Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Makanan Pendamping Asi (MP-ASI)

a. Pengertian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

makanan yang diberikan pada bayi yang berumur 6 bulan,

berperan penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan, daya tahan tubuh bayi(Krisnatuti, 2005).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan

kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan asupan gizinya

dalam proses tumbuh kembangnya (Utami, 2006).

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

makanan atau minuman yang mengandung sumber zat - zat

gizi, yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan

untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi selain dari air susu

ibu (ASI) (DepKes RI, 2006).

Menurut Chomaria (2014) Makanan Pendamping Asi

(MP-ASI) merupakan peralihan asupan gizi yang dari bentuk

cair susu menuju ke makanan yang semi padat seperti bubur.

b. Tujuan pemberian MP-ASI

Air Susu Ibu (ASI) hanya mampu mencukupi

kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan untuk kebutuhan gizinya


setelah itu, produksi Air Susu Ibu (ASI) semakin menurun

sedangkan kebutuhan asupan gizi bayi semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan bayi.

Tujuan pemberian MP-ASI (Soenarno, 2007) sebagai berikut

a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk bermacam-

macam makanan dariberbagai rasa dan tekstur.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah

dan menelan.

d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang

mengandung kadar energi yang tinggi.

Pada saat seorang bayi tumbuh berkembang dan

menjadi lebih aktif akan dipastikan dimana ASI saja tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan

demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi

menyeimbangkan antara kebutuhan nutrisi pada anak dengan

jumlah yang didapatkan dari Makanan Penamping ASI (MP-

ASI) (WHO ,2003) ini berarti :

1. Makanan tambahan diperlukan untuk mengisi

ketidakseimbangan asupan energi.

2. Jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat seiring

bertambahnya usia anak.

3. Jika ketidakseimbangan ini tidak dipenuhi anak akan


berhenti pertumbuhannya atau tumbuh menjadi lambat.

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah

energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi. Pemberian MP-

ASI bermanfaat untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya

kekurangan zat gizi baik makro atau mikro, memelihara

kesehatan, mencegah penyakit dan mempercepat pemulihan

bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani,

psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan

dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan

pada bayi. Pemberian MP-ASI juga bermanfaat untuk

menyesuaikan kemampuan alat pencernaaan dalam

menerima makanan tambahan dan merupakan salah satu

proses pendidikan dimana bayi belajar untuk mengunyah

dan menelan makanan padat, serta membiasakan selera dan

rasa baru sebagai masa peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Otot dan saraf di dalam mulut bayi setelah

berumur 6 bulan sudah berkembang untuk mengunyah,

menggigit, dan menelan makanan dengan baik, mulai

tumbuh gigi, senang memasukkan sesuatu ke dalam

mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru. Sistem

percernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima

MP-ASI. Enzim pemecah protein seperti asam lambung,


pepsin, lipase, enzim amilase dan sebagainya juga telah

diproduksi sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan.

United Nations Childrens Fund (UNICEF) dalam Global

Strategy for Infant and Young Child Feeding

merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan pada

bayi yaitu sebagai berikut :

a. Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30

menit setelah bayi lahir.

b. Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara

eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan

c. Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai

24 bulan.

d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24

bulan atau lebih.

c. Manfaat MP-ASI

Air Susu Ibu (ASI) hanya mampu mencukupi kebutuhan

bayi sampai usia 0-6 bulan. Setelah itu, produksi ASI

semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat

badan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang

normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi

pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 4-6

bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami

peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-


zat gizi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan

makanan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian

makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping

itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernan

memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti dan

Yenrina, 2000).

Menurut Indiarti (2008) manfaat makanan pendamping ASI

adalah :

a. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik

psikomotor, otak dan kognitif anak yang semakin

meningkat.

b. Untuk melatih keterampilan mengunyah dan menelan

pada anak.

c. Untuk belajar mengembangkan kemampuan menerima

berbagai rasa dan struktur makanan

d. Syarat Pemberian MP-ASI

Menurut Krisnatuti dan Yenrina (2000), makanan

pendamping ASI yang baik harus memenuhi beberapa

syarat, yaitu :

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.

b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta

mengandung vitamin dan mineral yang cocok.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.

d. Harganya relatif murah.


e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahanbahan yang

tersedia secara ideal.

f. Bersifat padat gizi.

g. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar

dicerna dalam jumlah sedikit.Kandungan serat kasar

yang terlalu banyak justru akan menggangu pencernaan

bayi.

e. Dampak Memberikan MP-ASI Terlalu Dini

a. Risiko Jangka Pendek

1) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi

akan menurunkan frekuensi dan intensitas

pengisapan bayi, yang merupakan risiko untuk

terjadinya penurunan produksi ASI.

2) Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI

sehingga menyebabkan defisiensi zat besi dan

anemia pada bayi.

3) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan

tidak sebersih ASI.

4) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI

sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup

karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini

memang membuat lambung penuh, tetapi memberi

nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga


kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi.

5) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih

sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat.

6) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan

lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

7) Invaginasi atau Intususeptio yaitu istilah yang

digunakan bagi Defluk atau kolik usus, ditandai

dengan kerewelan atau tangisan yang terus menerus

pada bayi karena adanya kram di dalam usus.

b. Risiko Jangka Pendek

1) Obesitas

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko

utama dari pemberian makanan yang terlalu dini

pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya

adalah terjadi kelebihan berat badan ataupun

kebiasaan makan yang tidak sehat

2) Hipertensi

Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (

15 mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat

meningkatkan drastis jika makanan telah dikenalkan.

Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan

kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya

hipertensi.

3) Arteriosklerosis
Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan

diet yang mengandung tinggi energi dan kaya akan

kolesterol serta lemak jenuh, sebaliknya kandungan

lemak tak jenuh yang rendah dapat menyebabkan

terjadinya arteriosklerosis dan penyakit jantung

iskemik

4) Alergi Makanan

Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada

umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap

makanan. Manifestasi alergi secara klinis meliputi

gangguan gastrointestinal, dermatologis, dan

gangguan pernapasan, dan sampai terjadi syok

anafilaktik (Cox, 2006).

Memberi makanan tambahan terlalu cepat atau dini menurut

WHO (2006) akan berakibat :

a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat

ini, dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika

makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit

sehingga ASI yang diproduksi sedikit.

b) Resiko infeksi meningkat.

c) Resiko diare meningkat karena makanan yang dikonsumsi

tidak sebersih ASI.

d) Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika

jarang menyusui.
f. Tanda - Tanda Bayi Sudah Siap Di Berikan MP-ASI

Menurut Almatsier, 2001 :

a) Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan

leher.

b) Sudah bisa duduk sendiri.

c) Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.

d) Lidah tetap di dalam saat sendok dimasukkan ke dalam

mulutnya.

e) Terbiasa pada tekstur dan makanan baru.

f) Menggapai makanan atau benda lain, meraih dan

memasukkannya ke dalam mulut.

g) Memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan yang

lainnya.

h) Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara

memalingkan kepala atau dengan menutup mulut rapat-

rapat.

Menurut WHO, 2003 ciri - ciri bayi sudah siap di berikan

makanan tambahan adalah sebagai berikut:

1) Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik.

2) Mulai melakukan gerakan mengunyah ke atas dan ke

bawah.

3) Suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.

4) Berminat terhadap rasa yang baru.

5) Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup


matang untuk mencerna berbagai makanan.

g. Dampak Memberikan MP-ASI Terlambat

MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi

mendapat cukup energi dan nutrient dari ASI saja. Untuk

kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pada

usia 6 bulan. Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi

cukup berkembang untuk memamah. Sebelum usia 4 bulan,

bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena

mereka belum bisa mengendalikan gerakan lidahnya dengan

baik (WHO, 2013).

Alasan MP-ASI diberikan pada usia 6 bulan, (Diah, 2006) :

a) ASI adalah salah satu makanan dan minuman yang

dibutuhkan oleh bayi sampai berumur 6 bulan.

b) Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan

dapat menghindarkan dari berbagai risiko penyakit.

c) Menunda pemberian makanan padat memberikan

kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk

berkembang menjadi lebih matang.

d) Menunda pemberian makanan padat memberikan

kesempatan pada bayi agar sistem yang dibutuhkan

untuk mencerna makanan padat dapat berkembang

dengan baik.

e) Menunda pemberian makanan padat mengurangi risiko

alergi makanan.
f) Menunda pemberian makanan padat membantu

melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat

besi.

g) Menunda pemberian makanan padat membantu

melindungi bayi dari risiko terjadinya obesitas di masa

datang.

h) Menunda pemberian makanan padat membantu para

ibu untuk menjaga kesedian ASI.

i) Menunda pemberian makanan padat membantu jarak

pada kelahiran bayi.

j) Menunda pemberian makanan padat membuat

pemberiannya menjadi lebih mudah.

h. Jenis MP-ASI

Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan oleh

menurut WHO, 2003 adalah sebagai berikut :

a) Bubur atau sup dari makanan pokok (serealia, umbi-

umbian dan buah-buahan yang bertepung).

b) Kacang-kacangan (kacang merah, kacang polong dan

kacang hijau).

c) Sumber makanan hewani (makanan dari hewan).

d) Sayuran berdaun hijau dan buah-buahan.

e) Minyak, lemak, dan gula.

i. Kebutuhan Gizi Anak Usia 0 - 24 Bulan


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang

diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada

umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan

oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi

badan. Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif

besar jika dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada

usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Tidak ada

perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-

laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan

akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia,

namun untuk protein, angka kebutuhannya bergantung pada

mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah

angka kebutuhannya. Mutu protein bergantung pada susunan

asam amino yang membentuknya, terutama asam amino

esensial.

Tabel 2.1. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi yang Dianjurkan untuk Anak
Indonesia

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus cukup dan

seimbang karena anak balita sedang mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Kebutuhan gizi

bayi usia 6-12 bulan adalah 650 kkal dan 16 gram protein.

Kandungan gizi ASI adalah 400 kkal dan 10 gram protein,

maka kebutuhan tambahan yang diperoleh dari MP-ASI

adalah 250 kkal dan 6 gram protein. Kebutuhan gizi bayi

usia 1224 bulan adalah sekitar 850 kkal dan 20 gram

protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 kkal dan 8


gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI

adalah sekitar 500 kkal dan 12 gram protein. Karbohidrat

diperlukan sebagai sumber energi dan sekitar 60-70% energi

total dianjurkan berasal dari karbohidrat.

MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi

dengan jumlah yang mencukupi. Bahan makanan hewani

seperti telur, daging, susu dan ikan mengandung protein

yang lebih tinggi dibandingkan bahan makanan nabati

seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Semakin bertambah

usia bayi maka protein yang dibutuhkan semakin meningkat.

Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan

protein sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya. MP-

ASI yang baik harus menyediakan energi yang cukup tinggi.

Hal ini dapat tercapai dengan melakukan penambahan

lemak dan gula. Lemak dapat diberikan sampai

kandungannya dapat menyediakan energi sebanyak 25%.

Lemak nabati dan asam lemak tak jenuh baik untuk

diberikan pada bayi. Lemak merupakan sumber energi

dengan konsentrasi tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber

asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta

memberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Vitamin yang

dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan

vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam

lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, sedangkan yang larut


dalam air adalah vitamin C, B1, Riboflavin, Niasin, B6, B12,

asam folat, dan vitamin lain yang tergolong vitamin B

kompleks. Mineral dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi. Unsur Fe (besi) dan I (iodium) merupakan 2 jenis

mineral bayi yang jarang terpenuhi sehingga mengakibatkan

anemia dan gondok. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi

harus mulai diberikan makanan yang mengandung zat besi

(sereal, daging, sayuran hijau), yang dapat menjamin asupan

zat besi yang mencukupi untuk pertumbuhan yang sehat.

Jenis mineral lainnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium,

fosfor dan seng.

Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal

makan yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6-12

kali atau lebih dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur.

Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam alasannya

karena lambung bayi akan kosong dalam waktu 3 jam

sehabis menyusui. Sejalan dengan bertambahnya usia, jarak

antara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas

lambungnya membesar dan produksi susu ibu meningkat.

j. Pola Pemberian MP - ASI

Pola pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24

bulan. Pengenalan dan pemberian MP-ASI dilakukan secara

bertahap baik jenis, tekstur, frekuensi maupun jumlahnya.


Pemberian MP-ASI harus memperhatikan kesiapan bayi

antara lain keterampilan mengecap dan mengunyah serta

penerimaan rasa dan bau serta kemampuan pencernaan bayi

atau anak. MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan

beras dan serealia karena berdaya alergi rendah. Secara

berangsur-angsur diperkenalkan sayuran yang dikukus dan

dihaluskan, buah yang dihaluskan. Jika bayi dapat menerima

dengan baik maka dapat diberikan sumber protein (tahu,

tempe, daging ayam, hati ayam atau daging sapi) yang

dikukus dan dihaluskan. Setelah bayi mampu

mengkoordinasikan lidahnya dengan baik secara bertahap

bubur dibuat lebih kental (dikurangi campuran airnya),

kemudian menjadi lebih kasar (disaring) dengan tambahan

bahan lain yang dicincang halus kemudian dicincang kasar

dan akhirnya bayi siap menerima makanan yang dikonsumsi

keluarga.

Bentuk MP-ASI yang diberikan kepada balita disesuaikan

dengan umur seperti yang tampak pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Pola Pemberian MP ASI pada Balita

Sumber :

Kementrian Kesehatan RI, 2011


Menurut Depkes tahun 2009 dalam Buku Kesehatan Ibu

dan Anak, pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-

24 bulan yang baik dan benar adalah sebagai berikut :

1) Umur 0-6 bulan

Berikan ASI sesering mungkin setiap kali bayi

menginginkan sedikitnya 8 kalisehari. Jangan berikan

makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).

2) Umur 6-8 bulan

ASI tetap diberikan dan mulai dikenalkan MP-ASI

dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai

bubur tim lunak, diberikan 2 kali sehari dan jumlahnya

disesuaikan dengan umur bayi. Makanan selingan

diberikan 2 kali sehari di antara waktu makan seperti

bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan

sebagainya serta buah-buahan seperti air jeruk manis

atau air tomat saring.

3) Umur 9-12 bulan

ASI tetap diberikan dan dapat mulai diberikan MP-ASI

yang lebih padat contohnya bubur nasi, nasi tim dan

nasi lembek sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan

malam dengan jumlah kira-kira gelas ukuran 250 cc.

Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu

makan seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang,

nagasari dan sebagainya serta buah-buahan seperti air


jeruk manis atau air tomat saring. Berikan finger food.

4) Umur 12-24 bulan

Pemberian ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun.

Mulai umur 1 tahun dapat diberikan makanan orang

dewasa berupa nasi lembek 3 kali sehari masingmasin

1/3 piring dewasa ditambah telur, ayam, ikan, tempe,

tahu, daging sapi,wortel, bayam atau kacang hijau.

Makanan selingan serta buah atau perasan buah

diberikan 2 kali sehari.

Tabel 2.4. Jadwal Pemberian Makanan Balita Usia 0-24 Bulan

(Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia/ IDAI)


k. Penilaian Konsumsi Makanan

Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk

mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan

bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah

tangga dan perorangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut. Beberapa metode

pengukuran konsumsi makanan untuk individu antara lain :


a) Metode food recall 24 jam

Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi responden pada

periode 24 jam yang lalu. Dimulai sejak bangun pagi

sampai istirahat malam hari. Metode ini cenderung

bersifat kualitatif sehingga jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti. Metode ini digunakan

untuk mengatur rata-rata konsumsi pangan dan zat gizi

pada kelompok besar. Daya ingat responden dan

kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara sangat

menentukan keberhasilan metode recall 24 jam ini.

b) Metode estimated food records

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang

dikonsumsi. Responden diminta mencatat semua yang

dimakan dan diminum setiap kali sebelum makan.

Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu,

termasuk cara persiapan dan pengelolaan makanan.

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang

mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi

yang dikonsumsi oleh individu.

c) Metode penimbangan makanan (food weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh

makanan yang dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan

makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari


tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang

tersedia.

d) Metode riwayat makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan

gambaran pola kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam

waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).

Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu : wawancara,

frekuensi jumlah bahan makanan, pencatatan konsumsi.

e) Metode frekuensi makanan (food frequensi)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi

selama periode tertentu. Meliputi hari, minggu, bulan,

atau tahun, sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi

makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan

memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi

penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.

2. Status Kesehatan

a. Pengertian Sehat

Menurut UU No.23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia

(WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan


kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar

tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Sehat merupakan

suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial,

sehingga tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Mengandung 3 karakteristik :

a. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai

manusia.

b. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal

dan eksternal.

c. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan

produktif.

Menurut UU No.23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat

aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam

kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:

1) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa

dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan

memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ

tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

2) Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni

pikiran, emosional, dan spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan


pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang

untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,

gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian,kepercayaan dan

sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni

Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual

dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan

perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana

seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan

agama yang dianutnya.

3) Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu

berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara

baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau

kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan

sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

4) Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang

(dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang

menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap

hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi

mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan

usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini

tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut,


yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni

mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan

mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau

mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau

pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Kesehatan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini,

karena kesehatan merupakan gambaran kesejahteraan dan

kekuatan suatu bangsa yang tercemin dari kesehatan suatu

keluarga. Kesehatan perlu diupayakan secara terus menerus

dalam keluarga sehingga tercapai status kesehatan yang

diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa

kesehatan adalah keadaan dimana manusia dan lingkungan

tidak ada gangguan keseimbangan, maka seseorang dapat

dikatakan sehat secara rohani, jasmani maupun sosial. Seorang

anak dapat dikatakan sehat apabila mempunyai kriteria

perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai (sunarti,1994)

a) Kesehatan Fisik (badan, jasmani)

Kesehatan fisik yaitu terwujud apabila sesorang tidak

merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan

memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ

tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan

untuk mengetahui kesehatan fisik biasanya dengan

melihat berat dan tinggi badan. (dahlan 2012).


TABEL TB ANAK SESUAI UMUR

TABEL BB ANAK SESUAI UMUR

b) Kesehatan Mental (Psikis)

Kesehatan mental untuk anak dapat dilihat dengan

perkembangan. Perkembangan adalah hal-hal yang lebih

berkaitan dengan fungsi-fungsi organ tubuh seperti

kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan panca

indera.

1) Penilaian Perkembangan Anak dengan DDTK

Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita

(1996) mempermudah petugas kesehatan yang

berada di lapangan pemantauan perkembangan anak

(Nursalam, dkk. 2005)

a) Definisi Deteksi Dini Tumbuh Kembang

(DDTK) Adalah merupakan upaya penjaringan

yang dilaksanakan, secara komprehensif untuk

menentukan penyimpangan tumbuh kembang

dan mengetahui serta mengenal faktor resiko

pada balita (Depkes RI, 1995)

b) Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Anak Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Anak digunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrening

Perkembangan) untuk memantau perkembangan

anak (Depkes RI & IDAI, 2005)


c) Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan

anak menggunakan KPSP adalah untuk

mengetahui perkembangan anak normal atau

ada penyimpangan

d) Manfaat Mengetahui tahap perkembangan anak

Meningkatkan kesadaran orang tua anak untuk

berusaha menciptakan kondisi yang

menguntungkan bagi perkembangan anak

e) Alat/Instrumen yang digunakan adalah :

1) Formulir KPSP menurut umur, formulir ini

berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan

perkembangan yang telah dicapai anak.

2) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil,

kertas, bola tenis, kacang tanah, gelas

plastik, pakaian, piring, plastik, sendok.

3) Buku Petunjuk

f) Cara menggunakan KPSP

1) Pada waktu pemeriksaan/ skrining, anak

harus ada

2) Tentukan umur anak dengan menanyakan

tanggal bulan dan tahun anak lahir.

3) Pilih KPSP sesuai dengan umur anak

Observasi langsung pada anak

g) Persiapan Persiapan pemantauan


1) Mengkaji kegiatan anak empat sektor

Dekat dengan anak

2) Menjelaskan kepada orang tua agar tidak

ragu menjawab pertanyaan

3) Lingkungan diatur agar anak merasa

nyaman dan aman selama dilakukan tes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama test :

a) Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang

mudah untuk memberi rasa percaya diri dan

kepuasan orang tua

b) Memberikan pujian kepada anak walaupun

gagal

c) Setiap tugas hanya ada 1 jawaban ya atau tidak.

Ya : anak dapat melakukan. Tidak : anak tidak

dapat melakukannya/ tidak yakin anak dapat

melakukan.

d) Tidak perlu membahas setiap item pada orang

tua

e) Teliti kembali apakah semua tugas telah

dilaksanakan

h) Interpretasi hasil KPSP

1) Jumlah jawaban ya = 9 atau 10,

perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya.
2) Jumlah jawaban ya = 7 atau 8,

perkembangan anak meragukan (M)

3) Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang,

kemungkinan ada penyimpangan (P)

Untuk jawaban ya perlu dirinci menurut

jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

TABEL KPSP ANAK

Anda mungkin juga menyukai