Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PSIKOLOGI TERHADAP SHALAT

Di susun oleh :

Novi Wulandari (22001010013)

Seira Syarifa Aulia Nur (22001010021)

Wildan Kamil (22001010023)

DOSEN PENGAMPU :

Sri Rahmawati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AMANAH AL-GONTORY

1443 H / 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul :

“TINJAUAN PSIKOLOGI TERHADAP SHALAT”.

Shalawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isi
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Amiin Yarabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum

Tangerang, 20 April 2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. Bersyukur 2
B. Qana’ah 2
C. Ridha
D. Sabar 3
BAB III : PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran guru sebagai perangkai transisi keilmuan dari satu generasi kegenerasi lain sudah
setua perjalanan peradaban manusia sendiri. Guru adalahorang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik,mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang
disebut guru adalahorang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran
sertamampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan padaakhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari suatu proses pendidikan. Profesionalisme
guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkansekolah berbasis pengetahuan, yaitu
pemahaman tentang pembelajaran,kurikulum dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar.
Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional
akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untukmenggantikan cara mengajar dimana
guru hanya bicara dan peserta didikhanya mendengarkan.
Guru sebagai orang yang mentransferkan suatu ilmu kepada seseorangatau sekelompok
orang orang haruslah memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kemampuan dan dituntut dapat
melaksanakan tugas-tugas dan perannya secara profesional dalam tugasnya sebagai pengajar dan
pendidik.Maka dari itu guru harus memiliki kompetensi sebagai modal dalam pelaksanaannya.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangguru dan dosen, kompetensi guru yang
harus dimiliki adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional. Dalam makalah ini akan lebih terfokus dalam pembahasantentang
kompetensi sosial seorang guru dalam menjalankan tugasnya agar lebih mampu menciptakan
lingkungan pendidikan dan belajar yang nyaman,efektif dan menyenangkan sehingga ilmu yang
diajarkan dapat diserapdengan maksimal oleh peserta didiknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kompetensi Sosial Guru ?
2. Apa saja karakteristik Kompetensi Sosial Guru ?
3. Apa ruang lingkup dari Kompetensi Sosial Guru ?
4. Apa saja aspek-aspek Kompetensi Sosial ?
5. Bagaimana pentingnya Kompetensi Sosial ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kompetensi sosial guru.2.
2. Mengetahui karakteristik kompetensi sosial guru.3.
3. Mengetahui ruang lingkup dari kompetensi sosial guru.4.
4. Mengetahui aspek-aspek kompetensi sosial.5.
5. Mengetahui pentingnya kompetensi sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Sosial


Kompetensi sosial pada hakikatnya menekankan kemampuan seorang guru dalam
membangun hubungan secara personal dengan stakeholder pendidikan terutama dengan anak
didiknya, orang tua/wali siswa. rekan-rekan seprofesi maupun dengan para tokoh masyarakat
setempat yang dapat menunjang aktivitas pembelajaran. Kemampuan bina sosial menjadi modal
penting bagi setiap guru dalam menjalankan tanggung jawab profesi tingkat satuan pendidikan.
Menurut M. Hasbi Ashsiddiqi, kompetensi sosial guru berarti kemampuan dan kecakapan
seorang guru (dengan kecerdasan sosial yang dimiliki) dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain yakni siswa secara efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Ia juga
menegaskan bahwa kompetensi sosial guru dianggap sebagai salah satu daya atau kemampuan
guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang baik serta
kemampuan untuk mendidik dan membimbing masyarakat dalam menghadapi masa yang akan
datang.
Selain itu, dalam konten PERPU RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 3 disebutkan
kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai
bagian dari anggota masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
 Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;
 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga Kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik:
 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan meng indahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku; dan
 Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Adapun kompetensi sosial guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, secara umumnya disebutkan
sebagai berikut:
 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain."
 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

9
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa kompetensi sosial guru sebagai bentuk
perwujudan sikap sosial yang seharusnya dimiliki seorang guru dalam menjalankan aktivitas
profesinya di tingkat satuan pendidikan selaku miniatur sosial maupun dalam lingkungan
kehidupan sosial masyarakat yang lebih kompleks.
Secara prinsipil kompetensi sosial guru menekankan beberapa hal antara lain,
 Pertama, guru hendaknya memiliki sifat kesetiakawanan sosial, artinya dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab profesi seorang guru dilihat dari sudut pandang
konsep sosial harus mampu menunjukkan pembawaan diri secara komunikatif dalam
ranah kehidupan sosial yang baik dengan sesama anggota profesi, tenaga kependidikan,
anggota masyarakat. Kondisi ini, memungkinkan bagi seorang guru untuk dapat
beradaptasi dan berpartisipasi dalam setiap aktivitas kependidikan, terlebih lagi yang
berkenaan dengan kegiatan-kegiatan sosial kependidikan.
 Kedua, guru hendaknya memiliki sikap moderat, artinya seorang guru dalam
menjalankan aktivitas profesi sudah seyogianya memiliki sikap yang lebih terbuka dalam
hal menerima saran, saling bertukar informasi kepada rekan sejawat dalam hal
peningkatan kapasitas profesinya, termasuk lebih bersikap arif dan bijaksana dalam
menghadapi masalah akademik yang berkembang di tingkat satuan pendidikan. Jika
seorang guru, tidak dapat mengaktualkan sikap moderat secara arif dan bijaksana, akart
berakibat kurang baik bagi pengembangan sikap sosial di lingkup pendidikan.
 Ketiga, guru hendaknya menjadi inisiator bagi perubahan prilaku anak didik di lingkup
pendidikan, artinya seorang guru harus memiliki peranan aktif secara sosial dalam
menstimulasi pengembangan sikap sosial dalam diri anak didiknya. Kondisi ini akan
menempatkan diri seorang guru di hadapan anak didiknya sebagai leader dalam
kepemimpinan sosial baik lingkup satuan pendidikan maupun di lingkungan sosial
kemasyarakatan.

B. Pengertian kompetensi kepribadian


Kompetensi kepribadian, substansinya merupakan kemampuan intrinsik yang
berhubungan dengan tingkah laku paripurna seorang guru terhadap peserta didik, teman sejawat,
maupun dengan rekan-rekan stakeholder di lingkungan pendidikan Kompetensi kepribadian
termasuk faktor yang dapat memengaruhi peran guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab profesinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Purwanti bahwasannya kompetensi
kepribadian guru terkait kem puan dasar yang harus dimiliki seorang guru sesuai dengan nilai
can norma agama yang berlaku. Misalnya, berkepribadian dewasa, mandiri, dan bertanggung
jawab secara moral sehingga dapat dijadikan teladan bagi peserta didiknya.
Pendapat senada, disampaikan Muh. Ilyas Ismail, yang menyebutkan bahwa kompetensi
kepribadian merupakan suatu performansi pribadi (sifat-sifat) yang harus dimiliki seorang guru.
Kompetensi kepribadian bagi guru adalah pribadi guru yang terintegrasi dengan penampilan

10
kedewasaan yang layak diteladani, memiliki sikap dan kemampuan memimpin yang demokratis,
serta mengayomi peserta didik.
C. Prinsip
Berdasarkan muatan kompetensi kepribadian guru dalam konten Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
pada prinsipnya mencakup:
a. Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia;
B. Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat;
c. Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa; d. Menunjukkan etos
kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga pendidik dan memiliki rasa percaya diri. e.
Menjunjung tinggi nilai kode etik profesi guru.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan
akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam diri seseorang dan hal
tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari – hari. Sehingga ada yang dinamakan dengan akhlak
terpuji, dan ada juga yang dinamakan dengan akhlak tercelah.

Adapun bentuk dari akhlak terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut
Ikhlas, Taat, Khauf, Taubat, Tawakal,Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah.

Semuanya ini memiliki sisi positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan
hubungan yang bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan AllahSWT atau dalam
melakukan hubunga secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul antar sesama

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad warson al-munawwir. kamus al-munawwir Arab-Indonesia,(Surabaya pustaka

progresif,1984), hal 785-786.

Mahmud yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta:Hidakarya Agung,1972) hal 201.

Departemen Agama RI, Alquran dan terjemah,(Jaakarta: Intermass 1992) hal 409.

Imam Jalaludin Al-mahalli & Imam Jalaludin As-suyuthi, 1996, Tafsir Jalalalain Berikut

Asbabun Nuzul, Surat AL-Fatihah s-d surat al-an’am, bandung: sinar baru al-gensindo, hal:399

Drs.Totok Jumanjoro.M.A. Kamus Ilmu Tasawuh : hal 54

Amin Munir Samsul. Ilmu Tasawuh : (Jakarta : hal 175)

Azra Azyumardi.Ensklopedi Tasawuf . (Bandung : Angkasa.2008)

13

Anda mungkin juga menyukai