Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMENTASI

NAMA ANGGOTA : HESTY WIDYASTUTI ( 4119002)

NIKEN AYU ARIANI (4119010)

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

MATA KULIAH : PENELITIAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPUH : TRI ARIANI, M. Pd. Si.

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

KOTA LUBUKLINGGAU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


1.1 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:135) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai berikut:
“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala”. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan
penyebaran kuesioner serta dengan cara wawancara. Adapun skala ukuran dalam penelitian ini
adalah Skala Likert. Sugiyono (2013:136) mendefinisikan Skala Likert sebagai berikut: “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.” Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
1.2 Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut
antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau validitas isi, secara
konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara kriteria, atau dikenal dengan
validitas kriteria. a. Validitas Konten Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan
bukti pada elemenelemen yang ada pada alat ukur dan diproses dengan analisis rasional.
Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan dengan detail maka penilaian akan
semakin mudah dilakukan. Beberapa contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah
sebagai berikut.
1) Definisi operasional variabel
2) Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti
3) Jumlah soal
4) Format jawaban
5) Skala pada instrumen
6) Penskoran
7) Petunjuk pengisian instrumen
8) Waktu pengerjaan
9) Populasi sampel
10) Tata bahasa
11) Tata letak penulisan (format penulisan)
Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai
saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli
bebas memberikan penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak. Indikator bahwa suatu
instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi maupun
formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan,
maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima instrumen tanpa
perbaikan lagi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
a. Validitas Konstruk
Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil pengukuran
yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian validitas konstruk
mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori. Jika definisi telah berlandaskan teori yang
tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen dinyatakan valid
secara validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
b. Validitas Kriteria
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah dikembangkan
dengan instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen
yang telah dikembangkan. Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas
kriteria:
1) Validitas Kriteria Prediktif dan
2) Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent) (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian instrumen
dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada waktu yang
berbeda, maka disebut dengan validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian instrumen
dengan kriterianya dilakukan pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan validitas
kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji instrumen dan kriterianya kemudian
dihubungkan dengan uji korelasi. Berikut ini disajikan rumus korelasi untuk mencari koefisien
korelasi hasil uji instrumen dengan uji kriterianya.

rxy = koefisien korelasi


n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada instrumen
yi = skor setiap item pada kriteria
Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien validitas (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012). Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00 sampai -1,00. Nilai koefisien +1,00
mengindikasikan bahwa individu pada uji instrumen maupun uji kriteria, memiliki hasil yang
relatif sama, sedangan jika koefisien validitas bernilai 0 mengindikasikan bahwa tidak ada
hubungan antara instrumen dengan kriterianya. Semakin tinggi nilai koefisien validitas suatu
instrumen, maka semakin baik instrumen tersebut.
2. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa uji reliabilitas. Beberapa uji
reliabilitas suatu instrumen yang bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen, dan internal
consistency. Internal consistency sendiri memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik
uji relibilitas internal consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, dan Alfa Cronbach.
Namun, setiap uji memiliki kriteria instrumen seperti apa yang bisa diuji dengan teknik
tersebut.
a. Test-Retest
Pengujian reliabilias dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan satu jenis
instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama. Reliabilitas instrumen diukur
dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan selanjutnya. Instrumen
dinyatakan reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi antara hasil uji
pertama dengan hasil uji selanjutnya diuji dengan korelasi Product Moment untuk mencari
koefisien korelasinya.
Rumus korelasi Product Moment yang digunakan seperti tersaji di bawah ini

Signifikansi koefisien korelasi dapat ditentukan dengan dua cara. Cara pertama dengan
membandingkan koefisien korelasi dengan tabel r Product Moment. Dikatakan signifikan jika
nilai r hitung lebih besar saat dibandingkan dengan r tabel pada tabel r Product Moment (ri >
rt). Cara kedua dengan uji t (Sugiyono, 2014).
Berikut ini disajikan rumus uji t.

Setelah nilai uji t hitung diperoleh, nilai tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
harga t tabel. Nilai t tabel yang digunakan disesuaikan dengan signifikansi penelitian yang
digunakan. Signifikansi yang tersedia pada t tabel antara lain 0,50; 0,25; 0,20; 0,05; 0,02; 0,01;
dan 0,0005. Namun, biasanya, dalam penelitian pendidikan, nilai signifikansi yang digunakan
yaitu 0,01 atau 0,05. Derajat kebebasan (dk) merupakan hasil jumlah responden dikurangi dua
(dk = n – 2). Signifikansi korelasi antara dua instrumen termasuk signifikan apabila t hitung >
dari t tabel (t > tt) (Sugiyono, 2014).
b. Equivalent
Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen (sebanding/sepadan). Percobaan dilakukan satu kali
saja pada responden yang sama. Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan instrumen satu dengan percobaan instrumen yang lainnya. Instrumen dinyatakan
reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Pengujian koefisien korelasi dan
signifikansinya dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan rumus korelasi Product
Moment dan diuji signifikansinya menggunakan r tabel atau uji t.
c. Internal Consistency
Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown, KR 20, KR 21, atau dengan teknik
Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut kemudian dianalisis dengan teknik tertentu tergantung
jenis instrumennya.
1) Spearman Brown (Split Half)
Pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency teknik split half dari
Spearman-Brown dilakukan pada instrumen yang memiliki satu jawaban benar.
Instrumen tersebut misalnya pilihan ganda, mencocokkan, dan yang lainnya yang
hanya memiliki satu jawaban benar. Uji reliabilitas menggunakan teknik spit half
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian
kemudian hasil uji dibagi menjadi dua. Pembagian ini biasanya didasarkan pada soal
ganji-genap. Pertama koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil dengan soal genap
dihitung menggunakan rumus (2). Koefisien ini menggambarkan derajat kesamaan
hasil antara kedua belahan yang menggambarkan konsistensi internal dari sebuah
instrumen. Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung menggunakan rumus yang dikenal
dengan istilah Spearman Brown.
Berikut ini disajikan rumus Spearman Brow

Suatu instrumen dikatakan reliabel saat nilai koefisien reliabilitas Spearman-


Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien reliabilitas Spearman-Brown
kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah dengan soal yang sesuai dengan aslinya
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
2) KR 20 dan KR 21
Teknik pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency yang selanjutnya
dibahas adalah teknik Kuder Richardson atau sering disingkat KR. Instrumen yang
dapat diuji reliabilitasnya menggunakan KR adalah instrumen dengan satu jawaban
benar saja. Rumus KR yang sering digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua teknik
KR tersebut memiliki kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan rumusnya.
Saat instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal memiliki tingkat kesulitan
yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis reliabilitasnya menggunakan rumus KR
20 (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Berikut ini disajikan rumus KR 20 (Sugiyono,
2014).
Saat instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat kesulitasn yang sama untuk
setiap item soal, maka untuk menguji relibilitasnya digunakan rumus KR 21. Berikut
disajikan rumus KR 21 (Sugiyono, 2014).

Menurut Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila nilai koefisien reliabilitas KR lebih dari 0,70 (ri > 0,70).
3) Alfa Cronbach
Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk
instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion, 2013).
Instrumen tersebut misalnya instrumen berbentuk esai, angket, atau kuesioner. Rumus
koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai berikut.
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa Cronbach untuk
instrumen yang reliabel. Menurut Nunnally (dalam Streiner, 2003) menyatakan bahwa
instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri
> 0,70) dan Streiner sendiri (2003) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach, tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9).
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70), Tavakol
& Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau menghilangkan item soal yang
memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah menentukan item soal tersebut adalah
dengan bantuan program di komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih
dari 0,90 (ri > 0,90), mereka pun memiliki saran. Mereka menyarankan untuk
mengurangi jumlah soal dengan kriteria soal yang sama meskipun dalam bentuk
kalimat yang berbeda.
1.3 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
1. Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka.1 yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran
umum obyek penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, letak geografis
obyek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan
sarana dan prasarana, standart penilaian serta pelaksanaan Assessmen kelas, dan
efektivitas pembelajaran PAI.
b. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,
yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau
berbentuk angka.2 Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah: Jumlah
guru, siswa dan karyawan, jumlah sarana dan prasarana, dan hasil angket.
1.4 Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian
Sesuai dengan penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Teknik Pengumpulan Data Menurut Maryadi dkk (2010:14), Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan
diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. Menurut Sugiyono
(2005:62), “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang
diperlukan dari narasumber dengan menggunakan banyak waktu. Penggumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini akan dijelaskan teknik-
teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut.
a. Teknik Observasi.
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observsi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi peneliti
dapat mengetahui kegiatan pengamen jalanan yang berada di Surakarta, dalam
kesehariannya melakukan mengamen. Berdasarkan pemaparan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar
mencapai hasil yang maksimal.
b. Teknik Wawancara.
Menurut Sugiyono (2010:194), Pengertian wawancara sebagai berikut:
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan
melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan terstruktur
karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Wawancara
pada penelitian ini dilakukan pada pengamen jalanan, petugas LIMNAS, dan
PKL di alun-alun selatan keraton hadiningrat kota Surakarta. Metode
wawancara yang digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang
diperoleh yaitu data tentang profil pengamen jalanan di surakarta. Wawancara
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan langsung oleh peneliti dan
mengharuskan antara peneliti serta narasumber bertatap muka sehingga dapat
melakukan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan pedoman
wawancara.
c. Dokumentasi.
Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasi yang
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh
peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013:240),
dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari
seseorang. Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan
cara mengumpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang
mengetahui tentang narasumber, misal LSM. Metode dokumentasi menurut
Arikunto (2006:231) yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda
dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat para ahli dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan
suatu hal dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal
media cetak membahas mengenai narasumber yang akan diteleti. Penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data tentang profil
pengamen jalanan di kota Surakarta.
d. Metode Angket
Metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.12 Peneliti menggunakan
metode ini untuk mencari data yang berhubungan langsung dengan keadaan
subyek yang berupa pengaruh Assessmen kelas terhadap keefekifitasan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di kelas VIII A SMP Muhammadiyah
4 Gadung Surabaya.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2006:102), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur kejadian (variabel penelitian) alam maupun sosial yang
diamati. Menurut Sanjaya (2011:84), Instrumen penelitian adalah alat yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri.
a. Teknik Analisa Prosentase
Semua data-data yang berhasil dikumpulkan dari sumber-sumber penelitian
akan dibahas oleh penulis dengan menggunakan metode analisis deskriptif,
yaitu menjelaskan data-data yang diperolehnya dengan menggunakan
perhitungan prosentase atau biasa disebut frekuensi relatif. Sebelum penulis
menjabarkan hasil data secara korelasi product moment, maka sebelumnya
penulis akan menghitung nilai frekuensi prosentasi relatif atas penelitian
sebagai bentuk table prosentase. Teknik ini untuk menjawab pertanyaan pada
rumusan masalah nomor 1 dan 2 Untuk memperoleh frekuensi relatif,
digunakan rumus: Rumusannya adalah sebagai berikut:
P = F / N x 100 %.
Keterangan: P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden

1.5 Uji Coba Instrumen Penelitian


Instrument yang akan diuji adalah instrument Gaya Kepemimpinan Manajer,
seperti contoh didepan instrument tersebut diasumsikan telah disetujui oleh para
ahli. Oleh karena itu instrument telah dicobakan kepada 30 responden dan hasilnya
ditunjukkan pada tabel.
Instrument terdiri dari 18 butir (Item), dimana tiap butir disiapkan 4 interval
jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 4.
a. Pengujian Validitas Instrumen
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam
tabel telah ditunjukan skor totalnya yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Dalam hal analisis item ini Masruh (1979) , menyatakan “Teknik korelasi untuk
menentukan validitas item, ini sampai sekarang merupakan yang paling banyak
digunakan”. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah
r = 0,3. Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka dalam
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan data yang terkumpul dari 30 responden yang ditunjukkan dalam


table, maka terdapat 18 koefisien korelasi (jumlah 18 butir). Hasil analisis item
ditunjukkan pada tabel berikut :
Dari tabel tersebut dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor
total = 0,71 antara butir 2 dengan skor total = 0,63 dan seterusnya. Korelasi
yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang rumusnya dapat dilihat
pada bab analisis data. Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi
sama dengan 0,3 atau kebih (paling kecil 0,3) maka butir instrument dinyatakan
valid. Dari ujicoba tersebut ternyata koefisien korelasi semua butir skor total
diatas 0,3, sehingga semua butir instrument gaya kepemimpinan dinyatakan
Valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah butir 1 dengan koefisien
korelasi 0,71 dan yang paling rendah adalah butir 8 dengan koefisien korelasi
0,31
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan internal consistency dengan
Teknik Belah Dua (split half) yang dianalisis dengan rumus spearman Brown.
Untuk keperluan itu maka butir-butir instrument dibelah menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap.
Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Jadi
yang dikorelasikan adalah : 31, 28, 18, …., 30, 21 dengan 29, 27, 14, …. , 27,
24. Maka didapat koefisien korelasinya 0,68. Koefisien korelasi ini selanjutnya
dimasukkan dalam rumus Spearman Brown
2 x rb 2 x 0,68
r 1= = =0,809
1+ rb 1+0,68
Jadi reliabilitas instrument gaya kepemimpinan = 0,809. Karena berdasarkan uji
coba instrument ini sudah valid dan realibel seluruh butirnya, maka instrument
dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

1.6 Validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian


Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliable
dengan instrument yang valid dan reliable. Hasil penelitian yang valid bila terdpat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungghunya terjadi objek
yang diteliti. Jika dalam objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul
memberikandata berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil
penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Jika
dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna
merah.
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran memang alat untuk panjang. Meteran tersebut menjadi
tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrument yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrument
yang tidak reliabel/konsisten.
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan
data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument
yang valid dan realibel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapat hasil penelitian
yang valid dan reliabel, hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian ,enjadi
valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan
kemampuan orang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Oleh karena
itu peneliti harus mampu mengendalikan objek yang teliti dan meningkatkan
kemampuan dan menggunakan instrument untuk mengukur variabel yang diteliti.
instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian
ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel)
tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak.
Realibilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh
karena itu walaupun isntrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian
reabilitas instrumen perlu dilakukan. Adapun skema tentang instrumen yang baik dan
cara pengujiannya ditunjukan pada gambar berikut :
Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity
(validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen
yang non-test yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas
konstruksi (construct). Insstrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang
didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas organisasi, maka perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas organisasi. Setelah itu disiapkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi yang sesuai dengan
definisi yang telah dirumuskan itu.
Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah
instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar
dan mengukur efektivitas pelaksaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen
prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka instrumen harus
disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang
digunakan untuk mengetahui pelaksaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai