Anda di halaman 1dari 22

Nama : Meri Fitria Handayani

NIM : P07220214028

MatKul : Askep Gadar Endokrin Digesif

Kelas/Semester : D-IV Keperawatan / VII (7)

A. Hormon yang dihasilkan

No. Kelenjar Letak Hormon Fungsi/peranan

1. Hipofisis/Pituitari Dasar otak ACTH Merangsang produksi


besar kortikosteroid

FSH Spermatogenesis

LH Menstimulasi
Estrogen

ICSH Menstimulasi
Produksi Testosteron

Prolaktin Menstimulasi sekresi


air susu
STH Menstimulasi
pertumbuhan tulang

MSH Mempengaruhi warna


kulit

Oksitosin Merangsang
kontraksi otot pada
uterus

ADH Mencegah
pembentukan urine
dalam jumlah banyak

2. Adrenal/anak ginjal suprarenalis Menaikan kadar


Glukokortikoid glukosa darah,
mengubah glikogen
menjadi glukosa

Androgen Membentuk sifat


kelamin sekunder pria

Adrenalin Mengubah glikogen


dalam otot menjadi
glukosa
3. Pankreas/Langerhans Pulau-pulau Insulin Mengubah glukosa
langerhans menjadi glikogen di
hati

4. Gonad/Kelamin Wanita Estrogen Menentukan ciri


daerah perut pertumbuhan kelamin
sekunder pada wanita

Pria buah Testosteron Menentukan ciri


zakar pertumbuhan kelamin
sekunder pria

Progesteron Penebalan dan


perbaikan dinding
uterus

B. Hormon tersebut dihasilkan


1. Kelenjar Hipofisis, terdiri dari : Hipofisis anterior menghasilkan hormon
adrenokortikotropik, hormon tiroid, hormon somatotrof, hormon gonadotropin
(FSH dan LH). Hipofisis intermediat hanya terdapat pada bayi. Hipofisis
posterior menghasilkan hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.
2. Kelenjar tiroid (kelenjar gondok), menghasilkan hormon tiroksin, triodotironin,
dan kalsitonin
3. Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok), menghasilkan hormon
parathormon
4. Kelenjar epifisis, belum diketahui hormon yang dihasilkan
5. Kelenjar timus, berfungsi menimbun hormon somatotrof
6. Kelenjar adrenal bagian korteks, menghasilkan mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan androgen Kelenjar adrenal bagian medulla, menghasilkan
hormon adrenalin dan noradrenalin
7. Kelenjar testis menghasilkan hormon testosteron. Kelenjar ovarium
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone
8. Kelenjar pankreas, menghasilkan hormon insulin dan glucagon

C. Macam-macam Kelenjar Endokrin dan Fungsinya


1. Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh
karena itu, kelenjar hipofisis disebut kelenjar pengendali ( master of gland).
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian
tengah, dan bagian posterior. Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis
bagian anterior dan fungsinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
a) Macam-Macam Fungsi Hormon yang Dihasilkan oleh Kelenjar Hipofisis
Bagian Anterior dan Fungsinya
Hipofisis bagian tengah
Kelenjar ini menghasilkan hormon perangsang melanosit atau
melanosit stimulating hormone (MSH). Apabila hormon ini banyak
dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam. Sekresi MSH juga
dirangsang oleh faktor pengatur yang disebut faktor perangsang
pelepasan hormon melanosit dan dihambat oleh faktor inhibisi hormon
melanosit (MIF).
Hipofisis bagian posterior
Hipofisis bagian posterior menghasilkan oksitosin dan vasopresin.
Oksitosin berperan dalam merangsang otot polos yang terdapat di
uterus, sedangkan vasopresin disebut juga hormon antidiuretik (ADH)
berpengaruh pada proses reabsorpsi urine pada tubulus distal sehingga
mencegah pengeluaran urine yang terlalu banyak.

Tiroid (kelenjar gondok)


Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di
antara keduanya terdapat daerah yang tersusun berlapis seperti susunan
genting pada atap rumah. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan
trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang
memengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh.
Tiroksin mengandung banyak yodium. Kekurangan yodium dalam
makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar
gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk
tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme
sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi
pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan sik dan
mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
Kekurangan yodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan
menambahkan garam yodium di dalam makanan. Produksi tiroksin
yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus
Basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme
meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam.
Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar
(eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar.
Paratiroid/kelenjar anak gondok
Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan
parathormon yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium
dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani dengan
gejala: kadar kapur dalam darah menurun, kejang di tangan dan kaki,
jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, gelisah, sukar tidur, dan
kesemutan.
Tumor paratiroid menyebabkan kadar parathormon terlalu banyak di
dalam darah. Hal ini mengakibatkan terambilnya fosfor dan kalsium
dalam tulang, sehingga urine banyak mengandung kapur dan fosfor.
Pada orang yang terserang penyakit ini tulang mudah sekali patah.
Penyakit ini disebut von Recklinghousen.

Kelenjar adrenal/suprarenal/anak ginjal


Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada
setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula). Kelenjar bagian korteks menghasilkan hormon kortison yang
terdiri atas mineralokortikoid yang membantu metabolisme garam
natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon seks; dan
glukokortikoid yang berfungsi membantu metabolisme karbohidrat.
Kelenjar bagian medula menghasilkan hormon adrenalin dan hormon
noradrenalin. Hormon adrenalin menyebabkan meningkatnya denyut
jantung, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah (menyempitkan
pembuluh darah). Hormon noradrenalin bekerja secara antagonis
terhadap adrenalin, yaitu berfungsi menurunkan tekanan darah dan
denyut jantung.
Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison
dengan gejala-gejala: timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual,
muntah-muntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan
atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga
denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala
lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata,
kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.

Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
Langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel
hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk disimpan.
Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Kelebihan
glukosa tersebut dikeluarkan bersama urine. Tanda-tanda diabetes
melitus yaitu sering mengeluarkan urine dalam jumlah banyak, sering
merasa haus dan lapar, serta badan terasa lemas.
Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon
glukagon yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.

Hormon yang dihasilkan kelenjar gonad


Pada manusia, gonad atau kelenjar seks berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Pada laki-laki disebut testis, sedangkan pada perempuan
disebut ovarium. Testis dan ovarium mensekresikan hormon seks yang
berperan dalam produksi sel-sel kelamin.
a) Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain
menghasilkan sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon. Ada
dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu:
b) Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh Folikel de Graaf. Pembentukan
estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen adalah
menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder
pada wanita. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah ciri-ciri yang
dapat membedakan wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya.
Contohnya, perkembangan pinggul, payudara, dan kulit menjadi
bertambah halus.
c) Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukannya
dirangsang oleh LH. Progesteron berfungsi menyiapkan dinding
uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.
d) Testis
Seperti halnya ovarium, testis adalah organ reproduksi khusus
pada pria. Selain menghasilkan sperma, testis berfungsi sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen, yaitu
testosteron. Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara
kelangsungan tanda-tanda kelamin sekunder. Misalnya suara yang
membesar, mempunyai kumis, dan jakun.

D. Masalah dari sistem endokrin


Banyak masalah dapat terjadi masalah dari sistem endokrin meliputi:
a) Diabetes terlalu banyak gula dalam darah yang disebabkan oleh
masalah dengan produksi insulin. Ini termasuk diabetes tipe dalam sistem
endokrin. Ini dapat dianggap sebagai produksi hormon berlebihan atau
kekurangan. Organ endokrin juga rentan terhadap tumor (adenoma) yang
dapat menghasilkan hormon berlebih. Beberapa 1 (defisiensi insulin) dan
Jenis diabetes tipe 2 (awalnya berlebihan, kemudian kekurangan, insulin).
b) Kelainan menstruasi haid tidak teratur atau kurangnya menstruasi.
Beberapa penyebab sindrom ini termasuk polikistik ovarium (PCOS),
adenoma hipofisis atau kegagalan ovarium primer (POF).
c) Masalah tiroid ketika kelenjar terlalu aktif (hipertiroidisme) atau kurang
aktif (hipotiroidisme). Nodul tiroid umum, tetapi kanker tiroid jarang
terjadi.
d) Masalah paratiroid pembesaran atau satu di antara lebih dari kelenjar
paratiroid dapat menyebabkan kadar kalsium tinggi dalam darah
(hiperkalsemia).
e) Adenoma hipofisis ini adalah tumor dari kelenjar pituitari yang dapat
membuat terlalu banyak hormon tertentu atau menyebabkan kekurangan
hormon. Tumor ini dapat kecil (mikroadenoma) atau besar
(makroadenoma).
f) Tumor neuro-endokrin ini jarang untuk tumor kelenjar endokrin tertentu
(biasanya kelenjar adrenal, pankreas atau usus kecil). Ini dapat termasuk
terlalu banyak adrenalin dilepaskan oleh kelenjar adrenal
(feokromositoma), atau terlalu banyak hormon 5-HIAA dari tumor
karsinoid yang menyebabkan diare dan pembilasan.
E. Letak (anatomi) dan gambarnya
F. Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin
Sebelum masuk dalam pemeriksaan fisik sistem endokrin, ada beberapa
kelenjar yang perlu diketahui dalam sistem endokrin ini, diantaranya :
1. Kelenjar Tiroid
TRIIODOTHYRONIN (T3) & TIROKSIN (T4), berfungsi untuk:
a. Proses metabolisme sel
b. Menginduksi konsumsi oksigen & pembentukan sel darah merah
c. Proses tumbuh-kembang
d. Aktivitas sistim saraf & fungsi otak
KALSITONIN
Berfungsi untuk Menghambat resorpsi kalsium tulang

2. KELENJAR PARATIROID; menghasilakan hormon :


KALSITONIN vs PARATHORMONE
PARATHORMONE berfungsi untukmetabolisme kalsium
tulang pada 3 organ:
tulang
ginjal
usus
3. KELENJAR PANKREAS; menghasilkan hormon :
INSULIN
GLUKAGON
SOMATOSTATIN berfungsimengatur motilitas GI dan
kontraregulator dng GH
POLIPEPTIDE PANKREAS berfungsimengatur sekresi GI
4. KELENJAR ADRENAL; terdiri dari 2 bagian yaitu
KORTEK ADRENAL; yang terdiri dari :
GLUKOKORTIKOID menghasilkan hormon kortisol yang berfungsi
untukmetabolisme KH & Hormone related stress
MINERALOKORTIKOID yang menghasilkan
hormonaldosteronfungsinya untuk keseimbangan elektrolit
ANDROGEN; fungsinya untuk Modulasi karakteristik seks sekunder.
MEDULA ADRENAL; menghasilkan hormon :
EPINEFRIN; fungsinya untukmodulasi respons KV & respons
metabolik terhadap stress.
NOR EPINEFRIN; fungsinya untuk Neurotransmitter pada sistem
saraf perifer
DOPAMIN; fungsinya untuk Neurotransmitter pada sistem saraf
otonom

Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid


Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1. Kondisi kelenjar endokrin
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testis).Secara umum,tekhnik pemeriksaan
fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi
adalah :
A. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan
elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai perubahan fisik
dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu
dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian
yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan
dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi
menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan
pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan Pertama-tama, amatilah
penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan
sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan
pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang
dan bibir.pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta
apakah ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan
bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid. Didaerah leher, apakah leher
tampak membesar, simetris atau tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan
pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya perlu dilakukan
palpasi.Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat mengidentifikasikan
kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila
dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di
tubuh sekaligus. Infeksi jamur, penumbuhan luka yang lama, bersisik dan
petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal.
Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar
adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar
adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa
otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck
atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak
seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan
ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidakseimbangan hormonal
khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh
sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang
berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati
bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan.
Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi
adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati
kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
B. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada
kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan
menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji
ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi.
Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri samasaja namun
untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih
baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi
kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada
diatas kelenjar tiroid.
Selain itu, cara palpasi pada kelenjar tiroid ini dilakukan dengan pendekatan
anterior dan posterior yaitu:
1. Pendekatan posterior
perawat meminta klien untuk duduk dengan leher pada tinggi
yang nyaman.
kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher, dengan dua jari dari
setiap tangan pada kedua sisi trakea tepat dibawah kartilago krikoid.
pada saat klien menelan, perawat merasakan gerakan istmus tiroid.
Tiroid akan bergerak dibawah jari pada saat menelan.
untuk memeriksa setiap lobus, perawat meminta klien untuk menelan
sementara perawat menggeser trakea kekiri atau kekanan.
2. Pendekatan anterior
pada pendekatan ini mengharuskan klien duduk dan perawat berdiri
disampingnya. Dengan menggunakan buku-buku jari telunjuk dan jari
tengah, perawat memalpasi lobus kiri dengan tangan kanan dan lobus kanan
dengan tangan kiri pada saat klien menelan.
jika kelenjar tampak membesar, perawat menempatkan diafragma
stetoskop diatas tiroid. Jika kelenjar tsb membesar, darah yang mengalir
melewati arteri tiroid bertambah dan akan terdengar bunyi bruit.
Palpasi tes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua
jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap
ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut,
peka terhadap sinar dan sinyal seperti karet.

C. Auskultasi
Mendengarkan bunyitertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan
berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar
tiroid dapat mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh
karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini
tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke
kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi
dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan
jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan
gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan
metabilisme tubuh.

Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal


Berikut ini beberapa observasi yang penting dilakukan pada saat melakukan
pengkajian:
1. Penampilan umum : kurus kering (esimiasai) pada Addison disease,
sedangkan pada Cushings Syndrome klien tampak : wajah bulat membesar
(moon face), peningkatan lemak di daerah leher dan punggung
2. Adanya tanda-tanda syok dan kelemahan yang ekstrim.
3. Tanda-tanda vital, lakukan pengecekan nadi setiap 4 jam, catat adanya
perubahan tekanan darah atau adanya perubahan ortostatik (baik penurunan
atau peningkatan tekanan darah). Tekanan darah; adanya hipotensi pada
penyakit Addison dan hipertensi pada Cushings Syndrome.
4. Dehidrasi atau overhidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit karena jika terapi
steroid tidak adekuat maka akan terjadi kehilangan natrium dan retensi
kalium, tetapi jika terapi steroid dosisnya terlalu tinggi, maka jumlah natrium
akan berlebihan dan air diretensi tetapi ekskresi kalium akan tinggi.
5. Kondisi fisik dan emosional atau psikosis karena pasien dengan gangguan
cortex adrenal sangat tidak toleran terhadap stress (Addison crisis).
6. Serak pada tenggorokan dan rasa terbakar pada perkemihan.
7. Timbang berat badan setiap hari, untuk mengukur penambahan atau
pengurangan cairan.
8. Kelumpuhan akibat hipokalemia, fatique, kelemahan, osteoporosis.
9. Penurunan tingkat kesadaran.
10. Distribusi lemak, moon face dan dorsocervical fat pad (buffalo hump) pada
bagian posterior leher serta daerah supraklavikular, badan yang besar serta
ekstremitas yang relatif kurus, truncal obesity.
11. Peningkatan kadar androgen karena menyebabkan virilisme (maskulinisme)
pada wanita, penipisan pada rambut, tetapi menyebabkan hirsutisme pada
tubuh dan wajah).
12. Status mental termasuk kehilangan memory, kurang konnsentrasi dan
cognitive, euporia dan depresi,kadang2 disebut steroid psicosis.
13. Integument : seperti adanya striae, kulit mudah, luka, ekomosis (memar), tipis
dan rapuh.
14. Kaji adanya perubahan warna kulit pada area leher, wajah, tangan area tubuh
yang lain, adakah kulit terlihat terlalu lembab berair atau sangat kering.
15. Kaji apakah klien merasakan terlalu panas atau terlalu dingin.
16. Kaji apakah klien merasakan nervus atau tremor untuk melakukan sesuatu.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dapat dilakukan secara head to toe atau
secara spesifik menemukan tanda dan gejala akibat penyakit pada korteks adrenal.
Pemeriksaan fisik klien yang dicurigai mengalami gangguan pada korteks adrenal
secara spesifik dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang sering ditemukan akibat
kelebihan (Cussing Syndrome) atau kekurangan (Addison Desease) produksi
hormon yang disekresi oleh kelenjar korteks adrenal. Berikut ini metode
pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan pada korteks adrenal :
1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan
penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison :
Pigmentaasi pada kulit
Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
Warna kulit; pucat, sianosis
RR cepat
Suhu tubuh diatas normal
Tanda-tanda dehidrasi
Bibir tampak kering
Kelemahan umum
Pasien tampak haus
Membran mukosa kering
b. Cushing Sindrom
Kifosis
Buffalo hump
Moon face
Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat.
Virilitas pada wanita
Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
2. Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya
dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison
Nadi cepat dan lemah
Nyeri abdomen
Turgor kulit
b.Cushing Sindrom
Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
Atropi payudara
Klitoris yang membesar
3. Perkusi
a. Penyakit Addison
b. Cushing Sindrom

4. Auskultasi
a. Penyakit Addison
Tekanan darah rendah
b. Cushing Sindrom
Suara yang dalam
Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas
Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3 cara :
A. Inspeksi
1. Atur pencahayaan yang baik
2. Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua
sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk
menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.
3. Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
4. Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan
striae
5. Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran
umbillikus
6. Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
B. Palpasi : teraba masa pada abdomen
Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2 :
a. Palpasi Ringan
Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang
ebelumnya sebagai titik bermasalah.
Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi
dan berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan
pemeriksa untuk mengurangi sensasi geli
Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 21 cm.
Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya
massa
Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda
ketidaknyamanan.
Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan
dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri
timbul dengan melepaskan tangan.
b. Palpasi Dalam
Gunakan metode bimanual
Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
Catat adanya massa dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat
massa, catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
B. Auskultasi :untuk mendengarkanbising usus meningkat.
Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah
pada area sekum.
Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan
sistematis, dengarkan setiap kuadran abdomen
Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau
hipoaktif
Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis,
arteri iliaka dan arteri femoral.

Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid


Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui
gangguan pada kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar
paratiroid.
A. Inspeksi otot
Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan
amati adanya atrofi atau hipertrofi
Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan
menggunakan mistar.
Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan
kontraktur yang ditujukan oleh malposisi suatu bagia tubuh
Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak
secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas),
kontraksi tiba-tiba secara involunter(spastisitas)
Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas
kiri dengan ekstremitas kiri.
Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan
secara resisten
Amati kenormalan susunan dan deformitas.
Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
B. Inspeksi persendian
Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan,
bengkak dan nodul
Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM)

Anda mungkin juga menyukai