Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru (PPG)
Disusun Oleh :
Semester 5D
Kelompok VI
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yakni Nabi Muhammad Saw.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mata kuliah “Pengembangan
Profesi Guru (PPG)” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Kompetensi Sosial”, yang mana nantinya akan dijelaskan
tentang pengertian kompetensi sosial, bagaimana pentingnya kompetensi sosial pada guru, dan
bagaimana hubungan guru di masyarakat.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional wajib memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi
pendidik. Kompetensi guru terdiri dari: kompetensi peadagogik, profesional, kepribadian dan
sosial. Kompetensi sosial berarti kemampuan dan kecakapan seorang guru (dengan kecerdasan
sosial yang dimiliki) dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain yakni siswa secara
efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kompetensi sosial guru sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran agar guru menjadi tokoh teladan bagi para siswa dalam mengembangkan
pribadi siswa yang memiliki hati nurani, peduli dan empati kepada sesama. Kompetensi sosial
guru dapat dikembangkan melalui peningkatan kecerdasan sosial, mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan kompetensi sosial dan beradaptasi di tempat tugas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kompetensi sosial?
2. Bagaimana pentingnya kompetensi sosial pada guru?
3. Bagaimana hubungan guru di masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi sosial.
2. Untuk mengetahui pentingnya kompetensi sosial pada guru.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan guru di masyarakat.
D. Kegunaan Penulisan
Untuk melatih agar mampu menyusun makalah ini secara benar dan cermat. Kegunaan penulisan
ini Memberikan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun konsep praktis. Serta memperluas
wasan dan memberikan manfaat bagi perkembangan konsep keilmuan bagi perkembangan konsep
keilmuan.
E. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi dalam keselahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam makalah ini,
maka akan menjelaskan beberapa istilah atau defenisi oprasinal yaitu :
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Kemampuan berpikir Kreatif Matematika adalah kemampuan menyelesaikan masalah
matematika sehingga menciptakan atau menghasilkan jawaban yang baru dan inofatif.
Kemampuan berpikir kreatif di tandai dengan; 1) berpikir lancar, yaitu kemampuan
mengahsilkan gagasan; 2) berpikir luwes, yaitu kemampuan untuk mengemukakan
berbagai macam pemecahan masalah atau pendekatan terhadap masalah; 3) berpikir
orisinil, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara yang asli atau tidak
1
Klise yang berbeda dengan orang lain;4) berpikir elaborasi, yaitu kemampuan
mengembangkan atau memperkaya gagasan suatu jawaban.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila guru tersebut telah memiliki keempat kompetensi tersebut maka guru tersebut
telah memilik hak atas profesionalitas karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang
menjadi tanggung jawabnya.
1
M.Hasbi Ashsiddiqi, Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan Pegembangannya, Ta’dib, Vol.
XVII, No. 01, Edisi Juni 2012, hlm. 62
2
M.Hasbi Ashsiddiqi, Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan Pegembangannya, Ta’dib, Vol.
XVII, No. 01, Edisi Juni 2012, hlm. 62
3
PP-Nomor-32-tahun2013.pdf
4
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 165
3
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas
tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi
yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.5
Berdasarkan pengertian kompetensi sosial di atas, maka kompetensi sosial guru berarti
kemampuan dan kecakapan seorang guru dengan kecerdasan sosial yang dimiliki dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, yakni siswa secara efektif dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
4
1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika.
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.7
Guru profesional juga memiliki kompetensi sosial yang dapat diandalkan. Kompetensi ini
nampak dalam kemampuannya untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara
efektif (siswa, rekan guru, orangtua, kepala sekolah, dan masyarakat pada umumnya). Menurut
Permendiknas No. 16 tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat
kompetensi utama yakni: 1) Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar bekang keluarga, dan status
ekonomi; 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat; 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; 4) Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Berikut ini
akan dijelaskan secara lebih spesifik keempat kompetensi utama tersebut:
7
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.176
8
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. 2014, hlm. 177
5
Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau pun masyarakat sebagai pemangku
kepentingan dalam pendidikan, guru juga harus bisa menempatkan diri dalam situasi yang
mungkin penuh dengan keragaman latar belakang.
Guru juga dituntut untuk bertindak objektif baik dalam memberikan penilaian terhadap
hasil belajar siswa, maupun dalam memberikan pandangan-pandangan atau pendapat
terhadap suatu persoalan tertentu. Meskipun dalam hal tertentu pandangan atau sikap guru
terpaksa berpihak, namun keberpihakan guru harus dilandasi oleh kebenaran ilmiah,
rasional, dan etis. Di atas sikap objektif ini terdapat penghargaan yang tinggi terhadap nilai-
nilai kemanusiaan.
Sikap objektif guru tidak boleh dikalahkan oleh desakan-desakan pragmatis atau
kepentingan sesaat. Banyak guru yang menjadi tidak objektif dan tidak kritis terhadap
persoalan tertentu atau melacurkan profesinya hanya karena kepentingan sesaat. Misalnya
kecurangan-kecurangan yang selalu terjadi sebelum, selama dan setelah perhelatan ujian
nasional (UN) yang dilakukan oleh sejumlah oknum guru menjadi bukti bahwa banyak guru
kita yang belum bertindak objektif dan independen, tetapi masih bekerja di bawah pesanan,
tekanan, atau intrik-intrik tetentu.9
9
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya, (Jakarta:
PT.Indeks Jakarta, 2011), hlm. 62
6
memikat perhatian mereka. Pesan juga memiliki pengaruh tertentu bagi efektif tidaknya
suatu komunikasi. Komunikasi yang efektif mempersyaratkan bahwa pesan dan kemasannya
harus menarik, membangkitkan minat, dan dapat dipahami oleh orang lain selaku penerima
pesan. Selain itu situasi juga ikut menentukan efektif tidaknya suatu komunikasi. Situasi
yang dimaksud berkaitan dengan waktu penyampaian pesan, kondisi pada saat penyampaian
pesan dan ada tidaknya gangguan pada saat penyampaian pesan. Jika guru ingin agar
komunikasi dengan orang lain berlangsung efektif maka hendaknya memperhatikan keempat
faktor tersebut secara baik.10
Berkomunikasi berarti komunikasi yang memungkinkan komunikator dapat merasakan
apa yang dirasakan oleh penerima pesan. Istilah empati sendiri berasal dari kata bahasa
Jerman einfuhlung yang berarti “merasakan”. Berempati dengan seseorang berarti
merasakan apa yang seorang itu rasakan, mengalami apa yang seseorang itu alami, atau
melihat dari sudut pandang orang itu tetapi tanpa kehilangan idetintas atau jati diri sendiri.
Guru dapat berkomunikasi secara empatik dengan orang lain apabila ia dapat menyelami dan
berusaha untuk merasakan, apa yang dirasakan oleh orang lain atau mengalami apa yang
dirasakan oleh mereka. DeVito menyarankan, jika ingin berkomunikasi secara empatik maka
dilakukan tiga hal berikut: 1) Nyatakan keterlibatan aktif anda dengan orang lain melalui
eksperesi wajah atau gerak-gerik tertentu yang cocok, 2) Fokuskan konsentrasi, misalnya
dengan menjaga kontak mata, postur tubuh, dan kedekatan fisik, 3) Gunakan sentuhan-
sentuhan setepatnya bila perlu.11
Komunikasi juga harus dilakukan secara santun, artinya harus disesuaikan dengan
kebiasaan, adat istiadat atau kebudayaan setempat. Mengingat orang lain yang dihadapi guru
bisa berasal dari latar kultur yang berbeda-beda, ada kemungkinan makna santun dalam
berkomunikasi dapat bervariasi. Penggunaan kata-kata dan dinamikanya, ekspresi wajah,
termasuk paralinguistik (tekanan suara, keras lembut suara, sentuhan, dan sebagainya) harus
diperhatikan kesesuaiannya dengan kebiasaan berkomunikasi setempat. Itulah sebabnya,
pengetahuan tentang multikulturaslisme bagi guru sangatlah penting karena menjadi dasar
10
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya,
(Jakarta: PT.Indeks Jakarta, 2011), hlm. 63
11
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya,
(Jakarta: PT.Indeks Jakarta, 2011), hlm. 63
7
bagi guru untuk memupuk kemampuannya komunikasinya dengan orang lain yang berasal
dari latar belakang yang berbeda-beda.12
12
Ibid hlm 64
8
penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, atau juga publikasi buku
teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru.
Melalui komunikasi semacam ini guru dapat memberikan pencerahan kepada
masyarakat melalui media seperti majalah, surat kabar, bahkan melalui website-website
gratis yang sekarang banyak tersedia di dunia maya. Saat ini memang sudah banyak guru
yang memanfaatkan media online ini untuk pembelajaran, bahkan penyampaian ide-idenya
kepada masyarakat luas. Berbeda dengan komunikasi melalui media surat kabar, majalah,
atau jurnal ilmiah, komunikasi melalui media online dikelola oleh guru sendiri. Karena itu
selain kemampuan berbahasa tulis yang baik, guru juga dituntut untuk melek ICT
(Information and Communications Technology) seperti bagaimana membuat konten-konten
media online dan menyebarluaskannya melalui situs online. Karena itu kemampuan dasar
untuk kompetensi ini terkait erat dengan kemampuan ICT yang telah dikemukakan di depan.
Komunikasi dengan sejawat seprofesi maupun profesi lain, juga dapat dilakukan
melalui penyajian hasil penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah seperti seminar,
local karya, panel, dan lain sebagainya. Pada berbagai level (lokal, nasional, maupun
internasional).13
13
Ibid hlm 65
9
antara sekolah, pemerintah dan masyarakat. Realisasi tanggung jawab itu tidak dapat
dilaksanakan apabila hubungan antara sekolah dan masyarakat tidak terjalin sebaik-baiknya.
Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini
merupakan usaha koperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang
efisien serta saling pengertian antara sekolah, personel sekolah dengan masyarakat. Definisi
tersebut mengandung beberapa elemen penting, yakni sebagai berikut:
1. Adanya kepentingan yang sama antara sekolah dan masyarakat. Masyarakat memerlukan
sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih
baik, demikian pula sekolah.
2. Untuk memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan serta dalam
pengembangan sekolah. Yang dimaksud dengan peran serta adalah kepedulian masyarakat
tentang hal-hal yang terjadi di sekolah, serta tindakan sebagai membangun dalam usaha
perbaikan sekolah.
3. Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerjasama yang baik, melalui komunikasi
dua arah yang efisien.14
Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan husemas adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan
sekolah.
2. Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut
terhadap sekolah.
3. Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik,
serta meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan
pendidikan di sekolah.
4. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam
memajukan pendidikan di sekolah dalam era pembangunan.
5. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apa yang dilakukan oleh
sekolah.
14
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.
178
1
0
6. Pertanggungjawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah.
7. Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang
diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.16
Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial dapat
diuraikan sebagai berikut:
16
E. Mulyasa hlm 182-183
11
Demikianlah atas dasar analisis sepintas ternyata kedudukan guru bukan hanya
terbatas pada keempat dinding kelas di sekolah, bergeser jauh menembus batas halaman
sekolah dan berada langsung di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, guru harus memiliki
kompetensi sebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat.
b. Mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik.
c. Mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat.
d. Menjaga emosi dan perlaku yang kurang baik.
3. Tanggung Jawab Sosial Guru
Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajaran, tetapi
harus memikul tanggung jawab yang lebih banyak, yaitu bekerja sama dengan pengelola
pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, guru harus mempunyai
kesempatan lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah.
Perangkat kompetensi yang dijabarkan secara operasional di atas merupakan bekal
bagi calon guru dalam menjalankan tugas dan taggung jawabnya di lapangan dan di
sekolah.17
17
E. Mulyasa Ibid hlm 184
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
kecerdasan sosial yang dimiliki dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
yakni:
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar bekang keluarga,
B. Saran
Guru bukan hanya dipandang sebagai pengajar di kelas, tetapi seorang guru diharapkan
pula tampil sebagai pendidik bukan saja terhadap peserta didiknya di kelas, namun juga sebagai
pendidik di masyarakat yang dapat memberikan teladan yang baik kepada masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ashsiddiqi, Hasbi. Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan Pegembangannya, Ta’dib,
Vol. XVII. 2012.
Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Payong, Marselus R. Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya. Jakarta: PT Indeks Jakarta. 2011.
PP-Nomor-32-tahun2013.pdf.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. 2014.
14