Anda di halaman 1dari 113

MODUL 3:

PENDAHULUAN

Pemahaman terhadap konsep evaluasi hasil belajar merupakan salah satu syarat
wajib bagi seorang pendidik agar ia mampu menilai tingkat pencapaian peserta didik
dalam kompetensi yang terdapat di dalam tujuan pembelajaran. Pemahaman konseptual
ini sangat diperlukan agar pendidik mempunyai dasar yang kuat dalam menilai hasil
belajar peserta didik.

Berkaitan dengan itu, dalam modul ini akan diuraikan evaluasi untuk menilai hasil
belajar peserta didik yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional. Hasil pencapaian peserta
didik ini juga merupakan petunjuk akan tingkat keberhasilan sistem instruksional yag
digunakan. Setelah selesai mempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki
kemampuan:

1. menjelaskan konsep evaluasi dan kriteria penilaian hasil belajar;

2. menjelaskan penilaian portofolio dan otentik;

3. menyusun instrument- instrument penilaian; dan

4. mengembangkan penilaian serta memberikan tindak lanjut terhadap hasil


penilaian.

Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda sebagai pendidik yang telah
dikemukakan sebelumnya, yaitu menilai hasil belajar peserta didik. Dengan memiliki
kemampuan tersebut berarti Anda memiliki kemampuan yang diperlukan dalam
mengemban tugas sebagai pendidik.

1
Untuk membantu Anda memperoleh kemampuan yang diharapkan, modul tiga ini
akan dibagi menjadi empat kegiatan belajar (KB) sebagai berikut:

Kegiatan Belajar 1: Konsep Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar;

Kegiatan Belajar 2: Penilaian Portofolio dan Otentik;

Kegiatan Belajar 3: Instrument Penilaian;

Kegiatan Belajar 4: Tindak Lanjut Hasil Penilaian.

Dalam mempelajari modul ini perhatikan atau ikuti petunjuk berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami
betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.

2. Bacalah uraian dan contoh-contoh di dalam modul ini dengan seksama dan
tangkaplah ide-ide pokok dari uraian tersebut.

3. Pahamilah ide-ide pokok itu dengan cara menghubungkannya dengan


pengalaman Anda yang berkaitan dengan ide-ide pokok tersebut dan Anda juga dapat
berdiskusi dengan teman pendidik atau rekan sejawat yang lain.

4. Kerjakan tugas-tugas yang tercantum di dalam modul ini supaya Anda lebih
memahami ide-ide pokok tadi. Dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut Anda boleh
melakukan diskusi bersama teman pendidik atau rekan sejawat yang lain.

5. Mantapkan pemahaman Anda pada saat tutorial.

6. Jangan lupa sebelum mulai berdoa dulu, semoga Anda mendapat petunjuk dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Selamat belajar, dan berlatih, semoga berhasil!

2
KEGIATAN BELAJAR 1:

Setelah membaca dan mempelajari modul, Anda diharapkan mampu:


1. Menjelaskan perbedaan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi
2. Menjelaskan konsep dasar evaluasi proses pembelajaran
3. Menjelaskan prinsip evaluasi dan karakteristik alat evaluasi yang baik

1. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi


2. Evaluasi Proses Belajar
3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
4. Prinsip Evaluasi dan Karakteristik Alat Evaluasi yang Baik

Seperti telah disinggung pada bagian pendahuluan modul ini bahwa pemahaman
terhadap konsep evaluasi merupakan syarat wajib bagi pendidik agar ia mamp enilai
hasil belajar peserta didik dengan baik. Pada saat menguraikan permasalahan dalam
evaluasi hasil belajar, biasaya kita akan menemukan beberapa istilah yang sering
digunakan. Nah, Kegiatan Belajar 1 ini, Anda akan kami ajak untuk lebih mendalami
istilah- istilah tersebut di atas. Materi ini sangat penting bagi Anda sebagai pendidik
karena sistem penilaian yang akan dipelajari adalah mencakup pengertian, prinsip, dan
penerapannya dalam konteks yang relevan dengan tugas anda sebagai seorang pendidik.

3
Pengukuran, penilaian dan evaluasi tentunya merupakan istilah yang sering Anda
dengar dalam dunia pendidikan. Hanya dalam praktiknya seringkali terjadi kerancuan
dalam penggunaannya. Kenyataan ini dapat dipahami karena istilah-istilah tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagai pendidik dipandang penting mengetahui
dengan baik dan benar dari istilah-istilah tersebut. Selain itu, dalam melakukan evaluasi
ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi dasar melakukan evaluasi, yang akan
dijabarkan dalam kegiatan belajar 1 ini.

A. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Bapak Ibu pendidik sekalian, sebelum belajar lebih jauh perlu dipahami terlebih
dahulu beberapa istilah yang sering digunakan dalam kaitannya dengan kegiatan evaluasi
pembelajaran. Berbagai konsep dan istilah yang berkaitan dengan evaluasi sering
tumpang tindih dan tampak membingungkan bagi orang biasa. Bahkan, para pendidik pun
terkadang masih kurang cermat dalam menggunakan berbagai istilah yang berkaitan
dengan evaluasi. Berikut ini akan dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan
evaluasi, yaitu pengukuran, penilaian dan evaluasi itu sendiri. Dengan memahami
pengertian ketiga istilah tersebut diharapkan Bapak Ibu pendidik sekalian mendapatkan
gambaran tentang persamaan, perbedaan dan ruang lingkupnya, serta memahami
kedudukan evaluasi dalam pembelajaran.

1. Pengukuran

Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata measurement mengandung


arti “the act or process of ascertaining the extent or quantity of something” (Wand and
Brown, 1957:1). Pengukuran diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
sesuatu, yakni membandingkan sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu atau proses
pemasangan fakta-fakta suatu obyek ukur dengan satuan-satuan ukuran tertentu.
Pemberian angka dilakukan kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh
orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pemberian angka
menunjukan pemberian makna secara kuantitatif kepada objek ukur. Dengan demikian,
dapat dikatakan pengukuran adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas dari suatu
obyek.

4
Pengukuran dalam bidang pendidikan atau proses belajar mengajar adalah
kegiatan pengukuran yang diarahkan untuk melihat potensi atau kemampuan, baik
kemampuan dasar maupun kemampuan sebagai hasil belajar (achievement) yang dimiliki
oleh peserta didik. Kemampuan ini bias berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotr. Dalam proses pengukuran, guru menggunakan alat ukur atau instrumen tes
atau non-tes. Sebagai contoh, dalam menjawab 100 butir soal pilihan ganda pada mata
pelajaran Fisika, peserta didik bernama Dadang dapat menjawab 90 soal dengan benar,
maka skor yang diperoleh Dadang adalah 90. Kegiatan memberikan skor/angka pada
kemampuan peserta didik itulah yang disebut pengukuran.

2. Penilaian

Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata assessment. The Task Group
on Assessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991: 3).
Dalam konteks pendidikan, Boyer & Ewel mendefinisikan penilaian/asesmen sebagai
“processes that provide information about individual students, about curricula or
programs, about institutions, or about entire systems of institutions” (Stark &
Thomas,1994: 46). Dalam Bahasa Indonesia berarti proses yang menyediakan informasi
tentang individu peserta didik, tentang kurikulum atau program, tentang institusi, atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian


dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria
maupun aturan-aturan tertentu sehingga tampak jelas posisi atau kedudukannya. Dapat
dikatakan bahwa penilaian mempunyai arti yang lebih luas dari pada pengukuran, karena
pengukuran merupakan langkah awal yang perlu diambil dalam rangka pelaksanaan
penilaian dan evaluasi.
Sebagai contoh, kriteria penentuan nilai mata pelajaran Fisika di sebuah
Perguruan Tinggi adalah Nilai A = 80 s.d. 100, B = 71 s.d. 80, C = 41 s.d. 60, D = 21 s.d.

5
40 dan E = 0 s.d. 20. Skor Dadan berdasarkan hasil pengukuran pada mata pelajaran Fisika
adalah 90, maka Dadan akan mendapat nilai A (sangat baik) atau sangat memuaskan dan
berhak lulus dari mata pelajaran tersebut.

3. Evaluasi

Evaluasi dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata evaluation mengandung arti
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu yang berakhir
dengan mengambil suatu keputusan atau dapat dikatakan pula evaluasi terhadap data yang
dikumpulkan dari hasil penilaian (assessment). Evaluasi adalah kegiatan identifikasi
untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya.
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa “ Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen Pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, and jenis Pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pendidikan”. Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah kegiatan atau proses untuk
menentukan sampai sejauh mana kegiatan pembelajaran telah mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan atau dapat diartikan pula sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari hal-hal yang berkaiatan dengan kegiatan pembelajaran, dan yang
berakhir dengan pengambilan keputusan.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is the
process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information
about the worth and merit of some objects goals, design, implementation, and impact in
order to guide decision making, serve needs for accountability, and promote
understanding of the involved phenomena. Evaluasi merupakan suatu proses
menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan
harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari
evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan.

6
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian maupun pengukuran.
Sehubungan dengan istilah penilaian dan evaluasi, Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003:
1) secara eksplisit mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian
menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks
penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan
biasanyadilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau
terlibat dalam system yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar peserta didik,
guru adalah orang yang menjadi bagian dari system Pendidikan. Adapun evaluasi
digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal,
seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level
terbatas maupun pada level yang luas.

Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on


Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa: Evaluation is
the process of ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and
collecting and analyzing information in order to report summary data useful to decision
makers in selecting among alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan
pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.

Selanjutnya Griffin & Nix (1991:3) menyatakan: Measurement, assessment and


evaluation are hierarchial. The comparison of observation with the criteria is a
measurement, the interpretation and description of the evidence is an assessment and the
judgement of the value or implication of the behavior is an evaluation. Pengukuran,
penilaian, dan evaluasi bersifat herarki. Evaluasi didahului dengan penilaian
(assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

B. Evaluasi Proses Pembelajaran

Pengertian evaluasi pembelajaran telah dibahas dalam uraian sebelumnya. Pada


pembahasan ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar evaluasi proses pembelajaran
yang disarikan dari buku Panduan Evaluasi Pembelajaran dari Pusat Pengembangan

7
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 2007. Konsep dasar evaluasi proses
pembelajaran dalam buku ini telah dimodifikasi untuk kegiatan pembelajaran ditingkat
dasar maupun menengah.

1. Sasaran

Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan


pembelajaran untuk memperoleh pemahaman tentang kinerja pendidik selama dalam
pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh guru aupun dalam pembelajaran,
serta minat, sikap dan motivasi belajar peserta didik

2. Tahapan Pelaksanaan Evaluasi

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,


menentukan desain evaluasi, pengembangan instrument evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.

a. Menentukan Tujuan

Tujuan evaluasi evaluasi pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan


dan pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran adalah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Apakah strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh pendidik efektif?

2) Apakah media pembelajaran yang digunakan pendidik efektif?

3) Apakah cara mengajar guru menarik dan sesuai dengan materi sajian pokok yang
dibahas, mudah diikuti dan perdampak peserta didik mudah mengerti materi sajian yang
dibahas?

4) Bagaimana persepsi peserta didik terhadap sajian materi yang dibahas berkenan
dengan kompetensi dasaar yang akan dicapai

5) Apakah peserta didik antusisas untuk mempelajari sajian materi yang dibahas?

6) Bagaimana peserta didik menyikapi pembeljaran yang dilaksanakan oleh pendidik?

7) Bagaimanakah cara belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang


dilaksanakan oleh pendidik?

8
mendiskusikan tentang perbedaan budaya dan keutamaan etika, agama, dan budaya
bangsa. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk
berpikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai warga suatu negara, dan
sebagai anggota masyarakat dunia (global citizen).

b. Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi dan


pelaksanaan evaluasi. Rencana evaluasi pembelajaran berbentuk matriks dengan
kolom-kolom berisi tentang: No. Urut, informasi yang dibutuhkan, indicator,
metode yang mencakup Teknik dan instrument, responden dan waktu. Selanjutnya
pelaksanaan evaluasi adalah guru yang bersangkutan.

c. Penyusunan instrument penilaian

Instrument penilaian proses pembelajaran untuk memperoleh informasi


dan/atau informasi judgemental dapat berwujud:

1) Lembar pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan


belajar peserta didikdalam mengikuti pembelajaran yang dilakasanakan oleh guru
dapat digunakan oleh guru sendiri atau peserta didik untuk saling mengamati

2) Kuisioner yang harus dijawab peserta didik berkenan dengan strategi


pembelajran yang dilaksanakan guru, metode dan media pembelajaran yang
digunakan oleh guru, minat, persepsi peserta didik tentang pembelajaran untuk
suatu materi pokok sajian yang telah terlaksana.

d. Pengumpulan data

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara ibjektif dan terbuka


agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan
mutu pembelajatan. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap
akhir pelaksaanan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu
kompetensi dasar dengan maksud guru dan peserta didik memperoleh gambaran
menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelejaran yang telah
dilaksanakan untuk pencapaian penugasan satu kompetensi dasar.

9
e. Analisis dan interpretasi

Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau


informaasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evaluasi berkenaan dengan
proses pembelajaran yang telah terlaksana. Sedangkan interpretasi merupakan penafsiran
terhadap deskripsi hasil analisis proses pembelajaran.

Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan Bersama oleh guru dan peserta didik
agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh guru dan peserta didik
sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran selanjutnya.

f. Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi.


Dalam evaluasi proses pembelajaran tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya dan evaluasi pembelajarannya.
Pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan keputusan tentang upaya
perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu
pembelajaran. Sedangkan tindak lanjut evaluasi pembelajaran berkenaan dengan
pelaksanaan dan instrument evaluasi yang telah dilaksanakan mengenai tujuan, proses
dan instrument evaluasi proses pembelajaran.

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

1. Tujuan evaluasi pembelajaran

Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas


proses pembelajaran yang telah dilakasanakan. Indicator efektivitas dapat dilihat dari
perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tinglah laku itu
dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan
kompetensi, tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi
adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses
belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan
remidial teaching.

10
3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik
yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.

Ddepdiknas (2003: 6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:

a) Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar;

b) Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru;

c) Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar;

d) Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh peserta didik selama


kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya; dan

e) Menempatkan peserta didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.

2. Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi evaluasi adalah:

1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia


merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk itu guru/instruktur perlu melakukan
penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya.

2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.

3. Menurut didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru/instruktur


dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing.

4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia


termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.

5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program


pendidikannnya.

6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka
menentukan jenis Pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.

7. Secara administrative, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang


kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur,
termasuk peserta didik itu sendiri.

11
kemampuan berbicara. Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui
pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah. Disamping
itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi, yaitu:
1. Formatif, yaitu memberikan feedback bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remidial bagi peserta didik
yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Diagnostic, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik,
dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi
dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.

D. Prinsip Evaluasi dan Karakteristik Alat Evaluasi yang Baik


1. Prinsip evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran,
b. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
c. Evaluasi
Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

a. Hubungan antara Tujuan dengan KBM


Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun
oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak
panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan

12
makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM,
menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

b. Hubungan antara Tujuan dengan Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Dengan makna demikian makan anak panah berasal dari evaluasi menuju
ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu
pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan Evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan bahwa KBM dirancang dan disusun dengan mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula bahwa alat evaluasi juga
disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus
mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, jika kegiatan
belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, maka
evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan peserta didik, bukannya aspek
pengetahuan.

Kecenderungan yang terdapat dalam praktek sekarang ini adalah bahwa evaluasi
hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis, menekankan aspek pengetahuan saja.
Hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek lain, kurang mendapatkan perhatian dalam
evaluasi. Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan bukan tes (non-tes). Selanjutnya tes dan non-tes ini
juga disebut sebagai teknik evaluasi.

2. Karakteristik Alat Evaluasi yang Baik

Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrument”. Dengan
demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrument evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi

13
fungsi alat juga untuk memperoleh hasil lebih baik sesuai dengan kenyataan yang
dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik
yang dikenal dengan teknik evaluasi. Ada dua teknik evaluasi yaitu tenik tes dan non-tes.
Dengan pengertian tersebut, alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi
sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
Dalam evaluasi dilakukan kegiatan menilai, Kegiatan menilai dapat diibaratkan
kegiatan memotret yang memerlukan alat potret. Gambar potret dikatakan baik apabila
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Alat potret dalam kegiatan evaluasi disebut
dengan alat/instrument penilaian, baik menggunakan tes maupun non-tes. Gambar hasil
pemotretan dalam kegiatan penilaian disebut dengan data penilaian. Data yang baik
adalah data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat
tetap, ajeg atau dapat dipercaya.
Data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya disebut data yang valid. Data
yang dapat dipercaya disebut data yang reliabel. Agar dapat diperoleh data yang valid dan
reliabel, maka instrument penilaian yang digunakan untuk mengukur objek yang akan
dievaluasi baik tes maupun non-tes harus memiliki bukti validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulias oleh Scarvia
B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: “A test is valid if it measures what it purpose
to measure”. Atau jika diartikan kurang lebih seperti ini: “sebuah tes dikatakan valid
apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Instrument yang valid itu
sahih, yang mampu melakukan fungsi ukurnya. Secara garis besar terdapat dua macam
validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
1) Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logila” yang
berarti penalaran atau rasional. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk
sebuah instrument yang memenuhi syarat valid berdasaarkan hasil penalaran atau
rasional. Apabila secara rasional setelah dianalisis bahwa tes hasil belajar tersebut secara
rasional memang benar-benar telah dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk dapat
mengetahui bahwa instrumen alat ukur tersebut sudah memiliki validitas rasional atau
belum maka dapat dilakukan melalui validitas isi dan validitas konstruk (susunan).

14
(a) Validitas Isi

Validitas isi untuk mengetahui sejauh mana suatu tes mampu mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi atau materi tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran atau sejauh
mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara
keseluruhan dan proposional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut, maksudnya tes
dapat representatif mewakili keseluruhan materi yang diujikan atau materi yang
seharusnya dikuasai secara proposioanal.

(b) Validitas Konstruk

Validitas Konstruk adalah untuk mengetahui sejauh mana butir-butir instrument


mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau
definisi konseptual. Validitas konstruk didalamnya mengukur variabel-variabel konsep
dan perumusan konstruk dimulai berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep
variabel yang hendak diukur melalui proses analisis.

2) Validitas Empiris

Validitas Empiris adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria
internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrument itu sendiri
yang menjadi kriteria, dapat dicontohkan adalah validitas butir yang didalanya berusaha
untuk menganalisis apakah ada kesesuaian antara sekor butir dengan sekor total instrumen
berarti yang dijadikan kriteria adalah instrumen itu sendiri. Sedangkan kriteria eksternal
yaitu hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen yang menjadi kriteria, contoh
validitas ramalan (predictive validity) dan validitas bandingan (concurrent validity).

(a) Validitas Prediktif

Validitas prediktif yang dijadikan kriteria standar adalah prestasi belajar siswa yang
akan datang, karena validitas prediktif bermaksud melihat bagaimana suatu tes dapat
dapat memprediksi atau memperkirakan perilaku siswa pada masa yang akan datang,
contoh dikorelasikan tes ujian masuk dengan prestasi belajar siswa di masa atau waktu

15
berikutnya. Uji validitas ramalan dapat menggunakan teknik analisis korelasional Product
Moment dari Karl Pearson.

(b) Validitas Konkuren

Validitaas Konkuren ialah jika kriteria standarnya adalah sama sama saat atau saat
ini, dan bukan masa yang akan datang, contoh tes hasil formatif 1 dikorelasikan dengan
tes hasil formatif 2 (yang dijadikan kriteria atau standarnya). Uji validitas konkuren dapat
menggunakan teknik analisis korelasional Product Moment dari Karl Pearson

3) Cara Mengetahui Validitas Instrumen

Sekali lagi, diulangi bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan
kriteria. Kriteria yang digunakan sebagai patokan untuk menilai validitas sebuah
instrument pengukuran dapat berupa hasil tes yang sudah terstandar maupun dari catatan-
catatan di lapangan (empiris) tentang sesuatu yang diukur.

Teknik korelasi yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah Teknik


korelasi product moment dari Carl Pearson. Rumus korelasi product moment ada dua
macam, yaitu:
(a) Korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan.

Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua variable yang dikorelasikan
∑xy : jumlah perkalian x dan y
x2 : kuadrat dari x

y2 : kuadrat dari y

(b) Korelasi product moment dengan angka kasar

16
Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua variable yang dikorelasikan

N : jumlah data (missal, jumlah peserta didik)

Indeks korelasi antara X dan Y (rxy) merupakan indeks validitas instrument tes yang
dicari. Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy
hasil perhitungan dengan rxy yang ada dalam table harga kritik product moment sehingga
dapat diketahui signifikansi korelasi tersebut. Apabila rxy hitung lebih besar atau sama
dengan rxy tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrument tes dapat
dikatakan valid. Begitu sebaliknya apabila rxy hitung lebih kecil dari rxy tabel (rh < rt)
berarti korelasi tidak signifikan, kesimpulan instrument tes tidak valid.

Perhitungan korelasi selain dilakukan secara manual juga dapat dilakukan dengan
menggunakan computer program SPSS for windows. Apabila perhitungan menggunakan
SPSS for windows, penafsiran didasarkan pada nilai sig pada output dengan ketentuan:

a) sig ≤ 0,05 artinya korelasi bersifat signifikan, instrument valid.

b) sig > 0,05 artinya korelasi tidak signifikan, instrument tidak valid.

b. Reliabilitas

Kata reliabilitas dalam bahas Indonesia diambil dari kata reliability dalam Bahasa
inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Instrument tes dikatakan
dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila
diteskan berkali-kali. Jika pada peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu yang
berlainan, maka setiap peserta didik akan tetap berada pada urutan yang sama atau ajeg
dalam kelompoknya.

Sering terjadi kekeliruan dalam berpendapat bahwa “ajeg” atau “tetap” diartikan
sebgai “sama”. Dalam konteks evaluasi ini tidak demikian, ajeg atau tetap tidak selalu
harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan A mula-mula berada

17
lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si A akan
tetap berada lebih rendah dari B. itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu tetap dalam
kedudukan peserta didik diantara anggota kelompok yang lain. Jika dihubungkan dengan
validitas maka validitas berhubungan dengan ketepatan sedangkan reliabilitas
berhubungan dengan ketetapan atau keajegan.
Sehubungan dengan reliabilitas ini, Scarvia B. Anderson dkk. menyatakan bahwa
persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini, validitas
lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah
tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya
reliabel. “A reliable measure in one that provides consistent and stable indication of the
characteristic being investigated”.
(a) Mengukur reliabilitas untuk tes obyektif menggunakan rumus Kuder Richardson
(K-R 20)

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan


p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
(b) Mengukur reliabilitas untuk tes uraian menggunakan rumus Alpha Cronbach

Keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
∑σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 : varians total
Untuk kedua cara diatas, tingkat reliabilitas yang diterima adalah apabila r11 ≥ 0,70.

18
LATIHAN

Cermati dan pahamilah kasus berikut !

Pak Arnold adalah seorang guru Fisika yang sedang


kebingungan ketika diminta untuk melakukan penilaian berbasis
kelas yang mencakup penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Karena selama ini Pak Arnold hanya melakukan penilaian
berdasarkan hasil ujian kognitif saja. Merasa kesulitan, Pak Arnold
pun pada akhirnya hanya mengarang saja nilai afektif dan
psikomotorik berdasarkan ingatannya atas kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukannya selama ini. Pada saat pembagian raport
beberapa peserta didik memprotes hasil penilaian psikomotoriknya
karena pada saat praktikum dia merasa lebih aktif dan menjadi contoh
bagi teman lainnya yang justru nilai psikomotoriknya lebih besar
dibandingkan dia. Beberapa peserta didik lain memprotes karena
peserta didik yang menurut mereka sering mencontek, sering
terlambat, atau ribut di kelas ternyata nilai sikapnya lebih baik.

Berdasarkan kasus diatas, jawablah pertanyaan berikut!


1. Apa sajakah penyebab terjadinya kontradiksi tersebut? Jelaskan!
2. Apakah Pak Arnold telah memilih Teknik penilaian yang
terstandar? Jelaskan!
3. Apakah Pak Arnold telah melaksanakan evaluasi pembelajaran
dengan baik? Jelaskan!

19
RANGKUMAN
1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran
tertentu.
2. Penilaian merupakan kegiatan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau
objek berdasarkan atas hasil pengukuran.
3. Evaluasi merupakan kegiatan untuk memberi pertimbangan tentang keberhasilan
suatu program.
4. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses
pembelajaran yang telah dilakasanakan
5. Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi, yaitu: formatif, sumatif,
diagnostic, serta selektif dan penempatan.
6. Pengembangan alat ukur harus didasarkan pada tujuan pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional.
7. Alat ukur, pengukuran, dan penilaian yang dikembangkan dan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran akan berdampak pada pemberian bantuan yang tepat kepada
peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.
8. Karakteristik alat/instrument evaluasi yang baik adalah instrument yang teruji
validitas dan reliabelitasnya.

TES FORMATIF 1

1. Proses pemberian makna atau penetapan kualitas dengan cara membandingkan


angka hasil pengukuran dengan kriteria tertentu disebut ….
A. penilaian
B. pengukuran
C. asesmen
D. tes
2. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk pemberian angka-angka pada suatu
peristiwa, benda atau gejala disebut ….

20
A. kriteria
B. penilaian
C. pengukuran
D. asesmen
3. Proses untuk mendapatkan segala bentuk informasi yang dapat digunakan sebagai
acuan pengambilan keputusan tentang siswa baik yang terkait dengan kurikulum,
program pembelajaran, iklim maupun kebijakan sekolah disebut ….
A. portofolio
B. evaluasi
C. penilaian
D. kebijakan
4. Fokus kegiatan evaluasi proses pembelajaran adalah ....
A. kesiapan belajar, dinamika, dan pola pembelajaran
B. pembelajaran, penilaian, dan pengambilan keputusan
C. penilaian, umpan balik, dan progress report
D. efisiensi, efektivitas, dan kemajuan belajar
5. Hal-hal yang dapat diketahui pendidik dari peserta didik setelah melakukan
kegiatan evaluasi adalah sebagai berikut, kecuali ….
A. kesiapan belajar peserta didik
B. dinamika kegiatan peserta didik
C. pola pembelajaran guru
D. mengetahui kendala pembelajaran
6. Progress report merupakan bentuk dari ….
A. hasil evaluasi
B. tujuan evaluasi
C. manfaat evaluasi
D. kajian evaluasi
7. Suatu tes objektif sebagai satu alat ukur, digunakan untuk menentukan ....
A. akhir proses pembelajaran pada jam pelajaran tersebut
B. daya serap siswa dalam periode tertentu
C. ranking siswa dalam kelas
D. tercapainya tujuan instruksional dalam pembelajaran

21
8. Peran evaluasi yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi untuk mengetahui
tingkat pencapain hasil belajar peserta didik merupakan peran evaluasi dalam makna ….
A. Sumatif
B. Formatif
C. Diagnostic
D. Penempatan
9. Karakteristik alat evaluasi yang baik ialah yang … telah teruji.
A. evaluasi
B. validitas empiris dan assesment
C. validitas dan reliabilitas
D. asesmen
10. Perhatikan pernyataan di bawah ini!
(1) penentuan tujuan,
(2) pengumpulan informasi/data,
(3) menentukan desain evaluasi,
(4) pengembangan instrumen evaluasi,
(5) analisis dan interpretasi
(6) tindak lanjut.
Urutan yang tepat dalam tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah….
A. (1),(2),(3),(4),(5),dan (6)
B. (1),(3),(4),(2),(5),dan (6)
C. (2),(1),(3),(4),(5),dan (6)
D. (2),(3),(4),(1),(5),dan (6)

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir kegiatan belajar ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
pergunakanlah rumus perhitungan di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda tentang bahan ajar dalam kegiatan belajar ini.

22
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛: × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:

Skor 90 – 100, berarti sangat baik

Skor 80 – 89, berarti baik

Skor 70 – 79, berarti cukup baik

Skor 0 – 69, berarti kurang

Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang bahan
ajar dalam sub unit ini “Baik” atau bahkan “Sangat baik”, maka Anda dapat
melanjutkan ke sub unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda masih
mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari kembali sub
unit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. A 6. A

2. C 7. D

3. B 8. B

4. B 9. C

5. B 10. B

23
GLOSARIUM

Assessment : penilaian

Evaluation : evaluasi

Feedback : umpan balik

Kualitas : tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat atau taraf (kepandaian,
kecakapan, dan sebagainya); mutu

Kuantitas : banyaknya (benda dan sebagainya); jumlah (sesuatu)

Measurement : pengukuran

Reliabelitas : tingkat kepercayaan suatu instrumen

Skor : angka perolehan dalam tes (ujian, ulangan)

Validitas : tingkat ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Sistem Penilaian Kelas SD, SMP, SMA, dan
SMK. Jakarta: Depdiknas.

Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout
Brace Javanovich, Publisher.

Suparman, Atwi, M. (2014). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar


dan Inovator Pendidikan. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
Erlangga.

Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis


Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

24
KEGIATAN BELAJAR 2:

PENILAIAN PORTOFOLIO

Setelah membaca dan mempelajari modul, Anda diharapkan mampu:


1. Mendiskusikan pengertian penilaian portofolio.
2. Menjelaskan alasan penggunaan penilaian portofolio.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip penilaian portofolio.
4. Menjelaskan manfaat penilaian portofolio.
5. Mendeskripsikan bahan-bahan penilaian portofolio.
6. Menjelaskan bentuk-bentuk penilaian portofolio.
7. Menyusun pedoman dan pengembangan karakteristik penilaian portofolio.
8. Menunjukkan keunggulan atau kelebihan dan kelemahan penilaian portofolio.
9. Memberikan contoh penilaian portofolio.

Penilaian Portofolio

A. Penilaian Portofolio
Para rekan guruku yang terkasih. Perlu kita sadari bahwa suatu kebijakan yang
baru pasti mendapat tanggapan yang berbeda. Ada yang setuju dan ada yang tidak.
Orang yang setuju pasti mengikuti dengan baik kebijakan tersebut. Sebaliknya, orang
yang tidak setuju pasti diawali menolaknya dengan cara memberikan omelan ataupun
kritikannya terhadap kebijakan tersebut. pro dan kontra dari orang-orang yang mendapat
imbas dari kebijakan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, selalu ada saja kritik
terhadap rendahnya mutu pendidikan di berbagai satuan pendidikan, semakin menajam.
Semula tuduhannya dilontarkan terhadap guru yang kurang profesional, sekarang

1
semakin menajam kepada hal-hal yang lebih khusus dari tugas guru, yaitu terhadap alat
atau instrumen dan tidak reliable, aspek yang dinilai oleh guru. Penilaian yang dilakukan
oleh guru tidak valid dan tidak reliable, aspek yang dinilai oleh gurupun tidak lengkap,
serta administrasi guru dalam bidang penilaian juga sering tidak lengkap.

Bukti atas hal itu, pernah ditemukan anak yang sudah pindah sekolah tiga bulan
sebelum waktu kenaikan kelas, atau anak yang sudah keluar beberapa bulan sebelum
kenaikan kelas, pada saat kenaikan kelas anak tersebut masih mempunyai nilai dari guru
untuk dipertimbangkan. Akhirnya, sampai pada suatu kesimpulan bahwa pendekatan
penilaian yang digunakan saat ini sudah tidak cocok lagi dan harus diganti dengan
pendekatan penilian yag lain.

Sebagai reaksi atas hal di atas, bersamaan dengan adanya pergantian kurikulum,
diperkenalkan pula pendekatan baru dalam penilaian, yaitu penilaian berbasis portofolio
(portofolio based assessment).

B. Pengertian Penilaian Portofolio

Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari
report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi, portofolio
berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannya.

Secara umum, portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok,


lembaga, organisasi, perusahaan ataupun sejenisnya yang bertujuan untuk
mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Menurut Gronlund (1998:159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan


siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada
subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Selain itu, menurut Pomham: 198), penilaian
portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan
informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang. Pendapat yang lain
adalah dari Budimansyah, Dasim (2002). Beliau menjelaskan bahwa penilaian
portofolio sebenarnya sebagai suatu wujud benda fisik, suatu proses sosial pedagogis,
dan adjective”. Sebagai suatu wujud benda fisik, portofolio itu adalah bundel, yakni
kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu
bundel. Sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah collection of learning

2
experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud
pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun
sebagai suatu adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain,
misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika dipadukan dengan konsep
pembelajaran, maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based
learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian, maka dikenal istilah
penilaian berbasis portofolio (portofolio based assessment). Jadi, berdasarkan beberapa
pengertian di atas, maka bisa kita simpulkan demikian bahwa penilaian portofolio
merupakan metode penilaian berkesinambungan dengan berbagai kumpulan informasi
atau dokumentasi hasil pekerjaan seseorang yang diambil selama proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu dan disimpa pada suatu bendel secara sistematis dan
terorganisir.

C. Alasan penggunaan penilaian portofolio

Rekan-rekan pendidik yang baik, sebelumnya telah kita deskripsikan


tentang apa itu penilaian portofolio. Tahap selanjutnya adalah kita perlu memahami
mengapa kita sangat perlu menggunakan penilaian portofolio selain jenis penilaian yang
lain seperti penilaian otentik? Ada yang tahu apa alasannya? Oke, baiklah. Mari, kita
bahas bersama-sama alasannya. Jadi, kalau diingat kembali berkaitan dengan pengertian
di atas, portofolio pada mulanya hanya sebagai wujud benda fisik, artinya sebagai
kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu
bendel misalnya hasil tes awal, tugas-tugas catatan anekdot, piagam penghargaan, dan
hasil tes akhir. Sebagai proses sosial pedagogis, portofolio merupakan kumpulan dari
pengalaman belajar (collection flearning experience) dan ini dapat berupa pengetahuan
(cognitive), keterampilan (skill), nilai atau sikap (affective) yang terdapat dalam pikiran
peserta didik (Budimansyah, Dasim: 2002).

Lebih lanjut Budimansyah, Dasim menjelaskan bahwa portofolio sebagai konsep


pembelajaran dan konsep penilaian, yang dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis
portofolio (portofolio based assessment). Pembelajaran berbasis portofolio
memposisikan siswa sebagai titik sentralnya (student oriented). Dalam proses
pembelajaran, siswa harus dimotivasi untuk mau dan mampu melakukan sesuatu untuk
memperkaya pengalaman bekerjanya dengan lebih mengintensifkan interaksi dengan

3
lingkungannya.

Dengan interaksi ini diharapkan mampu membangun pemahaman terhadap


dunia sekitar, kepercayaan diri dan kepribadian siswa yang paham akan
keanekaragaman yang ada gilirannya dapat tumbuh sikap positif dan perilaku toleran
terhadap kebinekaan dan perbedaan pola kehidupan. Dengan demikian, pembelajaran
portofolio merupakan model pembelajaran partisipatorik, yaitu belajar sambil
menjalankan (learning by doing) dengan proses sebagai berikut:

(1) mengidentifikasi masalah;

(2) memilih masalah sebagai bahan kajian kelas;

(3) mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji;

(4) mengembangkan portofolio kelas;

(5) menyajikan portofolio; dan

(6) merefleksikan pengalaman belajar.

Model portofolio assessment cocok digunakan untuk mata pelajaran yang


bersifat menuntut output pembelajaran siswa dari segi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Penilaian ini berupa penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang
tersusun secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Suderajat dan Sumerna (Tsaur, Sufyan: 2009), alasan mengapa


menggunakan penilaian portofolio karena:

a. Dapat menghargai proses pembelajaran hasil belajar siswa

b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung

c. Memberi perhatian pada prestasi siswa yang memang memiliki prestasi

d. Bertukar informasi dengan orang tua /wali, peserta didik dan guru

e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran

f. Dapat merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan


eksperimen

g. Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri pada siswa

4
h. Siswa memandang lebih objektif dan terbuka dibandingkan dengan penilaian
tradisional karena siswa menilai hasil kinerja sendiri

i. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan

Menurut Djahiri, A.K (2001), dalam proses pembelajaran, prinsip utamanya


adalah proses keterlibatan seluruh/sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik)
dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang
(life skill).

Dalam pembelajaran berbasis portofolio, ada 7 prinsip, yaitu

1. Cooperative group learning,

2. Student based,

3. Demokratis munanistik dan transparan,

4. Faktual based (materi belajar dikaitkan dengan kehidupan) ,

5. Multi dimensional, yakni multi domain, multi gatra, multi media/sumber


dan multi penilaian,

6. Fungsi guru sebagai fasilitas

7. dan Tempat kelas,sekolah dan luar sekolah.

Sementara itu Budimansyah, Dasim (2002), secara garis besar menyatakan,


bahwa prinsip pembelajaran portofolio pada intinya adalah:

a. Empat Pilar Pendidikan

Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis


portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be and learning to live
together, yang dicanangkan UNESCO. Hal ini mengandung arti bahwa dalam
pembelajaran kita tidak boleh memperlakukan peserta didik seperti bak kosong yang
selalu dijejali berbagai informasi melalui ceramah.

b. Pandangan Konstruktivisme

Konstruktivisme mengajarkan tentang sifat dasar manusia belajar. Menurut


konstruktivisme belajar adalah constructing understanding atau nowledge, dengan cara
mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah

5
ada dan percaya bahwa sudah dipelajari. Dalam hal ini, kata kuncinya adalah construct.
Konsekuensinya siswa dalam proses pembelajaran seharusnya bersungguh-sungguh
membangun ini atau makna dalam sudut pandang pembelajaran bermakna bukan
sekedar hafalan atau tiruan.

c. Democratic Teaching

Melalui kegiatan pembelajaran berbasis portofolio, peserta didik dilatih dan


dibiasakan untuk hidup berdemokrasi. Proses demokrasi dimulai dari perumusan
permasalahan kelas sampai pada penyajian portofolio. Hal ini nampak pada aktivitas dan
kreativitas siswa yang begitu bebas untuk mengekspresikan berbagai pengalaman
belajarnya. Hal ini sudah barang tentu merupakan upaya positif dalam mewujudkan
kehidupan demokrasi, termasuk di negara Indonesia.

d. Prinsip Belajar Siswa Aktif

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model


pembelajaran berbasis portofolio nampak sekali. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap
atau langkah-langkah kegiatan, dimana hampir semua langkah kegiatan melibatkan
seluruh aktivitas siswa.

e. Kelompok Belajar Kooperatif

Proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis portofolio secara jelas dan


menerapkan sistem belajar kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerja
sama. Kerja sama antar siswa dan antarkomponen-komponen lain di sekolah, termasuk
kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.

f. Pembelajaran Partisipatrik

Proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis portofolio juga menganut


prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil
menjalankan (Learning by doing). Salah satu bentuk perjalanan hidup berdemokrasi.
Sebab dalam tiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya
dengan praktek hidup berdemokrasi.

g. Reactive Teaching

Proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis portofolio, guru perlu


menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

6
Motivasi yang seperti itu akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan
kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata.

Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran
selalu menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk
segera mengetahui kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini
terjadi, guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang
kreatif itu. Ciri guru kreatif itu di antaranya adalah sebagai berikut: menjadikan siswa
sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah
diketahui dan dipahami siswa, selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa
dengan membuat materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan siswa dan segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat
siswa bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada


kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.

Dalam penilaian portofolio mengandung hal-hal penting, yaitu pengumpulan


(storing),

pemilihan (sorting) dan penetapan (dating), dari suatu tugas (task) (Supranata
dan Hatta, 2004).

Tujuan portofolio diterapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian di kelas, portofolio dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:

a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa

b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung

c. Memberi perhatian atas prestasi kerja siswa yang terbaik

d. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi

e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran

f. Bertukar informasi dengan orang tua /wali dan guru lain

7
g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa

h. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri

i. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan

Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu


pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio
dapat memperhatikan perkembangan kemajuan belajar

peserta didik melalui karya seseorang, misalnya: karangan, puisi, surat,


komposisi, musik.

Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan siswa,


tetapi juga merupakan sumber informasi untuk guru dan siswa. Portofolio memberikan
bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan siswa sehingga guru dan
siswa berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya.

Portofolio dapat pula berfungsi sebagai alat untuk melihat (a) perkembangan
tanggung jawab siswa dalam belajar, (b) perluasan dimensi belajar, (c) pembaharuan
kembali proses belajar-mengajar, dan (d) penekanan pada pengembangan pandangan
siswa dalam belajar.

D. Prinsip-prinsip penilaian portofolio

Rekan-rekan seperjuangan yang saya kasihi, hal lain perlu kita pahami
adalah tentang prinsip-prinsip penilaian portofolio. Apa dan bagaimana prinsip-prinsip
tersebut? Mari kita cermati satu persatu prinsip-prinsip tersebut. Nah, penilaian
portofolio beranjak dari lima prinsip utama, yaitu saling mempercayai, kerahasiaan,
milik bersama, kepuasan, dan kesesuaian. Kelima prinsip ini terkait satu dengan yang
lain dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Prinsip saling mempercayai dibutuhkan karena penilaian portofolio melibatkan


sejumlah orang. Rasa saling percaya memunculkan keabsahan penilaian. Unsur
sentimen atau niat menjatuhkan orang lain dijauhkan dari penilaian portofolio.
Sepanjang kepercayaan tidak ditumbuhkan, keobjektifan penilaian tidak akan pernah

8
diperoleh. Rasa curiga merupakan penyakit berkepanjangan yang menodai penilaian.
Untuk itu, tumbuhkan terus rasa saling percaya.

Prinsip kerahasiaan dibutuhkan karena penilaian portofolio memberi peluang


untuk mengungkap aspek pribadi yang dimiliki seseorang. Setiap manusia memiliki
cela, baik penilai maupun orang yang dinilai. Dalam rangka tetap menempatkan
seseorang dalam posisi positif dalam kedudukan bermasyarakat, kerahasiaan amat
dibutuhkan. Rasa bersalah dan aib yang dimiliki seseorang jika ketahuan secara umum
akan menyebabkan tersisih dalam kelompoknya. Untuk itu, prinsip kerahasiaan amat
dibutuhkan dalam penilaian portofolio.

Prinsip milik bersama dibutuhkan dalam penilaian portofolio bertujuan utama


mengembangkan kualitas peserta didik. Jika output yang dihasilkan berupa produk,
tilikan dari berbagai segi untuk menyempurnakan produk itu akan menghasilkan produk
akhir yang lebih baik. Prinsip milik bersama dimaksudkan agar semua pihak secara
bersama-sama mengupayakan pengembangan kualitas hasil akhir.

Prinsip kepuasan dalam penilaian portofolio merupakan sukma dari tersebut.


Tiga unsur yang perlu menikmati kepuasan itu, yaitu siswa, penilai, dan masyarakat luar.
Kepuasan dalam penilaian portofolio meliputi dua hal yakni kepuasan proses dan
kepuasan hasil. Kepuasan akan memberikan dorongan yang kuat untuk mencapai
prestasi gemilang pada aktivitas berikutnya.

Prinsip kesesuaian meliputi tiga hal, yaitu sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perkembangan psikologis siswa (usia, emosional, dan
intelektual), sesuai dengan kebutuhan nyata sehari-hari. Prinsip kesesuaian terkait erat
dengan kemasadepanan siswa.

E. Manfaat penilaian protofolio

Teman-teman guruku yang budiman, lalu pertanyaan lebih lanjut yang harus kita
jawab dan diskusikan bersama adalah apa manfaat dari sebuah penilaian portofolio ya?
Jadi, sebetulnya ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan penilaian
portofolio. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dengan penilaian portofolio, guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan


siswa

9
b. Dengan penilaian portofolio, guru dan wali murid dapat berkomunikasi
tentang pekerjaan

siswanya.

c. Dengan penilaian portofolio, siswa menjadi partner dengan gurunya dalam


hal proses penilaian.

d. Dengan penilaian portofolio, siswa dapat merefleksikan dirinya sesuai


dengan bakat dan kemampuannya.

e. Penilaian portofolio diyakini mampu menilai secara obyektif terhadap


pekerjaan setiap

individu.

f. Dengan adanya penilaian portofolio, mampu meningkatkan interaksi antara


siswa dengan guru untuk mencapai suatu tujuan.

g. Dengan adanya penilaian portofolio mampu meningkatkan motivasi siswa


untuk belajar, kebanggaan (pride), kepemilikan (ownership), dan menumbuhkan
kepercayaan diri (self convidence).

h. Dengan adanya penilaian portofolio, dapat mencapai ketuntasan belajar dan


bukan sekedar tuntas materi

i. Dengan adanya penilaian portofolio, guru bersama pengawas dapat


mengevaluasi program pengajaran

j. Dengan adanya penilaian portofolio, dapat meningkatkan profesionalisme


guru.

F. Bahan-bahan penilaian portofolio

Lalu bahan-bahan yang seperti apakah yang dapat dijadikan penilaian sebuah
portofolio? Data penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan
informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan peserta
didik, dan (3) profil perkembangan peserta didik. Hasil catatan guru mampu memberi
penilaian terhadap sikap peserta didik dalam melakukan kegiatan portofolio. Hasil

10
pekerjaan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan kriteria (1) rangkuman isi
portofolio, (2) dokumentasi/data dalam folder, (3) perkembangan dokumen, (4)
ringkasan setiap dokumen, (5) presentasi dan (6) penampilan.

Hasil profil perkembangan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan


gambaran perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik pada selang waktu
tertentu. Ketiga komponen ini dijadikan suatu informasi tentang tingkat kemajuan atau
penguasaan kompetensi peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Berdasarkan ketiga komponen penilaian tersebut, guru menilai peserta didik


dengan menggunakan acuan patokan kriteria yang artinya apakah peserta didik telah
mencapai kompetensi yang diharapkan dalam bentuk persentase (%) pencapaian atau
dengan menggunakan skala 0-10 atau 0-100.

Penskoran dilakukan berdasarkan kegiatan unjuk kerja, dengan rambu-rambu


atau kriteria penskoran portofolio yang telah ditetapkan. Skor pencapaian peserta didik
dapat diubah ke dalam skor yang berskala 0-10 atau 0-100 dengan patokan jumlah skor
pencapaian dibagi skor maksimum yang dapat dicapai, dikali dengan 10 atau 100.
Dengan demikian akan diperoleh skor peserta didik berdasarkan portofolio masing-
masing. Bahan penilaian portofolio meliputi:

a. Penghargaan tertulis

b. Penghargaan lisan yang tertulis

c. Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa

d. Daftar ringkasan hasil pekerjaan

e. Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok

f. Contoh hasil pekerjaan

g. Laporan hasil pekerjaan

h. Catatan/laporan dari pihak lain yang relevan

i. Kopi absen/ daftar kehadiran

j. Presentasi dari tugas-tugas yang selesai dikerjakan

k. Catatan-catatan negatif (misalnya: peringatan) tentang siswa.

11
G. Bentuk-bentuk penilaian portofolio

Apakah rekan-rekan sudah tahu mengenai bentuk-bentuk portofolio?


Sebetunya sebuah portofolio dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Bentuk-
bentuk penilaian portofolio itu meliputi hal-hal berikut ini:

a. Catatan anekdot

b. Tulisan refleksi

c. Review

d. Laporan

e. Rekaman video tapes

f. Photo/gambar

g. Cuplikan tulisan

h. Grafik dan chart

i. Hasil print out komputer

j. Diagram

k. Isi

l. Catatan diskusi/kegiatan di rumah

m. Rekaman sesuau/audiotapes

n. Draft

o. Ilustrasi

p. Karya berupa benda

q. Model/maket

r. Kliping

s. Diagram

12
H. Pedoman dan pengembangan karakteristik penilaian portofolio

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan


penilaian portofolio di sekolah antara lain:

a. Karya Siswa Adalah Benar-Benar Karya Peserta Didik Itu Sendiri

Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan

penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.

b. Saling Percaya Antara Guru dan Peserta Didik

Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling

percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses


pendidikan berlangsung dengan baik.

c. Kerahasiaan Bersama Antara Guru dan Peserta Didik

Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu


dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.

d. Milik Bersama (Joint ownership) Antara Peserta Didik dan Guru

Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya
akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.

e. Kepuasan

Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.

f. Kesesuaian

Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.

g. Penilaian Proses dan Hasil

Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang

13
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.

h. Penilaian dan Pembelajaran

Penilaian portofolio merupakan hal yang tidak terpisahkan dari proses


pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi
guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

I. Keunggulan Dan Kelemahan Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio memiliki keunggulan dan tentunya kelemahan dalam


pelaksanaannya di kelas. Keunggulan yang dari penggunaan penilaian portofolio dapat
dilihat dari kondisi-kondisi di bawah ini sebagai berikut:

a. Perubahan Paradigma Penilaian

Perubahan paradigma dari membandingkan kedudukan kemampuan peserta


didik menjadi pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan balik dan
refleksi diri. Penilaian portofolio dapat menolong guru melakukan dan mengevaluasi
kemampuan dan peserta didik sesuai dengan harapan tanpa mengurangi kreativitas
peserta didik di kelas. Penilaian portofolio juga dapat menolong peserta didik untuk
bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan di kelas dan meningkatkan peran
serta mereka dalam kegiatan pembelajaran.

b. Akuntabilitas

Penilaian portofolio menekankan pada keadaan yang dapat


dipertanggungjawabkan (akuntability). Hal ini dapat dilihat dari adanya kerja sama
antara guru, siswa dan orang tua. Jadi bukan semata-mata guru yang memberikan
penilaian, tetapi atas sepengetahuan siswa dan orang tua.

c. Peserta Didik Sebagai Individu yang Peran Aktif Peserta Didik

Ciri khas dari penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat
peserta didik sebagai individu yang masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan,
dan kelebihan tersendiri. Ini sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel
dan lebih menekankan pada tujuan individual sehingga memungkinkan peran aktif
dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
mereka.

14
d. Identifikasi

Penilaian portofolio dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi program


pengajaran dan memungkinkan untuk mendokumentasikan “pemikiran” di samping
pengembangan program, sehingga kriteria portofolio akan berpengaruh terhadap
penentuan tujuan pembelajaran (indikator pencapaian hasil belajar)

e. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat

Penilaian portofolio melibatkan orang tua da masyarakat untuk berperan serta


dalam melibatkan pencapaian kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan konteks
kurikulum dibandingkan dengan hanya melihat angka-angka tes yang selama ini
dihasilkan

f. Penilaian Diri

Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self


assessment), refleksi, dan pemikiran yang kritis (critical thinking). Penilaian diri adalah
penilaian yang digunakan oleh peserta didik untuk menilai evidence mereka. Peserta
didik harus memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), dan keyakinan diri
(confidence) untuk mengevaluasi proses yang mereka sedang kerjakan dan
pengembangan hasil kerjanya, ketika mereka belajar sebagai pelajar yang mandiri.
Penelitian diri berguna untuk melihat keterlibatan peserta didik sepenuhnya dalam
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

g. Penilaian yang Fleksibel

Penilaian portofolio memungkinkan penilaian yang fleksibel yang bergantung


kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.

h. Tanggung Jawab Bersama

Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama


bertanggung jawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi
kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

i. Keadilan

Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen
yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta
didik dan membantu perkembangan mereka.

15
j. Kriteria Penilaian

Hasil pekerjaan peserta didik akan dinilai berdasarkan penilaian yang relevan
dengan penampilan mereka (misal dengan skala rating = rating scale). Peserta didik yang
kurang akan tetap mendapat penghargaan (credit), sedangkan pencapaian keberhasilan
yang optimal menjadi tujuan dari penilaian portofolio ini.

Dari keberhasilan yang telah diuraikan di atas, terdapat juga beberapa kelemahan
yang dialami saat dilaksanakannya penilaian portofolio antara lain sebagai berikut:

a. Waktu Ekstra

Penilaian portofolio memerlukan kerja ekstra dibandingkan dengan penilaian


lain yang biasa guru lakukan. Tetapi usaha guru yang menggunakan penilaian portofolio
akan sangat dihargai dan terutama dikenang baik oleh peserta didik. Sebab, melalui
penilaian portofolio, peserta didik dapat meningkatkan motivasi, partisipasi aktif dalam
proses pembelajaran, bahkan meningkatkan kemampuan mereka.

b. Reliabilitas

Penilaian portofolio nampak kurang reliabel dan kurang fair dibandingkan


dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum,
maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Penilaian yang dilakukan sendiri
oleh peserta didik (self assessment) maupun oleh kelompok peserta didik agak kurang
reliabel oleh karena itu latihan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik maupun
kelompok peserta didik sangat diperlukan. Dengan adanya latihan yang terus menerus,
terutama lagi apalagi kriteria yang disajikan sangat jelas dan mudah dipahami. Peserta
didik akan berlatih menjadi penilai bagi pekerjaannya sendiri.

c. Pencapaian akhir

Guru memiliki kecenderungan memperhatikan hanya untuk pencapaian akhir.


Jika hal ini terjadi, berarti proses penilaian portofolio tidak mendapatkan

perhatian sewajarnya.

d. Top-Down

Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasananya hubungan topdown,
yaitu guru menganggap tahu segalanya dan peserta didik selalu dianggap sebagai obyek
yang harus dididik dan diberi tahu. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi satu

16
arah. Apalagi kondisi ini terwujud, maka inisiatif dan kreativitas peserta didik yang
menjadi ciri khas portofolio akan hilang.

e. Skeptisme

Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya mengenal
keberhasilan anaknya hanya pada angka-angka hasil tes akhir (test scores), peringkat
dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio pada hakikatnya tidak
mengenal angka-angka yang dimaksud. Akibatnya, terkadang orang tua bersikap skeptis
dan lebih percaya pada tes dari pada penilaian

portofolio. Untuk mengatasi hal tersebut, format penilaian dapat menggunakan


kriteria penilaian yang bervariasi, mulai dari tidak menggunakan angka sampai dengan
menggunakan angka

.f. Hal yang Baru

Penilaian portofolio adalah sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan di


Indonesia. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin kebanyakan guru kurang mengenal
penilaian portofolio, mereka lebih mengenal bentuk penilaian yang biasa dilakukan.

g. Penerapan di Sekolah

Penilaian portofolio terkadang sulit diterapkan di sekolah yang lebih mengenal


perbandingan peserta didik melalui skor tes, peringkat dan yang lebih sering
menggunakan tes yang sudah baku seperti Ujian Nasional.

h. Format Penilaian yang Lengkap dan Detail

Penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga
menjebak. Peserta didik akan terjerumus ke dalam suasananya yang kaku dan
mematikan, yang akhirnya akan mematikan inisiatif dan kreativitas.

i. Tempat Penyimpanan

Penilaian portofolio memerlukan tempat penyimpanan yang memadai, apalagi


bila jumlah peserta didik cukup banyak. Oleh karena itu, guru perlu mewaspadai hal
tersebut.

17
J. Contoh format penilaian portofolio

Catatan:

Setiap karya guru sesuai Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk


dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap guru
sebagai bukti pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0
- 10 atau 0 - 100. Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin
tinggi skor yang diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang
kelemahan dan kekuatan tulisan yang dinilai.

Contoh Penilaian Portofolio

A. PENGUMPULAN PORTOFOLIO

Guru kelas VI akan melakukan penilaian portofolio untuk melengkapi blangko


penilaian yang telah disiapkan. Setelah melalui diskusi dengan para siswa diperoleh
keputusan bahwa siswa harus mengumpulkan portofolio.

Berkas-berkas portofolio yang dikumpulkan siswa adalah hasil pekerjaan siswa


sendiri yang telah dilaksanakan selama belajar di kelas VI. Berkas-berkas tersebut di
antaranya:

1. Gambar peta ASEAN (tugas individu materi IPS semester 1)

2. Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudera Ancol (tugas


individu semester 2)

3. Maket lalu lintas (tugas kelompok, materi IPA tentang rangkaian listrik seri

18
dan paralel, sem 2).

B. PENILAIAN PORTOFOLIO

1. Gambar Peta ASEAN

Kriteria yang akan digunakan untuk penilaian gambar peta:


NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
1 Kebersihan gambar Bersih = 3
Agak kotor = 2
Kotor = 1
2 Kerapian gambar Rapi = 3
Agak rapi = 2
Tidak rapi = 1
3 Memenuhi syarat peta Syarat terpenuhi = 3
Kurang terpenuhi = 2
Tidak terpenuhi = 1
4 Memenuhi komponen peta Memenuhi = 3
Kurang = 2
Tidak memenuhi = 1
TOTAL SKOR Skor maksimal = 12
NILAI
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
12
2. Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudera Ancol

Kriteria yang digunakan untuk penilaian laporan kegiatan karya wisata ke


Gelanggang Samudera Ancol:

NO KRITERIA SKOR KETERANGAN


1 Tata bahasa dan tanda baca Tepat = 3
yang digunakan Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
2 Pemilihan kosakata dan Tepat = 3
keterpaduan kalimat. Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
3 Kelengkapan laporan Lengkap = 3
Kurang lengkap = 2
Tidak lengkap = 1

19
Sistematis = 3
4 Sistematika laporan Kurang sistematis = 2
Tidak sistematis = 1
5 Kerapian tulisan Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1
TOTAL SKOR Skor maksimal = 12
NILAI

Nilai = Skor yang diperoleh x 100

15

3. Maket lalu lintas

Kriteria penilaian maket lalu lintas:


NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
1 Ketepatan pemilihan bahan Tepat = 3
dasar maket Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
2 Ketepatan pemilihan Tepat = 3
asesoris Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
3 Kerapian Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1
4 Kebersihan Bersih = 3
Kurang bersih = 2
Tidak bersih = 1
5 Fungsi alat Bekerja dengan baik = 3
(alat bekerja dengan baik) Ada gangguan ketika diuji
coba = 2
Tidak bekerja = 1
TOTAL SKOR Skor maksimal = 12
NILAI

20
Nilai = Skor yang diperoleh x 100

15

FORMAT REKAP NILAI PORTOFOLIO


PORTOFOLIO TOTAL NILAI
NO NAMA
1 2 3 NILAI AKHIR
1
2
3
4
5

Keterangan:

- Nilai Portofolio 1 = Gambar peta ASEAN

2 = Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang


Samudera Ancol

3 = Maket lalu lintas

- Nilai Akhir = Total nilai : 3

21
PENILAIAN OTENTIK

Setelah membaca dan mempelajari modul, Anda diharapkan mampu:


1. Mendeskripsikan pengertian penilaian otentik.
2. Mendeskripsikan Jenis-jenis penilaian otentik.
3. Menyebutkan karakteristik penilaian otentik oleh para ahli.
4. Mendeskrispikan penilaian dan pembelajaran otentik
5. Menganalisis tujuan dan prinsip-prinsip penilaian otentik
6. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan penilaian otentik.
7. Menentukan sebuah pedoman penilaian otentik beserta contoh
8.

Penilaian Otentik

A. Pengertian Penilaian Otentik


Para rekan guru yang terkasih, berikut ada beberapa pendapat tentang
penilaian otentik. Beberapa pendapat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penilaian Otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
2. Menurut (Hart, 1994), asesmen otentik yaitu asesmen yang melibatkan siswa
didalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna.
3. David W. Johnson dan Roger T. Johnson (2002) bahwa otentik asesmen
meminta siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam konteks
dunia nyata.

22
4. O’Malley dan Pierce (1996: 4) mendefinisikan authentic assessment sebagai
berikut:
“Authentic assessment is an evaluation process that involves multiple forms of
performance measurement reflecting the student’s learning, achievement, motivation, and
attitudes on instructionally-relevant activities. Example of authentic assessment
techniques include performance assessment, portofolio, and self-assessment”.
5. Mueller (2008) penilaian otentik merupakan: a form of assessment in which
students are asked to perform real-world tasks that demonstrate meaningful application
of essential knowledge and skills. Jadi, penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas
yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara
bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
6. Menurut Stiggins (Mueller, 2008), penilaian otentik merupakan penilaian
kinerja (perfomansi)
yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan
kompetensi tertentu
yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.
7. Hiebert, Valencia, & Afferbach (1994, http: / /www.eduplace.com/,) yang
menyatakan bahwa
penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai
kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan demikian bahwa istilah
Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
Kemudian, istilah otentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Artinya, secara konseptual penilaian otentik lebih
bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Lalu, ketika menerapkan penilaian otentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar
peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan,
aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

23
B. Jenis-jenis penilaian otentik
Ada empat jenis penilaian otentik. Keempat jenis penilaian otentik tersebut adalah
sebagai berikut: penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian
Tertulis.
1. Penilaian Kinerja
a. Penilaian otentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya
dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dalam tema akulturasi
budaya Hindu Budha, peserta didik bisa diminta untuk membuat tulisan: Bentuk Budaya
Hasil akulturasi Hindu Budha; Toleransi dalam Kehidupan
b. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1. Daftar cek (checklist).
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3. Skala penilaian (rating scale).
4. Memori atau ingatan (memory approach).

2. Penilaian Proyek
a. Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Peserta didik secara kelompok atau perorangan dapat diminta untuk
melakukan penelitian sederhana berkaitan dengan situs sejarah yang ada di lingkungan
mereka, yang dikaitkan dengan peran masyarakat dalam pelestarian peninggalan sejarah.
Berkaitan dengan penilaian proyek ini, ada 3 hal yang perlu diperhatian guru
dalam penilaian proyek. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan
data, mengolah
dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

24
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.

3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, kliping, gambar candi, foto situs sejarah atau peristiwa sejarah, lukisan sejarah,
resensi buku/ literatur kesejarahan, laporan penelitian sejarah, dan lain-lain.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan
guru
menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio
yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa

25
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

C. Karakteristik penilaian otentik


Menurut Santoso, 2004: ada empat karakteristik penilaian otentik. Keempat
karakteristik penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
b. Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
c. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang
sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek
dari tujuan
pembelajaran.
Selain itu menurut Nurhadi, 2004: 173, ada 8 karakteristik penilaian otentik.
Kedelapan karakteristik penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
c. Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi
d. Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta
e. Berkesinambungan
f. Terintegrasi
g. Dapat digunakan sebagai umpan balik
h. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas (Nurhadi,
2004: 173).
Selain itu, masih ada pendapat lain yang berpendapat tentang karakteristik
penilaian otentik. Pendapat lain itu adalah sebagai berikut:
1. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain.
2. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam

26
pengaturan yang lebih otentik.
3. Penilaian otentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
4. Penilaian otentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat.
5. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses
pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara
akademik.
6. Penilaian otentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerja sama dengan peserta didik.
7. Dalam penilaian otentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana akan dinilai.
8. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka
sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
9. Pada penilaian otentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar
sekolah.
10. Penilaian otentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
11. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan
peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
12. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
13. Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek.
14. Penilaian otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.

27
15. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

D. Penilaian dan Pembelajaran Otentik


1. Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik pula.
2. Menurut Ormiston, belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan
masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
3. Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang
pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses
yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
4. Penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui
penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi
perkembangan pribadi mereka.
7. Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya
satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata
yang ada di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian otentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan
mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
10. Pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru otentik.”
11. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus memenuhi kriteria

28
tertentu seperti disajikan berikut:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menyediakan
sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi
pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan
mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat
diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

E. Tujuan dan prinsip-prinsip penilaian otentik


Menurut Santoso, 2004, ada 7 tujuan penilaian otentik. Ketujuh penilaian otentik
itu adalah sebagai berikut:
1. Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu.
2. Menentukan kebutuhan pembelajaran.
3. Membantu dan mendorong siswa.
4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.
5. Menentukan strategi pembelajaran.
6. Akuntabilitas lembaga.
7. Meningkatkan kualitas pendidikan.
Selain itu, Menurut Santoso, 2004, ada 4 prinsip penilaian otentik. Keempat
penilaian otentik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta

29
mendeteksi
kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses
pembelajaran.
d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta
didik telah
mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

F. Pelaksanaan kegiatan penilaian otentik


Lagi-lagi menurut Santoso, 2004, ada 16 point pelaksanaan penilaian otentik.
Keenam belas pelaksanan penilaian otentik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tes standar prestasi,
2. Tes buatan guru,
3. Catatan kegiatan,
4. Catatan anekdot,
5. Skala sikap,
6. Catatan tindakan,
7. Konsep pekerjaan,
8. Tugas individu,
9. Tugas kelompok atau kelas,
10. Diskusi,
11. Wawancara,
12. Catatan pengamatan,
13. Peta perilaku,
14. Portofolio,
15. Kuesioner, dan
16. Pengukuran sosiometri.

G. Pedoman penilaian otentik


Para rekan guru yang terkasih, menurut Nurhadi, 2004: 174, ada 13 point yang
menjadi pedoman penilaian otentik. Ketiga belas point tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proyek/kegiatan dan laporannya,
2. Hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan),
3. Portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun),

30
4. Pekerjaan rumah,
5. Quis,
6. Karya siswa,
7. Presentasi atau penampilan siswa,
8. Demonstrasi,
9. Laporan,
10. Jurnal,
11. Karya tulis,
12. Kelompok diskusi dan,
13. Wawancara.

H. Contoh penilaian otentik


1. Contoh Rubrik Penilaian Aktivitas Proses IPS
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian
Kinerja Ket 1 2 3
1. Mengamati dan Menuliskan Hasil Pengamatan
2. Mendiskusikan Hasil Pengamatan
3. Menyusun Laporan Pengamatan
4. Menyajikan Laporan Hasil Pengamatan

Pedoman penskoran sebagai berikut:


1. Mengamati dan Menuliskan Hasil Pengamatan
3 = Siswa mampu menuliskan 5 jenis alat transportasi berdasarkan klasifikasinya.
2 = Siswa mampu menuliskan 3-4 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.
1 = Siswa mampu menuliskan 1-2 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.

2. Mendiskusikan Hasil Pengamatan


3 = Siswa mampu menemukan 5 karakteristik alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.

31
2= Siswa mampu menuliskan 3-4 karakteristikalat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.
1= Siswa mampu menuliskan 1-2 karakteristik alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.

3. Menyusun Laporan Pengamatan


3 = Siswa mampu menuliskan 5 pendapatnya dalam diskusi.
2= Siswa mampu menuliskan 3-4pendapatnya dalam diskusi.
1= Siswa mampu menuliskan 1-2pendapatnya dalam diskusi

4. Menyajikan Laporan Hasil Pengamatan


3 = Siswa menyajikan laporan, bertanya, dan menjawab pertanyaan saat diskusi
kelas.
2= Siswa bertanya dan atau menjawab pertanyaan saat diskusi kelas .
1= Siswa pasif selama diskudi kelas.
Perhitungan jumlah skor penilaian proses di atas adalah jumlah skor diperoleh
siswa dibagi skor ideal dikalikan skala penilaian yang digunakan. Misalnya siswa A
mendapat skor dari tiap indikator: 3, 2, 3, dan 2, skor totalnya adalah 10. Nilai akhirnya
adalah (10:12) X100 = 8,33.
2. Seorang guru SD bermaksud mengajarkan konsep perkembangan alat
transportasi. Tujuan
pembelajarannya adalah siswa mampu menyebutkankan jenis, ciri, dan
karakteristik alat
tranportasi. Dalam proses pembelajarannya, guru tersebut telah merencanakan
penerapan
model kontekstual, sehingga disusunlah seperangkat RRP dengan langkah-
langkah
pebelajaran sebagai berikut.
Berdasarkan rancangan pembelajaran di atas, untuk mengukur kinerja/aktivitas
siswa selama pembelajaran guru menyusun penilaian otentik berbentuk penilaian kinerja.
Dalam penilaiannya tersebut, ada beberapa aktivitas yang dilakukan siswa sekaligus
menggambarkan karakter siswa. Aktivitas yang akan diukur adalah sebagai berikut.
1. Mengamati gambar dan membuat catatan hasil pengamatan.

32
2. Mendiskusikan karakteristik alat transportasi
3. Menyusun laporan hasil pengamatan
4. Melaporkan hasil diskusi
Atas dasar aktivitas tersebut selanjutnya disusun lembar kerja proses (LKP)
sebagai berikut:
1. Kegiatan awal ( 10 menit )
a. Mengondisikan kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran
b. Apersepsi Mengulas materi sebelumnya yaitu teknologi produksi dan
komunikasi, kemudian menjelaskan bahwa kedua teknologi tersebut berkaitan erat
dengan teknologi transportasi dan menanyakan pada siswa tentang alat transfortasi yang
pernah digunakan.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
d. Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan siswa.

2. Kegiatan inti ( 50 menit )


Eksplorasi
a. Siswa melakukan pengamatan terhadap gambar yang disediakan guru pada
empat dinding kelas secara berkelompok (masing-masing kelompok satu gambar).
(disiplin)
b. Siswa mencatat jenis-jenis alat transportasi yang ada di dalam gambar dalam
Lembar Kerja Proses yang diterima dari guru. (teliti)

Elaborasi
c. Siswa mendiskusikan jenis-jenis alat transportasi dan karakteritiknya serta
kegunaannya.
(demoktratis/ tanggung jawab)
d. Siswa menyusun laporan hasil diskusi dan menunjuk perwakilan kelompok.
(kreatif)
e. Siswa membacakan laporan diskusi tentang jenis teknologi transportasi
diselingi Tanya jawab.
(tanggung jawab/ demokratis) Konfirmasi
f. Siswa menyimak penjelasan guru tentang jenis dan karakteristik alat tranportasi.

33
(rasa ingin tahu)
g. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang kegunaan alat transportasi di sekitas
lingkungannya. (peduli lingkungan)
3. Kegiatan akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Siswa melaksanakan evaluasi.
c. Siswa dan guru merefleksi pembelajaran
d. Siswa mendapatkan tugas rumah untuk mencatatn alat-alat transportasi di
lingkungannya berdasarkan jenis, karakteristik, dan kegunaanya..

Amati gambar yang terdapat pada dinding kelas. Berdasarkan pengamatan


tersebut isilah peta konsep di bawah ini!

ALAT TRANSPORTASI
Modern Tradisional
1.
2.
3.dst
1.
2.
3. dst
Manfaat
1.
2.
3. dst.
Ciri‐cirinya
1.
2.
3. dst.
Ciri‐cirinya
1.
2.
3. dst.

34
Keuntunganya/
Kelemahannya
1.
2.
3.
4.
Keuntunganya/
Kelemahannya
1.
2.
3.
4.
Cara Bijak
Pemanfaatannya
1.
2.
3.
4.
29
Berdasarkan LKP tersebut disusunlah rubrik penilaian yang mengukur
kemampuan proses siswa sekaligus mengukur karakter siswa, misalnya sebagai berikut.
Kemampuan mengamati dan Karakter Disiplin dan Teliti
3 jika siswa mampu menuliskan 5 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.
2 jika siswa mampu menuliskan 3-4 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya.
1 jika siswa mampu menuliskan 1-2 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya
Berdasarkan rubrik di atas, dapat kita tafsirkan jika siswa A mampu menuliskan
5 jenis alat transportasi berdasarkan klasifikasinya, siswa A tersebut mendapat nilai
proses 3. Karena kemampuanya menuliskan 5 jenis alat transportasi berdasarkan
klasifikasinya merupakan cermin nilai karakter disipilin dan teliti, siswa tersebut juga
mendapatkan nilai 3 dalam penilaian pengembangkan karakter. Demikian seterusnya

35
dalam seluruh aspek penilaian proses dan karakter.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Kegiatan Belajar
2 tentang Penilaian portofolio dan Otentik, kerjakanlah latihan berikut ini!

1. Apa yang Anda ketahui tentang penilaian portofolio!


2. Apa kelemahan dan keunggulan penilaian portofolio!
3. Apakah Pedoman dan pengembangan karakteristik penilaian portofolio!
4. Apakah manfaat sebuah penilaian portofolio!
5. Apakah yang Anda ketahui tentang pengertian penilaian otentik!
6. Apa yang ada ketahui tentang karakteristik penilaian otentik!
7. Bagaimankah sebuah penilaian dan pembelajaran otentik menurut Anda?
8. Uraikanlah jenis-jenis penilaian otentik yang Anda ketahui!

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari
report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi, portofolio
berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannya. Secara umum,
portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga, organisasi,
perusahaan ataupun sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan
suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, berdasarkan pengertian
di atas, maka bisa disimpulkan bahwa penilaian portofolio merupakan metode penilaian
berkesinambungan dengan berbagai kumpulan informasi atau dokumentasi hasil
pekerjaan seseorang yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu dan disimpan pada suatu bendel secara sistematis dan terorganisir.
2. Keunggulan yang dari penggunaan penilaian portofolio dapat dilihat dari
kondisi-kondisi di
bawah ini sebagai berikut:
a. Perubahan Paradigma Penilaian
Perubahan paradigma dari membandingkan kedudukan kemampuan peserta
didik menjadi pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan balik dan refleksi
diri. Penilaian portofolio dapat menolong guru melakukan dan mengevaluasi kemampuan

36
dan peserta disidik sesuai dengan harapan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di
kelas. Penilaian portofolio juga dapat menolong peserta didik untuk bertanggung jawab
terhadap apa yang mereka kerjakan di kelas dan meningkatkan peran serta mereka dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Akuntabilitas
Penilaian portofolio menekankan pada keadaan yang dapat
dipertanggungjawabkan (akuntability). Hal ini dapat dilihat dari adanya kerja sama antara
guru, siswa dan orang tua. Jadi bukan semata-mata guru yang memberikan penilaian,
tetapi atas sepengetahuan siswa dan orang tua.
c. Peserta Didik Sebagai Individu yang Peran Aktif Peserta Didik
Ciri khas dari penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat
peserta didik sebagai individu yang masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan,
dan kelebihan tersendiri. Ini sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel
dan lebih menekankan pada tujuan individual sehingga memungkinkan peran aktif dalam
proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka
d. Identifikasi
Penilaian portofolio dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi program
pengajaran dan memungkinkan untuk mendokumentasikan “pemikiran” di samping
pengembangan program, sehingga kriteria portofolio akan berpengaruh terhadap
penentuan tujuan pembelajaran (indikator pencapaian hasil belajar)
e. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
Penilaian portofolio melibatkan orang tua da masyarakat untuk berperan serta
dalam melibatkan pencapaian kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan konteks
kurikulum dibandingkan dengan hanya melihat angka-angka tes yang selama ini
dihasilkan
f. Penilaian Diri
Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self
assessment), refleksi, dan pemikiran yang kritis (critical thinking). Penilaian diri adalah
penilaian yang digunakan oleh peserta didik untuk menilai evidence mereka. Peserta didik
harus memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), dan keyakinan diri
(confidence) untuk mengevaluasi proses yang mereka sedang kerjakan dan
pengembangan hasil kerjanya, ketika mereka belajar sebagai pelajar yang mandiri.

37
Penelitian diri berguna untuk melihat keterlibatan peserta didik sepenuhnya dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
g. Penilaian yang Fleksibel
Penilaian portofolio memungkinkan penilaian yang fleksibel yang bergantung
kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.
h. Tanggung Jawab Bersama
Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta didik secara bersamasama
bertanggung jawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi
kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
i. Keadilan
Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen
yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta
didik da membantu perkembangan mereka.
j. Kriteria Penilaian
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian
portofolio di sekolah antara lain:
a. Karya Siswa Adalah Benar-Benar Karya Peserta Didik Itu Sendiri
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik
itu sediri.
b. Saling Percaya Antara Guru dan Peserta Didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan
berlangsung dengan baik.
c. Kerahasiaan Bersama Antara Guru dan Peserta Didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan
baik dan tidak disampaikan kepada pihak pihakyangtidakberkepentingan
sehingga memberi
dampak negatif proses pendidikan.

38
d. Milik Bersama (Joint ownership) Antara Peserta Didik dan Guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan
berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
e. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
f. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum
g. Penilaian Proses dan Hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik.
h. Penilaian dan Pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi
guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
4. Ada 10 manfaat dalam penilaian portofolio. Keseepuluh manfaat tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Dengan penilaian portofolio, guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan
siswa
b. Dengan penilaian portofolio, guru dan wali murid dapat berkomunikasi tentang
pekerjaan siswanya.
c. Dengan penilaian portofolio, siswa menjadi partner dengan gurunya dalam hal
proses penilaian.
d. Dengan penilaian portofolio, siswa dapat merefleksikan dirinya sesuai dengan
bakat dan kemampuannya.
e. Penilaian portofolio diyakini mampu menilai secara obyektif terhadap
pekerjaan setiap individu.
f. Dengan adanya penilaian portofolio, mampu meningkatkan interaksi antara
siswa dengan guru untuk mencapai suatu tujuan.
g. Dengan adanya penilaian portofolio mampu meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar, kebanggaan (pride), kepemilikan (ownership), dan menumbuhkan

39
kepercayaan diri (self convidence).
h. Dengan adanya penilaian portofolio, dapat mencapai ketuntasan belajar dan
bukan sekedar tuntas materi
i. Dengan adanya penilaian portofolio, guru bersama pengawas dapat
mengevaluasi program pengajaran
j. Dengan adanya penilaian portofolio, dapat meningkatkan profesionalisme
guru.

5. Istilah Assessme merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian,


atau evaluasi.
Kemudian, istilah otentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penilaian otentik (Authentic Assessment)
adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Artinya, secara konseptual penilaian otentik
lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali
pun. Lalu, ketika menerapkan penilaian otentik untuk mengetahui hasil dan prestasi
belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

6. Ada 15 karakteristik penilaian otentik. Kelima belas karakteristik penilaian


otentik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penilian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain.
2. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih otentik.
3. Penilaian otentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
4. Penilaian otentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat.
5. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses

40
pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara
akademik.
6. Penilaian otentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerja sama dengan peserta didik.
7. Dalam penilaian otentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana akan dinilai.
8. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka
sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
9. Pada penilaian otentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar
sekolah.
10. Penilaian otentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
11. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan
peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
12. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
13. Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek.
14. Penilaian otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
15. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

7. Penilaian dan pembelajaran otentik adalah sebagi berikut:


1. Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik pula.
2. Menurut Ormiston, belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan
masalah yang

41
diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
3. Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama,,pengukuran
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang
pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses
yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
4. Penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui
penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi
perkembangan pribadi mereka.
7. Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya
satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata
yang luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian otentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan
mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
10. Pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru otentik.”
11. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus memenuhi kriteria
tertentu seperti disajikan berikut:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan

42
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan
mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat
diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

8. Ada empat jenis penilaian otentik. Keempat jenis penilaian otentik tersebut
adalah sebagai berikut: penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan
penilaian Tertulis.
1. Penilaian Kinerja
a. Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya
dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dalam tema akulturasi
budaya Hindu Budha, peserta didik bisa diminta untuk membuat tulisan: Bentuk Budaya
Hasil akulturasi Hindu Budha; Toleransi dalam Kehidupan
b. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1. Daftar cek (checklist).
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3. Skala penilaian (rating scale).
4. Memori atau ingatan (memory approach).
2. Penilaian Proyek
a. Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Peserta didik secara kelompok atau perorangan dapat diminta untuk
melakukan penelitian sederhana berkaitan dengan situs sejarah yang ada dilingkungan
mereka, yang dikaitkan dengan peran masyarakat dalam pelestarian peninggalan sejarah.
Berkaitan dengan penilaian proyek ini, ada 3 hal yang perlu diperhatian guru
dalam penilaian proyek. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan

43
data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang
diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.

3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, kliping, gambar candi, foto situs sejarah atau peristiwa sejarah, lukisan sejarah,
resensi buku/ literatur kesejarahan, laporan penelitian sejarah, dan lain-lain.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan
guru
menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio
yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

44
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

RANGKUMAN

Pendidikan karakter hendanya disikapi secara bijak dalam pelaksanaanya. Salah


satu wujud nyata kebijakan tersebut adalah menentukan cara paling logis dalam
melaksanakan pendidikan karakter. Cara tersebut salah satunya adalah mengembangkan
pembelajaran secara otentik sekaligus melaksanakan penilaian otentiktinya. Pemikiran ini
didasari kosepsi bahwa pembelajaran adalah sejumlah aktivitas, dan melalui aktivitas
inilah karakter bisa dibentuk. Bertemali dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
minimal ada dua langkah yang tepat dalam melaksanakan pendidikan karakter yaitu
melaksanakan pembelajaran aktif dan melaksanakan penilaian otentik.
Penilaian otentik selain sebagai dasar penentuan aktivitas dan nilai karakter yang
hendak dikembangkan, juga bisa digunakan untuk mengukur proses pembelajaran
sekaligus mengukur karakter anak. Oleh sebab itu pengembangan model penilaian otentik
sangat berpengaruh terhadap telaksananya pendidikan karakter.
Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok,
lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk
mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa.
Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio
dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal
perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.
Pembelajaran berbasis portofolio memposisikan siswa sebagai titik sentralnya
(student oriented). Dalam proses pembelajaran siswa harus dimotivasi untuk mau dan
mampu melakukan sesuatu untuk memperkaya pengalaman bekerjanya dengan lebih
mengintensifkan interaksi dengan lingkungannya. Dengan interaksi ini diharapkan

45
mampu membangun pemahaman terhadap dunia sekitar, kepercayaan diri dan
kepribadian siswa yang paham akan keanekaragaman yang ada gilirannya dapat tumbuh
sikap positif dan perilaku toleran terhadap kebinekaan dan perbedaan pola kehidupan.
Dengan demikian pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran partisipatorik,
yaitu belajar sambil menjalankan (learning by doing) dengan proses sebagai berikut (1)
mengidentifikasi masalah; (2) memilih masalah sebagai bahan kajian kelas; (3)
mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji; (4) mengembangkan portofolio
kelas; (5) menyajikan portofolio; dan (6) merefleksikan pengalaman belajar.
Model portofolio assessment cocok digunakan untuk mata pelajaran yang bersifat
menuntut output pembelajaran siswa dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Penilaian ini berupa penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun
waktu tertentu. Oleh sebab itu guru sebaiknya menggunakan penilaian ini agar mutu
pembelajaran semakin meningkat.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat!


1. Tidak ada manusia di dunia ini yang luput dari kekeliriuan, kesalahan
ataupun dosa. Nah, begitu pula dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam suatu
pembelajaran, pasti ada juga kekeliruan, kesalahan, ataupun aib yang dilakukan dan
dimiliki oleh seorang pendidik atau guru. Untuk melindungi kesalahan, kekeliruan
ataupun aib tersebut dibutuh prinsip dan penilaian portofolio. Penilaian tersebut adalah

A. Prinsip saling mempercayai antara guru dan siswa
B. Prinsip kerahasiaan
C. Prinsip kepuasan
D. Prinsip kesesuaian
2. Dalam penilaian portofolio, salah satu prinsip dalam pembelajaran itu adalah
Reactive Teaching di mana seorang guru atau pendidik dituntut untuk kreatif dalam
melakukan suatu pembelajaran. Berikut ini adalah ciri yang menandakan bahwa guru itu
kreatif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

46
A. Menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
B. Suatu kegiatan pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang belum sama sekali
diketahui dan dipahami siswa.
C. Guru selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan
membuat materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik seseorang.
D. Guru masih mencari-cari materi ataupun metode pembelajaran yang cocok
dan yang mampu membangkitkan semangat belajar seseorang.
3. Dalam menilai sebuah portofolio siswa atau peserta didik, guru memerlukan
suatu pedoman yang tepat agar apa yang dinilai itu sungguh-sungguh objektif, valid, dan
reliable. Pedoman penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
A. Karya guru adalah murni hasil bantuan dari rekan-rekan guru yang lain.
B. Dalam proses penilaian portofolio sangat perlu adanya rasa memiliki, saling
percaya satu sama lain baik guru, peserta didik, dan orang tua.
C. Hasil kerja portofolio hanya berisi uraian dan penjelasan tanpa ada
keterangan ataupun bukti-bukti yang kuat untuk memberikan dorongan yang kuat dalam
rangka meningkatkan diri guru.
D. Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang kurang bahkan tidak
adanya kesesuaian dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
4. Pada zaman dahulu, sistem penilaian dan pembelajaran di sekolah
menggunakan sistem dan teori belajar Behavioristik, di mana semua proses penilaian dan
pembelajaran bersumber pada guru. Artinya pembelajaran itu bersifat Teacher center dan
bukan student center. Tetapi, pada saat ini, pembelajaran lebih berpusat pada student
center dengan menggunakan teori konstruktivisme. Oleh karena itu, sistem penilaian yang
digunakan dalam suatu pembelajaran untuk saat adalah …
A. Pembelajaran lebih mementingkan proses belajar seseorang.
B. Pembelajaran lebih memntingkan hasil belajar.
C. Pembelajaran lebih mementingkan keinginan seseoang.
D. Pembelajaran lebih mementingkan proses dan hasil belajar seseorang.

5. Ciri khas dari penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat
peserta didik sebagai individu yang masing-masingnya memiliki karakteristik,
kebutuhan, dan kelebihan tersendiri. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang
digunakan oleh seorang guru di kelas adalah…

47
A. Ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran.
B. Memberikan materi dan teori pembelajaran sebanyak-banyaknya kepada
peserta didik tanpa ada suatu refleksi tentang apa yang telah dipelajari.
C. Diskusi dan presentasi kelompok, serta membiarkan peserta didi menemukan
dan mengembangakan pengetahuan yang dipelajari.
D. Senantiasa menyalahkan siswa dan memberikan hukuman kepada peserta
didik jika mereka membuat kesalahan. Dan menganggap bahwa dalam pembelajarn
tersebut yang paling benar adalah guru dan siswa hanyalah subjek yang pasif.
6. Pada hari ini, Anton dan teman-teman mendapat bahan pelajaran tentang
menumbuhkan sikap kepekaan, jujur, dan menghormati sesamanya. Sebagai PR, guru
menugasi setiap peserta didik termasuk Anton untuk menerapkan bahan pelajaran
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap yang tepat yang hendaknya dilakukan
Anton bersama dengan teman-temannya di rumah, sekolah, maupun masyarakat adalah

A. Setelah kembali dari sekolah, Anton tidak pernah mengerjakan PR, tidak
membantu orang tuanya tetapi asyik dengan permainan kesukaannya yaitu game di
kamarnya.
B. Anton segera membantu seorang nenek tua yang kesulitan menyeberangi
jalan raya karena lalu lintas kendaraan sangat padat dan ramai.
C. Anton selalu mengejek temannya yang bermulut sumbing.
D. Anton selalu membuang sampah di sekolah tidak pada tempatnya, alias
membuang sampah di sembarang tempat.
7. Suatu proses penilaian yang baik yang hendaknya dilakukan oleh seorang
guru dengan menerapkan sistem penilaian otentik yang komprehensif. Contoh penilaian
komprehensif tersebut adalah …
A. Seorang guru menilai prestasi seorang peserta didik hanya melalui nilai atau
angka yang diperoleh dalam test lisan dan tertulis saja.
B. Seorang guru menilai prestasi anak didiknya melalui proyek-proyek
dihasilkannya saja selama mengikuti pembelajaran di sekolah.
C. Seorang guru dapat menilai prestasi siswa melalui tiga ranah atau aspek
penilaian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Misalnya, prestasi seorang siswa
dapat dinilai melalui nilai atau angka-angka yang diperoleh dalam proses pembelajaran,
selain itu, prestasi seorang siswa dapat dinilai ataupun dipertimbangkan melalui sikapnya

48
sehari-hari (relasi dengan teman-teman di sekolah, menjaga dengan baik relasinya dengan
Tuhan melalui doa yang senantiasa dihidupinya dalam hidup dan belajarnya, dan juga
aspek lain yang menjadi bahan pertimbangan penilaian seorang guru adalah proyek-
proyek atau karya-karya atau unjuk kerja yang telah dihasilkan ataupun dikerjakan siswa).
D. Seorang guru dapat menilai prestasi siswanya hanya berdasarkan sifat-
sifatnya baik (suka menolong dan membantu sesamanya, rajin berdoa, menjaga
kebersihan di sekolah dan di rumah dan lain-lain).
8. Menurut Ormiston, belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan
masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Maksud dari pernyataan
ahli tersebut adalah …
A. Siswa senantiasa belajar dan terus mempelajarai bahan yang didapatkan dari
sekolah untuk memperdalam serta menambah perbendaharan pengetahuan dalam
pikirannya saja.
B. Setelah mempelajari pengetahuan yang diperoleh dari sekolah, seorang siswa
langsung melupakannya dan tidak membatinkannya dalam hati dan pikirannya.
C. Siswa mencoba menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dari sekolah
dengan mencoba mempraktikan cara membuat pupuk organik untuk dijadikan pupuk
untuk tanamannya di rumah.
D. Tujuan siswa mempelajari pengetahuan di sekolah adalah agar memperoleh
nilai yang baik dan bagus dan setelah ujian, hal yang telah dipelajarinya hilang ataupun
dilupaknya.
9. Sebuah pembelajaran dan penilaian dikatakan dan dianggap otentik apabila

A. Guru belum pernah mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan
peserta didik serta desain pembelajaran.
B. Guru kurang mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan
dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi
pengetahuan.
C. Guru selalu mengganggap bahwa dia adalah ahli dari pembelajaran tersebut
dan siswa hanyalah peserta yang pasif yang siap menerima materi pembelajaran yang
telah diajarkan.
D. Menjadi seorang guru yang kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta

49
didik dapat diperluas dengan cara menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah
selain yang telah diperoleh dari sekolah melalui para gurunya.
10. Seorang guru dalam melaksanakan suatu penilaian diharapkan menggunakan
teknik-teknik penilaian yang tepat dan tidak terkesan subjek tetapi objektif. Salah satu
teknik penilian otentik yang dimaksud adalah …
A. Pengukuran tidak langsung terhadap keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka pendek pendidikan seperti kegagalan di tempat kerja.
B. Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang sempit
ataupun terbatas serta kinerja yang sederhana.
C. Analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik
atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
D. Pembelajaran di sekolah senantiasa menjunjung tinggi anggapan ataupun
pendapat d bahwa peserta didik seperti bak kosong yang selalu dijejali berbagai informasi
melalui ceramah oleh guru. pembelajaran kita tidak boleh memperlakukan peserta didik
seperti bak kosong yang selalu dijejali berbagai informasi melalui ceramah.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar X 100 %


Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

50
Kunci Jawaban Tes Formatif

1. B
2. C
3. B
4. D
5. C
6. B
7. C
8. C
9. D
10. C

GLOSARIUM
Portofolio
Kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan ataupun
sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
collection flearning experience
Kumpulan dari pengalaman belajar

51
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2011. “Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca


Pemahaman: Sebuah Tawaran Konseptual” Disajikan dalam Seminar Nasional Asosiasi
Pengajar Bahasa Indonesia. Bandung.
Brown, Douglas H. 2004. Language Assessment, Principle and Classroom
Practices. San Francisco: Longman.
Genesse, Fred dan Upshur, John A. 1999. Classroom–Based Evaluation in Second
Language Education. Cambridge: Cambridge University Press.
Lynch, Brian K. 1996. Language Program Evaluation. Cambridge: Cambridge
University
Press.
Mueller, John. 2008. Authentic Assessment Toolbox. North Central Collegehttp:
//www.noctrl.edu/,Naperville,http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/i
ndex.htm (Diunduh 20 Desember 2019).
Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio
: Prentice Hall.
Nurgiantoro, B. 2011. Penilaian Otentik. Yogyakarta: UGM Press.
O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English
Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional.
Popham, W. James. 2008. Classroom Assessment, What Teachers Need to Know.
Boston:
Allyan and Bacon.
Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says
and What Practice Shows. Internet download.
Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a
Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.

52
Setelah membaca dan mempelajari modul, Anda diharapkan mampu:
a. Memahami dengan jelas alat penilaian hasil belajar.
b. Menjelaskan pentingnya penilaian hasil belajar.
c. Menjelaskan fungsi penilaian dalam pendidikan.
d. Menyusun alat penilaian hasil belajar.
e. Menjelaskan instrumen tes dan non tes.
f. Menjelaskan jenis-jenis instrument pembelajaran.
g. Memahami teknik-teknik penilaian hasil pembelajaran.
h. Menggunakan teknik-teknik penilaian hasil pembelajaran.
i. Mendeskripsikan konsep tes

Alat penilaian hasil belajar


Pentingnya penilaian hasil belajar.
Fungsi penilaian dalam pendidikan
Prosedure penyusunan alat penilaian hasil belajar.
Ragam bentuk tes penilaian
Instrumen Tes dan Non Tes
Prosedur Pengembangan Tes dan Jenis Tes

1
Para pendidik sekalian, setelah memahami konsep, kriteria, penyusunan,
pelaksanaan dan tindak lanjut proses pembelajaran abad 21. Pada sesi ini kita berada pada
kegiatan belajar 3 tentang penyusunan instrument-instrument penilaian. Materi kegiatan
belajar 3 ini dirasa sangat bermanfaat bagi anda seorang pendidik. Dalam ranah
pendidikan, penilaian merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dilakukan.
Penilaian tidak hanya bersifat test namun juga beberapa bersifat non test. Mungkin
beberapa dari bapak atau ibu guru masih sedikit bingung, kenapa penilaian memiliki
peranan penting dalam proses belajar mengajar?. baik para bapak dan ibu guru jadi,
penilaian merupakan suatu hal yang penting dikarenakan dengan adanya penilaian maka
para pendidik akan mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai
oleh seluruh siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin
dicapai.

A. Alat penilaian hasil belajar

Assesment ataupun penilaian hasil belajar merupakan komponen penting dalam


kegiatan pembelajaran. Peran penting dari suatu penilaian didalam kegiatan pembelajaran
adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
(Djemari, 2008) dimana suatu kualitas pembelajaran terlihat dari hasil penilaiannya.
Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi
mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.

Menurut (Griffin &Nix, 1991) dalam (Widoyoko, 2009) mendeskripsikan asesmen


sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.
Kemudian (Popham, 1995) Mendefinisikan assesment dalam kontek pendidikan sebagai
sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa dengan berbagai kepentingan
pendidikan. Sedangkan menurut (Stark and Thomas, 1994) "Assessment is a processes
that provide information about students, curricula or programs or about institutions entire
systems of institutions" atau dapat diartikan penilaian merupakan suatu proses yang
memberikan informasi tentang siswa, tentang kurikulum atau program atau tentang
keseluruhan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa assessment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.

2
b. Pentingnya Penilaian hasil belajar.

Para bapak ibu guru pendidik, penilaian hasil belajar mempunyai makna yang
penting bagi para peserta didik, bagi para pendidik serta bagi sekolahan.

Bagi para peserta didik. Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa
dapat menggetahui sejauh mana keberhasilan mereka dalam penyerapan pembelajaran
yang diberikan oleh para pendidik. Pada saat menggetahui penilaian hasil belajar maka
memberikan motivasi secara tidak langsung bagi para peserta didik. Motivasi tersebut
muncul pada saat mereka menggetahui hasil yang mereka dapatkan.akan tetapi berbeda
pada peserta didik yang hasi belajarnya masih cukup rendah.

Selanjutnya, Bagi para pendidik ataupun bapak/ ibu guru. Berdasarkan hasil
penilaian yang diperoleh, maka para pendidik dapat mengetahui para peserta didik yang
sudah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang
diharapkan, maupun yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang diharapkan.
hasil penilaian yang diperoleh, Selain itu, berdasarkan hasil penilaian, para pendidik dapat
mengetahui kesesuaian materi pembelajaran serta kesesuaian strategi pembelajaran. Jika
berdasarkan hasil penilaian dinyatakan materi pelajaran dirasa cukup baik maka tidak
perlu adanya perubahan dalam materi tersebut. Begitupula jika berdasarkan hasil
penilaian dan hampir seluruh siiswa memiliki hasil penilaian yang kurang baik maka
kemungkinnan dikarenakan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Sehingga para
pendiik sebaiknya merubah strategi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Kemudian, Bagi sekolah. Berdasarkan hasil penilaian akan diketahui bagaimana


hasil belajar para peserta didik, kondisi belajar maupun kultur akademik yang diciptakan
oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar siswa merupakan
cermin kualitas suatu sekolah. Selain itu, Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari
tahun ketahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk menggetahui apakah
yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) atau
belum. Pemenuhan berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar
siswa. Kemudian informasi hasil penilaian dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi
sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan disekolah untuk masa masa yang
akan datang.

3
c. Fungsi penilaian dalam pendidikan.

Penilaian test dan non test memiliki fungsi didalam pendidikan. Fungsi fungsi
tersebut diantaranya: dasar mengadakan seleksi, dasar penempatan, diagnostik, umpan
balik, menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar, perbaikan kurikulum dan program
pendidikan, serta pengembangan ilmu (Widoyoko, 2009).

Dasar mengadakan seleksi. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar


mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses
seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah
digunakan alat penilaian yang tepat. Didalam suatu instansi, penilaian digunakan sebagai
dasar menyeleksi: diterima ataupun tidak dalam sekolah, naik kelas maupun yang tinggal
kelas, memperoleh beasiswa maupun bantuan lainnya serta berhak lulus sekolah ataupun
tidak dan alin sebagainnya.

Dasar Penempatan. Setiap siswa mempunyai bakat sendiri-sendiri. Dengan demikian


pembelajaran akan lebih efektif apabila dikelompokan dengan pembawaan siswa.
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pembelajaran
secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa
harus ditempatkan para pendidik dapat menggunakan penilaian kemampuan. Sekelompok
siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama akan berada dalam kelompok yang
sama dalam belajar.

Diagnostik. Alat yang digunakan dalam penilaian memenuhi persyaratan, maka


dengan melihat hasil penilaian, guru akan mengetahui kelemahan siswa beserta sebab
kelemahan yang dimiliki siswa. Sehingga, dengan mengadakan penilaian, para guru
mengadakan diagnosis terhadap siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-
kesulitan yang dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan
tersebut, maka akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

Umpan balik. Hasil suatu pengukuran atau skor tes dapat digunakan sebagai umpan
balik, baik bagi individu yang menempuh tes maupun bagi pendidik. Suatu skor tes dapat
digunakan sebagai umpan balik, jika soal tersebut telah diinterpretasi. Terdapat dua cara
menginterpretasi skor tes, yaitu "norm reference test” dan "criterion reference test". Norm
reference test merupakan tes umpan balik yang menggunakan pembandingan skor
seseorang dengan kelompoknya. Sedangkan criterion reference test merupakan umpan
balik yang dilakukan dengan cara melihat kedudukan skor yang diperoleh seseorang

4
dengan kriteria yang ditentukan sebelum tes dimulai.

Menumbuhkan Motivasi Belajar dan Mengajar. Hasil penilaian siswa seharusnya


dapat memotivasi belajar siswa, dan dapat menjadi pembimbing bagi mereka untuk
belajar. Bagi siswa yang memperoleh hasil penilaian kurang baik, para pendidik
sebaiknya memberitahukan dimana letak kelemahannya dengan bahasa yang baik dan
benar sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar selanjutnya. Sedangkan, bagi siswa
yang memperoleh hasil baik seharusnya dapat menjadi motivasi mempertahankan dan
meningkatkan hasilnya, serta menjadi pedoman dalam mempelajari bahan pengayaan.
Selain mendorong siswa untuk belajar lebih baik, dengan adanya penilaian juga dapat
mendorong guru untuk mengajar lebih baik.

Perbaikan Kurikulum dan Program Pendidikan. Salah satu peran penting dari suatu
penilaian didalam pendidikan adalah menjadi dasar yang kuat bagi perbaikan kurikulum
dan program pendidikan. Perbaikan kurikulum atau program pendidikan yang dilakukan
tanpa didasarkan pada hasil penilaian yang sistematis membuat hasil perbaikannya
kurang maksimal. Dengan adanya penilaian maka dapat di ketahui tingkat pencapaian
kurikulum tersebut.

Pengembangan Ilmu. Hasil tes, pengukuran dan penilaian tentu saja akan dapat
memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan. Pada
dasarnya pendidikan sangat tergantung pada hasil-hasil tes, pengukuran dan penilaian
yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan, dari suatu penilaian akan diperoleh
pengetahuan empirik yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu dan teori didalam
pembelajaran.

d. Prosedure penyusunan alat penilaian hasil belajar.

Prosedur penyusunan alat dan penilaian untuk mengukur tingkat penguasaan setiap
peserta didik terhadap kompetensi. Untuk menyusun alat penilaian tersebut para
pendesain dapat melakukan langkah langkah sebagai berikut (Suparman, 2014) :

Hal pertama yang harus anda lakukan dalam penyusunan alat penilaian hasil belajar
adalah, menentukan maksud atau tujuan penilaian. Alat penilaian biasanya digunakan
mempunyai dua maksud ataupun tujuan utama. Maksud ataupun tujuan utama tersebut
meliputi memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang hasil belajar peserta didik
dalam setiap tahap proses belajarnya serta menilai efektifitas sistem instruksional secara

5
keseluruhan.

Selanjutnya, membuat tabel spesifikasi yang biasa disebut kisi-kisi tes atau test blue
print. Kisi-kisi tes yang paling sederhana terdiri dari empat kolom, yaitu: daftar
kompetensi, bobot kompetensi, persentase jenis tes, dan jumlah butir tes. Berikut adalah
contoh spesifikasi khusus untuk objektif yang sering digunakan oleh para praktisi
pembelajaran:
Taksonomi Tujuan Kognitif (Cognitive=C) Jumlah

Pokok dan Sub pokok C1 C2 C3 C4 C5 C6


bahasan

Jumlah 100%

Format tabel spesifikasi (kisi kisi) tes objektif (Suparman, 2014).

Selain itu, disini diberikan pula contoh tabel spesifikasi dalam mata pelajaran bahasa
inggris untuk bapak dan ibu guru. Berikut adalah tabel spesifikasi mata pelajaran bahasa
inggris:
MATERI KOMPETENSI JUMLAH
Ingatan Pengetahuan Aplikasi
c1 20% c2 50% c3 30%
Reading 20%
Writing 25%
Listening25%
Speaking30%
JUMLAH 100

Format tabel spesifikasi (kisi kisi) mata pelajaran bahasa inggris.

6
Format tabel diatas digunakan hanya untuk mengukur kemampuan kognitif saja
namun jika bapak dan ibu guru ingin mengukur kemapuan anak yang bersifat psikomotor
seperti ketrampilan mengetik dan olahraga maka diperlukan tes ketrampilan yang sesuai
seperti observasi. Observasi juga dilakukan untuk menggukur kawasan afektif seperti
kelakuan, tata nilai serta minat.

Langkah selnjutnya adalah menulis butir butir tes sesuai dengan kisi kisi yang telah
dibuat. Dalam menulis butir butir tes terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, macam dan jumlah butir tes sesuai dengan tabel spesifikasi. Kedua,
menggunakan komponen tujuan instruksional khusus (TIK) sebagai dasar dalam
menyusun pertanyaan. Selanjutnya, memprtimbangkan pertanyaan pertanyaan yang
dibuat apakah cocok untuk target tujuan. Kemudian, memastikan butir soal sesuai
denagan TIK.

Setelah menulis butir butir tes, langkah selanjutnya yang bapak/ ibu guru dapat
lakukan adalah merakit tes. Butir butir tes yang telah ditulis kemudian dikelompokkan
dan diberi nomor urutan atas dasar jenis yang sama contoh mengelompokan jawaban
jawaban pendek, menjodohkan, benar-salah atau pilihan ganda.

langkah selanjutnya setelah merakit tes adalah menulis petunjuk. Pada tahap ini para
bapak/ ibu guru menuliskan petuntuk untuk pengisisan jawaban serta petunjuk tentang
waktu yang diperlukan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh tes tersebut.
Petunjuk tersebut harus sederhana, singkat namun jelas.

Setelah menulis petunjuk para bapak/ ibu guru pendiidk juga harus mempersiapkan
atau menulis kunci jawaban. Kunci jawaban disini berfungsi untuk para pengkoreksi
selain pembuat soal, serta menilai hasil jawaban peserta didik. Didalam kunci jawaban
harus mengandung cara pemberian nilai untuk setiap bulir tes untuk mempermudah para
pengkoreksi.

Setelah itu, mengujicobakan kualitas teknis tes. Tes diuji cobakan kepada para
peserta didik dengan tujuan melihat beberapa hal teknis.

a. kualitas setiap butir tet dilihat dari daya pembeda dan fungsi options.

b. kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab.

c. Kemudahan para peserta didik memahami maksud setiap pertanyaan.

7
d. Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa peserta didik.

e. Kesesuaian waktu yang dibutuhkan peserta didik dengan yang ditetapkan


dalam tes tersebut.

f. Kejelasan dalam pengetikan.

Kemudian, menganalisis hasil uji coba. Menganalisis hasil uji coba disini meliputi
penganalisisan kualitas setiap butir tes serta penganalisis kualitas teknik penulisan dan
kualitas fisik.

Langkah selanjutnya adalah merevisi tes. Bulir bulir tes yang telah diuji caobakan
direvisi menurut hasil uji coba. Jika terdapat banyak revisi didalam bulir bulir pertanyaan
sebaiknya membuat bulir soal baru dan melakukan uji coba kembali.

Langkah terakhir adalah mengcek validitas dan reliabilitas tes. Tes validitas dan
reliabilitas ini sangat penting karena tanpa diketahui validitas dan reliabilitas suatu soal
makan tes tersebut tidak layak digunakan dalam penggumpulan data karena data yang
diperoleh akan kehilanagn makna.

Para bapak/ ibu guru pendidik dapat menerapkan ke tiga belas langkah langakah
dalam prosedur penyusunan alat penilaian hasil belajar tersebut pada sekolahan yang
bapak/ ibu ajar.

e. Instrumen Tes dan Non Tes

Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu
objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Sedangkan menurut KBBI
instrument merupakan sarana penelitian yang berfungsi untuk mengumpulkan data
sebagai bahan pengolahan. Alat pengukuran hasil belajar di bedakan menjadi dua yaitu
tes dan non tes. Alat pengukuran tes dapat digunakan untuk mengukur ranah kognitif dan
psikomotor. Akan tetapi, alat pengukuran non tes digunakan untuk mengukur ranah
afektif.

Tes. Tes disini merupakan seperangkat pertanyaan yang harus dijawab ataupun
direspon oleh orang yang dites (diuji) dengan tujuan untuk mengukur kemampuan orang
yang diuji. Setiap butir pertanyaan atau tugas mempunyai kriteria jawaban atau ketentuan

8
yang dianggap benar atau salah.

Contoh Tes. Didalam belajar dikenal tiga macam tes yaitu tes tertulis, tes lisan dan
tes kinerja. Tes tertulis. Test tertulis merupakan suatu tes dimana pertanyaan harus
dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jawaban tertulis tersebut
dapat berupa pilihan ganda ataupun essay. Sedangkan Tes lisan. Tes lisan dilaksanakan
melalui komunikasi secara langsung antara peserta tes dengan pemberi tes (penguji).
Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan. Kemudian, Tes kinerja. Tes
kinerja digunakan untuk memberi penilaian kinerja (performance assessment) atau
penilaian hasil belajar peserta didik secara multidimensional pada situasi nyata (otentik).
Asesmen ini dilaksanakan dengan cara mengobservasi dan mengevaluasi suatu proses,
kinerja, perilaku di mana dalam proses tersebut akan muncul keterampilan, sikap, dan
produk secara bersama sama.

Non tes. Alat pengukuran non test berbeda dengan alat pengukur tes. Alat pengukur
non tes disini tidak menuntut seseorang yang diukur memberi respon secara langsung,
bentuknya lebih bervariasi dan tidak menggunakan kriteria jawaban benar atau salah
tetapi lebih banyak menggunakan pertimbangan baik dan kurang baik.

Contoh non tes. Alat pengukuran non tes berupa lembar observasi, penugasan,
portofolio, jurnal, wawancara, inventori, penilaian diri, penilaian teman sebaya dan
lainnya.

a. Observasi dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu kinerja yang mengukur


aspek sikap dan keterampilan.

b. Penugasan dapat dilaksanakan dalam bentuk proyek atau tugas rumah.

c. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam


bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan kreativitas peserta didik.

d. Jurnal. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang


berisi informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik yang terkait dengan kinerja
ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

e. Wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara

9
mendalam tentang wawasan, pandangan, atau aspek kepribadian peserta didik yang
jawabannya diberikan secara lisan dan spontan.

f. Inventori. Inventori merupakan skala psikologis yang dipakai untuk


mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek.
Inventori dapat ditulis dalam bentuk angket dengan skala jawaban ya/tidak, skala likert
(sangat setuju - sangat tidak setuju), atau skala semantik diferensial atau sering disebut
juga jawaban penggunaan lawan kata. Berdasarkan hasil pengisian angket ini akan
diketahui kecenderungan sikap psikologis seseorang dalam menanggapi suatu kejadian.

g. Penilaian diri. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara


meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
berbagai hal.

h. Penilaian teman sebaya. Penilaian antar teman atau teman sebaya (peer
assessment) merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal.

f. Prosedur Pengembangan Tes

Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, Bapak/Ibu Guru perlu


menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak
diukur. Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut;

a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap


tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi
belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup
materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan
materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok,
ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum,
ujian praktik.

b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar


kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur
melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.

c. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai
pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus

10
mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan
materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian
dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan
jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara
tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan
dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat,
maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan
(project), atau lainnya.

d. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya.
Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

MENENTUKAN TUJUAN
PENILAIAN

MEMERHATIKAN STANDAR KOMPETENSINYA

MENENTUKAN KD-NYA (KD1 + KD2 + KD3


DLL)

TES NON TES

MENENTUKAN MATERI PENTING/ - PENGAMATAN/


PENDUKUNG KD OBSERVASI (SIKAP,
PORTFOLIO, LIFE
SKILLS)
- TES SIKAP
TEPAT DIUJIKAN SECARA - DLL
TERTULIS/LISAN?

TEPAT TIDAK
TEPAT
TES
BENTUK BENTUK PERBUATAN
URAIAN OBJEKTIF - KINERJA
(PG, ISIAN, DLL) (PERFORMANCE)
- PENUGASAN
(PROJECT)
- HASIL KARYA
(PRODUCT)
- DLL

IKUTI KAIDAH PENULISAN SOAL DAN SUSUNLAH PEDOMAN

11
Gambar 1. Prosedur penentuan instrumen penilaian

Keterangan: KD = Kompetensi Dasar

KD1 + KD2 = Gabungan antar kompetensi dasar

Langkah berikutnya adalah menentukan materi penting yang harus dilakukan dalam
menyiapkan bahan ulangan/ujian yaitu dengan menentukan kompetensi dan materi yang
akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi yang akan diukur, maka langkah
berikutnya adalah menentukan materi yang akan diujikan. Penentuan materi yang akan
diujikan sangat penting karena di dalam satu tes tidak mungkin semua materi yang
telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya satu atau dua jam.
Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi mana yang sangat penting dan
penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan hanya
menanyakan materi-materi yang sangat penting saja. Materi yang telah ditentukan
harus dapat diukur sesuai dengan alat ukur yang akan digunakan yaitu tes atau non-
tes.

Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:

1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik,

2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau
lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,

3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami,


mata pelajaran lain,

4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan
sehari-hari.

g. Jenis Tes

A. Jenis tes

Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah sebagai
berikut.

1) Tes Seleksi

Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil tes
digunakan untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak

12
calon peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi
prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik.
Materi yang diujikan terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon
yang tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat menjawab
butir-butir yang diujikan.

2) Tes Awal

Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilaksanakan sebelum materi atau
bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.

3) Tes Akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran
yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes
awal. Dengan demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya
dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-
baiknya.

4) Tes Diagnostik

Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang
dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui
jenis-jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik, maka dapat dicarikan upaya berupa
therapy yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat mengusai pengetahuan yang merupakan
dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”. Pertanyaan
dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan yang sulit dipahami peserta didik.
Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan.

5) Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
manakah peserta didik telah memahami dan menguasai materi ajar di dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif

13
dilaksanakan setelah suatu pokok bahasan selesai diberikan. Materi tes formatif
ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-
butir soal yang tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.

6) Tes Sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar materi
pelajaran diberikan selama satu catur wulan atau satu semester, dengan demikian
materi tes sumatif jauh lebih banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal
yang sama. Butir-butir soal yang diujikan dalam tes sumatif pada umumnya lebih
sulit daripada butir-butir tes formatif. Tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat
ditentukan: (a) kedudukan dari masing-masing peserta didik ditengah-tengah
kelompoknya, (b) dapat tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran
berikutnya, (c) kemajuan peserta didik untuk diinformasikan kepada pihak orang
tua yang tertuang dalam bentuk Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.

7) Jenis tes menurut individu yang dites

Tes ini dibedakan menjadi; (1) tes individual yakni tes dimana saat pelaksanaan
kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik dan (2) tes kelompok yakni
tes dimana guru menghadapi sejumlah peserta didik.

8) Jenis tes menurut jawaban

Berdasarkan jawaban yang dikehendaki tes dibedakan menjadi; (1) tes verbal
yakni tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata
atau kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis dan (2) tes yang menghendaki
jawaban peserta didik bukan berupa ungkapan atau kalimat melainkan berupa
tindakan atau tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes ini dimaksudkan
untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

14
B. Bentuk tes

Bentuk tes secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tes

subyektif (esai) dan tes objektif.

1) Tes esai

Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai peserta
didik dituntut untuk berpikir dan menggunakan apa yang diketahui yang berkenaan
dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada
peserta didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri sehingga
memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan
pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan mengevaluasi soal yang
dihadapi.

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab oleh peserta didik dengan jalan memilih salah satu di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan jawabannya
dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang
telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat “pasti” yakni hanya ada
satu kemungkinan jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab “seperti
itu” maka dinyatakan salah. Oleh karena jawabannya bersifat pasti, jawaban peserta
didik yang betul terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor.
Karena hasil pekerjaan peserta didik jika diperiksa oleh siapa pun akan menghasilkan
skor yang sama, maka disebut tes objektif.

Tes objektif dapat digolongkan menjadi:

a) tes objektif bentuk benar salah (true-false test);

b) tes objektif bentuk menjodohkan (matching test);

c) tes objektif bentuk melengkapi (completion test);

d) tes objektif bentuk isian singkat (fill-in test);

e) tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test).

15
Dari berbagai macam tes objektif tersebut di atas, tes bentuk benar salah, isian
singkat, menjodohkan merupakan alat penilaian yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes objektif pilihan
ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan
cakupan materi yang luas. Tes objektif memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: (1)
tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir
yang tinggi. Lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan
mengungkapkan tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi yang diujikan,
(2) terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk bermain spekulasi, tebak terka
atau untung-untungan dalam memberikan jawaban soal.

Uraian di atas menjelaskan mengenai jenis dan bentuk tes yang biasa dilakukan
dalam pembelajaran. Adakah Bapak/Ibu Guru yang sudah menerapkan dua atau lebih
jenis tes di atas?

16
LATIHAN
Untuk memahami kegiatan belajar 3 ini, para pendidik dapat melakukan latihan
sesuai dengan materi yang dijelaskan. Soal soal tersebut meliputi:

1. Buatlah butir butir instrument tes penilaian hasil belajar yang sesuai dengan
prosedure penyusunan alat dan penilaian.

a. Buatlah kisi kisi table pada tes objektif.

b. Susunlah butir butir tes tersebut dengan menyertakan petunjuk yang jelas

bagi peserta didik tentang cara menjawab / merespon tes tersebut.

c. Buatlah kunci jawaban serta rubrik tentang cara memberikan nilai hasil tes
dan cara mentafsirkan hasil tes tersebut.

d. Diskusikan dengan teman anda apakah kisi kisi instrumen tes anda sudah
sesuai.

e. Kemudian, diskusikan pula cara menilai dan memberi nilai dan grading
sistemnya.

f. Revisi alat penilaian tersebut dari hasil diskusi yang dilakukan.

2. Buatlah butir butir instrument non tes penilaian hasil belajar yang sesuai dengan
prosedure penyusunan alat dan penilaian.

a. Buatlah butir butir test untuk lembar soal observasi, serta wawancara.

b. Buatlah kunci jawaban serta rubrik tentang cara memberikan nilai hasil tes
dan cara mentafsirkan hasil tes tersebut.

c. Diskusikan dengan teman anda apakah kisi kisi instrumen tes anda sudah
sesuai.

d. Kemudian, diskusikan pula cara menilai dan memberi nilai dan grading
sistemnya.

e. Revisi alat penilaian tersebut dari hasil diskusi yang dilakukan.

17
RANGKUMAN

Assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. Alat pengukuran hasil
belajar di bedakan menjadi dua yaitu tes dan non tes. Alat pengukuran tes dapat digunakan
untuk mengukur ranah kognitif dan psikomotor seperti tes tertulis, tes lisan dan tes
kinerja. Sedangkan, alat pengukuran non tes digunakan untuk mengukur ranah afektif
berupa lembar observasi, penugasan, portofolio, jurnal, wawancara, inventori, penilaian
diri, penilaian teman sebaya dan lainnya. Didalam penyusunan instrument instrumen
tersebut terdapat prosedure yang harus dilakukan oleh para pendidik. Prosedur
penyusunan alat dan penilaian untuk mengukur tingkat penguasaan setiap peserta didik
meliputi: menentukan maksud penilaian, membuat tabel spesifikasi kisi kisi untuk
penilaian objektif, menulis butir butir tes sesuai dengan kisi kis yang telah dibuat,
membuat tes, menulis petunjuk pengisisan tes, menulis kunci jawaban, mengujicobakan
kualitas teknis tes, menganalisis hasil uji coba serta mengcek validitas dan reliabilitas tes.

18
TES FORMATIF
1. Dua unsur yang perlu ditetapkan sebelum menentukan teknik dan alat
penilaian adalah … .
a. Tujuan Penilaian dan Kompetensi Dasar
b. Tujuan Penilian dan Standar Kompetensi
c. Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi
d. Kompetensi Dasar dan Materi Pembelajaran
2. Acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur disebut juga
dengan … .
a. Kompetensi Inti
b. Standar Kompetensi
c. Kompetensi Dasar
d. Materi Pembelajaran
3. Dalam menentukan materi harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain …
a. Urgensi, Kontuinitas, Keberpihakan
b. Urgensi, Kontuinitas, Referensi
c. Kontuinitas, Relevansi, Keberpihakan
d. Kontuinitas, Relevansi, Keterpakaian
4. Jenis tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh
peserta didik, adalah …
a. Tes Masuk
b. Tes Akhir
c. Pre test
d. Tes Diagnostik
5. Tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran
yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu dan dapat
dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan, adalah …
a. Tes Diagnostik
b. Tes Awal
c. Pre test
d. Tes Sumatif

19
6. Tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-
kata atau kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis, disebut …
a. Tes Tertulis
b. Tes Verbal
c. Tes Sumatif
d. Tes Formatif

Glosarium

Assessment

Assessment merupakan suatu penilaian hasil belajar untuk mengetahui


kemampuan seseorang, terhadap suatu kompetensi.

Diagnostik

Diagnosik merupakan suatu ilmu untuk menentukan jenis masalah berdasarkan


gejala yang ada.

Essay

Essay merupakan serangkaian tulisan yang mengandung opini dan juga memiliki
sifat yang subjektif ataupun argumentatif.

Inventori

Inventori merupakan skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap,


minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek.

KKM

KKM merupakan kriteria ketuntasan minimal yang biasa digunakan dalam acuan
penilaian didalam suatu instansi sekolahan untuk menyatakan pencapaian
ketuntasan peserta didik.

Peer Assessment

Peer Assessment merupakan penilaian antar teman atau teman sebaya.

Performance Assessment

Performance Assessment merupakan penilaian yang didasarkan oleh hasil

20
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian
dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa.

Proyek

Proyek merupakan sejumlah kegiatan yang dirancang,dilakukan, dan diselesaikan


oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.

Reliability

Reliabilitas merupakan konsistensi dari hasil penilaian.

Skala Diferensial Semantik

Skala diferensial semantik merupakan skala yang digunakan untuk mengukur


sikap, berisikan serangkaian karakteristik dua belah yang berlawanan yang
tersusun pada satu garis kotinom.

Skala likert

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan
positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Para respondent dapat memilih
jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan.

SNP

SNP atau sering disebut Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Test blue print

Test blue print disini merupakan speasifikasi kisi kisi suatu tes.

TIK

TIK atau Tujuan instruksional khusus merupakan tujuan pengajaran dimana


perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur.

Validity

Validitas adalah Istilah yang mengacu pada konsep apakah tes tersebut dapat
mengukur kompetensi yang telah direncanankan.

21
Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara narasumber dan pewawancara dengan


tujuan memperoleh informasi secara mendalam tentang wawasan, pandangan,
atau aspek kepribadian peserta didik yang jawabannya diberikan secara lisan dan
spontan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. (2009). Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi
Revisi). Bumi Aksara.

Djemari, Mardapi (2008). Teknik Penyusunan Instrument Tes dan Non Tes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Popham, W.J. (1995). Classroom Assesment. Boston: Allyn and Bacon.

Suparman, Atwi, M. (2014). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar


dan Inovator Pendidikan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. Edisi
Keempat.

Widoyoko, Putro, Eko, S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis


Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

22
Setelah membaca dan mempelajari modul, Anda diharapkan mampu:
1. Melaksanakan penilaian pembelajaran dengan berbagai teknik dan jenis
penilaian.
2. Menganalisis hasil penilaian untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik.
3. Merancang program remedial dan program pengayaan.

Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran


Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik
Program Remidial dan Pengayaan

A. Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran

Pelaksanaan penilaian artinya bagaimana cara melaksanakan suatu penilaian


sesuai dengan perencanaan penilaian, baik menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan dan tes
perbuatan) maupun non-tes. Dalam pelaksanaan tes maupun non-tes tersebut akan
berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.

Dalam pelaksanaan tes lisan, Anda harus memperhatikan tempat atau ruangan tes
yang akan digunakan. Tempat ini harus kondusif, sehingga peserta didik tidak takut atau
gugup. Anda harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, tetapi
bukan berarti menciptakan suasana tes lisan menjadi suasana diskusi, debat atau ngobrol

1
santai. Komunikatif dimaksudkan agar Anda dapat mengarahkan jawaban peserta didik,
terutama bila jawaban itu tidak sesuai dengan apa yang kita maksudkan, sebaliknya bukan
dengan membentak peserta didik. Mengarahkan berbeda dengan membantu.
Mengarahkan berarti memberi pengarahan secara umum untuk mencapai tujuan,
sedangkan membantu berarti ada kecenderungan untuk memberi bunyi jawaban kepada
peserta didik, karena ada rasa simpati, kasihan, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan tes lisan, Anda tidak boleh membentak peserta didik dan
dilarang memberikan kata-kata yang merupakan kunci jawaban. Ada baiknya, sebelum
tes lisan dimulai, Anda menyiapkan pokok-pokok materi yang akan ditanyakan, sehingga
tidak terkecoh oleh jawaban peserta didik yang simpang siur. Ketika peserta didik masuk
dan duduk di tempat ujian, Anda hendaknya tidak langsung memberikan pertanyaan-
pertanyaan, karena yakinlah bahwa siapapun yang menghadapi ujian atau tes lisan pasti
ada perasaan gugup. Oleh sebab itu, pada waktu mulai tes lisan (lebih kurang 2 – 3 menit),
Anda harus dapat menciptakan kondisi peserta didik agar tidak gugup, seperti
menanyakan identitas pribadi, pengalaman, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan tes tertulis, Anda juga harus memperhatikan ruangan atau
tempat tes itu dilaksanakan. Ruangan dan tempat duduk peserta didik harus diatur
sedemikian rupa, sehingga gangguan suara dari luar dapat dihindari dan suasana tes dapat
berjalan lebih tertib. Anda atau panitia ujian harus menyusun tata tertib pelaksanaan tes,
baik yang menyangkut masalah waktu, tempat duduk, pengawas, maupun jenis bidang
studi yang akan diujikan. Perbandingan alokasi waktu dengan jumlah soal harus sesuai
dan proporsional. Begitu juga tempat duduk peserta didik harus direnggangkan satu
dengan lainnya untuk menghindari peserta didik saling menyontek. Pengawas boleh
berjalan keliling, tetapi tidak boleh mengganggu suasana ujian.

Pembagian soal hendaknya dilakukan secara terbalik agar peserta didik tidak ada
yang lebih dahulu membaca. Semua ini harus diatur sedemikian rupa agar pelaksanaan
tes tertulis dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancar. Pada prinsipnya ketentuan-
ketentuan di atas tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tes perbuatan, hanya dalam tes
perbuatan terkadang diperlukan alat bantu khusus, misalnya untuk belajar membaca Al-
Qur’an maka diperlukan kitab Al-Qur’an, untuk tes praktik sholat dibutuhkan tempat
sholat (musholla), dan sebagainya. Untuk itu, dalam pelaksanaan tes perbuatan diperlukan

2
tempat tes yang terbuka dan suasananya bebas.

Pelaksanaan non-tes dimaksudkan untuk mengetahui sikap dan tingkah laku


peserta didik sehari-hari dengan menggunakan instrumen khusus, seperti pedoman
observasi, pedoman wawancara, skala sikap, skala minat, daftar cek, rating scale,
anecdotal records, sosiometri, home visit, dan sebagainya. Anda dituntut tidak hanya
mampu membuat dan melaksanakan tes yang baik, tetapi juga harus dapat membuat alat-
alat khusus dalam non-tes dan melaksanakannya dengan baik sesuai dengan prinsip-
prinsip evaluasi.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik, selain


menggunakan tes tertulis (pencil and paper test), Anda juga dapat menggunakan tes
kinerja (performance test). Di samping itu, Anda dapat menilai hasil kerja peserta didik
dengan cara memberikan tugas atau proyek dan menganalisis semua hasil kerja dalam
bentuk portofolio. Anda diharapkan tidak hanya menilai kognitif peserta didik, tetapi juga
non-kognitif, seperti pengembangan pribadi, kreatifitas, dan keterampilan interpersonal,
sehingga dapat diperoleh gambaran yang komprehensif dan utuh.

Realitas menunjukkan bahwa tidak ada satu teknik dan bentuk evaluasi yang dapat
mengumpulkan data tentang keefektifan pembelajaran, prestasi dan kemajuan belajar
peserta didik secara sempurna. Pengukuran tunggal tidak cukup untuk memberikan
gambaran atau informasi tentang keefektifan pembelajaran dan tingkat penguasaan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai) peserta didik. Hasil
evaluasi juga tidak mutlak dan tidak abadi, karena sistem belajar dan pembelajaran terus
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengalaman belajar peserta didik. Penetapan salah satu teknik dan bentuk evaluasi
(misalnya hanya tes objektif) dapat menghambat penguasaan kompetensi peserta didik
secara utuh, sehingga tidak memberikan umpan balik dalam rangka diagnosis atau
memodifikasi pengalaman belajar. Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi
belajar peserta didik yang meliputi:

1. Data pribadi (personal) peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir,
jenis kelamin, golongan darah, alamat, dan lain-lain.

3
2. Data tentang kesehatan peserta didik, seperti : penglihatan, pendengaran,
penyakit yang sering diderita, kondisi fisik dan sebagainya.

3. Data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik di sekolah.

4. Data tentang sikap (attitude) peserta didik, seperti sikap terhadap sesama
teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap terhadap guru dan kepala
sekolah, sikap terhadap lingkungan sosial, dan lain-lain.

5. Data tentang bakat (aptitude) peserta didik, seperti ada tidaknya bakat di
bidang olah raga, keterampilan mekanis, manajemen, kesenian, keguruan, dan
sebagainya.

6. Persoalan penyesuaian (adjustment), seperti kegiatan anak dalam organisasi


di sekolah, forum ilmiah, olah raga, kepanduan, dan sebagainya.

7. Data tentang minat (intrest) peserta didik.

8. Data tentang rencana masa depan peserta didik yang dibantu oleh guru dan
orang tua sesuai dengan kesanggupan anak.

9. Data tentang latar belakang keluarga peserta didik, seperti pekerjaan orang
tua, penghasilan tetap tiap bulan, kondisi lingkungan, hubungan peserta didik dengan
orang tua dan saudara-saudaranya, dan sebagainya.

Dari jenis-jenis data di atas jelas kiranya bahwa banyak data yang harus
dikumpulkan dari lapangan melalui kegiatan evaluasi. Pengumpulan data ini harus
diperhitungkan dengan cermat dan matang serta berpedoman kepada prinsip dan fungsi
evaluasi itu sendiri. Ada kecenderungan pelaksanaan evaluasi selama ini kurang begitu
memuaskan (terutama) bagi peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara
lain : (a) proses dan hasil evaluasi kurang memberi keuntungan pada peserta didik, baik
secara langsung maupun tidak langsung, (b) penggunanan teknik dan prosedur evaluasi
yang kurang tepat berdasarkan apa yang sudah dipelajari peserta didik, (c) prinsip-prinsip
umum evaluasi kurang dipertimbangkan dan pemberian skor cenderung tidak adil dan
tidak objektif, dan (d) cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dari
pembelajaran.

Jika semua data sudah dikumpulkan, maka data itu harus diseleksi dengan teliti,

4
sehingga Anda dapat memperoleh data yang baik dan benar. Sebaliknya, bila data yang
terkumpul tidak diseleksi lagi, maka ada kemungkinan data itu tidak sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, bahkan mungkin pula bertentangan, sehingga mengakibatkan
kekaburan atau kekurangjelasan dari apa yang diharapkan. Data yang harus diseleksi
tidak hanya data dari hasil evaluasi, tetapi juga data yang diperoleh dari pihak lain tentang
peserta didik. Namun demikian, tidak semua data yang diperoleh pasti mempunyai
kesalahan. Jika Anda sendiri yang melaksanakan evaluasi itu, tentu Anda akan lebih
berhati-hati dalam memilih dan menggunakan teknik dan alat evaluasi.

Ada beberapa hal yang memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan dalam


pengumpulan data, yaitu:

1. Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan karena kurang sempurna


alat-alat evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa skor tes, mungkin tes yang
dipergunakan kurang baik, tidak valid, tidak reliabel, tidak praktis, dan sebagainya. Pada
data yang berupa hasil-hasil observasi, mungkin pedoman observasinya kurang jelas, data
hasil observasi kurang lengkap atau tidak melukiskan variabel yang harus diobservasi.
Prosedur verifikasinya adalah meneliti kembali alat-alat evaluasi yang digunakan dalam
pengumpulan data. Apakah alat-alat evaluasi tersebut sudah cukup baik atau belum? Jika
berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata tidak ada kekeliruan, berarti kesalahannya bukan
bersumber dari alat evaluasi yang digunakan. Oleh sebab itu, pemeriksaan harus
dilanjutkan pada sumber kesalahan yang lain.

2. Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya


prosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya, pada data yang berupa skor tes,
mungkin pada waktu pelaksanaan tes tersebut terjadi peristiwa-peristiwa yang
berlawanan dengan kelaziman-kelaziman yang biasa, pengawasan kurang ketat, kondisi
tempat pelaksanaan tes kurang nyaman, cahaya kurang terang, dan sebagainya. Prosedur
verifikasinya adalah meninjau kembali komponen-komponen yang terkait dalam
pelaksanaan evaluasi, syarat-syarat pelaksanaan evaluasi, dan faktor-faktor yang
menghambat pelaksanaan evaluasi. Jika disini tidak ditemukan sebab- sebab yang
menimbulkan kesalahan, maka pemeriksaan harus dilanjutkan pada sumber kesesatan
yang lain.

3. Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya cara


pencatatan hasil evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa skor tes kemungkinan kita

5
sudah menjumlahkan skor yang dicapai peserta didik. Prosedur verifikasinya adalah
meneliti kembali melakukan pencatatan skor yang telah dilakukan, seperti ada tidaknya
kekeliruan pada waktu mencatat hasil evaluasi, ada tidaknya kekeliruan dalam pemberian
skor, dan ada tidaknya kekeliruan dalam menjumlahkan skor setiap peserta didik. Jika
disinipun tidak ditemukan kesalahan, berarti data yang dikumpulkan itu tidak
mengandung kesalahan. Hal-hal semacam inilah yang diperlukan dalam menyeleksi dan
meneliti data yang diperoleh.

B. Menentukan Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

Tingkat ketercapaian standar nilai minimal atau biasa disebut KKM dapat
diketahui dengan melakukan analisis ketercapaian KKM. Manfaat analisis ini digunakan
sebagai dasar menetapkan KKM untuk pembelajaran tahun berikutnya. Dengan
berkembangnya teknologi, pekerjaan analisis ketercapaian KKM menjadi lebih mudah
dan praktis dilakukan. Sebagai contoh penggunaan Simpel PAS dalam melakukan analisis
ketuntasan belajar. Simpel PAS merupakan sebuah program analisis soal yang memiliki
berbagai fungsi, diantaranya: analisis daya serap, analisis ketuntasan, analisis daya beda
soal, analisis tingkat kesukaran soal, analisis efektivitas pilihan, analisis reliabilitas,
analisis validitas, dan lain-lain. Pada prinsipnya, pengukuran tingkat ketuntasan belajar
yang paling sederhana yaitu dengan cara membandingkan antara hasil penilaian belajar
peserta didik dengan KKM yang telah ditetapkan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketuntasan belajar ditentukan


dengan cara membandingkan hasil penilaian belajar peserta didik dengan kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan. Nilai hasil belajar yang lebih besar atau sama dengan
KKM, maka dapat dinyatakan tuntas. Adapun nilai hasil belajar kurang dari KKM, maka
dinyatakan tidak/belum tuntas. Klasifikasi ketuntasan belajar siswa dilakukan untuk
memilah dan mengelompokkan antara siswa yang telah mencapai standar atau kriteria
yang ditetapkan dengan siswa yang belum memenuhi standar atau kriteria tersebut. Pada
kurikulum 2006, pendidikan mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan
pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Adapun untuk
kurikulum 2013 didasarkan pada pencapaian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Pentingnya melakukan pengelompokan adalah untuk menyampaikan timbal balik
kepada peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan
rekomendasi tindaklanjut yang perlu dilakukan.

6
C. Perancangan Program Remedial Dan Program Pengayaan

1. Perancangan Program Remedial

Kebutuhan program pembelajaran remedial didasarkan pada hasil penilaian


pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Pembelajaran remedial dilakukan ketika
peserta didik teridentifikasi oleh guru mengalami kesulitan terhadap penguasaan materi
tertentu yang sedang berlangsung. Guru secara langsung dapat melakukan perbaikan
pembelajaran (remedial) sesuai dengan kesulitan yang dihadapi peserta didik, tanpa harus
menunggu hasil penilaian (ulangan harian). Program pembelajaran remedial dilaksanakan
di luar jam pelajaran efektif atau ketika proses pembelajaran berlangsung (bila
memungkinkan). Program pembelajaran remedial dilaksanakan sampai peserta didik
menguasai kompetensi dasar yang diharapkan atau sampai tujuan pembelajaran tercapai.

Beberapa pendekatan dalam pembelajaran remedial dikembangkan oleh guru


dalam berbagai strategi pelayanan pembelajaran remedial, yaitu:

1. Pendekatan kuratif, pendekatan yang dilakukan setelah diketahui adanya


siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran. Tiga strategi yang dapat dikembangkan
oleh guru, yaitu: strategi pengulangan, pengayaan dan pengukuhan serta strategi
percepatan.

2. Pendekatan preventif, pendekatan yang ditujukan kepada siswa yang pada


awal kegiatan belajar telah diduga akan mengalami kesulitan belajar. Strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan, yaitu kelompok homogen, individual, dan kelas
khusus.

3. Pendekatan yang bersifat pengembangan, pendekatan yang didasarkan pada


pemikiran bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar dapat
diberikan bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Ada tiga karakteristik penting dalam kegiatan pembelajaran remedial yaitu:

a. Menyederhanakan konsep yang komplek,

b. Menjelaskan konsep yang kabur,

c. Memperbaiki konsep yang salah tafsir.

7
Beberapa perlakuan yang dapat diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut
antara lain berupa: penjelasan oleh guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer,
pemberian tugas dan lain-lain. Kesulitan belajar terutama disebabkan oleh penguasaan
materi yang dipelajari dan sistem pembelajaran yang bersifat klasikal.

Pembelajaran remedial dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendeteksi Kesulitan Belajar,

b. Menemukan Penyebab Kesulitan,

c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial,

d. Melaksanakan Kegiatan Remedial,

e. Menilai Kegiatan Remedial,

f. Strategi dan Teknik Remedial,

g. Pelaksanaan Kegiatan Remedial,

h. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial,

i. Evaluasi Pembelakaran Remedial.

Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa


kriteria dari keberhasilan dan efektivitas remedial yang telah diberikan, yaitu apabila:

a. Peserta didik telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang
dihadapi.

b. Peserta didik telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.

c. Peserta didik telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan


diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).

d. Peserta didik telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).

e. Peserta didik telah menurun penentangan terhadap lingkungannya.

f. Peserta didik mulai menunjukkan kemampuannya dalam


mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan
rasional.

8
g. Peserta didik telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha–usaha
perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar
pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

2. Perancangan Program Pengayaan

a. Program Pengayaan

Secara umum pengayaan diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan yang


diberikan kepada peserta didik yang kemampuan atau kompetensinya telah melampaui
persyaratan minimal yang ditentukan didalam kurikulum. Karena itu, tidak semua peserta
didik dapat mengikuti kegiatan pengayaan. Era Davidson (2014) menjelaskan bahwa
“pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar
mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa
waktu yang dimilikinya”. Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang
berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat
perkembangan yang optimal.

Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:

1) Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan


kepada peserta didik.

2) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri.

3) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki


kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif / penelitian ilmiah.

Proses pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat
dari waktu yang disediakan, salah satunya dilakukan dengan memberikan materi
tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya
kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah
nilai peserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan
setiap saat baik pada atau di luar jam efektif.

9
Pada sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik yang tergolong
lebih cepat belajar (fast learner) dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat
menaikkan tuntutan kompetensi melebihi standari isi. Misalnya, sekolah-sekolah yang
menginginkan memiliki keunggulan khusus.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Telah dijelaskan bahwa pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah


pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam
kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka
perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu: (1) mengidentifikasi kelebihan
kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran
pengayaan. Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan dengan: (1) belajar kelompok (2)
belajar mandiri (3) pembelajaran berbasis kebuthan lomba dan (4) pemadatan kurikulum.
Diakhir pembelajaran dilakukan penilaian hasil belajar dalam bentuk portofolio, dan
harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.

Pembelajaran remedial dan pengayaan pada akhirnya memberikan kesempatan


kepada seluruh peserta didik untuk mencapai dan menguasai kompetensi sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Bagi peserta didik yang lambat pemahamannya dapat
menguasai kompetensi minimal yang disyaratkan dalam kurikulum. Sedangkan peserta
didik yang cepat pemahamannya mendapatkan kompetensi atau materi yang lebih yang
dapat digunakan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam belajar.

10
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!

1. Faktor-faktor apa yang harus Anda perhatikan dalam pelaksanaan penilaian


tes dan non-tes? Jelaskan dengan singkat!

2. Buatlah rancangan sebuah program remedial dan program pengayaan sesuai


dengan bidang keahlian Anda.

RANGKUMAN

Dalam pelaksanaan tes lisan, guru harus memperhatikan tempat tes diadakan,
suasana yang kondusif dan komunikatif, tidak boleh membentak peserta didik, dilarang
memberikan kata-kata yang merupakan kunci jawaban, dan menciptakan kondisi peserta
didik agar tidak gugup. Dalam pelaksanaan tes tertulis, guru juga harus memperhatikan
ruangan atau tempat tes, menyusun tata tertib pelaksanaan tes, baik yang menyangkut
masalah waktu, tempat duduk, pengawas, maupun jenis bidang studi yang akan diujikan.
Ketentuan-ketentuan di atas tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tes perbuatan, hanya
dalam tes perbuatan terkadang diperlukan alat bantu khusus, misalnya untuk lompat jauh
dibutuhkan meteran, untuk tes renang dibutuhkan kolam renang, untuk tes praktik sholat
dibutuhkan tempat sholat (mushola), dan sebagainya.

Hasil penilaian belajar dan evaluasi kegiatan pembelajaran diperlukan untuk


mengetahui kekuatan dan kelemahan dari suatu proses pembelajaran. Dengan melakukan
penilaian dan evaluasi hasil belajar, maka pendidik dan peserta didik memiliki arah yang
jelas mengenai apa yang perlu diperbaiki dalam proses belajar dan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran berbasis kompetensi ditunjukkan oleh adanya ketuntasan
belajar peserta didik. Keberhasilan belajar peserta didik ditentukan dengan cara
membandingkan hasil penilaian belajar dengan KKM. Analisis ketuntasan belajar peserta
didik sangat membantu pendidik dalam merancang pembelajaran remedial atau
pembelajaran pengayaan.

11
TES FORMATIF

Pilihlah salah satu jawaban berikut ini dengan cara memberikan tanda silang (X)
pada salah satu huruf a, b, c, atau d yang dianggap paling tepat.

1. Dalam melaksanakan uji coba soal, guru harus memperhatikan hal-hal


sebagai berikut, kecuali …

a. Ruangan pelaksanaan tes

b. Tujuan tes

c. Tata tertib

d. Pengawas

2. Penentuan ketuntasan belajar siswa dilakukan untuk …

a. Memilah dan mengelompokkan siswa yang belum mencapai standar

b. Memilah dan mengelompokkan siswa sesuai kriteria ketuntasan yang


ditetapkan

c. Memilah dan mengelompokkan antara siswa yang telah mencapai standar


dengan siswa yang belum memenuhi standar

d. Untuk mengetahui siswa yang sudah dan yang belum memenuhi standar

3. Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi


peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Kesulitan belajar dapat
diketahui dari …

a. Keunikan peserta didik, materi ajar dan strategi pembelajaran

b. Gaya belajar yang bersifat visual dan auditorial

c. Keterbatasan kemampuan dalam belajar

d. Wawasan menyeluruh mengenai latar belakang keluarga dan sosial budaya

4. Pembelajaran pengayaan merupakan upaya …

a. Menambah materi sesuai dengan kapabelitas siswa masing-masing

b. Memberdayakan siswa untuk berbagi kemampuan dengan temannya

12
c. Mengkondisikan siswa agar tidak cepat jenuh dan bosan

d. Mengakomodasi kebutuhan siswa yang ingin cepat menuntaskan


pembelajaran

5. Nilai hasil pembelajaran remedial dan pengayaan digunakan dengan


ketentuan ...

a. Nilai praktik dihitung dengan mengganti nilai indikator KD yang belum


tuntas dengan nilai indikator hasil remedial, selanjutnya dirata-rata

b. Nilai remedial dapat secara langsung menjadi nilai akhir

c. Nilai pengetahuan dihitung dengan mengganti nilai indikator KD yang belum


tuntas dengan nilai indikator hasil remedial, selanjutnya dirata-rata

d. Nilai akhir setelah remedial untuk ranah pengetahuan diambil dari nilai
optimal KD

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. B

2. C

3. C

4. A

5. C

13
GLOSARIUM

Remedial : merupakan suatu treatment atau bantuan untuk mengatasi


kesulitan belajar.

Indikator : ukuran hasil belajar yang spesifik dan dapat diukur yang
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar.

Representatif : harus betul-betul mewakili.

DAFTAR PUSTAKA

Endang, Prabandari. 2017. Modul Diklat Keahlian Ganda Pemanfaatan Hasil


Penilaian Kompetensi Pedagogik untuk Semua Paket Keahlian. Jakarta : Pusat
Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Sri Tutur Martaningsih, Ika Maryani, dan Laila Fatmawati. 2015. IbM Active
Learning Guru SD dan Pelatihan Penilaian Autentik. Yogyakarta : Prodi PGSD FKIP
Universitas Ahmad Dahlan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kemenristekdikti dan Majelis Dikdasmen PDM Sleman & Bantul.

14
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Evaluasi Hasil Belajar,


kerjakanlah latihan berikut!

Buatlah resume dari materi modul yang sudah Anda baca!

Berikan komentar Anda atas bacaan yang berkaitan dengan materi modul
Kemukakan gagasan Ibu/Bapak dalam sebuah rancangan pembelajaran yang
di dalamnya memuat evaluasi belajar abad 21, seperti unsur strategi, metode
dan media pembelajaran serta cara mengevaluasinya!

15

Anda mungkin juga menyukai