Anda di halaman 1dari 11

Nama : Arinta Briliana Prabawanti

NIM : 4201418053
MatKul : Evaluasi Pembelajaran Fisika
Review Validitas dan Relibilitas

1. Validitas
Validitas alat ukur dimaksudnya untuk mengetahui apakah alat ukur sudah dapat
mengukur apa yang hendah diukur. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika ia benar-
benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Tiga jenis validitas: Validitas Isi, Validitas Konstruk, dan Validitas Kriteria
a. Validitas Isi
Validitas isi adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen mewakili komponen-
komponen dalam keseluruhan isi objek yang akan diukur. Validitas ini bertujuan
untuk membuktikan kevalidan isi instrumen dengan menggunakan kesepakatan
para ahli sebelum instrumen diujicobakan.
Macam-macam validitas isi:
1) Face validity: Kebenaran konsep yang dinyatakan dalam instrumen.
2) Logical validity: Keterwakilan indikator dari domain yang akan diukur.
Penilaian isi instrument dapat dilakukan minimal 3 ahli dalam bidang terkait.
Misal :
Data hasil penilaan tersebut digunakan untuk membuktikan validitas isi
instrument.
Untuk membuktikan validitas isi instrument, dapat menggunakan Indeks Validasi
Aiken dan Indeks Validasi Gregory
 Menggunakan Indeks Validasi Aiken
Indeks Aiken merupakan indeks kesepakatan para ahli terhadap kesesuaian
butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur
menggunakan butir tersebut. Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-1.
Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat
dikategorikan berdasarkan indeknya. Jika V hitung lebih besar dari pada V
table, maka Instrumen valid.

Validitas per butir Validitas secara keseluruhan

V=
∑s V=
∑s
n(c−1) mn(c−1)
Keterangan:
s = r – lo
V = indeks kesepaktan ahli mengenai validitas butir
r = skor kategori pilihan ahli
lo = skor terendah dalam kategori penskoran
n = banyaknya ahli
m = banyaknya butir
c = banyaknya kategori yang dapat dipilih ahli
Dengan menggunkan rumus tersebut didapat hasil :

 Menggunakan Indeks Validasi Gregory


Dari hasil penilaian para ahli pada tabel 3., kemudian skor
tersebut dikategorikan ulang. Kategori pertama: tidak relevan (skor 1)
dan kurang relevan (skor 2) diketagorikan ulang mejadi kategori
relevansi lemah, dan kategori kedua: cukup relevan (skor 3) dan
sangat relevan (skor 4) dikategorikan ulang menjadi kategori
relevansi kuat.

Tabel 5. Kontingensi ketiga ahli pada relevansi lemah dan kuat.


Maka, koefisien validitas isi instrument dapat dihitung:
H 3
Koefisien validitasisi= = =0.6
( A+ B+C + D+ E+ F +G+ H) 5
Jika indeks kesepakatan tersebut kurang dari 0,4 maka dikatakan
validitasnya rendah, diantara 0,4-0,8 dikatakan validitasnyasedang
(mediocare) dan jika lebih dari 0,8 dikatakan tinggi. Pada kasus ini
karenakoefisien validitas isinya 0,6, maka dikatakan validitasnya sedang.

Secara statistik uji validitas isi dari instrumen penelitian dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan Bivariate Correlation Pearson dan Corrected Item-Total
Correlation.
 Bivariate Correlation Pearson
Uji ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir
pertanyaan dengan skor total butir pertanyaan, artinya suatu butir
pertanyaan dalam sebuah instrumen penelitian dikatakan valid jika
memiliki korelasi terhadap skor total dari butir pertanyaan tersebut.
 Corrected Item-Total Correlation
uji validitas corrected item-total correlation pengujiannya dilakukan
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor butir dengan skor total
dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over
estimasi.

b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana
instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang
akan diukur.
c. Validitas Kriteria
Validitas kriteria dibuktikan dengan melihat kebermanfaatan interpretasi skor
hasil pengukuran. Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua, yaitu
validitas prediktif dan validitas konkuren. Fernandes (1984) mengatakan
validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang
(predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan
tenggang waktu yang hampir bersamaan (concurrent validity).

Langkah-langkah validitas kriteria:


 Menyiapkan kriteria yang mengukur konstruk yang bersesuaian.
 Sampel diminta mengerjakan tes/instrumen yang akan dibuktikan
validitasnya juga tes yang menjadi kriteria.
 Menghitung koefisien korelasi antara skor instrumen yang akan
dibuktikan validitasnya dengan instrumen kriteria dengan rumus.

2. Relibilitas
Reliabilitas berasal dari terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata
rely dan ability. Bila digabungkan, kedua kata tersebut akan mengerucut kepada
pemahaman tentang kemampuan alat ukur untuk dapat dipercaya dan menjadi
sandaran pengambilan keputusan.
Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat
menghasilkan data penelitian yang konsisten, karena dengan konsisten lah sebuah
data dapat dipercaya kebenarannya. Jadi sebuah instrumen dapat dikatakan reliabel
jika menghasilkan data yang sama kendati digunakan dalam waktu yang berbeda
asalkan karakteristik dari subjek adalah sama. Sebagai contoh alat pengukur suhu
(Termometer), walaupun digunakan pada saat kapanpun akan menghasilkan data yang
sama tentang (suhu) karena memang Termometer adalah alat pengukur suhu.
Azwar (2016) mengemukakan cara melakukan uji reliabilitas data penelitian secara
tradisional dapat dibagi kedalam tiga jenis yaitu, metode tes ulang, bentuk paralel dan
metode penyajian tunggal.
a. Metode Tes Ulang
metode tes ulang merupakan penggunaan instrumen penelitian yang dilakukan
secara berulang pada subyek yang sama. Asumsi dari metode tes ulang adalah
instrumen penelitian yang reliabilitas akan konsisten jika digunakan secara
berulang. Wakatu pengulangan harus ideal, jika waktu yang digunakan terlalu
dekat untuk melakukan tes ulang dikhawatirkan hasil tidak akan maksimal karena
responden masih mengingat apa yang pernah di isi sebelumnya, sedangkan kalau
waktu untuk melakukan tes ulang terlalu lama maka fenomena atau kondisi yang
dirasakan oleh responden telah berbeda.
b. Metode Bentuk Paralel
Metode validitas ini dilakukan dengan cara membuat dua alat ukur, untuk
mengukur variabel yang sama. Setelah data terkumpul untuk mengetahui tingkat
reliabilitasnya dilakukan korelasi antara alat ukur 1 dengan alat ukur 2.Jika
keduanya memiliki korelasi yang tinggi maka dapat dipastikan alat ukur dapat
dinyatakan reliabel.
c. Metode Penyajian Tunggal
Metode penyajian tunggl dilakukan dengan pengambilan keputusan berdasarkan
hasil pengumpulan data dari satu instrumen dan dilakukan satu waktu. Metode
penyajian tunggal atau menurut Singarimbun dan Effendi (2016) disebut dengan
metode belah dua merupakan metode estimasi reliabilitas melalui penyajian
tunggal yang bertujuan untuk melihat tingkat konsistensi butir pernyataan dalam
sebuah instrumen.
Azwar (2016) menawarkan beberapa teknik dalam melakukan pembelahan dalam
uji reliabilitas dalam metode pembelahan tunggal. Cara tersebut antara lain
sebagai berikut:
1.) Pembelahan Cara Acak, Persyaratan utama dalam melakukan pembelahan
secara acak adalah butir pernyataan haruslah homogen. Homogen mencakup
isi, tingkat kesulitan dan tingkat daya beda dari butir pertanyaan dalam sebuah
instrumen penelitian.
2.) Pembelahan Ganjil Genap, pembelahan butir instrumen berdasarkan nomor
urutnya saja. Dimana butir instrumen bernomor genap dijadikan belahan
pertama dan butir instrumen dengan nomor ganjil dikelompokkan pada
belahan kedua.
3.) Pembelahan Matched-Random Subsets, Metode ini umumnya digunakan pada
instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dan
koefisien korelasi skor butir dengan skor total instrumen penelitian.
Pembelahan cara ini dilakukan hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengetahui taraf kesukaran butir dan korelasi butir dengan skor total
instrumen. Setelah diketahui maka dapat diidentifikasi butir mana yang
memiliki tingkat kesukaran paling tinggi atau butir mana yang paling mirip.
Butir yang memiliki kesulitan kemudian dipisahkan untuk dimasukkan pada
belahan satu dan belahan dua, begitu juga dengan tingkat kesulitan.
Selain menawarkan metode pembelahan di atas Azwar (2016) juga menawarkan
beberapa formula yang dapat digunakan dalam menghitung korelasi uji
reliabilitas dengan cara pembelahan. Formula tersebut di antaranya adalah

 Formula Spearman-Brown
Formula Spearman-Brown dapat digunakan untuk instrumen dengan
alternatif jawaban dikotomi ataupun non dikotomi. Formula ini juga
dapat digunakan pada metode pembelahan tes yang dilakukan dengan
cara ganjil-genap dan matched-random sub tes serta belahan yang
dihasilkan adalah paralel (Azwar, 2016). Selain itu Formula Spearman-
Brown dapat menghasilkan reliabilitas yang tepat jika koefisien korelasi
yang dihasilkan tinggi. Formula dari Spearman-Brown adalah sebagai
berikut:
2(r y1 y 2)
r xx =
'
(1+r y 1 y 2)
Dimana
r xx : Koefisien reliabilitas Spearman-Brown
'

r y 1 y 2: Koefisien korelasi antar skor kedua belahan


 Formula Alpha (α)
Formula Spearman-Brown mensyaratkan agar setiap belahan memiliki
sifat paralel. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka dapat
menggunakan formula Alpha (α)(Azwar, 2013). Namun formula ini
dapat digunakan jika terpenuhinya asumsi τ-equivalent. Indikasi dari
terpenuhinya asumsi τ-equivalent adalah adanya kesetaraan varian skor
antar kedua belahan. Jika asumsi τ-equivalent tidak terpenuhi maka
koefisien reliabilitas α yang diperoleh merupakan koefisien yang under
estimasi terhadap reliabilitas pengukuran yang sebenarnya (reliabilitas
yang sebenarnya ada kemungkinan lebih tinggi dari pada koefisien hasil
perhitungan) (Azwar, 2016).
Formula Alpha (α) untuk belahan dua bagian dan sama panjang adalah
sebagai berikut:
( S y1 + S y 2 )
2 2

α=
Sx 2

Dimana
S y 1 dan S y2
2 2 : Varian skor belahan 1 dan belahan 2
Sx 2 : Varian skor tes
Selain untuk menguji reliabilitas dengan instrumen yang dibagi dua,
formula Alpha (α) juga dapat digunakan untuk instrumen yang dibagi
tiga. Formula ini juga dapat digunakan apabila terpenuhinya asumsi τ-
equivalent. Formula Alpha (α) untuk belahan tiga bagian dan sama
panjang adalah sebagai berikut:
3
α=
( 2)(
1−S y 12
+ S y2 + S y 3 )
2 2

Sx 2

Dimana
S y 1 , S y2 dan S y 3 : Varian skor belahan 1, belahan 2 dan belahan 3
2 2 2

Sx 2 : Varian skor tes


Adapun untuk instrumen yang tidak dapat dibelah menjadi dua atau tiga
dan sama panjang maka instrumen dapat langsung diuji dengan
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
 Formula Rulon
Formula ini diusulkan oleh Rulon (1939). Perbedaan dengan formula
sebelumnya dengan formula ini adalah estimasi reliabilitas dengan belah
dua tidak diperlukan asumsi bahwa kedua belahan memiliki sifat τ-
equivalent (Azwar, 2016). Formulasi Rulon adalah sebagai berikut:
1−S d 2

r xx = '
Sx 2

Dimana
Sd 2 : Varian perbedaan skor kedua belahan
Sx 2 : Varian skor tes
d : Perbedaan skor kedua belahan
 Formula Kuder-Richardson
Formula ini digunakan jika suatu instrumen hanya memiliki butir-butir
pernyataan yang sedikit dan skor setiap butir adalah dikotomi. Jumlah
butir yang sedikit berdampak pada pembelahan yang tidak efektif, karena
jika instrumen dibelah menjadi dua setiap bagian menjadi tidak setara
dan jika dibelah lebih dari dua mengakibatkan jumlah butir dalam tiap
belahan terlalu sedikit. Sehingga cara yang paling tepat adalah dengan
membelah instrumen sebanyak jumlah butir. Artinya setiap belahan
hanya terdiri dari satu butir pernyataan. Pada kondisi semacam inilah
formula Kuder-Richardson dapat digunakan untuk melakukan uji
reliabilitas. Ada dua formula Kuder-Richardson yaitu formula Kuder-
Richardson-20 (KR-20) dan Kuder-Richardson-21 (KR-21)
Formulanya Kuder-Richardson-20 (KR-20) adalah sebagai berikut:

∑ p(1− p)
KR−20= [ ][
k
k −1
1−
Sx 2 ]
Dimana
Sx 2 : Varian skor tes
k : banyaknya butir dalam tes
p : proporsi subjek yang mendapat angka 1 padasuatu butir
Koefisien yang dihasilkan pada formula KR-20 merupakan rata-rata dari
koefisien reliabilitas yang dihitung dari semua kombinasi cara belah dua
apabila mungkin untuk dilakukan. Sementara itu untuk formula KR-21
perhitungannya menggunakan rata-rata harga p yaitu p dari keseluruhan
butir pernyataan dalam instrumen. Formula KR-21 adalah sebagai
berikut:
k
KR−21= [ ]
k−1
¿

Dimana
Sx 2 : Varian skor tes
k : banyaknya butir dalam tes
p̅ : rata-rata p yang diperoleh dari Σp/k
 Formula Feldt
Formula ini dapat digunakan untuk mengatasi persoalan dari formula
spearman-Brown dan formula Rulon. Kedua formula tersebut
mensyaratkan pembelahan harus sama panjang. Dalam kasus instrumen
penelitian tidak dapat dibelah menjadi dua atau tiga maka formula Feldt
dapat digunakan asalkan belahan tersebut masih homogen dan data
diperoleh pada subyek yang banyak jumlahnya (Azwar, 2016).Formula
Feldt adalah sebagai berikut:
4(S y 1 y2 )
r xx ' = 2
S x −{( S y 1 −S y 2 ) /S x }
2 2 2

Dimana
S x : Deviasi standar skor tes
S y 1 : Varians skor pada belahan 1
2

S y 2 : Varians skor pada belahan 2


2

S y 1 y 2 : kovarians skor pada belahan 1 dan 2


 Formula Kristof untuk Belah Tiga
Instrumen dengan jumlah butir pernyataan yang berjumlah ganjil jika
dibelah dua maka menghasilkan dua bagian yang tidak sama banyaknya.
Dua belahan pada jumlah butir yang tidak genap ini maka tidak
memenuhi asumsi τ-equivalent dan juga tidak paralel sehingga tidak
dapat menggunakan formula α namun dapat menggunakan formula Feldt
(Azwar, 2016).
Selain formula Feldt, dalam hal butir dalam instrumen tidak berjumlah
genap dan memiliki butir yang cukup banyak maka salah satu pilihannya
adalah membelahnya menjadi tiga bagian. Walaupun ketiga bagian tidak
berisi butir yang sama banyaknya formula ini dapat digunakan asalkan
butir pernyataan dalam instrumen adalah homogen (Azwar, 2016).
Formula Kristof untuk belah tiga adalah sebagai berikut:
S y1 y 2 S y 1 y3 S y1 y 2 S y 2 y3
St =
2 + + 2(S y 1 y 2+ S y1 y 3 + S y 2 y 3)
Sy2y3 Sy1 y3
Dimana
S y 1 y 2 : kovarians belahan y1 dan y2
S y 1 y 3 : kovarians belahan y1 dan y3
S y 2 y 3 : kovarians belahan y2 dan y3

 Formula Hoyt
Formula ini menurut Arikunto (2013) digunakan untuk menghitung
reliabilitas jika sebuah instrumen penelitian menggunakan penskoran 1
dan 0. Formula koefisien reliabilitas Hoyt adalah sebagai berikut:
Vs V −V s
r 11 =1− ataur 11 =1− r
Vr Vr
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas seluruh soal
V r = Varians responden
V s =Varians sisa

Anda mungkin juga menyukai