Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kuesioner adalah alat atau riset berupa pernyataan tertulis, bertujuan untuk
mendapatkan informasi dari responden mengenai hal-hal yang ia ketahui melalui
daftar pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, isian, atau pun check list (Arikunto,
2006). Dalam kenyataannya, sering terjadinya data/informasi yantidak mencukupi
untuk mengambil keputusan tertentu. Untuk itu diperlukan riset pemasaran. Riset
pemasaran tersebut dapat berupa pembuatan kuesioner dan sampling mengenai produk
yang akan diteliti. Produk yang akan diteliti yaitu produk celana jeans merek Levi’s.
Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden
sebagai sarana untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku, karakteristik,
keyakinan dan sikap sekelompok orang atau organisasi. Sedangkan
Menurut Sugiyono (2017:225) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep atau konstruk yang berkaitan dengan permasalahan riset
pemasaran produk celana jeans Levi’s tersebut?
2. Bagaimana cara melakukan operasionalisasi terhadap konsep atau konstruk
tersebut?
3. Bagaimana cara membuat instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dan
rencana sampling yang tepat?

1.3. Tujuan Praktikum


Adapun Tujuan dari Praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan konsep atau konstruk yang berkaitan dengan
permasalahan riset pemasaran produk celana jeans Levi’s
2. Melakukan operasionalisasi terhadap konsep atau konstruk tersebut ke dalam
dimensi dan indikator/variabel pengukuran
3. Membuat instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner, termasuk
menentukan skala pegukuran yang sesuai untuk indikator/variabel yang telah
ditentukan
4. Membuat rencana sampling yang tepat sesuai dengan target kualitas respons
yang diharapkan, meliputi: pemilihan teknik sampling, ukuran sampel, dan
prosedur pengambilan sampel.
1
5. Melakukan pengumpulan data menggunakan 3 teknik yaitu wawancara
(interview), online (rating scale), dan tertulis (sebaran).
6. Melakukan uji validitas (dilihat dari tabel normal) dan uji reabilitas (keandalan
dimana standarnya diatas 60%)

1.4. Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep atau konstruk yang berkaitan dengan permasalahan riset
yang dihadapi
2. Dapat melakukan operasionalisasi terhadap konsep atau konstruk tersebut
3. Mengetahui cara membuat instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner.
4. Mengetahui cara membuat rencana sampling yang tepat

1.5. Batasan Masalah


Fokus pada praktikum yang dikerjakan dan tidak menimbulkan permasalahan
baru, perlu untuk membatasi masalah praktikum ini meliputi :
1. Dapat merancang kuesioner secara langsung, online (rating scale), dan
wawancara (interview
2. Menggunakan sampling yang cocok
3. Pengumpulan data dengan menggunakan data primer

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Konsep, Dimensi, dan Indikator


Konsep atau konstruk adalah sesuatu yang abstrak dan dapat dipandang dari
berbagai sisi atau dalam manifestasinya dapat mengambil berbagai bentuk. Sebagai
contoh konsep customer loyalty dapat dipandang atau diukur dari sisi:
1) apakah seorang pelanggan akan membeli kembali produk/jasa tersebut,
2) apakah seorang pelanggan akan merekomendasikan produk/jasa tersebut kepada
kerabat atau temannya
3) apakah seorang pelanggan akan enggan berpindah ke perusahaan yang menjual
produk/jasa sejenis. Seringkali sebuah konsep atau konstruk bersifat multidimensi (Hair
et al., 2003).
Dimensi dari sebuah konstruk didefinisikan sebagai satu set komponen dari
sebuah konsep/konstruk yang dapat diamati (observable) dan diukur (measureable).
Sebagai contoh konsep ‘kualitas’ bagi sebuah produk adalah bersifat abstrak dan dapat
dipandang dari beberapa aspek. Tiap aspek ini menggambarkan satu dimensi dari
‘kualitas produk’. Garvin (1987) mengusulkan delapan dimensi kualitas produk yang
meliputi: performance, feature, conformance, durability, reliability, serviceability,
perceived quality, dan aesthetics. Tiap dimensi ini dapat diamati atau diukur. Sebagai
contoh ‘performance’ dari sebuah produk smartphone dapat diamati atau diukur dari
kekuatan sinyal, kecepatan prosesor, dan resolusi layar-nya.
Sebuah dimensi (atau sebuah konstruk, jika konstruk ini terdiri dari hanya satu
dimensi atau unidimensional) dapat diukur melalui indikator-indikator. Sebagai
contoh seberapa sering seorang konsumen datang kembali ke sebuah restoran dapat
dipandang sebagai indikator bagi konsep/konstruk ‘customer loyalty’. Kecepatan
prosesor merupakan indikator bagi dimensi ‘performance’ pada konsep ‘product
quality’.

2.2. Operasionalisasi konsep


Proses menerjemahkan sebuah konsep/konstruk menjadi indikator-indikator
yang dapat diukur secara umum melalui dua proses: proses konseptualiasi dan proses
operasionalisasi sebuah konsep/konstruk. Konseptualisasi adalah proses menentukan
definisi konseptual atau teoretis yang mampu menjelaskan sebuah konstruk. Definisi
ini bersifat teoritis dan abstrak. Dibutuhkan studi literatur untuk membahas definsi
konseptual dari konsep/konstruk tersebut.

3
Langkah selanjutnya adalah operasionalisasi. Operasionalisasi
(operationalization) adalah proses menghubungkan sebuah definisi konseptual pada
satu set prosedur atau teknik pengukuran, dengan meninjau dimensi, aspek, atau sifat
yang ditunjukkan oleh suatu konsep. Pada praktiknya, dari sebuah konstruk atau
dimensi dikembangkan indikator-indikator yang teramati dan dapat diukur. Indikator-
indikator ini merupakan representasi, manifestasi, atau secara bersama-sama
membentuk pengertian utuh dari sebuah konsep/konstruk atau dimensi.
Operasionalisasi konsep terdiri dari beberapa tahap (Sekaran, 2010), yaitu:
1. Membuat definisi konstruk yang akan diukur.
2. Menyusun konten pengukuran, yaitu instrumen (satu atau lebih item atau
pertanyaan) yang dapat mengukur konsep yang akan dikembangkan.
3. Menyusun format respon (kuesioner) dengan skala tertentu (sangat setuju s/d sangat
tidak setuju)
4. Menilai reliability dan validity skala pengukuran

Gambar 2.1 Ilustrasi Operasionalisasi Konsep


2.3. Jenis-jenis Skala Pengukuran
Dalam pengukuran, diperlukan adanya suatu aturan dalam menempatkan nilai
pada suatu karakter objek, yaitu dengan menggunakan penskalaan atau scaling.
Scaling merupakan penyusunan suatu kesatuan (skala) di mana objek yang diukur
berada. Pengukuran merupakan penempatan nilai di mana karakter objek tersebut
berada yang dilakukan oleh masing-masing responden. Pengukuran biasa dilakukan
menggunakan angka karena angka dapat diolah dan dianalisis secara statistik, serta
dapat memberi informasi atau mengkomunikasikan apa yang dipersepsikan oleh para
responden melalui penilaian.

4
Skala terdiri dari empat jenis, yaitu:
1. Skala Nominal
Merupakan skala yang labelnya hanya digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan objek. Bila skala ini digunakan untuk identifikasi maka ada
korespondensi satu-satu antara tiap nomor dengan objek Namun bila digunakan
untuk klasifikasi maka nomor tersebut digunakan untuk membedakan kelas atau
kategori.
2. Skala Ordinal
Merupakan skala di mana penilaian yang diberikan menggambarkan tingkat
relatif karakteristik yang dimiliki objek tersebut, atau dengan kata lain dapat
dikatakan sebagai urutan (order). Dengan menggunakan skala ini dapat ditentukan
apakah suatu objek memiliki karakteristik lebih atau kurang dibandingkan objek lain,
namun seberapa lebih atau seberapa kurangnya tidak diketahui. Contoh: peringkat
pemenang lomba; pengukuran opini, persepsi, atau perilaku; serta pengukuran
preferensi konsumen terhadap beberapa jenis produk.
3. Skala Interval
Dalam skala ini jarak dua angka pada skala menggambarkan jarak yang sebanding
pada karakteristik objek yang diukur. Perbedaannya dengan skala ordinal ialah, pada
skala ini dapat dilakukan pembandingan. Pada skala ini terdapat interval yang sama
atau konstan antara dua nilai. Akan tetapi skala ini tidak memiliki titik nol absolut.
Contoh: temperatur.
4. Skala Rasio
Skala rasio memiliki seluruh sifat dari skala nominal, ordinal, dan interval
sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan objek, serta
memberi peringkat dan membandingkan. Sebab, pada skala ini terdapat titik nol
absolut. Contoh: tinggi badan, berat badan, besar pendapatan, dll

5
Teknik-teknik penskalaan dapat dibagi sebagai berikut (Malhotra, 2010):

Gambar 2.2 Teknik Penskalaan


1. Skala Komparatif
Merupakan teknik penskalaan di mana terdapat perbandingan langsung suatu
objek dengan objek lainnya. Teknik ini disebut juga penskalaan nonmetrik, dan hanya
terdiri dari jenis skala ordinal.
2. Skala Non-komparatif
Disebut juga skala metrik, dan datanya biasanya dalam bentuk skala interval atau
rasio. Pada teknik ini suatu objek tidak dibandingkan langsung dengan objek lainnya,
melainkan independen.
2.4. Penyusunan Pertanyaan dalam Kuesioner
Seperti telah disebutkan sebelumnya, kuesioner merupakan teknik terstruktur
untuk pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan baik tertulis maupun
verbal yang dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, pertanyaan yang diberikan
adalah untuk mendefinisikan keinginan dan kebutuhan oleh konsumen. Manajer harus
memikirkan secara lebih hati-hati mengenai kebutuhan dan preferensi konsumen
dibandingkan memikirkan sisi kualitas untuk melakukan kontrol dari proses produksi,
untuk itu, kuesioner yang dibuat harus dapat digunakan untuk mengetahui preferensi
konsumen terhadap produk yang berkualitas (Garvin, 1987).
Suatu kuesioner memiliki tiga sasaran utama, yaitu:
1. Menerjemahkan informasi yang diperlukan ke dalam pertanyaan-pertanyaan
spesifik yang dapat dan akan dijawab oleh responden
2. Memotivasi dan mendorong responden untuk terlibat dalam interview,
bekerjasama, dan menyelesaikan kuesioner
3. Meminimalisasi error respon
Proses perancangan kuesioner ialah sebagai berikut (Malhotra, 2010):
1. Menentukan informasi yang diperlukan

6
Selain informasi mengenai masalah penelitian, diperlukan juga informasi mengenai
target populasi yang relevan.
2. Menentukan tipe metode wawancara
Tipe metode wawancara akan mempengaruhi bentuk kuesioner, apakah wawancara
personal, menggunakan telepon, atau computer-assisted.
3. Menentukan isi tiap pertanyaan
Pertama, perlu dievaluasi apakah suatu pertanyaan diperlukan atau tidak. Setiap
pertanyaan harus memberi informasi yang diperlukan untuk tujuan tertentu,
sehingga bila suatu pertanyaan dirasa tidak berpengaruh maka lebih baik
dihilangkan. Namun bila pertanyaan-pertanyaannya kontroversial, dapat diberi
pertanyaan pendahuluan yang bersifat netral.
4. Mendesain pertanyaan yang mampu mengatasi ketidakmampuan dan ketidakmauan
responden untuk menjawab.
Responden bisa jadi tidak dapat menjawab kuesioner karena tidak memiliki
informasi, tidak ingat, atau tidak dapat menentukan respon yang pas.
5. Memutuskan struktur pertanyaan
Struktur pertanyaan terdiri dari pertanyaan terstruktur dan tidak terstruktur.
Pertanyaan tidak terstruktur, berupa open-ended question, di mana responden bebas
menjawab dan tidak diberi pilihan (semacam essay). Pertanyaan terstruktur, peneliti
dapat memilih apakah akan menggunakan pilihan ganda, pertanyaan dikotomi (ya/
tidak/tidak tahu) atau menggunakan skala.
6. Menentukan diksi dan kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan
Menentukan kata-kata dan struktur kalimat merupakan bagian tersulit dalam
pembuatan kuesioner. Karena bila tidak tepat bisa jadi responden tidak mengerti
dan malas menjawab.
7. Mengatur pertanyaan dalam urutan yang sesuai.
Pertanyaan pembuka akan menentukan kelanjutan apakah responden akan tetap
mengisi kuesioner atau tidak. Oleh karena itu, pertanyaannya harus simple,
menarik, dan tidak mengancam.
8. Mengidentifikasi bentuk dan layout
Format, spasi, ukuran huruf, dan jenis huruf dapat mempengaruhi tingkat
keterlibatan responden.
9. Mereproduksi kuesioner
Produksi kuesioner juga berpengaruh pada keterlibatan responden. Bila kuesioner
terdiri dari banyak halaman, dapat dibuat buklet daripada dihekter seperti biasa.
10. Mengeliminasi kesalahan dengan melakukan pengujian
Pengujian dilakukan pada beberapa sampel responden agar dapat dilakukan
pengembangan untuk menghindari masalah yang mungkin timbul.

7
2.5. Konsep Sampling
Sebelum masuk ke sampling, terlebih dahulu perlu diketahui beberapa istilah yang
berkaitan dengan sampling, sebagai berikut:
a. Populasi: Sekelompok orang, benda, atau kejadian yang berkaitan dengan
kepentingan peneliti; yang memiliki kesamaan karakteristik
b. Elemen: Setiap satu anggota populasi
c. Sensus: pendaftaran elemen populasi atau objek studi
d. Sampel (unit sampel): Suatu bagian populasi (unit) di mana elemen populasinya
akan diambil datanya untuk dianalisis
e. Bingkai populasi (population frame): Daftar yang mengandung seluruh elemen
populasi di mana sampel dapat ditarik
f. Subjek: Setiap satu anggota sampel
Alasan penggunaan sampling (penentuan sampel) atau sensus dapat diketahui dengan
melihat tabel perbandingan berikut:

Tabel 2.1 Karakteristik Sampel dan Sensus

Sampling juga diperlukan untuk memfokuskan perhatian pada kasus-kasus individual.


Selain itu sampling juga sesuai apabila ingin menjaga penelitian tetap rahasia.
Proses perancangan sampling ialah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan target populasi
Target populasi harus ditentukan dengan tepat, karena bila tidak maka penelitian
menjadi tidak efektif dan bahkan mengarah pada hasil yang salah. Mendefinisikan
target populasi berarti menerjemahkan definisi masalah ke dalam pernyataan
presisi mengenai siapa yang seharusnya dan tidak seharusnya dimasukkan ke
dalam sampel.
2. Menentukan bingkai sampel

8
Bingkai sampling dapat diperoleh dari buku telepon, milis, dsb atau dengan
menyaringnya pada tahap pengumpulan data. Bingkai sampling diperlukan agar
memastikan tidak ada elemen populasi yang terlewat padahal seharusnya ada, atau
agar elemen yang seharusnya tidak termasuk dapat dikeluarkan. Sebab hal
tersebut dapat mengakibatkan kesalahan sampling (sampling error).
3. Memilih teknik sampling
Teknik sampling yang sesuai diperlukan agar sampel yang diambil/digunakan
dapat merepresentasikan populasi sehingga hasil penelitian lebih akurat. jenis-
jenis teknik sampling akan dijlaskan pada sub bab selanjutnya.
4. Menentukan ukuran sampel
Ukuran sampel merupakan jumlah elemen yang akan dimasukkan dalam sampel
penelitian. Penentuan jumlah ini tergolong kompleks dan membutuhkan beberapa
pertimbangan baik kualitatif maupun kuantitatif.
5. Mengeksekusi proses sampling
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keempat tahap yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu dengan mengatur atau menyusun metodologi bagaimana agar
target populasi dan bingkai sampel dapat diperoleh, serta bagaimana agar teknik
sampling dan ukuran sampel dapat ditentukan.

2.6. Jenis-Jenis Teknik Sampling


Klasifikasi teknik-teknik sampling dapat disusun sebagai berikut (Malhotra, 2010):

Gambar 2.3 Jenis-jenis Teknik Sampling

1. Nonprobability sampling
Merupakan teknik sampling yang tidak menggunakan prosedur seleksi
menggunakan peluang/probabilitas melainkan lebih didasarkan pada judgment
dari peneliti.
A. Convenience sampling
Penentuan sampel secara mudah/dekat (convenient) yang sepenuhnya diserahkan
pada interviewer, biasanya karena responden berada pada waktu dan tempat yang
9
tepat. Teknik ini paling tidak mahal dan tidak menghabiskan banyak waktu, serta
unit sampelnya aksesible, udah diukur, dan kooperatif. Namun keterbatasannya
ialah tidak representatif dan tidak dapat digunakan untuk mengeneralisasi
populasi, serta tidak cocok untuk proyek riset peasaran yang membutuhkan
kesimpulan mengenai populasi. Biasanya hanya digunakan untuk riset
eksploratori, untuk memperoleh gambaran atau hipotesis.
B. Judgemental sampling
Penentuan sampel ialah berdasarkan judgment peneliti, namun atas tujuan
tertentu. Pada sampling jenis ini peneliti memiliki keyakinan tertentu bahwa
responden yang dipilihnya dapat merepresentasikan populasi. Contoh: tes pasar
untuk menguji produk, pemilihan saksi di persidangan, dll.
C. Quota sampling
Jenis ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu membuat atau
mengembangkan kuota, melalui penentuan jumlah dari tiap kelompok
karakteristik kontrol (misal usia, jenis kelamin, ras). Kuota ini berfungsi untuk
menentukan komposisi karakteristik tersebut agar sesuai dengan populasi.
Keuntungan metode ini ialah biaya yang rendah dan kemudahan bagi interviewer
untuk menentukan elemen dalam kuota. Untuk selanjutnya metode agar dapat
mengurangi bias dalam pemilihan elemen pun dikembangkan untuk metode ini.
D. Snowball sampling
Penentuan sampel dilakukan secara random sebagai sampel inisial. Setelah itu
sampel selanjutnya ditentukan berdasarkan informasi yang diberikan responden
inisial tersebut. Tujuan utama teknik ini ialah untuk mengestimasi karakteristik
yang jarang ada di populasi, sehingga baru dapat diketahui dari responden inisial
yang diambil. Keuntungannya ialah variansi dan biaya cenderung rendah, serta
meningkatkan kemungkinan melibatkan karakteristik yang diharapkan dari
populasi.
2. Probability sampling
Merupakan teknik sampling di mana masing-masing elemen memiliki peluang
yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
A. Simple random sampling
Tiap elemen memiliki probabilitas terpilih yang sama, dan tiap elemen
independen terhadap elemen lainnya.
B. Systematic sampling
Merupakan teknik di mana sampel ditentukan dengan memilih starting point
secara acak, lalu memilih setiap elemen ke-i dalam urutan bingkai sampel.
C. Stratified sampling
Merupakan teknik yang terdiri proses dua tahap untuk mempartisi populasi
menjadi subpopulasi atau strata. Kemudian elemen dipilih dari tiap subpopulasi
dengan prosedur random.
D. Cluster sampling

10
Dalam teknik ini target populasi dibagi menjadi subpopulasi yang mutually
exclusive yang disebut cluster. Kemudan sampel acak dipilih dari cluster tersebut
berdasarkan teknik probability sampling seperti simple random sampling. Untuk
setiap cluster, seluruh elemen dapat dimasukkan ke dalam sampel atau dapat
dipilih secara probabilistik.
Tabel 2.2 Kondisi yang sesuai untuk tiap jenis sampling

2.7. Dimensi Kualitas


Kesesuaian untuk digunakan tersebut merupakan kesesuaian antara konsumen
dengan produsen, sehingga dapat membuat suatu standar yang disepakati bersama dan
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak. Garvin (1996) telah
menguraikan dimensi kualitas untuk industri manufaktur, yaitu:
1. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri
atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang
merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik
bagi pelanggan.
3. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya
atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
4. Conformance yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
5. Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
6. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan
memperoleh komponen produk tersebut.
11
7. Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
8. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena
citra atau reputasi produk itu sendiri.

2.8. Menentukan Populasi dan Sampel


Sample harus merefleksikan parameter populasi dengan error yang sangat
kecil. Ukuran sampel harus ditentukan sedemikian rupa agar variasi tercapai dan
relevan terhadap tujuan penelitian. Terdapat beberapa cara menentukan ukuran
sampel, di antaranya adalah dengan mengestimasi mean dan mengestimasi proporsi
dengan tingkat kepercayaan (100-𝖺)%. Jika situasi kompleks dan informasi yang
tersedia terbatas, kecukupan sampel dapat menggunakan rule of thumb (Neuman,
2000). Berikut rentang rule of thumb.
Populasi Kecil (<1000) : 30% populasi
Populasi Cukup Besar (1000-10.000) : 10% populasi
Populasi Besar (>150.000) : 1% Populasi
Populasi Sangat Besar (>10 Juta) : 0,0025% populasi
Untuk perhitungan yang dilakukan hingga mendapatkan ukuran sampel yang
sebenarnya adalah sebagai berikut.
Hasil Ukuran Sampel = pasar potensial (orang) x % rules of thumb
Error = ukuran sampel x % margin of error
Ukuran sampel ideal = ukuran sampel + error
Ukuran sampel sebenarnya = ukuran sampel ideal x (100 %)/(response rate)
2.9. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
2.9.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Demikian pula kuisioner sebagai alat ukur harus
bisa mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang kita
susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan
uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuisioner
tersebut.
Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total
menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap
apa yang ingin diungkap, rumus korelasi produk moment dari pearsons yang
digunakan:

12
𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
√[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]
Keterangan:
r : Korelasi Produk Moment
∑𝑥 : Jumlah Skor suatu item
∑𝑦 : Jumlah total skor jawaban
Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai
indeks valid adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 (Sugiyono, 2016 : 179). Oleh karena
itu, semua pernyataan yang memiliki tingkat korelasi dibawah 0,3 harus diperbaiki
dngan mengambil data responden yang baru, karena dianggap tidak valid.

2.9.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejuh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
itu tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Alat ukur dikatakan reliabel jika menghasilkan
hasil yang sama meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali. Suatu kuisioner
dikatakan reliabel jika jawaban dari kuisioner tersebut konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Pengujian hasil reliabilitas dapat diukur dengan Koefisien Alfa (α) dari
(Cronbach, 1951).

2
𝑘 ∑𝑠
𝑟=[ ] . [1 − 2 ]
𝑘−1 𝑠
Dimana rumus varians adalah:
2
(∑ 𝑥 )
∑ 𝑥2 −
𝑠2 = 𝑁
𝑁
Keterangan:
r : Reliabilitas kuesioner atau korelasi alpha
k : banyaknya item soal
𝑠2 : Varians total
N : Jumlah responden
Seperti pada uji validitas, penghitungan ini dapat dilakukan secara manual
atau dengan menggunakan bantuan pogram Minitab. Membuat kesimpulan, dengan
cara membandingkan koefisien reliabilitas yang didapat. Menurut Ghozali (2011),
suatu variabel dapat dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbanch’s alpha > 0,6.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Flowchart Praktikum


Berikut merupakan flowchart praktikum modul II mengenai Perancangan
Questioner dan Sampling

MULAI

Penentuan tujuan pratikum

Identifikasi dimensi dan indikator kualitas produk

Penentuan pernyataan kuesioner

Desain kuesioner

Pengumpulan data kuesioner

Pengolahan data kuesioner

Analisis dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart Praktikum

14
3.2. Penjelasan Flowchart Praktikum
1. Praktikum dimulai dengan melakukan briefieng modul II, membahas aturan
praktikum, dan menentukan topik yang akan dibahas pada praktikum modul II
ini.
2. Menentukan tujuan dari praktikum tersebut seperti untuk mengetahui konsep
atau konstruk yang berkaitan dengan permasalahan riset yang dihadapi, dapat
melakukan operasionalisasi terhadap konsep atau konstruk tersebut, mengetahui
cara membuat instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner, mengetahui cara
membuat rencana sampling yang tepat
3. Menentukan pernyataan kuesioner dari produk celana jeans Levi’s yang mudah
dipahami responden
4. Merancang desain kuesioner berdasarkan pernyataan kuesioner sebelumnya.
5. Melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara, tertulis, dan
online.
6. Melakukan pengolahan data dengan melakukan uji validitas dan uji realibilitas.
7. Melakukan analisis dan pembahasan dari hasil olahan data yang didapatkan.
8. Membuat kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilkaukan dan
memberikan saran terhadap praktikum agar lebih baik lagi kedepannya
9. Praktikum selesai dengan pengumpulan laporan praktikum yang telah dibuat.

15
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Identifikasi Dimensi dan Indikator


Menurut David Garvin, untuk memilih dimensi kualitas produk, sanggup dilakukan
melalui 8 dimensi. Semua dimensi tersebut di Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Dimensi, dan Indikator Kualitas Produk

16
4.2. Pernyataan dari Indikator
Berikut di Tabel 4.2 merupakan pernyataan-pernyataan dari masing-masing Indikator.
Tabel 4.2 Pernyataan dari Indikator

4.3. Penentuan Populasi dan Sampel


Bingkai Sampling digunakan untuk mencegah adanya kesalahan sampling. Dengan
sampling frame, dapat dipastikan seluruh elemen populasi telah masuk ke dalam target
populasi. Berikut merupakan perhitungan yang dilakukan hingga mendapatkan ukuran
sampel yang sebenarnya:

Hasil ukuran sampel = pasar potensial × %𝑟𝑢𝑙𝑒 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑢𝑚𝑏

= 100.000 × 0,025% = 25

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × %𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟

= 25 × 2% = 0,5

U𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟

= 25 + 0,5 = 25,5
100%
Ukuran sampel sebenarnya = Ukuran sampel ideal ×
𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒
100%
= 25,5 × = 30
85%

17
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk menentukan uji validitas pada laporan ini digunakan software pengolahan data
SPSS.
Berikut ini adalah Table Case Processing Summary:
Tabel 4.3 Case Processing Summary
Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Pada tabel diatas valid ada 30 responden dengan excluded 0 yang artinya data seluruh
responden yang diinput seluruhnya pada software dengan presentasi valid 100%.
Berikut ini adalah tabel Realibility Statistic:
Tabel 4.4 Reliability Statistics

Reliability Statistics

Value .739
Part 1
N of Items 8a

Cronbach's Alpha Value .864


Part 2
N of Items 8b

Total N of Items 16
Correlation Between Forms .725
Equal Length .841
Spearman-Brown Coefficient
Unequal Length .841
Guttman Split-Half Coefficient .828

a. The items are: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8.
b. The items are: X9, X10, X11, X12, X13, X14, X15, X16.

Dilihat dari tabel diatas bahwa nilai cronbach’s alpha adalah 0.864 dan N of item
adalah jumlah pernyataan pada kuesioner yang terdiri dari 16 pernyataan. Berdasarkan
pada BAB 2.8.2 dasar pengambilan uji reabilitas cronchbach alpha menurut Ghozali
(2011), Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai cronbach’s alpha untuk setiap pertanyaan >
18
0,60 maka dapat disimpulkan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner dapat
dinyatakan reliable.
Berikut ini adalah tabel Total Statistics:
Tabel 4.5 Item Total Statistics

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

X1 63.37 59.206 .562 .881


X2 63.13 58.051 .636 .878
X3 63.07 57.375 .739 .875
X4 63.13 57.361 .531 .882
X5 64.03 62.240 .284 .890
X6 62.97 59.137 .674 .878
X7 63.90 65.610 -.043 .910
X8 63.23 57.564 .707 .875
X9 63.20 54.648 .714 .873
X10 63.07 58.616 .620 .879
X11 63.13 58.809 .567 .880
X12 63.17 56.764 .819 .872
X13 63.07 57.582 .777 .874
X14 63.37 55.895 .582 .880
X15 63.30 55.666 .632 .877
X16 63.37 61.275 .320 .890

Pada nilai corrected item-total correlation disebut juga sebagai nila r hitung yang
didasari oleh nilai degree of freedom 30-2 yaitu = 28 dengan signifikansi 5% maka
nilai r tabel satu arah adalah 0,3061.

19
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Hasil Uji Realibilitas dan Uji Validitas


Berikut ini adalah tabel hasil uji realibilitas:
Tabel 5.1 Hasil Uji Reliability Statistics

a. The items are: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8.
b. The items are: X9, X10, X11, X12, X13, X14, X15,
X16.

Dilihat dari tabel 5.1 bahwa nilai cronbach’s alpha adalah 0.864 dan N of item adalah
jumlah pernyataan pada kuesioner yang terdiri dari 16 pernyataan. Dapat dilihat nilai
cronbach’s alpha untuk setiap pertanyaan > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa setiap
pernyataan dalam kuesioner dapat dinyatakan reliable.

20
Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas:

Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas

Berdasarkan pada tabel 5.2 diatas, pada kolom Corrected Item-Total Correlation
dengan nilai r tabel adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 terdapat 2 variabel (X) yang
tidak valid dan data yang valid adalah 14 variabel.

5.2. Kekurangan dan Kelebihan Pengumpulan Data


Kelebihan dari pengumpulan data yaitu data terkini atau terbaru, diambil secara
langsung maupun via online. Kekurangan dari pengumpulan data yaitu jumlah sampel
yang diambil tidak memenuhi standar yaitu setengah dari jumlah populasi.

21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Setelah mengidentifikasi konsep maka dapat ditentukan demensi dan variabel
pengukuran untuk mebuat bentuk kuesioner
2. Melakukan rekapitulasi dari hasil pengisian kuesioner dengan 3 metode yaitu:
secara langsung, online dan interview
3. Dengan menentukan jumlah pasar potensial 100.000 maka didapatkan sampel
ukuran sampel yang didapatkan adalah 30, yang artinya untuk mendaptakan
hasil laporan praktikum dibutuh 30 orang untuk mengisi kuesioner. 10 orang
untuk mengisi kuesioner secara langsung, 10 lagi untuk mengisi kuesioner
secara online melalui google form, dan 10 orang lagi melalui wawancara.

6.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah dapat melakukan penyusan laporan dengan
data yang terdiri dari dua arah, sehingga penulis dapat mengetahui cara
penghitungan yang berbeda dalam menentukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Diharapkan juga pengambilan jumlah sampel minimal setengah dari populasi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Garvin, D. A. (1987). Managing Quality. New York: The Free Press
Hair, J.F. et al., 2013. Multivariate data analysis 7th ed., Pearson Education
Limited
Malhotra. (2007). Marketing Research : an applied orientation, pearson
education, inc. fifth edition. New Jearsey : USA.
Sekaran, uma dan Roger Bougie. (2010). Edisi 5, Research Method For
Business: A Skill Building Approach. John Wiley @ Sons, New York.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung :
IKAPI

23

Anda mungkin juga menyukai