Dosen Pengampu:
Drs. Kusmajid Abdullah M, Pd.
Penyusun.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................2
3.1. Kesimpulan........................................................................9
3.2. Saran..................................................................................9
Daftar Pustaka.........................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari peran sosial guru.
2. Mengetahui apa saja peran sosial guru terhadap murid.
3. Mengetahui bagaimana peran sosial guru terhadap murid menurut Ki Hajar
Dewantoro.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dari itu seorang pengajar (guru) harus pintar-pintar dalam
menghubungkan peran sosialnya dengan murid dan guru lainnya.
B. Peranan Sosial Guru dalam Lembaga Pendidikan
Peran pendidikan seseorang guru dalam sosial lembaga pendidikan
sangat diperlukan karena pendidik di sini diharapkan untuk selalu
memiliki hubungan antara dewan pendidik, komite sekolah, serta kepala
sekolah dan stafnya guna untuk melancarkan proses pembelajaran. Guru
atau pendidik juga harus memiliki kompetensi sosial yang memiliki
karakteristik di dalamnya yaitu berkomunikasi dengan santun dan bergaul
dengan baik di mana guru atau pendidikan ketika masuk ke dalam ruang
lingkup pendidikan atau lembaga pendidikan diharapkan untuk menjaga
tutur kata atau memiliki etika dalam berkomunikasi maka dari itu
interaksi antara anggota yang ada di ruang lingkup suatu lembaga
pendidikan akan berjalan dengan baik dan lebih mudah dalam
menjalankan proses pembelajaran.
C. Peran Sosial Guru dengan Masyarakat
Di sini masyarakat mempercayakan kepada seorang pendidik untuk
bisa mencetak anaknya dengan baik sehingga peran guru atau pendidik di
sini merupakan orang yang sangat dijadikan kiblat atau model bagi
masyarakat maupun peserta didiknya. Dalam hal ini guru atau pendidik
harus mampu bersosialisasi di dalam lingkungan sekolah saja tetapi
mampu bersosialisasi baik dengan masyarakat yang ada di sekitar, karena
dengan adanya interaksi antara guru dengan masyarakat sekitar guru bisa
menyesuaikan Bagaimana tindakan atau sikap yang tepat untuk
diterapkan di lingkungan tersebut.
D. Peran Sosial Guru Sebagai Profesi
Seorang yang memilih sebagai pendidik peran sosial dalam profesi
tidak lepas dengan pembahasan dari Kompetensi sosial guru, yang di
mana kompetensi tersebut merupakan modal dasar bagi guru dalam
3
menjalankan tugas keguruannya dengan profesional. Dalam hal ini
kegiatan pendidikan pada dasarnya yaitu pengkhususan komunikasi atau
interaksi personal antara pendidik dan peserta didik.
Peran sosial guru juga harus memiliki Kompetensi pedagogik karena
berkaitan dengan kependidikannya, maksudnya hal-hal yang berkaitan
dengan kependidikan telah menjadi bagian dari penguasaan
kemampuannya, baik secara teori maupun praktek. Untuk itu seorang
guru harus dapat berhubungan social dengan murid, dengan sesama guru,
dengan kepala sekolah, dengan orang tua murid dengan masyarakat
secara luas.
Peran sosial guru terhadap murid itu cukup banyak, guru selain berperan
sebagai pendidik (nurturer) guru juga berperan sebagai pengajar,
pembimbing, pelajar (leaner), dan masih banyak lagi lainnya. Guru sebagai
pendidik, maksudnya di mana peran guru untuk membantu anak mencapai
manusia dewasa yang bertanggung jawab, dalam hal ini seorang guru harus
sudah dewasa dan memiliki tanggung jawab.
Adapun peran guru sebagai model maksud model di sini adalah semua
tingkah laku tutur kata seorang guru hendaknya harus sesuai dengan norma
yang dianut masyarakat bangsa dan negara, dalam artian tingkah laku
seorang pendidik harus sesuai dengan nilai-nilai ke pancasilaan. Selain
sebagai pendidik, model, pengajar, dan pembimbing Cole S. Brembeck
dalam Bahat 91989:148-149 mengemukakan peran sosial guru di sekolah
yang berkaitan dengan murid sebagai berikut :
4
1. Guru sebagai alat peraga
Para ahli menyebut guru sebagai media bukan sebagai alat peraga karena
media itu lebih luas dibandingkan hanya sekedar menjadi alat peraga. Maka
dari itu guru agar dapat berperan dengan baik guru harus memiliki antara
lain: penguasaan materi, kurikulum, metode pembelajaran, ilmu jiwa belajar,
dan juga hukum belajar mengajar dan lain-lainnya.
2. Guru sebagai penguji
Maksudnya adalah guru dapat melakukan penilaian atau evaluasi
terhadap perkembangan hasil belajar murid-muridnya. Seperti yang
tercantum pada pasal 58 ayat 1 undang-undang nomor 20 tahun 2003
disebutkan bahwa evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik
untuk memantau proses, serta kemajuan dan juga perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Sedangkan menurut undang-undang
guru dan dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 menyebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama yaitu mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan juga
mengevaluasi peserta didik. Maka dapat disimpulkan bahwa guru harus
melaksanakan evaluasi terhadap peserta didik untuk memantau proses
kemajuan serta perbaikan hasil belajar, bahkan guru berperan menentukan
kelulusan murid-muridnya.
3. Guru sebagai pengganti orang tua
Dalam artian guru merupakan orang tua di sekolah sehingga segala
sesuatu yang terjadi di sekolah merupakan tanggung jawab guru, dalam hal
ini berkaitan dengan kesejahteraan dan keamanan anak-anak dalam
memperoleh pengetahuan maupun norma-norma lain seperti agama, negara,
dan masyarakat.
4. Guru sebagai penasehat
Dalam hal ini guru memiliki peran untuk membantu siswanya dalam
perencanaan akademis maupun dalam hal memecahkan masalah-masalah.
5
2.3. Peran Sosial Guru Terhadap Murid Menurut Ki Hajar
Dewantoro
6
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan sistem Tri Pusat Pendidikan, yakni
sekolah, keluarga dan masyarakat. Konsep Tri Pusat ini tidak bisa diabaikan.
Sistem pendidikan nasional ini tidak ditempatkan di alam lingkungan sekolah
saja, akan tetapi ada keikut sertaan keluarga dan masyarakat yang membentuk
sukses dan gagalnya pendidikan nasional. Pendidikan di alam demokrasi,
tidak hanya diserahkan pada guru di lingkungan 233 sicitas akademika. Sebab
pendidikan yang benar tidak saja mengasah intelektual semata, namun juga
rohani kejiwaan anak didik dan fisik kesehatan jasmani.
Ki Hadjar mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Salah satu nilai luhur bangsa Indonesia yang merupakan
falsafah peninggalan Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan yakni tringa
yang meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni.
Ki Hadjar mengingatkan, bahwa terhadap segala ajaran hidup, cita-cita
hidup yang kita anut diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan
pelaksanaannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan
menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak
memperjuangkannya.
Peran guru tidak sekedar sebagai pengajar semata, pendidik akademis
tetapi juga merupakan pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya.
Guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari
anak/siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi
olah pikir, olah hati dan olah rasa. Masyarakat masih berharap para guru dapat
menampilkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai moral seperti kejujuran,
keadilan, dan mematuhi kode etik professional.
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran adalah proses kegiatan
interaksi guru/ pendidik dengan anak didik/siswa. Pendidik dan guru berperan
sebagai model pengembang karakter dengan membuat penilaian dan
7
keputusan profesional yang didasarkan pada kebajikan sosial dan moral.
Hubungan antara guru atau pendidik dan siswa, harus dilandasi cinta kasih,
saling percaya, jauh dari sifat otoriter dan situasi yang memanjakan. Siswa
bukan hanya objek, tetapi juga dalam kurun waktu yang bersamaan sekaligus
menjadi subjek.
Konsep Ki Hadjar Dewantara mengenai tut wurihandayani sebagai
semboyan metode among. “Sistem Among” yaitu cara pendidikan yang
dipakai dalam Tamansiswa, mengemong (anak) berarti memberi kebebasan
anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong/guru akan bertindak,
kalau perlu dengan paksaan apabila keinginan anak membahayakan
keselamatannya.
Guru atau pamong wajib mengasuh anak didiknya, mengasah kodrati
secara alamiah. Guru wajib mendorong anak didiknya, yakni ing ngarsa sung
tuladha, maksudnya bila seseorang atau guru berada di depan diharapkan
mampu menjadi teladan atau contoh yang baik bagi anak buah atau
pengikutnya, ing madya mangun karsa, maksudnya posisi seseorang atau guru
di level menengah diharapkan mampu menuangkan gagasan dan ide-ide yang
baru untuk mendukung program yang ditetapkan, tutwuri Handayani berarti
pemimpin atau guru mengikuti dari belakang, memberi kemerdekaan bergerak
yang dipimpinya, tetapi handayani, mempengaruhi dengan daya kekuatan,
kalau perlu dengan paksaan dan kekerasan apabila kebebasan yang diberikan
itu dipergunakan untuk menyeleweng dan akan membahayakan diri.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa
Peran sosial guru terhadap murid menurut Ki Hajar Dewantara sesuai dengan
konsep Ki Hadjar Dewantara mengenai Tut Wuri Handayani sebagai semboyan
metode among. “Sistem Among” yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam
Tamansiswa, mengemong (anak) berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut
kemauannya, Guru atau pamong wajib mengasuh anak didiknya, mengasah kodrati
secara alamiah. Guru wajib mendorong anak didiknya, yakni ing ngarsa sung tuladha,
maksudnya bila seseorang atau guru berada di depan diharapkan mampu menjadi
teladan atau contoh yang baik bagi anak buah atau pengikutnya, ing madya mangun
karsa, maksudnya posisi seseorang atau guru di level menengah diharapkan mampu
menuangkan gagasan dan ide-ide yang baru untuk mendukung program yang
ditetapkan, tutwuri Handayani berarti pemimpin atau guru mengikuti dari belakang,
memberi kemerdekaan bergerak yang dipimpinya, tetapi handayani, mempengaruhi
dengan daya kekuatan, kalau perlu dengan paksaan dan kekerasan apabila kebebasan
yang diberikan itu dipergunakan untuk menyeleweng dan akan membahayakan diri.
3.2. Saran
Keteladanan dari para pendidik, orang tua dan masyarakat merupakan wahana
pendidikan karakter. Cara-cara pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengarui tumbuh dan berkembangnya
watak, budi pekerti serta kepribadian setiap manusia. Pendidikan karakter perlu
ditanamkan dan disampaikan secara terpadu dengan seluruh mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan karakter ini tidak
berhenti pada tataran kognitif saja, melainkan pada tataran sikap dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
9
Daftar Pustaka