Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hasan Fauzi

NIM : 190210302075

Kolas : A

Hubungan Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

A. Keterkaitan Teks, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

Keterkaitan diantara keempatnya sangat Erat, pengukiran dapat dilakukan


dengan baik bila menggunakan alat ukur yang baik (tes). Berdasarkan hasil
pengukuran yang baik, akan dapat dilakukan interpretasi penilaian yang baik pula.
Dari asesmen yang baik, maka akan dihasilkan keputusan (jugdement) sebagai hasil
yang baik untuk evalusi juga.

Keberhasilan Evalusi tergantung pada Nilai yang dihasilkan melalui alat ukur
yang dihasilkan melalui pengukuran yang menggunakan alat ukur tes atau non tes
yang taat asas (consistent), terandal (reable) dan sahih (valid). Jika tidak memenuhi
semua diatas bisa dibilang keberhasilan Evalusi masih disangsiangkan.

1. Evaluasi

Batasan evaluasi secara umum adalah suatu tindakan/kegiatan yang dilakukan


untuk mencari, mengolah, menganalisis dan menafsirkan informasi yang erat
kaitannya dengan suatu program yang dikembangkan (Mukhadis, 1996). Ruang
lingkup yang dievaluasi meliputi lokal, regional, nasional dan internasional.

Beberapa langkah pokok yang harus dilakukan dalam kegiatan evaluasi


menurut Mukhadis (1996) adalah:

a) Penetapan standar utuk mempertimbangkan kualitas/keefektifan dari dimensi


yang dikenai evaluasi. Standar yang digunakan bisa bersifat relatif maupun
mutlak.
b) Penetapan instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Dasar Utama
dalam penetapan Instrumen Pengumpulan data adalah:
1) sifat dan substansi dimensi program yan akan dievaluasi.
2) jenis dan macam evaluasi yang diinginkan (sesuai dengan tujuan
evaluasi).
3) keberadaan sumber daya manusia yang ada yang terlibat dalam
kegiatan evaluasi.
4) keberadaan sumber daya perangkat keras yang tersedia selama,
sebelum dan setelah evaluasi.
5) ketersediaan waktu, tenaga dan biaya yang disediakan untuk kegiatan
evaluasi.
6) karakteristik sasaran/responden yang menjadi sumbe data dalam
pelaksanaan evaluasi.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka instrument pengumpulan data


diidentifikasi, kemudian dipilih dan ditetapkan untuk kemudian
dikembangkan sebagai alat untuk pengumpulan data. Penetapanya
Meliputi: Bentuk Instrumen pengumpulan datannya (bisa menggunakan
Angket, Observasi, Wawancara, dan lain sebagainya), Jumlah pertanyaan
yang nantinya akan dijabarkan kedalam instrument penelitian, validitas isi,
dan validitas Instrumen, dan tampilan instrumen (jenis dan besar huruf,
desain sampul, dan Lain Sebagainya). Tentang Validitas Instrumen
jenisnya dapat berupa Validitas Empirik, Caliditas isi, dan validitas
Konstruk.

 Validitas Empiris: Istilah validitas empiris memuat


kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat
di katakan memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dari
pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat
diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dapat
di buktikan bahwa orang tersebut memang jujur.
 Validitas Isi. adalah validitass yang fokus kepada elemen-
elemen apa yang ada dalam ukur (Coaley, 2010), sehingga
analisis rasional adalah proses utama yang dilakukan dalam
analisis validitas isi (Azwar, 2005)
 Validitas Konstruk. adalah sebuah gambaran yang
menunjukkan sejauhmana alat ukur itu menunjukkan hasil
yang sesuai dengan teori (Azwar, 2005).

c). Analisis informasi dan penetapan standar untuk acuan membuat interpretasi.

Analisis informasi ini dimulai dari pengecekan kelengkapan data dari


instrumen, identifikasi dan pengolahannya (klasifikasi), penetapan alat analisis
(statistik misalnya) dan melakukan analisis inormasi serta diakhiri dengan
membandingkan hasil analisis informasi dengan sandar yang telah ditetapkan. Hal
yang teakhir ini dilakukan untuk mengungkap keefektifan pencapaian tujuan.

Evaluasi Proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan, evaluasi


dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dan selain mengacu pada tujuan,
antara evaluasi dan proses harus disesuaikan. Alat evaluasi terbagi menjadi dua tipe,
yakni: teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes berupa: rating scale, kuisioner,
check list, interview, observation, dan curriculum vitae. Sedangkan teknis tes
meliputi : diagnostic test, formative test, dan summative test.

Penyusunan Instrumen Evaluasi

1. Jenis Instrumen

Setiap capaian indikator dijabarkan kedalam 3 bentuk instrument penilaian


yang mencakup ranah kongnitif, psikomotorik, dan afektif. Jenis tagihan yang
digunakan oleh pembelajaran dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain: jenis dan
tingkat kesulitan materi pelajaran, wkatu yang tersedia, kondisi pralatan atau fasilitas.
Beberpa jenis Instrumen tersebut antaralain:

a) Kuis. Memiliki bentuk seperti uraian singkat dan bersifat pertanyaan yang
meliputi tentang hal-hal pokok. Dimulai ketika pembelajaran belum dimulai,
tingkat berfikir meliputi pengetahuan dan pemahaman.
b) Pertanyaan Lisan. Pertanyaan tentang penguasaan konsep prinsip atau
teorima.
c) Ulangan Harian. Ulangan ini dilaksanakan ketika akhir pembelajaran.
Kemampuan berfikir meliputi pemahaman peserta didik, aplikasi dan analisis.
d) Ulangan Blok. Pengujian ini menghubungkan beberpa kompestensi dasar
dalam satu periode.
e) Tugas Individu. Berupa pembuatan Klipping makalah.
f) Tugas Kelompok. Kelompok dalam hal berdiskusi.
g) Respons/Ujian Praktik. Hal ini mengarah keada mata pelajaran praktikum
h) Laporan kerja praktik. Laporan yang dihasilakan peserta didik setelah
melakukan pekerjaan tertentu.

2. Bentuk Instrumen

Bentuk Instrumen dibagi menjadi dua macam, yakni berbentuk tes dan bentuk
non tes. Dap at diterapkan pada K 13

a) Pilihan Ganda
b) Uraian Obyektif
c) Uraian Non Obyektif/Uraian Bebas
d) Jawaban Singkat/Isian Singkat

3. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah penyususnan Insihtrumen meliputi: Penentuan apa yang


akan dicapai, penyusunanan Kisi-kisi, memilh berbagai bentuk Instrumen,
menghitung Jumlah Instrumen berkaitan dengan durasi waktu Ujian.

Penilaian Versi Kurikulum 2013

Standar Penilaian pada Kurikulum 2013 terdapat dalam permendikbud Noor


23 tahun 2016. Standar dalam ruang lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrument penilaian hasil Belajar, peserta didik, yang dipakai sebagai
dasar dalam penilaian hasil Belajar.
2. Pengukuran

Pengukuran merupakan Suatu Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan


Sifat atribut Kuantitatif dari suatu benda/peristiwa. Atribut kuantitatif ini bisa berupa
angka atau huruf. Namun dari hasil kajian yang dilakukan para pakar disimpulkan
simbul yang paling luwes adalah angka. Dengan demikian dapat disusun batasan
bahwa pengukuran adalah merupakan penerapan aturan-aturan penggunaan simbul
angka untuk merepresentasikan jumlah kuantitatif atribut suatu obyek.

Penggunaan symbol angka dalam pengukuran memiliki dua makna. Pertama,


angka kuantitas dalam ukuran bermakna “mutlak” yang hanya berlaku pada obyek
yang bersifat deskrit. Misalnya mengukur panjang, erat badan, tinggi badan, jumlah
orang dalam suatu kelompok. Kedua, simbul angka yang bermakna sebagai penunjuk
perbandingan relatif. Pengunnan simbul angka ini basanya ditentukan berdasarkan
pada skala terhadap sifat yang akan dikenai ukuran yaitu harus jelas definisi dan
verifikasi obyek yang akan diukur. Maksudnya adalah objek yang diteliti harus jelas
dan dapat untuk diteliti.

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka dalam pengukuran terdapat dua


karakteristik utama, yaitu penggunaan simbul angka dan adanya aturan dalam
peggunaan symbol tersebut. Karakteristik lainnya adalah ketaatan dalam penggunaan
satuan angka-angka yang telah disepakati.

3. Asesmen

Asesmen adalah suatu pernyataan (perian) sesuatu aktivitas/kemajuan yang


dibuat berdasarkan serangkaian informasi (fakta) untuk menggambarkan beebrapa
karakter daru suatu sistim atau program.

 Menurut (Suchman, 1961), Assessment adalah Sebuah proses menentukan


hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk  
mendukung tercapainya tujuan.
 Menurut (Worthen   dan Sanders, 1973), Assessment merupakan Kegiatan
mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk   mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai  
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang
diajukan untuk   mencapai   tujuan yang sudah ditentukan.

Fungsi dari Asesmen sendiri hanya untuk mengestimasi kemajuan dari suatu
sistim (gambaran keadaan pelaksanaan program pada kurun waktu tertentu. Asesmen
lebih menekankan pada upaya pemerian suatu karakteristik dan kemajuan program
bila dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada kurun waktu
tertentu. Misalnya tri wulan, catur wulan, semester, atau tahunan.

B. Perbedaan Evaluasi, Pengukuran dan Asesmen

Kata evaluasi dapat diterjemahkan menjadi penilaian (assessment),


sebagaimana kata dasar evaluasi adalah value yang berarti nilai. Penilaian berarti
suatu proses pengambilan keputusan (Mudjijo, 1990). menilai atau mengevaluasi
berarti memberikan nilai kepada seseorang, benda, keadaan atau peristiwa. Dalam
menilai terlebih dahulu menetapkan nilai apa yang akan diberikan, misal: baik, buruk,
tinggi atau rendah. Penilaian dalam bentuk baik, buruk, tinggi, dan rendah tersebut
tentunya didasari oleh fakta dan data-data.

Pengertian evaluasi sering dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Dalam hal
ini evaluasi diartikan sebagai proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pembelajaran dicapai (Tyler, 1950;
Arikunto, 2002). Sedangkan Cronbach & Stufflebeam (dalam Arikunto, 2002)
menyatakan bahwa proses evaluasi tidak hanya mengukur tercapainya tujuan, tetapi
juga digunakan untuk membuat keputusan.

Berikut kesimpulan Arikunto terhadap pengertian ketiga istilah pengukuran,


penilaian dan evaluasi.

1) Mengukur berarti membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat


kuantitatif.
2) Menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik, buruk dan bersifat kualitatif.
3) Evaluasi meliputi kedua proses di atas (mengukur dan menilai).

Walaupun antara evaluasi, pengukuran, dan asesmen, memiliki banyak


persamaan. Sebenarnya antara ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda,
terutama dalam orientasi, jenis, batasan, proses dan hasilnya.

Pengukuran, asesmen, evaluasi, penelitian dan pengembangan memiliki


perbedaan dalam orientasi, jenis, batasan, proses dan hasilnya. Sebagai tambahan
pengukuran dan asesmen berbeda dengan evaluasi karena dalam pelaksanaan
pengukuran dan asesmen tidak dirancang untuk menentukan keefektifan suatu
program atau proses tertentu, bila dikaitkan dengan tujuan. Sedangkan dalam evaluasi
ada upaya untuk menentukan efektifitas pencapaian tujuan.

Fitzpatrick, Sanders, & Worthen (2004) menyatakan ada 3 perbedaan penting


antara evaluasi dan penelitian. Perbedaan tersebut ditinjau dari tujuan, kriteria, dan
persiapan.

1) Perbedaan evaluasi dan penelitian ditinjau dari tujuan dan generalisasi hasil.
2) Perbedaan evaluasi dan penelitian ditinjau dari kriteria.
3) Perbedaan evaluasi dan penelitian ditinjau dari kesiapan subjek.

C. Pengembangan Evaluasi Program dan Pelaksanaan Pembelajaran

Beberapa model evaluasi yang perlu diketahui oleh evaluator menurut


Sudjana & Ibrahim (2004), adalah sebagai berikut:

a) Measurement model
Model ini dikembangkan oleh R. Thorndike dan R.L. Ebel. Model ini
menitikberatkan pada pengukuran. Model ini menerapkan evaluasi/penilaian
terhadap perbedaan-perbedaan individu (peserta didik) maupun kelompok.
Evaluasi terkait dengan kemampuan, minat, dan sikap. Hasilnya berupa
aspek-aspek tingkah laku yang dapat digunakan untuk seleksi, bimbingan dan
perencanaan pembelajaran
b) Congruence model

Model ini dikembangkan oleh Raph W. Tyler, John B. Carrall, dan


Lee J. Cronbach. Evaluasi model ini dilakukan untuk mengetahui congrence
atau kesesuaian hasil pembelajaran dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang
ditetapkan, dari hasil pembelajaran diasumsikan dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku peserta didik (pengalaman belajar). Konsepnya
adalah, Tujuan, Pendidikan, Pengalaman Belajar, Hasil Belajar.

c) Educational system evaluation model


Pengembang model ini diantaranya: Daniel L. Stufllebeam, Michael
Scriven, Robert E. Stake & Malcolm M. Provus. Empat hal orientasi
pengembangan model ini, yaitu :
 penilaian ditunjukkan dalam berbagai dimensi yang sedang
dievaluasi.
 proses penilaian mencakup performance dan kriteria.
 penilaian tidak hanya berupa deskripsi keadaan sistem, tetapi
juga ada judgment.
 penilaian digunakan sebagai input pengambilan keputusan.
d) Model CIPP
CIPP adalah singkatan dari Context, Input, Process, dan Product.
Context yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan
strategi pembelajaran. Input: sarana/modal/bahan dan rencana strategi untuk
mencapai tujuan. Process: pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana.
Product: hasil yang dicapai selama ataupun setelah pembelajaran
e) Illuminative model
Model ini dikembangkan oleh Malcolm Parlett. Model ini sering
digunakan dalam bidang antropologi. Model ini mengadakan evaluasi secara
cermat terhadap pelaksanaan sistem di lapangan, pengaruh lingkungan,
kebaikan dan kelemahan, dan sebaliknya bagaimana sistem mempengaruhi
lingkungan peserta didik. Hasil evaluasi berbentuk deskripsi, interpretasi
(bukan pengukuran dan prediksi). Tahapan evaluasi: Observe (mengunjungi
tempat), Inquiry further (seleksi persoalan untuk penelitian lebih lanjut), dan
seek to explain (meneliti sebab).

Anda mungkin juga menyukai