Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

METODELOGI PENELITIAN
”Pengukuran dan Desain Instrumen Dalam Survei”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Wawan Sadtyo Nugroho, S.E., M.Si., Ak., CA

Oleh :
Kelompok 2
1. Efnina Putri A 17.0101.0067
2. Muhammad Rohman 17.0101.0081
3. Vivi Nuraini 17.0101.0098
4. Loga Ayu Tri Milinium 17.0101.0114

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2019
Teknik Pengukuran
Aturan dan prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara apa yang ada dalam
dunia konsep dengan apa yang terjadi di dunia nyata.

Desain Instrumen

Penyusunan instrument pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan


guna memcahkan masalah penelitian.

1. 1. Komponen Pengukuran

Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke


dalam bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti. Pengukuran selalu melibatkan
penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan dimensi realitas
dalam dunia analitik si peneliti. Pengguna prosedur yang tepat dalam proses
penelitian amat penting bila kita menginginkan data yang bermanfaat bagi pengambil
keputusan. Titik fokus pengukuran adalah pemberian “angka” terhadap data empiris
dan memberi angka atas ciri- ciri tersebut. Prosedur ini dinamakan proses
pengukuran, yaitu : investigasi mengenai ciri- ciri yang mendasari kejadian empiris
dan memberi angka atas ciri- ciri tersebut. Komponen pengukuran amat beragam, ada
tiga komponen yang dibutuhkan dalam setiap pengukuran, yaitu : (1) kejadian
empiris (emerical events) yang dapat diamati, (2) penggunaan angka (the use of
number) untuk menggambarkan kejadian tersebut, (3) sejumlah aturan pemetaan (set
of mapping rules).

1.2. Proses Pengukuran

Proses pengukuran dapat digambarkan sebagai sederet tahap yang saling


berkaitan yang dimulai dari : (1) mengisolasi kejadian empiris ; (2) mengembangkan
konsep kepentingan (concept of interst); (3) mendefinisikan konsep secara konstitutif
dan operasional; (4) mengembangkan skala pengukuran; (5) mengevaluasi
berdasarkan reliabilitas dan validitasnya; hingga (6) penggunaan skala.

Proses pengukuran dimulai dari mengisolasi kejadian empiris untuk


kepentingan pengukuran. Aktivitas ini merupakan konsekuensi langsung dari masalah
identifikasi dan formulasi. Kejadian empiris dirangkum dalam bentuk konsep/
konstruksi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Konsep adalah abstraksi ide
yang digeneralisasi dari fakta tertentu.

Mendefinisikan konsep yang telah diidentifikasi, taraf ini dibedakan definisi


konstitutif (constitutive definition) dan definisi operasional (operasional definition).
Definisi konstitutif mendefinisikan konsep dengan konsep lain sehingga melandasi
konsep kepentingan. Jika konsep telah didefinisikan secara konstitutif dan benar,
berarti konsep tersebut telah siap untuk dibedakan dengan konsep lain. Begitu definisi
konstitutif telah ditetapkan, maka definisi operasional harus dinyataka karena definisi
operasional akan merefleksikan dengan tepat esensi definisi konstitutif. Definisi
operasional memperinci aturan pemetaan dan alat dimana variabel akan diukur dalam
kenyataan. Definisi ini menyatakan prosedur yang harus diikuti oleh peneliti dalam
memberikan angka terhadap konsep yang diukur.

Dalam praktek biasanya penelitian kan berhadapan dengan berbagai teori


yang mendasari definisi konstitutif dan operasional. Misalnya, konsep kinerja
pekerjaan (job performance). Konsep ini dapat diartikan sebagai hasil sukses atau
tidak sukses dari suatu tugas.

1.3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran sangat amat bervariasi. Skara yang sederhana (simple


scales) adalah satu skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakteristik.
Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam, semua skala
mempunyai ciri- ciri setidaknya satu dari empat tingkat pengukuran, yaitu : nominal,
ordinal, interval, dan rasio.

Variabel yang menjadi perhatian diidentifikasi dan didefinisikan secara


konseptul, suatu jenis skala harus dipilih. Pemilihan skala amat tergantung dari ciri-
ciri yang mendasari konsep dan antisipasi peneliti terhadap pengguna variabel yang
digunakan dalam tahap analisis data. Dalam mengevaluasi skala pengukuran, harus
diperhatikan dua hal, yaitu validitas dan reliabilitas.

1.3.1. Validitas

Suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak
valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan
apa yang seharusnya dilakukan. Secara konseptual, dibedakan menjadi 3 macam jenis
validitas, yaitu : validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan
kriteria (criterion- related validity), validitas konstruk (construct validity).

 Validitas Isi (Content Validity)


Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukkan sejumlah
item yang respresentetif dalam menyusun sebuah konsep. Semakin besar
skala item dalam mewakili semesta konsep yang diukur, maka semakin
besar. Validasi isi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan seberapa baik
dimensi dan elemn sebuah konsep digambarkan. Face validity
dipertimbangkan oleh sebagian ahli sebagai dasar dan indeks yang sangat
minimum bagi validitas isi. Face validity menunjukkan bahwa seolah- olah
sebuah item mengukur sebuah konsep. Sebagian peneliti tidak menganggap
face validity sebagai komponen validitas isi yang valid.
 Validitas yang berkaitan dengan kriteria (Criterion-related

Validity)
Terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kriteria yang akan
diperkirakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan concurrent validity
atau predictive validity. Concurrent validity terjadi ketika skala yang
ditetapkan dapat membedakan individual yang diketahui berbeda, sehingga
skor untuk masing- masing instrument harus berbeda. Predictive validity
menunjukkan kemampuan sebuah instrument pengukuran dalam
membedakan individu dalam kriteria masa depan.
 Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk membuktikkan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari
pengguna ukuran sesuai dengan teori di mana pengujian dirancang. Hal ini
dinilai dengan converegent validity dan discriminal validity. Converegent
validity terjadi ketika skor yang dihasilkan oleh dua buah instrumen yang
mengukur konsep yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Discriminant
validity terjadi ketika berdasarkan teori dua buah variabel diperkirakan tidak
berkorelasi, dan skor pengukur yang dihasilkan jukga menunjukkan tidak
korelasi secara empiris.

1.3.2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala


pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan
perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan. Dengan demikian reliabilitas mencakup dua hal, yaitu : stabilitas ukuran
dan konsistensi internal ukuran.

 Stabilitas Ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil
atau rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat
membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah
konsep. Terdapat dua jenis stabilitas, yaitu test-retest reliability dan pararel-
form reliability.
 Test-retest reliability
Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran
konsep yang sama dalam dua kali kesempatan.
 Pararel- form reliability
Terjadi ketika respon dari dua pengukuran yang sebanding dalam
menyusun konstruk yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Kedua
bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan format respon
yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan
urutan pertanyaan. Kesalahan validitas (error validity) disebabkan
oleh adanya perbedaan dalam penyusunan kalimat dan urutan
pertanyaan. Jika dua bentuk pengukurab yang sebnding memiliki
korelasi yang tinggi, maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat
dipercaya dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusunan
kalimat dan urutan pertanyaan.
 Konsisten Internal Ukuran
Indikasi homogenitas item- item yang ada dalam ukuran yang menyusun
konstruk. Item yang ada harus “sama” fan mampu mengukur konsep yang
sama secara independen. Sehingga responden seragam dalam mengartikan
setiap item. Dapat dilihat dengan mengamati apakah item dan subset item
dalam instrument pengukur memiliki korelasi yang tinggi. Konsistensi
ukuran dapat diamati melalui reliabilitas konsitensi antar item (interitem
consistency reliability) dan split-half reliability.
 Reliabilitas konsitensi antar item (interitem consistency reliability)
Konsistensi jawaban responden untuk semua item dalam ukuran.
Ketika sebuah item merupakan ukuran yang independen untuk dua
buah konsep yang sama, maka item- item tersebut akan saling
berkorelasi.
Split-half reliability
Korelasi antara dua bagian instrument. Estimasi split-half reliability
akan berbeda, tergantung pada bagaimana item- item dalam ukuran
dibagi ke dalam dua bagian.

1.4. Menyusun Kuesioner (Daftar Pertanyaan)

Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban para


responden. Dalam menyusun kuesioner, penelitu harus memperhatikan hal- hal
berikut ini :

1. Apakah pertanyaan itu perlu?


2. Bagaimana pertanyaan itu sebaiknya diajukan?
3. Apakah bentuk pertanyaan terbuka atau tertutup?
4. Bagaimana seharusnya pertanyaan itu dirumuskan?
5. Bagiaman format jawaba disusun?
6. Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?

Dalam pertanyaan investigative harus disusun pertanyaan pengukuran dengan


mempertimbangkan kandungan subjek (subject content), pemilihan kata untuk
tiap- tiap pertanyaan , dan strategi respon (respose strategy). Penelitian harus
dapat menyusun pertanyaan pengukuran menurut topic dan jenis pertanyaan,
sehingga terpenuhi kondisi- kondisi sebagai berikut :

 Mendorong responden untuk memberikan respon yang akurat


 Mendorong responden dalam memberikan informasi yang lengkap
 Mencegah responden tidak menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan
 Mencegah responden agar tidak menghrntikan partisipasinya
 Meninggalkan responden dengan sikap baik.

1.5. Desain Instrumen

Proses menyusun desain instrument pada dasarnya adalah suatu seni. Kendati
demikian dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrument adalah
sebagai berikut :

a) Urutan Skala dan Layout


Penyajian dan organisasi instrument pengumpulan data amat menentukan
dalam sukses tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan
skala dan penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah
dimengerti. Bebrapa petunjuk yang perlu diperhatikan adalah :
 Kuesioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan
menarik
 Tulislah petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca. Bila
terdapat perubahan jenis skala dalam instrument, maka diperlakukan
instruksi transisi yang memberitahu responden bahwa ada perubahan
format jawaban
 Informasi yang bersifat sensitive (misalnya : penghaislan) dan
klasifikasi (umur, jenis kelamin, ukuran rumah tangga, dan lain- lain).
Sebaiknya dinyatakan dibelakang.
 Susunlah tata letak (layout) kuesioner sedemikian rupa sehingga
mudah dibaca dan mengikuti alir proses wawancara.
b) Pratest dan Perbaikan
Setelah instrument disusun dalam bentuk draft, maka pratest (uji coba
sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknua dilakukan pada
sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya.
Pratest seringkali dapat mengidentifikasi masalah- maslaah dalam penyusunan
kata- kata, format kuesioner, dan lain- lain yang mat berpengaruh terhadap
validitas penemuan dari penelitian tersebut. Bila maslah- maslah ditemui,
peneliti dapat membuat perubahan- perubahan sperlunya agar dapat
memperoleh data dengan kualitas yang tinggi.
Penyusunan skala dan desain instrumen merupakan suatu seni karena
memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam menyusun instrumen
pengumpulan data yang dapat dipercaya dan valid.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, M. (2003). METODE RISET UNTUK BISNIS & EKONOMI. Yogyakarta:


Erlangga.

R. Cooper, D., & Emory, C. W. (2007). METODELOGI PENELITIAN. Jakarta:


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai