Pembelajaran
&
Tugas Guru
Strategi
Pembelajaran
Kimia
Kelompok 1
Pengertian Proses
Pembelajaran Tugas dan Peranan Guru
Pendidik Menurut
Pengertian Guru
Pandangan Islam
Guru
anan
Per
gas dan
Tu
Tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan – keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para
siswanya.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, masyarakat menempatkan guru pada
tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan
dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila
Peran dan Fungsi Guru
Guru memilki satu kesatuan peran dan
fungsi yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing,
mengajar, dan melatih. Keempat
kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integrativ, yang satu sama
lain tak dapat dipisahkan dengan yang
lain. (Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (
Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006)
DEF
SLIM
EMA
1) Educator
2) Manager
3) Administrator
4) Supervisor
5) Leader
6) Innovator
7) Dinamisator
8) Evaluator
9) Fasilitator
Pendidik Al- Al-
Tarbiyah Ta’dib
Menurut
Pandangan Islam
Al-
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri Ta’lim Riyadha
melalui keseluruhan sejarah kemunculan
h
Guru merupakan pendidik yang secara langsung berhadapan dengan siswa, dengan sistem
2) pembelajaran guru dapat berperan sebagai perencana, desainer pembelajaran sebagai
implementator atau mungkin keduanya.
3) Hak dan kewajiban guru dituangkan dalam pasal UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
sehingga setiap guru mendapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban yang
harus dilaksanakan.
4) Terdapat tiga jenis tugas guru, yakni Tugas dalam bidang Profesi, Tugas kemanusian, dan Tugas
dalam bidang Kemasyarakatan. Guru memilki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih.
Pendidik menurut pandangan islam diantaranya ada empat istilah yang digunakan untuk
5) menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah.
Terima
kasih!
Semoga hari
Anda luar
biasa.
MAKALAH KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Kelompok 2
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 16
B. SARAN ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses menjadikan agar orang mau belajar dan
mampu (kompeten) belajar melalui berbagai pengalamannya agar tingkah
lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Hal ini mengandung arti
bahwa proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan siswa melalui interaksi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran, karena pembelajaran
dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai
fasilitator.
Belajar ilmu kimia sampai saat ini masih dirasakan sulit oleh siswa. Hal
ini mungkin disebabkan ilmu kimia mencakup materi yang sangat luas dan
bersifat abstrak. Selain itu ilmu kimia mencakup materi yang sangat luas
yang terdiri dari fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip, teori dan soal-soal.
Dalam menerima materi pelajaran, siswa memerlukan suatu alat bantu
yang dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar. Alat bantu yang
dimaksud ialah media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang
dibutuhkan yaitu peta konsep. Peta konsep adalah kegiatan mencatat kreatif
yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi. Selain itu peta konsep
dapat membangkitkan ide-ide asli dan memicu ingatan. Catatan yang dibuat
membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama
di tengah dan subtopik menjadi cabangcabangnya (Trianto dalam Susatyo et
al., 2011). Hasil penelitian Iskandar dan Rusmansyah sebagaimana dikutip
oleh Utami (2009) menunjukkan bahwa dengan strategi Peta Konsep akan
membantu siswa membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip baru serta
sangat baik sebagai alat pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan analisis struktur materi pembelajaran ?
2. Bagaimana karakteristik terhadap materi ajar ?
3. Bagaimana prinsip pemilihan bahan ajar ?
4. Bagaimana pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah yang kami
buat ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui analisis struktur materi pembelajaran
2. Mengetahui karakteristik terhadap materi ajar
3. Mengetahui prinsip pemilihan bahan ajar
4. Mengetahui pandangan Islam berkaitan dengan bahan ajar
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi
tentang strategi pembuatan bahan ajar
2. Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan informasi dan masukan dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui pendekatan terhadap
strategi pembuatan bahan ajar
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Kita akan mempertanyakan mengapa dilakukan analisis pembelajaran?
Karena dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi keterampilan-
keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi posisi analisis
pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku
prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung
lebih dulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu
atau secara kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan
acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang
telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang mengharuskan anak didik
belajar menguasainya dan langkah-langkah procedural bawaan yang ada
harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.
Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan
analisis pembelajaran adalah untuk menentukan keterampilan-
keterampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta
memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan
mengajar. Sedangkan Atwi Suparman (1991) mengemukakan bahwa
analisis intruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Dengan
melakukan analisis pembelajaran ini, akan tergambar susunan perilaku
khusus yang paling awal sampai yang paling akhir.
Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan
sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah sistematis
pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: 1) Analisis kebutuhan
pembelajaran, 2) menentukan tujuan pembelajaran, 3) memilih dan
mengembangan bahan ajar, 4) memilih media dan sumber belajar yang
relevan, 5) memilih dan merencanakan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang efektif, 5) memilih dan merencanakan sistem evaluasi
dan tindak-lanjut. Tahapan ini dilakukan terutama untuk menentukan
tujuan pembelajaran.
Analisis pembelajaran dilakukan dengan menganalisis tuntutan dan
4
kebutuhan belajar siswa yang sangat beragam. Keberagaman itu perlu
diakomodasi dalam pembelajaran, sebab tindakan penyeragaman terhadap
siswa yang realitasnya beragam, bukanlah tindakan yang bijak dan
proporsional.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
intruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yang dikembangkan
2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari
perilaku umum tersebut
3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam
urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang
paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan
“mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha
melengkapi daftar perilaku khusus tersebut.
5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau
kertas ukuran 3x5 cm
6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan
menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau
pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu
yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk
perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan
pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku
yang hirarkial
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap
perlu atau dikurangi bila dianggap lebih
8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-
perilaku dalam kotakkotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak
kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut
dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan
hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu
5
dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang
berada dibawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang
terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian
nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.
11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun
dengan memperhatikan:
a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari
setiap perilaku umum
b. Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku
umum
c. Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial,
presedural, pengelompokan atau kombinasi)
7
dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai
hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan
dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran (Manihar & Pandley,
2000). Pendapat lain yang dijelaskan Kadir, sebagaimana dikutip oleh
Yunita et al. (2014), peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun
atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan
konsep.
Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah
di dalam pendidikan sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif.
Pembiasaan dalam penggunaan peta konsep dalam pendidikan juga dapat
menambah keuntungan pada proses pembelajaran (Alberta, 2005).
Sholahudin (2002), memanfaatkan peta konsep sebagai alat untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus menghasilkan
proses belajar bermakna. Keuntungan peta konsep dijadikan alat studi
untuk mengevaluasi pelajaran atau rencana di dalam suatu pelajaran, atau
keseluruhan kurikulum. Peta konsep dalam proses belajar mengajar
memperjelas pemahaman guru dan siswa dalam memfokuskan konsep-
konsep dalam beberapa ide utama (Novak & Gowin, 2006). Peta konsep
dapat membantu peserta didik untuk membuat jelas konsep-konsep kunci
atau proposisi yang harus dipelajari dan mengaitkan hubungan antara
pengetahuan baru dan sebelumnya (Santoso dan Supriadi, 2014).
Strategi peta konsep memperkirakan kedalaman dan keluasan yang
perlu dipelajari. Kaitan konsep satu dengan konsep yang lain merupakan
hal yang penting dalam belajar sehingga apa yang dipelajari akan lebih
bermakna, lebih mudah diingat dan dipahami, dan diolah serta dikeluarkan
kembali bila diperlukan (Trianto, 2009). Keadaan ini akan meningkatkan
hasil belajar melalui proses yang lebih bermakna tentang materi yang
dipelajarinya. Bagi para pendidik, strategi peta konsep bermanfaat:(1)
Membantu mengerjakan apa yang telah diketahui, merencanakan dan
memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan
digunakan. (2) Membantu mengingat kembali dan merevisi konsep belajar,
membuat pola catatan kerja dan belajar yang baik.(3) Membantu
mendiagnosis apa-apa yang diketahui dalam bentuk struktur. (4)
Membantu mengetahui adanya miskonsepsi, contohnya dalam ujian akan
8
tergambar kemampuan mengolah idenya dalam bentuk grafik ataupun
penggunaan visual yang representatif. (5) Membantu memeriksa
pemahaman akan konsep yang dipelajari, peta konsep yang dibuat sudah
benar atau masih salah. (6) Membantu memperbaiki kesalahan konsep
pada pembelajaran selanjutnya.(7) Membantu merencanakan pembelajaran
dan evaluasi keberhasilan (Rusmansyah, 2001).
Peta konsep ada empat macam, yaitu (1) Network tree; (2) Event
chain; (3) Cycle Concept map; (4) Spider concept map (Nur, 2002).
Penyusunan peta konsep dibutuhkan dalam proses belajar agar peserta
didik mengetahui dan meyakini tentang makna dari apa yang sedang
dipelajarinya, dan dapat menyusun dalam waktu yang relatif singkat
diselingi dengan pekerjaan lain sambil memikirkan keterkaitan antar
konsep sehingga membentuk suatu proposisi yang membuat belajar
menjadi lebih bermakna. Ada tujuh langkah yang harus diikuti untuk
membuat peta konsep dengan benar, yaitu: (1) Memilih dan menentukan
suatu bahan bacaan. (2) Bahan bacaan dapat dipilih dari buku atau bahan
bacaan yang lain. (3) Menentukan konsep-konsep yang relevan, (4)
Mengurutkan konsepkonsep dari paling umum sampai paling khusus atau
contoh-contoh. (5) Menyusun konsep-konsep, memetakan berdasarkan
kriteria dari konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep pada
tingkatan abstraksi sejajar satu sama lain, dan konsep lebih khusus di
bawah konsep yang lebih umum. (6) Menghubungkan konsepkonsep
dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi dan garis
penghubung. (7) Setelah peta selesai, perlu diperhatikan kembali letak
konsepkonsepnya dan jika dirasa perlu dapat diperbaiki atau disusun
kembali agar menjadi lebih baik dan berarti.
9
B. Karakteristik Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Pannen adalah bahan-bahan atau materi pelajaran
yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar adalah segala bentuk bahan,
informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahanyang dimaksud bisa
berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.Bahan ajar atau materi
kurikulum (curriculum material) adalah isi ataumuatan kurikulum yang harus
dipahami oleh siswa dalam upaya mencapaitujuan kurikulum.
10
2. Fungsi Bahan Ajar
a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar yaitu:
2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain peserta didik
dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta
didik yang lain, peserta didik dapat belajar kapan saja dan di
mana saja ia kehendaki, peserta didik dapat belajar sesuai
kecepatannya masing-masing, peserta didik dapat belajar
menurut urutan yang dipilihnya sendiri, membantu potensi
peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang
mandiri, sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari atau dikuasai.
Bahan ajar jika dikelompokkan menurut jenisnya ada 4 jenis yakni bahan
cetak (bahanal printed) seperti handout, modul, buku, lembar kerja siswa,
brosur, foto/gambar dan model. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio,
piringan hitam dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengan seperti
12
video compact disk dan film. Bahan ajar interaktif seperti compactdisk
interaktif.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Kadir. 2004. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Sains dan
Romansyah. Khalimi. Pedoman pemilihan dan Penyajian Bahan Ajar Mata Pelajaran
18
PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Semester 4 Kelas A)
Disusun Oleh:
Kelompok 3 Kelas 4A
Shilfa Aurelia Hermawan (11200162000003)
Ine Sa’diah (11200162000013)
Adinda Indah Kurniasih (11200162000029)
Defi Auliya (11200162000034)
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendekatan
dan Metode Pembelajaran” ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita,
Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Luki Yunita, M. Pd.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia yang telah berkenan
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penulis.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi pembaca. Serta diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
1. Sudut pandang manusia menimbulkan berbagai macam pendekatan dan metode
pembelajaran.
2. Adanya permasalahan di sekolah dalam belajar mengajar memberi dampak
banyaknya jenis-jenis pendekatan dan metode-metode dalam pembelajaran.
3. Perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK menjadikan timbulnya permasalahan
baru dalam pembelajaran yang membutuhkan mengembangan dalam dunia
pembelajaran.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan pembelajaran ?
3. Bagaimana cara menerapkan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran sains ?
4. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
5. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran ?
6. Bagaimana cara menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran dalam
pandangan islam ?
D. Pembatasan Makalah
Berdasarkan identifikasi makalah di atas, makalah ini membatasi pembahasan
makalah pada materi pendekatan dan metode pembelajaran.
2
3. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran sains.
4. Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran.
6. Untuk mengetahui pendekatan dan metode pembelajaran dalam pandangan islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas definisi pendekatan lebih jauh. Terkait dengan pemaknaan apa
itu pendekatan, maka menurut Nurjannah secara garis besar akan terbagi pada dibagi
dua pemahaman makna. Pertama, pendekatan dimaknakan berarti memandang
fenomena (budaya dan social). Pemaknaan tekait hal ini, bahwa pendekatan menjadi
paradigma, sedangkan bila cara memandang atau menghampiri, pendekatan menjadi
perspektif atau sudut pandang. Kedua, pendekatan berarti disiplin ilmu. Maka, terkait
perihal ini, dapat disebut studi Islam dengan pendekatan sosiologis sama artinya dengan
mengkaji Islam dengan menggunakan disiplin ilmu sosiologi. Konsekuensinya,
pendekatan di sini menggunakan teori atau teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan
sebagai pendekatan.
Menurut T. Raka Joni dalam Sri Anita W. pendekatan (approach) ialah petunjuk
atau cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga
berdampak. Menurutnya, pendekatan diibaratkan seorang yang memakai kacamata
dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau
akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan seterusnya.
(Reksiana,2018 : 128-129)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen mencatat bahwa terdapat
dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-
centered). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan discoveri serta pembelajaran induktif. (Abdullah, 2017.)
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang Berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang Memandang anak didik sebagai makhluk yang
4
sama dan tidak ada Perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
Pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru Memandang anak
didik sebagai individu dengan segala perbedaan, Sehingga mudah melakukan pendekan
dalam pembelajaran. Ada Beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini
dengan Harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai Masalah dalam
kegiatan pembelajaran.
1. Pendekatan Individual
2. Pendekatan Kelompok
5
yang berkecendrungan untuk hidup bersama.Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh Kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak
didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa emosi yang ada dalam diri Mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan Sosial di kelas sosial di kelas.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam Kelompok, akan menyedari
bahwa dirinya ada kekurangan dan Kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu Mereka yang mempunyai kekurangan. Ketika guru ingin
menggunakan pendekatan kelompok, maka Guru harus sudah mempertimbangkan
bahwa hal itu tidak Bertentangan dengan tujuan., fasilitas belajar pendukung, metode
Yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan Kepada anak didik
memang cocok didekati dengan pendekatan Kelompok. Karena itu, pendekatan
kelompok tidak bias dilakukan Secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan
hal-hal lain Yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
3. Pendekatan Bervariasi
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dengan tujuan Untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, Gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya.
6
Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana Bila menggunakan kekuasaan,
karena hal itu bias merugikan Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan Yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.
Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan,
dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar Menghargai norma hukum, norma
susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama. Berbagai kasus yang terjadi,
Selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individual, ada Juga yang dapat
didekati dengan pendekatan kelompok. Dan ada pula Yang dapat didekati dengan
pendekatan bervariasi. Namun yang Penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan
individual, Pendekatan kelompok dan pendekatan bervariasi harus Berdampingan
dengan pendekatan edukatif, dengan tujuan untuk Mendidik. Tindakan guru karena
dendam, marah, kesal, benci, dan Sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik,
karena apa yang Guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
5. Pendektan Pengalaman
Meskipun pengalama diperlukan dan selalu dicari selama Hidup, namun tidak
semua pengalama tidak bersifat mendidik, karena Ada pengalam yang tidak bersifat
mendidik. Betapa tingginya suatu pengalaman, maka disadari akan Pentingnya
pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak, sehingga Dijadikan pengalaman itu
sebagai suatu pendekatan. Maka jadilah “pendekatan pengalaman” sebagai fase yang
baku dan diakui Pemakaiannya dalam pendidikan.
6. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih Kecil, pembiasaan
ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan Itulah akhirnya suatu aktivitas akan
menjadi milik anak di kemudian Hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu
sosok manusia Yang berkepribadian yang baik pula. Begitu pun sebaliknya,
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan
waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk
mengubahnya. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan
Kebiasaan dijadikan sebagai pendekatan pembiasaan. Karena Dengan pendidikan
pembiasaan itulah diharapkan siswa senantiasa Dibiasakan mengamalkan ajaran
agamanya.
7. Pendekatan Emosional
7
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri Seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti
dapat merasakan Sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Emosi
atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan Memberi tanggapan (respons) bila
ada rangsangan (stimulus) dari Luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun
non verbal, Mempengaruhi kadar emosi seseorang. Emosi mempunyai peranan yang
penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan
emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu
pendekatan dalam pendidikan dan pembelajaran.
8. Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang disiptakan oleh sang Maha Pencipta yaitu Allah
Swt. Manusia adalah makhluk yang sempurna Diciptakan. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya yang diciptakan Oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada akal.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan Mana perbuatan yang baik dan
mana perbuatan yang buruk, mana Kebenaran dan mana kedustaan dari sesuatu ajaran
atau perbuatan. Dengan akal pula dapat membuktikan dan membenarkan adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta atas segala sesuatu di Dunia ini. Usaha yang
terpenting bagi guru adalah Bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam
Memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk Mencoba memahami
hikmah dan fungsi ajaran agama.Karena keampuhan kal (rasio) itulah akhirnya
dijadikan Pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di Sekolah.
9. Pendekata Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah Bukanlah hanya sekedar
mengisi otak, tetapi diharapkan berguna Bagi kehidupan anak, baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk Sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan
sehari-Hari sesuai dengan tingkat peanak. Anak dapat menrasakan manfaat dari ilmu
yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah
fungsional di dalam diri anak di sekolah.
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua
macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran
8
itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran mum dan mata pelajaran
agama. Pendekatan agama dapat membantu guru untuk Memperkecil kerdilnya jiwa
agama di dalam diri siswa, yang pada Akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan
dan dilecehkan, tetapi Diyakini, dipahami, dihayati, dan diamalkan selama hayat siswa
di Kandung badan. (Basir Muhammad, 2017 : 70-86)
Tahap ke-3 siswa telah berbekal konsep-konsep yang dimilikinya pada tahap
sebelumnya. Dengan konsep-konsep yang telah mereka miliki siswa dapat
mengaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap aplikasi konsep dapat dilakukan dengan kegiatan percobaan.
9
Tahap ke-4 disebut tahap pemantapan konsep. Pada tahap ini guru perlu
meluruskan apabila dalam proses diskusi penyelesaian masalah siswa mengalami
miskonsepsi. Apabila dalam proses analisis isu-isu tidak tampak adanya miskonsepsi
pada siswa, guru tetap harus melakukan pemantapan kosnep.
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini berasal dari dua
kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Dalam bahasa Arab metode disebut “ Thariqat ”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud,
sehingga dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
(Retnoningsih, 2009, hal. 574)
Dalam pasal 1 Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional disebutkan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, 2005)
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala
mengandung arti bahwa kegiatan guru secara terprogram dalam desaian instruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Menurut Hamzah B. Uno “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Jadi metode pembelajaran adalah jalan
yang ditempuh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-
tahapan tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara pendidik memberikan pelajaran dan cara
peserta didik menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Jadi peranan metode pembelajaran ialah
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam menggunakan suatu metode, kita seharusnya memiliki beberapa
landasan pemikiran mengapa kita memakai metode tersebut. Prinsip pemakaian metode
10
yang digunakan berfungsi untuk memberi penguatan terhadap apa yang kita kerjakan,
sehingga kita mempunyai alasan yang kuat dalam menggunakan metode tertentu.
Metode yang dipilih pendidik seharusnya merupakan metode yang tepat, metode
yangtidak bertentangan dengan tujuan pembelajaran atau standart kompetensi dan
kompetensi dasar yang teah ditetapkan dalam RPP.
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk
memberi jalan atau sebaik mungkin bagi pelaksanaan dankesuksesan operasional
pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk
menemukan, menguji data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dan sebaik mungkin.
Dari penjelasan diatas tadi dapat dilihat bahwa pada intinya metode bertujuan
untuk mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan
cepat dan tepat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Karenanya terdapat sebuah
prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran
dapat dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh
dorongan dan motivasi sehingga ateri pembelajaran itu menjadi lebih mudah diterima
oleh para peserta didik.
Banyaknya metode yang ditawarkan pada ahli sebagaimana dijumpai dalam
buku-buku pendidikan lebih merupakan usaha untuk mempermudah atau mencari jalan
yang paling sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah
pembelajaran.
Penggunaan satu atau beberapa metode mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut yang harus diperhatikan:
a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat
atau gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
c. Metode mengajar yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi
siswa dan menjadikan nya hasi karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
11
f. Metode mengajar yang dipakai harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan
bertujuan.
g. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam
kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
(Prasetyo, 1997, hal. 52-53)
Dengan demikian jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa ada
materi yang berkenaan dengan dimensi aktif dan psikomotorik, dan ada materi yang
berkenaan dengan dimensi kognitif, dan semua hal ini memerlukan metode-metode
yang berbeda untuk mencapai kesemuanya dalam tujuan pembelajaran. Dan dengan
metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar peserta didik sehubungan dengan
mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan
peserta didik. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing,
sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan dengan baik jika peserta didik lebih aktif di bandingkan
dengan pendidiknya. Misalnya menggunakan metode pembelajaran yang membuat
peserta didik belajar dengan berfikir, bergerak dan lain sebagainya.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Berikut beberapa metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih
banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa
ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran.
12
Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk :
13
Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:
a. Kelas lebih aktif karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan saja.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga guru
mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para peserta didik.
c. Pendidik dapat mengetahui sampai di mana penangkapan peserta didik
terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masingmasing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal
yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan
emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang
semestinya.
14
Menurut Mulyani Sumantri Metode diskusi bertujuan untuk:
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan
trobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan
masalah.
15
5. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran pendidik memberikan
tugas tertentu, agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di
pertanggung jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh pendidik dapat memperdalam
bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas
merangsang peserta didik untuk aktif pembelajaran secara individual maupun
kelompok.
Kelebihan metode resitasi:
a. Pengetahuan yang di peroleh peserta didik dari hasil pembelajaran, percobaan
atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan minat dan bakat yang
berguna, untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.
b. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
c. Dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang
dipelajari.
a. Peserta didik sering kali melakukan penipuan diri, karena hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa pembelajaran.
b. Adakalanya tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
c. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung
jawab bagi pendidik, apalagi bila tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan
mental peserta didik dapat terpengaruh.
(Danim, 1994, hal. 36)
16
7. Metode Uswatun Hasanah
Metode ini termasuk metode yang tertua dan tergolong paling sulit dan mahal.
Dengan metode ini, pendidikan agama disampaikan melalui contoh teladan yang baik
dari pendidiknya, sebagaimana telah dilakukan para Nabi terdahulu. Dalam dunia
pendidikan modern, istilah metode uswatun hasanah sering disebut dengan metode
imitasi atau tiruan. Dilihat dari segi bentuknya maka metode ini merupakan bentuk non
verbal dari metode pendidikan.
8. Metode Menghafal
Metode menghafal berarti mempelajari sesuatu agar masuk dalam ingatan dan
dapat mengucapkan diluar kepala. Menghafal memiliki tujuan agar selalu ingat dengan
sesuatu yang telah dihafalnya. Menghafal teks atau naskah ada kalanya harus sesuai
dengan naskah aslinya tanpa adanya pengurangan titik koma dan sebagainya. Hafalan
yang baik akan membantu seseorang mempertahankan argumentasinya menuju suatu
kebenaran.
17
penting bertanya dan mendapatkan nilai, adanya kelompok yang bekerja kurang
profesional dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Salah satu contoh yang diberikan Rasulullah dalam metode percakapan dapat
dilihat dalam haditsnya, yaitu:
18
ً َي ْغت َ ِس ُل فِي ِه كُ َّل َي ْو ٍم َخ ْم، ب أ َ َح ِدكُ ْم
َ قَالُوا الَ يُ ْبقِى م ِْن دَ َرنِ ِه. » َما تَقُو ُل ذَ ِلكَ يُ ْبقِى م ِْن دَ َرنِ ِه، سا
ش ْيئًا ِ أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن نَ َه ًرا ِب َبا
Artinya: Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya
sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah
menghapus dosa-dosa.
Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan.
Misalnya kata; ”bagaimana pendapat kalian?” adalah pertanyaan yang diajukan untuk
meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa? Menurut at-
Thîby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni, menjelaskan lafaz ”“ لوdalam hadis tersebut
memberi makna perumpamaan (Abu Zakaria, 1981 : 463).
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam
pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi
pelaku dan pendengarnya. Metode dialog dapat dijadikan instrument untuk ‘mendiagnosa’
perkembangan belajar peserta didik (Abdurrahman, 1996 : 205).
19
3. Metode Amtsal Qurani dan Nabawi
Perumpamaan (amtsal) dalam Al-Quran diungkap oleh Allah dengan menggunakan
lafaz atau term kaanna, matsala, dan menggunakan huruf kaf serta semua lafaz yang
menunjukkan makna perserupaan. Cara seperti itupun dapat juga digunakan oleh guru
dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah yaitu dengan
berceramah atau membaca teks. Metode ini baik digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik karena banyak kelebihan yang dapat ditarik dari penggunaan
perumpamaan tersebut (Ahmad dan Rofi’i, 2000 :36).
Metode amtsal dapat memberikan pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik,
serta dapat memberi kesan dan bekas yang mendalam terhadap perumpamaan yang
diberikan, membawa pemahaman rasional yang mudah dipahami, dan menumbuhkan daya
motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik (Ahmad, 2007 : 193).
Berikut contoh penggunaan metode amtsal yang terdapat dalam Al-Qur’an :
4. Metode Keteladanan
Bila kita kembali kepada sejarah bahwa Rasulullah SAW dalam hidupnya selalu
memberi contoh yang baik kepada para sahabat-sahabatnya melalui keteladanan, baik
ucapan atau perbuatan beliau, sehingga saking terpujinya akhlak beliau, beliau mendapat
julukan al-Amin, dan itu diakui baik kawan maupun lawan beliau. Keteladanan yang
dicontohkan Rasulullah merupakan cikal bakal lahirnya pendekatan/metode keteladanan
20
dalam pendidikan Islam yang sampai saat ini masih aktual. metode ini bisa masuk wilayah
pendidikan formal, informal (keluarga) maupun non-formal (Heri, 2014 : 92).
Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam prilaku dan sikap pendidik
dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian
berbagai contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang
yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja
keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga
kebersihan dan sebagainya (Heri, 2014 : 92).
5. Metode Pembiasaan
Menurut Sapendi metode pembiasaan sendiri merupakan suatu kegiatan untuk
melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara bersungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi
terbiasa. Dengan kata lain metode pembiasaan merupakan cara mendidik anak dengan
penanaman proses kebiasaan (Sapendi, 2015 : 27).
21
mau’izah adalah cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang berisi nasehat
dan pengingatan tentang baik buruknya sesuatu (Abdurrahman, 1992 : 285-286).
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan memiliki beberapa jenis yaitu 1)
pendekatan individual 2) pendekatan kelompok 3) pendekatan bervariasi 4) pendekatan
edukatif 5) pendekatan pengalaman 6) pendekatan pembiasaan 7) pendekatan emosional
8) pendekatan rasional dan 9) pendekatan fungsional. Dimana masing-masing pendekatan
memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda.
Metode pembelajaran adalah cara pendidik memberikan pelajaran dan cara peserta
didik menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Metode pembelajaran memiliki jenis yang cukup
banyak yakni 9 jenis, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, CTL,
metode resitasi, metode permainan dan simulasi, metode uswatun hasanah, metode
menghafal dan metode team quizz.
B. Saran
Makalah ini tentunya masih terdapat kelemahan ataupun kekurangan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak manapun demi kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga materi yang tercantum di makalah ini dapat menambah wawasan
23
pengetahuan kita tentang pendekatan dan model pembelajaran dan dapat bermanfaat bagi
kita semua.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadali dan Rofi’i. (2000). Ulumul Qur’an II. Bandung: Pustaka Setia.
Anna Poedjiadi. 2010. Sains Teknologi Masyarakat Metode Pembelajaran Bermuatan Nilai.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ardian Rahman, Yudi. (2021). Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Islam. PESAT :
Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama ISSN: 2442-8418; Vol. 7 No. 2
25
MAKALAH KELOMPOK
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran Kimia)
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mendapat syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.
Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam
menyusun makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................. 1
D. Rumusan Masalah............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5
A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................. 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman
Model-model Pembelajaran, penulis membatasi pembahasan makalah ini
hanya pada konsep Teori Belajar, Model-model Pembelajaran, dan Model-
model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif Islam.
D. Rumusan Masalah
2
5. Apa saja Model-model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif
Islam?
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa memahami Konsep teori Belajar.
2. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Cooperative
Learning.
3. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Quantum Learning.
4. Agar mahasiswa memahami Model Pembelajaran Colaborative
Learning.
5. Agar mahasiswa memahami Model-model Pembelajaran yang
diterapkan dalam Perspektif Islam.
3
Makalah ini dapat menjadi evaluasi dan ilmu pengetahuan mengenai
konsep teori belajar, model-model pembelajaran dan model-model
pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Islam. Serta memberi
sumbangan pemikiran serta memperluas bagi khalayak masyarakat.
Makalah ini terdiri dari 3 bab dan disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
1. BAB I, pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan
makalah, serta sistematika penulisan makalah.
2. BAB II, pembahasan yang terdiri dari pembahasan materi yaitu
Bagaimana Konsep Teori Belajar, Bagaimana Model Pembelajaran
Cooperative Learning, Bagaimana Model Pembelajaran Quantum
Learning, Bagaimana Model Pembelajaran Colaborative Learning, dan
Apa saja Model-model Pembelajaran yang diterapkan dalam Perspektif
Islam.
3. BAB III, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi dua arah antara
guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran kondusif. Tidak lagi
teacher center melainkan student center sehingga proses belajar mengajar akan
terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paradigma selama ini
pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan guru (teacher center)
sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa (student center) sehingga
guru akan mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan
siswanya hanya pasif. Peran guru sebagai seorang fasilitator belum terlihat
dalam proses pembelajaran. Selayaknya guru harus mampu menguasai empat
kompetensi dasar yang diharapkan akan terjalin komunikasi dua arah sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai (Afandi, 2013:3-4)
Ada 4 teori belajar yaitu: Teori Behaviorisme, Teori Kognitivisme, Teori
Humanistik, Teori Kontruktivisme.
1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah
laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi
apabila tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka
tingkah laku siswa tidak berubah maka belum dikatakan belajar (Asri
Budiningsih, 2008:16).
2. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008:26).
6
3. Teori Humanistik
Teori humnaistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan manusia,
maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu
teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
psikologi belajar (Asri Budiningsih, 2008:53).
4. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivistik merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa
yang sedang belajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu
yang didapatkan tidak dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa, isi materi
pelajaran ditentukan oleh mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih, 2008:44).
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Secara bahasa model pembelajaran terdiri dari dua suku kata, yaitu model
dan pembelajaran. Model diartikan sebagai pola atau contoh dari sesuatu yang
akan dibuat. Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara, menjadikan
orang belajar atau terjadinya saling mempengaruhi antara kompenen tujuan,
guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan dan sarana pembelajaran
dalam suatu sistem lingkungan (Sultan, 2000:398).
Adapun secara terminologi model pembalajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistimatis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran yang tertata secara sistimatis (Hasibuan, dkk, 1986:10).
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran sebagai bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran (Rahman, 2018:22).
7
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Sebuah model pembelajaran dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran jika memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
c. Tingkah laku mengajar yang dibutuhkan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang dibutuhkan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka suatu model pembelajaran
didalamnya mencakup tujuh komponen yaitu:
a. Deskripsi lingkungan belajar.
b. Pendekatan, strategi, metode dan tehnik.
c. Manfaat belajar.
d. Materi pemebelajaran (kurikulum).
e. Media.
f. Desain pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode dan
tehnik pembelajaran yang dapat divisuali-sasikan. Selain ciri-ciri khusus
pada model pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi kreteria
sebagai berikut:
a. Valid, aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu:
Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik
yang kuat.
Apakah terdapat konsistensi internal.
8
b. Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika:
Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan
dapat diharapkan.
Kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut
dapat diterapkan.
c. Efektif, berkaitannya dengan aspek efektifitas parameternya adalah:
Efektif adalah yang dikerjakan tepat waktu dan tepat hasil.
Efektifitas adalaha model yang memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
(Jawane, 2006: 13)
9
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok serta saling
membantu satu sama lain (Trianto, 2009:57). Menurut Johnson, model
pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran
yang mendukung pembelajaran konstektual. Dan system pengajaran
cooperative learning dapat didefinisikan sebagai system kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur dan cooperative learning adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja yang teratur kelompok, yang terdiri dua orang atau lebih (Amri dan
Ahmadi, 2010:90).
10
3) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam
kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas
kelompok.
4) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung, saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat
dengan peserta didik lain dalam kelompok.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif
dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap Muka Dalam pelajaran cooperative learning
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
mengisi kekurangan.
d. Komunikasi antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka, serta keterampilan berkomunikasi
dalam kelompok juga merupakan proses panjang.
e. Evaluasi ke Proses Kelompok
Seorang pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
dan hasil kerja yang sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama
lebih efektif (Amri dan Ahmadi, 2010:90-92).
11
3. Keuntungan Cooperative Learning
Keuntungan Cooperative Learning tipe Jigsaw Ada beberapa
keuntungan cooperative learning dalam proses pembelajaran, menurut
Yamin dan Ansari (2008:78-80), yaitu:
a. Cooperative learning mengajarkan siswa untuk percaya pada guru dan
lebih lagi percaya pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari
informasi dan sumber lain, dan dapat belajar dari siswa lain.
b. Cooperative learning mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya
secara verbal dan membandingkan ide dengan temannya. Ini secara
khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.
c. Cooperative learning membantu siswa belajar menghormati siswa yang
pintar dan siswa yang lemah dalam menerima perbedaan ini.
d. Cooperative learning merupakan strategi efektif bagi siswa untuk
mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi,
percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa
dengan lainnya, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan
sikap positif terhadap sekolah.
12
monoton diantaranya melalui penggunaan musik pengiring. Interaksi ini
berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut DePorter
dan Hernacki (2015: 12) dengan belajar menggunakan Quantum Learning
akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1) bersikap positif, 2) termotivasi,
3) keterampilan belajar seumur hidup, 4) kepercayaan diri, 5) sukses atau
hasil belajar yang meningkat.
13
3. Keuntungan Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Keuntungan Model Pembelajaran Quantum Learning
Menurut Shoimin (2014: 145) model quantum learning memiliki
keuntungan sebagai berikut:
1) Karena quantum learning lebih melibatkan siswa, saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti.
2) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan, antara
teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
5) Karena model pembelajaran quantum learning membutuhkan
kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan
siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk
berfikir kreatif setiap harinya.
6) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti
oleh siswa.
14
E. Model Pembelajaran Collaborative Learning
1. Pengertian Collaborative Learning
Briton dalam Hisan (2008:5) menyatakan bahwa Collaborative
learning adalah pembelajaran dimana para pesertanya saling berbicara
untuk bertukar pikiran, melalui pembicaraan tersebut terjadi diskusi dimana
para peserta dalam kelompok saling beresksplorasi, mendapat penjelasan,
berbagi interpretasi, mendapat wawasan dan opini-opini yang berbeda
keterangan, dan jika terdapat sesuatu yang tidak jelas dapat langsung
ditanyakan. Pengaplikasian metode Collaborative Learning dilakukan
melalui pembentukan kelompok-kelompok.
15
b. Pembelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak lepas dari
kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan
mampu mengelolahnya (Anitah, dkk., 2008:6.4–6.5).
16
b. Semua peserta didik dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan
menulis.
c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,
mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan
jawaban-jawaban tugas atau masalah yang ditemukan sendiri.
d. Setelah kelompok kolaborative menyepakati hasil pemecahan masalah,
masing-masing peserta didik menulis laporan sendiri-sendiri secara
lengkap.
e. Dosen menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, peserta
didik pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan
hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.
f. Setiap peserta didik dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi,
inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan
dikumpulkan.
g. Laporan masing-masing peseta didik terhadap tugas-tugas yang telah
dikumpulkan, disusun per kelompok kolaboratif.
h. Laporan peserta didik dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan
pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
17
Kelemahan Model Collaborative Learning yaitu,
a. Memerlukan pengawasan yang baik dari guru,
b. Ada kecenderungan untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain,
c. Memakan waktu yang cukup lama,
d. Sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama.
(Dayana, 2015).
18
kerja guru. Namun lebih bagaimana memberdayakan segala minat,
bakat, dan potensi yang ada pada diri siswa. metode dengan berbasis
peserta didik (student centred) menjadikan guru lebih bersifat sebagai
motivator agar semangat peserta didik senantiasa tumbuh dan
berkembang dengan segala minat, bakat, dan potensi yang ada pada
dirinya.
(Zaenal, 2010: 147).
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu landasan atau prinsip umum yang saling
berhubungan yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar
menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan
mengapa terjadi perubahan tingkah laku melalui belajar. Teori belajar dapat
dimanfaatkan oleh guru seperti untuk memilih strategi pembelajaran yang
sesuai. Strategi pembelajaran di dalamnya juga mempelajari tentang model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola, bentuk, atau perencanaan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Setiap model pembelajaran dapat
mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran sedemikian rupa untuk
membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model
pembelajaran banyak macamnya, tetapi yang menjadi fokus dari makalah ini
terdapat empat macam model pembelajaran, di antaranya: model pembelaran
cooperative learning, model pembelajaran quantum learning, model
pembelajaran collaborative learning, dan model-model pembelajaran yang
diterapkan dalam perspektif islam.
Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang
memunculkan sinergi melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang
jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual siswa.
Model pembelajaran quantum learning adalah model pembelajaran yang
mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai menyenangkan, dan
menggairahkan. Model pembelajaran collaborative adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep teori melalui
pengalaman belajar observasi praktek secara empiris. Model-model
pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif islam terdapat dalam surat Ali-
Imran ayat 159 dan An-Nahl 125.
20
Setiap model-model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri. Kelebihan model-model pembelajaran tersebut harus dimaksimalkan
dengan baik dan dapat meminimalisir kekurangannya. Guru bebas memilih
salah satu dari ketiga model pembelajaran tersebut sesuai dengan kompetensi
dirinya sendiri dan kemampuan dari siswanya.
B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat membantu para membaca untuk lebih
memahami tentang model-model pembelajaran. Adanya makalah ini kita
mampu memahami konsep dari teori belajar dan model pembelajaran. Hal ini
disebabkan, berbagai macam model pembelajaran yang sudah dipaparkan
sangat membantu dalam Proses Belajar Mengajar (PMB) di sekolah dan
berlangsungnya pendidikan di Indonesia. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresive, Konsep
Landasan dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin Martinis, Bansu. 2008. Teknik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Persada Press.
23
MAKALAH KELOMPOK 5
(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.
Disusun Oleh:
Nadina Nur Aulia’ul Khoir 11200162000006
Puspa Najwatun Niswah 11200162000024
Alda Mujiyanti 11200162000030
Arssyah Widiastuti 11200162000032
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Memotivasi Siswa Belajar” ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program
Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.
Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah........................................................................................2
C. Pembatasan Masalah.......................................................................................3
D. Rumusan Masalah...........................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai (Sardiman A. M, 2007: 75).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang dapat dibedakan menjadi
dua faktor. Menurut Syamsu Yusuf (2009: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: (1) Faktor
Fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera), (2)
Faktor Psikologis, yaitu berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan)
yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi: (1) Faktor Non-Sosial meliputi keadaan
udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau
kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar, (2) Faktor Sosial,
merupakan faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua).
Sehubungan dengan faktor-faktor tersebut, guru sangat berperan dalam meningkatkan
motivasi belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Agar siswa
termotivasi dan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran maka, sangat diperlukan
keterampilan-keterampilan guru dalam mengajar sesuai dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi. Keterampilan-keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru antara lain
keterampilan bertanya dasar, keterampilan bertanya lanjut, keterampilan memberi
penguatan (reinforcemen), keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan
memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 99-163). Penggunaan alat bantu pembelajaran dan
pengetahuan cara mengajar yang menarik termasuk dalam keterampilan mengadakan variasi
agar dapat menimbulkan sikap positif dan meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa.
1
Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan di atas, sikap siswa
termasuk faktor internal motivasi belajar yaitu psikologis. Sikap siswa ini merupakan hasil
yang ditunjukkan siswa terhadap cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu
pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2002: 1) alat bantu pembelajaran dapat dikatakan
sebagai media pembelajaran yang menyalurkan pesan. Menurut Arief S. Sadiman (2011: 7),
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsangkan pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah cara mengajar guru.
Dalam hal ini adalah cara mengajar guru IPS. Menurut Slameto (2010: 29), mengajar adalah
penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik
kita atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat kepada generasi berikut sebagai
generasi penerus.
Cara mengajar guru yang baik dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik,
karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung pada salah satu cara
mengajar guru. Para guru sepertinya kurang memperhatikan karakteristik masing-masing
siswa dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas, karena adanya fakta di
lapangan bahwa dalam pembelajaran para guru cenderung melaksanakan cara mengajar
tradisional (konvensional). Pada cara mengajar konvensional, guru dianggap sebagai gudang
ilmu dan guru mendominasi kelas. Sedangkan murid harus mendengarkan dan bertindak
pasif. Dalam pembelajaran metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Ciri-ciri cara mengajar modern antara
lain pembelajaran berpusat pada siswa aktif dalam pembelajaran, guru hanya mengantarkan,
bervariasi dalam mennggunakan cara mengajar serta tidak hanya menggunakan metode
ceramah. Oleh karena itu guru harus mampu mengajar dengan cara yang modern agar siswa
memiliki motivasi belajar yang baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
1. Pemahaman mahasiswa terhadap Pengertian Motivasi Belajar.
2. Pemahaman mahasiswa terhadap Jenis-jenis Motivasi Belajar.
3. Pemahaman mahasiswa terhadap Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
2
Siswa.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
5. Pemahaman mahasiswa terhadap Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam
C. Pembatasan Masalah
Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman Strategi
Memotivasi Siswa Belajar, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya pada
pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.
D. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas, penulismerumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Motivasi Belajar?
2. Apa saja Jenis-jenis Motivasi Belajar?
3. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar?
4. Bagaimana Cara Meningkatkan Motivasi Belajar?
5. Bagaimana Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam?
3
motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menjadi wawasan luas sebagai referensi dan ilmu pengetahuan
mengenai pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi
belajar dalam perspektif islam.
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini dapat menjadi evaluasi dan ilmu pengetahuan mengenai pengertian
motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, cara meningkatkan motivasi belajar, dan motivasi belajar dalam perspektif
islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bmotivasi belajar pada siswa, diantaranya:
a) Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti berjalan,
makan, bernyanyi dan lainnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita
dalam kehidupan. Ti,bulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,
8
kemauan, Bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh
perkembangan kepribadian. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:97)
b) Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu seimbang dengan kemampuan atau kecakapanya.
Seperti halnya dengan keinginan membaca, perlu dibarengi dengan kemampuan
mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Misalnya, terdapat seorang anak
sukar untuk mengucapkan huruf “r” dapat di atasi dengan driil atau dengan melatih
ucapan “r” dengan benar dan berulang-ulang yang dapat menyebabkan terbentuknya
kemampuan mengucapkan huruf “r” maupun kemampuan membaca huruf-huruf
yang lain. Secara perlahan-lahan akan mengakibatkan kegemaran membaca bagi
anak yang dulunya sukar mengucapkan huruf “r”. Dari keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marahmarah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira
akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak
yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran.
Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia
memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi
jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. (Dimyati:98-99)
d) Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat
maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Seperti, bencana alam,
perkelahian antarsiswa, tempat tinggal yang kumuh, ancaman dari rekan yang nakal,
akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, sekolah itu indah, pergaulan
antar siswanya rukun, akan memperkuat motivasi. Oleh karena itu kondisi
lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban dalam pergaulan perlu
dipertinggi mutunya. Karena dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, indah,
maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
9
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan
pergaulan yang mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat
kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan
televisi tentang pembangunan dalam bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya,
maka seseorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja dalam bidang
perikanan. Pembelajar yang masih berkembang jiwa dan raganya, lingkungan yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus
bagi pembelajaran. Guru yang profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat
kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah
untuk memotivasi belajar siswa.(Dimyati:99)
f) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah.
Upaya pembelajaran disekolah meliputi; menyelenggarakan tertib di sekolah,
membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina belajar tertib pergaulan,
dan membina belajar tertib lingkungan sekolah. Di samping penyelenggaraan tertib
yang umum tersebut, maka secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya.
Upaya pembelajaran tersebutl meliputi; pemahaman tentang diri siswa dalam rangka
kewajiban tertib belajar, pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman
secara tepat guna, dan mendidik cinta belajar.(Dimyati:100)
10
sekolah.
c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang
tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan
menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin.
e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
g. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa.
h. Menggunakan sesuatu yang bersifat intensif seperti pujian, hadiah yang
wajar(Tadjab, 1994: 103)
Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya:
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan/kompetisi
d. Memberi ulangan
e. Mengetahui hasil
f. Pujian
g. Hukuman
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang diakui (Sardiman: 92-95)
Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa
dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses
belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar
yang bermakna bagi kehidupan siswa.
ّٰللا ََل يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ْو ٍم َحتهى ُ َلَهٗ ُم َع ِّقبٰتٌ ِّم ْۢ ْن َبي ِّْن َيدَ ْي ِّه َو ِّم ْن خ َْل ِّف ٖه َيحْ ف
ِّ ظ ْونَهٗ ِّم ْن ا َ ْم ِّر ه
َ ّٰللا ۗا َِّّن ه
س ْۤ ْو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َۚو َما لَ ُه ْم ِّم ْن د ُْو ِّن ٖه ِّم ْن َّوا ٍل يُغ َِّي ُر ْوا َما ِّبا َ ْنفُ ِّس ِّه ۗ ْم َواِّذَآ ا َ َرادَ ه
ُ ّٰللاُ ِّبقَ ْو ٍم
11
I. Arti dan Definisi QS. Al-Ra’d ayat 11
Arti “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi
mereka selain Dia (Allah Swt)”
Definisi pada ayat diatas memiliki makna bahwa setiap aktifitas ataupun diamnya
manusia, Allah memerintahkan malaikat untuk menjaganya secara bergiliran. Allah
pun tidak merubah keadaan atau suatu kaum sehingga kaum tersebut merubah dengan
sendirinya.
Selanjutnya, takdir Allah berupa keburukan karena iradah Nya terhadap suatu
kaum sebagaimana kaum nabi Luth yang satu daerah dihukumi hujan meteor atau
hujan api karena perbuatannya yang sudah menyimpang dan membudaya baik berupa
‘azab maupun duka, maka sekali-kali sebagai peringatan bagi setiap manusia dan ada
hikmah didalamnya bahwasanya tidak ada yang mampu menolaknya dan bahkan tidak
ada yang mampu menolongnya (selain Allah Swt).
ُ َُم َع ِّقبٰتٌ ِّم ْۢ ْن َبي ِّْن َيدَ ْي ِّه َو ِّم ْن خ َْل ِّف ٖه َيحْ ف
ٗظ ْونَه
Mengambil intisari dari nilai pendidikan tertuang pada penggalan ayat
pertama adalah perhatian pendidik terhadap peserta didiknya dengan cara
membimbing, mengajar atau transfer of knowledge, serta memberi
pengawasan yang lebih terhadap tingkah laku atau akhlak peserta didik.
Penggalan ayat tersebut menjelaskan tentang penjagaan malaikat terhadap
manusia. Adapun penjagaannya dapat diambil nilainya dalam pendidikan
sendiri adalah tertuang pada kalimat yang diungkapkan oleh Syaikh Wahbah
Zuhaili. Yaitu faedah dijadikannya malaikat yang bertugas menjaga kita
adalah: bahwa malaikat itu mengajak kita kepada kebaikan dan ketaatan, serta
agar manusia itu takut berbuat maksiat. kaitannya dengan nilai Pendidikan
adalah seyogyanya pendidik selalu mengajak pada kebaikan terhadap peserta
didiknya. Misalnya, guru Agama yang selalu memantau peserta didiknya
ketika istirahat di waktu zuhr. Ketika pendidik mendapati peserta didik yang
masih duduk-duduk santai dan bersenda gurau dengan teman yang lain, maka
13
pendidik wajiblah untuk mengarahkan dengan berbagai cara agar pergi ke
masjid sekolah guna menunaikan program shalat berjama’ah. Begitupun
dengan yang lainnya seperti melaksanakan bimbingan secara intensif bagi
peserta didik yang kurang mampu untuk membaca al-Qur’an.
ّٰللا ََل يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ْو ٍم َحتهى يُغ َِّي ُر ْوا َما ِّبا َ ْنفُ ِّس ِّه ۗ ْم
َ ا َِّّن ه
Berkaitan dengan kebutuhan sarana prasarana dan materi belajar atau
standar isi. Menurut Imam musonnifain dari kitab tafsir al-Jalalin
menegaskan bahwa Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah
diberikan kepada hambanya. Apabila kenikmatan itu berubah menjadi sial,
musibah atau kerugian, maka pada hakikatnya semuanya tersebut akibat ulah
dari perbuatan manusia itu sendiri. Nilai pendidikan yang tertuang pada
penggalan kedua tersebut memberi penegasan bahwa orang tua sudah
memperlakukan semua anaknya dengan memberikan fasilitas belajar dan
mendaftarkan sekolah dengan sebaik-baik sekolah menurutnya dengan
harapan ia bisa berlajar dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan sekolah
yang sudah memberikan berbagai macam fasilitas sedemikian rupa dan
berlaku untuk semua peserta didiknya Namun dalam prosesnya, memiliki
perbedaan dalam gaya belajarnya. Ada yang malas dan tekun untuk belajar,
serta ada yang semakin semangat sebab ia diberi fasilitas yang memadai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah, Sedangkan motivasi ini adalah
model motivasi yang timbul sebab pengaruh luar. Contohnya; adanya
penghargaan, ijazah, hadiah bagi yang mempunyai nilai memuaskan.
س ْۤ ْو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َۚو َما لَ ُه ْم ِّم ْن د ُْو ِّن ٖه ِّم ْن َّوا ٍل َواِّذَآ ا َ َرادَ ه
ُ ّٰللاُ ِّبقَ ْو ٍم
Yaitu tentang reward and punishment dalam belajar. Apabila peserta
didik sudah diberikan hak yang sama oleh sekolah maupun orang tuanya
dengan berbagai macam fasilitas. Namun apabila ia tidak memanfaatkannya,
maka akibatnya ia tidak akan disebut sebagai peserta didik yang berprestasi
dan bahkan dapat mencapai tidak naik kelas karena kurangnya usaha
14
sebelumnya. Selain itu, pada prosesnya, perlu bagi orang tua maupun
pendidik memberikan iming-iming sebagai penyemangat belajar bagi peserta
didik. Selain motivasi yang berasal dari dalam diri juga penting, motivasi
belajar yang berasal dari luar sebagaimana diungkapkan oleh Hamzah, seperti
penghargaan atau reward serta hukuman atau punishment menjadi salah satu
jurus ampuh yang masih digunakan oleh pendidik maupun orang tua.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan
hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseoarng tidak
akan melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi sebagai penggerak seseorang untuk
melakukan suatu hal untuk tujuan yang dikehendaki. Bermula dari motivasi belajar,
seseorang memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis motivasi itu sebagai berikut,
yaitu: Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri
seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah cita-cita atau
aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelanjakan siswa.
Menurut Sardiman A.M, bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar diantaranya
adalah memberikan angka, hadiah, kompetisi, mengetahui hasil, memberikan pujian,
memberikan hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.
Motivasi belajar dalam perspektif islam terkandung dalam surat Al-Ra'd ayat 11. dapat
dikategorikan tiga nilai pendidikan yang diambil dari QS. al-Ra’d: 11, yaitu pengawasan
dan bimbingan dari orang tua sebagai solusi pertama yang mampu memotivasi peserta didik,
pemenuhan sarana belajar baik di rumah ataupun sekolah yang diusahakan dengan
sedemikian rupa juga menjadi bentuk atau cara motivasi secara pasif sebagai usahanya dan
selanjutnya tergantung peserta didiknya dalam mensikapi proses belajarnya. Yang terakhir
adalah reward and punishment juga menjadi cara terakhir. Dari ketiga bentuk motivasi
tersebut, maka segala bentuk cara yang bertujuan agar peserta didik mampu termotivasi
dalam belajar adalah salah satu indikator tercapainya keberhasilan dalam belajar. Baik yang
berperan adalah pendidikan formal (dibaca: sekolah) maupun pendidikan non formal, yaitu
lingkungan keluarga atau orang tua sendiri sebagai pendidik utamanya.
16
B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami
mengenai bagaimana strategi untuk memotivasi siswa untuk belajar dan para pembaca dapat
menerapkan strategi mana yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
17
DAFTAR PUSTAKA
M, Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Abubakar, Bahrun, 2014, Terjemah Tafsir Jalalain, Bandung: Baru Algesindo.
Al-Mahalli, Jalaluddin dan al-Suyuti. Jalaluddin,t.th, Tafsir Jalalain, tt, tp.
Al-Suyuti, Jalaluddin, t.th, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr.
Baharuddin, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Arruz Media
Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hakim, Thursan. (2008). Belajar Secara Evektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadana
Nusantara.
Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hapsari, Sri. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Remaja.
Kristo M, Thomas. (2010). Andalah Para Orangtua Motivator Terbaik Bagi Remaja.
Jakarta: PT Alex media komputindo.
Purwanto, Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi Suatu Pengantar
(Dalam Perspektif Islam). Jakarta: Kencana.
Santrock, J.W. (2003). Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Supandi. (2011). Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.
Tadjab. (1994). Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abitama
Uno, Hamzah (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi aksara.
Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Andi Offset.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Tama.
18
MAKALAH KELOMPOK 6
(Makalah Ini Disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.
Disusun Oleh:
Deajeng Nirawan 11200162000021
Nabila Salma 11200162000022
Hafid Ahmad Fahrezi 11200162000026
Anjeli Wahyu Puspita 11200162000031
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Pengolaan Kelas dan Laboratorium” ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program
Studi Pendidikan Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Kimia yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penulisan makalah dapat terselesaikan.
Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Penyusu
i
Daftar Isi
BAB I ...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1
B. Perencanaan ...........................................................................................................11
C. Penataan .................................................................................................................12
D. Pengadministrasian ...............................................................................................13
ii
BAB III ..........................................................................................................................................15
PENUTUP .....................................................................................................................................15
F. Kesimpulan ............................................................................................................15
G. Saran ......................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi
dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran
serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
Bukan hanya kelas, namun laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana ataupun prasana
oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran untuk siswa melakukan eksperimen,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya.. Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola
oleh pihak sekolah karena sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
ataupun proses belajar.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala
kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan
segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala
perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan
berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknya kelas dimanajemeni secara baik dan
professional.
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan
seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa
adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan
dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung
secara efektif dan-efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan
yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan
kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan sebagai berikut ini :
C. Pembatasan Masalah
Agar makalah ini terarah, terfokus dan menjadi dasar awal pemahaman Strategi
Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya
pada konsep Prosedur Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, Teknik, Perencanaan, dan
Penataan Pengelolaan Kelas dan Laboratorium, Jenis Masalah dalam Pengelolaan Kelas,
Cara Menghadapi Masalah dalam Pengelolaan Kelas, dan Pengadministrasian,
Pengamanan, Perawatan, dan Pengawasan dalam Pengelolaan Laboratorium.
D. Rumusan Masalah
Pengelolaan Kelas
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Prosedur pengelolaan kelas?
2. Bagaimanakah prodesur pengelolaan kelas? 2
3. Bagaimanakah teknik pengelolaan kelas?
4. Bagaimanakah jenis masalah dalam pengelolaan kelas?
5. Bagaimanakah cara menghadapi masalah dalam pengelolaan kelas?
Pengelolaan Laboratorium
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pengelolaan Laboratorium?
2. Bagaimanakah Perencanaan dalam mengelola laboratorium?
3. Bagaimanakah penataan dalam mengelola laboratorium?
4. Bagaimanakah pengadministrasian dalam mengelola laboratorium?
5. Bagaimanakah pengamanan,perawatan,dan pengawasan dalam mengelola
laboratorium?
Makalah ini terdiri dari 3 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan Kelas
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Secara etimologis, pengelolaan kelas ialah usaha guru untuk menciptakan, memelihara
dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif . Pengertian ini sejalan dengan pengertian
yang dikemukakan oleh Winzer yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara
yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan sosial.
Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber
diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan
pendekatan permisif. (Oemar Hamalik. 1986)
Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk
mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas
melalui penerapan disiplin secara ketat. Dalam hal ini guru atau sekolah tersebut
menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus
ditaati oleh warga sekolah atau kelas.
Berdasarkan pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas
sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam hal ini fungsi guru adalah bagaimana
menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa
harus merasa takut dan tertekan.
Pengelolaan kelas adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
5
1. Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya
di dalam kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Prosedurnya antara
lain:
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, sehingga guru dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan
kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik dari sikap yang tidak
terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa, mudah marah, mudah kecewa,
mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Selain itu, guru juga
sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan dan memberikan dorongan pada
siswanya, menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan rasa
keterbukaan antara guru dan siswa.
c. Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga guru dapat mempengaruhi lingkungan
belajar siswa. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan
stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
d. Mengenal dan menemukan controlmove pengelolaan. Sebaiknya guru dapat
mengidentifikasi tingkah laku siswa yang menyimpang baik bersifat individual
maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan yang disengaja. Dan juga guru
sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman guru-guru lainnya yang gagal
ataupun yang berhasil, untuk mencari controlmove yang bervariasi dalam
menangani berbagai persoalan pengelolaan kelas.
e. Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah daftar aturan atau kontrak, tata tertib
beserta sanksinya yang mengatur kehidupan di kelas yang mana harus disetujui
oleh guru dan siswa.
2. Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
Merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi
agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan mengembalikannya dalam
kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar. Adapun langkah-
langkahnya yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah, gunanya untuk mengenal dan mengetahui masalah-
masalah pengelolaan kelas.
b. Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswa dan
6
menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan,
selanjutnya menentukan penanggulangannya.
c. Menilai pemecahaan, guru menilai pemecahan yang sesuai, kemudian memilih
Control solve pemecahan yang dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d. Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas balik agar pemecahan yang dipilih
tadi sesuai target yang sudah direncanakan. Dengan cara guru membentuk
pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan dan kepentingan siswa dan
sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.
7
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan: pengorganisasian kelas,
melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan
pembelajarannya.
a. Pengorganisasian kelas, antara lain:
1. Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
2. Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
3. Siswa diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
4. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan
tugas-tugas siswa lainnya.
5. Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah.
6. Melakukan kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.
b. Kegiatan komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills,
keterampilanketerampilan yang disampaikan kepada siswa, seperti: melakukan
perjanjian dengan segera, berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun.
Dan juga dapat berupa Receiving skills, bentuk keterampilan yang diterimakan kepada
siswa yang terdiri dari: tidak menilai apa yang didengar tetapi bersifat empatik, agar
membuat pendengar jelas upayakan aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap
muka dan selalu memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang
kuat dengan menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.
c. Kegiatan monitoring
1. Tangani secara tenang dan cepat apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di
kelas.
2. Ingatkan kembali kepada siswa tentang prosedur dan aturan kelas.
3. Ciptakan agar siswa patuh terhadap prosedur dan aturan kelas.
4. Berikan penjelasan terhadap siswa bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan
konsekuensi khusus.
5. Lakukan konsekuensi untuk kelainan perilaku siswa secara konsisten.
6. Adakalanya terdapat satu atau dua siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa
lainnya tetap Bontr terhadap tugas. d. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru
biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan
pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum
disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan
berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa.
8
d. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru biasanya melibatkan siswa dalammenilai
pekerjaannya maupun kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan
waktu untuk berpikir sebelum disuruh menjawab, serta memberikan semangat,
ciptakan antisipasi dan lakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan
motivasi siswa.
10
yang tinggi.
3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa.
4. Jangan pilih kasih.
5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah.
6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Pendekatan yang kedua yakni memakai proses kelompok, didasarkan atas
pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa
yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas
tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana
individu itu menjadi anggotanya.
Teori pengubahan tingkah laku berpendapat bahwa penguasaan tingkah laku tertentu
sejalan dengan usaha belajar yang hasil-hasilnya akan memperoleh ganjaran, bahwa
penampilan tingkah laku yang dimaksudkan itu akan menghasilkan penguatan
tertentu.Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah
laku yang disukai ataupun yang tidak disukai, adalah hasil belajar.
Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah
membantu kelompok itu bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan
pengelolaan kegiatan kelompok itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif
dapat melakukan control yang mantap terhadap anggota-anggotanya.
Pengelolaan Laboratorium
Dalam pengelolaan laboratorium, pengelolaannya meliputi beberapa aspek yaitu sebagai
berikut:
A. Pengertian Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan laboratorium adalah kegiatan menggerakkan sekelompok orang (SDM),
keuangan, peralatan, fasilitas dan atau segala objek fisik lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu yang diharapkan secara optimal.
B. Perencanaan
Perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk merencakan konsep dari suatu laboratorium itu
sendiri. Pada umumnya bentuk, ukuran dan tata ruang suatu laboratorium didesain
sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium mudah melakukan aktivitasnya.
Disamping bentuk, ukuran laboratorium perlu mendapat perhatian, karena fungsi
11
laboratorium di sekolah-sekolah tidak hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat
individual. Umumnya laboratorium digunakan untuk berbagai kegiatan percobaan dalam
konteks proses belajar mengajar. Jumlah siswa yang melebihi kapasiitas ruangan
laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya
percobaan atau aktivitas lainnya. Sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas 100
m2 dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa menggunakan
tempat seluas 2,5 m2 dari keseluruhan luas laboratorium. Laboratorium untuk keperluan
praktikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas lagi, misalnya 3 – 4 m2 untuk
setiap mahasiswa.
C. Penataan
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan
di laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan
untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang
sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi
diperlukan penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan
langkah-langkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula
dengan daerah kerja harus memiliki luas yang memungkinkan
pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, di samping lalu
lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dan
lancar.
Tujuan Tata Letak laboratorium:
a. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna/pekerja/operator.
c. Memaksimalkan penggunaan peralatan.
d. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal.
e. Mempermudah pengawasan.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan
perabotan laboratorium adalah:
a. Mudah dilihat.
b. Mudah dijangkau.
c. Aman untuk alat.
d. Aman untuk pemak
12
D. Pengadministrasian
Pengadministrasian sering juga disebut sebagai kegiatan menginventaris. Inventaris
adalah suatu kegiatan dan usaha untuk menyediakan catatan tentang keadaan semua
fasilitas, barang-barang yang dimiliki sekolah. Bagi SMA yang mempunyai beberapa lab
sangat penting untuk mendata fasilitas/menginventaris alat dan bahan lab untuk kegiatan
pembelajaran siswa. Dengan kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh
pedoman untuk mempersiapan anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang
akan datang.
Catatan inventaris yang baik akan mempermudah pergantian tanggung jawab dari
pengelola yang satu ke yang lainnya. Inventaris juga akan mempermudah untuk
mengetahui dimana suatu peralatan akan ditempatkan. Dengan demikian akan
mempermudahkan pengontrolan, seperti terhadap kehilangan yang disebabkan oleh
kecerobohan atau kecurian.
Menurut Instruksi Mendikbud No. 4/M/1980 tentang tata pelaksanaan dan pelaporan
hasil inventarisasi barang milik/kekayaan negara di lingkungan Depdikbud, maka ada
beberapa daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi, diantaranya:
a. Buku Induk Barang Inventaris
b. Buku Catatan Barang Inventaris
c. Buku Golongan Barang Inventaris
d. Laporan Triwulan Mutasi barang
e. Daftar Isian Barang
f. Daftar Rekapitulasi barang Inventaris
Contoh format dokumen/alat inventaris yang telah banyak dikembangkandan
digunakan:
No Nama barang Daftar isian barang inventaris yang dipakai
Inventaris Nama kelompok Kode barang Jumlah barang
barang
1
2
13
E. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pada dasarnya pengamanan, perawatan dan pengawasan laboratorium merupakan
tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Mengatur dan memelihara
laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana
mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.
Dan untuk pengawasan biasanya hanya dilakukan oleh ara pengelola laboratorium
yang memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas
dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah
umumnya sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah.
3) Koordinator Laboratorium.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis masalah dalam Pengelolaan Kelas
a) Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
Perencanaan.
Penataan.
Pengadministrasian.
15
Daftar Pustaka
Fuadah,Charier.2013.Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas .Diakses pada 20 september 2016
dari : ( http://charierfuadah.blogspot.co.id/2013/12/beberapa-masalah-pengelolaan-kelas.htm )
16
MAKALAH KELOMPOK
STRATEGI PEMBELAJARAN SISWA
(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Semester Empat Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran Kimia)
Disusun Oleh :
Pendidikan Kimia 4A
JAKARTA
2022/ 1443 H
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya
di yaumul qiyamah nanti.
Makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran Siswa” ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas 4A Program Studi Pendidikan
Kimia. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia yang
telah membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan makalah
dapat terselesaikan.
Sekian ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan. Kami juga berharap adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................ –
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan
strategi pembelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan
dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan yang hendak dicapai proses ini. Tujuan
proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas
standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses
pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan
bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. [2] (Dewi dkk, Strategi Pendidikan
Indonesia, Jakarta, 2013 Media Press)
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
dan kemudian diolah sehingga dihasilkan dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
1
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa alat indera.
Tujuan dasar dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa, sedangkan secara khusus:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun dalam konsep strategi belajar disini, Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai
suatu cara, seperangkat cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa
dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi
pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi
pembelajaran. Karena strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi
pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan
yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil
belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna
bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini
dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan
pembelajaran.[3] (Miqdad, Rusadi. Jakarta. Budaya Strategi Pendidikan , 2000)
Seorang guru disadari atau tidak, harus memilih strategi tertentu agar pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Tidak ada seorang guru yang tidak
mengharapkan demikian, karena setiap individu guru masih mempunyai nurani yang peka
terhadap anak didiknya. Tidak ada guru yang menginginkan kondisi proses pembelajaran yang
kacau dengan hasil belajar yang jelek, sehingga setiap guru pasti akan mempersiapkan strategi
pembelajaran yang matang dan tepat. [4] (Mhita dkk. Srategi Pembelajaran , 56-57. 2001)
Agar kegiatan belajar dan pembelajaran berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan
pelajaran yaitu hasil belajar siswa, Sudjana menjelaskan hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran harus nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh
(komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotor secara terpadu pada
diri siswa, ataukah hasil belajar yang bersifat tunggal (single facts) dan terlepas satu sama lain,
3
sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi. Adapun upaya yang digunakan dalam sebuah
strategi pembelajaran disini, adalah sebagai berikut;
Namun, pada kenyataannya tidak semua siswa dapat merangsang berbagai pelajaran yang
diberikan oleh pihak tenaga pendidik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena cara mengajar guru
yang belum mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Perlu pembelajaran yang mengusung sifat aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan guna mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe kartu-kartu pertanyaan.[5] (Bayu Aditya. Definisi Strategi
Pembelajaran , hlm. 14. 2000)
Strategi pembelajaran aktif pada siswa tentunya memiliki keunggulan berupa guru dapat
menciptakan siswa aktif mengajukan pertanyaan, sehingga terjadinya pembentukan generasi
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya, yaitu mencapai hasil
belajar yang baik. Di antara keunggulan dari strategi pembelajaran aktif pada siswa yaitu:
Agar kegiatan belajar dan pembelajaran berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan
pelajaran yaitu hasil belajar siswa, Sudjana menjelaskan hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran harus nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh
(komprehensif). [6] (Ghina. Permadi. Macam-Macam Strategi Pembelajaran, hlm.19. 2001)
Pada pemilihan strategi pembelajaran memiliki berbagai macam yang yang dapat guru atau
4
pengajar pilih untuk mendukung pembelajaran didalam kelas, diantaranya sebagai berikut :
Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu :
Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu
saja kepada siswa, siswa dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah
menguasainya secara penuh. Dengan demikian , dalam strategi ekspositori guru berfungsi
sebagai penyampaian.
5
tujuan yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah
tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum.
Dari cara penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Deduktif.
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-
ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian
secara perlahan-lahan, menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi
pembelajaran dari umum ke khusus.
2.3 Macam-macam Contoh Strategi Pembelajaran di dalam Buku Strategi Pembelajaran [8]
(Abdul Majid,2013:10-12)
6
● Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data,
atau pembentukan hipotesis.
● Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi
fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
● Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan
jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
inkuiri.
● Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak,
non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
(Abdul Majid,2013:11-12)
7
● Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan
belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa
dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. [10] (Abdul
Majid,2013:11-12)
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima jumlah besar informasi dari indera
8
dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak
terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka
dengan cepat informasi itu akan hilang.
Salah satu desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
adalah pemrosesan informasi. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik (information processing theory)
memandang aspek lingkungan memegang peranan penting dalam belajar. Sedangkan dalam
teori pemrosesan informasi sebagaimana dijelaskan oleh Byrnes (1996) memandang belajar
sebagai suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short
term memory (memori jangka pendek) dan long term memory (memori jangka panjang), dalam
hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik. [12] (Mayminatun dkk,
Penerimaan Informasi Pembelajaran, 2002. 17-19)
9
pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Teori ini
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta
berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intellectual ability). Adapun
landasan penting teori pemrosesan informasi yaitu:
Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne dalam pemrosesan informasi
adalah motivasi, pemahaman, pemerolehan, penahanan, ingatan kembali, generalisasi,
perlakuan, dan umpan balik. Pemrosesan informasi kognitif difokuskan pada berbagai aspek
pembelajaran dan bagaimana aspek-aspek tersebut dapat memfasilitasi atau merintangi belajar
dan memori. Teori ini juga menekankan pada bagaimana menggunakan strategi yang fokusnya
pada perhatian peserta didik, mendorong proses pengkodean dan retrieval (pemerolehan
kembali informasi), dan menyediakan praktik-praktik pembelajaran yang efektif dan berguna.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah
registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari
indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila
tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka
dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua
implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu
10
informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.
11
2.9 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Menetapkan Strategi Pembelajaran
Sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dituntut dapat memilih dan
menetapkan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini penting karena terkait dengan
keberhasilannya membelajarkan peserta didik. Menurut Alexander dan Davis (dalam
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982/1983 : 78-87), mengemukakan 4 hal yang
harus dipertimbangkan guru dalam menetapkan strategi pembelajaran sebagai berikut :
Komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran ialah tujuan, yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi, sebab semua
komponen tersebut termasuk strategi pembelajaran dipilih dan difungsikan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Seperti telah Anda ketahui bahwa tujuan pembelajaran menyangkut
tiga kelompok perilaku, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk masing-masing
kelompok perilaku diperlukan penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda sesuai
dengan aspek kegiatan yang dituntut untuk penguasaan jenis-jenis tujuan pembelajaran
tersebut.
Yang paling berkepentingan dalam proses pembelajaran adalah siswa mengingat tujuan
yang harus dicapai dari proses tersebut adalah perubahan perilaku siswa. Oleh karena, di
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, faktor siswa tidak boleh diabaikan.
Setelah kita menetapkan strategi pembelajaran yang dipilih sebaiknya gunakan pilihan
berdasarkan pertimbangan tujuan dan materi atau bahan pelajaran sehingga dalam
menentukan bagaimana teknik menggunakan strategi pembelajaran tersebut, faktor siswa
menjadi salah satu pertimbangan kita.
Kita telah maklum bahwa siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan.
Sangat bijaksana bila dalam penggunaan strategi pembelajaran, kita mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan tersebut. Selain dengan mempertimbangkan siswa secara individual,
jumlah siswa akan mempengaruhi pula terhadap penggunaan strategi pembelajaran.
Misalnya, apabila guru akan merancang kegiatan diskusi dalam pembelajaran, guru harus
yakin bahwa siswa sudah memiliki kemampuan untuk mengajukan dan/atau menanggapi
pendapat secara lisan. Contoh lain, apabila guru akan melakukan kegiatan di laboratorium,
12
guru harus yakin bahwa siswa sudah terbiasa dengan laboratorium. Kalau tidak, kegiatan
percobaan di laboratorium tidak akan berjalan efektif karena siswa belum terbiasa
menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium.
Alat yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran ialah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, chart, grafik, dan
sebagainya; serta alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek. Jumlah dan karakteristik
alat-alat tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan kita di dalam memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran. Termasuk dalam kelompok ini adalah media
pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik, seperti paket modul,
pengajaran berprograma, dan pengajaran melalui alat audio (seperti kaset tape recorder).
Demikian pula halnya sumber materi pelajaran, seperti buku-buku pelajaran, lingkungan
sekitar. Misalnya, kita menghendaki bahwa setiap siswa dapat melakukan percobaan dari
konsep yang dibahas. Sementara itu, jumlah bahan dan alat percobaan yang tersedia di
sekolah tidak mencukupi untuk semua siswa. Tentu guru tidak dapat memaksakan setiap
siswa untuk melakukan percobaan. Guru dapat meminta siswa untuk melakukan percobaan
secara kelompok.
Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room yang dikutip oleh
Abdul Majid, mengatakan bahwa pengertian metode adalah cara untuk mencapai sesuatu.
Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu.
Dalam pengertian demikian ini, maka metode pembelajaran menjadi salah satu unsur dalam
strategi belajar mengajar.. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan
memberikan suasana belajar yang menarik, dan tidak membosankan bagi peserta didik.
Akan tetapi, bisa saja penggunaan metode yang bervariasi menjadikan kegiatan belajar tidak
menguntungkan jika penggunaan metode variasinya tidak tepat.
Dalam kerangka teologis, Islam memberikan pandangan yang konstruktif dan distingtif
mengenai metode pembelajaran. Hal ini tentunya berkaitan dengan eksplorasi ajaran yang ada
didalam Alquran. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan secara
13
totalitas ajaran yang ada didalamnya. Secara historis, sejak masa Nabi Saw. sudah dikenal
adanya kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali maka pembelajaran itu
sendiri sudah ada dan diimplementasikan oleh Nabi Saw. di zamannya.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl/16:125).
Surat An-Nahl ayat 125, ayat ini merupakan ayat dakwah yang merupakan seruan yang
dilakukan oleh Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam
maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). Surat An-Nahl ayat 125 yang semula
merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang pendidikan, sesuai dengan
kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan
sebagai ayat atau hadits tentang pendidikan. Salah satu contohnya adalah dialog yang dilakukan
oleh Rasulullah dan malaikat Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya tentang Iman, Islam dan
Ihsan dan sekaligus memberikan jawaban dari pertanyaan pertanyaan tersebut. Jelaslah bahwa
ini merupakan hadits tentang pembelajaran, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur
pendidikan.
Ayat ini merupakan ayat tentang pendidikan keislaman, yaitu ketauhidan. Hal ini bisa
dilihat dari kata sabili rabbika. Arti kata rabb di sini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara
kata sabili bermakna jalan atau agama. Jadi dengan demikian Rasulullah diperintahkan oleh
Allah untuk memberikan pendidikan kepada umat manusia agar mau memeluk agama Islam
dan mengikuti jalan-Nya, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Di dalam ayat ini ada 3
macam metode pendidikan yang terkandung di dalamnya. Karena pembelajaran (proses
14
pendidikan) tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya metode. 3 macam metode
tersebut adalah: Hikmah, mauidzah Hasanah, dan jidal atau debat.
Allah SWT. menyuruh Rasulullah SAW. agar mengajak makhluk kepada Allah dengan
hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah, agar mereka waspada terhadap siksa Allah. Menurut M. Quraish Shihab (2000),
hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian orang yang
diajak pada kebaikan. Lebih lanjut beliau juga menjelaskan, bahwa hikmah juga diartikan
sebagai sesuatu yang apabila digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan
yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar
atau lebih besar.
Al-Biqa’i juga mengatakan sebagaimana yang penulis kutip dalam bukunya M. Quraish
Shihab; “Hikmah berarti mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan,
maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ia adalah ilmu yang didukung oleh
amal, dan amal yang tepat dan didukung oleh ilmu”. Sedangkan menurut Toha Yahya Umar
(2006), menyatakan bahwa hikmah meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir,
berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan.
Mau'izhah hasanah adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik
dan benar, perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik
terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik. Dalam mau'izhah hasanah ini
mencakup targhib (seruan ke arah kebaikan dan memberi iming-iming balasan kebaikan) dan
tarhib (seruan untuk meninggalkan keburukan dengan memberi peringatan dan ancaman bagi
mereka yang melanggar). Sebagai sebuah metode, mauidzah baru dapat mengena sasaran bila
ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang
menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang
seharusnya dihindari. Disisi lain, mau'izhah biasanya mencegah sasaran dari sesuatu yang
kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi baik dari yang menyampaikan, lebih-lebih dari
yang menerimanya. Maka mau'izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.
Pendidikan yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk
15
menjinakkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketentraman daripada pendidikan
atau pengajaran yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika sesuai
tempat dan waktunya, maka tidak ada jeleknya memberikan pendidikan yang berisikan
peringatan yang keras atau tentang hukuman-hukuman.
Jidal juga merupakan sebuah metode pendidikan, sebagaimana hikmah dan mau’idhzah
hasanah. Jidal terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, jidal yang buruk yakni yang disampaikan
dengan kasar. Kedua, jidal yang baik yakni yang disampaikan dengan sopan serta
menggunakan dalil-dalil atau dalih walaupun hanya diakui oleh lawan. Dan yang ketiga, jidal
yang terbaik yakni yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar serta
membungkam lawan. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta
tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara
(sebagai apresiasi, selingan, dan evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu
menerapkan kemungkinan jawaban pertanyaan, apakah banyak mengandung masalah ataukah
hanya terbatas pada jawaban “ya” dan ”tidak”.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang
dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu
perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi
pembelajaran. Karena strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi
pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, hal ini berdampak terhadap tujuan
yang hendak dicapai proses ini. Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil
belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna
bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.
Pada pemilihan strategi pembelajaran memiliki berbagai macam yang yang dapat guru atau
pengajar pilih untuk mendukung pembelajaran didalam kelas, diantaranya sebagai berikut :
Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu :
17
5. Strategi Pembelajaran Penyampaian (Exposition)
Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction).
Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu
saja kepada siswa, siswa dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah
menguasainya secara penuh. Dengan demikian , dalam strategi ekspositori guru berfungsi
sebagai penyampaian.
18
Umpan balik (feedback).
Dan dalam kerangka teologis, Islam memberikan pandangan yang konstruktif dan
distingtif mengenai metode pembelajaran. Hal ini tentunya berkaitan dengan eksplorasi ajaran
yang ada didalam Alquran. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan
secara totalitas ajaran yang ada didalamnya. Secara historis, sejak masa Nabi Saw. sudah
dikenal adanya kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali maka pembelajaran
itu sendiri sudah ada dan diimplementasikan oleh Nabi Saw. di zamannya.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl/16:125).
Surat An-Nahl ayat 125, ayat ini merupakan ayat dakwah yang merupakan seruan yang
dilakukan oleh Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam
maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). Surat An-Nahl ayat 125 yang semula
merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang pendidikan, sesuai dengan
kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan
sebagai ayat atau hadits tentang pendidikan.
3.2 Saran
Dengan ini kami berharap adanya masaukan saran dari para pembaca yang nantinya dapat
menjadi pembangun dari berkualitasnya tulisan ini. Serta kami sangat mengharapkan tulisan
ini dapat membantu para tenaga pendidikanserrta teman-teman semua dalam poses belajara
mengajar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi Belajar
Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi
Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies. Boston: Allyn & Bacon.
Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a Systematic Approach. New Jersey:
Prentice Hall.
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2000), juz.
II, cet. II, h. 178
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), cet.
Ke-2, h. 9
Raka Joni, T. (1993). Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian.
Jakarta: PPLPTK.
Una Kartawisata dan kawan-kawan. (1980). Penemuan sebagai Metode Belajar Mengajar.
Jakarta: P3G- PPLPTK
20
MAKALAH KELOMPOK 8
STRATEGI PENGUJIAN BERBASIS KURIKULUM 2013
(Makalah ini disusun sebagai Tugas Kelompok Semester Empat mata kuliah Strategi
Pembelajaran Kimia Semester 4 Kelas A)
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.
Disusun oleh:
Wanda Hamidah (11200162000005)
Nabila Khairunnufus (11200162000012)
Fimelia Annisa (11200162000016)
Nawang Nurandini (11200162000019)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Saran .................................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dicanangkan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini
merupakan revisi dari kurikulum yang pernah ada sebelumnya sehingga
diharapkan merupakan kurikulum paling baik yang diterapkan pada sistem
pendidikan saat ini. Tujuan kurikulum 2013 adalah menciptakan siswa yang
memiliki pemahaman secara mendalam terhadap suatu materi pelajaran sehingga
dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari dan diingat dalam waktu yang
panjang. Kurikulum ini menggunakan pendekatan saintifik sehingga setiap
materi pembelajaran dijelaskan berdasarkan keilmuan yang konkret dan ilmiah.
(Fauziah, 2014)
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana
prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses,
standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya
terkait dengan sosial akibat perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif (Slameto, 2013).
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan– keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Pengertian penilaian dapat disimpulkan
sebagai pengumpulan informasi secara menyeluruh yang dilakukan secara terus
menerus untuk mengetahui kemampuan atau keberhasilan siswa dalam
1
pembelajaran dengan menilai kinerja siswa baik secara individu maupun
kelompok. Penilaian harus mendapat perhatian lebih dari seorang guru, untuk itu
harus dilaksanakan dengan baik, karena merupakan komponen vital atau utama
dari pengembangan diri baik secara individu maupun kelompok (Hafidhoh, dan
Rifa’i, 2021).
Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi
peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian
kompetensi peserta didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai
teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap,
penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian projek, penilaian produk,
penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan
penilaian diri (Amiludin, 2013).
Oleh karena itu, penilaian dan pengujian membutuhkan strategi agar
lebih terkonsep dan terencana. Maka, penyusun makalah memgambil judul
tentang strategi pengujian berbasis krurikulum 2013, agar dalam pelaksanaannya
pengujian dapat terkonsep dan terlaksana dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
sejumlah permasalahan sebagai berikut ini:
1. Pemahaman mahasiswa terhadap strategi pengujian kompetensi berdasarkan
kurikulum 2013.
2. Pemahaman mahasiswa terhadap pola pengujian peserta didik berdasarkan
kompetensi.
3. Pemahaman mahasiswa terhadap pola pengujian kompetensi peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap pengukuran kompetensi dalam pandangan
islam.
2
C. Pembatasan Masalah
Penyusun membatasi permasalah yang dituliskan pada makalah agar
terarah. Dalam makalah ini penyusun berfokus pada strategi pengujian
kompetensi berdasarkan kurikulum 2013, prinsip-prinsip umum dalam penilaian,
pola pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013, dan pengukuran
kompetensi dalam islam.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum
2013?
2. Bagaimana prinsip – prinsip penilaian secara umum?
3. Bagaimana pola pengujian kompetensi peserta didik berdasarkan kurikulum
2013?
4. Bagaimana pengukuran kompetensi dalam pandangan islam?
3
buku maupun informasi di internet yang mendukung dalam proses penulisan
makalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menurut KBBI, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis
kompetensi yang menekankan pembelajaran berbasis aktivitas yang bertujuan
memfasilitasi siswa memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini
berimplikasi pada penilaian yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
baik selama proses, maupun pada akhir periode pembelajaran.
Strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013 merupakan
sebuah perencanaan yang dilakukan oleh guru terhadap kualitas siswa sebagai
perwujudan mencapai tujuan pendidikan nasional dan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka yang
berkembang untuk belajar, bertambah wawasannya, meningkat kecakapannya dan
memiliki karakter yang berbudi pekerti luhur.
6
1. Sahih
Agar sahih (valid), penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat
mencerminkan kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih
juga, yaitu instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian sehingga dapat menyamakan persepsi penilai
dan meminimalisir subjektivitas, apalagi dalam penilaian kinerja yang cakupan,
otentisitas, dan kriteria penilaiannya sangat kompleks. Untuk penilai lebih dari
satu perlu dilihat reliabilitas atau konsistensi antar penilai (interrater reliability)
untuk menjamin objektivitas setiap penilai.
3. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, gender, dan hal-hal lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus
disebabkan oleh berubahnya capaian belajar peserta didik pada kompetensi yang
dinilai.
4. Terpadu
Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kompetensi
telah tercapai. Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas
pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh terlepas apalagi melenceng dari
pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada proses pembelajaran yang
dilakukan.
5. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak yang
dinilai dan pengguna hasil penilaian berhak tahu proses dan acuan yang
digunakan dalam penilaian, sehingga hasil penilaian dapat diterima oleh
siapapun.
7
6. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik atau peserta didik. Instrumen penilaian
yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang dinilai
secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen,
diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan
assessment as learning, for learning, dan of learning secara proporsional.
7. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan. Dilakukan
identifikasi dan analisis KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen,
dan waktu penilaian yang sesuai.
8. Beracuan kriteria
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan
kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau
belum bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya,
melainkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta
yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta didik
yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh remedial.
9. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian dilakukan secara
sahih, objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan
perlu dipikirkan konsep meaningful assessment. Selain dipertanggungjawabkan
teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan
kebermaknaannya bagi peserta didik dan proses belajarnya. (Anonim. Panduan
Penilaian Pemendikbud)
8
C. Pola Pengujian Kompetensi Berdasarkan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna serta luas kepada peserta didik. Bermakna dalam hal ini adalah
memahami konsepnya secara utuh dan realistis. Luas berarti yang didapatkan oleh
peserta didik tidak hanya dalam satu ruang lingkup melainkan semua lintas disiplin
yang dipandang berkaitan satu sama lain. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan aspek
perilaku. Di dalam kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan (Hafidhoh, dan Rifa’i, 2021:
11).
Ketentuan mengenai sistem penilaian kurikulum 2013 diatur dalam Peraturan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015
Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, yaitu:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan,
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.
b. Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai instrumen penilaian
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik (Kastina, 2017: 3).
Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi tiga
domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual), dan
psikomotorik (keterampilan) (Setiadi, 2016: 169).
9
1. Kognitif (pengetahuan)
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati
sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Menurut (Anderson & Krathwohl, 2001) enam kategori pokok
ranah kognitif dengan urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi yakni: pengetahuan (knowledge); pemahaman
(comprehension); penerapan (application); analisis (analysis); sintesis (synthesis);
dan evaluasi (evaluation).
2. Afektif (sikap sosial dan spiritual)
Penilaian sikap (afektif) dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat
dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai objek sikap, seperti sikap terhadap
mata pelajaran, sikap terhadap guru mata pelajaran, sikap terhadap proses
pembelajaran, dan sikap terhadap materi dari pokok-poko bahasan yang ada.
3. Psikomotorik (keterampilan)
Domain psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Menurut (Sudjana, 2010: 30) ada enam tingkatan
keterampilan yaitu: (1) gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual untuk membedakan auditif
dan motoris, (4) kemampuan di bidang fisik (kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan), (5) gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks dan (6) kemampuan
yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif dan interprestatif.
Teknik penilain yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: (1) penilaian
kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat dan
jurnal; (2) penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan
penguasaan; (3) penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik, projek dan
portofolio. Penggunaan teknik penilaian disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
yang dapat menunjang program pengajaran seperti kompetensi dasar yang akan
dicapai. Perencanaan yang matang seperti pembuatan kisi-kisi instrumen,
diharapkan dapat memberi informasi yang akurat tentang kompetensi-kompetensi
siswa yang perlu diukur, mendorong peserta didik belajar untuk lebih giat
meningkatkan kompetesinya, memotivasi tenaga pendidik mengajar untuk
10
meningkatkan kompetensi siswa, meningkatkan kinerja lembaga dan meningkatkan
kualitas pendidikan (Setiadi, 2016: 170)
11
bermutu. Demikian juga para cendekiawan muslim, mereka bersemangat untuk terus
menggali ilmu pengetahuan dari khazanah keilmuan yang tak pernah habis untuk dikaji
yakni al-Qur’an sehingga menghasilkan formulasi konsep tentang pendidikan yang
tepat.
Ada beberapa hal yang cukup penting dalam melaksanakan fungsi evaluator bagi
seorang guru adalah:
1. Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa, baik
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
2. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
3. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen pernilaian
4. Evaluasi harus dilakukan secara terbuka dengan melibatkan siswa sebagai evaluand
(Sanjaya, 2011: 152).
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya evaluasi, pendidik dapat mengetahui
tingkat kemampuan peserta didik dalam suatu pelajaran, mana peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan tertinggal. Sehingga, setelah diketahuinya
kemampuan peserta didik, pendidik dapat memberikan perlakuan khusus terhadap
peserta didik. Peserta didik yang lemah diberi perhatian khusus serta diberikan
dorongan semangat agar ia dapat mengejar dan memenuhi kekurangannya, sedangkan
kepada yang cerdas diberikan semangat dan di arahkan agar ia terus meningkatkan
kemampuannya ke arah yang lebih baik lagi. Inilah gambaran tentang evaluasi
pendidikan yang dilakukan dilembaga formal di Indonesia.
Evaluasi pendidikan dilaksanakan berdasarkan dua pedoman yaitu Al-Quran dan
Hadist. Ada banyak dalil terutama surah dalam Al-Quran yang membicarakan tentang
evaluasi sebagai berikut :
1) Dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Swt berfirman:
ّٰللا َخبِي ٌْر ۢبِ َما ت َ ْع َملُ ْون َ ت ِلغ ٍَۚد َواتَّقُوا ه
َ ّٰللا ۗا َِّن ه ٌ ظ ْر نَ ْف
ْ س َّما قَدَّ َم َ َ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه
ُ ّٰللا َو ْلت َ ْن
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
12
Surat ini menjelaskan bahwa bagaiamana Allah menekankan pentingnya
perencanaan dan evaluasi dalam menata setiap langkah kehidupan serta sikap yang
harus dimiliki oleh setiap manusia agar senantiasa melakukan evaluasi terhadap
perbuatannya yang telah dilakukan pada masa lalu yang akan menjadi dasar dan
pembelajaran dalam melakukan perbuatan di masa yang akan datang. Jadi pada ayat ini
terdapat perintah untuk melakukan evaluasi kepada diri sendiri. Evaluasi diri merupakan
salah satu cara atau metode dalam melakukan evaluasi pembelajaran dimana dengan
melakukan evaluasi diri seseorang dapat menilai serta mengukur dirinya sendiri.
Evaluasi diri dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pendidik tetapi juga
peserta didik. Serta pada ayat ini juga menjelaskan tujuan dari kita melakukan evaluasi.
Umar Bin Khatab Ra bersabda :
َ َحا ِسب ُْواقَ ْب َل ا َ ْن ت ُ َحا
سب ُْوا
Artinya:
“evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi.”
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena
aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan yang
sia-sia (Rosyadi, 2004: 292). Hal ini sesuai dengan firman Allah:
ک د ِۡي ُن ۡالقَيِ َمۃ َّ ص ٰلوۃ َ َو ي ُۡؤتُوا
َ الز ٰکوۃ َ َو ٰذ ِل َ َو َم ۤا اُمِ ُر ۡۤوا ا ََِّّل ِليَعۡ بُدُوا ه
ِ ّٰللا ُم ۡخل
َّ ِص ۡينَ لَہُ الد ِۡينَ ۬ۙ ُحنَفَا ٰٓ َء َو يُق ِۡي ُموا ال
Artinya : “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-
Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”
Seseorang yang menjadi dosen dan mahasiswa, yang mengerti akan potensi yang
dimilikinya, mereka tidak akan melakukan suatu pekerjaan yang sia-sia, karena segala
yang dilakukan oleh keduanya baik dalam berpikir, merasakan, maupun bertindak
harus membawa kebaikan sehingga kualitas dan kapasitas diri mereka dapat meningkat
ke arah yang lebih baik.
Konsep evaluasi dalam pendidikan sebenarnya bersifat menyeluruh, baik itu
dalam hubungan manusia dengan Rabbnya sebagai pencipta, hubungan manusia dengan
dirinya sendiri hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Bagi siapa yang mendapatkan hasil evaluasi yang baik maka akan
13
mendapatkan balasan yang baik, begitu juga sebaliknya bagi siapa yang mendapatkan
hasil evaluasi yang buruk maka buruk juga balasannya. Jika balasan hasil evaluasi yang
diberikan Allah yaitu berupa surga dan neraka. Namun dalam pendidikan berupa nilai
raport (mendapatkan peringkat pertama atau tidak mendapatkan peringkat).
Prinsip evaluasi yang terdapat pada pendidikan masa kini dengan menggunakan
kurikulum 2013, dilihat dari PERMENDIKBUD bahwa prinsip evaluasi ada lima yaitu:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Hal ini berkaitan
dengan surat Al-Baqarah ayat 31 Allah berfirman :
Artinya : “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!"
Dalam surah ini menjelaskan, bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap
perserta didik seorang pendidik haruslah melihat input, proses dan hasil. Jika mata
pelajaran Kimia, materi pelajaran mengenai pengertian apa itu atom? Bagaimana bentuk
atom? Dan ada berapa jenisnya?. Maka setelah menjelaskan materi pelajaran, jika guru
ingin melakukan post-test, maka soal yang diberikan haruslah sesuai dengan materi
yang diajarkan tidak boleh keluar dari materi yang diajarkan, dan pastilah hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan surah al-Baqarah ayat 31 dimana Allah
14
Swt mengajarkan Nabi Ȃdam dan setelah itu melakukan evaluasi terhadapnya, dengan
menanyakan pertanyaan yang telah diajarkan Allah kepadanya (Arifin, 2012).
Adapun macam-macam teknik untuk evaluasi pembelajaran yaitu :
1. Teknik Tes
Tes merupakan teknik dalam evaluasi yang terdiri atas beberapa pertanyaan atau
butir soal untuk memperoleh suatu data serta informasi yang didapatkan melalui
jawaban dari peserta didik.
2. Tes uraian
Tes uraian merupakan teknik yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
dengan jawaban yang diungkapkan dari pemikiran peserta didik secara naratif.
3. Tes objektif
Tes objektif merupakan salah satu jenis tes yang pilihan jawaban dari pertanyaan
atau pernyataan telah disediakan. Kelebihan dari teknik ini yaitu cara mengoreksi
jawaban mudah, cepat dan dapat dikerjakan oleh siapapun (Astiti, 2017: 33-35).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pengujian kompetensi berdasarkan kurikulum 2013 merupakan
sebuah perencanaan yang dilakukan oleh guru terhadap kualitas siswa sebagai
perwujudan mencapai tujuan pendidikan nasional dan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka yang
berkembang untuk belajar, bertambah wawasannya, meningkat kecakapannya
dan memiliki karakter yang berbudi pekerti luhur.
Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi
tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual), dan
psikomotorik (keterampilan) (Setiadi, 2016: 169).
Prinsip – prinsip penilaian secara umum ada 9 yaitu :
a. Shahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
g. Sistematis
h. Beracun kriteria
i. Akuntabel
Ketentuan mengenai sistem penilaian kurikulum 2013 diatur dalam
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, yaitu:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek
sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara
16
terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil
belajar.
b. Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai instrumen
penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok,
dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
Dalam surah ini menjelaskan, bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap
perserta didik seorang pendidik haruslah melihat input, proses dan hasil. Jika
mata pelajaran Kimia, materi pelajaran mengenai pengertian apa itu atom?
Bagaimana bentuk atom? Dan ada berapa jenisnya? Maka setelah menjelaskan
materi pelajaran, jika guru ingin melakukan post-test, maka soal yang diberikan
haruslah sesuai dengan materi yang diajarkan tidak boleh keluar dari materi yang
diajarkan, dan pastilah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
B. Saran
Dengan ini kami berharap adanya masukan saran dari para pembaca yang
nantinya dapat menjadi pembangun dari kualitasnya tulisan ini. Kami harap
tulisan ini dapat membantu para tenaga pendidikan serta teman-teman semua
dalam proses belajar mengajar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amiludin, Penilaian dalam Kurikulum 2013, Makasar.
Anonym. “Panduan Penilaian Kemendikbud”
Anonym. Tinjauan teoritis: Pengertian Strategi. Retrieved https://respository.uin-
suska.ac.id, 30 Mei 2022.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Dini Fauziah. 2014. “Pengembangan perangkat pembelajaran scientific discovery
learning analisis rangkaian arus bolak balik”. UPI Bandung.
Fauziah, Dini. Pengembangan perangkat pembelajaran scientific discovery learning
analisis rangkaian arus bolak balik. UPI Bandung, 2014
Hafidhoh, Noor., dan Rifa’i, Muhammad Rizal. “Karakteristik Penilaian Pembelajaran
pada Kurikulum 2013 di MI”. Awwaliyah: Jurnal PGMI, Volume 4 Nomor 1
Juni 2021
Hartanto Bambang. 2007. Strategi Pengembangan Kurikulum.
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: CV Andi Offset. 2017.
Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Prihadi, Bambang. 2014. “Penerapan Langkah - Langkah Pembelajaran Dengan
Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum 2013” Pada
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131662618/pengabdian/penerapan-pendekatan-
saintifik.pdf. Dilihat pada 04 Juni 2022 pukul 17.00
Slameto. 2013 “RASIONAL DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM”. Salatiga
Sukardi. “Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Syamsul Kurniawan. “Ilmu Pendidikan Islam Sebuah Kajian Komprehensif”. Bandung :
Cipta Agung, 2016.
Wina Sanjaya. “Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP”. Jakarta : Kencana, 2011.
18