Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

KASUS TRANSGENDER

DISUSUN OLEH:

1. AGATHA AIBESA 20180811014014


2. DELVIA ANJALY ENTAMA 20180811014019
3. GITA PAEMBONAN 20180811014025
4. IDA FEBRIANI 20180811014030
5. ISAK SAMUEL ERISAM RUNAWERI 20180811014008
6. MARGARETHA LOHO 20180811014035
7. NORSI PATIUNG 20180811014040
8. PRISCILIA KORWA 20180811014003
9. RADO WAINGGAI 20180811014045
10. SUPRYHATI YIKWA 20180811014051
11. YIZRAHYA M. RUMBIAK 20180811014056

(KELOMPOK II)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
PAPUA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan karunia-Nyalah, penulisan laporan diskusi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Laporan ini dibuat dengan tujuan mengidentifikasi masalah yang diberikan
dalam skenario maupun contoh kasus yang diberikan guna sebagai tahap
pembelajaran dalam sistem PBL ( Problem Based Learning).
Semoga setiap kata yang tersalur dan terangkai dalam setiap isi laporan dikusi
ini dapat memberikan fungsi sebagaimana mestinya kepada setiap pembaca yang
sempat membaca dan mendalami isi dari karya sederhana ini. Terlebih khusus
laporan ini dapat memenuhi standar acuan yang telah ditetapkan.
Akhir kata, setiap rangkaian dan penyusunan dalam laporan yang sederhana
ini masih jauh dari kesempurnaan ,karena hanya Dia-lah yang sempurna, maka
dimohon kerendahan hati untuk memakluminya. Kami meminta maaf jikalau ada
kata maupun kalimat yang kurang berkenan dihati para pembaca. Semoga laporan
diskusi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jayapura, 11 Juni 2019

Tim penyusun
Kelompok II

i|Problem Based Learning


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Skenario .................................................................................................... 2
2.2 Klarifikasi Terminologi ............................................................................ 4
2.3 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
2.4 Brain Storming ......................................................................................... 4
2.5 Analisis Masalah ...................................................................................... 5
2.6 Lerning Object .......................................................................................... 5
2.7 Belajar Mandiri ......................................................................................... 6
2.7.1 Pengertian .......................................................................................... 6
2.7.2 Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku ...................................... 7
2.7.3 Landasan hukum Transgender .......................................................... 7
2.7.4 Peran dan wewenang dokter.............................................................. 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

ii | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transgender adalah suatu sebutan yang biasanya ditujukan terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang pernah mengubah jenis kelamin dari
seorang laki-laki menjadi seorang perempuan dan begitupun sebaliknya, yang mana
jenis kelamin orang tersebut berbeda dibandingkan jenis kelaminnya saat ia lahir.
Di beberapa negara, seperti negara di benua Eropa dalam hal ini Belanda, Inggris,
Prancis dan beberapa negara di benua Eropa lainnya telah melegalkan adanya hal
tersebut. Salah satu bukti kuat bahwa negara-negara tersebut mendukung legalitas
trangender adalah didirikannya undang-undang anti diskrimminasi terhadap kaum-
kaum yang menyandang status tersebut. (1)
Di Indonesia sendiri sebagai salah satu negara hukum yang taat terhadap
HAM ( Hak Asasi Manusia) serta taat terhadap hukum agama yang mana pada
dasarnya HAM bertujuan memberikan kebebasan sekaligus perlindungan terhadap
segala macam tingkah laku per individu, transgender masih menjadi perdebatan
publik yang dianggap masih menjadi hal yang tabu untuk dilakukan sehingga
seringkali hal tersebut bertentangan dengan nilai dan norma-norma dimasyarakat
yang menganggap bahwa pada dasarnya segala sesuatu mengenai kondisi fisik
adalah anugerah yang diberikan oleh sang Pencipta dan harus disyukuri
bagaimanapun bentuk dan rupanya. Walaupun demikian, dilain sisi orang-orang
yang pernah melakukan hal tersebut beralasan bahwa semuanya itu dilakuakan
karena tidak adanya kesesuaian antara tubuh dengan batin yang dialami orang
tersebut sehingga timbul perasaan kurang puas dan ketidaknyamanan terhadap
kondisi tubuh saat ini. (1)
Pertentangan antara legal atau tidaknya kasus transgender di Indonesia masih
menjadi perdebatan, dilain sisi beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu
pelanggaran namun disisi lain beranggapan bahwa hal itu adalah wajar karena
merupakan suatu kebutuhan sehigga dibutuhkan pengamatan lebih lanjut agar
legalitas dari kasus tersebut dapat diketahui kebenarannya.

1|Problem Based Learning


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Avika Warisman, 22 tahun adalah seorang transgender. Dia mengungkapkan,
penyesuaian kelamin itu dijalaninya pada 26 Mei 2015 lalu. Dia ditangani tim ahli
bedah plastik RSUD dr Soepomo. Rangkaian operasi berjalan sekitar tujuh jam
dari pukul 08.00 hingga 14.00. Dia baru tersadar beberapa jam kemudian ketika
hari sudah gelap. “Sampai sepuluh hari setelah operasi, saya harus menjalani rawat
inap. Bed rest di rumah sakit “ kenang anak pasangan Suparman dan sunarti
tersebut.

Avika memilih RSUD dr Soepomo untuk menjalani operasi penyesuaian


kelamin karena mendapat informasi bahwa Rumah Sakit milik pemerintah provinsi
Jawa Timur itu merupakan Rumah Sakit yang terbaik untuk di Indonesia mengenai
masalah trangender. Avika adalah pasien kelamin ke 41 di RSUD dr Soepomo
untuk mengubah kelamin dari laki-laki ke perempuan. Prosesnya dimulai sejak
awal Januari lalu, ketika Avika pertama datang ke salah satu ahli bedah untuk
mengutarakan salah satu niatnya tersebut. “ Lalu saya diminta tes ke beberapa poli.
Mulai dari poli kandungan, poli dalam, sampai poli psikiater.” Kenangnya. Bila
satu saja gagal, Avika dipastikan tidak bisa menjalani operasi.

Prosedur itu memakan waktu hingga lima bulan. Bahkan, Avika mengaku
sempat down di tengah jalan lantaran tidak kunjung mendapat kabar kepastian.
Sampai-sampai, dia berencana pindah ke Bangkok, Thailand yang diketahuinya
lebih praktis dan cepat. Namun, hal itu urung dilakukan setelah kabar yang
ditunggu-tunggu tersebut datang. Tim dokter dari RSUD dr Soepomo memberikan
kepastian pelaksanann operasi Avika. Dibalik prosedur yang cukup panjang itu,
belakangan Avika merasakan manfaat lain, yakni mental dan fisiknya lebih siap
dalam menghadapi perubahan fisik pada dirinya. Selama proses berjalan, anak
kedua diantara tiga bersaudara itu menyatakan selalu didampingi sang ibu, saudara
serta teman-teman dekatnya. Dukungan dan kehadiran mereka dirasakan Avika
sebagai pemacu semangat sehingga mental dan fisiknya siap menjalani proses
tersebut.

Sementara itu, Prof. dr. Djohansjah Marzoeki, SpBP, ketua tim dokter RSUD
dr Soepomo, mengingatkan pasien yang ingin menjalani operasi ganti kelamin ganti
kelamin untuk tidak main-main. Untuk melakukan penyesuaian kelamin Avika,
dr.Djohansjah menggandeng dokter spesialis penyakit dalam, psikiater serta
psikolog. “Operasi berjalan lancar dan tidak ada halangan”, tambahnya. Sebelum
operasi, Djohan memastikan bahwa Avika tidak memiliki infeksi apapun. Menurut
dia, syarat utama untuk menjalani operasi perubahan kelamin adalah terhindar dari
infeksi. “ Pasien harus dalam kondisi sehat jasmani dan rohani” papar dokter yang

2|Problem Based Learning


juga pernah melakukan operasi ganti kelamin terhadap artis Dorce Gamalama
tersebut. Djohan mengaku selama ini mayoritas yang menjalani operasi ganti
kelamin adalah laki-laki. Kebanyakan berusia lebh dari 20 tahun. Dia mewanti-
wanti untuk berhati-hati dalam menjalani operasi ganti kelamin. “Bila terjadi
kesalahan, akan beresiko infeksi hingga saluran usus”, tegas guru besar Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya itu.

3|Problem Based Learning


2.2 Klarifikasi Terminologi
1. Transgender : orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak
sesuai dengan peran gender pada umumnya (2);
2. Bed rest / tirah baring : perawatan kedokteran yang melibatkan
berbaringnya pasien di tempat tidur untuk suatu jangka yang
sinambungan (3);
3. Operasi : pengobatan penyakit dengan jalan memotong (mengiris dan
sebagainya) bagian tubuh yang sakit (4);
4. Psikiater : dokter yang ahli dalam penyakit jiwa sehingga perlu di
konsultasikan (4);
5. Psikolog : ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal
maupun abnormal dan pengaruh pada perilaku (4).

2.3 Identifikasi Masalah


1. Avika adalah seorang Trangender yang merubah jenis kelaminnya dari
laki-laki menjadi seorang perempuan;
2. Keluarga dan teman-temannya mendukung untuk melakukan operasi
Transgender;
3. Dokter mengingatkan pasien yang ingin menjalani operasi ganti
kelamin untuk tidak main-main karena beresiko mengalami infeksi
sampai ke saluran usus;
4. Avika diminta untuk melakukan beberapa tes sebelum melakukan
operasi ganti kelamin.

2.4 Brain Storming


1. Avika lebih nyaman menjadi seorang perempuan;
2. Pembawaan Avika terlihat seperti seorang perempuan;
3. Dukungan keluarga dan teman-teman membuat Avika semakin terpacu
untuk melakukan perubahan pada dirinya;
4. Dokter berperan untuk mengingatkan pasien agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan;
5. Dokter berwenang untuk meminta Avika dalam melakukan beberapa
tes, agar kemungkinan terjadinya resiko dapat diminimalisir.

4|Problem Based Learning


2.5 Analisis Masalah
1. Apa pengertian transgender?;
2. Apa saja Faktor sosial yang dapat mempengaruhi transgender?;
3. Apa landasan hukum yang ditegakkan mengenai transgender?;
4. Apa saja peranan dan wewenang dokter dalam kasus transgender?;

2.6 Lerning Object

PENGERTIAN

FAKTOR SOSIAL
PERAN DAN
YANG
MEMPENGARUHI
TRANGENDER WEWENANG
DOKTER
TRANSGENDER

LANDASAN
HUKUM

Bagan 1 Peta konsep

5|Problem Based Learning


2.7 Belajar Mandiri
2.7.1 Pengertian
Secara etimologi transgender berasal dari dua kata yaitu “trans” yang berarti
pindah (tangan; tanggungan; perubahan); pemindahan dan “gender” yang berarti
jenis kelamin. Kata trans sebagai pergerakan melintasi ruang dan batas, sama
dengan merubah hal yang bersifat alamiah, natural. Pengertian “trans‟ bermakna
menggabungkan suatu entitas atau proses atau hubungan antara dua fenomena.
Transgender ialah orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai
dengan peran gender pada umumnya.
Transgender adalah orang yang dalam berbagai level “melanggar” norma
kultural mengenai bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan itu. Seorang
perempuan misalnya, secara kultural dituntut untuk bersikap lemah lembut.Tetapi
jika seorang laki-laki yang berkarakter demikian, itu namanya transgender.
Selanjutnya istilah trangender diartikan sebagai suatu terminologi yang disematkan
kepada keanekaragaman individu, perilaku, kelompok-kelompok yang dianggap
memiliki kecenderungan yang dianggap menyimpang dari peran gender yang
dianggap normatif (laki-laki atau perempuan) secara umum, namun tidak selalu
ditetapkan pada saat kelahiranya, dan juga peran yang secara tradisional ditetapkan
oleh masyarakat.
Transgender merupakan pernyataan identitas gender seseorang. Transgender
tidak menyatakan secara langsung berbagai bentuk spesifik dari orientasi seksual.
Ia merupakan suatu terminologi payung yang sering digunakan untuk menjelaskan
suatu tingkatan yang luas mengenai identitas dan pengalaman. Transgender
merupakan suatu bentuk prilaku baik oleh individu maupun kelompok yang
menggunakan atribut gender diluar dari yang dikonsturksikan oleh masyarakat,
yang dianggap menyimpang dari perang gender (laki-laki atau perempuan), nilai,
norma serta agama secara umum. Namun tidak selalu ditetapkan pada saat
kelahiran.
Perlu diketahui bahwa transgender dan transeksual adalah permasalahan yang
berbeda, yang membedakan keduanya adalah transgender belum pasti merupakan
transeksual, karena orang yang mengubah sifat dan perilakunya berbanding terbalik
dengan kodratnya belum tentu mengubah jenis kelaminnya. Misalnya: laki-laki
yang tidak tegas dalam bertindak dan berperilaku, mereka terkesan melambai,
berbicara seperti perempuan, dan menyukai hal-hal yang disukai oleh perempuan
pada umumnya. Begitupun sebaliknya dengan yang terjadi pada perempuan yang
memiliki perilaku menyimpang dari kodratnya, mengubah semua penampilan dan
perilakunya seperti laki-laki. Sedangkan transeksual sudah pasti dapat dikatakan
transgender. Karena transeksual merupakan perilaku mengubah dirinya secara total
termasuk jenis kelamin yang dimiliki, karena faktor ketidaknyamanan akhirnya
memutuskan untuk berganti jenis kelamin dan mengubah perilakunya secara
menyeluruh. (5)

6|Problem Based Learning


2.7.2 Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973) ada 2 faktor sosial yang
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, antara lain :

1. Pengaruh self consept terhadap Perilaku Kesehatan


Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep
dirinya sendiri (self consept). Konsep diri merupakan hal-hal yang penting bagi
kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak
dalam berbagai situasi. Konsep diri juga dianggap sebagai pemegang peranan kunci
dalam pengintegrasian kepribadian individu, didalam memotivasi tingkah laku
serta di dalam pencapaian kesehatan mental.
Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri.
Ada 2 konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen
afektif. Komponen kognitif disebut self image dan komponen afektif disebut self
esteem. Komponen kognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya mencakup
pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya,
gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan
penilaian individu tentang dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana
penerimaan terhadap diri dan harga diri individu. (6)
Self consept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan
diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita dengan positif dan
menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila
orang lain berpandangan negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang
lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Self
consept adalah faktor yang penting dalam kesehatan karena mempengaruhi perilaku
masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan. (7)
2. Pengaruh Image Kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image perorangan atau individu akan sangat di pengaruhi oleh image
kelompok sebagai contoh keluarga dipedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk
menggunakan pelayanan dukun akan berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam
mencari pertolongan pengobatan pada saat mereka sudah berkeluarga. Contoh
lainnya seperti seseorang akan melakukan transgander ia akan melakukan
trangender karena pengaruh, dari lingkungan atau pergaulannya dan keluarganya
mendukung hal tersebut, Namun hal tersebut bertentangan dengan Norma-norma
budaya dan agama (8)

2.7.3 Landasan hukum Transgender


Dalam berbagai kasus persoalan tentunya ada hukum yang mengatur
sehingga dalam ditentukan legalitas suatu permasalahan yang mana harus merujuk
pada dasar hukum yang berlaku. Kasus trangender dibeberapa negara sudah

7|Problem Based Learning


dilegalkan, dalam artian bahwa masalah sosial tersebut sudah mempunyai landasan
hukum yang pasti sehingga masalah tersebut legal untuk dilakukan.
Di Indonesia sendiri, kasus trangender masih menjadi perdebatan yang umum
mengenai legal atau tidaknya hal tersebut. Walaupun demikian, seperti yang
terdapat dalam UU mengenai Administrasi Kependudukan yakni UU No. 24 tahun
2013 yang merupakan perubahan atas UU No. 26 tahun 2006, pada pasal 1 ayat 17
menyatakan bahwa “Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang
meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.” (9)
Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa beberapa peristiwa penting dalam
kehidupan manusia adalah diataranya meliputi kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, pengakuan anak, perubahan nama serta perubahan mengenai status
kewarganegaraan yang mana tidak dijelaskan secara pasti mengenai adanya
pergantian jenis kelamin. Namun, pada peraturan presiden No. 25 tahun 2008
mengenai “Persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil”
yang mana membahas pencatatan peristiwa penting lainnya yang terdapat pada
pasal yang ke 97 dijelaskan bahwa
1) “Pencatatan pelaporan peristiwa penting lainnya dilakukan oleh pejabat
Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana
tempat terjadinya peristiwa penting lainnya”
2) “Peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain perubahan jenis kelamin.” (10)
Disini dijelaskan lebih terperincin lagi bahwa selain beberapa peristiwa
penting yang dicatat diatas, perubahan jenis kelamin (transgender) juga termasuk
peristiwa penting. Selain itu, sebelum dilakukannya tindakan tersebut, sesuai
dengan UU No. 23 tahun 2006 pasal 56”Pencatatan Peristiwa Penting lainnya
dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas permintaan Penduduk yang
bersangkutan setelah adanya putusan pengadilan negeri yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.”, harus terlebih dahulu ada keputusan dari pengadilan.
Setelah tindakan operasi pengubahan kelamin selesai dilakukan, menurut UU
No.23 tahun 2006 pasal 3,”Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil”. Peristiwa itu harus segera dilaporkan kepada Instansi pelaksana
agar tidak terjadi kesalahan data pada tahun-tahun berikutnya serta untuk memnuhi
prosedur yang telah ditentukan.

8|Problem Based Learning


2.7.4 Peran dan wewenang dokter
1. Pengertian peranan sosial
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang
dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku
yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara
kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa
kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan, Contoh:
1) Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak
mempunyai anak.
2) Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran)
kalau dia bukan polisi.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan
peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain.
Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama,
seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan
kantor sekaligus. (11)

2. Peranan dokter
Tokoh kunci dalam proses penyembuhan suatu penyakit adalah petugas
kesehatan, lebih khususnya adalah dokter. Menurut undang-undang Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Profesi dokter berdasarkan suatu keilmuan,
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang
bersifat melayani. Berdasarkan kode etik kedokteran, dinyatakan bahwa kewajiban
umum dokter adalah :
1) Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter.
2) Senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi
3) Tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
4) Harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
5) Iap perbuatan atau nasihat yang memungkinkan melemahkan daya
tahan psikis maupun fisik hanya untuk kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien
6) Senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang menimbulkan keresahan masyarakat.
7) Hanya memberikan surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
8) Dalam setiap praktiknya memberikan pelayanan medis yang
kompeten dalam kebebasannya teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat
manusia.
9) Harus bersikap jujur dalam hubungannya dengan pasien dan
sejawatnya dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang
diketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau
yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam menangani pasien

9|Problem Based Learning


10) Menghormati hak-hak pasien, menghormati hak-hak sejawatnya, hak-
hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
11) Senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi makhluk hidup ,
makhluk insani
12) Harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
13) Dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat harus saling menghormati.

Merujuk pada kode etik tersebut, peran dokter dapat dirinci lebih spesifik lagi
kedalam beberapa perilaku berikut :
1) Dokter sebagai pendidik, yaitu memberikan promosi pendidikan
kepada masyarakat baik individu, keluarga, maupun masyarakat
2) Dokter sebagai pengembang teknologi layanan kesehatan , yaitu
dalam praktik layanan kesehatan, seorang dokter dituntut untuk
memiliki kreatifitas dan inisiatif untuk menemukan dan memecahkan
masalah yang sedang dihadapi pasien sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuannya sendiri
3) Dokter sebagai pengabdi masyarakat, yang dituntut memiliki
kesediaan untuk memberikan pertolongan. Meminjam istilah
Daldiyono (2006:291) setiap dokter harus siap siaga sebagai dokter
yang profesional dalam membantu masyarakat.
4) Dokter adalah pembelajar, yaitu dengan berbagai praktik atau
pengembangan ilmu yang ada , seorang dokter dapat belajar dan
mengajari kembali baik kepada rekan sejawat atau pihak lain
mengenai perkembangan ilmu kedokteran.

3. Wewenang dokter
Menurut UU RI No 29 tahun 2004 pasal 35

1. Dokter atau doker gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan
pendidikan dan kompetensi yang diimiliki, yang terdiri atas:
a. Mewancarai pasien;
b. Memeriksa fisik dan mental pasien;
c. Menentukan pemeriksaan penunjang;
d. Menegakan diagnosis;
e. Menentukan penatalaksaan dan pengobatan pasien;
f. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. Menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan;dan
j. Meracik dan menyerahkan obat Kepada pasien, bagi yang
praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

10 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g
2. Selain kewenangan sebagimana dimaksud pada ayat (1) kewenangan
lainnya diatur dengan peraturan konsil kedokteran Indonesia. (12)

11 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien (Avika, 22 tahun) yang
merupakan seorang transgender ini mempunyai self consept bahwa ia telah
menemukan jati dirinya yakni sebagai seorang wanita dengan mengubah identitas
gendernya. Walaupun pada dasarnya di Indonesia hal tersebut merupakan hal yang
masih tabu di mata masyarakat dan seringkali dianggap melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma dalam masyarakat, nyatanya hal ini telah dinyatakan legal
menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Namun dalam menjalani proses
tersebut, peserta transgender harus mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku
untuk meminimalisir kerugian yang terjadi. Oleh karena itu, penting bagi dokter
dalam menjalankan peran serta wewenangnya dalam mengedukasi setiap pasien
yang akan melakukan transgender.

12 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g
DAFTAR PUSTAKA
1. Roby Yansyah R. GLOBALISASI LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN
TRANSGENDER (LGBT). Laporan Hukum. 2018; I(136).

2. Nurdelia , Jasruddin , Daud J. Transgender Dalam Persepsi Masyarakat.


Jurnal Equilibrium. 2015;: p. 21.

3. Baring T. Wikipedia. [Online].; 2017. Available from:


https://id.wikipedia.org/wiki/Tirah_baring.

4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. [Kamus].; 2016 [cited 2019 4 2.


Available from: kbbi.kemendikbud.go.id.

5. Nurdelia , Jasruddin , Daud J. Transgender Dalam Persepsi Masyarakat.


Jurnal Equilibrium. 2015;: p. 21-22.

6. Nazriati E, Risma D. GAMBARAN KONSEP DIRI DAN KOMUNIKASI


INTERPERSONAL PARA DOKTER MUDA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU. Jom FK. 2016;: p. 1-2.

7. Putri DMP, Rachmawati N. Antropologi Kesehatan Yogyakarta: PUSTAKA


BARU PRESS; 2018.

8. Yekti widodo SANKPDs. pengaruh faktor sosial budaya terhadap perilaku


kesehatan. kesehatan masyarakat. 2012; 39-44: p. 40.

9. Presiden Republik Indonesia. Kemlu. [Online].; 2013 [cited 2019 Juni 3.


Available from:
https://pih.kemlu.go.id/files/19.%20%20UU_%20No%2024%20Th%202013.
pdf.

10 Peraturan Presiden Republik Indonesia. BPKB.go.id. [Online].; 2008 [cited


. 2019 Juni 3. Available from: www.bpkb.go.id/uu.

11 Demartoto A. Sosiologi Kesehatan. 2007.


.

12 Indonesia PR. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


. Tentang Praktik Dokter Jakarta; 2004.

13 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Anda mungkin juga menyukai