Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan
Pulau Samalona, Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi
kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juni sampai dengan Agustus 2008 di perairan Pulau Samalona, Makassar. Pengambilan sampel
dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu 2 minggu, berdasarkan fase bulan terang dan bulan
gelap.
Berdasarkan hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona, Kota Makassar dapat
disimpulkan bahwa : Zooplankton yang diperoleh terdiri dari 8 filum yaitu Annelida, Arthropoda,
Chaetognatha, Chordata, Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata, dan Mollusca. Filum yang paling
banyak ditemukan adalah Arthropoda, baik pada saat bulan terang maupun pada saat bulan gelap.
Berdasarkan hasil uji ANOVA diketahui perbandingan kelimpahan zooplankton antar stasiun
pengamatan dan antar bulan pengamatan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Nilai rata-rata
indeks keanekaragaman (H) yang diperoleh adalah berkisar antara 0.78 1.11 yang menunjukkan
tingkat keanekaragaman rendah hingga sedang. Nilai rata-rata indeks keseragaman (J) berkisar
antara 0.41 0.63, sedangkan nilai rata-rata indeks dominansi (C) berkisar antara 0.47 0.66.
Berdasarkan plot nMDS yang didapat pada bulan terang dan bulan gelap menunjukkan
pengelompokan komposisi zooplankton berbeda di setiap stasiun. Dari hasil uji ANOSIM antar bulan
pengamatan menunjukkan tidak adanya perbedaan penyusun struktur komunitas. Sedangkan pada
perbandingan antar stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan penyusun struktur
komunitas utamanya antara stasiun karang baik dan pecahan karang, dimana dari hasil SIMPER
diketahui bahwa filum Arthropoda yang paling mempengaruhi perbedaan struktur komunitas antar
kedua stasiun tersebut.
Kata Kunci : Kelimpahan, struktur komunitas, zooplankton dan Pulau Samalona.
1. PENDAHULUAN
Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, berenang sangat
lemah, dan tak dapat melawan arus. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Biota
ini mencakup sejumlah besar biota laut, baik ditinjau dari jumlah, jenis maupun
kepadatannya (Romimohtarto dan Juwana, 2005). Menurut Nontji (2002), plankton terbagi
atas plankton nabati (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Dalam piramida
makanan pada ekosistem perairan, zooplankton berperan sebagai primary consumer
(konsumen pertama) yang kemudian akan dimangsa oleh hewan karnivora yang lebih besar
sebagai secondary consumer (konsumen kedua).
Manusia umumnya tidak memanfaatkan langsung plankton dari laut, tetapi secara tidak
langsung memanen ikan pemakan plankton atau ikan yang memangsa pemakan plankton.
Kurang lebih 65% ikan pelagis (pelagic fish) di dunia yang mempunyai nilai ekonomi
tergolong jenis pemakan plankton. Hanya ada beberapa jenis plankton yang dimanfaatkan
langsung untuk pangan manusia, misalnya rebon untuk pembuatan terasi, atau ubur-ubur
jenis tertentu sebagai makanan yang digemari di Asia. Tanpa plankton, semua sumberdaya
perikanan seperti ikan, udang, cumi, kerang dan kepiting tak akan pernah ada. Bahkan
hampir semua biota menjalani kehidupan awalnya sebagai plankton. (Nontji, 2006)
Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton
karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Zooplankton merupakan
organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi, karena zooplankton
adalah penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih
tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton hanya dapat dicapai bila
jumlah fitoplankton mencukupi.
Pulau Samalona merupakan salah satu pulau yang ada di kawasan kota Makassar yang
sebagian besar penduduknya bermata-pencaharian sebagai nelayan. Selain itu, Pulau
Samalona dahulu merupakan salah satu tujuan wisatawan baik lokal maupun yang berasal
dari mancanegara untuk melakukan kegiatan snorkling, karena Pulau Samalona memiliki
terumbu karang yang sangat subur. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, terumbu karang
yang ada di Pulau Samalona sedikit demi sedikit berkurang, sehingga jumlah wisatawan
yang datang ke Pulau Samalona juga semakin berkurang. Hal ini disebabkan
karena ulah
nelayan sendiri yang menghalalkan segala cara untuk menangkap ikan sebanyakbanyaknya, baik dengan menggunakan bom maupun dengan menggunakan racun sianida
yang berakibat pada rusaknya terumbu karang. Hal ini diperparah dengan kurangnya
perhatian pemerintah setempat maupun stake holder lain untuk menggalakkan perlindungan
pada daerah terumbu karang di pulau-pulau yang ada di sekitar kota Makassar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kelimpahan dan
struktur komunitas zooplankton di perairan pulau Samalona, sebagai bahan informasi untuk
mengetahui kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, indeks dominansi dan struktur komunitas zooplankton di perairan Pulau
Samalona, Makassar. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran
tentang kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini.
berdasarkan
kondisi
terumbu karang yang tertuang dalam KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001 berdasarkan
prosentase luas tutupan terumbu karang yang hidup, adalah baik sekali (75-100%), baik (5074.9%), sedang (25-49.9%), dan buruk (0-24.9). Ketiga stasiun tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
stasiun I, merupakan daerah terumbu karang baik yang mempunyai kisaran tutupan
karang hidup sebesar 50-74.9%, dengan letak geografis 0500930.6 LS dan 11901533.4
BT;
b.
stasiun II, merupakan daerah terumbu karang sedang yang mempunyai kisaran
tutupan karang hidup 25-49.9%, dengan letak geografis 0500927 LS dan 11901538.88 BT;
c.
stasiun III, merupakan daerah pecahan karang dengan letak geografis 0500925.2
Kedalaman air : untuk mengukur kedalaman air laut pada setiap stasiun maka
digunakan alat pengukur kedalaman air (Echosounder). Pengukuran kedalaman air
dilakukan dengan cara mencelupkan Echosounder tersebut ke dalam air laut dan
menekan tombol On. Setelah itu, nilai kedalaman air dapat dilihat pada layar yang
terdapat pada Echosounder tersebut.
Suhu : untuk pengukuran suhu air laut pada setiap stasiun digunakan alat pengukur
suhu (termometer). Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan
termometer tersebut ke dalam air laut selama 1 menit. Kemudian melihat nilai suhu
air laut pada termometer tersebut.
Salinitas
: untuk pengukuran salinitas air laut digunakan alat pengukur salinitas
(refractometer) dan spoit (untuk mengambil sampel air laut). Pengukuran salinitas
dilakukan dengan cara mengambil sampel air laut dengan spoit dan diteteskan ke
atas kaca refractometer. Kemudian kaca tersebut ditutup, dan melihat nilai salinitas
dengan cara mengarahkan ujung refractometer ke arah matahari.
Arus : untuk pengukuran kecepatan dan arah arus digunakan tongkat arus setinggi
3 meter yang dilengkapi tali plastik sepanjang 1 meter. Untuk mengetahui waktu yang
4
dibutuhkan tali untuk tegak lurus digunakan stopwatch, dan untuk mengetahui arah
arus digunakan kompas. Pengukuran arus dilakukan dengan cara meletakkan
tongkat arus pada stasiun, kemudian tali plastik dilepas bersamaan dengan memulai
stopwatch. Apabila tali sudah menegang, maka stopwatch dihentikan, dan melihat
waktunya.
2.2.1.3 Klorofil-a
Untuk klorofil-a, sampel airnya diambil dengan menggunakan Niskin bottle, dan dimasukkan
ke dalam botol sampel 1 L yang telah dibungkus kertas aluminium yang kemudian di simpan
di dalam cool box. Setelah itu, air di dalam botol difilter dengan menggunakan kertas filter
yang kemudian dibungkus dengan kertas aluminium. Apabila klorofil-a akan dianalisis, kertas
filter tadi dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah dicuci terlebih dahulu dengan
aquadest kemudian dibilas dengan aseton 90%, hingga kertas filter tersebut mendekati
dasar tabung. Kemudian memasukkan larutan aseton 90% sebanyak 10 ml ke dalam tabung
gelas tersebut, setelah itu tabung gelas ditutup dengan parafilm, dan disimpan di rak tabung,
yang kemudian dibungkus dengan kertas aluminium, agar cahaya tidak bisa masuk ke dalam
tabung gelas yang dapat merusak klorofil-a. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kulkas selam
24 jam.
Tabung gelas yang telah disimpan selama 24 jam di kulkas, dipindahkan ke dalam freezer
selama 15 menit, agar semua sampel di dalam tabung gelas dingin, sehingga pada saat
disentrifugal, tabung tidak meledak. Setelah 15 menit, tabung gelas dimasukkan ke dalam
sentrifugal yang telah disetel putarannya hingga 5000 putaran/menit selama 15 menit.
Kemudian menyediakan 2 quivett dengan lebar 1 cm, quivett yang satu untuk aseton
sebagai standar absorbance, sedangkan quivett yang lainnya digunakan untuk sampel
klorofil-a. Setelah itu, quivett dimasukkan ke dalam sprektofotometer untuk mengetahui
kandungan klorofil-anya. Adapun yang digunakan adalah 750 nm, 665 nm, 647 nm, dan
630 nm.
2.3 Analisis Data
Untuk perhitungan komposisi jenis, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominansi
dan indeks keseragaman digunakan rumus sebagai berikut :
a. Persentase Kelimpahan
Untuk menghitung persentase kelimpahan digunakan rumus (Boyd, 1979) :
ni
100 %
N
Persentase kelimpahan (%) =
dengan :
ni : Jumlah individu setiap jenis yang teramati
N : Jumlah total individu
b. Kelimpahan Zooplankton
5
c. Indeks Dominansi
Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus Evennes Shannon dari Simpson
ni
Dominansi Simpson
Ni
d. Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon
ni
ni
ln
N
N
e. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus Evenness Shannon
H'
H' Max
(Soegianto, 1994) yaitu : E =
, H Max = log S
dengan :
6
E :
Indeks Keseragaman
H :
Indeks Keanekaragaman
S :
f. Klorofil-a
Klorofil-a adalah produsen primer dalam perairan yang sangat berhubungan erat dengan
zooplankton, karena merupakan makanan bagi biota tersebut. Sehingga sedikit-banyaknya
kelimpahan zooplankton pada suatu perairan, sangat bergantung kepada kandungan klorofila. Untuk mengetahui kandungan nilai klorofil-a maka digunakan metode Jeffrey & Humphrey
(1975), yaitu :
(11,85 x kE665 - 1,54 x kE647 0,08 x kE630) x V aseton
Chl-a (g/dm3) =
PxL
dimana : kE665 = E665 E750
kE647 = E647 E750
kE630 = E630 E750
P
2.
Stress value = 0,15 menggambarkan plot yang cukup akurat dengan tingkat
kesalahan interpretasi rendah.
3.
Stress value < 0,2 menggambarkan plot kurang baik untuk digunakan.
4.
Stress value > 0,2 sangat besar kemugkinan terjadi kesalahan dalam
menginterpretasikannya (Clarke, 1993).
ANOSIM ( Analysis of Similarity)
Analysis of similarity (ANOSIM) merupakan suatu program di dalam program PRIMER yang
digunakan untuk menganalisis secara statistik ada tidaknya perbedaan komposisi jenis di
antara parameter-parameter yang diukur atau diuji (Clarke dan Gorley, 2001).
Semua analisa dapat dijalankan secara bersama-sama untuk semua stasiun dengan
faktor/variabel uji. Perbedaan signifikan antara perlakuan faktor dan variabel diuji dengan
menggunakan one-way ANOSIM permutation test (Clarke dan Gorley, 2001).
SIMPER ( Similarity of Persentage)
Similarity of Percentage (SIMPER) merupakan suatu output dari program PRIMER yang
digunakan untuk mengidentifikasi jenis organisme tertentu yang menjadi spesies dominan di
lokasi yang berbeda, untuk mengetahui perbedaan spesies diantara faktor uji, dan spesies
apa yang menjadi pembeda (Clarke dan Gorley, 2001).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Komposisi Jenis Zooplankton
hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona baik pada saat bulan terang
maupun pada saat bulan gelap, maupun antar stasiun pengamatan ditemukan zooplankton
sebanyak 8 filum (Tabel 1)
Tabel 1. Komposisi Jenis Zooplankton yang Ditemukan di Perairan Pulau Samalona
Filum
Annelida
Arthropoda
Chaetognatha
Chordata
Cnidaria
Ctenophora
Echinodermat
a
Mollusca
Berdasarkan Bulan
Pengamatan
Berdasarkan Stasiun
Pengamatan
Karang
Karang
Pecahan
Baik
sedang
karang
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Bulan Terang
Bulan Gelap
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan : + = Ditemukan
x
Gambar 2. Perbandingan Kelimpahan Rata-rata Zooplankton (
plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air,
kemampuan geraknya sangat terbatas dan selalu terbawa oleh arus.
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
FILUM
Annelida
Arthropoda
Chaetognath
a
Chordata
Cnidaria
Ctenophora
Echinoderma
ta
Mollusca
JUMLAH
KARANG BAIK
Kelimpah Persenta
an
se
STASIUN
KARANG SEDANG
Kelimpah Persenta
an
se
PECAHAN KARANG
Kelimpah Persentas
an
e
(ind/m)
158
3673
(%)
3
80
(ind/m)
165
1674
(%)
7
69
(ind/m)
87
1950
(%)
3
72
179
231
240
9
4
5
5
0
79
124
257
27
3
5
11
1
82
93
300
5
3
3
11
0
59
16
4564
1
0
100
64
42
2431
3
2
100
198
3
2718
7
0
100
No
Stasiun
Nilai
Perbedaa
n
0.181
2
3
0.241
0.850
Keterangan
Tidak Berbeda
Nyata
Tidak Berbeda
Nyata
Tidak Berbeda
Nyata
Untuk
10
11
x
Gambar 4.Perbandingan Kelimpahan Zooplankton ( SE, N=6) Antar Bulan Pengamatan
di Perairan Pulau Samalona, Makassar
Dari hasil uji ANOVA pada selang kepercayaan 95 % ( = 0,05), menunjukkan bahwa
kelimpahan zooplankton tidak menunjukkan perbedaan antar bulan pengamatan(p > 0,05).
3.2.3
3.2.3.1
Gambar 5.Grafik Perbandingan Kelimpahan Antara Zooplankton dan Klorofil-a Pada Saat
Bulan Terang di Perairan Pulau Samalona, Makassar.
3.2.3.2
13
Gambar 6.Grafik Perbandingan Kelimpahan Antara Zooplankton dan Klorofil-a Pada Saat
Bulan Gelap di Perairan Pulau Samalona, Makassar
3.3 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi
3.3.1 Indeks Keanekaragaman (H)
Nilai indeks keanekaragaman adalah suatu pernyataan atau penggambaran secara
matematik yang menjelaskan informasi-informasi mengenai jumlah individu dan jumlah
spesies suatu organisme (Kaswadji, 1976).
Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman (H) pada setiap
stasiun berkisar antara 0.78 1.11. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada
stasiun karang sedang dengan nilai indeks keanekaragaman 1.11, yang berarti bahwa di
stasiun karang sedang tingkat keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap
filum
sedang,
sehingga
kestabilan
komunitas
sedang.
Sedangkan
nilai
indeks
keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun karang baik yaitu 0.78, yang berarti bahwa
di stasiun karang baik tingkat keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap
filum rendah, sehingga kestabilan komunitas rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mason (1981) dalam Awaluddin (2008), yang menyatakan bahwa H<1, keanekaragaman
rendah, 1<H<3, keanekaragaman sedang, dan H>3, keanekaragaman tinggi. Hal ini diduga
karena pada stasiun karang baik, perbandingan kelimpahan antara filum yang dominan yaitu
Arthropoda dengan filum lainnya sangat berbeda jauh, sehingga hanya ada satu filum yang
sangat dominan di komunitas tersebut, yang mengakibatkan tingkat keanekaragaman
komunitas tersebut rendah. Sedangkan untuk stasiun karang sedang (1.11) dan stasiun
pecahan karang (1.06) masuk dalam tingkat keanekaragaman sedang, karena walaupun
filum Arthropoda masih mendominasi tetapi kelimpahannya tidak terlalu berbeda jauh
dengan filum lainnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Soegianto (1994), bahwa suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi, jika komunitas itu disusun
oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama.
Sebaliknya, jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies, dan jika hanya sedikit
saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.
14
x
Gambar 7. Nilai Indeks Keanekaragaman Zooplankton (
Samalona, Makassar
3.3.2
Nilai indeks keseragaman digunakan untuk menggambarkan keadaan jumlah spesies atau
genus yang mendominasi dan bervariasi yang mempunyai kisaran nilai 0 1. Berdasarkan
histogram indeks keseragaman pada Gambar 8, maka diketahui bahwa kisaran nilai indeks
keseragaman di perairan Pulau Samalona berkisar antara 0.41 0.63, dengan nilai indeks
keseragaman tertinggi pada stasiun pecahan karang yaitu 0.63, kemudian stasiun karang
sedang yaitu 0.59, dan nilai indeks keseragaman terendah pada stasiun karang baik yaitu
0.41. Hal ini berarti pada stasiun karang sedang dan stasiun pecahan karang jumlah individu
tiap spesies atau filum yang menyusun komunitas zooplankton boleh dikatakan hampir sama
atau merata, karena mendekati nilai 1. Sedangkan pada stasiun karang baik, nilai indeks
keseragamannya lebih rendah dan mendekati angka 0, yang berarti semakin kecil
keseragaman suatu komunitas. Artinya, bahwa penyebaran jumlah individu setiap spesies
atau filum tidak sama dan ada cenderung bahwa suatu spesies atau filum mendominasi
komunitas tersebut. (Pasengo, 1995)
15
x
Gambar 8. Nilai Indeks Keseragaman Zooplankton (
Samalona, Makassar
3.3.3
Indeks dominansi adalah penggambaran mengenai perubahan struktur dari komunitas suatu
perairan untuk mengetahui peranan suatu sistem komunitas serta efek gangguan pada
komposisi, struktur, dan laju pemulihannya. Berdasarkan Gambar 9, maka dapat diketahui
bahwa nilai indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun karang baik yaitu 0.66,
kemudian stasiun karang sedang yaitu 0.50, dan terendah adalah stasiun pecahan karang
yaitu 0.47. Apabila nilai indeks dominansi mendekati 1, maka komunitas tersebut didominasi
oleh spesies atau filum tertentu, dan apabila mendekati 0, maka tidak ada spesies atau filum
yang dominan pada komunitas tersebut. (Odum, 1971)
x
Gambar 9. Nilai Indeks Dominansi Zooplankton ( SE, N=4) di perairan Pulau Samalona,
Makassar
3.4
16
Gambar 10. Plot nMDS Zooplankton Pada Saat Bulan Terang di Pulau Samalona, Makassar
Plot nMDS yang didapat pada bulan gelap (Gambar 11) hampir sama dengan yang didapat
pada bulan terang, dimana plot nMDS menunjukkan titik titik sampel antar stasiun yang
saling berjauhan. Hal ini menunjukkan pengelompokan struktur komunitas yang berbeda
beda untuk tiap lokasi sampling. Hal ini sesuai dengan pendapat Clarke dan Gorley (2001)
mengemukakan bahwa jika titiknya saling berdekatan menggambarkan sampel mempunyai
kesamaan dalam komposisi spesies, dan jika titiknya saling berjauhan menggambarkan
pengelompokan komunitas yang sangat berbeda. Nilai stress value yang didapat pada
17
Gambar 11 yaitu 0.04, ini menggambarkan bahwa plot sempurna dengan kemungkinan tidak
ada kesalahan dalam menginterpretasikannya.
Keterangan :
= karang baik
= karang sedang
= pecahan karang
Gambar11.Plot nMDS Zooplankton Pada Saat Bulan Gelap di Pulau Samalona, Makassar
3.4.2
ANOSIM adalah analisis yang dalam pengolahannya secara statistik bermanfaat untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan struktur komunitas antara kondisi atau parameter yang
diuji. Hasil uji Analysis of Similarity (ANOSIM) pada selang kepercayaan 90% ( = 0.1),
diketahui nilai persentasi tingkat perbedaan antara stasiun karang baik dengan stasiun
karang sedang adalah 11.4% atau 0.11 (tidak berbeda nyata), stasiun karang baik dengan
stasiun pecahan karang adalah 5.7% atau 0.05 (berbeda nyata), dan antara stasiun karang
sedang dengan stasiun pecahan karang adalah 62.9% atau 0.6 (tidak berbeda nyata).
Secara keseluruhan, tingkat persentasi perbedaan antar ketiga stasiun pengamatan adalah
sebesar 9.8% atau 0.098 (berbeda nyata). Sedangkan dari perbandingan antara bulan gelap
dengan bulan terang, maka didapatkan nilai tingkat persentasi perbedaan yaitu 14.1% atau
0.14 (tidak berbeda nyata). Adapun hasil uji ANOSIM zooplankton di perairan Pulau
Samalona, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji ANOSIM Zooplankton di Perairan Pulau Samalona
Uji Pasangan ANOSIM
Stasiun
Nilai
Global R
Keterangan :
Tingkat
Perbedaan (%)
0.25
11.4
I vs III
0.385
5.7
II vs III
-0.083
62.9
18
0.122
14.1
SIMPER bermanfaat untuk menentukan kesamaan dan perbedaan dari spesies yang
menyusun komunitas di setiap lokasi/parameter yang diuji, atau dengan kata lain untuk
mengidentifikasi jenis organisme tertentu yang menjadi spesies dominan di lokasi yang
berbeda, dan untuk mengetahui perbedaan spesies di antara faktor uji, serta spesies yang
menjadi pembeda. Besar kecilnya perbedaan dapat dilihat pada nilai perbedaannya.
Semakin tinggi nilai persentasi perbedaan, maka semakin besar perbedaan antar lokasi
yang diuji, begitupun sebaliknya.
Dari hasil uji Similarity of Percentage (SIMPER) pada Tabel 5 diketahui perbandingan
struktur komunitas antar ketiga stasiun pengamatan. Perbedaan tertinggi terdapat pada
perbandingan antara stasiun karang baik dengan stasiun pecahan karang yaitu 35.78%,
kemudian antara stasiun karang sedang dan pecahan karang yaitu 29.04%, dan terendah
antara stasiun karang baik dan karang sedang yaitu 28.04%. Hal ini berarti, dari ketiga
stasiun pengamatan yang dibandingkan, antara stasiun karang baik dan pecahan karang
yang paling berbeda penyusun komunitas zooplanktonnya. Hal ini diduga karena kelimpahan
rata-rata setiap filum antara stasiun karang baik dan pecahan karang sangat berbeda.
Dilihat dari filum yang paling mempengaruhi perbedaan struktur komunitas, diketahui filum
Arthropoda yang paling bertanggung jawab pada perbedaan struktur komunitas antara
stasiun karang baik dengan karang sedang, begitupun juga pada karang sedang dengan
pecahan karang. Sedangkan filum yang paling mempengaruhi perbedaan struktur komunitas
antara stasiun karang sedang dengan pecahan karang adalah Echinodermata.
Untuk perbandingan penyusun komunitas zooplankton antara bulan gelap dengan bulan
terang, didapatkan nilai persentasi perbedaan adalah 30.75%, dan filum yang paling
mempengaruhi perbedaan struktur komunitas antara bulan terang dengan bulan gelap
adalah Cnidaria.
Tabel 5. Hasil Uji SIMPER di Perairan Pulau Samalona
Hasil Uji SIMPER
Stasiun
Perbedaan
(%)
I vs II
28.04
I vs III
35.78
II vs III
29.04
Terang
vs
Gelap
30.75
TANGGA
L
Bulan
Terang
20/06/200
8
Bulan
Gelap
5/7/2008
Bulan
Terang
20/07/200
8
Bulan
Gelap
3/8/2008
STASIU
N
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
KEDALAMA
N AIR
SUH
U
SALINITA
S
(m)
4
2.5
2.3
4.8
2.1
1.9
3.5
1.8
1.5
4.5
2.9
2
(C)
27
28
28
28
28
28
28
28
28
27
27
28
()
35
36
36
33
34
34.5
32
34
33.5
33
34
33
ARUS
Kec(m/s
)
0.20
0.15
0.20
0.27
0.20
0.03
0.12
0.04
0.07
0.09
0.10
0.07
Arah
40 - 60
40 - 60
40 - 60
60 - 80
60 - 80
60 - 80
220-260
180
90
40
180-200
200
Tabel 6, diketahui kisaran nilai suhu air laut pada lokasi penelitian selama sampling adalah
27 280 C, yang berarti kondisi perairan Pulau Samalona ditinjau dari parameter suhu masih
berada dalam taraf yang normal. Hal ini sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (2004)
tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut bahwa suhu yang normal adalah 28 300 C.
Untuk parameter salinitas, diketahui berkisar antara 33 36 yang berarti kadar salinitas di
perairan Pulau Samalona masih dalam taraf yang normal. Hal ini sesuai Keputusan Menteri
20
Lingkungan Hidup (2004) tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut bahwa salinitas yang
baik adalah 33 34 .
Sedangkan berdasarkan kecepatan arusnya, diketahui bahwa kisaran nilai kecepatan arus di
perairan Pulau Samalona adalah 0.04 0.27 m/s. Sehingga berdasarkan kecepata arusnya,
perairan Pulau Samalona dapat dikelompokkan ke dalam perairan yang berarus sangat
lambat sampai lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mason (1981), bahwa berdasarkan
kecepatan arusnya maka perairan dapat dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat
(>1 m/s), cepat (0.5 1 m/s), sedang (0.25 0.5 m/s), lambat (0.1 0.25 m/s), dan sangat
lambat (<0.1 m/s).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona, Makassar, maka
dapat disimpulkan bahwa;
1.
Zooplankton yang diperoleh terdiri dari 8 filum dimana filum Arthropoda yang paling
dominan. Kelimpahan zooplankton relatif rendah yaitu berkisar antara 2431 4864
individu/m3.
2.
stasiun pengamatan dan antar bulan pengamatan tidak berbeda nyata. (p>0.05)
3.
rendah hingga sedang. Nilai rata-rata indeks keseragaman (E) berkisar antara 0.41 0.63,
sedangkan nilai rata-rata indeks dominansi (C) berkisar antara 0.47 0.66.
4.
Berdasarkan plot nMDS yang didapat pada bulan terang dan bulan gelap
Hasil uji ANOSIM antar bulan pengamatan menunjukkan tidak adanya perbedaan
22