Anda di halaman 1dari 2

Ketika peneliti telah menentukan dan membuat instrumen penelitian, langkah berikutnya adalah

merencanakan untuk menguji instrumen tersebut.


Perbedaan bahasa, budaya dan karakteristik responden akan mempengaruhi validitas dan
reliabilitas suatu instrumen.
Instrumen yang telah terbukti valid dan reliabel dengan penggunaan bahasa formal tingkat tinggi
belum tentu memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang sama jika digunakan pada populasi
lanjut usia dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Uji instrumen dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian tetapi memiliki
karakteristik yang sama dengan responden yang akan terlibat dalam penelitian.
Responden untuk uji instrumen ini diambil dari populasi yang sama dengan responden penelitian
sehingga diasumsikan memiliki karakteristik yang sama pula.
Terdapat 2 tipe kesalahan (error) dalam pengukuran yaitu sistematic error dan random error.
1. Sistematic error berhubungan dengan ketepatan suatu alat ukur dalam pengukuran (validitas).
2. Random error berhubungan dengan konsistensi suatu instrumen jika digunakan untuk
mengukur beberapa kali (reliabilitas).
VALIDITAS
Validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatau instrumen, artinya suatau instrumen
dilakukan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
terdapat 2 tipe validitas instrumen,
1. Validitas yang berhubungan dengan teori (Theory-related validity) merupakan
keseluruhan dari validitas suatu instrumen yang membuktikan bahwa instrumen mengukur
apa yang seharusnya diukur. 3 tipe validitas ini, yaitu :
a. Face validity ( validitas rupa )
lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen
ditentukan berdasarkan pendapat responden
b. Content validity (validitas isi )
menunjukan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewakili semua unsur
dimensi konsep yang sedang diteliti.
dilakukan dengan meminta pendapat pakar pada bidang yang sedang diteliti.
c. Construct validity (validitas konstruk )
menunjukan bahwa instrumen disusun rasional berdasarkan konsep yang mapan.
Instrumen yang memiliki validitas konstruk mampu membedakan nilai/ hasil
pengukuran antara satu individu dengan individu lainnya yang memang berbeda.
Misalnya instrumen kualitas hidup yang mampu membedakan individu yang memiliki
kualitas hidup yang baik dan yang kurang baik.
2. Validatas yang berhubungan dengan kriteria (Criterion-related validity) , mencakup
bukti empirik yang mendukung validitas suatu instrumen. Terdapat 2 tipe validitas:
a. Concurrent validity
merupakan validitas alat ukur dengan membandingkannya dengan alat ukur yang sudah
terbukti valid (gold standar).
dilakukan ketika peneliti mendapatkan instrumen baku namun dirasa terlalu luas, rumit
dan memerlukan waktu yang lama untuk menjawabnya. Sehingga peneliti mencoba
mengembangkan instrumen baru yang lebih jelas dan waktu yang lebih singkat untuk
menjawab pertanyaannya.
b. Predictive validity
Yaitu ketepatan instrumen menghasilkan data yang mampu memprediksi kejadian
(event) dimasa yang akan datang.
Validitas ini dinilai dengan mengukur suatu yang terjadi saat ini kemudian
menghubungkannya dengan kejadian di waktu yang akan datang.
Misalnya instrumen untuk mengukur status bayi baru lahir (APGAR skor). Instrumen
APGAR dikatakan memiliki predictive value yang tinggi jika bayi baru baru lahir
dengan skor APGAR yang baik mengalami tingkat kegagalan organ yang kecil
dibandingkan dengan bayi dengan skor APGAR yang lebih rendah.
5 metode untuk menentukan validitas konstruk suatu alat ukur (Gregory, 2000), yaitu :
1. Correlations between a measure of the construct and designated, dengan mengkorelasikan
skor instrumen dengan pengukuran kinerja responden pada hal tertentu.
2. Perbedaan antara kelompok ( Differentiation between groups), dengan cara
membandingkan nilai rata rata antar kelompok yang secara latar belakang jauh berbeda.
3. Analisis faktor ( Factor analysis ), bertujuan untuk meringkas instrumen sehingga menjadi
suatu skala yang lebih kecil dan ringkas.
4. Convergent and discriminant validatio, dengan mengkorelasikan skor instrumen yang
dikembangkan dengan alat ukur lain yang memilki konstruk yang tumpang tindih.
5. Konsistensi internal ( Internal consistency), dengan cara mengkorelasikan setiap item
dengan skor total skala. Metode ini sama dengan yang dilakukan dalam analisis item.
RELIABILITAS
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.
Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen
digunakan kembali secara berulang.
Untuk dapat digunakan dalam suatu penelitian setidaknya instrumen memiliki nilai reliabilitas
diatas 0,8 bahkan jika digunakan untuk uji diagnostik nilai reliabi;itas sebaiknya diatas 0,90.
Menurut Anastasi dan Albina (1997) error yang mungkin terjadi dalam perhitungan reliabilitas
dengan koefisien alpha adalah :
1. Content sampling error (kesalahan yang terjadi karena pemilihan item yang kurang baik
dalam suatu instrument)
2. Content heterogenity error (kesalahan yang terjadi karena dimensi perilaku pada item yang
tidak homogen. Hal ini menyebabkan interpretasi skor responden menjadi ambigu)
2 prosedur uji reliabilitas yaitu :
1. prosedur dengan 2 kali uji ( two test administration), meliputi test retest reliabiality dan
alternatif reliability.
2. prosedur dengan 1 kali uji meliputi : metode split-half reliabiality dan metode item covariance
(Crobach Alpha dan Formula Kuder Richardson).

STABILITAS
Diuji menggunakan uji statistik test retest correlation. Uji ini dilakukan dengan cara instrumen
digunakan mengukur sebanyak 2 kali pada sejumlah responden yang sama. Sesudah diperoleh
jawaban untuk dua kali pengukuran kemudian nilai/skor hasil pengukuran yang pertama
dikolerasikan dengan nilai/skor hasil pengukuran yang ke dua menggunakan korelasi product
moment. Nilai kolerasi yang tinggi menunjukkan stabilitas yang tinggi sepanjang waktu. Jarak
waktu antara kedua pengukuran yang ideal adalah 2 minggu.

HOMOGENITAS
Homogenity menunjukkan konsistensi internal suatu alat ukur. Konsistensi internal (homogenitas)
suatu alat ukur dapat diuji dengan beberapa prosedur antara lain metode split half, formula kuder
richardson atau cronbacha alpha. Metode Cronbach alpha tepat digunakan untuk alat ukur
multiscale seperti skala sikap (skala Likerts)

EKUIVALENSI
Penentuan ekuivalensi dengan 3 metode, antara lain : percent agreement, cohens kappa dan
pearsons product moment correlation.

Anda mungkin juga menyukai