Anda di halaman 1dari 16

Uji Validitas dan Reliabilitas

OLEH

KELOMPOK :

1. MESSI WULANDARI (18301056)


2. NURHIKMAH (18301060)
3. RESTI JULITA (18301064)
4. SALIMA CERLINA LAIA (18301068)

Prodi S1 Keperawatan

STIKes Payung Negeri Pekanbaru

T.A. 2021/2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian validitas dan reabilitas


1. Validitas
Reliabilitas alat ukur menunjukkan pada kita tentang sifat suatu alat ukur
dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil, atau konsisten
dalam mengukur apa yang ingin kita ukur. Di lain pihak, validitas
mempersoalkan apakah kita benar-bnar mengukur apa yang kita pikirkan
sedang kita ukur.

Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir


1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face
validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive
validity, content validity, dan curricular validity, yaitu:
a) Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan kinerja.
b) Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek
psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi
bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik
dalam pengukuran.
c) Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak
diukur.
d) Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur
dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau
ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan
menggunakan teknik analisis faktor.
e) Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang
bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
f) Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan
teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk
mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur.
g) Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.
h) Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya
sampling dari suatu populasi.
i) Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik
isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut
merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai
dengan tujuan instruksional.

Berdasarkan definisi-definisi validitas di atas, terlihat bahwa terdapat


tumpang tindih antara yang satu dengan lainnya.Oleh karena itu, Thorndike
dan Hagen membagi validitas atas dua jenis saja, yaitu validitas langsung dan
validitas derivatif. Validitas langsung adalah validitas yang berdasarkan pada
analisis rasional dan putusan profesi (professional judgment), sedangkan
validaitas derivatif bergantung pada pembuktian statistic dan empiris.

Kerlinger membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas
yang berhubungan dengan kriteria, dan validitas konstrak, yaitu:
a) Validitas Isi
Validitas isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya,
topiknya, subsansinya) cukup representative untuk sebuah sampling.
Validitas isi dipandu oleh pertanyaan : “Apakah isi atau substansi dari alat
ukur ini merupakan representative dari sifat-sifat universal yang ingin
diukur?”.
Definis dasar dari validaitas isi adalah suatu pendapat, baik pendapat
pribadi maupun pendapat orang lain. Tiap-tiap item dalam uji perlu
dipelajari secara seksama, dan kemudian dipertimbangkan tentang
representative tidaknya isi yang akan diuji.
Contoh dari validitas isi adalah : seorang dosen memberikan ujian
tengah semester pada Fakultas Pertanian. Materi yang diberikan selama
setengah semester telah ditentukan dalam course outline. Dosen tersebut
membuat soal dalam bentuk objektif dan essai. Soal tersebut perlu
dipertanyakan apakah soal yang dibuat telah mencakup keseluruhan isi
pelajaran sesuai dengan course outline. Pertanyaan tersebut
mempersoalkan masalah validitas isi dari alat ukur (soal ujian) yang
digunakan untuk mengukur prestasi mahasiswa dalam jarak waktu
setengah semester. Kita lihat bahwa dalam menentukan validitas isi alat
ukur, yang perlu sekali mendapat perhatian adalah :
1) Apakah alat ukur (soal ujian) telah mewakili semua mata pelajaran
yang diberikan?
2) Apakah pokok-pokok yang dicantumkan dalam alat ukur (soal) sesuai
dengan mata pelajaran yang telah diajarkan?
Biasanya dosen mendiskusikan soal dengan dosen lainnya untuk
melihat validitas isi tersebut, di samping menggunakan penilaian sendiri
yang disesuaikan dengan course outline dari mata pelajaran yang
bersangkutan.

b) Validitas yang berhubungan dengan kriteria


Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya
kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur.
Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor
alat ukur.
Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan
komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini
merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu rxy,
dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria.
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur
validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas
prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).

c) Validitas Konstrak
Konstrak adalah suatu abstraksasi dan generalisasi khusus dan
merupakan suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah
dan mempunyai pengertian terbatas. Konstrak tersebut diberi definisi
sehingga dapat diamati dan diukur.

Dalam melihat validitas konstrak, beberapa pertanyaan di bawah ini


perlu dijawab:
1. Komponen-komponen atau dimensi-dimensi yang membentuk konsep
tersebut
2. Landasan teori yang merangkum dimensi tersebut
3. Bukti empiris yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara
komponen atau dimensi di atas.

Hal pertama yang dikerjakan oleh seorang peneliti dalam membahas


validitas konstrak (seperti : inteligensia, status ekonomi, fertilitas,
persepsi, pendidikan tradisional, dsb) adalah menganalisis unsure-unsur
apa yang menjadi bagian dari konstrak tersebut. Kemudian, peneliti
melihat isi dan makna dari komponen-komponen tersebut, serta alat ukur
yang digunakan untuk mengukur konstrak tersebut. Hal tersebut
dibutuhkan untuk mengetahui sifat-sifat apakah yang dapat menerangkan
variance dari alat ukur tersebut.
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas
dapat lebih mudah dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab :
1) Jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang
sama, apakah kita akan memperoleh hasil yang sama?
2) Apakah alat ukur yang diperoleh dengan menggunakan alat ukut
tertentu adalah alat ukur yang sebenarnya dari objek tersebut?
3) Berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran
tersebut terhadap objek?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak lain dari 3 aspek
pengertian tentang reliabilitas. Suatu alat ukur disebut mempunyai
reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dalam
pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan
(dependability) dan dapat diramalkan (predictability).Suatu alat ukur yang
mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena
penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang
serupa.
Pertanyaan kedua member aspek akurasi. Suatu pertanyaan atau
ukuran yang akurat adalah ukuran yang cocok dengan yang ingin diukur.
Jika kedua aspek di atas, yaitu aspek stabilitas dan aspek akurasi
digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut mantap
dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu alat ukur juga harus
sedemikian rupa sifatnya sehingga error yang terjadi, yaitu error
pengukuran yang random sifatnya, dapat ditolerir.
Dari aspek-aspek reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat
pengukur.

2. Teori Reliabilitas
Untuk melihat relibilitas suatu alat atau instrumen, kita harus memiliki
suatu alat yang standar. Ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat
standar ini dinamakan ukuran yang sebenarnya atau skor yang sebenarnya.
Skor yang diperoleh dengan menggunakan alat yang kita pakai, dinamakan
skor yang diperoleh. Selisih angka antara skor yang sebenarnya dengan
skor yang kita peroleh, kita sebut error ukuran. Jika kita nyatakan :
Ys = skor yang sebenarnya
Yp = skor yang diperoleh
Ye = error pengukuran
Maka suatu identity dapat dibangun, yaitu :
Yp = Ys + Ye
Besarnya error (galat) pengukuran adalah :
Y p−Y s
G=
Yp
Dalam praktik, reliabilitas dinyatakan dalan bentuk variance. Dalam
bentuk variance, identiti di atas dapat ditulis sebagai :
Vp = variance yang diperoleh
Vs = variance sebenarnya
Ve = variance error
Reliabilitas dapat dilihat dari error yang dibuat. Makin besar error
yang terjadi, maka makin kecil reliabilitas pengukuran, dan begitu pula
sebaliknya. Untuk mencari derajat reliabilitas, maka digunakan koefisien
reliabilitas (r) yang memiliki 2 arti, yaitu :
a). Reliabilitas adalah perbandingan antara variance sebenarnya dengan
variance yang diperoleh, yaitu :
Vs
r=
Vp
b). Reliabilitas adalah perbandingan antara selisih variance diperoleh
dengan variance error dan variance sebenarnya, yaitu :
V p −V e Ve
r= =1−
Vp Vp

B. Aspek pengujian validitas dan reliabilitas

Reliabilitas alat penelitian dapat diuji / dinilai dengan menggunakan


beberapa teknik, antara lain :
1) Teknik kesesuaian
Menilai reliabilitas dengan teknik kesesuaian adlah dengan cara
mencari indeks kesesuaian kasar (crude index of agreement). Caranya
adalah dengan mengulang penelitian dengan menggunakan alat yang
sama, responden yang sama, dan dalam waktu yang tidak lama. Hasil
penelitian pertama kemudian digabungkan dengan hasil penelitian
kedua, lalu menganalisis stabilitas dari jawaban.
2) Teknik paralel
Teknik ini hampir serupa prosedurnya dengan teknik penyesuaian,
hanya saja dalam tenik paralel, variabel diukur 2 kali pada waktu yang
sama atau hampir bersamaan. Kerja memisahkan pengukuran atas dua
bagian yang paralel dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a) Dua peneliti menggunakan alat ukur yang sama, atau
b) Satu peneliti menggunakan dua alat ukur yang berbeda
dalam pengertian bahwa alat-alat ukur tersebut memang
diperuntukkan bagi pengukuran variabel yang bersangkutan
Langkah pertama dalam mencari reliabilitas adalah dengan mencari
korelasi antara kedua hasil ukuran tersebut, dengan cara mencari
koefisien korelasi Spearmam. Dari angka korelasi Spearman tersebut,
koefisien reliabilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus :

r=
1+ ρ
dimana :
 = koefisien korelasi Spearman
r = koefisien reliabilitas
Sedangkan koefisien korelasi Spearman, dicari dengan menggunakan
rumus :
6 D2
ρ=1−
N (N 2−1)
3) Teknik belah dua (split half)
Teknik ini hampir sama dengan teknik paralel, hanya saja pada
teknik split half, observasi dibagi menjadi dua bagian. Teknik ini
bertujuan untuk menguji reliabilitas pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan berbentuk skala, yang mempunyai hubungan
satu sama lain. Penilaian reliabilitas ini bertujuan untuk mengukur
internal konsistensi pertanyaan atau pernyataan.
Rumus reliabilitas yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson
(1937) :

∑ p.q
KR=
k
k −1{1−
k. s
2 }
dimana :
k = jumlah item yang diuji
p = proporsi respon yang benar
q = proporsi respon yang salah = 1 - p
s2 = variance dari skor
M = mean dari skor

C. menghitung validitas dan reabilitas data riset

1. Menghitung Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Contoh perhitungan korelasi butir untuk soal bentuk uraian dengan skor
butir kontinum.
1) Uji Validitas :
Jika skor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya skala sikap
atau soal bentuk uraian dengan skor butir 1-5 atau skor soal 0-10) dan diberi
simbol Xi dan skor total instrumen atau tes diberi simbol X t, maka rumus
yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi antara skor butir
instrumen atau soal dengan skor total instrumen atau skor total tes adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
rit = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total.
xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Butir PertanyaanJumlah
Nomor Responden
1 2 3 4 5 6 7
1 5 4 3 5 3 5 3 28
2 5 4 3 4 3 4 3 26
3 4 4 2 4 3 4 3 24
4 4 3 3 3 4 3 4 24
5 5 5 3 4 5 5 4 31
6 3 3 2 3 2 3 1 17
7 3 3 2 3 2 2 2 17
8 3 2 2 3 2 2 2 16
9 2 2 1 2 1 2 1 11
10 2 1 1 1 1 1 1 8
Jumlah 36 31 22 32 26 31 24 202

Penyelesaian:
Untuk n=10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r=0,631.
Karena nilai koefesien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk
semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi
signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes
dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.

2) Uji reliabilitas :
Dari soal diatas, selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan
menggunakan rumus koefesien Alpha, yaitu:
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir
  = varian skor butir
  = varian skor total
Koefisien reliabilitas dari contoh diatas dapat dihitung dengan cara
pertama-tama dihitung varian butir sebagai berikut:
Nomor butir Varian Butir
1 1,24
2 1,29
3 0,56
4 1,16
5 1,44
6 1,69
7 1,24
Jumlah 8,62
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 7 butir) pada contoh diatas adalah
0,97.

Contoh Perhitungan Korelasi Butir untuk Soal Bentuk Objektif, yaitu:


1. Uji Validitas :
Jika skor butir soal diskontinum (misalnya soal bentuk objektif dengan
skor butir soal 0 atau 1) maka kita menggunakan koefesien korelasi biserial
dan rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi biserial
antara skor butir soal dengan skor total tes adalah:
Keterangan:
rbis(i)      = koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i dengan
skor total
X1         = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal
nomor i
Xt         = rata-rata skor total semua responden
st          = standar deviasi skor total semua responden
pi          = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi          = proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Contoh hasil uji coba adalah sebagai berikut:


Nomor Butir PertanyaanJumlah
Nomor Responden
1 2 3 4 5 6 7
1 1 1 1 1 0 0 0 4
2 1 1 0 1 1 1 0 5
3 0 1 1 1 0 0 0 3
4 1 1 0 0 0 0 0 2
5 0 1 0 0 0 0 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 7
7 1 1 1 1 1 1 0 6
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 0 0 1 0 0 3
10 1 1 1 1 1 0 0 5
Jumlah 7 9 5 6 5 3 1 36

Xt = 3,60
St = 2,107

Nomor Butirr-butirr-tabel Status


1 0,70 0,63 Valid
2 0,57 0,63 Tidak valid
3 0,66 0,63 Valid
4 0,81 0,63 Valid
5 0,76 0,63 Valid
6 0,75 0,63 Valid
7 0,54 0,63 Tidak valid

Ternyata dari tujuh butir soal tes ada 5 butir yang valid dan dua butir
tidak valid. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan untuk menghitung
koefesien antara skor butir dengan skor total baru (5 butir), sebagai berikut:
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Butir
Nomor
Pertanyaan Jumlah
Responden
1 3 4 5 6
1 1 1 1 0 0 3
2 1 0 1 1 1 4
3 0 1 1 0 0 2
4 1 0 0 0 0 1
5 0 0 0 0 0 0
6 1 1 1 1 1 5
7 1 1 1 1 1 5
8 0 0 0 0 0 0
9 1 0 0 1 0 2
10 1 1 1 1 0 4
Jumlah 7 5 6 5 3 26

Xt = 2,6
St = 1,8

Untuk n = 10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r = 0,631.


Karena niai koefesien korelasi biserial antara skor butir dengan skor total
untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai
korelasi biserial yang signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian
maka semua butir tes (5 butir) dianggap valid atau dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar.

2. Uji Reliabilitas :
Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan
rumus KR-20, sebagai berikut:
Keterangan:
rii = koefesien reliabilitas tes
k = cacah butir
piqi = varian skor butir
pi    = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
qi     = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
    = varian skor total

Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah: Pertama-tama dihitung varian


butir (piqi) sebagai berikut:
Nomor butir pi qi piqi
1 0,7 0,3 0,21
3 0,5 0,5 0,25
4 0,6 0,4 0,24
5 0,5 0,5 0,25
6 0,3 0,7 0,21
Jumlah 1,16

St = 3,24
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah
0,80.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki
olehinstrumen yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal
duakeunggulan, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas
lazimdiperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan instrumen baru
dan belum pernahdigunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Karena
biasanya instrumen baru secaraumum belum memiliki validitas dan
reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazimdiujikan jika instrumen baru itu
masih belum memiliki validitas dan reliabilitasyang belum terukur.
Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan mampumemberikan
informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untukdiukur
dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai dalam
penelitian memiliki validitas yang baik.

B. Saran
Seorang peneliti sebaiknya menggunakan alat pengukuran data
yang validdan reliabel dalm mengadakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, A & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing. New  Jersey:


Prentice-Hall Inc.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali&Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT


Grasindo.

Gregory, Robert J. 2000. Psycological Testing: History, Principles and


Aplications. Boston: Allyn and Bacon

Gronlund., dan Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching. Sixth


Edition. New York: Macmillan Publishing Company.

Husaini, Usman, dkk. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Kerlinger, EN. 1990. Azas-Azas Penelitian Behavioral (Alih Bahasa Simatupang


dan Koesoemanto). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suharto. 2009. Uji Validitas, Reliabilitas, Instrumen, Penelitian.

Sukadji, Soetarlinah. 2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian.


Jakarta: UI-Press.
Nazir Moh, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai