Anda di halaman 1dari 9

JURNAL BELAJAR 2

I. IDENTITAS DIRI
Nama : Fenysia Alfiana
Nim : E1A018026
Mata kuliah : Strategi Pembelajaran Biologi
Dosen : 1. Dr. Gito Hadiprayitno, M.Si.
2. Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc
3. Dr. Baiq Sri Handayani, M.Pd
Kelas :A
Pertemuan ke : 3 / Selasa,15 September 2020
Topik : Subyek dan Obyek Evaluasi
II. KONSEP YANG TELAH DIPELAJARI ATAU DIPAHAMI
Konsep yang telah dipelajarai dan dipahami disini adalah kriteria kompetensi dan cara
pengukuran, subyek dan obyek evaluasi, jenis dan perilaku yang dapat diukur dalam
evaluasi.
1) Kriteria kompetensi dan cara pengukuran
Kompetensi adalah serangkaian keterampilan atau kemampuan dasar serta sikap
dan nilai penting yang dimiliki seseorang individu setelah dididik dan dilatih
melalui pengalaman belajar yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
a. Pengukuran/penilaian kompetensi
Tercapainya suatu kompetensi, baik itu sikap, pengetahuan dan keterampilan
dapat dilihat dari indikatornya . Terdapat tiga hal penting yang harus dipenuhi
dalam proses pengukuran, yaitu : objek yang diukur, satuan standar dan alat
ukur.
b. Skala pengukuran kompetensi
Terdapat 4 skala yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu yang
pertama skala nominal adalah angka yang hanya memiliki ciri klasifikasi dari
suatu objek. Kedua, skal ordinal adalah suatu skala yang mempunyai klasifikasi
dan tingkatan atau ranking dan tidak mempunyai interval yang tetap. Ketiga,
skal Interval adalah suatu skala yang mempunyai ciri: kalsifikasi, tingkatan, dan
unit-unit yang sama serta mempunyai jarak yang sama, tetapi tidak memiliki
angka nul mutlak. Terakhir yaitu skala rasio menggunakan angka untuk
mewakili jarak yang sama dari titik nol yang diketahui. Skala ini memiliki sifat-
sifat skala nominal, skala nominal dan skala interval dilengkapi dengan titik nol
absolute dengan makna empiris.
c. Pengelompokan alat ukur
Alat ukur dalam pendidikan, jika dilihat dari prosedur pengumpulan datanya,
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu alat ukur yang berupa tes dan alat
ukur non tes.
d. Acuan dalam pengukuran dan penilaian
Terdapat dua jenis pendekatan yang dapat dilakukan yaitu, Penilaian Acuan
Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
e. Penilaian kompetensi
 Penialian Kompetensi Sikap terdiri dari observasi, penilaian diri, penialian
antar peserta didik dan jurnal
 Penilaian Kompetensi Pengetahuan terdiri atas instrument tes tulis berupa
soal pilihan ganda, instrument tes lisan berupa daftar pertanyaan dan
insturmen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek
 Penilaian Kompetensi Keterampilan, tes praktik dan projek
2) Subyek dan obyek evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan penilaian. Subyek atau pelaku
evaluasi pendidikan ialah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi dalam bidang
Pendidikan. Sedangkan obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu
yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat
perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh
informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.
3) Jenis dan perilaku yang dapat diukur dalam evaluasi
a. Pengukuran ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Tingkatan
kategori ranah kognitif yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluas
b. Pengukuran ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ada beberapa
bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: skala
likert, skala pilihan ganda, skala thurstone, skala guttman, skala differential, dan
pengukuran minat.
c. Pengukuran ranah psikomotorik
Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah Imitasi,manipulasi, ketepatan,
artikulasi, dan naturalisasi. Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah
psikomotorik antaralain: daftar cek skala rantang dan tugas-tugas.
III. KONSEP YANG BELUM DIPAHAMI
Skala pengukuran kompetensi terdiri dari 4 yaitu, skala nominal, ordinal, rasio dan
interval. Konsep yang belum dipahami dalam materi ini adalah bagaimana penerapan
skala-skala ini dalam evaluani pembelajaran mata pelajaran biologi.
IV. PERMASALAHAN YANG MUNCUL DALAM DISKUSI
1) Aulia Zuhrianti (E1A018005) : Pada objek evaluasi terdapat 3 segi untuk mengenal
atau mengetahui objek dari evaluasi pendidikan. Seberapa besar pengaruh input,
transformasi dan output terhadap penyelenggaraan evaluasi?
Jawab:
Baiq Yolandita Dwiyana (E1A018009):
Sangat penting, karena input,output dan transformasi adalah bagian penting yang
keterkaitan di dalam objek yang di evaluasi,jadi tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya
2) Dita Rieza Permatasari (E1A018020) :Ingin bertanya mengenai evaluasi sikap
(afektif). Seperti yang kita ketahui kan evaluasi sikap selama ini diliat atau dinilai
saat pembelajaran berlangsung, nah kalo situasi online gini kan ga keliatan tuh
sikap peserta didiknya, gimna kira2 cara penilaian yang cocok untuk permasalahan
tersebut?
Jawab:
 Bentan Nuijie Tamanolies (E1A018010):
1. Tugas
Sama seperti kelas tatap muka seperti biasa, tugas merupakan salah satu
sumber penilaian guru. Namun dengan skema pembelajaran daring, perlu
dilakukan beberapa penyesuaian. Misalnya, instruksi tertulis yang detail,
tapi cukup ringkas, akan sangat membantu siswa dalam memahami apa saja
yang harus dikerjakan. Selain itu, ketentuan tanggal dan jam pengumpulan
tugas yang jelas memberi kerangka waktu yang pasti agar sirkulasi
pengerjaan dan penilaian tugas dapat berjalan rapi. Dalam pembelajaran
secara daring, tugas dapat berfungsi sebagai sumber nilai utama bagi siswa
alih-alih ujian.
2. Ujian
Bukan berarti ujian dapat ditinggalkan setelah diperoleh nilai dari tugas.
Ujian tetap dibutuhkan sebagai evaluasi proses pembelajaran yang telah
dikerjakan. Guru tak dapat mengawasi bagaimana siswa mengerjakan ujian
di rumah, sehingga diperlukan penyesuaian peraturan ujian. Misalnya,
materi ujian disusun agar dapat dikerjakan secara open book. Atau pada
sistem daring yang lebih terintegrasi, ujian dapat dikerjakan oleh siswa dari
rumah secara real time sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
3. Forum Diskusi
Pembelajaran yang terpisah jarak tak harus membuat komunikasi yang biasa
terjalin di ruang kelas menjadi terhambat. Ruang kelas bisa berganti menjadi
ruang maya dimana forum diskusi antar siswa dan antara siswa-guru dapat
terus berlangsung. Forum diskusi bisa dilakukan melalui aplikasi chatting
atau fitur chat pada website kelas. Diperlukan fleksibilitas yang baik dalam
membangun ruang diskusi maya agar setiap siswa dan guru dapat terlibat
dan berpartisipasi aktif.
 Fenysia Alfiana (E1A018026):
Evaluasi sikap pada pembelajaran di era pandemi dapat dilakukan dengan cara
mengamati sikap siswa melalui kedisiplinan pengumpulan tugas, selain itu
keaktifan dan cara peserta didik menggapai pendapat baik melalui chat atau
video call saat diskusi juga menjadi pertimbangan dalam evaluasi sikap
3) Anisa Salsalsabila Fitria (E1A017006): Jelaskan apa yg dimaksud pada bentuk
skala ranah afektif dan berikan contohnya?
Jawab:
BQ. Lili Kartin Aprilia (E1A018007):
kala pengukuran sikap ranah afektif , yaitu:
a. Slaka Likert.
Di dalam skala ini menggunakan ukuran ordinal. Skala sikap Likert tersusun atas
beberapa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang mempunyai lima
kemungkinan jawaban (option) dengan kategori yang continuum, dari mulai
jawaban sangat setuju (strongly agree) sampai sangat tidak setuju (strongly
disagree). Dalam skala Likert, responden (subyek) diminta untuk membaca
dengan seksama setiap pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk
menilai pernyataan-pernyataan itu. Derajat penilaian siswa terbagi ke dalam 5
(lima) kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa
pula disusun sebaliknya. Untuk pertanyaan positif, sangat setuju diberi 5 dan
sangat tidak setuju diberi nilai 1. Sedangkan untuk pernyataan negatifnya, sangat
setuju diberi nilai 1 dan sangat tidak setuju diberi nilai 5.
b. Skala Guttman.
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Artinya jika seseorang
mengiyakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan
mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman ingin
mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multi dimensi, sehingga
skala ini termasuk mempunyai sifat idimensional. Skala guttman selain dapat
dibuat dalam pilihan ganda juga dapat dibentuk dalam chek list, jawaban yang
dibuat skor tertinggi satu dan yang terendah nol. Pada skala Guttman jawaban
yang diberikan sangat tegas, misalnya setuju atau tidak setuju, ya atau tidak,
positif atau negatif, dan sebagainya. Jawaban yang harus diberikan pada skala
Guttman dengan membubuhkan tanda cek (√) pada kolom “setuju” atau “tidak
Setuju”.
c. Skala Thrustone
Skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing interval memuat
sejumlah pernyataan yang harus dipilih oleh responden, yang masing-masing
telah diberi skor (bobot) tertentu. Pernyataan yang kontribusinya terhadap sikap
lebih tinggi diberi skor lebih besar, sebaliknya pernyataan yang kontribusinya
lebih rendah diberi skor lebih kecil. Cara penentuan skor untuk setiap pernyataan
yang disajikan dipertimbangkan oleh pembuat angket, atau (sebaiknya) meminta
pertimbangan beberapa ahli agar lebih obyektif. Thurstone dibuat dalam bentuk
sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur
kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan
konten atau konstruk yang hendak diukur.
Contoh:
Berikan tanda√ pada nomor yang isinya disetujui
 Ruang kelas terbuka menjurus ke kenakalan anak
 Saya tidak mau anak saya masuk ke sekolah dengan ruang kelas terbuka
 Anak yang belajar di ruang kelas terbuka menjadi lebih kreatif
 Ruang kelas terbuka terlalu tidak berdisiplin untuk belajar maksimum
 Ruang kelas terbuka adalah tipu daya kaum komunis
 Ruang kelas terbuka memperlancar perkembangan afektif anak
d. Skala Differensial Semantik,
Metoda ini terdiri dari sekumpulan skala peringkat dua kutub yang biasanya
sebanyak 7 skala. Skala differensial semantik merupakan salah satu teknik self
report untuk pengukuran sikap dimana subjek diminta memilih satu kata sifat
atau frase dari sekelompok pasangan kata sifat atau pasangan frase yang
disediakan yang paling mampu menggambarkan perasaan mereka terhadap
suatu objek. Skala differensial semantik ini menuntut responden untuk
memberikan penilaian tentang suatu obyek atau keadaan dengan memberikan
tanda (cek) pada kontinum (selang) pernyataan yang ditulis ekstrimnya, yaitu
ekstrim negatif dan ekstrim positif. Titik tengah kontinum itu sebagai titik netral
(nol). Yang biasa dipergunakan adalah -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3 atau sebaliknya.
Misalnya mau melakukan sikap siswa terhadap pelajaran fisikas. Skala yang
telah dibuat kemudian disebarkan pada suatu sampel responden. Setiap
responden diminta membaca seluruh frase berkutup dua dan menandai angka
yang paling mampu menggambarkan perasaannya.
e. Skala pilihan ganda.
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataa
yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
Contoh:
Dalam melaksanakan shalat pardhu, saya merasa:
 senang karena dapat berdialog dengan Allah
 mudah untuk melakukan konsentrasi
 tidak begitu sulit untuk berkonsentrasi
 dapat berkonsentrasi tetapi mudah terganggu
 sulit untuk berkonsentrasi
f. Pengukuran Minat
Untuk mengetahui/mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran terlebih
dahulu ditentukan indikatornya misalnya : kehadiran di kelas, keaktifan
bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, kerapian. Catatan, mengerjakan
latihan, mengulan pelajaran dan mengunjungi perpustakaan dan lain-lain. Untuk
mengukur minat ini lebih tepat digunakan kuesioner skala likert dengan skala
lima yaitu; sangat sering, sering, netral, jarang dan tidak pernah.
4) Faradilla Ngesti Habibah (E1A018025) : untuk mencapai kompetensi yang
maksimal, ada 5 karakteristik yang membentuk kompentensi yaitu motif, watak,
konsep diri, pengetahuan dan keterampilan. Sebagaimna apengetahuan dan
keterampilan dapat dilihat dari segi kemampuan kognitif dan psikomotorik. Lalu
bagaimana utk melihat dari segi motif, watak dan konsep diri?
Jawab:
Baiq Lili Kartin Aprilia (E1A018007):
Pertanyaan : untuk mencapai kompetensi yang maksimal, ada 5 karakteristik yang
membentuk kompentensi yaitu motif, watak, konsep diri, pengetahuan dan
keterampilan. Sebagaimna apengetahuan dan keterampilan dapat dilihat dari segi
kemampuan kognitif dan psikomotorik. Lalu bagaimana utk melihat dari segi motif,
watak dan konsep diri?
Jawab:
BQ. Lili Kartin Aprilia (E1A018007):
Kompetensi berupa keterampilan (skills) dan pengetahuan (knowledge) cenderung
dapat dilihat/nyata karena berada di permukaan sebagai kararkteristik yang dimiliki
manusia. Kedua kompetensi ini relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya
melalui pengalaman atau pelatihan. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak dan
motif (ranah afektif) lebih bersifat tersembunyi, berperan sebagai sumber
kepribadian dan lebih sulit untuk diidentifikasi dan dikembangkan serta
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperbaiki atau
mengembangkannya. Kompetensi yang berupa konsep diri, watak dan motif ini
merupakan karakteristik personal yang terlihat sebagai outcomenya. Jdi untuk
membentuk sikap dan nilai (konsep diri) tersebut dapat dilakuan dengan pelatihan,
psikoterapi atau memberikan pengalaman yang positif .
V. PENGUATAN DARI DOSEN PEMBINA
3 kompetensi yg diukur berdasarkan permendikbud nomor 104 th 2014 tentang
pedoman ppenilaian hasil belajar oleh pendidik :
1) Sikap
Terdiri dari observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, jurnal (jurnal ada dua
yaitu jurnal tugas merupakan kumpulan tugas-tugas dikumpulkan menjadi 1 dokumen
atau 1 jilid yang nanntinya dilihat guru dan jurnal belajar ). Pada saat pandemi
evaluasi sikap bisa dilakukan melalui observasi terhadap keaktifansiswa pada saat
diskusi, absen secara acak, ketepatan dalam pengumpulan tugas.
2) Keterampilan
Dapat ihilat dari kinerja, proyek dan produk . penilaian keterampilan ini bisa dibuat
dalam bentuk daftar cek kinerja serta skla likert.
3) pengetahuan
kompetensi pengetahuan mencakup tes tulis (pilgan, sebab akibat, essay), observasi
diskusi (kualitas pertanyaan atau diskusi) dan penugasan.

ketiga penilaaian tersebut tidak bisa dipisahkan baik sikap, keteramilan dan
pengetahuan saling memiliki keterkaitan (harus saling bertautan ).

Sikap Pengetahuan Keterampilan


modus Predikat Skor rerata Predikat Capaian Predikat
optimum
4,00 SB (Sangat 4,00 A 4,00 A
Baik ) 3,67 – 3,99 A- 3,67 – 3,99 A-
3,00 B (baik) 3,34 – 3,66 B+ 3,34 – 3,66 B+
3,00 – 3,33 B 3,00 – 3,33 B
2,67 – 2,99 B- 2,67 – 2,99 B-

No Pernyataan Kriteria
Tidak Ya
1 Saya berdoa sebelum mengerjakan permasalahan x
2 Saya menjawab salam dari orang lain √
3 Saya memperhatikan kebersihan x
Skor total 2

Cara penhitungan skor adalah sebagai berikut :

PAN (Penilaian Acuan Norma) dilakukan dengan membandingkan nilai siswa,


yaitu nilai siswa dalam satu kelas dibandingkan dengan siswa dikelas lain. Sedangkan
PAP( penilaian acuan patokan ) sangat tergantung dari analaisis standarnya, mulai darai
sarana prasarana, sumber daya manusia, kelengkapan sumber belajar dll. Kemudian
akan dihitung nilai PAPnya. Antara satu sekolah dengan sekolah yang lain akan
memiliki PAP yang berbeda misalnya sekolah yang ada dimataram memiliki PAP 80
pada mata pelajaran biologi sedangkan pada sekolah di lombok timur memiliki PAP 70
pada mata pelajaran biologi. Hal ini desesuaikan dengan sumber daya manusia, sarana
pra sarasana, lingkungan dll.

VI. REFLEKSI DIRI


Dari pembelajaran mengenai suyek dan obyek evaluasi saya dapat mengetahui
pentingnya pemahaman yang sangat mendalam tentang kriteria kompetensi dan cara
pengukurannya, subyek dan obyek evaluasi serta jenis dan prilaku yang dapat diukur
dalam evaluasi. Sehingga saya sebagai calon guru harus banyak-banyak membaca
literatur dan referensi agar dapat membuat instrumen atau alat evaluasi yang berkualitas
yang memenuhi kriteria evaluasi dan ketiga raha kompetensi yang harus dikuasai siswa
(kognitif, afektif dan psikomotorik). sehingga saya dapat menjadi guru yang profesional
dalam mencetak generasi yang berkualitas. Selain itu refleksi saya dalam proses
pembelajaran ini adalah saya sebaiknya lebih fokus lagi mendengarkan penjelasan-
penjelasan yang diberi dosen dan dalam menyampaikan pendapat seharusnya saya
berbicara lebih pelan agar teman-teman dapat memahami pendapat yang saya
sampaikan.

Anda mungkin juga menyukai