PENDAHULUAN
Validitas suatu instrumen tes secara umum dibagi dua yaitu validitas teori dan
validitas empirik. Ali Hamzah dalam bukunya yang berjudul evaluasi pembelajaran
matematika mengutip bahwa macam validitas lainnya dibagi menjadi empat bagian,
yaitu validitas isi, konstruk, kongkruen, dan prediksi.3
1
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hal 214
2
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta. hal 173
3
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hal. 216
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
instrumen digunakan rumus statistika yang sesuai dengan jenis skor butir dari
instrumen tersebut. Jika skor butir kontinum maka untuk menghitung koefisien
r xy=N ∑ XY −¿ ¿
Catatan:
r xy =
∑ XY
√( ∑ X 2)(∑ Y 2)
Catatan:
r pbis =
x i−x t
St √ pi
qi
Catatan:
r pbis = koefisien korelasi poin biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
X i = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor nomor 1
4
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hal 220
2.2 Realibiitas
2.2.1 Pengertian
Reliabilias adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang
sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda5.
Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrument
yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila
digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi tidak
valid. Hal ini disebabkan karena instrument (meteran) tersebut rusak.
Gronlund (1985 ) mengemukakan ada empat faktor yang dapat memengaruhi
reliabilitas, yaitu “ panjang tes, sebaran skor, tingkatan kesukaran,dan objektivitas.”
1. Panjang tes (length of test ). Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada
kecenderungan, semakin panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat
reliabilitas suatu tes, karena semakin banyak soal, maka akan semakin banyak
sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin
banyak,sehingga faktor tebakan ( guessing ) akan semakin rendah.
2. Sebaran skor (spread of scores ). Besarnya sebaran skor akan membuat
tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi, karena koefisisen reliabilitas yang
lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap padda posisi yang relatif sama
dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya. Dengan kata lain,
peluang selisih dari perubahan posisi dalam kelompok dapat memperbesar
koefisien reliabilitas.
3. Tingkat kesukaran ( difficulty indeks ). Dalam penilaian yag menggunakan
pendekatan penilaian acuan norma, baik untuk soal yang mudah maupun
sukar, cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang rendah. Hal ini
disebabkan antara hasil tes yang mudah dengan hasil tes yang sukarkeduanya
dalam satu sebaran skor yang terbatas. Untuk tes yang mudah, skor akan
berada dibagian atas dan akhir dari skala penilaian. Bagi kedua tes ( mudah
dan sukar ), perbedaan antar peserta didik kecil sekali dan cenderung tidak
5
4 Arifin,zainal. 2017 Evaluasi Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. hal 258.
1. Koefisien Stabilitas
Koefisien stabilitas ( coefficient of stability ) adalah jenis reliabilitas yang
menggunakan teknik test and retest, yaitu memberikan tes kepada sekelompok
individu, kemudian diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama dengan
waktu yang berbeda. Cara memperoleh koefisien stabilitas adalah dengan
mengorelasikan hasil tes pertama dengan hasil tes kedua dari kelompok yang sama,
tes yang sama, pada waktu yang berbeda. Jika antara waktu tes yang pertama dengan
tes kedua cukup lama, kemudian diadakan latihan-latihan tambahan, maka bisa jadi
nilai tes kedua akan lebih besar daripada tes pertama. Sebaliknya, jika antara waktu
tes pertama dengan tes kedua relatif pendek, maka nilai tes kedua bisa jadi sama atau
lebih besara daripada tes pertama karena soal dan jawaban masih dapat diingat.
Patut dipertimbangkan bahwa penggunaan kelompok yang sama dan tes yang
sama dalam dua kali tesakan mempengaruhi hasil tes yang kedua, karena responden
sudah memiliki pengalaman mengerjakan tes yang pertama. Hal ini sekaligus
menunjukkan kelemahan teknik test and retest.
2. Koefisien Ekuivalen
Koefisien ekuivaalen ( coefficient of equivalence )adalah jika mengorelasikan
dua buah tes yang paralel pada kelompok dan waktu yang sama. Metode yang
digunakan untuk memperoleh koefisien ekuivalen adalah metode dengan
menggunakan dua buah bentuk tes yang paralel ( equivalen ). Syarat-syarat yang
harus dipenuhi kedua tes paralel adalah kriteria yang dipakai pada kedua tes sama,
2 r 1.2
r nn=
1+ ( n−1 ) r 1.2
Keterangan : n = panjang tes yang selalu sama dengan 2karena seluruh tes =
1
2x .
2
(
K S t−∑ pi. qi
)
2
ru =
K −1 S2t
Keterangan :
q=1-P
2
St =¿ n ∑ x 2−¿ ¿
Teknik lain yang biasa digunakan untuk menguji konsistensi internal dari suatu
tes adalah Cronbach’s ALPHA atau koefisien Alpha. perbedaannya dengan teknik
Kuder-Richardson adalah teknik ini tidak hanya digunakan untuk tes dengan dua
pilihan saja, tetapi penerapannya lebih luas, seperti menguji reliabilitas skala
pengukuran sikap dengan tiga, lima atau tujuh pilihan. Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung koefisien Alpha adalah;
( ∑σ
)
2
R
α= 1− 2 i
R−1 σi
Keterangan :
2
σ x = varian skor total
Untuk butir soal yang bersifat dikotomi seperti pilihan-ganda, varian butir
soal diperoleh dengan rumus:
σ 2x = Pi q 1
BAB III
Validitas suatu instrumen tes secara umum dibagi dua yaitu validitas teori dan
validitas empirik. Ali Hamzah dalam bukunya yang berjudul evaluasi pembelajaran
matematika mengutip bahwa macam validitas lainnya dibagi menjadi empat bagian,
yaitu validitas isi, konstruk, kongkruen, dan prediksi.
r xy =N ∑ XY −¿ ¿
r xy =
∑ XY
√( ∑ X 2)(∑ Y 2)
Jika skor butir dikotomi (0 , 1) maka untuk menghitung koefisien korelasi
antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi poin
biserial (r pbis ) yang menggunakan rumus:
r pbis =
x i−x t
St √ pi
qi
(
∑σ
)
2
R
α= 1− 2 i
R−1 σi
Untuk butir soal yang bersifat dikotomi seperti pilihan-ganda, varian butir
soal diperoleh dengan rumus:
σ x = Pi q 1
2
3.2 Saran
Dengan mempelajari validitas dan realibilitas suatu instrument, kita sebagai
calon pendidik dapat menguji validitas dan realibilitas suatu instrument. Ketika kita
dapat menguji suatu validitas dan realibilitas dari suatu instrument diharapkan
nantinya kita bisa meluluskan siswa dengan kualitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No Nama X Y
1 Ahmad 6.5 6.3
2 Budi 7 6.8
3 Cevi 7.5 7.2
4 Didu 7 6.8
5 Efendi 6 7
6 Farida 6 6.2
7 Gamda 5.5 5.1
8 Hariadi 6.5 6
9 Ihsan 7 6.5
10 Januar 6 5.9
Jumlah 65 63.8
X=
∑ = 65 =6.5
N 10
Y=
∑ = 63.8 =6.38
N 10
x=X −Y
y=Y −X
Hasil tes matematika yang akan divalidasi = 6; ulangan hariannya = 5.9. bila
rerata hasil tes matematika untuk 10 siswa = 6,5, maka x = deviasi hasil tes
matematika sebesar ¿ 6−6.5=−0.5. ; harga x 2=0.25
Rerata hasil tes harian untuk 10 siswa ¿ 6.4 (dibulatkan), maka harga y yakni
deviasi hasil tes harian sebesar ¿ 5.9−6.4=−0.5 ; harga y 2=0.25 . Harga
xy=(−0.5 )( 0.5 )=0.25
r xy =
∑ xy
√¿¿ ¿
2.65
r xy =
√ ( 3.5 ) (3.48)
¿ 0.7
Analogi dengan rumus yang berbeda dapat dihitung harga koefisien korelasi yang
hasilnya tidak jauh berbeda dapat ditoleransi. Koefisien korelasi ada antara 0.0−1.00.
Kita dapat melakukan interpretasi dari koefisien korelasi yang diperoleh sebagai
berikut:
Di samping mencari validitas soal tes secara keseluruhan kita dapat mencari
soal tes setiap butirnya atau dikenal dengan validitas item.
Hasil tes matematika tingkat SLTA dari 8 siswa diperoleh data tentang butir
soal yang dapat dijawab dan tidak oleh siswa serta skor total masing-masing siswa.
Jenis soal pilihan ganda. Perhatikan tabel berikut.
Jawab:
No Nama X Y
1 Alan 1 8
2 Badrul 0 5
3 Cecep 1 3
4 Dadang 1 5
5 Elan 1 6
6 Farida 0 4
7 Gayus 1 7
8 Hanafi 1 8
Rumus yang dipakai ada dua macam yakni rumus korelasi point biserial dan
korelasi product moment Spearman.
r pbis =
Xi−Xt
St √ pi
qi
r pbis =
Mp−Mt
St √ p
q
Catatan:
Mp=¿ rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya.
q=1− p
8+3+5+6 +7+8
Mp= =6.17
6
St=1.7139
6
P= =0.75
8
q=1−0.75=0.25
0.42
¿ =0.4244
1.7139
Dengan cara yang sama dapat dihitung dan ditetapkan validitas item yang
lainnya. Dari koefisien korelasi yang diperoleh dapat dibandingkan dengan tabel
korelasi dengan melihat besar n yang ada.
10 orang peserta didik dites dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
( IPA ) dan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Jumlah soal masing-masing Lima buah.
Dua buah nomor genap diambil dari hasil tes IPA dan tiga buah nomor ganjil diambil
dari hasil tes IPS. Data diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nilai 10 orang peserta didik
Dalam Mata Pelajaran IPA dan IPS
A 8 6 8 7 10
B 7 7 6 7 5
C 5 6 6 6 6
D 8 6 7 6 9
E 5 6 5 5 5
F 4 7 4 6 6
G 5 9 7 5 5
H 7 5 8 5 4
I 7 8 4 9 7
J 9 5 9 9 4
Tabel 4.2
Perhitungan Koefisien Konsistensi Internal
X Y x y x
2
y
2
Xy
14 25 +1 +6 1 36 6
14 8 +1 -1 1 1 -1
11 18 -2 -1 4 1 2
14 22 +1 +3 1 9 3
11 15 -2 -4 4 16 8
11 16 -2 -3 4 9 6
14 17 +1 -2 1 4 -2
12 17 -1 -2 1 4 2
15 20 +2 +1 4 1 2
14 22 +1 +3 1 9 3
130 190
r xy=
∑ xy 29
=
20
=
29
= 0,65
√ ¿ ¿ ¿ √ ( 22 ) ( 90) √ 1980 44,50
Untuk menghitung seluruh tes itu, dapat digunakan rumus Spearman Brown
sebagai berikut :
2 r 1.2
r nn = =¿ ( 2 ) ¿ ¿
1+ ( n−1 ) r 1.2
(
K S t−∑ pi. qi
)
2
ru =
K −1 S2t
Contoh:
10 orang peserta didik di tes dengan 10 butir soal bentuk objektif. Hasil
perhitungan adalah sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 49
B 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 64
C 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81
D 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 36
E 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 49
F 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 25
G 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 6 36
H 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 49
I 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 16
J 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 9
∑ 7 7 8 6 6 4 5 6 6 7 6 41
2 4
P 0,7 0, 0,8 0,6 0,6 0, 0,5 0,6 0, 0,7
7 4 6
Q 0,3 0, 0,2 0,4 0,4 0, 0,5 0,4 0, 0,3
3 6 4
Pq 0,2 0, 0,1 0,2 0,2 0, 0,2 0,2 0, 0,2
1 2 6 4 4 2 5 4 2 1
1 4 4
2
2 10 ( 414 ) −(62) 4140−3844 296
S =¿ n ∑ x −¿ ¿ ¿
t
2
= = =3,288
10 (10−1) 90 90
∑ p ∙q = 2,24