Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PLANKTON DI PULAU

KOTOK KECIL, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

Oleh :

Yudhistira Prakasaditya 163112620150028


Maya Salsabila 163112620150057
Fadila Nuriati Khairunnisa 163112620150071
Nisrina Nur Syifa 173112620150118

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I. PENDAHULUAN

A. Teori Dasar
Salah satu keanekaragaman hayati yang belum banyak dipelajari adalah
plankton. Plankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang di perairan.
Terdapat dua kelompok besar plankton, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton yakni plankton nabati (> 90% terdiri dari algae) yang mengandung
klorofil yang mampu mensintesa nutrien-nutrien anorganik menjadi zat organik
melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar surya, dan
Zooplankton adalah plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung pada
organisme lain yang masih hidup maupun partikel-partikel sisa organisme seperti
detritus dan debris. Disamping itu plankton ini juga mengkonsumsi fitoplankton.
Zooplankton memegang peranan sangat penting di perairan, dimana dalam tingkatan
trofik atau aliran energi di ekosistem, zooplankton berperan sebagai konsumen
tingkat pertama, yang memindahkan energi dari produsen ke konsumen tingkat dua.
Zooplankton berpengaruh terhadap potensi kemunculan dan distribusi ikan pelagis,
dimana hampir semua ikan pelagis merupakan ikan ekonomis penting yang tingkat
permintaan di pasar tinggi.
Komunitas ikan biasanya berkembang baik pada daerah dimana organisme-
organisme planktoniknya melimpah karena induk ikan harus memastikan anaknya
dapat memperoleh makanan yang cukup. Selain itu juga zooplankton dapat
digunakan sebagai indikator polusi perairan. Plankton didefinisikan sebagai
organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagic, samudera, laut, dan air
tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di
bumi karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan
makhluk laut plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil dan walaupun sejenis benda hidup,
plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang, atau angin yang
menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai dimana dia dapat bekal garam
mineral dan cahaya matahari yang mencukupi.
Penyebaran plankton tidak merata dalam suatu perairan karena dipengaruhi
faktor baik kimia maupun fisika, antara lain, intensitas cahaya matahari, salinitas,
dan suhu. Sedangkan menurut ketidakragaman penyebaran plankton secara
horizontal tidak dapat terjadi di daerah yang luas tetapi juga pada danau kecil, laut,
dan tambak. Penyebaran ini dipengaruhi oleh faktor fisis seperti aliran air, arus yang
menyebabkan variasi nitrat dan juga menyebabkan terjadinya percampuran massa
air.
Pengambilan plankton dilakukan di pulau kotok kecil, yang berada di kepulauan
seribu. Kepulauan seribu terletak ±45 km sebelah utara Jakarta. Pulau seribu
mempunyai 342 pulau dengan 11 pulau yang berpenduduk, kebanyakan menempati
Pulau Pramuka (Pusat Administrasi) dan Pulau Panggang yang letaknya berdekatan.
Penduduk kepulauan seribu umumnya bermatapencaharian sebagai nelayan. Seiring
berkembangnya pariwisata di Jakarta, kepulauan seribu telah menjadi tujuan utama
wisatawan lokal dan mancanegara untuk melakukan kegiatan snorkling, diving dan
memancing. Dengan banyaknya kegiatan masyarakat di pulau padat penduduk serta
kegiatan wisata yang terus menerus, akan mempengaruhi kualitas lingkungan
perairan. Untuk melihat kestabilan lingkungan daerah pulau seribu, perlu dilakukan
penelitian di daerah sekitar aktivitas manusia, seperti Pulau Kotok, pulau tidak
berpenghuni tetapi daerah sekitar pulau menjadi titik penyelaman wisatawan
domestik dan mancanegara.

B. Tujuan
Mengetahui keanekaragaman plankton di perairan pulau kotok kecil.
BAB II. METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Alat:
1. Plankton Net
2. Ember
3. Botol Vial
4. Refractometer
5. Indikator pH universal
6. Alat pengukur kecerahan air
7. Alat pengukur arus (buatan)
8. Alat Tulis
9. Mikroskop
10. Kaca Penutup
11. Kaca Preparat
12. Pipet Tetes

Bahan:
1. Alkohol 70%

B. Cara Kerja
1. Plankton pada Badan Air
a. Disediakan alat yang akan digunakan yakni plankton net, ember, dan botol
vial.
b. Ditentukan titik pengambilan sampel pada stasiun.
c. Diambil air laut dengan menggunakan ember 10 L.
d. Disaring air dengan menggunakan plankton net.
e. Dipindahkan hasil penyaringan ke dalam botol vial.
f. Diberikan alkohol 70% untuk mengawetkan.
2. Pengamatan Laboratorium
a. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditempatkan plankton pada kaca preparat lalu ditutup dengan kaca penutup.
c. Diteteskan air pada kaca preparat.
d. Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop.
e. Dicatat hasil pengamatan dan identifikasi jenis-jenis plankton yang
ditemukan.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi lingkungan dan intensitas sinar matahari berpengaruh terhadap jumlah


populasi fitoplankton, berikut parameter lingkungan di ketiga stasiun pengamatan dengan
parameter adalah salinitas, intensitas cahaya, kuat arus.

Tabel 1. Parameter Lingkungan


No. Stasiun pH Salinitas (psu) Kecerahan (m) Arus

1 Selatan 7 35 8 2:21
2 Barat 7 35 10 1:01
3 Utara 7 35 10 0:38

Berdasarkan pengamatan di tiga stasiun pada pulau kotok kecil di kepulauan


seribu, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Data Plankton

No. Stasiun Tipe Plankton Kelas Jenis Plankton

1 Selatan Zooplankton Monogononta Asplanchna sp.

Bacillriophyceae Coscinodiscus sp.


2 Barat Fitoplankton
Cyanophyceae Spirulina sp.
3 Utara Fitoplankton Zygnematophyceae Closterium sp.

Dari hasil pengambilan sampel plankton di 3 stasiun penelitian dan kemudian dilanjutkan
dengan proses identifikasi sampel diketahui komposisi dan jenis plankton yang ada di
pulau kotok pada bulan Juli 2019 hanya ditemukan 4 spesies, yaitu Asplana sp.,
Coscinodiscus sp., Spirulina sp., Closterium sp., berikut penjelasan masing-masing jenis
dalam kelasnya:
1. Asplanchna sp.
Hasil yang diperoleh pada stasiun I (selatan) yaitu Asplanchna sp dari jenis
zooplankton yang masuk dalam kelas Monogononta. Habitat dari kelas
Monogononta ini paling banyak dan sering ditemukan pada air tawar dan dapat
ditemukan di air laut. Namun, Asplanchna sp yang ditemukan di air laut terjadi
karena masuknya air sungai ke dalam air laut atau terdapat sungai didekat laut.
Asplanchna sp yang ditemukan pada sample yang diamati terjadi karena
kesalahan dalam pengambilan sample.
Asplanchna sp adalah predator dan cenderung memakan alga besar.
Makanan utamanya, yaitu terdiri dari rotifera lain, cladocerans, copepoda, dan
ciliate (Sarma, 2002). Selain itu, zooplankton memiliki peranan penting dalam
jaring-jaring atau rantai makanan pada ekosistem laut. Zooplankton merupakan
sumber pangan bagi semua ikan di zona pelagis. Oleh karena itu, kelimpahan
zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan perairan (Arinardi, 1997).
Zooplankton penting karena di perairan memanfaatkan nutrient melalui proses
fotosintesis (Kaswadji, 2001).

2. Coscinodiscus sp.
Hasil yang diperoleh dari stasiun II (barat) yaitu fitoplankton jenis Coscinodiscus
sp dan Spirulina sp. Jenis fitoplankton ini masuk kedalam kelas Bacillariophyceae
(Diatom), yang mana pengklasifikasian plankton di kelas ini berdasarkan bentuk
yaitu centris (simetri radial) dan pennate (simetri bilateral) serta berdasarkan cara
hidup, Coscinodiscus termasuk kedalam Bacillariophyceae dengan cara hidup
yaitu diatom plankton yang biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan,
baik air tawar maupun air laut, tidak seperti cara hidup satunya yaitu Diatom
bentos yang pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel pada
substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella sp. Di alam, kelas ini merupakan
jenis pakan yang sangat disukai oleh larva ikan dan krustase. Didalam
pembenihan dan akuakultur kelas Bacillariophyceae menjadi andalan pakan alami
terutama dalam pembenihan crustcea seperti udang windu, vannamei, dan
kepiting. Menurut Thoha (2007), mengatakan bahwa disepanjang pantai tropis
terutama disekitar mulut sungai, melimpahnya diatom disebabkan oleh pangaruh
daratan (land mass effect) sebagai akibat terbawanya nutrisi dari sawah, ladang,
limbah industri dan limbah rumah tangga melalui aliran sungai dan juga karena
turbulensi (pengadukan) oleh gelombang pasang dan arus laut yang relatif dalam
ke yang lebih dangkal.
3. Spirulina sp.
Hasil yang diperoleh dari stasiun II (barat) yaitu fitoplankton jenis Spirulina
sp. Jenis tersebut merupakan mikroalga dari kelas Chlorophyceae yang menyebar
secara luas di alam dan dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di
perairan payau, laut dan tawar (Buwono dan Nurhasanah, 2018) Pada hasil
pengamatan banyak ditemukan dari jenis spirulina. Hal ini mungkin terjadi karena
air laut tercemar limbah. Ali et al., (2015) mengatakan bahwa spirulina sp dapat
tumbuh di daerah tercemar dan sistem air buangan limbah. Jenis ini memiliki
toleransi yang cukup tinggi terhadap salinitas tempat hidupnya, sehingga mampu
hidup di air payau, air tawar, kolam pasang surut dan kolam bersalinitas tinggi.
Spirulina sp. berwarna hijau kebiruan, sel membentuk filament terpilin
menyerupai spiral (helix) sehinggga disebut alga hijau-biru berfilamen. Spirulina
sp. merupakan salah satu pakan alami yang telah dimanfaatkan sebagai pakan
alami pada budidaya organisme laut seperti rotifer, larva oyster, kerang mutiara,
abalone, udang, kakap dan kerapu (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Spirulina
sp mengandung pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Kandungan
tesebut tergantung pada suplai nitrogen. Fikosianin telah digunakan sebagai
pewarna alami makanan, kosmetika, dan obat-obatan. Fikosianin merupakan
protein kompleks yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh, bersifat
antikanker dan antioksidan, Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi
sehingga dijadikan sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan
karbohidrat dan senyawa organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga
menghasilkan protein yang cukup tinggi Manfaat lain dari Spirulina sp. adalah
sebagai pakan zooplankton, larva udang atau ikan dan hewan-hewan kecil lainnya.
Spirulina di Jepang diberikan pada ikan mas koki dan ikan hias lainnya
untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga saat ini di
Indonesia belum terdapat pembudidayaan Spirulina skala massal yang dilakukan
oleh peternak ikan untuk kepentingan pakan alami.

4. Closterium sp.
Hasil yang diperoleh dari stasiun III (utara) yaitu fitoplankton jenis
Closterium sp. Habitatnya berada di air tawar dan mampu toleran terhadap air
payau. Jenis tersebut dapat ditemukan dalam sample karena terbawa arus atau
gelombang laut yang berasal dari rawa-rawa. Jenis plankton ini termasuk dalam
jenis fitoplankton yang memiliki bentuk mirip seperti sabit memanjang,
melengkung dan meruncing di bagian ujungnya, memiliki kloroplast sehingga
dapat berfotosintesis, serta memiliki banyak vakuola di bagian ujung. Reproduksi
dengan aseksual yaitu dengan pembelahan biner, sedangkan dengan seksual yaitu
dengan konjungasi untuk membentuk sebuah hypnozyngote, habitat Closterium
sp. yaitu pada daerah-daerah perairan, salah satunya yaitu pada air laut. Selain itu,
fitoplankton ini memiliki peranan yang sangat penting dalam ekosistem perairan
karena merupakan produsen primer, yaitu dapat sebagai penghasil oksigen dan zat
organik (Tjitrosoepomo,1989).
BAB IV. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan terdapat 1 jenis zoopankton (Asplanchna sp) dan 3 jenis fitoplankton
(Coscinodiscus sp, Spirulina sp, Closterium sp). Plankton ditemukan sedikit karena
kesalahan saat pengambilan sampling
DAFTAR PUSTAKA

Arinardi et all., 1997. Plankton; Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Buwono, N. R Dan R. Q. Nurhasanah. 2018. Studi Pertumbuhan Populasi Spirulina Sp.


Pada Skala Kultur Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan.
10(1):35-46.

Diasari D, Irawan B, Moehammadi N. 2014. Kepadatan dan Keanekaragaman Plankton


di Perairan Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur dari
Daerah Hulu, Daerah Tengah dan Daerah Hilir Bulan Maret 2014. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Djokosetiyanto D dan Rahardjo S. 2006. Kelimpahan dan Kenekaragaman Fitoplankton


di Perairan Pantai Dadap Teluk Jakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia, Jilid 13, Nomor 2: 135-141. Jakarta.

Isnansetyo Dan Kurniastuty.1995.Teknik Kultur Phytoplankton Dan Zooplankton.


Kanisius. Jogjakarta.
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan
kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan
Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

Nadhillah S. 2018. Filum Cyanophyta “Spirulina sp.”. Universitas Brawijaya.


Malang.

Sarma, S.S.S., Larios-Jurado, P.S., & Nandini, S., 2002. Population growth of
Asplanchna sieboldi fed two Brachionus spp. (Rotifera) raised on green ala and
baker’s yeast. Hydrobiologia 467:63-69.

Wahyu S. Rizka, et al. 2014. Laporan Praktikum Teknik Budidaya Pakan Alami
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Fakultas Biologi. Universitas
Jenderal Soedirman.

https://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-023-1.pdf diakses 10
Agustus 2019

http://people.cst.cmich.edu/mcnau1as/zooplankton%20web/asplanchna/asplanchna.htm
diakses 10 Agustus 2019

https://www.academia.edu/9955598/Identifikasi_Plankton diakses 10 Agustus 2019


LAMPIRAN

Gambar 1. Zooplankton Asplanchna sp di bawah mikroskop

Gambar 2. Fitoplankton Coscinodiscus sp di bawah mikroskop


Gambar 3. Fitoplankton Spirulina sp di bawah mikroskop

Gambar 4. Fitoplankton Closterium sp di bawah mikroskop

Gambar 5. Proses pengambilan plankton dengan plankton net


Gambar 6. Pengukuran pH dengan indikator universal.

Anda mungkin juga menyukai