaris
Contoh format dokumen/alat inventaris yang telah banyak dikembangkandan
digunakan:
No Nama barang Daftar isian barang inventaris yang dipakai
Inventaris Nama kelompok Kode barang Jumlah barang
barang
1
2

13
E. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pada dasarnya pengamanan, perawatan dan pengawasan laboratorium merupakan
tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Mengatur dan memelihara
laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana
mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.

Usaha yang dilakukan dalam memelihara kelancaran penggunaan laboratorium,


antara lain:

1. Jadwal penggunaan laboratorium yang jelas.

2. Tata tertib laboratorium yang dilaksanakan dengan tegas.

3. Alat penanggulangan kecelakaan: pemadam kebakaran, kotak P3K, dll dalam


keadaan baik dan dipahami

Sarana pengamanan yang diperlukan dan harus ditaati di hampir semua


laboratorium antara lain:

1. Saluran air dengan kran dan shower.

2. Saluran gas dengan kran sentral.

3. Jaringan listrik yang dilengkapi dengan sekering atau pemutus arus.

4. Kotak p3k yang berisi lengkap obat.

5. Nomor telepon kantor pemadam kebakaran, rumah sakit, dan dokter.

6. Alat pemadam kebakaran yang siap pakai dan mudah dijangkau.

7. Aturan dan tata tertib penanggulangan kecelakaan

Dan untuk pengawasan biasanya hanya dilakukan oleh ara pengelola laboratorium
yang memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas
dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah
umumnya sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah.

2) Wakil Kepala Sekolah.

3) Koordinator Laboratorium.

4) Penanggung jawab Laboratorium atau Laboran

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis masalah dalam Pengelolaan Kelas

Masalah yang bersifat Individual.

a) Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).

b) Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan), dll.

Masalah bersifat kelompok.

a) Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.

b) Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti Penyimpangan dari


norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya, dll.

2. Cara menghadapi masalah dalam Pengelolaan Kelas

 Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.

 Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada


suara yang tinggi.

 Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa, dll.

3. Pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek

 Perencanaan.

 Penataan.

 Pengadministrasian.

 Pengamanan, perawatan, dan pengawasan


B. Saran
Menurut pendapat kelompok kami peran guru atau pendidik sebagai penanggung
jawab dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya mampu mengolah kelas maupun
laboratorium dengan baik dan optimal karena pengelolaan kelas maupun laboratorium
yang baik dan optimal merupakan keberhasilan bagi seorang guru dalam mengelola
kelas maupun laboratorium.

15
Daftar Pustaka
Fuadah,Charier.2013.Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas .Diakses pada 20 september 2016
dari : ( http://charierfuadah.blogspot.co.id/2013/12/beberapa-masalah-pengelolaan-kelas.htm )

Mahbubah,Ainiatul.2014.Prosedur dan Teknik Pengelolaan Kelas. Diakses tanggal 20


September 2016 dari : ( http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/prosedur-dan-teknik-
pengelolaan-kelas.html )

Tyok,Sulis.2010. Pengelolaan dan Penataan Laboratorium. Diakses tanggal 20 September


2016 dari : ( http://sulistyok.blogspot.co.id/2010/12/pengelolaan-dan-penataan-
laboratorium.htm )

16
MAKALAH KELOMPOK
STRATEGI PEMBELAJARAN SISWA

(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran Kimia)

Dosen Pengampu : Luki Yunita, M.Pd

Disusun Oleh :

Putri Aulia (11200162000002)


Istiqomalia Yuniarti (11200162000007)
Bunga Dwi Syahputri (11200162000012)
Dina Ayu Lestari (11200162000015)
Indah Puspitasari (11200162000017)

Pendidikan Kimia 4A

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022/ 1443 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya
di yaumul qiyamah nanti.

Makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran Siswa” ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program Studi Pendidikan
Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia yang
telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan makalah
dapat terselesaikan.

Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.

Tangerang, 06 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ –

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi Pembelajaran ...................................................................... 3


2.2 Macam-macam Strategi Pembelajaran .................................................. 4
2.3 Macam-Macam Contoh Strategi Pembelajaran ..................................... 6
2.4 Definisi Proses Penerimaan Informasi Belajar ...................................... 8
2.5 Perkembangan Desain Proses Penerimaan Informasi ............................ 9
2.6 Komponen dalam Pemprosesan Informasi Belajar ............................... 10
2.7 Manfaat Teoori Pemprosesan Informasi Belajar ................................... 11
2.8 Hambatan Teori Pemprosesan Informasi Belajar .................................. 11
2.9 Faktor-Faktor Yang Diperhatikan dalam Penetapan Strategi Belajar ... 12
2.10 Pandangan Islam dari Sudut Aspek Al-Qur’an ...................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17


3.2 Saran ..................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan


sesuatu, menimbang dalam ingatan. Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak
dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi diolah. Informasi yang
diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian bagian yang berfungsi secara
khusus. Berkaitan hal itu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain [1] (Joyce, Sudut Pandang
Pembelajaran Indonesia, Bandung, 1998)

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan
strategi pembelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan
dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan yang hendak dicapai proses ini. Tujuan
proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas
standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses
pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan
bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. [2] (Dewi dkk, Strategi Pendidikan
Indonesia, Jakarta, 2013 Media Press)

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
dan kemudian diolah sehingga dihasilkan dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

1
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa alat indera.

Seiring berjalannya pembelajaran sangatlah penting strategi yang diterapkan dalam


kegiatan pembelajaran yang disebut strategi pembelajaran. Pembembelajaran merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi
pembelajaran mewujudkan efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang berlangsung oleh
peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari strategi pembelajaran itu ?


2. Apa sajakah macam-macam dari strategi pembelajaran ?
3. Apa sajakah faktor-faktor dalam menetapkan strategi pembelajaran ?
4. Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang strategi pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dasar dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa, sedangkan secara khusus:

1. Untuk menambah ilmu tentang definisi strategi pembelajaran.


2. Untuk mengetahui macam-macam strategi pembelajaran.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam menetapkan strategi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui pandangan al-quran tentang strategi pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi Pembelajaran

Adapun dalam konsep strategi belajar disini, Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai
suatu cara, seperangkat cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa
dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi
pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi
pembelajaran. Karena strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi
pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan
yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil
belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna
bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini
dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan
pembelajaran.[3] (Miqdad, Rusadi. Jakarta. Budaya Strategi Pendidikan , 2000)

Seorang guru disadari atau tidak, harus memilih strategi tertentu agar pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Tidak ada seorang guru yang tidak
mengharapkan demikian, karena setiap individu guru masih mempunyai nurani yang peka
terhadap anak didiknya. Tidak ada guru yang menginginkan kondisi proses pembelajaran yang
kacau dengan hasil belajar yang jelek, sehingga setiap guru pasti akan mempersiapkan strategi
pembelajaran yang matang dan tepat. [4] (Mhita dkk. Srategi Pembelajaran , 56-57. 2001)

Agar kegiatan belajar dan pembelajaran berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan
pelajaran yaitu hasil belajar siswa, Sudjana menjelaskan hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran harus nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh
(komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotor secara terpadu pada
diri siswa, ataukah hasil belajar yang bersifat tunggal (single facts) dan terlepas satu sama lain,

3
sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi. Adapun upaya yang digunakan dalam sebuah
strategi pembelajaran disini, adalah sebagai berikut;

1. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.


2. Menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.
3. Guru selalu memberikan umpan balik kepada siswa saat proses pembelajaran dengan cara
selalu bertanya kepada siswa.
4. Guru telah mengevaluasi belajar siswa.

Namun, pada kenyataannya tidak semua siswa dapat merangsang berbagai pelajaran yang
diberikan oleh pihak tenaga pendidik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena cara mengajar guru
yang belum mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Perlu pembelajaran yang mengusung sifat aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan guna mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe kartu-kartu pertanyaan.[5] (Bayu Aditya. Definisi Strategi
Pembelajaran , hlm. 14. 2000)

Strategi pembelajaran aktif pada siswa tentunya memiliki keunggulan berupa guru dapat
menciptakan siswa aktif mengajukan pertanyaan, sehingga terjadinya pembentukan generasi
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya, yaitu mencapai hasil
belajar yang baik. Di antara keunggulan dari strategi pembelajaran aktif pada siswa yaitu:

1. Pembentukan generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan


dirinya, yaitu meningkatnya hasil belajar siswa.
2. Mendorong siswa mengajukan pertanyaan.
3. Menciptakan kerjasama siswa dalam kelompok
4. Salah satu cara kreatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Macam-macam Strategi Pembelajaran

Agar kegiatan belajar dan pembelajaran berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan
pelajaran yaitu hasil belajar siswa, Sudjana menjelaskan hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran harus nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh
(komprehensif). [6] (Ghina. Permadi. Macam-Macam Strategi Pembelajaran, hlm.19. 2001)
Pada pemilihan strategi pembelajaran memiliki berbagai macam yang yang dapat guru atau

4
pengajar pilih untuk mendukung pembelajaran didalam kelas, diantaranya sebagai berikut :
Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu :

1. Strategi Pembelajaran Penyampaian (Exposition)


Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction).

Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu
saja kepada siswa, siswa dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah
menguasainya secara penuh. Dengan demikian , dalam strategi ekspositori guru berfungsi
sebagai penyampaian.

2. Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery).


Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga
tugas guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya
yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.

3. Strategi Pembelajaran Individual (Individual)


Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan
keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar
sendiri.

4. Strategi Pembelajaran Kelompok (Groups)


Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang
atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok
besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa dalam kelompok-kelompok kecil
semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual.
Setiap individu dianggap sama. [7] (Joyce, Sudut Pandang Pembelajaran Indonesia,
Bandung, 1998). Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa memiliki
kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang akan
merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Diharapkan penyampaian
materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap

5
tujuan yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah
tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum.

Dari cara penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Deduktif.
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-
ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian
secara perlahan-lahan, menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi
pembelajaran dari umum ke khusus.

2. Strategi Pembelajaran Induktif


Strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang
kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi
ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. [7] (Wina
Sanjaya,2006:128-129)

2.3 Macam-macam Contoh Strategi Pembelajaran di dalam Buku Strategi Pembelajaran [8]
(Abdul Majid,2013:10-12)

Jenis-jenis/klasifikasi strategi pembelajaran yang dikemukakan dalam artikel Saskatchewan


Education(1991) :
1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
● Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya
paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya
metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktik dan latihan,
serta demonstrasi.
● Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau
mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)

6
● Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data,
atau pembentukan hipotesis.
● Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi
fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
● Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan
jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
inkuiri.
● Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak,
non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)


● Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di
antara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan
saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi
terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta
mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
● Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan
metode-metode interaktif. Didalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama siswa secara
berpasangan.

4. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (Eksperiential Learning)


● Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat
pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
● Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah proses belajar, dan bukan
hasil belajar.
● Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai
contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat
dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

5. Strategi Pembelajaran Mandiri

(Abdul Majid,2013:11-12)

7
● Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan
belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa
dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. [10] (Abdul
Majid,2013:11-12)

(Made Wena.2011:5-6) Variabel Strategi Pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:


1. Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)
Strategi Pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan
ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi / materi penataan isi, pembuatan diagram,
format dan sejenisnya.

2. Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)


Strategi Penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/ atau
untuk menerima serta merespons masukan dari siswa.

3. Strategi Pengelolaan (Management Strategy)


Strategi Pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi
pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian).
Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan belajar dan motivasi. [11]
(Made Wena,2008;5-6)

2.4 Definisi Proses Penerimaan Informasi Belajar

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima jumlah besar informasi dari indera

8
dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak
terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka
dengan cepat informasi itu akan hilang.

Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan.


Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat.
Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam
waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari


stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status
mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang
dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem
memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan
informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan
informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau
mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama
mengajar.

2.5 Perkembangan Desain Proses Penerimaan Informasi Belajar

Salah satu desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
adalah pemrosesan informasi. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik (information processing theory)
memandang aspek lingkungan memegang peranan penting dalam belajar. Sedangkan dalam
teori pemrosesan informasi sebagaimana dijelaskan oleh Byrnes (1996) memandang belajar
sebagai suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short
term memory (memori jangka pendek) dan long term memory (memori jangka panjang), dalam
hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik. [12] (Mayminatun dkk,
Penerimaan Informasi Pembelajaran, 2002. 17-19)

Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari


lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, dan

9
pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Teori ini
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta
berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intellectual ability). Adapun
landasan penting teori pemrosesan informasi yaitu:

 Prior Knowledge (pengetahuan awal).


 Rancangan tujuan yang berorientasi kognitif.
 Umpan balik (feedback).

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi


proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal
(keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan)
dan interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang
terdiri dari: (1) informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan
kecakapan motorik.

Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne dalam pemrosesan informasi
adalah motivasi, pemahaman, pemerolehan, penahanan, ingatan kembali, generalisasi,
perlakuan, dan umpan balik. Pemrosesan informasi kognitif difokuskan pada berbagai aspek
pembelajaran dan bagaimana aspek-aspek tersebut dapat memfasilitasi atau merintangi belajar
dan memori. Teori ini juga menekankan pada bagaimana menggunakan strategi yang fokusnya
pada perhatian peserta didik, mendorong proses pengkodean dan retrieval (pemerolehan
kembali informasi), dan menyediakan praktik-praktik pembelajaran yang efektif dan berguna.

2.6 Komponen dalam Pemrosesan Informasi Belajar

Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari
indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila
tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka
dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua
implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu

10
informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari


stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status
mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang
dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem
memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan
informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan
informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau
mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama
mengajar. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan
informasi untuk periode panjang.

2..7 Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain :

Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada

 Lingkungan yang selalu berubah.


 Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
 Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
 Prinsip perbedaan individual terlayani.

2.8 Hambatan teori pemrosesan informasi antara lain :


 Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.
 Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
 Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dala
ingatan
 Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

11
2.9 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Menetapkan Strategi Pembelajaran

Sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dituntut dapat memilih dan
menetapkan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini penting karena terkait dengan
keberhasilannya membelajarkan peserta didik. Menurut Alexander dan Davis (dalam
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982/1983 : 78-87), mengemukakan 4 hal yang
harus dipertimbangkan guru dalam menetapkan strategi pembelajaran sebagai berikut :

1. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran ialah tujuan, yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi, sebab semua
komponen tersebut termasuk strategi pembelajaran dipilih dan difungsikan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Seperti telah Anda ketahui bahwa tujuan pembelajaran menyangkut
tiga kelompok perilaku, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk masing-masing
kelompok perilaku diperlukan penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda sesuai
dengan aspek kegiatan yang dituntut untuk penguasaan jenis-jenis tujuan pembelajaran
tersebut.

2. Keadaan peserta didik

Yang paling berkepentingan dalam proses pembelajaran adalah siswa mengingat tujuan
yang harus dicapai dari proses tersebut adalah perubahan perilaku siswa. Oleh karena, di
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, faktor siswa tidak boleh diabaikan.
Setelah kita menetapkan strategi pembelajaran yang dipilih sebaiknya gunakan pilihan
berdasarkan pertimbangan tujuan dan materi atau bahan pelajaran sehingga dalam
menentukan bagaimana teknik menggunakan strategi pembelajaran tersebut, faktor siswa
menjadi salah satu pertimbangan kita.

Kita telah maklum bahwa siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan.
Sangat bijaksana bila dalam penggunaan strategi pembelajaran, kita mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan tersebut. Selain dengan mempertimbangkan siswa secara individual,
jumlah siswa akan mempengaruhi pula terhadap penggunaan strategi pembelajaran.
Misalnya, apabila guru akan merancang kegiatan diskusi dalam pembelajaran, guru harus
yakin bahwa siswa sudah memiliki kemampuan untuk mengajukan dan/atau menanggapi
pendapat secara lisan. Contoh lain, apabila guru akan melakukan kegiatan di laboratorium,

12
guru harus yakin bahwa siswa sudah terbiasa dengan laboratorium. Kalau tidak, kegiatan
percobaan di laboratorium tidak akan berjalan efektif karena siswa belum terbiasa
menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium.

3. Sumber dan fasilitas yang tersedia

Alat yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran ialah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, chart, grafik, dan
sebagainya; serta alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek. Jumlah dan karakteristik
alat-alat tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan kita di dalam memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran. Termasuk dalam kelompok ini adalah media
pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik, seperti paket modul,
pengajaran berprograma, dan pengajaran melalui alat audio (seperti kaset tape recorder).
Demikian pula halnya sumber materi pelajaran, seperti buku-buku pelajaran, lingkungan
sekitar. Misalnya, kita menghendaki bahwa setiap siswa dapat melakukan percobaan dari
konsep yang dibahas. Sementara itu, jumlah bahan dan alat percobaan yang tersedia di
sekolah tidak mencukupi untuk semua siswa. Tentu guru tidak dapat memaksakan setiap
siswa untuk melakukan percobaan. Guru dapat meminta siswa untuk melakukan percobaan
secara kelompok.

4. Karakteristik teknik atau metode penyajian

Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room yang dikutip oleh
Abdul Majid, mengatakan bahwa pengertian metode adalah cara untuk mencapai sesuatu.
Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu.
Dalam pengertian demikian ini, maka metode pembelajaran menjadi salah satu unsur dalam
strategi belajar mengajar.. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan
memberikan suasana belajar yang menarik, dan tidak membosankan bagi peserta didik.
Akan tetapi, bisa saja penggunaan metode yang bervariasi menjadikan kegiatan belajar tidak
menguntungkan jika penggunaan metode variasinya tidak tepat.

2.10 Pandangan Al-Quran Tentang Strategi Pembelajaran

Dalam kerangka teologis, Islam memberikan pandangan yang konstruktif dan distingtif
mengenai metode pembelajaran. Hal ini tentunya berkaitan dengan eksplorasi ajaran yang ada
didalam Alquran. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan secara

13
totalitas ajaran yang ada didalamnya. Secara historis, sejak masa Nabi Saw. sudah dikenal
adanya kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali maka pembelajaran itu
sendiri sudah ada dan diimplementasikan oleh Nabi Saw. di zamannya.

Integrasi Keilmuan Surah An-Nahl ayat 125

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl/16:125).

Surat An-Nahl ayat 125, ayat ini merupakan ayat dakwah yang merupakan seruan yang
dilakukan oleh Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam
maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). Surat An-Nahl ayat 125 yang semula
merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang pendidikan, sesuai dengan
kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan
sebagai ayat atau hadits tentang pendidikan. Salah satu contohnya adalah dialog yang dilakukan
oleh Rasulullah dan malaikat Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya tentang Iman, Islam dan
Ihsan dan sekaligus memberikan jawaban dari pertanyaan pertanyaan tersebut. Jelaslah bahwa
ini merupakan hadits tentang pembelajaran, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur
pendidikan.

Ayat ini merupakan ayat tentang pendidikan keislaman, yaitu ketauhidan. Hal ini bisa
dilihat dari kata sabili rabbika. Arti kata rabb di sini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara
kata sabili bermakna jalan atau agama. Jadi dengan demikian Rasulullah diperintahkan oleh
Allah untuk memberikan pendidikan kepada umat manusia agar mau memeluk agama Islam
dan mengikuti jalan-Nya, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Di dalam ayat ini ada 3
macam metode pendidikan yang terkandung di dalamnya. Karena pembelajaran (proses

14
pendidikan) tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya metode. 3 macam metode
tersebut adalah: Hikmah, mauidzah Hasanah, dan jidal atau debat.

1. Metode Hikmah (perkataan yang bijak)

Allah SWT. menyuruh Rasulullah SAW. agar mengajak makhluk kepada Allah dengan
hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah, agar mereka waspada terhadap siksa Allah. Menurut M. Quraish Shihab (2000),
hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian orang yang
diajak pada kebaikan. Lebih lanjut beliau juga menjelaskan, bahwa hikmah juga diartikan
sebagai sesuatu yang apabila digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan
yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar
atau lebih besar.

Al-Biqa’i juga mengatakan sebagaimana yang penulis kutip dalam bukunya M. Quraish
Shihab; “Hikmah berarti mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan,
maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ia adalah ilmu yang didukung oleh
amal, dan amal yang tepat dan didukung oleh ilmu”. Sedangkan menurut Toha Yahya Umar
(2006), menyatakan bahwa hikmah meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir,
berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan.

2. Metode Mauidzah Hasanah (nasehat yang baik)

Mau'izhah hasanah adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik
dan benar, perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik
terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik. Dalam mau'izhah hasanah ini
mencakup targhib (seruan ke arah kebaikan dan memberi iming-iming balasan kebaikan) dan
tarhib (seruan untuk meninggalkan keburukan dengan memberi peringatan dan ancaman bagi
mereka yang melanggar). Sebagai sebuah metode, mauidzah baru dapat mengena sasaran bila
ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang
menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang
seharusnya dihindari. Disisi lain, mau'izhah biasanya mencegah sasaran dari sesuatu yang
kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi baik dari yang menyampaikan, lebih-lebih dari
yang menerimanya. Maka mau'izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.
Pendidikan yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk

15
menjinakkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketentraman daripada pendidikan
atau pengajaran yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika sesuai
tempat dan waktunya, maka tidak ada jeleknya memberikan pendidikan yang berisikan
peringatan yang keras atau tentang hukuman-hukuman.

3. Metode Jidal (debat)

Jidal juga merupakan sebuah metode pendidikan, sebagaimana hikmah dan mau’idhzah
hasanah. Jidal terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, jidal yang buruk yakni yang disampaikan
dengan kasar. Kedua, jidal yang baik yakni yang disampaikan dengan sopan serta
menggunakan dalil-dalil atau dalih walaupun hanya diakui oleh lawan. Dan yang ketiga, jidal
yang terbaik yakni yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar serta
membungkam lawan. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta
tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara
(sebagai apresiasi, selingan, dan evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu
menerapkan kemungkinan jawaban pertanyaan, apakah banyak mengandung masalah ataukah
hanya terbatas pada jawaban “ya” dan ”tidak”.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan


sesuatu, menimbang dalam ingatan. Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak
dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi diolah. Informasi yang
diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian bagian yang berfungsi secara
khusus. Berkaitan hal itu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang
dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu
perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi
pembelajaran. Karena strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi
pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan
yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil
belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna
bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.

Pada pemilihan strategi pembelajaran memiliki berbagai macam yang yang dapat guru atau
pengajar pilih untuk mendukung pembelajaran didalam kelas, diantaranya sebagai berikut :
Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu :

17
5. Strategi Pembelajaran Penyampaian (Exposition)
Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction).

Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu
saja kepada siswa, siswa dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah
menguasainya secara penuh. Dengan demikian , dalam strategi ekspositori guru berfungsi
sebagai penyampaian.

6. Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery).


Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga
tugas guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya
yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.

7. Strategi Pembelajaran Individual (Individual)


Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan
keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar
sendiri.

8. Strategi Pembelajaran Kelompok (Groups)


Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang
atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok
besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa dalam kelompok-kelompok kecil
semacam buzz group.

Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari


lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, dan
pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Teori ini
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif,
Adapun landasan penting teori pemrosesan informasi yaitu:

 Prior Knowledge (pengetahuan awal).


 Rancangan tujuan yang berorientasi kognitif.

18
 Umpan balik (feedback).

Dan dalam kerangka teologis, Islam memberikan pandangan yang konstruktif dan
distingtif mengenai metode pembelajaran. Hal ini tentunya berkaitan dengan eksplorasi ajaran
yang ada didalam Alquran. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan
secara totalitas ajaran yang ada didalamnya. Secara historis, sejak masa Nabi Saw. sudah
dikenal adanya kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali maka pembelajaran
itu sendiri sudah ada dan diimplementasikan oleh Nabi Saw. di zamannya.

Integrasi Keilmuan Surah An-Nahl ayat 125

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl/16:125).

Surat An-Nahl ayat 125, ayat ini merupakan ayat dakwah yang merupakan seruan yang
dilakukan oleh Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam
maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). Surat An-Nahl ayat 125 yang semula
merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang pendidikan, sesuai dengan
kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan
sebagai ayat atau hadits tentang pendidikan.

3.2 Saran

Dengan ini kami berharap adanya masaukan saran dari para pembaca yang nantinya dapat
menjadi pembangun dari berkualitasnya tulisan ini. Serta kami sangat mengharapkan tulisan
ini dapat membantu para tenaga pendidikanserrta teman-teman semua dalam poses belajara
mengajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi Belajar
Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi

Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies. Boston: Allyn & Bacon.

Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a Systematic Approach. New Jersey:
Prentice Hall.

Haidir & Salim. 2012. STRATEGI PEMBELAJARAN (Suatu Pendekatan Bagaimana


Meningkatkan Kegiatan Belajar Siswa Secara Transformatif). Medan : Perdana
Publishing

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2000), juz.
II, cet. II, h. 178

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), cet.
Ke-2, h. 9

Raka Joni, T. (1993). Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian.
Jakarta: PPLPTK.

Semiawan, C. dkk. (1988). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Una Kartawisata dan kawan-kawan. (1980). Penemuan sebagai Metode Belajar Mengajar.
Jakarta: P3G- PPLPTK

20
MAKALAH KELOMPOK 8
STRATEGI PENGUJIAN BERBASIS KURIKULUM 2013
(Makalah ini disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat mata kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas A)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.

Disusun oleh:
Wanda Hamidah (11200162000005)
Nabila Khairunnufus (11200162000012)
Fimelia Annisa (11200162000016)
Nawang Nurandini (11200162000019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M/1443H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
mendapat syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Pengujian Berbasis Kurikulum 2013” ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A
Program Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutipan sehingga penulisan
makalah dapat terselesaikan. Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami
sampaikan. Kami juga berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan demikian penyusun bisa
lebih baik lagi dalam menyusun makalah.

Tangerang, 09 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 2

C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 3

D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

E. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................................... 3

F. Metode Penulisan Makalah………………………………………………………...3


G. Sistematika Penulisan Makalah ............................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5


A. Pengertian Strategi Pengujian Kompetensi Berdasarkan Kurikulum 2013 ............. 5

B. Prinsip-Prinsip Penilaian Secara Umum ................................................................ 6

C. Pola Pengujian Kompetensi Berdasarkan Kurikulum 2013 .................................... 9

D. Pengukuran Kompetensi Dalam Pandangan Islam............................................... 11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 16


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16

B. Saran .................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dicanangkan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini
merupakan revisi dari kurikulum yang pernah ada sebelumnya sehingga
diharapkan merupakan kurikulum paling baik yang diterapkan pada sistem
pendidikan saat ini. Tujuan kurikulum 2013 adalah menciptakan siswa yang
memiliki pemahaman secara mendalam terhadap suatu materi pelajaran sehingga
dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari dan diingat dalam waktu yang
panjang. Kurikulum ini menggunakan pendekatan saintifik sehingga setiap
materi pembelajaran dijelaskan berdasarkan keilmuan yang konkret dan ilmiah.
(Fauziah, 2014)
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana
prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses,
standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya
terkait dengan sosial akibat perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif (Slameto, 2013).
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan– keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Pengertian penilaian dapat disimpulkan
sebagai pengumpulan informasi secara menyeluruh yang dilakukan secara terus
menerus untuk mengetahui kemampuan atau keberhasilan siswa dalam

1
pembelajaran dengan menilai kinerja siswa baik secara individu maupun
kelompok. Penilaian harus mendapat perhatian lebih dari seorang guru, untuk itu
harus dilaksanakan dengan baik, karena merupakan komponen vital atau utama
dari pengembangan diri baik secara individu maupun kelompok (Hafidhoh, dan
Rifa’i, 2021).
Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi
peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian
kompetensi peserta didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai
teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap,
penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian projek, penilaian produk,
penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan
penilaian diri (Amiludin, 2013).
Oleh karena itu, penilaian dan pengujian membutuhkan strategi agar
lebih terkonsep dan terencana. Maka, penyusun makalah memgambil judul
tentang strategi pengujian berbasis krurikulum 2013, agar dalam pelaksanaannya
pengujian dapat terkonsep dan terlaksana dengan baik.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
sejumlah permasalahan sebagai berikut ini:
1. Pemahaman mahasiswa terhadap strategi pengujian kompetensi berdasarkan
kurikulum 2013.
2. Pemahaman mahasiswa terhadap pola pengujian peserta didik berdasarkan
kompetensi.
3. Pemahaman mahasiswa terhadap pola pengujian kompetensi peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap pengukuran kompetensi dalam pandangan
islam.

2
C. Pembatasan Masalah
Penyusun membatasi permasalah yang dituliskan pada makalah agar
terarah. Dalam makalah ini penyusun berfokus pada strategi pengujian
kompetensi berdasarkan kurikulum 2013, prinsip-prinsip umum dalam penilaian,
pola pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013, dan pengukuran
kompetensi dalam islam.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum
2013?
2. Bagaimana prinsip – prinsip penilaian secara umum?
3. Bagaimana pola pengujian kompetensi peserta didik berdasarkan kurikulum
2013?
4. Bagaimana pengukuran kompetensi dalam pandangan islam?

E. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian strategi pengujian kompetensi
berdasarkan kurikulum 2013
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip – prinsip penilaian secara umum
3. Mahasiswa dapat memahami pola pengujian kompetensi peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pandangan islam terhadap
pengukuran kompetensi peserta didik

F. Metode Penulisan Makalah


Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini yaitu metode pustaka.
Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa

3
buku maupun informasi di internet yang mendukung dalam proses penulisan
makalah.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
1. BAB I Pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, metode penulisan makalah, dan sistematika penulisan
makalah.
2. BAB II yang terdiri dari pembahasan materi mengenai pola pengujian
kompetensi berbasis Kurikulum 2013.
3. BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pengujian Kompetensi Berdasarkan Kurikulum 2013


Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia (stratos = militer dan ag =
memimpin) yang artinya sebuah seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal.
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk membuat
skema mencapai sasaran atau tujuan yang hendak dicapai dengan cara yang efektif
dan efisien.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang strategi. Pertama, menurut
(David:2004) strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan berintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tatanan lingkungan, yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama seseorang atau sebuah lembaga
dapat dicapai dengan tepat. Kedua, menurut John A. Bryne definisikan bahwa
strategi adalah sebuah pola yang mendasar dari sasaran dan direncanakan,
penyebaran sumber daya dan interaksi organisasi dengan pasar, pesaing, dan faktor-
faktor lingkungan.
Sedangkan menurut KBBI strategi merupakan sebuah ilmu dan seni yang
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu
dalam perang dan damai. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus. Dalam konteks pendidikan, strategi diartikan
sebagai rancangan perencanaan dalam mencapai tujuan tertentu. Strategi juga dapat
dimaknai sebagai perencanaan yang berisi rancangan kegiatan-kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Roger S. Pressman, pengujian adalah serangkaian kegiatan yang
direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sistematis. Menurut KBBI, pengujian
adalah sebuah proses, cara atau perbuatan menguji untuk mengetahui kualitas atau
mutu sesuatu. Strategi pengujian berarti sebuah rencana atau rancangan yang
dilakukan seorang guru, untuk mengetahui kualitas seorang siswa sebagai bentuk
perwujudan dalam mencapai sebuah tujuan yang sudah ditetapkan.

5
Menurut KBBI, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis
kompetensi yang menekankan pembelajaran berbasis aktivitas yang bertujuan
memfasilitasi siswa memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini
berimplikasi pada penilaian yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
baik selama proses, maupun pada akhir periode pembelajaran.
Strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013 merupakan
sebuah perencanaan yang dilakukan oleh guru terhadap kualitas siswa sebagai
perwujudan mencapai tujuan pendidikan nasional dan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka yang
berkembang untuk belajar, bertambah wawasannya, meningkat kecakapannya dan
memiliki karakter yang berbudi pekerti luhur.

B. Prinsip-Prinsip Penilaian Secara Umum


Menurut Permendikbud No.23 Tahun 2016, penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik. Kegiatan Penilaian memerlukan instrumen penilaian dan teknik
penilaian. Penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses
belajar.
Penilaian berfungsi mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik. Selain
itu, penilaian dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar. Penilaian
dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu penilaian akhir pembelajaran (assessment of
learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian
sebagai pembelajaran (assessment as learning). Penilaian akhir pembelajaran adalah
penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian untuk
pembelajaran merupakan penilaian dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar
mengajar. Adapun dalam penilaian juga harus memperhatikan prinsip-prinsip umum,
yaitu :

6
1. Sahih
Agar sahih (valid), penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat
mencerminkan kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih
juga, yaitu instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian sehingga dapat menyamakan persepsi penilai
dan meminimalisir subjektivitas, apalagi dalam penilaian kinerja yang cakupan,
otentisitas, dan kriteria penilaiannya sangat kompleks. Untuk penilai lebih dari
satu perlu dilihat reliabilitas atau konsistensi antar penilai (interrater reliability)
untuk menjamin objektivitas setiap penilai.
3. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, gender, dan hal-hal lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus
disebabkan oleh berubahnya capaian belajar peserta didik pada kompetensi yang
dinilai.
4. Terpadu
Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kompetensi
telah tercapai. Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas
pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh terlepas apalagi melenceng dari
pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada proses pembelajaran yang
dilakukan.
5. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak yang
dinilai dan pengguna hasil penilaian berhak tahu proses dan acuan yang
digunakan dalam penilaian, sehingga hasil penilaian dapat diterima oleh
siapapun.

7
6. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik atau peserta didik. Instrumen penilaian
yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang dinilai
secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen,
diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan
assessment as learning, for learning, dan of learning secara proporsional.
7. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan. Dilakukan
identifikasi dan analisis KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen,
dan waktu penilaian yang sesuai.
8. Beracuan kriteria
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan
kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau
belum bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya,
melainkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta
yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta didik
yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh remedial.
9. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian dilakukan secara
sahih, objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan
perlu dipikirkan konsep meaningful assessment. Selain dipertanggungjawabkan
teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan
kebermaknaannya bagi peserta didik dan proses belajarnya. (Anonim. Panduan
Penilaian Pemendikbud)

8
C. Pola Pengujian Kompetensi Berdasarkan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna serta luas kepada peserta didik. Bermakna dalam hal ini adalah
memahami konsepnya secara utuh dan realistis. Luas berarti yang didapatkan oleh
peserta didik tidak hanya dalam satu ruang lingkup melainkan semua lintas disiplin
yang dipandang berkaitan satu sama lain. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan aspek
perilaku. Di dalam kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan (Hafidhoh, dan Rifa’i, 2021:
11).
Ketentuan mengenai sistem penilaian kurikulum 2013 diatur dalam Peraturan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015
Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, yaitu:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan,
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.
b. Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai instrumen penilaian
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik (Kastina, 2017: 3).
Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi tiga
domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual), dan
psikomotorik (keterampilan) (Setiadi, 2016: 169).

9
1. Kognitif (pengetahuan)
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati
sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Menurut (Anderson & Krathwohl, 2001) enam kategori pokok
ranah kognitif dengan urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi yakni: pengetahuan (knowledge); pemahaman
(comprehension); penerapan (application); analisis (analysis); sintesis (synthesis);
dan evaluasi (evaluation).
2. Afektif (sikap sosial dan spiritual)
Penilaian sikap (afektif) dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat
dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai objek sikap, seperti sikap terhadap
mata pelajaran, sikap terhadap guru mata pelajaran, sikap terhadap proses
pembelajaran, dan sikap terhadap materi dari pokok-poko bahasan yang ada.
3. Psikomotorik (keterampilan)
Domain psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Menurut (Sudjana, 2010: 30) ada enam tingkatan
keterampilan yaitu: (1) gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual untuk membedakan auditif
dan motoris, (4) kemampuan di bidang fisik (kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan), (5) gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks dan (6) kemampuan
yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif dan interprestatif.
Teknik penilain yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: (1) penilaian
kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat dan
jurnal; (2) penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan
penguasaan; (3) penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik, projek dan
portofolio. Penggunaan teknik penilaian disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
yang dapat menunjang program pengajaran seperti kompetensi dasar yang akan
dicapai. Perencanaan yang matang seperti pembuatan kisi-kisi instrumen,
diharapkan dapat memberi informasi yang akurat tentang kompetensi-kompetensi
siswa yang perlu diukur, mendorong peserta didik belajar untuk lebih giat
meningkatkan kompetesinya, memotivasi tenaga pendidik mengajar untuk

10
meningkatkan kompetensi siswa, meningkatkan kinerja lembaga dan meningkatkan
kualitas pendidikan (Setiadi, 2016: 170)

D. Pengukuran Kompetensi Dalam Pandangan Islam


Penilaian atau evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
lembaga pendidikan. Perubahan model pada kurikulum membawa implikasi terhadap
model evaluasi atau penilaian. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman
dan kemampuan yang baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang
evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran telah berhasil dikuasai oleh siswa atau belum (Sanjaya 2011: 349).
Kata evaluasi berasal dari berbahasa Inggris to evaluation yang berarti
“menilai” (Kurniawan, 2016: 174.). Sedangkan dalam bahasa Arab evaluasi dikenal
dengan istilah imtihan yang berarti “ujian” dan khataman yang berarti cara menilai
hasil akhir dari proses pendidikan (Natta, 1997: 131). Evaluasi merupakan tindakan
yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana pelajaran yang
disampaikan oleh pendidik dapat dipahami oleh peserta didik. Evaluasi dapat dilakukan
setiap minggu, setiap bulan, setiap semester, dan bahkan dalam proses pembelajaran
akan ada evaluasi tahap akhir.
Pembelajaran Prinsip evaluasi dapat menjadi sebuah petunjuk bagi seorang
pendidik dalam menerapkan evaluasi dengan cara benar. Dalam pendidikan, evaluasi
terdiri dari beberapa prinsip antara lain:
a. Evaluasi harus tetap beracuan pada kriteria tujuan yang telah ditentukan
b. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif
c. Evaluasi dilaksankan dalam proses pembelajaran yang interaktif antara pendidik
dan peserta didik.
d. Proses evaluasi dilakukan secara kontinu.
e. Dalam melakukan evaluasi harus mempertimbangkan nilainilai yang berlaku dalam
pelaksanaan evaluasi (Sukardi, 2008: 4-5).
Melihat betapa penting posisi pendidikan bagi penyedia SDM maka tidak heran
jika kemudian banyak ahli dan pakar pendidikan memberikan perhatian yang serius
untuk mampu membuat formulasi yang tepat bagi pelaksanaan pendidikan yang

11
bermutu. Demikian juga para cendekiawan muslim, mereka bersemangat untuk terus
menggali ilmu pengetahuan dari khazanah keilmuan yang tak pernah habis untuk dikaji
yakni al-Qur’an sehingga menghasilkan formulasi konsep tentang pendidikan yang
tepat.
Ada beberapa hal yang cukup penting dalam melaksanakan fungsi evaluator bagi
seorang guru adalah:
1. Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa, baik
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
2. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
3. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen pernilaian
4. Evaluasi harus dilakukan secara terbuka dengan melibatkan siswa sebagai evaluand
(Sanjaya, 2011: 152).
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya evaluasi, pendidik dapat mengetahui
tingkat kemampuan peserta didik dalam suatu pelajaran, mana peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan tertinggal. Sehingga, setelah diketahuinya
kemampuan peserta didik, pendidik dapat memberikan perlakuan khusus terhadap
peserta didik. Peserta didik yang lemah diberi perhatian khusus serta diberikan
dorongan semangat agar ia dapat mengejar dan memenuhi kekurangannya, sedangkan
kepada yang cerdas diberikan semangat dan di arahkan agar ia terus meningkatkan
kemampuannya ke arah yang lebih baik lagi. Inilah gambaran tentang evaluasi
pendidikan yang dilakukan dilembaga formal di Indonesia.
Evaluasi pendidikan dilaksanakan berdasarkan dua pedoman yaitu Al-Quran dan
Hadist. Ada banyak dalil terutama surah dalam Al-Quran yang membicarakan tentang
evaluasi sebagai berikut :
1) Dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Swt berfirman:
‫ّٰللا َخبِي ٌْر ۢبِ َما ت َ ْع َملُ ْون‬ َ ‫ت ِلغ ٍَۚد َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ۗا َِّن ه‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬
ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ َ ‫َ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
ُ ‫ّٰللا َو ْلت َ ْن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”

12
Surat ini menjelaskan bahwa bagaiamana Allah menekankan pentingnya
perencanaan dan evaluasi dalam menata setiap langkah kehidupan serta sikap yang
harus dimiliki oleh setiap manusia agar senantiasa melakukan evaluasi terhadap
perbuatannya yang telah dilakukan pada masa lalu yang akan menjadi dasar dan
pembelajaran dalam melakukan perbuatan di masa yang akan datang. Jadi pada ayat ini
terdapat perintah untuk melakukan evaluasi kepada diri sendiri. Evaluasi diri merupakan
salah satu cara atau metode dalam melakukan evaluasi pembelajaran dimana dengan
melakukan evaluasi diri seseorang dapat menilai serta mengukur dirinya sendiri.
Evaluasi diri dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pendidik tetapi juga
peserta didik. Serta pada ayat ini juga menjelaskan tujuan dari kita melakukan evaluasi.
Umar Bin Khatab Ra bersabda :
َ ‫َحا ِسب ُْواقَ ْب َل ا َ ْن ت ُ َحا‬
‫سب ُْوا‬
Artinya:
“evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi.”
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena
aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan yang
sia-sia (Rosyadi, 2004: 292). Hal ini sesuai dengan firman Allah:
‫ک د ِۡي ُن ۡالقَيِ َمۃ‬ َّ ‫ص ٰلوۃ َ َو ي ُۡؤتُوا‬
َ ‫الز ٰکوۃ َ َو ٰذ ِل‬ َ ‫َو َم ۤا اُمِ ُر ۡۤوا ا ََِّّل ِليَعۡ بُدُوا ه‬
ِ ‫ّٰللا ُم ۡخل‬
َّ ‫ِص ۡينَ لَہُ الد ِۡينَ ۬ۙ ُحنَفَا ٰٓ َء َو يُق ِۡي ُموا ال‬

Artinya : “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-
Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”
Seseorang yang menjadi dosen dan mahasiswa, yang mengerti akan potensi yang
dimilikinya, mereka tidak akan melakukan suatu pekerjaan yang sia-sia, karena segala
yang dilakukan oleh keduanya baik dalam berpikir, merasakan, maupun bertindak
harus membawa kebaikan sehingga kualitas dan kapasitas diri mereka dapat meningkat
ke arah yang lebih baik.
Konsep evaluasi dalam pendidikan sebenarnya bersifat menyeluruh, baik itu
dalam hubungan manusia dengan Rabbnya sebagai pencipta, hubungan manusia dengan
dirinya sendiri hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Bagi siapa yang mendapatkan hasil evaluasi yang baik maka akan

13
mendapatkan balasan yang baik, begitu juga sebaliknya bagi siapa yang mendapatkan
hasil evaluasi yang buruk maka buruk juga balasannya. Jika balasan hasil evaluasi yang
diberikan Allah yaitu berupa surga dan neraka. Namun dalam pendidikan berupa nilai
raport (mendapatkan peringkat pertama atau tidak mendapatkan peringkat).
Prinsip evaluasi yang terdapat pada pendidikan masa kini dengan menggunakan
kurikulum 2013, dilihat dari PERMENDIKBUD bahwa prinsip evaluasi ada lima yaitu:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Hal ini berkaitan
dengan surat Al-Baqarah ayat 31 Allah berfirman :

Artinya : “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!"
Dalam surah ini menjelaskan, bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap
perserta didik seorang pendidik haruslah melihat input, proses dan hasil. Jika mata
pelajaran Kimia, materi pelajaran mengenai pengertian apa itu atom? Bagaimana bentuk
atom? Dan ada berapa jenisnya?. Maka setelah menjelaskan materi pelajaran, jika guru
ingin melakukan post-test, maka soal yang diberikan haruslah sesuai dengan materi
yang diajarkan tidak boleh keluar dari materi yang diajarkan, dan pastilah hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan surah al-Baqarah ayat 31 dimana Allah

14
Swt mengajarkan Nabi Ȃdam dan setelah itu melakukan evaluasi terhadapnya, dengan
menanyakan pertanyaan yang telah diajarkan Allah kepadanya (Arifin, 2012).
Adapun macam-macam teknik untuk evaluasi pembelajaran yaitu :
1. Teknik Tes
Tes merupakan teknik dalam evaluasi yang terdiri atas beberapa pertanyaan atau
butir soal untuk memperoleh suatu data serta informasi yang didapatkan melalui
jawaban dari peserta didik.
2. Tes uraian
Tes uraian merupakan teknik yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
dengan jawaban yang diungkapkan dari pemikiran peserta didik secara naratif.
3. Tes objektif
Tes objektif merupakan salah satu jenis tes yang pilihan jawaban dari pertanyaan
atau pernyataan telah disediakan. Kelebihan dari teknik ini yaitu cara mengoreksi
jawaban mudah, cepat dan dapat dikerjakan oleh siapapun (Astiti, 2017: 33-35).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013 merupakan
sebuah perencanaan yang dilakukan oleh guru terhadap kualitas siswa sebagai
perwujudan mencapai tujuan pendidikan nasional dan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka yang
berkembang untuk belajar, bertambah wawasannya, meningkat kecakapannya
dan memiliki karakter yang berbudi pekerti luhur.
Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi
tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual), dan
psikomotorik (keterampilan) (Setiadi, 2016: 169).
Prinsip – prinsip penilaian secara umum ada 9 yaitu :
a. Shahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
g. Sistematis
h. Beracun kriteria
i. Akuntabel
Ketentuan mengenai sistem penilaian kurikulum 2013 diatur dalam
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, yaitu:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek
sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara

16
terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil
belajar.
b. Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai instrumen
penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok,
dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
Dalam surah ini menjelaskan, bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap
perserta didik seorang pendidik haruslah melihat input, proses dan hasil. Jika
mata pelajaran Kimia, materi pelajaran mengenai pengertian apa itu atom?
Bagaimana bentuk atom? Dan ada berapa jenisnya? Maka setelah menjelaskan
materi pelajaran, jika guru ingin melakukan post-test, maka soal yang diberikan
haruslah sesuai dengan materi yang diajarkan tidak boleh keluar dari materi yang
diajarkan, dan pastilah hasil sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran
Dengan ini kami berharap adanya masukan saran dari para pembaca yang
nantinya dapat menjadi pembangun dari kualitasnya tulisan ini. Kami harap
tulisan ini dapat membantu para tenaga pendidikan serta teman-teman semua
dalam proses belajar mengajar.

17
DAFTAR PUSTAKA
Amiludin, Penilaian dalam Kurikulum 2013, Makasar.
Anonym. “Panduan Penilaian Kemendikbud”
Anonym. Tinjauan teoritis: Pengertian Strategi. Retrieved https://respository.uin-
suska.ac.id, 30 Mei 2022.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Dini Fauziah. 2014. “Pengembangan perangkat pembelajaran scientific discovery
learning analisis rangkaian arus bolak balik”. UPI Bandung.
Fauziah, Dini. Pengembangan perangkat pembelajaran scientific discovery learning
analisis rangkaian arus bolak balik. UPI Bandung, 2014
Hafidhoh, Noor., dan Rifa’i, Muhammad Rizal. “Karakteristik Penilaian Pembelajaran
pada Kurikulum 2013 di MI”. Awwaliyah: Jurnal PGMI, Volume 4 Nomor 1
Juni 2021
Hartanto Bambang. 2007. Strategi Pengembangan Kurikulum.
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: CV Andi Offset. 2017.
Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Prihadi, Bambang. 2014. “Penerapan Langkah - Langkah Pembelajaran Dengan
Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum 2013” Pada
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131662618/pengabdian/penerapan-pendekatan-
saintifik.pdf. Dilihat pada 04 Juni 2022 pukul 17.00
Slameto. 2013 “RASIONAL DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM”. Salatiga
Sukardi. “Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Syamsul Kurniawan. “Ilmu Pendidikan Islam Sebuah Kajian Komprehensif”. Bandung :
Cipta Agung, 2016.
Wina Sanjaya. “Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP”. Jakarta : Kencana, 2011.

18

Anda mungkin juga menyukai