Anda di halaman 1dari 6

NAMA: DINDA NAHARIN RAHMA RAMDHANIA

NIM : I71219041

KELAS: IP B /SEM 3

SUMMERY PERTEMUAN KE 12 ( MATERI KELOMPOK 10 )

“VALIDITAS DAN REALIBILITAS INSTRUMEN”

A. DEFINISI VALIDITAS

Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran
tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur. Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes
pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat
kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes
mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur,
akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana (2004: 12) menyatakan
bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai
sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan
tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau
pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan
atau pengambilan keputusan tertentu. Tes masuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan
dengan seberapa jauh tes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau hasil belajar para
calon peserta didik baru setelah belajar nanti. 1

B. DEFINISI RELIABILITAS INSTRUMEN

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Nur
(1987: 47) menyatakan bahwa reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi
individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian
dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen. Azwar (2003 : 176) menyatakan bahwa
reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik.
Arifin (1991: 122) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan

1
Zulkifli Matondang, VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN, JURNAL
TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, hal. 93
hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah
kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana
inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap
kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur
berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada
inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda.
Sudjana (2004: 16) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau
keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian
tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.2

C , CARA PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

instrumen dapat diuji dengan beberapa uji reliabilitas. Beberapa uji reliabilitas suatu
instrumen yang bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen, dan internal consistency.
Internal consistency sendiri memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik uji relibilitas
internal consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, dan Alfa Cronbach. Namun,
setiap uji memiliki kriteria instrumen seperti apa yang bisa diuji dengan teknik tersebut.

1.)Test-Retest Pengujian reliabilias dengan testretest dilakukan dengan cara mencobakan satu
jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama. Reliabilitas instrumen
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan selanjutnya.
Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi antara
hasil uji pertama dengan hasil uji selanjutnya diuji dengan korelasi Product Moment untuk
mencari koefisien korelasinya.

Rumus korelasi Product Moment yang digunakan seperti tersaji di bawah ini. rxy = koefisien
korelasi Product Moment

n = jumlah responden

xi = skor setiap item pada percobaan pertama

yi = skor setiap item pada percobaan selanjutnya

Signifikansi koefisien korelasi dapat ditentukan dengan dua cara. Cara pertama dengan
membandingkan koefisien korelasi dengan tabel r Product Moment. Dikatakan signifikan jika

2
Zulkifli Matondang, VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN, JURNAL
TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, hal. 93
nilai r hitung lebih besar saat dibandingkan dengan r tabel pada tabel r Product Moment (ri >
rt). Cara kedua dengan uji t. Berikut ini disajikan rumus uji t.

t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden

Setelah nilai uji t hitung diperoleh, nilai tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel. Nilai t tabel yang digunakan disesuaikan dengan signifikansi penelitian yang
digunakan. Signifikansi yang tersedia pada t tabel antara lain 0,50; 0,25; 0,20; 0,05; 0,02;
0,01; dan 0,0005. Namun, biasanya, dalam penelitian pendidikan, nilai signifikansi yang
digunakan yaitu 0,01 atau 0,05. Derajat kebebasan (dk) merupakan hasil jumlah responden
dikurangi dua (dk = n – 2). Signifikansi korelasi antara dua instrumen termasuk signifikan
apabila t hitung > dari t tabel (t > tt).

1.) Equivalent Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen (sebanding/sepadan).
Percobaan dilakukan satu kali saja pada responden yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan instrumen satu
dengan percobaan instrumen yang lainnya. Instrumen dinyatakan reliabel jika
koefisien korelasi positif dan signifikan. Pengujian koefisien korelasi dan
signifikansinya dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan rumus
korelasi Product Moment dan diuji signifikansinya menggunakan r tabel atau
uji t.
2.) Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown, KR 20,
KR 21, atau dengan teknik Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut kemudian
dianalisis dengan teknik tertentu tergantung jenis instrumennya.
a. Spearman Brown (Split Half) Pengujian reliabilitas dengan uji internal
consistency teknik split half dari Spearman-Brown dilakukan pada
instrumen yang memiliki satu jawaban benar. Instrumen tersebut misalnya
pilihan ganda, mencocokkan, dan yang lainnya yang hanya memiliki satu
jawaban benar. Uji reliabilitas menggunakan teknik split half dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian
kemudian hasil uji dibagi menjadi dua. Pembagian ini biasanya didasarkan
pada soal ganji-genap. Pertama, koefisien korelasi dari kumpulan soal
ganjil dengan soal genap dihitung menggunakan rumus (2). Koefisien ini
menggambarkan derajat kesamaan hasil antara kedua belahan yang
menggambarkan konsistensi internal dari sebuah instrumen. Kemudian,
koefisien reliabilitas dihitung menggunakan rumus yang dikenal dengan
istilah SpearmanBrown.
Berikut ini disajikan rumus SpearmanBrown
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan genap
(lihat rumus (2))
Suatu instrumen dikatakan reliabel saat nilai koefisien reliabilitas
Spearman-Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien reliabilitas
Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah dengan
soal yang sesuai dengan aslinya.
b. KR 20 dan KR 21 Teknik pengujian reliabilitas dengan uji internal
consistency yang selanjutnya dibahas adalah teknik Kuder Richardson atau
sering disingkat KR. Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya
menggunakan KR adalah instrumen dengan satu jawaban benar saja.
Rumus KR yang sering digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua teknik
KR tersebut memiliki kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan
rumusnya. Saat instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal
memiliki tingkat kesulitan yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis
reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20 Berikut ini disajikan rumus KR
20.
ri = reliabilitas internal instrumen
k = jumlah item soal dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab setiap item soal
qi = 1 - pi
st 2 = varians total = , dengan x adalah nilai setiap soal dan n adalah
jumlah responden. Saat instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat
kesulitasn yang sama untuk setiap item soal, maka untuk menguji
relibilitasnya digunakan rumus KR 21. Berikut disajikan rumus KR 21.
ri = reliabilitas internal instrumen
k = jumlah item soal dalam instrumen
M = rata-rata skor total
st 2 = varians total
Menurut Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila nilai koefisien reliabilitas KR lebih dari 0,70 (ri > 0,70).
c. Alfa Cronbach Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach
dilakukan untuk instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1.
Instrumen tersebut misalnya instrumen berbentuk esai, angket, atau
kuesioner. Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai
berikut.
ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach
k = jumlah item soal
∑si 2 = jumlah varians skor tiap item
st 2 = varians total Rumus varians item dan varians total,
si 2 = varians tiap item
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
n = jumlah responden
st 2 = varians total
Xt = skor total
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach untuk instrumen yang reliabel. Menurut Nunnally (dalam
Streiner, 2003) menyatakan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika
koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri > 0,70) dan Streiner
sendiri (2003) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas Alfa Cronbach,
tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9).
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70),
Tavakol & Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau
menghilangkan item soal yang memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah
menentukan item soal tersebut adalah dengan bantuan program di
komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,90 (ri >
0,90), mereka pun memiliki saran. Mereka menyarankan untuk
mengurangi jumlah soal dengan kriteria soal yang sama meskipun dalam
bentuk kalimat yang berbeda.3
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli Matondang, VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN, JURNAL


TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, hal. 93

Febrianawati Yusup, UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN KUANTITATIF,


Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan e-ISSN: 2548-
8376 Vol. 7 No. 1. Hal.19-22.

3
Febrianawati Yusup, UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN KUANTITATIF,
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan e-ISSN: 2548-
8376 Vol. 7 No. 1. Hal.19-22.

Anda mungkin juga menyukai