Anda di halaman 1dari 22

12

MAKALAH VALIDITAS TES


VALIDITAS TES
A.

Pengertian

Validitas berasal dari kata valid yaitu secara etimologi diartikan sebagai tepat, benar, sahih, dan abash.
Dengan kata lain, sebuah tes telah memilii validitas, apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah
telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu
instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.
Validitas adalah kadar ketelitian tes untuk dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan keadaan
aspek yang diukur dengan tepat/teliti.[1]
B.

Jenis Jenis Valitidas

Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis di atas yaitu :
a. Validitas Logis
1. Validitas Isi (content validity).
2. Validitas Konstruksi (construct validity).
b. Validitas Empiris
1. Valditas ada sekarang (concurrent validity).
2. Validitas ramalan (predictive validity).

BAB II
A. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Tenik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
1. Korelasi produc moment dengan simpangan
Rumus korelasi produc moment dengan simpangan

rxy = koevisien korelasi antara variable X dan Y, dua variable yang dikorelasikan (x=X-X dan y=Y-Y)
xy = jumlah perkalian x dan y

x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
2. Korelasi produc moment dengan angka kasar :

[2]

Keterangan :
rxy

= pearson r
= Jumlah skor distribusi X
= Jumlah skor distribusi Y
= Jumlah perkiraan skor X dan Y

= Jumlah responden X dan Y yang mengisi kuesioner


= Jumlah kuadrat skor distribusi X
= Jumlah kuadrat distribusi Y

B. Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar


Dapat dilakukan dengan dua cara
1. Pengujian validitas tes secara rasional
Validitas rasional (logika) adalah validitas yang yang diperoleh dari hasil pemikiran, validitas yang diperoleh
dengan berfikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasl belajar dapat dikatakan telah memilii valaidiras
rasional, apabila telah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara
rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang harus diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional atau belum, dapat
dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi konstruksi dan dari segi isi.
2. Pengujian validitas tes secara empirik.
Yang dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis
yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas
dasar pengamatan dilapangan.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memilikia validitas empirik ataukah belum, dapat
dilakukan penelusuaran dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya dan daya ketepatan bandingannya.
a. Validitas ramalan.
b. Validitas bandingan.
C. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
1. Pengertian Validitas Item

2.

Yang dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiiliki oleh sebutir
item, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar.

Ada dua macam teknik uji validitas, yaitu:


a.

Validitas eksternal.

b.

Validitas internal.

Contoh Perhitungan Validitas


Tabel persiapan untuk mencari validitas tes prestasi Fisika

No.

Nama Siswa

XY

X2

Y2

1.

Amir Lubis

5.9

36

34.81

35.4

2.

Desi

6.8

49

46.24

47.6

3.

Hamid Waluyo

6.5

6.3

42.25

4.

Fauzi Ahmad

7.5

64

56.25

60

5.

Indah Purnama

6.8

49

46.24

47.6

6.

Handoko

5.9

36

34.81

35.4

7.

Yogi Saputra

7.5

7.2

56.25

51.84

54

8.

Masroito

7.5

64

56.25

60

9.

Zulfikar

6.8

49

46.24

47.6

10.

Pangidoan Nauli

6.5

6.3

42.25

Jumlah

rxy=

69.5

67

487.75

39.69 40.95

39.69 40.95
452.06

469.5

= 0,152

Maka dari hasil validitas tes (0,152) di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas test berada pada tingkat 0,00 0,200
= sangat rendah.
BAB III
A.

Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrument. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya diukur.
Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis di atas yaitu :
a. Validitas Logis.
1. Validitas Isi (content validity).
2. Validitas Konstruksi (construct validity).
b. Validitas Empiris .
1. Valditas ada sekarang (concurrent validity).
2. Validitas ramalan (predictive validity).
Tenik yang digunakan untuk mengetahui validitas kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
1. Korelasi produc moment dengan simpangan.
Rumus korelasi produc moment dengan simpangan

rxy = koevisien korelasi antara variable X dan Y, dua variable yang dikorelasikan (x=X-X dan y=Y-Y)
xy = jumlah perkalian x dan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
2. Korelasi product moment dengan angka kasar :

[3]

Keterangan :
rxy
= pearson r
= Jumlah skor distribusi X
= Jumlah skor distribusi Y
= Jumlah perkiraan skor X dan Y
n

= Jumlah responden X dan Y yang mengisi kuesioner


= Jumlah kuadrat skor distribusi X
= Jumlah kuadrat distribusi Y

[1] Drs. Henry Dinus Hutabarat, Evaluasi Proses dan Pembelajaran Fisika, (Padangsidimpuan : UGN press, 2010),
hal. 17
[2] Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, (Bandung : Alfabet, 2007), hlm. 229.
[3] Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, (Bandung : Alfabet, 2007), hlm. 229.

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur.
Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam
arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan
kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para
ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional
variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu
tentu saja harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel,
valid dan disebut dengan validitas.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.Bagaimanakah ketetapan atau validitas dalam soal?
2.Menentukan soal Valid dan tidak validnya ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menguraikan tujuan dari
masalah tersebut, yaitu:
1)
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui pedoman penskoran
dalam komunikasi matematis
2)
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang validitas
3)
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa mengetahui susunan kisi-kisi dalam
membuat soal beserta penyelesaiannya
4)
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa menyimpulkan analisis validitas

BAB II
PEMBAHASAN

VALIDITAS

A.Pengertian Validitas

Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi


yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk,
menyangkut; What the test measure and how well it does
Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Azwar (1986):Validitas

adalah

sejauh

mana

ketepatan

dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.


Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau
pengamatan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas
rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil
pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi.
Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai
variabel A atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk
mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A atau B (Azwar 1986).
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur
yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

B.Pengertian Uji Validitas


Menurut Sugiyono (2006)

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi ( content) dari
suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian.

C.Tujuan uji validitas

Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran


dalam melakukan fungsi ukurnya.
Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran
tersebut.

D.Cara menentukan vadilitas


Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total
dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui
butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999:
78)
Jika > makaitem valid
Jika < mka item tidak valid

CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Uraian

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur, khususnya dalam proses pembelajaran
Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik
Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun (construct)
Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas bandingan
(concurrent )
Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel, sedangkan valitas
empirik dianalisis secara statistik
Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data
diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point biserial sedangkan data
kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson product
moment.
Rumus korelasi Pearson product moment
Contoh persiapan perhitungan soal uraian/ interval:
Variabel : Motivasi belajar

Jumlah responden : 10 orang


Jumlah pertanyaan : 6 item
Penyelesaian :

No

Skor Total
(Y)

Skor item untuk soal


3
4
5

20

14

21

21

19

16

25

22

24

10

26

35

38

Jumlah

38

29

36

32

Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM


Item pertanyaan No1
No
X
Y
X
Y

208

XY

20

400

60

14

196

42

21

16

441

84

21

16

441

84

19

16

361

76

16

256

48

25

25

625

125

22

484

66

9
10

4
5

24
26

16
25

576
676

96
130

Jumlah

38

Y
208

X
150

Y
4456

XY
811

Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

=0,765
Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM
Demikian seterusnya dicari korelasi butir 2,3,4,5 dan 6,sehingga diperoleh :
butir (1) : 0,765
butir (2) : 0,529
butir (3) : 0,414
butir (4) : 0,676
butir (5) : 0,714
butir (6) : 0,532
Mencari nilai dengan maka diperoleh = 0,632 (dk = n 2)
Membuat keputusan dengan memandingkan nilai dan nilai .
Kriteria keputusan :
Jika > makaitem valid
Jika < mka item tidak valid
No item

Keputusan

0,765

>0,632

Valid

0,529

<0,632

Tidak Valid

0,414

<0,632

Tidak Valid

4
5
6

0,676
0,714
0,532

>0,632
>0,632
<0,632

Valid
Valid
Tidak Valid

Dari uji coba Instrumaen penelitian diperoleh bahwa dari 6 item ,dinyatakan valid sebanyak 3
item yaitu item no. 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian),sedangkan dinyatakan
tidak valid sebanyak3 item yaitu item no. 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan)
Penguji validitas perlu mengunakan uji t apa bila responden yang dilibatkan
dalam pengujian validitas adalah sampel.Artinya keputusan validnya tidaknya item

instrument,tidak bias membandingkan nilai hitung r dengan nilai table r,tetapi harus
membandingkan nilai hitung t dengan nilai table t.
Apabila mengunakan uji t,pada langkah diatas diperoleh nilai korelasi sebagai
berikut :
butir (1) : 0,765
butir (2) : 0,529
butir (3) : 0,414
butir (4) : 0,676
butir (5) : 0,714
butir (6) : 0,532
Langkah berikut adalah mencari :
Rumus uji-t :
=
Untuk item no.1 :
Demikian seterusnya ,sehingga diperoleh :
Item no 2 :1,762
Item no 3 :1,286
Item no 4 :2,594
Item no 5 :2,885
Item no 6 :1,776
Mencari nilai pada table t,dengan =0,05 dan dk = n-2 = 8 ,dengan uji satu pihak maka
diperoleh = 1,860
Membuat keputusan dengan membandingkan nilai dengan nilai :
Kriteria keputusan :
Jika > maka item valid
Jika < maka item tidak valid
No item

Keputusan

0,675

3,359

>1,860

Valid

0,529

1,762

<1,860

Tidak Valid

3
4
5
6

0,414
0,676
0,714
0,532

1,286
2,594
2,885
1,776

<1,860
>1,860
>1,860
<1,86o

Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid

Dari uji coba penelitian instrument penelitian diperoleh bahwa dari 6 item dinyatakan,valid
sebanyak 3 item yaitu no 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian) ,sedangkan
dinyatakan tidak valid sebanyak 3 item yaitu item no 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan).

CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Objektif

1.Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur


apa
yang seharusnya diukur, khususnya dalam proses
pembelajaran
2.Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik
3. Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun
(construct)
4.Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas bandingan
(concurrent )
5.Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel, sedangkan
valitas empirik dianalisis secara statistik
6.Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data
diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point
biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap)
digunakan korelasi Pearson product moment.

Contoh skor butir soal objektif:


Akan diuji validitas item soal no 1yang telah diberikan tes pada siswa sebanyak 10 orang.
No.
Sisw
a

Skor
(x)

Skor Setiap Item Soal


4
5
6
7

10

64

64

16

16

49

49

64

25

10

56

360

0,6

0,6

0,8

0,6

0,8

0,6

0,6

0,1

0,3

0,6

0,4

0,4

0,2

0,4

0,2

0,4

0,4

0,9

0,7

0,4

Keterangan :
Bentuk tes obyektif
Jawaban benar skor 1 dan salah skor 0
Banyaknya peserta tes (N)=10
Mencari mean skor total () :
=
Mencari Standar devisa ():
=-()
Mencari () item soal no 1 :
Nomor Jawaban
Betul

Skor

6
43
=
=5,6
=2,15
=0,6
=0,4
Menguji validitas soal no 1 :
= = =0,911
Jadi : 0,911
Dengan db = N -2 = 10-2=8 dan =0,05
Pada tabel r product-moment diperoleh :
===0,632
Kesimpulan :
Karena > atau 0,911>0,632,maka soal nomor 1 disimpulkan valid.

E.Konsep Pengukuran Validitas


Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti
kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada
instrumen pengukur yang bersangkutan.
Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat
dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber
kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa
validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara empiris
dengan langsung.
Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu alat
ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat
ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu,
pernyataan seperti alat ukur ini valid belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh keterangan
yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang
ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita
tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap
interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.
Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur
akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil
ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan sebagi
validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.

F.Macam-macam validitas
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas dibagi menjadi 3 yaitu
a. Validitas isi (content validity)
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benarbenar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran
yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau
butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau
materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan
kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan

keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu,
validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi
dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan
Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan
pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara
statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar
mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan
proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah
berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti
tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).
Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas
muka) dan logical validity (validitas logis).
Face Validity (Validitas Muka)
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya
didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak
sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya
mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat
menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi
pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat
ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang
kuat.
Logical Validity (Validitas Logis)
Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe
ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak
diukur.
Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian
rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur
secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus
dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang
kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian
penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang
bersangkuatan.
Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan
penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

b. Validitas Konstruk (Construct validity)


Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar
hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan
mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen
untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk
mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lainlain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan
teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk,
penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item
instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai
konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan
cermat.
c. Validitas empiris
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan
berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes
atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur
instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang
sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal,
sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.
Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan
instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas
item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan
validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut
sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien
korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes. Butir atau
soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai
koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.
Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen
yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya

sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas eksternal
diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita
menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran
validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan
skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur instrumen baku yang
dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang
dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal
adalah nilai table r (r-tabel).
Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor
hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang dikembangkan
dapat valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi
keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya instrumen sebagai
suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada validitas internal.
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam
yaitu:
1.
Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau
penampilan masa yang akan datang.
2.
Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau
penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
Menurut Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi
- concurrent validity
- construct validity
- face validity
- factorial validity
- empirical validity
intrinsic validity
- predictive validity
- content validity
- curricular validity.

Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara


skor dengan kinerja.
Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis
apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk
tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan
faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran
perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis
faktor.
Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor
dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung
dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji
coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu
alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor
suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.
Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling
dari suatu populasi.
Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang
benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content
validity (validitas isi), construct validity(validitas konstruk), dan criterion-related
validity (validitas berdasar kriteria).

G.Koefisien Validitas
Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y
maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah r xy inilah yang digunakan untuk menyatakan
tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur.
Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang
positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil
ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka
maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit
untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap
validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya dari
komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya
disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu
koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

H.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga menjadi bias,
menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu penggunaaan yang dimaksudkan.
Beberapa diantaranya adalah berasal dari dalam alat evaluasi itu sendiri. Dalam hubungannya
dengan kegiatan belajar mengajar matematika, faktor-faktor ini akan dapat mengurangi fungsi
pokok uji sesuai dengan yang diharapkan segingga bisa merendahkan validitas alat evaluasi
tersebut.
Petunjuk yang tidak jelas
Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar
Penyusunan soal yang kurang baik
Kekaburan
Derajat kesukaran soal yang tidak cocok
Materi tes tidak representatif
Pengaturan soal yang kurang tepat
Pola jawaban yang dapat diidentifikasi

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau
pengamatan.
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi ( content) dari
suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada
butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X
dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal,
dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya
(Arikunto, 1999: 78)

B.Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan memberikan
ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan
kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09/teori-validitas.html
http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/pengertian-validitas-dan-reliabilitas.html
http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/
http://binham.wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/

Pengertian dan Macam-macam Validitas


Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variable penelitian sangat tergantung pada
kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Hal-hal yang menyebabkan data yang
dikumpulkan tidak valid dan tidak reliabel, merupakan prasyarat agar hasil penelitian yang dicapai
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan
reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Contoh: apa bila kita ingin mengukur
panjang suatu ruangan, alat yang diperlukan adalah penggaris (meteran), berarti alat tersebut valid
karena sesuai dengan fungsinya untuk mengukur panjang, dan sekalipun diukur lebih dari dua kali,
hasilnya juga tetap sama artinya rileabilitasnya teruji. Tetapi apabila diukur dengan langkah kaki,
maka hasilnya bila diukur lebih dari dua kali maka hasilnya akan berbeda, berarti tidak reliabel.

Ada beberapa macam validitas antara lain:


a.

Validitas konstruk

Konstruk adalah kerangka dalam suatu konsep, misalkan seorang peneliti ingin mengukur konsep
relegiusitas. Konsep relegiustas, harus dijabarkan dalam kerangka konsep yang dapat dijabarkan
dalam tolak ukur operasional. Ada tigacara untuk mencapai kerangka konsep dalam suatu
penelitian, antara lain:
1.

Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis dalam literatur.
Apabila definisi tersebut sudah mengandung kerangka konsep (ada tolok ukurnya), maka

peneliti langsung bisa menggunakannya, namun apabila belum maka perlu dioperasionalkan
sehingga ada tolok ukur yang jelas.
2.

Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur,
peneliti harus mendefinisikan konsep tersebut, dengan caramendiskusikan dengan para ahli
yang kompeten dibidangnya.

3.

Menyamakan definisi yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang
memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

Misalnya untuk mengukur relegiusitas, dapat menggunakan pendapat dari Glock dan Stark (1963),
yang menyatakan bahwa untuk mengetahui kadar relegiusitasindividu dapat dipakai kerangka
berikut:
1.

Keterlibatan ritual (Ritual involvement),

yaitu

sejauhmana

seorang

mengerjakan

kewajiban ritual di dalam agama mereka (sholat, zakat, puasa, membayar zakat).
2.

Keterlibatan ideologi (Ideological involvement), yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima
hal-hal yang dogmatis di dalam agama mereka (misal: apakah seorang percaya pada
malaikat, hari kiamat)

3.

Keterlibatan intelektual (Intelectual involvement), yang menggambarkan seberapa jauh


seseorang mengetahui tentang ajaran agama. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam
menambah pengetahuan agama (misal: ikut pengajian, membaca buku agama).

4.

Keterlibatan pengalaman (Experiental involvement), yaitu menunjukkan apakah seoseorang


pernah mengalami pengalaman spektakuler yang merupakan keajaiban dari Tuhan (misal:
merasakan doanya terkabul).

5.

Keterlibatan secara konsekuen (Consequential involvement), yaitu tingkatan sejauhmana


perilaku seorang konsekuen dengan ajaran agama. (misal: berjudi, berzina).

b.

Validitas isi

Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat tersebut mewakili sebagai
aspek kerangka konsep. Contoh seorang peneliti ingin meneliti tingkat relegiusitas suatu
masyarakat, maka seluruh aspek (5 aspek relegiusitas: Keterlibatan ritual, Keterlibatan ideologi,
Keterlibatan intelektual, Keterlibatan pengalaman, Keterlibatan secara konsekuen)

harus

dimasukkan dalam kerangka konsep yang disusun dalam teknik dan instrumen pengumpulan data.

c.

Validitas eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan hasil yang dicapai dari instrumen yang digunakan sesuai
dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang diteliti. Contoh: seorang peneliti
ingin mengetahui validitas tes IPS. Caranya adalah mencoba tes tersebut kepada siswa yang

diambil sebagai subyek uji coba. Hasil yang diperoleh kemudian dikorelasikan dengan nilai IPS
anak-anak tersebut, misal dari nilai rapor, sebagai ukuran atau kriterium.

d.

Validitas prediktif

Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang. Contoh tes masuk perguruan tinggi bagi siswa yang lulus diprediksikan
mampu mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses.

Categories: Metodologi Penelitian, Penelitian, Validitas Reliabilitas

Related Post:

Validitas Reliabilitas
Model Teknik Analisis Taksonomik dan Komparatif Konstan
CONTOH UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DENGAN PROGRAM SPSS
Pengertian Reliabilitas dan contoh pengujian validitas dan reliabilitas
Penelitian
Contoh proposal penelitian pengaruh perkembangan teknologi handphone terhadap perilaku
dan akhlaq siswa SMP
Contoh Angket Peranan Orangtua dalam Memotivasi Pengamalan Agama Anak
Skala Pengukuran dalam Penelitian
Metodologi Penelitian
Merumuskan Judul Penelitian
Tips cara cepat menyelesaikan skripsi
Contoh Uji Signifikansi Korelasi Ganda
Contoh proposal penelitian pengaruh perkembangan teknologi handphone terhadap perilaku
dan akhlaq siswa SMP

Anda mungkin juga menyukai