Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI

UNTUK PERBAIKAN
HASIL PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas melakukan pembinaan, penilaian teknik dan


administratif pendidikan terhadap sekolah, yang dilakukan melalui pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan. Artinya pengawas melakukan penilaian
kinerja institusional dan personal, baik kepada sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah
melalui data-data yang terkumpul baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
Data yang terkumpul melalui instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan suatu proses
penilaian. Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka,
deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk pengambilan keputusan. Hasil penilaian
harus memiliki validitas yang tinggi, reliabel, fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu,
komprehensif, objektif dan mendidik.
Penilaian memiliki validitas yang tinggi artinya hasil penilaian dapat ditafsirkan sesuai dengan
apa yang akan dinilai. Reliabel berarti hasil penilaian harus ajeg, menggambarkan kinerja atau
kemampuan yang sesungguhnya. Penilaian harus fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu
dapat diartikan sebagai kesesuaian pencapaian kinerja atau kompetensi dengan standar yang
ditetapkan dan dicirikan oleh pencapaian indikator-indikator yang terukur. Objektif berarti dalam
memberi penilaian harus adil, terencana dan berkelanjutan. Mendidik diartikan bahwa penilaian
digunakan untuk memperbaiki proses, baik proses peningkatan manajemen, proses peningkatan
pembelajaran untuk mencapai kualitas manajemen atau pembelajaran yang lebih tinggi.
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja (performance), penugasan
(project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil test), portofolio, penilaian sikap,
wawancara, dan sebagainya.
Dalam kaitan ini, pengawas dituntut untuk dapat melakukan analisis dan pengolahan data hasil
penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf administratif. Pengolahan dan analisis data
penilaian ini dilakukan dengan metode dan teknik-teknik tertentu, agar penilaian yang dilakukan
menjadi lebih objektif, valid dan reliabel, serta mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan pengembangan kualitas sekolah.

KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKANNYA

A. CARA PEROLEHAN DATA

Data merupakan bentuk jamak dari datum adalah keterangan tentang suatu hal atau fenomena
yang dapat dihasilkan dari pengalaman, pengamatan atau eksperimen, atau kumpulan dari suatu
anggapan. Jadi data dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan atau
suatu fakta yang digambarkan melalui angka, symbol, kode, dan lain-lain.
Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf administrasi sekolah, data
diperoleh umumnya melalui empat macam teknik pengumpulan data, yaitu: wawancara
(interview), tes, observasi dan life record.

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan dasar dalam penilaian dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada
beberapa kelebihan dari teknik wawancara ini, antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan
sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun
juga.
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan melakukan inquiry
(pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses penilaian.
Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik
responden dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.

2. Tes

Seperti hal nya wawancara, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes
stimulus yang direspon responden lebih terstandardisasikan daripada wawancara. Bentuk tes
yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama
proses penilaian kinerja berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam
bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu pengawas untuk memahami
responden. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

3. Observasi

Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan responden.
Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang
tertinggi dalam proses penilaian kinerja. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara
lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari
permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon,
motivasi dan bias situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana
masalah itu telah muncul.
c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami
seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna
dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat
gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau
observasi melalui bantuan kamera.

4. Life record
Penilaian yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah,
arsip pekerjaan, portofolio, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan,
rencana pembelajaran guru, daftar hadir, daftar nilai siswa, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari
life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih
banyak seperti melalui wawancara, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih
terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya,
pengawas ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan responden. Data tentang
transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang
hal itu daripada bertanya, ”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama
periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan,
perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama
interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku, serta
aktivitas yang terekam dari seorang responden selama periode tertentu, life records memberikan
suatu sarana bagi pengawas untuk memahami responden dengan lebih baik.
Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data kualitatif maupun data
kuantitatif. Untuk data yang bersifat kuantitatif, tentu lebih mudah untuk dilakukan analisis
dengan teknik atau metoda yang lebih kuantitatif. Tetapi untuk data yang bersifat kualitatif agar
analisisnya lebih mudah dan lebih objektif, diperlukan penilaian dengan bantuan rubrik.
Heidi Goodrich Andrade (1997) mendefinisikan rubric is a scoring tool that fists the criteria for a
piece of work, or what counts. (http://www. middleweb.com/rubricsHG .html)
American Association for the Advancement of Science membuat definisi yang hampir
bersamaan dengan definisi di atas, yaitu a rubric is a scoring guide that differentiates, on an
articulated scale, among a group of simple behaviors, or evidences of thought that are responding
to the same prompt
(http://stone.web.brevard.kl2.fl.us/html/compai bric.html).
Pertanyaan pertama yang muncul tentang rubrik adalah mengapa harus menggunakan rubrik ?
Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau
salah seperti yang biasa dilakukan dalam tes. Penilaian kinerja melakukan penilaian dengan
menggunakan penilaian subyektif yang menyangkut mutu kinerja atau hasil kerja yang
ditunjukkan oleh responden. Tentu saja dengan demikian akan terjadi penilaian subyektif yang
secara mudah akan kehilangan reliabilitasnya dan keadilan dalam penilaian. Untuk itu diperlukan
cara-cara tertentu yang dapat menjamin reliabilitas, keadilan dan kebenaran penilaian. Maka
perlu dikembangkan kriteria atau rubrik yang dapat digunakan sebagai alat atau pedoman
penilaian kinerja atau hasil kerja responden. Dengan demikian maka rubrik dapat membantu
pengawas untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Dengan
mengkomunikasikan rubrik kepada responden atau bahkan dengan menyusun rubrik secara
bersama-sama antara pengawas dan responden, diharapkan responden secara jelas memahami
dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja responden. Kedua pihak
(pengawas dan responden) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan
kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi
responden dalam meningkatkan kinerjanya.
Sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari senarai yaitu daftar kriteria yang
diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai,
dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling
buruk. Jika dibandingkan dengan tes, maka rubrik dapat dibandingkan dengan kisi-kisi tes. Kisi-
kisi tes menguraikan secara rinci tujuan/kemampuan yang akan dicapai, yang selanjutnya
dikonstruksi butir-butir tes, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kinerja responden.
Rubrik dikenal juga dengan sebutan scoring rubric (Menurut istilah yang digunakan oleh
Chicago Public Schools (CPS)) terdiri dari beberapa komponen. Dalam setiap komponen terdiri
dari satu atau beberapa dimensi. Setiap dimensi harus didefinisikan dan agar lebih jelas harus
diberi contoh atau ilustrasi. Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan mutunya atau
diberi peringkat (rating). Setiap kategori mutu atau rating sebaiknya diberi contoh-contoh kinerja
agar mempermudah penilai atau pemberi peringkat (rater). Secara singkat scoring rubric terdiri
dari beberapa unsur, yaitu:
1. dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja responden,
2. definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi,
3. skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi,
4. standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi kriteria dan kolom
yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar, kemudian dirinci menjadi
komponen-komponen penting. Atau dapat pula komponen-komponen ditulis langsung tanpa
dikelompokkan dalam garis besar.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh (beriaku umum) dan dapat juga bersifat khusus (hanya beriaku
untuk suatu topik tertentu dalam suatu rhata kuliah tertentu). Rubrik yang bersifat menyeluruh
dapat disajikan dalam bentuk holistic rubric dan dapat pula dalam bentuk analytic rubric.
Contoh Holistic Rubric

Skor Deskripsi
4 Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan
pemahaman yang utuh. Respons dikemukan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban
singkat dan langsung ke masalah yang diminta, dan kesimpulan atau pendapat mengalir secara
logis. Secara menyeluruh respons lengkap dan sangat memuaskan.
3 Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons
dikemukakan dalam tulisan yang lancar. Uraian cenderung bertele-tele.
2 Respons kurang memuaskan. Sungguhpun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada
kesimpulan atau pendapat. Ada masalah dengan alur berpikir yang ditawarkan (kurang logis).
1 Respon tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat.
Tak ada kesimpulan atau pendapat. Secara menyeluruh respons tidak akurat dan tidak lengkap.

Contoh Analytic Rubric

Skor Grafik Spesifikasi Rasional


4
Gambar dan pertelaan tentang grafik yang disajikan benar Semua spesifikasi yang diberi¬kan
benar Rasional yang diberikan jelas dan “straight-forward”
3 Sebagian terbesar gambar dan pertelaan yang diberikan benar Semua spesfflkasi yang
diberi¬kan benar Penlasan dibe¬rikan, tetapi masih membutuhkan tambahan.
2 Beberapa gambar disajikan dan beberapa pertelaannya benar Hanya sebagian spesifikasi yang
berikan benar. Rasional diberikan tidak lengkap
1
Gambar dan pertelaan yang diberikan sangat terbatas dan hanya sebagian yang benar Spesifikasi
yang diberikan pada umumnya salah
Rasional yang diberikan tidak benar

Sedangkan mutu dapat berupa penilaian subyektif yang dinyatakan secara deskripsi (descriptive),
seperti sempurna, sangat baik, baik, kurang, kurang sekali. Selain itu dapat pula dinyatakan
dengan angka (numeric) misalnya 5,4,3,2, dan 1. Atau kombinasi dan keduanya, deskripsi
maupun angka. Dalam menentukan skala tersebut, biasanya akan timbul pertanyaan, yaitu skala
manakah yang akan digunakan? Pertanyaan ini agak sukar dijawab karena sangat bergantung
pada jenis kriteria yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Namun demikian
Chicago Public Schools menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap butir kriteria pada skala harus didefinisikan dengan jelas. Akibatnya semakin banyak
skala yang digunakan akan semakin banyak pula pekerjaan mendefinisikan butir kinerja yang
harus dilakukan.
2. Semakin panjang skala yang digunakan, akan semakin sukar pula tercapainya kesepakatan
antar penilai atau rater,
3. Skala yang pendek juga berakibat sulitnya mengidentifikasi perbedaan yang terjadi.
4. Perlu ditentukan pula apakah jarak antar skala sama, atau akan diberikan pembobotan
(weighting)r
Setiap sel yang terbentuk dan baris dan kolom dituliskan deskripsi kinerja yang dapat diamati
dan lebih baik bila dapat disertakan contoh kinerja atau hasil kerja yang dimaksud.
Persoalan selanjutnya ialah bagaimana cara memperoleh rubrik ? Tentu saja cara yang termudah
ialah membeli atau mendapatkan rubrik yang secara profesional telah disusun oleh lembaga
pendidikan atau institusi yang bertanggung jawab untuk memantau perkembangan pendidikan.
Di beberapa negara bagian, bahkan di beberapa School distric di Amerika Serikat sudah
disediakan rubrik untuk hampir seluruh bidang studi dan mata pelajaran, terutama untuk tingkat
persekolahan. Setiap pengawas dapat mengambilnya dengan mudah melalui internet. Salah satu
contoh ialah untuk CPS, ada yang disebut dengan The Rubric Bank yang dapat dilihat atau
diambil secara gratis melalui internet.
Rubrik ini belum tentu cocok untuk semua sekolah atau semua pengawas. Karena itu cara lain
yang mudah ialah menggunakan rubrik dari bank tersebut, tetapi kemudian dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan sekolah atau pengawai yang bersangkutan. Tentu saja tidak semua mata
pelajaran telah tersedia rubriknya dalam The Rubric Bank. Karena itu pengawas juga harus dapat
mengembangkan rubriknya sendiri. Rubrik yang dikembangkan sendiri oleh pengawas, apalagi
bila mengikutsertakan para responden, akan lebih dihayati oleh pengawas dan responden.
Dalam mengembangkan rubrik perlu memperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan
Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan langkah-Iangkah pengembangan rubrik sebagai berikut:
1. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diases (penilaian).
2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep dan atau keterampilan yang
akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek
kinerja.
3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task) yang harus diases.
4. Menentukan skala yang akan digunakan.
5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak
diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti
dengan memberi angka pada setiap gradasi atau memberi deskripsi gradasi.
6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja responden dengan rubrik
yang telah dikembangkan .
7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja responden dari uji coba tersebut
kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja, maupun konsep dan keterampilan yang
akan diases.
8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut memang telah
membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan oleh responden.
9. Merevisi skala yang digunakan.

Secara lebih rinci CPS menggariskan beberapa langkah pengembangan scoring rubric sebagai
berikut:
1. Pengawas, atau pengawas bersama dengan sejawatnya menentukan dimensi kinerja yang akan
dinilai. Penentuan ini dapat dilakukan melalui diskusi bersama sejawat.
2. Setelah itu kumpulkan beberapa hasil karya atau kinerja responden yang telah ada, untuk
dilihat dan disesuaikan antara hasil penentuan dimensi dengan kenyataan pada kinerja responden.
Kemungkinan satu dimensi terlalu mendapat penekanan atau bahkan dari kinerja nyata
responden terdeteksi adanya dimensi tertentu yang tidak tercantum dalam kurikulum atau buku
teks, atau bahkan diskusi antar para ahli.
3. Berdasarkan dua langkah terdahulu, rumuskan dimensi kinerja yang akan dinilai menjadi
dimensi-dimensi yang lebih akurat.
4. Setelah itu tulislah definisi dari setiap dimensi yang telah diputuskan. Pendefinisian ini
merupakan langkah yang kritis. Bila definisi kurang akurat, atau bahkan dalam definisi itu
tertinggal beberapa aspek penting dari dimensi kinerja yang akan dinilai, maka untuk selanjutnya
penilaian terhadap dimensi itu tidak akan sempurna.
5. Menentukan skala dari dimensi yang akan dinilai. Skala itu tentu saja dapat berbentuk
deskriptif atau numerik. Apapun bentuk skala yang digunakan, setiap kategori skala itu harus
didefinisikan secara baik, dan diberi contoh kinerja yang ditunjukkan dalam setiap kategori.
Sebenamya pada tahap ini tidaklah selalu harus dalam bentuk skala. Dapat juga dikembangkan
semacam check list, sehingga hanya dalam bentuk ada atau tidak adanya suatu dimensi.
6. Tahap berikutnya ialah melakukan penilaian terhadap rubrik yang telah dikembangkan. Untuk
penilaian ini sejumlah pertanyaan dapat dijadikan sebagai patokan.
7. Langkah selanjutnya ialah uji-coba. Langkah ini tentu saja sangat penting, karena dari hasil uji
coba inilah akan nampak, apakah rubrik yang telah dikembangkan dapat digunakan atau tidak ?
8. Apabila rubrik sudah memadai, maka langkah berikutnya adalah sosialisasi. Sosialisasi
dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan penilaian kinerja. Dengan
melakukan sosialisasi ini diharapkan semua pihak dapat memperlihatkan komitmennya.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubric telah diupaya untuk disusun dengan sebaik-baiknya,
tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang
sempuma atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja responden dalam
suatu bidang atau komponen kegiatan tertentu. Dari satu tugas dapat saja disusun lebih dari satu
rubrik. Karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik. Pertanyaan-
pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan menilai rubrik:
1. Seberapa jauh rubrik tersebut berhubungan langsung dengan kinerja yang dinilai ? Suatu
rubrik yang baik harus jelas hubungannya dengan setiap dimensi kinerja yang dinilai.
2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang dinilai.
3. Apakah kriteria yang digunakan sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku untuk
bidang kinerja yang dinilai ?
4. Sejauh mana dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi secara baik ?
5. Bila menggunakan skala numerik (numeric) sejauh mana angka-angka yang digunakan itu
memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja ?
6. Seberapa jauh perbedaan sekor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
7. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh mahasiswa?
8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias ?
9. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah meng-administrasikannya ?

B. KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKKANNYA

Data dikelompokkan sesuai dengan karakteristik yang menyertainya. Data dapat dikelompokkan
sesuai dengan sifatnya, waktu pengumpulan, sumber pengambilan dan menurut tingkat
pengukurannya.
Menurut sifatnya data dapat dibedakan menjadi data kualitatif yang tidak berbentuk bilangan,
dan data kuantitatif yang berbentuk bilangan. Contoh data kualitatif adalah jenis kelamin, agama,
warna, persepsi, dsb. Contoh data kuantitatif misalnya tinggi, panjang, berat, umur dan
sebagainya. Data kualitatif ini dapat dikuantitatifkan melalui pembuatan rubrik.
Berdasarkan waktu pengumpulannya, data dapat dibagi menjadi data berkala (time series) yaitu
data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
suatu kegiatan atau keadaan, contohnya adalah data kohort keadaan siswa dan lulusan, dan data
kerat lintang (cross section) yaitu data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu untuk
memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan pada waktu tertentu, missal
data jumlah guru atau siswa tahun 2008.
Berdasarkan sumber pengambilannya data dapat dikelompokkan menjadi data primer atau data
asli yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari orang yang
melakukan kegiatan atau penelitian, misalnya data yang diperoleh dari kuesioner, hasil survey
atau pengamatan, dsb. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
dari sumber-sumber yang telah ada (ex post facto), data ini tersedia di tempat-tempat tertentu,
seperti perpustakaan, BPS, kantor tata usaha dan sebagainya.
Menurut tingkat pengukurannya, data dibedakan menjadi empat skala pengukuran, yaitu data
kategorik (data nominal, ordinal), dan data numerik (data interval dan rasio).
Data nominal merupakan data hasil pengelompokan peristiwa berdasarkan kategori tertentu yang
perbedaannya hanya menunjukkan perbedaan kualitatif, dan tidak menunjukkan kedudukan
objek atau kategori yang satu terhadap objek atau kategori yang lain. Dengan kata lain data
nominal perbedaan yang ada hanya sebagai label atau kode saja. Ciri dari data nominal ini adalah
kategori data dapat bersifat saling lepas atau tidak disusun secara logis. Contoh: siswa pria diberi
label 1, dan siswa pria diberi label 0; Warna : merah, kuning, ungu, hijau, dsb., nama orang :
Andi, Aji, Asep, Anang, Bagus dsb. Tidak ada alasan tertentu kategori mana yang disebut di
awal dan mana yang di akhir.
Data ordinal adalah data dari objek atau kategori yang disusun berdasarkan besarnya, dari tingkat
rendah ke tingkat tinggi atau sebaliknya, tetapi dengan jarak yang tidak sama. Ciri-ciri data
nominal melekat pada jenis data ini, dan kategori dapat disusun berdasarkan urutan logis dan
sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Contoh ranking siswa, pendidikan : SD, SMP,
SMA, Diploma, S1, S2, S3 (urutan tersebut merupakan urutan pendidikan rendah ke tinggi),
tingkat kesetujuan : sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju (urutan tersebut
dari tingkat yang paling tidak setuju hingga setuju), dsb.
Data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan suatu
atribut tertentu dan memiliki jarak atau interval antar tiap objek atau kategorinya sama, namun
tidak memiliki nilai nol mutlak. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Ciri-ciri data
nominal dan ordinal melekat pada data interval ini ditambah cirri lain yaitu kategori data
memiliki jarak yang sama. Contoh: Suhu (dalam derajat celcius), merupakan peubah selang
karena 0 pada jenis data ini adalah kesepakatan orang yaitu suhu ketika air membeku pada
tekanan 4 atm. Jika ada sebuah benda bersuhu 5oC dan benda lain bersuhu 100oC, tidak bisa
dikatakan bahwa benda kedua suhunya 20 kali benda pertama. Contoh lain, tahun (masehi),
merupakan peubah selang karena tahun 0 adalah kesepakatan. Jika ada suatu peristiwa terjadi
tahun 100 dan peristiwa lain terjadi tahun 2000, tidak bisa dikatakan, peristiwa kedua memiliki
tahun 20 kali dari tahun peristiwa pertama.
Data dengan skala pengukuran rasio memiliki semua ciri data nominal, ordinal dan interval dan
memiliki nol mutlak. Angka pada data jenis ini menunjukkan ukuran yang sebenarnya dari objek
atau kategori yang diukur. Misal, berat badan, atau nilai siswa A dan B adalah 60 dan 90. Untuk
ukuran rasio dapat dinyatakan bahwa nilai B adalah 1,5 kali nilai A. panjang benda (dalam cm),
merupakan peubah rasio karena kalau panjangnya 0 berarti benda itu tidak ada. Jika sebuah
benda memiliki panjang 5 cm dan benda lain panjangnya 20 cm, maka benda kedua 4 kali lebih
panjang dari yang pertama. Atau sebaliknya, benda pertama seperempat panjangnya dari pada
benda kedua. Berat (dalam kg), merupakan peubah rasio karena kalau beratnya 0 itu berarti
bendanya tidak ada, serta juga dapat dirasiokan.
Data dalam skala pengukuran rasio ataupun interval (selang) bisa dinyatakan sebagai data dalam
skala pengukuran ordinal maupun nominal, setelah dikategorikan terlebih dahulu. Misalnya
pendapatan guru per bulan. Jika diukur dalam satuan rupiah, maka data tersebut merupakan data
skala pengukuran rasio, namun jika peubah yang sama kemudian nilai-nilainya dikelompokkan
menjadi misalnya :
– < 1 juta
– 1 juta s/d 2 juta
– 2 juta s/d 5 juta
– > 5 juta
maka yang terakhir menjadi data ordinal. (catatan : sebagian orang memberikan pengertian yang
salah tentang data dengan skala pengukuran interval, dengan mengatakan pembagian seperti di
atas sebagai contoh dari data interval, padahal yang demikian adalah ordinal). Atau misalnya
yang diukur adalah diameter ujung bolpoin pada suatu pemeriksaan pengendalian mutu produk
(diukur dalam mm). Kemudian dikategorikan seperti berikut :
– < 1 mm atau > 2 mm dinyatakan tidak memenuhi syarat
– 1 mm s/d 2 mm dinyatakan memenuhi syarat
Pada akhirnya diameter bolpoin dinyatakan menjadi dua kategori : memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat, dan ini adalah data nominal.
Pengetahuan tentang jenis skala pengukuran ini sangat perlu untuk diketahui karena menyangkut
analisis yang digunakan dan ketajaman analisisnya. Setiap analisis hanya bisa untuk jenis data
tertentu, tidak sembarangan. Jadi perlu diperhatikan benar analisis apa yang bisa untuk data kita.
Dalam banyak hal, lebih mudah menganalisis data hasil pengukuran numerik dari pada
pengukuran kategorik, karena beberapa alasan :
1. data numerik memiliki ketajaman yang lebih tinggi daripada data kategorik. Misalnya data
pendapatan yang diukur dalam satuan juta, mungkin jauh lebih banyak informasi yang diperoleh
daripada sekedar pendapatannya tinggi, sedang atau rendah. Dua orang yang berpendapatan 1
juta per bulan dan 1.1 juta per bulan mungkin akan dikelompokkan dalam tingkat pendapatan
sedang. Jika kita gunakan data hasil pengukuran numerik, keduanya bisa dibedakan tetapi tidak
jika digunakan data kategorik.
2. analisis yang disediakan untuk menangani data numerik lebih banyak.
Namun demikian, tidak semua data numerik bisa ditanyakan langsung kepada responden.
Responden akan lebih menyukai pertanyaan tentang besarnya pendapatan yang jawabannya
dinyatakan dalam bentuk selang-selang nilai daripada pertanyaan terbuka. Seorang siswa akan
lebih menyukai memberikan jawaban berupa selang nilai tentang berapa nilai rata-rata dia
semester ini.

PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. MENDESKRIPSIKAN DATA HASIL PENILAIAN

Secara umum, seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lain, sebelum dilakukan analisis data, harus
ada persiapan pengolahan data melalui pendeskripsian data dengan tepat. Tahapan persiapan
pengolahan dan analisis data ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui karakteristik umum dari data yang dimiliki, misalnya jenis data apa saja yang
dimiliki, tipe-tipe data dari setiap peubah dan sebagainya, seperti yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Pengetahuan ini dibutuhkan untuk menentukan metode apa yang nanti bisa
digunakan.
2. Menyaring data yang akan digunakan dalam analisis. Sebelum dilakukan analisis lebih jauh,
kita harus bisa menyaring data yang ada. Mungkin saja tidak semua data yang digunakan, tapi
hanya sebagian. Misalkan hanya untuk yang berjenis kelamin laki-laki, atau hanya data dari
kelompok yang berpendidikan Sarjana, dan sebagainya. Atau mungkin suatu saat kita hanya akan
menganalisis sebagian pertanyaan saja dalam kuesioner, misal pertanyaan berhubungan dengan
keadaan kepemilikan sertifikasi guru.
3. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada data. Bukan hal yang jarang terjadi jika
terdapat kesalahan pada data yang kita miliki. Misalnya pada data jenis kelamin yang harusnya
hanya laki-laki atau perempuan, tertulis pria. Kesalahan ini dalam analisis akan berujung pada
ditemukannya tiga kelompok jenis kelamin. Sehingga pada tahapan persiapan data, harus
dipastikan kesalahan-kesalahan seperti ini tidak terjadi.

Semakin besar atau semakin banyak data yang dimiliki, maka waktu yang diperlukan pada
tahapan persiapan data ini akan semakin lama. Antisipasi yang bisa dilakukan untuk
mempersingkat atau mempermudah tahapan ini antara lain:
1. menyiapkan program pemasukan data yang baik. Pada saat penelitian dilakukan, seyogyanya
kita membuat suatu sistem pemasukan data (data entry) yang memiliki kemampuan untuk
memeriksa kemungkinan-kemungkinan kesalahan.
2. Melakukan pengkodean terhadap data-data dari pertanyaan-pertanyaan yang terbuka. Sebelum
dilakukan pemasukan data, sedapat mungkin dilakukan pengkodean terhadap jawaban-jawaban
pertanyaan terbuka. Hal ini di samping menghindari pengkodean berbeda-beda dari setiap para
petugas yang memasukkan data, juga mempermudah pada tahap analisis.
3. Melakukan briefing kepada para petugas pengentry data.
Jika tahapan persiapan bisa dilalui dengan baik, maka besar kemungkinan kesulitan-kesulitan
pada saat pengolahan (analisis) data bisa dihindari.
Sebelum dibahas berbagai macam metode dan teknik analisis, ada baiknya dibahas teknik-teknik
penyajian data atau mendeskripsikan data. Teknik-teknik ini diperlukan untuk memberikan
gambaran umum informasi yang terkandung pada sekelompok data. Di samping itu, teknik
penyajian ini dimaksudkan untuk memperindah tampilan dari suatu laporan hasil penilaian.
Penyajian data yang umum digunakan adalah :
– tabel
– grafik
Penyajian dalam bentuk tabel, memiliki beberapa jenis :
1. Tabel Ringkasan Data : Tabel ini merupakan ringkasan statistik dari beberapa kelompok.
Misalkan jika kita memiliki data pendapatan keluarga siswa di sebuah wilayah/rayon, dan kita
ingin menyajikan rata-rata pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan kepala
keluarganya/orang tua. Dari tabel ini ingin diperoleh informasi umum hubungan antara
pendidikan dan pendapatan. Bentuk tabelnya mungkin seperti berikut :

Pendidikan Orang Tua Pendapatan Keluarga (juta per bulan)


Tidak Sekolah 0.5
SD 0.8
SMP 0.9
SMA 1.1
Diploma 1.7
S1/S2/S3 4.0

Dalam penyajian menggunakan tabel ringkasan ini, mungkin informasi akan lebih lengkap jika
tidak hanya menampilkan rata-rata (ukuran pemusatan data) saja. Tambahan informasi tentang
simpangan baku akan memberikan pengetahuan yang lebih menyeluruh. Misalmya tabel berikut :

Pendidikan Orang Tua Pendapatan Keluarga (juta per bulan) Simpangan Baku
(juta per bulan)
Tidak Sekolah 0.5 0.2
SD 0.8 0.3
SMP 0.9 0.4
SMA 1.1 0.6
Diploma 1.7 0.3
S1/S2/S3 4.0 1.0

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa pendapatan keluarga berpendidikan SMA dan S1/S2/S3
lebih beragam dibandingkan yang lain. Keluarga yang pendidikannya tidak sekolah
pendapatannya relatif sama, tapi keluarga yang pendidikannya SMA memiliki pendapatan yang
berbeda-beda.

2. Tabel Frekuensi : Tabel ini merupakan gambaran frekuensi atau berapa banyak individu pada
berbagai kelompok. Misalkan data kecenderungan siswa dalam memilih Perguruan Tinggi dalam
satu wilayah/rayon. Kemudian disajikan gambaran pilihan siswa untuk berbagai perguruan tinggi
di dalam maupun di luar negeri. Dari tabel frekuensi ini kita bisa mengetahui perguruan tinggi
mana yang diminati oleh siswa. Seringkali tabel ini disajikan terurut berdasarkan frekuensi, dari
yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya. Bentuk tabelnya mungkin sebagai berikut :

Pilihan PT Frekuensi Persentase


PTN A 500 50%
PTN B 200 20%
PTN C 150 15%
PTS dalam negeri 100 10%
PT luar negeri 50 5%
Total 1000 100%

3. Tabel Kontingensi atau Tabulasi Silang : Tabel ini hampir sama dengan tabel frekuensi namun
dilihat dari dua atau lebih peubah. Misalnya jika kita ingin mengetahui frekuensi orang tua siswa
dalam suatu wilayah/rayon berdasarkan pendidikan, maka tabel frekuensi yang didapatkan
adalah sebagai berikut :

Pendidikan Frekuensi Persentase


Tidak Sekolah/SD 250 25%
SMP/SMA 300 30%
Diploma 150 15%
S1/S2/S3 300 30%
Total 1000 100%

Dan jika kita ingin melihat frekuensi pilihan PT oleh siswa berdasarkan pendidikan orang tua
yang diperoleh dari tabel sebelumnya. Dua tabel ini memberikan gambaran yang terpisah dari
kondisi suatu kota. Kita bisa menyajikan dua informasi ini dalam bentuk tabel kontingensi
dengan informasi yang lebih banyak. Tabel yang diperoleh mungkin berbentuk seperti berikut :
Pilihan PT Pendidikan Orang Tua Siswa
Tidak Sekolah/SD SMP/SMA Diploma S1/S2/S3 Total
PTN A 100 150 50 200 500
PTN B 30 20 60 80 200
PTN C 40 80 10 20 150
PTS dalam negeri 60 10 30 0 100
PT luar negeri 10 40 0 0 50
Total 250 300 150 300 1000

Dari tabel di atas informasi tambahan yang diperoleh antara lain, ternyata orang tua yang
pendidikannya S1/S2/S3 lebih menyukai anaknya masuk ke PTN A. Informasi seperti ini tidak
tertangkap oleh tabel frekuensi.
Catatan yang perlu diperhatikan ketika membuat tabel adalah upayakan untuk membuat nama
kolom maupun baris sejelas mungkin.
Sementara itu banyak orang yang berpendapat bahwa penyajian informasi menggunakan tabel
yang berisi angka memiliki keefektifan yang kurang jika dibandingkan dengan grafik. Pesan
visual yang diberikan oleh grafik selain lebih menarik untuk dilihat juga mempermudah
seseorang dalam membandingkan.
B. MEMILIH METODE DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN

Dari berbagai macam teknik analisis data, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan kegunaannya. Pengelompokan ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi. Yang termasuk di
dalamnya adalah:
Uji t-student, Uji Tanda (Sign Test) dan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Rank
Test), Uji Proporsi.
2. Teknik Analisis untuk membandingkan Nilai Tengah Dua atau Lebih Populasi. Yang termasuk
di dalamnya adalah:
Uji t-student, ANOVA (Analysis of Variance), Uji Mann-Whitney-Wilcoxon dan Uji Kruskal-
Wallis, Uji Beda Proporsi
3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel. Yang termasuk di
dalamnya adalah:
Korelasi Pearson, Korelasi Peringkat Spearman, Regresi Linear, Regresi Logistik, Tabel
Kontingensi (Uji Khi-Kuadrat), ANOVA.
4. Teknik Analisis untuk Melakukan Pendugaan. Yang termasuk didalamnya adalah segala
bentuk analisis regresi.

1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi

Hipotesis nilai tengah (atau rata-rata) merupakan suatu pernyataan tentang besarnya nilai tengah
suatu populasi yang ingin diuji kebenarannya. Beberapa prosedur analisis yang bisa digunakan
untuk tujuan ini adalah :

Uji t-student uji ini digunakan untuk data yang bertipe numerik; misalnya nilai UN siswa, jumlah
siswa yang memasuki PTN bertaraf internasional, jumlah guru, dsb.; yang diasumsikan memiliki
sebaran normal. Uji ini menghasilkan apa yang disebut statistik uji t-hitung dengan basis
penghitungan adalah selisih antara rata-rata yang didapat dari data dengan rata-rata yang
dihipotesiskan, dan dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat bebas n-1, n adalah ukuran
sampel.

Uji Tanda uji tanda (sign test) ini adalah uji yang bisa diterapkan pada data yang bertipe minimal
ordinal (misalnya nilai tes, IQ, tingkat kesetujuan) dan tidak ada asumsi sebaran normal (non-
parametrik). Dengan menggunakan uji ini, data ditransformasi menjadi dua + (plus) jika nilainya
lebih besar dari nilai yang dihipotesiskan, dan – (minus) jika nilai datanya lebih kecil dari nilai
yang dihipotesiskan. Dengan melihat banyaknya tanda + dan – ini, diputuskan apakah menerima
atau menolak hipotesis.

Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon, uji ini memiliki syarat seperti halnya uji tanda. Basis
pembandingan yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menyelisihkan setiap data dengan
nilai yang dihipotesiskan, kemudian membuat peringkat dari selisih tersebut. Selanjutnya dari
nilai-nilai peringkat inilah diputuskan untuk menerima atau menolak suatu hipotesis.

Uji Proporsi uji ini diterapkan untuk melakukan pengujian hipotesis dalam bentuk proporsi. Data
yang ada terdiri atas dua nilai (dikotomus); benar-tidak, ya-tidak, laki-laki-perempuan, ikut-tidak
ikut. Basis pengujiannya adalah proporsi yang dieproelh dari data dibandingkan dengan proporsi
yang dihipotesiskan. Jika bedanya jauh maka hipotesis itu tidak didukung oleh data.

2. Teknik untuk Membandingkan Nilai Tengah Dua Populasi atau Lebih

Dalam banyak kesempatan analisis hasil penilaian, ingin diketahui ada tidaknya perbedaan nilai
tengah (atau rata-rata) dua populasi atau lebih. Misalnya seorang kepala sekolah menyatakan
bahwa rata-rata tingkat penguasaan bahasa Inggris guru sekolah di daerah perkotaan lebih tinggi
dari pada guru di daerah pedesaan.
Tahapan pengujian yang dilakukan adalah dipilih beberapa orang guru di sekolah yang berada di
perkotaan dan diukur tingkat penguasaan bahasa Inggrisnya, kemudian dipilih juga beberapa
orang guru dari sekolah di daerah pedesaan dan tingkat penguasaan bahasa Inggrisnya. Dari data
kedua ini diputuskan diterima atau tidak apa yang telah dinyatakan oleh sang kepala sekolah.
Populasi yang dimaksud di sini memiliki pengertian yang luas, bukan hanya berupa fisik.
Misalnya saja ingin dibandingkan keefektifan 3 metode pengajaran; metode pengajaran ini
merupakan populasi yang abstrak. Sehingga bentuk datanya diperoleh dari semacam percobaan.
Beberapa orang diikutsertakan dalam kelas metode 1, beberapa orang lain diikutsertakan dalam
kelas dengan metode 2, dan beberapa orang lain diikutsertakan dalam kelas metode 3. Pada awal
percobaan, setiap orang memiliki kondisi yang sama. Dari data ketiga kelas, akan diketahui
seperti apa perbedaan efektifitas ketiga pengajaran.
Beberapa analisis yang bisa digunakan untuk tujuan ini adalah :

Uji t-student, uji ini hanya bisa digunakan untuk membandingkan nilai tengah dua populasi yang
diasumsikan memiliki sebaran normal. Dasar pengujian dari analisis ini adalah selisih rata-rata
contoh yang diambil dari populasi pertama dengan rata-rata contoh dari populasi kedua.
Berdasarkan nilai selisih ini akan diperoleh keputusan menganggap sama atau berbeda kedua
nilai tengah tersebut.

ANOVA , Analysis of Variance digunakan untuk membandingkan nilai tengah dua atau lebih
populasi, dengan asumsi menyebar normal. Dasar pengujian dengan analisis ini adalah ada atau
tidaknya keragaman antar nilai tengah. Jika keragaman nilai tengah kecil, maka dikatakan nilai-
nilai tengah itu tidak berbeda, tetapi jika ragamnya besar maka berarti nilai-nilai tengah itu
berbeda.

Mann-Whitney atau U- Mann-Whitney, analisis ini hanya digunakan untuk membandingkan


nilai tengah dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran. Dasar pengujiannya adalah peringkat
dari nilai-nilai data. Jika tidak ada perbedaan nilai tengah, dan apabila data kedua populasi
dicampur dan diperingkatkan, maka rata-rata peringkat keduanya tidak akan berbeda. Artinya
data yang bernilai kecil atau besar tidak hanya berasal dari salah satu populasi, namun tersebar
merata di keduanya.

Kruskal-Wallis , analisis ini adalah perluasan dari uji Mann-Whitney, dan bisa diterapkan untuk
lebih dari dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran data.

Uji Beda Proporsi, pengujian ini digunakan untuk melihat perbedaan proporsi dua populasi.
Misalnya ingin dibandingkan proporsi guru yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris
di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Pengujian in berbasis pada selisih proporsi dari
sebuah populasi dengan populasi lain.

3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel

Hubungan antara dua variabel atau lebih, seringkali dijumpai dalam melakukan analisis hasil
penilaian. Ada dua jenis hubungan yang harus dibedakan, yaitu hubungan yang sekedar asosiasi
yang didukung hanya oleh data yang ada, dan hubungan yang bersifat sebab akibat yang
didukung dengan logika dan teori.
Untuk hubungan jenis yang pertama, dua variabel memiliki kedudukan yang sama, tidak ada
variabel yang satu mendahului variabel yang lain. Namun pada hubungan sebab akibat ada
variabel yang diposisikan sebagai sebab (variabel penjelas, variabel bebas, variabel independen)
dan ada yang menjadi akibat (variabel respon, variabel tak bebas, variabel dependen). Variabel
bebas biasanya dilambangkan X, sedangkan variabel tak bebas Y.
Analisis hubungan dua variabel ini tergantung pada tipe dari variabel yang terlibat, apakah
bertipe kategorik dan bertipe numerik, serta bentuk dari hubungan yang akan dibuat. Berikut
disajikan tabel yang memberikan alat analisis apa yang bisa diterapkan pada berbagai tipe data :

Numerik Kategorik
Numerik Korelasi Pearson, Korelasi Spearman, Regresi Linear ANOVA, tabel ringkasan
Kategorik Regresi Logistik Tabel Kontingensi

Dari matriks ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Korelasi Pearson korelasi ini sering juga disebut sebagai korelasi produk-momen atau korelasi
saja. Besarnya koefisien menggambarkan seberapa erat hubungan linear antara dua variabel,
bukan hubungan sebab akibat. Variabel yang terlibat dua-duanya bertipe numerik, dan menyebar
normal jika ingin pengujian terhadapnya sah.
Notasi dari koefisien korelasi ini adalah r yang besarnya antara –1 hingga 1. Jika r < 0 maka
dikatakan berkorelasi negatif, artinya jika nilai salah satu variabel semakin besar, maka variabel
yang lain akan semakin kecil. Misalnya hubungan antara lama belajar dengan lama menonton
TV. Sebaliknya jika r > 0 dikatakan terjadi hubungan linear yang positif. Misalnya pendapatan
dengan konsumsi. Jika r = 0 dikatakan tidak berkorelasi tetapi bukan berarti tidak berhubungan.
Mungkin berhubungan namun tidak linear. Semakin dekat nilai r dengan 1 atau –1 maka semakin
erat hubungan linear antar variabel tersebut.

Korelasi Spearman koefisien ini mirip dengan korelasi Pearson, tetapi dalam pengujian tidak
mensyaratkan adanya asumsi sebaran normal. Di samping itu data yang digunakan bisa saja
berupa data numerik yang merupakan pengkodean dari data ordinal. Misalkan hubungan antara
pendapatan orang tua (numerik) dengan tingkat pendidikannya (ordinal). Tingkat pendidikan
dinyatakan sebagai sebuah bilangan terurut berdasarkan pendidikan yang pernah diperoleh.

Regresi Linear, dalam analisis ini sudah jelas mana sebagai Y dan mana sebagai X. Hubungan
antara Y dengan X di tuliskan sebagai :
Y = a + bX
Interpretasi dari b adalah besarnya perubahan Y jika X naik satu satuan. Sedangkan a adalah
besarnya nilai Y ketika X bernilai 0. Umumnya a disebut sebagi intersep dan b sebgai
kemiringan/slope/gradien garis regresi.
Ukuran kebaikan model regresi dinyatakan sebagai R2 (koefisien determinasi), yang besarnya
dari 0% hingga 100%. Semakin mendekati 100% maka model regresi yang didapatkan semakin
baik. Data yang bisa dianalisis dengan regresi linear adalah Y dan X yang bertipe numerik, dan
memiliki sebaran normal.

ANOVA, Sebenarnya ANOVA bisa juga digunakan untuk membandingkan nilai tengah dari dua
atau lebih populasi. Namun dalam berbagai kondisi, analisis ini juga bisa diinterpretasikan untuk
melihat pengaruh variabel yang bertipe kategorik (bukan numerik) terhadap variabel yang
bertipe numerik. Misalnya ingin dilihat hubungan, tepatnya pengaruh, dari lokasi sekolah
terhadap pencapaian status sekolah (SSN, SKM, RSBI). Jika ada perbedaan kemajuan
pengelolaan sekolah antara sekolah di kota provinsi dan kota kabupaten, bisa dikatakan bahwa
ada hubungan antara kemajuan pencapaian tingkat sekolah dengan lokasi sekolah.

Tabel Ringkasan, dengan tabel ini juga bisa dibahas hubungan antar variabel. Misalnya jika kita
ringkas rata-rata pendapatan kepala keluarga berdasarkan pendidikannya, seperti pada contoh
sebelumnya, kita bisa mengetahui hubungan antara keduanya. Apakah semakin tinggi
pendidikan, tingkat pendapatannya juga semakin besar.

Tabel Kontingensi, mengulang pembahasan tentang teknik penyajian data, tabel kontingensi bisa
digunakan untuk melihat hubungan dua variabel kategorik. Pada contoh sebelumnya diberikan
tabel kontingensi antara pendidikan dan pilihan perguruan tinggi. Dari tabel kontingensi ini bisa
dibuat kesimpulan apakah ada hubungan antara pendidikan seseorang dengan pilihan perguruan
tinggi untuk anaknya. Untuk menegaskan pembahasan dari tabel kontingensi, dilakukan
pengujian formal yang dikenal dengan uji Khi-Kuadrat (Chi-Square Test)

Regresi Logistik, tipe data dalam analisis ini kebalikan dari tipe data pada ANOVA. Yang
menjadi variabel bebas (X) bisa bertipe numerik maupun kategorik, sedangkan yang menjadi
variabel tak bebas (Y) bertipe kategorik. Hasil dari analisis ini berupa peluang sebuah objek
masuk ke dalam suatu kategori jika diketahui berbagai nilai variabel X-nya.
C. MENGKOMUNIKASIKAN HASIL PENILAIAN

Penilaian yang diselenggarakan oleh pengawas mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta
didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat
penilaian, yaitu:
1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi
Dasar.
2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. mendorong peserta didik mencapai kualitas akademik yang lebih tinggi
5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus
dan terarah.
Hasil penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah dapat dikomunikasikan
bergantung pada tujuan laporan dibuat. Pertanyaan mendasarnya adalah:
• Siapa yang akan diberi laporan penilaian dan tujuannya apa ?
• Bagaimanakah penilaian akan mempengaruhi responden yang dinilai?
Hasil dari penilaian biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan penilaian. Ada tiga kriteria
yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi
dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan penilaian kinerja
merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan.
2. Relevan dengan tujuan
Laporan penilaian harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal penilaian. Jika
tujuan awalnya adalah untuk melihat perkembangan model pengelolaan sekolah dari SSN
menjadi RSBI, maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting
tentang responden. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang
rendah.

PENUTUP

Pada bagian akhir modul ini dilampirkan contoh instrumen supervisi akademik untuk Sekolah
Menengah Atas di DKI Jakarta. Instrumen tersebut menjadi bahasan dalam Diklat ini, baik untuk
kelayakan sebuah instrumen pengawasan (validitas, reliabilitasnya, dan kemudahan analisisnya),
dan cara menganalisis data yang terkumpul dari instrumen supervisi akademik tersebut.
Pada latihan analisis data hasil penilaian, digunakan perangkat lunak Microsoft Excel, dengan
pertimbangan bahwa perangkat lunak tersebut dimiliki oleh setiap komputer atau laptop peserta
pelatihan. Diharapkan peserta Diklat dapat memiliki ketrampilan tambahan dalam penggunaan
Microsoft Excel untuk analisis hasil penilaian.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. (2008).Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research. New Jersey:Peason Prentice Hall.
Freeman, H.E., Leigh Burstein, P.H. Rossi. (1985).Collecting Evaluation Data. Beverly Hills:
Sage Publication.
Hasan, Iqbal.(2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
House, E. R. (1987). Assumptions Underlying Evaluation Models dalam Madaus.
Madaus, G. F. et al. (1987). Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services
Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Stufflebeam D. & Webster, W. (1987). An Analysis of Alternative Approaches to Evaluation,
dalam Madaus.
Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis. (2007). Manajemen Mutu SDM.
Jakarta:PT Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai