Anda di halaman 1dari 18

Nikah sebagai jaminan karena hutang

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fikih munakahat dan


mawarits
Dosen Pengampu: Drs.H. Hanafi ,M.Pd.

Disusun Oleh:

Muhammad Salman Dzulfikri (2020.01.001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL - FALAH (STAIA)

CICALENGKA-BANDUNG

2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, puji dan syukur kami


panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam kami
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W, Karena beliau membawa
manusia dari zaman kebodohan dan kegelapan kepada zaman yang terang
benderang penuh dengan berbagai ilmu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah


Administrasi dan Supervisi Pendidikan yang berjudul “Kompetensi Sosial”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, khususnya bapak dosen Dr.H. Yahya
Sudarya,M.Pd. mata kuliah Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Sebagai
bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima, mudah-mudahan menjadi amal sholeh dan di terima Allah sebagai
sebuah kebaikan.

Makalah ini belum bisa dikatakan sempurna karena keterbatasan ilmu


yang kami miliki, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan siapa saja yang membacanya.

Bandung, 6 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Kompetensi sosial.......................................................................3
B. Urgensi Kompetensi Sosial...........................................................................4
C. Aspek-Aspek Kompetensi Sosial..................................................................5
D. Indikator Kompetensi Sosial.........................................................................6
E. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru.....................................................8
F. Peran Guru Di Masyarakat............................................................................9
G. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru........................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada


Pasal 4 ayat 1, menyatakan “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajuan
bangsa”. Pernyataan ini menunjukan bahwa pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan, tidak dapat diurus dengan paradigma
birokratik. Karena jika paradigma birokratik yang dikedepankan, tentu
ruang kreatifitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan
khususnya pada satuan pendidikan sesuai semangat UUSPN 2003 tersebut
tidak akan terpenuhi.
Penyelenggaraan pendidikan secara demokratis khususnya dalam
memberi layanan belajar kepada peserta didik mengandung dimensi sosial,
oleh karena itu dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik
mengedepankan sentuhan sosial.
Standar kompetensi merupakan sebuah terobosan yang dikeluarkan
oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan yang berusaha untuk
memberikan gambaran mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang
guru yang berujung untuk meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di
Indonesia dengan meningkatkan keprofesionalitasan guru atau
pembimbing.
Dan hal ini telah tercantum dalam undang-undang guru dan dosen
yang menyebutkan bahwasanya seorang guru harus memiliki 4
kemampuan atau kompetensi diantaranya kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian, bahkan ada rumusan yang lebih
banyak lagi dengan menambahkan dengan kompetensi leadership yang
tentunya bagi kita mahasiswa jurusan keguruan haruslah dapat memahami
dan memiliki kelima kompetensi tersebut sebelum kita benar-benar
menjadi seorang pendidik.

1
Bagaimana kompetensi-kompetensi tersebut dijelaskan, dalam
makalah ini penyusun akan mengulas dan menjelaskan salah satu
kompetensi tersebut yaitu kompetensi sosial.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian kompetensi sosial?


2. Apa urgensi kompetensi sosial guru?
3. Apa aspek-aspek kompetensi sosial guru?
4. Apa saja indikator kompetensi sosial guru?
5. Apa saja ruanglingkup kompetensi sosial guru?
6. Apa peran guru di masyarakat?
7. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi sosial guru?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi social.


2. Untuk mengetahui urgensi kompetensi sosial guru.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek kompetensi sosial guru.
4. Untuk mengetahui indikator kompetensi sosial guru.
5. Untuk mengetahui ruanglingkup kompetensi sosial guru.
6. Untuk mengetahui peran guru di masyarakat.
7. Untuk mengetahui cara mengembangkan kompetensi sosial guru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi sosial

Menurut Buchari Alma, kompetensi sosial adalah kemampuan guru


dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.1 Seorang guru harus berusaha
mengembangkan komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga
terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan adanya
komunikasi dua arah, peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan
dapat mengembangkan karakternya secara lebih efektif pula.
Sedangkan menurut Spencer dan Spencer, kompetensi sosial adalah
karakter sikap dan peilaku atau kemauan dan kemampuan untuk
membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relative
bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja yang
terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas pengetahuan sosial.2
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 3 Hal
tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.

1
Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter: Strategi Membangun Kompetensi dan
Karakter Guru, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 124.
2
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal. 225.
3
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 173.

3
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan
kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar.
B. Urgensi Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai mahluk


social dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai mahluk sosial guru
berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif dan menarik dengan peserta didik, masyarakat
sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-
pihak berkepentingan dengan sekolah. Kondisi objektif ini
menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul
dan melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan
kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.4
Al-Ghazali memandang bahwasanya guru mengemban tugas
sosiopolitik yaitu guru memiliki tugas untuk membangun, memimpin dan
menjadi teladan yang menegakan keteraturan, kerukunan, dan menjamin
keberlangsungan masyarakat Oleh karena itu seorang guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
dan disiplin.5 Berkenaan dengan tanggung jawab guru harus
mempertanggung jawabkan segala tindakanya dalam pembelajaran di
sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat, berkaitan dengan wibawa
seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara mandiri terutama
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran, serta bertindak
sesuia dengan kondisi peserta didik dan lingkunganya.

4
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2003), hal. 38.
5
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 174

4
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan
akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat
dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa
“guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan
yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Untuk itu, guru haruslah mengenal
nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Apabila ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya,
maka haruslah ia menyikapinya dengan hal yang tepat sehingga tidak
terjadi benturan nilai antara guru dengan masyarakat. Apabila terjadi
benturan antara keduanya maka akan berakibat pada terganggunya proses
pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki kompetensi
sosial agar nantinya apabila terjadi perbedaan nilai dengan masyarakat, ia
dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga tidak menghambat proses
pendidikan.

C. Aspek-Aspek Kompetensi Sosial

Gullotta dkk (1990) mengemukakan beberapa aspek kompetensi sosial,


yaitu:
1. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan
sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal positif.
Kapasitas kognitif meliputi harga diri yang positif, kemampuan
memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, dan keterampilan
memecahkan masalah interpersonal.
2. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan
privasi. Kebutuhan sosialisasi merupakan kebutuhan individu untuk
terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungan dengan
orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah keinginan untuk
menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas melakukan
tindakan tanpa pengaruh orang lain.

5
3. Keterampilan sosial dengan teman sebaya, merupakan kecakapan
individu dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga
tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok.
D. Indikator Kompetensi Sosial

Kompetensi social menurut Slamet PH (2006) terdiri dari Sub-


Kompetensi6:
1. Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta
memilikikemampuan mengelola konflik dan benturan.
2. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat,
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait
lainnya.
3. Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,
dan lincah.
4. Melaksanakan kominikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif
dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta
didik dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing
memiliki peran dan tanggungjawab terhadap kemajuan
pembelajaran.
5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
6. Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dalam system nilai
yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
7. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, penegakan hokum, dan
profesionalisme).
Pada kompetensi sosial masyarakat adalah perangkat perilaku yang
merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan social serta tercapainya interaksi social
secara objektif dan efisien. Ini merupakan penghargaan guru di
masyarakat, sehingga mereka mendapatkan kepuasan diri dan

6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal.38

6
menghasilkan kerja yang nyata dan efisien, terutama dalam pendidikan
nasional.
Kompetensi social mencakup perangkat perilaku yang menyangkut:
a. Kemampuan interaktif; yaitu kemampuan yang menunjang
efektifitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan
ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain
terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lai, mencapai rasa
aman bersama orang lain.
b. Ketrampilan memecahkan masalah kehidupan, seperti mengatur
waktu, uang, kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan
dan sebagainya.
Dari sub-ranah diatas, dijabarkan menjadi indikator-indikator untuk
menilai kemampuan sosial guru, yaitu7:
1. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesame pendidik.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
tenanga kependidikan
4. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/ wali peserta didik.
5. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif masyarakat
sekitar.
6. Menguasasi langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi.
Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat
empat indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu:
1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik,

7
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 27

7
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dengan demikian, indicator kemampuan social guru adalah mampu
berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik dan
tenaga kependidikan, orang tua dan wali murid, masyarakat dan
lingkungan sekitar, dan mampu mengembangkan jaringan.
E. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan


kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar
sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara
guru berkomunikasi dengan masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik sendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain
yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan.
Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia.
Menurut Kunandar ciri-ciri/karakteristik kompetensi sosial guru
yaitu sebagai berikut :
 Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.8
Cece Wijaya dalam Djana’an Satori mengemukakan kompetensi
sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk :
 Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua
peserta didik
 Bersikap simpatik
 Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah
 Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan

8
Kunandar, Op. Cit., hlm 77

8
 Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)9
Sedangkan menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachrudi
Saudagar dan Ali Idrus yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah
kemampuan individu sebagai bagian dari masyarakat yang mencakup
kemampuan untuk :
 Berkomikasi lisan, tulisan dan isyarat
 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga
 kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali
peserta didik
 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan
 norma serta sistem nilai yang berlaku
 Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan10
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa Ruang Lingkup kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru
melakukan interaksi dan komunikasi kepada semua lapisan masyarakat.
Guru dituntut dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswa, sesama
guru, orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
F. Peran Guru Di Masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran


masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat.
Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan
dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya
guru di tempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-
peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun
keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti
Indonesia.

9
Fachrudin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit., hlm. 64
10
Ibid., hlm. 65

9
Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru
yang bersangkutan serrta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada
masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk
berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika
seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya.
Ia akan tersisih dari persaingan dengan guru-guru lainnya. Apalagi
guru- guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para
muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan
orang banyak. Jika dihadapan para muridnya seorang guru harus bisa
menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Penghargaan atas peranan guru di negara
kita bisa dibedakan menjadi dua macam. Pertama, penghargaan sosial,
yakni penghargaan atas jasa guru dalam masyarakat. Dilihat dari
sikap-sikap sosial anggota masyarakat serta penempatan posisi guru
dalam stratifikasi sosial masyarakat yang bersangkutan. Hal semacam
ini akan tampak jelas kita amati pada mayarakat pedesaan yang mana
mereka selalu menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap para guru
yang menjadi pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka (masyarakat)
lebih biasa memberi kata-kata sapaan santun terhadap guru seperti pak
guru, mas guru dan sebagainya
daripada profesi-profesi yang lain.
Kedua, adalah penghargaan ekonomis, yakni penghargaan atas peran
guru dipandang dari seberapa besar gaji yang diterima oleh guru.
Dengan kondisi gaji guru-guru di Indonesia sampai tahun 2000 an ini,
tidak mungkin menjadi sejahtera dalam hal ekonomi hanya dengan
pekerjaan mangajarnya saja. Hal inilah yang menjadikan kurang
maksimalnya peranan guru dalam menja-lankan tugas mengajar apalagi
melakukan pengabdian pada masyarakat.
Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus
mampu melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, namun
harus pula berperan melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar
kelas atau di dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai pula dengan
kedudukan mereka

10
sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator dan
fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan.
Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi
panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar.
Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan
dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam
masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar
Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh
panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing
Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”,
dalam keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para
guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar
membangun, sebagai pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah
yang positif bagi perkembangan masyarakat.
G. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru

Menurut Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 pasal 3 ayat (6)


kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya harus memiliki kompetensi
untuk:11
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara santun;
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali
peserta didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu
memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya
melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Ketika guru

11
Ibid., hal. 7

11
tidak memiliki kemampuan bergaul, maka pergaulannya akan menjadi
kaku dan kurang bisa diterima oleh masyarakat. Untuk memiliki
kemampuan pergaulan, hal-hal harus dimiliki guru adalah:12
a. Pengetahuan tentang hubungan antar manusia
b. Memiliki keterampilan membina kelompok
c. Keterampilan bekerjasama dalam kelompok
d. Menyelesaikan tugas bersamakelompok
Upaya lain yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan
kompetensi sosial yaitu: Mengembangkan kecerdasan sosial merupakan
suatu keharusan bagi guru, hal tersebut bertujuan agar hubungan guru
dan siswa berjalan dengan baik; Mengikuti pelatihan berkaitan dengan
kompetensi sosial yaitu: kerja tim, melihat peluang, peran dalam
kegiatan kelompok, tanggung jawab sebagai warga, kepemimpinan,
relawan sosial, kedewasaan dalam berelasi, berbagi, berempati,
kepedulian kepada sesama, toleransi, solusi konflik, menerima
perbedaan, kerjasama, dan komunikasi; Beradaptasi di tempat bertugas,
guru dapat bekerja secara optimal di tempat tugas, guru betah bekerja di
tempat tugas, guru menunjukkan kesehatan kerja di tempat tugas.

12
http:/.iyamiracle.blogspot.co.id/2013/04/bab-13-
kompetensi-sosial-berdasarkan.html?m=I

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari


masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan
akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat
dibanding profesi lainnya.
Aspek-aspek kompetensi sosial antara lain adalah kapasitas
kognitif, keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan
privasi, serta keterampilan sosial dengan teman sebaya.
Ada empat indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru,
yaitu:
1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik,
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Karakteristik kompetensi sosial guru yaitu sebagai berikut :
 Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
 Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.

13
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran
masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat.
Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan dari
satu zaman ke zaman lain pula.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan keritik dan saran
daripembaca. Karena hal ini akan menjadikan motivasi bagi kami untuk
menciptakan karia yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Husna. 2015. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta

http://iyamiracle.blogspot.co.id/2013/04/bab-13-kompetensi-sosial
berdasarkan.html?m=I

Saondi , Ondi. 2015. Etika Profesi Keguruan. Cetakan ke-3. Bandung: PT


Refika Adimata.

Tim Nasional Dosen Kependidikan. Irsyad, Syamsuhadi. 2015. Guru yang


Profesional. Bandung: PT Alfabeta.

15

Anda mungkin juga menyukai