Anda di halaman 1dari 4

KB 3

Dari jurnal 1 dapat dijelaskan bahwa konseptualisasi dan teorisasi pendidikan Islam sejauh
ini terlihat kurang memperhatikan keterlibatannya di dalam proses transformasi sosial. Selain
dari itu, pendidikan Islam juga kurang mengembangkan aspek kritis. Referensi terkait dengan
pendidikan Islam dari masa klasik sampai saat ini didominasi oleh pendekatan normatif, kurang
praktikal pada banyak aspek dan cenderung mengabaikan tingkat diskursif sejarah-empiris.
Hingga saat ini, bahkan ide terkait konsep pendidikan Islam yang digemakan oleh para pemikir
pendidikan Islam kontemporer tidak menyentuh isu-isu riil terkait kemanusiaan. Hal tersebut
dikarenakan tidak ada upaya untuk menarik konsep normatif, ideal dan abstrak kepada aspek
empiris dan sosiologis. Ketika konsep pendidikan Islam dihadapkan pada permasalahan
sosiologis-empiris, maka pendidikan Islam akan terperangkap di dalam ideologi positivisme
yang cenderung melupakan pentingnya aspek kritisisme terhadap realitas sosial. Oleh sebab itu,
maka pendidikan Islam semestinya menyeimbangkan antara aspek normatif agama dengan
historis.
Adapun pada jurnal 2 dijelaskan bahwa masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat
multikultural, sehingga pengembangan kurikulum harus melibatkan aspek multikulturalisme.
pengembangan kurikulum berbasis multikultural secara filosofis yaitu progresivisme,
recontruksionism dan pancasilais. Secara psikologis, pengembangan kurikulum berbasis
multikultural adalah implementasi substansi multikultural sesuai dengan perkembangan siswa
yang dikemukakan oleh Peaget, Erikson, dan Rosseau.

KB 3 Nujum
Dari materi diskusi dapat disampaikan bahwa pendidikan Agama Islam sesungguhnya
menghadapi permasalahan yang sangat serius dalam tataran filosofis, karena wacana
pengetahuan dan teknologi saat ini berjalan tanpa kendali agama. Pendidikan Agama Islam
secara ideal diharapkan mampu menjawab deskralisasi dan eksternalisasi dinamika science dan
teknologi dari titik esensial transenden. Pendidikan dalam zaman modernisasi saat ini berdampak
pada kegersangan pada aspek religiusitas. Celakanya hari ini kita tidak lagi bisa beranjak dari
sekedar “taqlid” terhadap dinamika science dan teknologi dari Barat
Masalah terpenting yang ada dalam pembahasan kurikulum Analisis terhadap kurikulum
PAI tentu dengan tetap mengedepankan pentingnya pertimbangan faktor psikologis siswa,
esensial dan fungsional dalam menentukan scope, dan squence, dengan segenap keterbatasan
yang ada. Pada masalah pendekatan, strategi pembelajaran merupakan masalah yang diharapkan
dapat memberikan solusi atas segala keterbatasan yang ada. Apapun kondisi dan situasi yang
dihadapi pendidikan Agama Islam haruslah di tampilkan dengan pilihan strategi pembelajaran
yang tepat, sehingga segala keterbatasan tersebut dapat diminimalisir. Sementara model
pendidikan yang bisa dipakai menurut Al-Ghazali terdiri dari 2 macam yaitu pembelajaran
humanistik (al-ta’lim al-insaniy) dan pembelajaran transendental (al-ta’lim al-rabbaniy.

KB 4
Dari jurnal ke 1 dapat dijelaskan bahwa pengembangan kurikulum PAI seharusnya: 1.
Berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya, 2.Beragam dan terpadu, 3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, 4.Relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5.Menyeluruh dan
berkesinambungan, 6.Belajar sepanjang hayat, 7.Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
Dari jurnal ke 2 dijelaskan bahwa kedudukan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)
sebagai sentra dalam seluruh proses pendidikan, sebagai arah segala aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan. Komponen kurikulum setidaknya harus terdiri dari empat komponen yaitu
tujuan, isi, proses dan penilaian. Tujuan Kurikulum PAI adalah untuk meningkatkan produktif,
kreatif, inivatif, afektif dalam menjalankan akidah dan ketakwaan, untuk meningkatkan apa yang
pernah dipelajari peserta didik tentang ilmu agama serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi Kurikulum PAI adalah suatu kegiatan untuk menjabarkan atau memperdalam unsur-
unsur dalam pembelajaran PAI yang membangun suatu kurikulum PAI, yang mengandung nilai-
nilai PAI dalam setiap komponennya.

KB 4 Nujum
Dari materi diskusi dapat disampaikan bahwa rekonseptualisasi ide kurikulum merupakan
penataan ulang pemikiran teoritik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu kemampuan melakukan
sesuatu berdasarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal tersebut terumuskan dalam
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kerangka Dasar kurikulum terdiri dari
Landasan Filosofis yaitu dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.dan landasan teoritis yaitu dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency based curriculum) serta berdasarkan landasan yuridis yaitu undang-
undang dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai