Anda di halaman 1dari 14

Perancangan Non Tes

Muhammad Fikri M.A. (202010060311011)


Agustina Yuli Andini (202010060311036)
Davies Nur Wahdatus S. (202010060311037)
Tachtya Azzizul Jannah (202010060311051)

PENDAHULUAN
A. Kompetensi
Setelah mengikuti pembelajaran mahasiswa mampu mendeskripsikan jenis-jenis non tes
merancang pengembangan non tes
B. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran konsep dasar penilaian, mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan dan mendeskripsikan jenis-jenis non tes
2. Mengembangkan blue-print (kisi-kisi) non tes
3. Mampu menunjukkan kinerja mandiri dan bekerjasama dalam penyelesaian tugas
dengan menunjukkan keorisinalan hasil kerja

URAIAN MATERI
A. Non Tes
1. Pengertian Non Tes

Non tes adalah penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan tanpa menguji siswa.
Penilaian non tes dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap apa yang ingin
diamati. Penilaian non tes dapat dilakukan untuk menilai kepribadian seseorang, seperti
sikap, sifat, tingkah laku, sikap sosial, selain itu juga dapat digunakan dalam mengukur
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Teknis penilaian tidak menggunakan tes melainkan
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara (interview), atau dapat
dilakukan dengan angket (quisioner), penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal, dan
skala. Kelebihan dari non tes adalah memiliki sifat yang lebih komperehensif, dapat
digunakan dalam menilai berbagai aspek dari individu, jadi tidak hanya menilai aspek
kognitif melainkan dapat menilai aspek afektif dan psikomotoris.
2. Jenis-jenis Non Tes
a. Asesmen Unjuk Kerja

Asesemen unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan melakukan


pengamatan pada kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Unjuk kerja pada umumnya
dilakukan dengan meminta siswa melakukan suatu kegiatan bersifat praktik. Asesmen
unjuk kerja dapat digunakan pada penilaian dalam pelajaran keterampilan atau praktik.
Alat non tes yang digunakan dalam asesmen unjuk kerja biasanya berupa observasi atau
pengamatan. Penilaian dapat digunakan pada menilai proses maupun hasil dari kegiatan.
Penilaian unjuk kerja digunakan daam mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan
tentang teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga evaluasi menjadi lebih jelas.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan asesmen unjuk kerja diantaranya yaitu: praktik di
laboratorium, praktik olahraga, presentasi, diskusi, bernyanyi, dan hal-hal lain yang berupa
praktik atau melakukan suatu kegiatan.

b. Asesmen Sikap
Asesmen sikap atau karakter merupakan penilaian yang termasuk dalam bagian dari
pengukuran psikologi karena melibatkan sikap individu dalam penilaiannya. Asesmen
sikap cenderung lebih sulit dilakukan sebab tidak pernah dilakukan dengan validitas,
reliabilitas, dan objektivitas yang tinggi. Ranah sikap menurut Bloom dibagi sebagai
berikut:
i.Penerimaan (receiving/attending), yaitu kesanggupan untuk menyadari adanya
suatu kejadian atau fenomena di lingkungannya
ii.Tanggapan (responding), memberikan reaksi terhadap fenomena yang terdapat di
lingkungannya
iii.Penghargaan (valuing), berhubungan dengan nilai atau harga yang diterapkan pada
objek, fenomena, atau tingkah laku.
iv.Pengorganisasian (organization) mengolaborasikan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.

1
v.Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (characterization by a value or value complex),
memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya hidupnya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yakni


observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

c. Asesmen Proyek
Asesmen proyek atau penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Kegunaan dari penilaian proyek
adalah untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam suatu bidang tertentu,
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam penyelidikan tertentu,
kemampuan peserta didik dalam memberikan informasi subyek tertentu. Pada penilaian
proyek perlu ada tiga hal yang dipertimbangkan, yakni: (1) kemampuan pengelolaan
kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam
mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan, (2) Relevansi, kesesuaian
dengan mata pelajaran atau program keahlian, (3) keaslian atau orisinalitas, proyek yang
dilakukan atau dikerjakan oleh peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi guru.

d. Asesmen Portofolio

Asesmen portofolio atau penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan


yang berdasar pada kumpulan informasi yang berisi perkembangan kemampuan perserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik,
lembar jawaban tes yang berisi soal yang mampu dan tidak mampu dijawab atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu pada setiap mata pelajaran. Proses
penilaian portofolio meliputi diskui antar peserta didik dan pendidik dalam menentukan
skornya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio
adalah:

1. Keaslian karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya murni milik siswa
2. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan
3. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.

2
5. Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya.
6. Merencanakan pertemuan dengan pserta didik yang dinilai.
e. Daftar cek (Check List),
Daftar cek yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang
betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting.
f. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai bats
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Teknik ini merupakan salah satu cara
untuk mengetahui kemampuan sosial peserta didik. Langkah-langkahnya yaitu
memberikan petunjuk atau pertanyaan, mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari
semua peserta didik, jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
g. Inventori kepribadian
Jenis non-tes ini hampir serupa dengan asessmen sikap. Bedanya, pada inventori,
jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah. Semua jawaban peserta didik
adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian,
dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat
dibandingkan dengan kelompoknya.
h. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik
Kegiatan evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada
dimensi proses. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward)
B. Komponen Kisi-Kisi Non Tes
Instrumen non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain tes di antaranya
seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral, konsepsi diri, dan lain sebagainya.
Adapun alat penilaiannya yang dapat digunakan diantaranya adalah: pengamatan/observasi
(seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes (seperti tes sikap, minat, dll).
Pada prinsipnya, prosedur penulisan kisi-kisi untuk instrumen non-tes adalah sama dengan
prosedur penulisan kisi-kisi tes pada tes prestasi belajar, namun sebelum menyusun kisi-
kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi/konstruknya. Dalam tes prestasi
belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes
validitas isi/konstruknya diperoleh melalui “teori”. Teori adalah pendapat yang

3
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)[1]
Dalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi:

1. Dimensi adalah tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori.


Agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut : demensi itu harus
secara umum didapatkan pada suatu kelompok benda atau manusia, demensi itu harus
dapat memberikan data sensorik yang dapat ditangkap oleh indera manusia, demensi
itu harus dapat dirumuskan dengan jelas, demensi itu harus memiliki nilai variasi,
demensi itu harus dapat memberikan respons yang mirip pada berbagai pengamat yang
berbeda.
2. Indikator adalah uraian/rincian dimensi yang akan diukur
3. Jumlah butir soal per indikator
4. Nomor butir soal

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih
dahulu validitas konstruknya yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah
untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau
mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan
tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak
diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar. Setelah teori diperoleh dari
berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan
merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan
kata-kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku
yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan
konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah

4
menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori),
indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan butir soal
berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes,
perhatikan alur urutannya seperti pada bagan berikut.

Berdasarkan bagan di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah
instrumen tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai dengan indikatornya atau belum.
Misalnya soal nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal darimana? Dari indikator.
Indikator dari mana? Dari dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk.
Rumusan konstruk darimana? Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah
disusun merupakan alat ukur yang (sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.

Prosedur Penyusunan Kisi-Kisi Non Tes


Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes diantaranya seperti berikut ini:[2]
1. Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau diungkap.
Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara non-tes berkenaan dengna
ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek psikologis.
2. Menentukan instrument apa yang akan digunakan. Jadi, maksudnya ialah cara apa
yang akan digunakan untuk mengukur aspek tersebut. Instrument dalam penilaian non
tes seperti angket, observasi, wawancara, sosiometri, analisis hasil karya, dll.
3. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkap, berdasarkan
atas teori dari aspek yang ingin diungkap tersebut.
4. Menentukan format instrument. Format instrtument yang sering ditemukan adalah
berupa uraian bebas (essay), skala penilaian atau rattingh skill, pilihan ganda atau
daftar cek, atau yang lainnya.
5. Mengembangkan kisi-kisi
6. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi

5
7. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan. Analisis ini bisa
dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.
Macam-Macam Bentuk Instrument Non Tes[3]
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis terhadap tingkah laku peserta didik didalam kelas maupun diluar kelas.
Sebagai alat evaluasi, pengamatan dipakai untuk:
1. Menilai minat, sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik
2. Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok
3. Teknik yang digunakan : daftar cek dan skala penilaian.
Langkah-langkah menyusun observasi:
- Merumuskan tujuan
- Merumuskan kegiatan
- Menyusun langkah-langkah
- Menyusun kisi-kisi
- Menyusun panduan observasi
- Menyusun alat penilaian
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan
(dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara tidak langsung apabila
wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau
kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal:
a) hendaknya pewawancara dapat menyesuaikan diri dengan orang yang
diwawancarai
b) guru perlu melatih diri agar memiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
c) Sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman
secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
v Langkah-langkah penyusunan wawancara :
- Perumusan tujuan
- Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
- Penyusunan kisi-kisi

6
- Penyusunan pedoman wawancara
- Lembaran penilaian
3. Angket (Questionaire)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya, sedangkan angket
tidak langsung dijawab secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si
penjawab. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
v Langkah-langkah menyusun angket :
- Merumuskan tujuan
- Merumuskan kegiatan
- Menyusun langkah-langkah
- Menyusun kisi-kisi
- Menyusun panduan angket
- Menyusun alat penilaian
Kaidah penulisan Soal Instrumen Non-Tes
Kaidah penulisan untuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:
1. Materi
· Rumusan soal harus sesuai dengan indikator
· Pengecoh harus berfungsi, jangan terlalu kelihatan salahnya
· Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar
· Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam
kisi-kisi (misa untuktes sikap : aspek kongnisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan
positif atau negatifnya).
2. Konstruksi
· Pernyataan dirumuskan denga singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
· Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang dipersoalkan
atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
· Kaliatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda

7
· Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.
· Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat diinterpretasikan
sebagai fakta.
· Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu
cara.
· Kalimatnya bebas dari pernyataan yan mungkin disetujui atau dikosongkan oleh
semua responden.
· Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
· Kalimatnya bebas dari peryataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-
kadang, tidak satupun, tidak pernah.
· Jangan banyak mempergunakan kata Tanya, sekedar, semata-mata.

3. Bahasa atau budaya


· Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta
didik atau responden.
· Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat atau tabu.


Kaidah penulisan untuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:
· Rumusan butir soal harus mengacu pada indikator yang telah dirumuskan
· Batasan jawaban atau ruang lingkup yang hendak diukur harus jelas dan terukur.
· Harus mengunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
· Hindari pertanyaan : siapa, apa, bila
· Menggunakan bahasa yang baku
· Menghindari menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda
· Buat petunjuk yang jelas bagaimana soal itu dikerjakan
· Buat kunci jawaban berbarengan dengan membuat soal
· Buat pedoman penskorannya
Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir soal
Dalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan penulisan butir
soal yang sangat sederhana. Tujuan utamanya adalah agar contoh-contoh ini mudah
dipahami oleh para guru di sekolah. Contoh yang akan disajikan adalah penulisan kisi-
kisi dan butir soal untuk tes skala sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan

8
tes kreativitas. Untuk contoh instrumen non-tes lainnya, para guru dapat menyusunnya
sendiri yang proses penyusunannya adalah sama dengan contoh yang ada di sini.
1. Tes Skala Sikap
Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, di antaranya
adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahli, adalah seperti
berikut ini.
(1) Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka,
tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis (Thurstone).
(2) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor
lingkungan (Emory Bogardus).
(3) Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport).
(4) Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap objek-objek sosial (Donald
Cambell).
(5) Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp
Linton, ahli antropologi kebudayaan).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap memiliki 3
komponen penting, yaitu komponen:
(1) kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan konsep;
(2) afeksi yang mencakup perasaan seseorang; dan
(3) konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau yang akan dilakukan.
Tes minat belajar
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertatik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 ). Menurut Crow and Crow
Minat adalah pendorong yang menyebabkan seseorang memberi perhatian terhadap
orang, sesuatu, aktivitas-aktivitas tertentu. ( Johny Killis, 1988 : 26 )
Berdasarkan pendapat Crow and Crow dapat diambil pengertian bahwa individu yang
mempunyai minat terhadap belajar, maka akan terdorong untuk memberikan perhatian
terhadap Belajar tersebut.
Definisi operasional minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam kelakuan kegiatan
dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat
diukur melalui sukacita, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Tes motivasi berprestasi

9
Definisi konsep Motivasi berprestasi adalah motivasi yang medorong peserta didik
untuk berbuat baik dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya mapun yang dibuat
atau diraih orang lain.
Definisi operasional Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang
untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun
yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:
a) Berusaha untuk untuk unggul dalam kelompoknya
b) Menyelesaikan tugas dengan baik
c) Rasional dalammeraih keberhasilan
d) Menyukai tantangan
e) Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses
f) Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik dan
resiko tingkat menengah.
Tes Kreativitas
Keativitas merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat (Devito, 1989: 118).
Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas, berfikir devergen,
penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal yang menyangkut perubahan dan
eksploasi (coben,1976:17). Tes kreativitas teriri dari dua yaitu tes verbal dan tes
gambar. Yang memilki ciri kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi (Torance,
1974:8).
Tes stress belajar (menghadapi ujian)
Definisi konsep Stress belajar adalah suatu kondisi kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala
atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan hasilnya
dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting.
Definisi operasional Stress belajar adalah suatu kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dala diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala
atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yan sangat diinginkan dan hasil-
hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting yang dapat diukur
melalui :
a) Tanggapan psikologis seperti perasaan cemas, khawatir, takut, tidak senang,
perasaan terganggu dan lepas kendali

10
b) Tanggapan fisik seperti rasa lela, jantun berdebar, rasa sakit dan tekanan darah
tergaggu
c) Tanggapan perceptual seperti anggapan dan keyakinan
Teknik penskoran
Cara untuk menskor hasil jawaban peserta didik dari instrument non-tes
PENUTUP
A. Rangkuman
Non tes adalah penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan tanpa menguji
siswa. Penilaian non tes dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap apa yang ingin
diamati. Kelebihan dari non tes adalah memiliki sifat yang lebih komperehensif, dapat
digunakan dalam menilai berbagai aspek dari individu, jadi tidak hanya menilai aspek
kognitif melainkan dapat menilai aspek afektif dan psikomotoris. Pengamatan dilakukan
dengan melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang akan dinilai secara langsung.
Observasi adalah sesuatu hal yang cukup penting dalam kegiatan evaluasi sehingga
mengharuskan guru atau penilai memahami lebih jauh tentang judgment, bertindak secara
reflektif, dan menggunakan komentar orang lain untuk informasi guna membuat judgment
lebih reliabel. Observasi merupakan sebuah penilaian non-tes yang dilakukan dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional. Tujuan dari
diadakannya observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang suatu
kejadian atau fenomena yang berupa persitiwa maupun tindakan, kemudian digunakan
sebagai alat ukur perilaku, interaksi antar individu, dan factor-faktor lainnya yang dapat
dilakukan pengamatan. Wawancara dilakukan dengan melakukan sebuah tanya jawab
antara penanya dan responden atau sumber dengan secara sepihak, yakni hanya penanya
yang dapat memberikan pertanyaan, dan tidak berlaku sebaliknya.
Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara tatap muka yang sebelumnya telah
memiliki arah tujuan. Kelebihan dari wawancara adalah dapat dilakukan secara langsung
sehingga jawaban yang didapatkan lebih bebas dan mendalam. Wawancara terstruktur
mempunyai kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga responden hanya perlu
mengkategorikannya terhadap alternatif jawaban yang telah dipersiapkan. Angket
merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan sebagai penilaian
dengan cara menyajikan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk
memberikan jawaban maupun tanggapannya.

11
Skala merupakan alat ukur yang digunakan dalam mengukur nilai, minat, dan
perhatian yang berupa pertanyaan dan dinilai oleh responden dan hasilnya akan berupa
rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Studi kasus merupakan sebuah
penilaian yang pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang
mengalami suatu kasus tertentu. Contoh studi kasus yakni mempelajari kasus anak
nakal, anak yang tidak dapat bergaul, anak yang pandai, anak yang kurang pandai, dan
banyak lainnya. Pada mendalami kasus, diperlukan waktu yang cukup lama dan perlu
dipelajari secara mendalam sehingga diperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan.
Kelemahan dari studi kasus adalah bersifat subjektif dan hanya untuk individu yang
bersangkutan, sehingga generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Instrumen
non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain tes di antaranya seperti tes
sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral, konsepsi diri, dan lain sebagainya. Teori
adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau
kejadian, dsb.

B. Soal Latihan (Buat dalam Bentuk Pilihan Ganda dan Uraian)


1. Dibawah ini apa saja yang termasuk bentuk dari penilaian non-tes?
a. Interview dan uraian
b. Observasi dan objektif
c. Uraian dan observasi
d. Interview dan angket
e. Uraian dan objektif

2. Apa perbedaan dari tes dan non-tes?


Jawab :
non tes lebih bersifat kualitatif karena mengukur ranah sikap dan keterampilan peserta
didik. Adapun tes lebih bersifat kuantitatif karena sering digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dari segi ranah berpikirnya (cognitive domain). Selain itu,
kemungkinan jawaban untuk tes adalah benar atau salah, sedangkan untuk non-tes tidak
ada jawaban benar atau salah, semua tergantung pada keadaan seseorang.
C. Tugas
1. Jelaskan bagaimana hambatan dalam penerapan teknik non tes?
2. Apa saja yang menjadi sasaran dalam penggunaan non tes?

12
REFERENSI
Ali, Muhamma. 1999. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Andi Tasnima, A. D. (2014). TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN
EVALUASI.matematikaunm7blogspot. Retrieved from
http://matematikaunm7.blogspot.com/2014/03/tespengukuran penilaian-dan
evaluasi.html
Berry, R. (2008). Assessment For Learning. Hong Kong: Hong Kong University Press.
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di
Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.
Nesaga, W. (2019). Perbedaan Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi. es-saga blogspot.
Retrieved from https://es-saga.blogspot.com/2019/05/perbedaan-tes-pengukuran
penilaian-dan.html
Sudijono, Anas. 2007. Pengantara Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Wulan, A. R. (2007). Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Esesmen, Tes, dan
Pengukuran. Jurnal FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 1-12. Retrieved
from file:///C:/Users/hp/Downloads/Documents/pengertian_asesmen.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai