Anda di halaman 1dari 40

TUGAS BUDIDAYA PAKAN ALAMI

RESUME BAB 1
“Methods of Collection, Preservationand Taxonomic Identification of Marine
Phytoplankton”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

M. BINTANG NUGRAHA 141811133155


ZAKIYA MARDIANA 141911133054
WIDYA ANDRIANI 141911133055
SUFIYATUN NADHIRO 141911133063

KELAS C-AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
METODE PENGUMPULAN, PELESTARIAN DAN IDENTIFIKASI TAKSONOMI
DARI PHYTOPLANKTON LAUT

PENDAHULUAN

Istilah kata plankton diciptakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887. Kata “plankton”
berasal dari bahsa yunani yang memiliki arti melayang. Plankton didefinisikan sebagai
organisme yang mengapung di sekitar permukaan air. Organisme ini tidak dapat bergerak,
pergerakannya mengikuti pasang surut serta arus. Fitoplankton dianggap sebagai produsen
pada rantai makanan di lingkungan perairan. Organisme fitoplankton ditemukan di hampir
semua ekosistem akuatik dan memegang peran penting dalam jaring makanan akuatik.
Fitoplankton menyediakan makanan untuk zooplankton yang memiliki ukuran kecil. Alasan
fitoplankton dijadikan sebagai sumber makanan, karena fitoplankton kaya akan biofuel,
pakan dan pupuk hayati. Selain sebagai produsen pada lingkungan perairan, fitoplankton juga
memiliki peran sebagai pemantauan kualitas air. Hal tersebut dapat terjadi karena kelompok
akuatik pertama yang merespon perubahan kondisi nutrisi dalam suatu ekosistem adalah
fitoplankton (Mitra et al., 2004).

Seiring berjalannya waktu, fitoplankton akan diakui sebagai salah satu organisme
yang memiliki banyak peran penting pada perairan. Namun adanya kendala sistematika dan
identifikasi taksonomi fitoplankton masih dalam kritis, hal tersebut terjadi karena minimnya
manusia yang ingin menjadi taksonom fitoplankton. Maka dari itu, dibuatlah makalah ini
untuk memberikan informasi mengenai berbagai teknik yang melibatkan pengumpulan,
pengawetan, dan identifikasi morfologi beberapa fitoplankton secara umum.

KLASIFIKASI FITOPLANKTON

Berdasarkan kandungan proteinnya, plankton laut dapat diklasifikasikan sebagai


fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewan). Perbedaan diantara
keduanya terletak pada kemampuan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis dengan
tersedianya klorofil dalam sel-sel organisme tersebut (Dimenta dkk., 2020). Berdasarkan
struktur sel dan pengaturan dindiing sel, fitoplankton terbagai menjadi lima kelompok yaitu :
diatom, dinoflagellata, alga biru, alga hijau biru dan coccolithophores.

 Bacillariophyceae (Diatoms)

Merupakan fitoplankton yang berukuran mikroskopis dan memiliki


karakteristik cangkang atau frustula. Frustula terdiri dari silika yang tembus cahaya.
Pada bagian dinding selnya terdapat dua bagian yang menyerupai dasar kotak obat
yang dikenal sebagai hipoteka dan penutup yang disebut epiteka. Berdasarkan sifat
katup dan pola ornamen di permukaan katup, diatom dikelompokkan menjadi diatom
sentris dan diatom pennate. Diatom merupakan salah satu organisme yang biasa
digunakan sebagai bioindikator lingkungan. Hal ini dikarenakan diatom sangat
mempengaruhi kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai
sumber makanan dalam rantai makanan bagi berbagai organisme laut dan berperan
dalam perpindahan karbon, nitrogen dan fosfat (Nurlaelatun dkk., 2018).

 Diatom sentrik (Centric)

Karakteristik yang dimiliki diatom sentrik adalah sel yang berbentuk cakram,
solenoida atau silindris. Ornamennya radial, yaitu susunan tanda yang memancar
dari pusat. Diatom sentrik (centric) bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri
radial atau konsentrik dengan satu titik pusat, dan biasanya hidup secara
planktonik. Contoh spesies dari diatom sentrik adalah Cyclotella ocellata
(Pantocsek berbentuk bulat) dan Aulacoseira ambigua (Simonsen berbentuk
silindris) (Nugroho, 2019).

 Diatom pennate

Karakteristik yang dimiliki diatom pennate adalah memiliki bentuk


memanjang dan fusiform, bulat telur, dan sigmoid. Ornamennya bersifat
bilateral, yaitu susunan penandaannya adalah di kedua sisi sumbu apikal.
Sepanjang median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut raphe.
Raphe pada diatom digunakan untuk pergerakan diatom yang juga penting
dalam identifikasi dan berfungsi untuk bergerak dengan mengeluarkan
semacam cairan (Nugroho, 2019).

 Pyrrophyceae (Dinoflagellata)

Merupakan organisme uniseluler yang memiliki tubuh telanjang dan beberapa


spesies pada tubuhnya dilapisi dengan pelat selulosa. Dinoflagellata memiliki dua
buah flagel yang berfungsi sebagai alat gerak. Kedua flagel tersebut memiliki
perbedaan, terdapat satu flagel yang dapat mengeluarkan cahaya. Selain itu,
dinoflagellata mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin) yang dapat
berfotosintesis (Menon & Minu, 2017).
 Chlorophyceae (Alga Hijau)

Sebagian besar, alga hijau tumbuh di daerah pantai. Alga ini memiliki warna
hijau tua karena adanya kloroplas. Pola penyebaran alga hijau yaitu tersebar luas di
laut tropis dan subtropis, namun hanya sedikit spesies yang ditemukan di kutub utara
dan lautan antartika.

 Cyanophyceae (Alga Biru-Hijau)

Merupakan organisme uniseluler ataupun multiseluler. Warna biru pada


tubuhnya disebabkan karena adanya pigmen yang disebut phycocyanin. Diantara
banyak spesies dari golongan cyanophyceae, spesies yang paling banyak ditemukan
yaitu Trichodesmium erythraeum. Spesies ini pada musim-musim tertentu
biomassanya meningkat pesat dan terbentuk seperti gumpalan.

 Chrysophyceae (Coccolithophores)

Termasuk ke dalam kategori fitoplankton terkecil yang memiliki kisaran


ukuran antara 5-20 mikron. Beberapa spesies memiliki flagella namun adapula yang
tidak memilikinya. Tekstur tubuh Chrysophyceae (Coccolithophores) adalah lunak
yang ditutupi oleh pelat melingkar kecil yang terkalsifikasi. Golongan diatom ini
banyak ditemukan di perairan samudera terbuka di daerah tropis dan subtropis
(Nugroho, 2019).

Berdasarkan ukurannya fitoplankton diklasifikasikan menjadi lima kelompok yang


berbeda yaitu :

a) Ultraplankton – 2000 μm
b) Nannoplankton – 2–20 μm
c) Microplankton – 20–200 μm
d) Macroplankton – 200–2000 μm
e) Megaplankton – >2000 μm

Berdasarkan habitatnya, fitoplankton laut dibedakan menjadi berikut :

Plankton oceanik : yaitu plankton yang menghuni perairan di luar landas kontinen

Plankton neritik : yaitu plankton yang bertempat tinggal pada perairan di atas landas kontinen
Plankton air payau : yaitu plankton yang menghuni daerah air payau seperti muara, mangrove
dan laguna.

METODE PENGUMPULAN

Terdapat tiga jenis pengumpulan plankton yaitu pengumpulan horizontal,


pengumpulan vertikal dan pengumpulan miring yang diikuti untuk pengumpulan epipelagik,
plankton mesopelagik dan batipelagis. Ketiga metode tersebut akan dilakukan untuk
pengambilan sampel fitoplankton. Sampel akan diambil menggunakan beberapa alat yaitu
sampel botol, pompa dan jaring.

 Sampel Botol

Pengambilan sampel dengan sampel air adalah metode yang


direkomendasikan untuk studi kualitatif dan kuantitatif. Air dapat dapat diambil dari
kedalaman yang diinginkan. Metode sampel botol adalah metode yang paling
sederhana, karena umumnya digunakan untuk pengumpulan sampel air dari
kedalaman yang diinginkan dalam sistem dangkal seperti dekat perairan pantai, muara
sungai dan mangrove.

 Sampel Air Mayer

Sampel dibuat dengan menggunakan botol yang berukuran 1-2 L sebagai alat.
Botol tersebut ditutup dengan logam. Disiapkan pula dua buah tali nilon kemudian
diikatkan pada leher botol dan ke gabus. Selama waktu aplikasi, botol dibiarkan turun
ke kedalaman yang diinginkan dalam kondisi tertutup. Setelah itu stopper akan
terbuka akibat tarikan tali tutup yang kuat. Terbukanya stopper mengakibatkan air
mengalir ke dalam botol dan kemudian tali tutup dilepaskan. Setelah itu, dengan
menggunakan tali yang berada di leher botol, botol yang berisi sampel air dikeluarkan
dari kolom air.

 Sampler Air Friedinger

Terbuat dari plexiglass atau Perspex dengan dua penutup berengsel. Saat
menangani, sample dikirim dalam keadaan terbuka kemudian dilepas pada kedalaman
yang diinginkan, dan sampler dapat ditutup dengan mengirimkan drop-weight
messenger yang jatuh ke dalam pada rel geser dan menutup penutup dan membuat
botol kedap air. Dengan metode ini, plankter diambil sampelnya dari kedalaman yang
diinginkan.

 Niskin Water Sample

Sample air ini terbuat dari botol sampel PVC non-logam yang dapat disiram
secara bebas. Sample ini dapat diaktifkan oleh GO Devil messenger (1000 MG) saat
dipasang secara individual atau serial ke hydrocable. Sample ini dapat ditutup dengan
perintah jarak jauh Rosette@ array atau model multibottle Opsi Kontrol Perintah
Akustik. Penutupan pegas terdiri dari tabung lateks dengan penutup pegas stainless
steel opsional, baut penjepit untuk lampiran pada kabel dan blok pemasangan untuk
pemasangan sistem multisampling. Pengiriman dilakukan dengan lanyard untuk
memuat pada sistem kabel dan multisampling. Semua bagian logam terbuat dari baja
tahan karat V4A khusus. Cincin segel V-LIP yang dibuat khusus ditempelkan untuk
menghindari bocornya sampel. Sampler diturunkan di kolom air di kondisi terbuka
dengan membuka klem di ujung bawah dan ujung atas, sehingga air dapat melewati
sample. Sample dipegang dalam posisi terlilit oleh tali kawat. Ketika sample itu
dijatuhkan ke bawah tali, akan terjadi pelepasan. Sehingga menutup shut katup oleh
perangkat pengunci. Sampel air dengan kedalaman yang diinginkan akan
terperangkap di dalam botol kemudian ditarik ke atas bejana dalam keadaan tertutup.
Untuk pengumpulan sampel plankton dari kedalaman yang berbeda, jumlah air yang
lebih banyak daripada botol dapat digunakan secara bersamaan. Serangkaian sampler
air ditangguhkan satu di atas yang lain dari tali kawat dan diturunkan ke kedalaman
dalam keadaan terbuka. Dalam hal ini, sample melepaskan sample lain yang melekat
pada kabel klem sebelum diturunkan. Sample kedua menutup sample yang lebih
rendah berikutnya melepaskan sample ketiga dan seterusnya.

POMPA DAN SELANG

 Pompa Putar

Pompa putar atau pompa sentrifugal yang dioperasikan secara elektrik dengan
fleksibel yang terpasang inlet dan outlet karet atau pipa selang plastik . Selang saluran
masuk ditandai dalam meter untuk membaca kedalaman. Sebuah beban dipasang di
dekat ujung terbuka dari selang saluran masuk untuk memastikan selang turun secara
vertikal saat diturunkan. Pompa dapat digunakan secara terus-menerus menyedot air
laut yang berisi plankton ke dalam kapal.

 Pompa Submersible

Pompa submersible dapat dipasang di dekat ujung terbuka selang saluran


masuk. Sampel yang diambil ke dalam bejana dari kedalaman yang ditentukan
dipindahkan ke ruang sedimentasi atau dituangkan melalui satu atau beberapa jaring
tangan dengan berbagai ukuran ditangguhkan satu di atas yang lain. Beberapa
keuntungan dengan menggunakan pompa plankton adalah pengumpulan plankton dari
kedalaman yang diinginkan, pertemuan organisme pada kedalaman yang berbeda di
bentangan kolom air tertentu dan terus menerus.

METODE JARING

 Jaring Tertutup

Jaring ini dilengkapi dengan mekanisme pembukaan dan penutupan, dan


karenanya koleksi plankton antara permukaan dan dasar atau dari kedalaman yang
diinginkan secara vertikal profil dimungkinkan dengan metode ini. Jaring ditutup
dengan drop-weight (messenger) yang melepaskan throttle nose. Jaring harus ditarik
segera tanpa henti. Selama proses berlangsung tidak ada lagi plankton yang dapat
masuk ke jaring tertutup.

 Jaring Penutup Horisontal Clarke-Bumpus

Jaring terdiri dari bagian depan yang kokoh, tabung kuningan dengan panjang
15 cm dan tinggi 12,7 cm diameter yang terpasang pada bagian jaring penyaringan
dengan kunci bayonet. Baling-baling yang terbungkus dalam tabung kuningan dan
penghitung ditempatkan di luar untuk mencatat volume air yang melewati jaring.
Tabung kuningan dipasang sedemikian rupa dalam rangka supaya dapat digerakkan
ke atas dan ke bawah sehingga terlepas dari posisi bingkai jaring terletak secara
horizontal. Batang logam dipasang di antara tabung kuningan di ujung depan dan
tabung jaring di ujung ekor berfungsi sebagai penstabil, dan dua baling-baling yang
terletak di sisi luar outer tabung kuningan membantu menjaga jaring dalam posisi
horizontal saat beroperasi. Bingkai itu sendiri begitu melekat pada tali penarik (tarik
garis) sehingga dapat berayun dengan bebas dan pembukaan tabung kuningan
diarahkan ke depan oleh setiap gerakan tersebut. Tabung kuningan dapat dibuka dan
ditutup dengan alat penutup.

 Perekam Plankton Berkelanjutan Hardy

Merupakan sampler plankton berbentuk torpedo. Alat ini terdiri dari


terowongan air, dua gulungan sutra bersih, mekanisme roda gigi, baling-baling, sirip
penstabil, sirip penstabil horizontal, menyelam pesawat, peredam getaran, spool
penyimpanan, tangki formalin, dll. Saat instrumen ditarik dari kapal, baling-baling
diputar oleh aliran air. Roda gigi dan gulungan yang berdampingan yang berisi strip
sutra bersih juga diaktifkan secara bersamaan. Ketika air dengan plankton mengalir
melalui terowongan, salah satu gulungan sutra dari gulungan bawah mengalir melalui
terowongan air dengan cara yang sama seperti film di kamera dan menyaring plankton
yang mengalir melalui mulut persegi kecil instrumen. Sebelum strip jaring yang berisi
plankton yang disaring ini mencapai spool, direndam dalam tangki formalin.
Gulungan sutra lain dari gulungan atas berputar keluar upper menutupi strip
pengumpul dan menahan plankton di tempatnya. Maka kedua strip tersebut adalah
luka pada spool penyimpanan yang terletak dalam wadah berisi larutan formalin
untuk melestarikan plankton.

 Standar Ekspedisi Samudera Hindia Plankton Net

Jaring plankton terdiri dari kantong kasa berbentuk kerucut yang dilengkapi
dengan cincin logam di mulut yang lebih lebar dan ditutup pada ekor yang sempit
oleh pengumpul plankton yang dapat dilepas . Bagian non-penyaringan yang
umumnya terbuat dari kain kasar dilekatkan dengan cincin metal. Bagian penyaringan
terdiri dari bahan yang berbeda seperti perbautan sutra, nilon atau polietilen. Jaring
ditarik dari perahu selama sekitar 15 menit menggunakan tiga tali kekang suspensi
dengan kecepatan 2 mil laut/jam.

 Panen Melalui Aliran

Baling-baling dapat dinyalakan dari platform berlabuh, jembatan dekat pantai


atau di atas perahu yang mengapung bebas. Air yang tersedot beserta plankton dapat
disaring dengan menggunakan jaring plankton. Jarak antara baling-baling dan jaring
harus dijaga berkisar antara 0,3 hingga 1,5 m untuk penyaringan yang tepat dan untuk
menghindari kerusakan jaring.
 Perangkap Cahaya Planktonton

Perangkap lampu standar, dilengkapi dengan satu lampu LED keluaran tinggi
yang ditenagai oleh 2 sel C. Mereka memungkinkan penyebaran hingga 32 jam.
Tingkatkan ke empat baterai untuk peningkatan otonomi sistem hingga 64 jam.
Fitoplankton terutama beberapa spesies dinoflagellata dapat ditangkap dengan metode
ini karena dinoflagellata memiliki sifat fotoaktif.

METODE PENGAWETAN

Proses fiksasi dan pengawetan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan berbagai


bahan kimia seperti yang dijelaskan disini:

1. Formaldehida yang Dinetralkan

Larutan formaldehida 20% (HCHO) 1 Liter + heksametilenatetramina 100gm


adalah fiksatif dan pengawet yang banyak digunakan untuk pengawetan fitoplankton.
100 ml sampel air ditambahkan ke dalam 2 ml bahan pengikat/pengawet. Untuk
bersih sampel, bahan pengikat atau pengawet untuk membuat sekitar 1/3 dari volume
ditambahkan jika sampelnya padat.

2. Formaldehida yang diasamkan

Larutan formaldehida 20% (HCHO) + 50% asam asetat glasial (CH3COOH)


(1:1) adalah pengawet yang baik untuk semua fitoplankton terutama diatom.

3. Lugol

Pengawet ini dibuat dengan menambahkan 100 gram kalium iodida (KI)
dalam 1 liter air suling, 50 gm yodium (kristal) dan 100 ml asam asetat glasial. Ini
digunakan untuk semua fitoplankton kecuali coccolithophorids karena asam dapat
larut coccolith. Untuk itu, pengawetan dilakukan dengan menambahkan 0,4-0,8 ml
untuk 200 ml sampel fitoplankton.

4. Asam Osmat

200 mg osmium tetroksida ditambahkan ke 10 ml air suling. Pengawet ini


ditambahkan dengan kecepatan 3-6 tetes per 100 ml sampel fitoplankton.

5. Glutaraldehida
Sebuah 8 g glutaraldehida ditambahkan ke 100 ml air suling. Aplikasi dari
pengawet ini dilakukan dengan perbandingan 1:1.

Plankton terutama diatom dapat disimpan dalam botol yang terbuat dari kaca lunak.
Karena air permukaan biasanya kurang jenuh dengan silikat, penyimpanan dalam botol kaca
berkualitas tinggi seperti Pyrex yang tidak melepaskan banyak silikat atau botol plastik dapat
mengakibatkan pembubaran lambat frustula halus atau duri diatom. Ini mungkin terjadi pada
botol plastik dalam satu hingga beberapa tahun. Penggunaan lebih lanjut dari kaca dengan
kualitas yang sangat rendah untuk penyimpanan fitoplankton dapat mengakibatkan endapan.
Botol ditutup oleh gabus anti bocor (Subrahmanyan, 1946).
Setelah analisis plankton, isi botol dan untuk penyimpanan plankton permanen,
lapisan lilin diberikan di sekitar gabus botol setelah penutupan yang terakhir. Ini akan
membantu menghindari hilangnya formalin melalui penguapan dalam jangka panjang.
Pelabelan yang tepat dari sampel fitoplankton yang dikumpulkan lebih penting. Semua jenis
informasi mengenai koleksi fitoplankton harus ditulis pada label sehingga sampel plankton
dapat diidentifikasi secara akurat. Label harus berisi: informasi yang cukup tentang sampel
yang dikumpulkan untuk memastikan identifikasi sampel yang tepat. Label ditulis dengan
spidol tahan air berwarna terang atau pensil lilin. Penting juga bahwa selain label eksternal,
label internal tertulis di kertas tahan air diganti di setiap toples yang berisi fitoplankton
Sampel (Sampatkumal dan Perumal, 2004).
Fitoplankton dalam tabung reaksi harus dicuci dengan cara dibilas dan
disentrifugasi dalam air suling untuk menghilangkan partikel garam yang terkait dengan
fitoplankton. Kemudian ujitabung dengan sampel dibiarkan kering dengan menghilangkan
air. Setelah dibersihkan dan dikeringkan, beberapa asam klorida akan ditambahkan ke tabung
reaksi untuk: melarutkan bahan berkapur dan juga untuk melonggarkan diatom yang mungkin
menempel ke puing-puing. Setelah membiarkan tabung reaksi dengan sampel selama 1 atau 2
hari, tes tabung dikocok dengan baik, dan zat padat termasuk diatom dibiarkan mengendap
pada bagian bawah. Asam kemudian dituang, dan sedimen dicuci dengan menambahkan air
dan menuangkan lagi setelah memberikan waktu untuk padatan untuk menetap (Verlencar
dan Somshekar Desai, 2004).
Akhirnya kebanyakan air dituangkan, dan asam sulfat pekat ditambahkan perlahan
dan hati-hati. Sampai asap merah tidak lagi berevolusi, kristal kecil kalium dikromat
ditambahkan pada interval. Campuran asam sulfat-kromat kemudian dituangkan dan air
ditambahkan. Perlakuan asam dan dikromat harus diulang sampai pembersihan selesai
lengkap jika diatom belum dibersihkan dengan benar dengan air Diatom dimasukkan ke
dalam setetes air suling pada kaca penutup yang telah diolesi dengan sedikit albumen telur
mayer yang dibuat dengan mencampur 50 ml putih telur dengan 50 ml gliserin dan 1 g
natrium salisilat. Setelah membiarkan air menguap, diatom pada kaca penutup dikeringkan
secara menyeluruh dengan pemanasan, dan kemudian menggunakan media pemasangan
seperti balsam Kanada, Styrax, Hyrax atau DPX, pemasangan, bisa diselesaikan (Santhanam
dan Perumal, 2008).
Setelah mendinginkan slide yang dipasang pada spesimen, kelebihan resin
dipangkas dengan pisau, dan sediaan akhirnya ditutup dengan cat kuku atau lilin. Gliserin
pemasangan dan pemasangan polivinil laktofenol adalah metode lain untuk pemasangan
diameter. Ini lebih nyaman untuk memasang diatom dalam slide secara langsung dengan
memasukkannya ke dalam polivinil laktofenol. Kanada balsam sangat ideal untuk permanen
tunggangan. Untuk pengawetan lebih lama, diatom juga dapat dibersihkan dan diwarnai
dengan metilen biru dan merah muda Bengal. Selanjutnya mereka tertanam di bal sam
Kanada dalam slide mikroskopis dan ditutup dengan kaca penutup (Mitra et al, 2004).

Coscinodiscus gigas
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Coscinodiscineae
Family : Coscinodiscaceae
Genus : Coscinodiscus
Species : C. gigas
Coscinodiscus gigas sel-selnya besar dan datar sangat mirip dengan koin. Areola kecil
ditemukan di tepi dengan areola besar di tengah dan area tengah yang luas. Diameter sel
adalah 472-536 μm (Zaman et al, 2020).
Coscinodiscus eccentricus
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Sub ordo : Coscinodiscineae
Family : Coscinodiscaceae
Genus : Coscinodiscus
Species : C. eccentricus
Coscinodiscus gigas sel-selnya berbentuk cakram dengan dua katup – epitheca dan
hypotheca. Sel berdinding ganda dengan tanda heksagonal dan areola dengan ukuran yang
sama disusun dalam seri tangensial. Diameter sel adalah 34-104 μm (Zaman et al, 2020).
Coscinodiscus radiatus
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Sub ordo : Coscinodiscineae
Family : Coscinodiscaceae
Genus : Coscinodiscus
Species : C. Radiatus
Coscinodiscus radiatus selnya berbentuk cakram dan tersusun secara radial dari pusat
ke perifer. Spesies ini berukuran relatif lebih besar daripada C. eccentricus dan C. lineatus.
Diameter sel adalah 460-530 μm (Zaman et al, 2020).
Hemidiscus hardmannianus

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Suboro : Coscinodiscineae
Family : Hemidiscaceae
Genus : Hemidiscus
Species : H. hardmannianus
Hemidiscus hardmannianus katupnya berbentuk setengah lingkaran dengan area pusat
besar dan hialin. Margin ventral kurang lebih lurus. Areolasi halus terlihat memancar dari
tengah (Crosta et al, 2020).
Rhizosolenia styliformis
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Rhizosoleniineae
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. styliformis
Rhizosolenia styliformis Brightwell selnya berbentuk silindris dengan duri panjang
dan berongga serta pita interkalar banyak dan seperti sisik tersusun menjadi barisan
punggung dan perut. Diameter 21-101 μm dan panjang 210-385 μm (Tuo et al, 2021).
Rhizosolenia alata
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Rhizosoleniineae
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. alata
Rhizosolenia alata Brightwell sel-selnya berbentuk batang, silindris dengan prosesus
seperti tabung melengkung. Depresi dari setiap proses sesuai dengan sel yang bersebelahan.
Diameternya 6–31 μm dan panjangnya 412–668 μm (Tuo et al, 2021).
Rhizosolenia hebetata
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Rhizosoleniineae
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. hebetata
Rhizosolenia hebetata sel-selnya berbentuk silindris dan memanjang, duri-duri
berongga di dasar yang berakhir dengan tulang punggung panjang lurus atau melengkung
seperti rambut, pita interkalar jelas, dan Richelia intracellularis, endofit biru-hijau, umum
ditemukan (Tuo et al, 2021).
Rhizosolenia robusta
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Rhizosoleniineae
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. robusta
Rhizosolenia robusta selnya berbentuk bulan sabit atau 'S', katup melengkung dengan
garis memanjang, pita interkalar banyak, dan seperti kerah, dan proses apikal berongga
dengan tulang belakang kecil (Tuo et al, 2021).
Rhizosolenia crassispina
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. Crassispina

Rhizosolenia crassispina selnya berbentuk silinder dengan ujung terpotong. Proses


apikal dengan rambut setelah pertumbuhan. Diameter dan panjang sel masing-masing adalah
41–54 μm dan 145–278 μm (Tuo et al, 2021).
Rhizosolenia setigera
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Species : R. setigera

Rhizosolenia setigera selnya berbentuk batang dan silindris. Proses apikal panjang
dan berakhir di tulang belakang. Diameter sel adalah 7-8 μm dan panjangnya 512-528 μm
(Tuo et al, 2021).
Bacteriastrum hyalinum
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulphiales
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Bacteriastrum
Species : B. hyalinum
Bacteriastrum hyalinum selnya membentuk rantai yang lebih lebar dari panjang. Setae
banyak (12-25) dan tegak lurus terhadap sumbu rantai yang menyatu di dasar dan berpisah
sebagai cabang (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros affinis
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. affinis
Chaetoceros affinis selnya berada dalam rantai lurus, kutub sel yang berdekatan
bersentuhan, lubang sempit, setae bagian dalam tipis dan tanpa bagian basal, setae terminal
besar dan sangat berbeda, kedua katup dengan duri kecil, dan kromatofor adalah satu dan
seperti pelat (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros lorenzianus
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. lorenzianus
Chaetoceros lorenzianus memiliki sel-sel sumbu apikal panjang, membentuk rantai
lurus. Setae muncul dari sudut-sudut bagian basal yang sangat pendek, setae terminal lebih
tebal dan agak lebih pendek dari yang lain, dan setae bersisi empat, areola belang-belang,
wajah-wajah bersebelahan berselingan bergantian satu sama lain (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros diversus
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. diversus
Chaetoceros diversus memiliki sel apikal, sumbunya membentuk rantai lurus, yang
biasanya pendek; lubang sangat kecil; beberapa setae seperti rambut dan yang lainnya lebih
tebal, berbentuk tabung dan berduri; dan setae terminal tipis dan seperti rambut (Indrayani et
al, 2020).
Chaetoceros didymus
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. didymus

Chaetoceros didymus selnya membentuk rantai lurus dengan kenop setengah


lingkaran di antara masing-masing katup. Interlocking setae yang berbeda terlihat. Panjang
sel adalah 22–40 μm (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros curvisetus
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. curvisetus

Chaetoceros curvisetus selnya membentuk rantai panjang melengkung. Semua setae


diarahkan ke satu sisi rantai. Panjang sel adalah 8–20 μm (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros diversus

Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. diversus

Chaetoceros diversus sel-selnya kompak dengan lubang kecil. Setae sel lurus, lebih
tebal, berbentuk tabung dan berduri. Panjang sel adalah 5–9 μm (Indrayani et al, 2020).
Chaetoceros compressus
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Chaetocerotaceae
Genus : Chaetoceros
Species : C. compressus

Chaetoceros compressus selnya lebih panjang dari lebar dan membentuk rantai. Setae
lebih tebal dan bengkok dan berjalan sejajar dengan sumbu rantai. Panjang sel adalah 7–19
μm (Indrayani et al, 2020)

Bellerochea malleus

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Lithodesmiaceae
Genus : Bellerochea
Species : B. malleus
Bellerochea malleus
Bellerochea malleus sel-selnya datar, membentuk rantai seperti pita, dan bersilisifikasi
lemah; katup dengan kenop tengah yang belum sempurna memberi tanda baca di margin;
lubang seperti celah, ditutup di tengah oleh katup bundar; dan kromatofora banyak dan
berbentuk cakram (Indrayani et al, 2020).
Ditylum brightwellii
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Lithodesmiaceae
Genus : Ditylum
Species : D. Brightwellii
Ditylum brightwellii selnya berbentuk prisma, dengan ujung membulat kuat dan
bidang katup bersudut tiga, tepi katup bergelombang, dan lingkaran duri pendek berada di
permukaan katup dan tulang berongga mengandung silika di tengahnya (Liu et al, 2021).
Triceratium favus
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyta
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Lithodesmiaceae
Genus : Triceratium
Species : T. favus

Triceratium favus selnya berbentuk segitiga dengan bidang katup tiga sudut. Katup dipahat
kuat dengan areola heksagonal yang tersusun teratur dengan ukuran yang sama (Fernandes et
al, 2001).

Triceratium reticulatum

Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Lithodesmiaceae
Genus : Triceratium
Species : T. reticulatum

Triceratium reticulatum selnya memiliki bidang katup bersudut tiga dengan sudut
membulat. Areola dengan ukuran berbeda ditemukan bulat dan tersebar. Sisi katup berukuran
24-128 μm (Fernandes et al, 2001).
Odontella mobiliensis
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Eupodiscaceae
Genus : Odontella
Species : O. mobiliensis
Odontella mobiliensis sel-selnya datar, pahatan dinding sel diucapkan dengan
silisifikasi yang jelas; dua tanduk (proses sudut) di setiap ujungnya merangkul dua bulu
sering di antaranya; dan bulunya tipis, jauh dari tanduk katup (Liu et al, 2021).
Odontella sinensis
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales/Biddulphiales
Sub ordo : Biddulpphiineae
Family : Eupodiscaceae
Genus : Odontella
Species : O. Sinensis

Odontella sinensis selnya membentuk rantai pendek dengan bentuk silinder hingga
persegi dalam tampilan korset dengan adanya dua tanduk tumpul tipis dengan dua duri
panjang dan tipis.
Asterionellopsis glacialis
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Fragilariineae
Family : Fragilariaceae
Genus : Asterionellopsis
Species : A. glacialis
Asterionellopsis glacialis selnya membentuk koloni spiral, sel mengembang di salah
satu ujungnya saja dan seperti gada, dan sel seperti kenop di dasar dengan puncak panjang
yang ramping (Lipsey Jr, 1988).
Rhaphoneis amphiceros
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Fragilariineae
Family : Rhaphoneidaceae
Genus : Rhaphoneis
Species : R. Amphiceros
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Fragilarioideae
Genus : Fragilaria
Species : F. oceanica

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Fragilariineae
Family : Thalassionemataceae
Genus : Thalassionema
Species : T. nitzschioides
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Fragilariineae
Family : Thalassionemataceae
Genus : Thalassiothrix
Species : T. frauenfeldii
Thalassiothrix frauenfeldii selnya memanjang, membentuk koloni linier, ujungnya
agak berbeda, dan koloni berbentuk rantai bintang atau zig-jag atau keduanya (Lipsey Jr,
1988).
Thalassiothrix longissima
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Thalassionemataceae
Genus : Thalassiothrix
Species : T. longissima

Thalassiothrix longissima adalah sel soliter dan ulir-II dalam penampilan. Katup linier
dengan ujung membulat. Panjang sel 495-1750 μm dan lebarnya 2,5 μm (Liu et al, 2021).
Asterionella japonica
Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Thalassionemataceae
Genus : Asterionella
Species : A. japonica

Asterionella japonica selnya membentuk koloni spiral. Sel-selnya seperti kenop di


dasar dengan puncak panjang yang ramping. Panjang sel adalah 43–106 μm dan lebarnya 7–
11 μm (Sihaloho et al, 2021).
Phaeodactylum tricornutum
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Fragilariineae
Family : Phaeodactylaceae
Genus : Phaeodactylum
Species : P. tricornutum
Phaeodactylum tricornutum adalah genus monospesifik, soliter, dengan tiga jenis sel,
bulat telur, fusiform dan, lebih jarang, triradiate. Sel ovate bersifat motil dengan satu katup
silika untuk sel, dan sel fusiform bersifat nonmotil dan tidak memiliki katup silika, satu
kloroplas (Sihaloho et al, 2021).
Diploneis smithii

Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Diploneidaceae
Genus : Diploneis
Species : D. smithii

Diploneis smithii katupnya berbentuk bulat telur dengan kutub bulat dan nodul
kuadrat kecil tengah. Raphe berbentuk lanset dengan costae transapikal 9 dalam 10 μm dan
radial dengan deretan alveolus yang berselang-seling dalam dua baris miring. Panjangnya 55–
60 μm dan lebarnya 35–38 μm (Sihaloho et al, 2021).
Navicula forcipata
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Naviculaceae
Genus : Navicula
Species : N. forcipata
Navicula forcipata memiliki sel berbentuk perahu, elips dengan ujung membulat;
daerah lateral sempit dan sedikit menyempit di tengah; dan raphe sepanjang seluruh panjang
katup (Lipsey Jr, 1988).
Navicula longa
Cymbella marina memiliki sel berbentuk gelendong dengan raphe agak lebar. Area
aksial sempit tetapi area tengah agak besar dengan striae radial dan 15 dalam 10 μm. Panjang
dan lebar sel masing-masing adalah 45–85 μm dan 14–16 μm (Khatoon et al, 2009).
Pleurosigma angulatum

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Naviculoideae
Genus : Pleurosigma
Species : P. angulatum
Sel tunggal, katup lanset, ujung tumpul, raphe sigmoid dan eksentrik di ujung; striae
melintang dan miring yang berjarak sama

Pleurosigma elongatum

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Order : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Naviculaceae
Genus : Pleurosigma
Species : P. elongatum
Katup sedikit sigmoid, memanjang dan secara bertahap menipis, ujungnya lancip, dan
raphe terletak di tengah dan sedikit sigmoid.

Pleurosigma normanii
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Naviculaceae
Genus : Pleurosigma
Species : P. normanii
Katup berbentuk lanset dan sedikit sigmoid, dengan ujung subakut, dan raphe hampir
di tengah, sigmoid dengan kelengkungan tunggal.

Menurut Budi dkk (2017) genus Pleurosigma merupakan plankton kosmopolitan


dengan valve atau ujung yang rata, memiliki bentuk yang sigmoid dengan raphe yang berada
ditengah. Selain itu spesies jenis ini juga memiliki 2 atau 4 kloroplas yang memanjang.

Gyrosigma balticum

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Naviculaceae
Genus : Gyrosigma
Species : G. balticum
Selnya tunggal, katupnya sigmoid, ujungnya tumpul, raphenya sedikit eksentrik dan
lentur, dan area tengahnya kecil dan miring serta striae melintang dan memanjang berjarak
sama. Pernyataan tersebut sesuai dengan Balasubramaniam dkk (2018) yang mengatakan
bahwa spesies Gyrosigma balticum ini selnya soliter dengan katup sigmoid menjelang akhir.
Habitat dari spesies ini adalah pada lingkungan bersuhu 30 0C, salinitas 33 dan pH tanah 5,4.
Tempat yang banyak ditemukan spesies ini adalah Sungai Carbyn.

Bacillaria paradoxa
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Bacillariaceae
Genus : Bacillaria
Species : B. paradoxa
Sel-sel dalam tampilan korset adalah linier dan persegi panjang, disatukan oleh
katupnya untuk membentuk koloni seperti tikar, sel-sel individu yang menunjukkan gerakan
meluncur dalam kondisi hidup. Katup berbentuk spindel linier secara garis besar. Spesies ini
merupakan mikroalga eukariotik yang memiliki dinding sel berornamen dan terdiri dari silica
amorf. Selnya berbentuk persegi panjang yang memanjang dan bergerak dengan koloni
bertumpuk yang melengkung keluar (Alicea dkk., 2020).

Nitzschia longissima

Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Bacillariaceae
Genus : Nitzschia
Species : N. longissima
Sel linier, berbentuk gelendong dan hidup sendiri-sendiri, sel dengan bagian tengah
memanjang, lanset, ujung katup seperti rambut, memanjang, umumnya lurus.

Nitzschia sigma
Phylum : Chrysophyta
Divisi : Chromophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Sub ordo : Bacillariineae
Family : Bacillariaceae
Genus : Nitzschia
Species : N. sigma
Sel linier, sedikit sigmoid dalam tampilan korset dan dalam tampilan katup hampir
lurus dan memanjang.

Nitzschia closterium

Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Naviculoideae
Genus : Nitzschia
Species : N. closterium

Sel berbentuk gelendong dengan ujung runcing dan biasanya ditemukan dalam rantai.
Ujung sel ditekan satu sama lain untuk jarak pendek. Panjangnya adalah 45–128 28m dan
lebarnya masing-masing adalah 3-5 m.

Nitzschia striata

Divisi : Thallophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Naviculoideae
Genus : Nitzschia
Species : N. striata
Sel berbentuk gelendong dengan ujung runcing dan biasanya ditemukan dalam rantai.
Ujung sel ditekan satu sama lain untuk jarak pendek. Panjangnya adalah 45–128 28m dan
lebarnya masing-masing adalah 3-5 m. Menurut Budi dkk (2017) morfologi untuk spesies
dari genus Nitzschia ini adalah bersifat soliter dengan kedua ujung yang tipis sedikit
membengkok seperti rambut serta memiliki sentral nucleus dan 2 kromatofor.

Prorocentrum micans

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Prorocentrales
Family : Prorocentraceae
Genus : Prorocentrum
Species : P. micans

Sel berukuran sedang dan berbentuk hati atau berbentuk tetesan air mata; dalam
pandangan katup, sel akan memiliki satu sisi cembung dan satu sisi melengkung, dan dalam
pandangan lateral, sel diratakan. Penyisipan flagela adalah anterior, dinding sel dibagi
menjadi dua katup longitudinal, dan sel-sel dengan kloroplas. Setiap sel memiliki margin
katup asimetris dengan anterior membulat dan posterior runcing. Memiliki kloroplas kuning-
cokelat yang mengandung pirenoid internal besar ditemukan di bawah dua katup (Han dkk.,
2016).

Dinophysis caudata

Divisi :Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Dinophysiales
Family : Dinophysiaceae
Genus : Dinophysis
Species : D. caudata

Sel berukuran sedang dan memiliki prosesus seperti jari posterior; sel sering terjadi
berpasangan di bagian punggung dan permukaan tubuh dengan areolasi. Spesies ini
merupakan fitoplankton air laut dengan panjang tubuh berkisar antara 70 – 110 µm.
Dinophysis caudata ini bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan sel secara biner
(Weliyadi., 2013).

Noctiluca scintillans

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Noctilucales
Family : Noctilucaceae
Genus : Noctiluca
Species : N. scintillans

Mereka tidak berlapis baja, berbentuk bola dengan dua flagela dan memiliki tentakel
lurik dan protoplasma yang memancar; kloroplas tidak ada. Spesies ini memiliki kemampuan
mengeluarkan cahaya secara alami atau disebut dengan bioluminescense yang diproduksi
oleh luciferin system di sitoplasma. Ukuran dari spesies ini berkisar antar 200- 2000
mikrometer (Sun dkk., 2017)

Ceratium tripos

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Species : C. tripos

Selnya besar, dan juga luas, sel berbentuk jangkar, yang dicirikan oleh tiga tanduk,
satu apikal dan dua antapikal. Antapikal kanan kurang berkembang daripada kiri, keduanya
menyimpang, dan tanduk apikal lebih panjang.

Ceratium trichoceros
Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Species : C. trichoceros

Mereka memiliki sel halus yang besar dengan perkembangan tanduk yang khas,
tanduk apikal dan hipotekal (ujung terbuka) pada bidang paralel.

Ceratium macroceros

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Species : C. macroceros

Mereka memiliki sel besar dengan tubuh seperti kotak bersudut yang tiba-tiba
membentuk tanduk apikal offset yang diarahkan ke kanan; tanduk hipotek kiri dan kanan
proksimal dengan lebar yang sama dan terbentuk tiba-tiba dari tubuh.

Ceratium furca

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Species : C. furca

Ini adalah spesies besar dengan dua tanduk hipotekal yang tidak sama, paralel atau
sedikit berbeda yaitu pada tanduk kanan lebih pendek dari kiri. Ceratium furca ini merupakan
microalga laut yang bersel tunggal dengan tubuh yang lurus dan panjang antara 70 – 200 µm
serta lebar antara 30 – 50 µm. spesies ini merupakan organisme heterotof yang bermigrasi
secara vertikal dari permukaan ke bawah dan bersifat kosmopolit. memiliki flagella sebagai
alat untuk berenang (Weliyadi., 2013).

Gonyaulax polygramma Stein

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family : Gonyaulacaceae
Genus : Gonyaulax
Species : G. polygramma

Mereka memiliki sel memanjang dengan epitheca meruncing; epitheca bersudut


dengan tanduk apikal pendek sampai sedang dan hypotheca simetris bulat atau terpotong; sel
biasanya memiliki dua duri antapikal. Spesies ini tidak menyebabkan toksik namun dapat
menyebabkan anoksia dan hipoksia (Mulyani dkk., 2012)

Protoperidinium depressum

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Peridiniales
Family : Protoperidiniaceae
Genus : Protoperidinium
Species : P. depressum
Selnya lebar, gepeng dorsoventral dengan tanduk apikal yang menonjol dengan
hipoteka yang membawa dua tanduk antapikal.

Protoperdinium pentagonum

Divisi : Pyrrhophyta
Class : Dinophyceae
Ordo : Peridiniales
Family : Protoperidiniaceae
Genus : Protoperidinium
Species : P. pentagonum
Sel berukuran sedang hingga besar dan berbentuk segi lima lebar dengan tepi
posterior terpotong dengan duri pendek bersayap antapikal; sulkus luas di posterior tidak
meluas ke sel antapex pada penampang reniform. Menurut Weliyadi (2013) Protoperidinium
depressum adalah organisme bersel tunggal dan termasuk alga armoured dinoflagellate
karena memiliki mantel dibagian luarnya yang berbentuk tanduk atau duri. Sel spesies ini
berukuran 150 µm dan panjang 112 µm berwarna kuning hingga cokelat

Pyrocystis fusiformis

Divisi : Thallophyta
Class : Pyrrophyceae
Group : Dinophyceae
Ordo : Phytodiniales
Genus : Pyrocystis
Species : P. fusiformis

Sel berbentuk gelendong, meruncinh atau spindle sehigga memiliki ujung sel yang
runcing. Memiliki panjang yang berkisar antara 600–1600 m dan bersifat nonmotil.

Trichodesmium erythraeum

Divisi : Thallophyta
Class : Cyanophyceae
Genus : Trichodesmium
Species : T. erythraeum
Sel berbentuk filamen. Mereka memiliki pigmen fotosintesis yang disebut fikoeritrin.
Sel-sel ini mampu memperbaiki nitrogen atmosfer. Pada musim-musim tertentu dalam
setahun, biomassanya meningkat pesat yang mengakibatkan terbentuknya rumpun.

Trichodesmium thiebautii

Divisi : Thallophyta
Class : Cyanophyceae
Genus : Trichodesmium
Species : T. thiebautii
Trikoma berwarna biru kehijauan. Mereka berkerumun bebas ditemukan dalam
bundel, menebal di puncak. Sel berukuran panjang 8-10 m dan lebar 7,5-10 m.

Oscillatoria limosa
Divisi : Thallophyta
Class : Cyanophyceae
Genus : Oscillatoria
Species : O. limosa
Trikoma kurang lebih lurus, tidak menyempit pada dinding melintang. Sel-sel
ujungnya berbentuk bulat pipih dengan membran yang sedikit menebal. Sel berukuran lebar
11–14 m dan panjang 2–4 m

Dictyocha sp.

Divisi : Thallophyta
Class : Chrysophyceae
Genus : Dictyocha sp.
Selnya adalah qudriflagellata, dengan tiga pseudoflagella dan satu flagel. Empat
kromatofor hadir. Ini adalah motil di alam dan memiliki kerangka internal spikula
mengandung silika yang mencolok.

Tetraselmis gracilis

Division : Thallophyta
Class : Prasinophyceae
Genus : Tetraselmis
Species : T. gracilis
Ini adalah motil dengan empat flagela yang sama. Ukuran organisme ini sekitar 2 m.
Sel terdiri dari satu kloroplas, pirenoid dan selubung protein.

Chlorella marina

Class : Chlorophyceae
Genus : Chlorella
Species : C. marina
Memiliki dinding sel. Tubuh sel berbentuk bulat telur dan berwarna hijau. Ini adalah
non-flagellate dan mucilaginous.

Chlorella salina

Division : Thallophyta
Class : Chlorophyceae
Genus : Chlorella
Species : C. salina
Sel sangat kecil dengan dinding sel. Sitoplasma terkonsentrasi di pusat sel. Nukleus
terdapat di salah satu ujung sitoplasma

Dunaliella sp.

Domain : Eukaryota
Kingdom : Viridiplantae
Phylum : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Chlamydomonadales
Family : Dunaliellaceae
Genus : Dunaliella sp.
Mereka adalah ganggang hijau motil, uniseluler, berbentuk batang hingga bulat telur
(9-11 )m) (Chlorophyceae) yang umum di perairan laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mahardani dkk (2017) yang menuliskan bahwa Dunaliella salina adalah fitoplankton yang
habitatnya di perairan laut karena salinitas yang optimum dapat meningkatkan kepadatan dan
kandungan karotenoidnya. Dunaliella ini merupakan salah satu mikroalga yang memiliki
kemampuan halotoleran yakni mampu hidup pada lingkungan bersalinitas tinggi.

Isochrysis sp.

Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Haptophyta
Class : Prymnesiophyceae
Order : Isochrysidales
Family : Isochrysidaceae
Genus : Isochrysis sp.
Sel-sel Isochrysis menunjukkan bentuk sel yang bervariasi, flagela sama yang
diarahkan ke anterior dan dua kromoplas. Isochrysis sp. ini merupakan mikroalga bersel
tunggal dengan bentuk bulat hingga elips dan bersifat motil. panjang tubuh spesies ini
berkisar antara 5-6 μm dan lebar 2-4 μm, memiliki dua flagela sebagai alat gerak yang
memungkinkan untuk bergerak walaupun pergerakannya lambat.

Nannochloropsis sp.
Domain : Eukaryota
Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Heterokontophyta
Class : Eustigmatophyceae
Family : Eustigmataceae
Genus : Nannochloropsis sp.
Spesies ini kecil, bola nonmotil yang tidak mengekspresikan fitur morfologis yang
berbeda, dan tidak dapat dibedakan dengan mikroskop cahaya atau elektron. Selnya
berbentuk bola atau bulat telur dengan diameter berkisar antara 2-5 µm dan tidak memiliki
klorofil-b, imemiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa.
DAFTAR PUSTAKA

Alicea, B. J., Gordon, R., Harbich, T., Singh, U., Singh, A., & Varma, V. (2020). Towards a
Digital Diatom: image processing and deep learning analysis of Bacillaria paradoxa
dynamic morphology. BioRxiv, 2019-12.

Balasubramaniam, J., Marimuthu, P., Prasath, D., & Jayaraj, K. A. (2018). Two new record
of benthic diatom–Diploneis crabro (Ehrenberg) and Gyrosigma balticum (Ehrenberg)
Rabenhorst from the mangrove intertidal regions of South Andaman, Andaman
Archipelago, India.

Budi, D. S., Ulkhaq, M. F., Kenconojati, H., & Azhar, M. H. (2017). Identifikasi plankton
pada saluran pencernaan teripang keling (Holothuria atra) di Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran. Lambung Mangkurat University Press.

Crosta, X., Shukla, S. K., Ther, O., Ikehara, M., Yamane, M., & Yokoyama, Y. 2020. Last
Abundant Appearance Datum of Hemidiscus karstenii driven by climate
change. Marine Micropaleontology, 157

Dimenta, R. H., Agustina, R., Machrizal, R., & Khairul, K. (2020). Kualitas Sungai Bilah
Berdasarkan Biodiversitas Fitoplankton Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera
Utara. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 11(2).

Fernandes, L. F., & de Souza-Mosimann, R. M. 2001. Triceratium moreirae sp. nov. and
Triceratium dubium (Triceratiaceae-Bacillariophyta) from estuarine environments of
Southern Brazil, with comments on the genus Triceratium CG Ehrenberg. Revista
Brasileira de Biologia, 61(1), 159-170.

Han, M. S., Wang, P., Kim, J. H., Cho, S. Y., Park, B. S., Kim, J. H., ... & Kim, B. H. (2016).
Morphological and molecular phylogenetic position of Prorocentrum micans sensu
stricto and description of Prorocentrum koreanum sp. nov. from southern coastal
waters in Korea and Japan. Protist, 167(1), 32-50.

Indrayani, I., Moheimani, N. R., de Boer, K., Bahri, P. A., & Borowitzka, M. A. 2020.
Temperature and salinity effects on growth and fatty acid composition of a
halophilic diatom, Amphora sp. MUR258 (Bacillariophyceae). Journal of Applied
Phycology, 32(2), 977-987.
Khatoon, H., Banerjee, S., Yusoff, F. M., & Shariff, M. 2009. Evaluation of indigenous
marine periphytic Amphora, Navicula and Cymbella grown on substrate as feed
supplement in Penaeus monodon postlarval hatchery system. Aquaculture
Nutrition, 15(2), 186-193.

Lipsey Jr, L. L. 1988. Freshwater diatoms (Bacillariophyceae) from the northeastern glacial
lake district of Wisconsin. II. Cymbellonitzschia, Hantzschia, and Nitzschia (order
Pennales, family Nitzschiaceae). Rhodora, 379-397.

Liu, Q., Zhang, R. J., Huang, L., Zhang, J. W., Zhuo, S. Q., Wang, Z., ... & Liang, J. R. 2021.
The effect of Ditylum brightwellii (Bacillariophyceae) on colony development of
bloom forming species Phaeocystis globosa (Prymnesiophyceae) under nutrient-
replete condition. Marine Pollution Bulletin, 167, 112336.

Mahardani, D., Putri, B., & Hudaidah, S. (2017). Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Dunaliella sp. Dalam Media Ekstrak Daun
Lamtoro (Leucaena leucocephala. Ju rnal Perikanan dan Kelautan, 7(1), 50-58.

Menon, N., & Minu, P. (2017). Phytoplankton taxonomy, identification and enumeration.

Mitra, A., K. Banerjee, and A. Gangopadhyay. 2004. Introduction to Marine Plankton, 102.
New Delhi: Daya Publishing House.

Mulyani, M., Widiarti, R., & Wardhana, W. (2012). Sebaran spasial spesies penyebab
harmful algal bloom (HAB) di lokasi budidaya kerang hijau (perna viridis) kamal
muara, jakarta utara, pada bulan mei 2011. Jurnal Akuatika Indonesia, 3(1), 245468.

Nugroho, S. H. (2019). Karakteristik umum Diatom dan aplikasinya pada bidang


Geosains. Oseana, 44(1), 70-87.

Nurlaelatun, H., Japa, L., & Santoso, D. (2018). Keanekaragaman dan Kelimpahan Diatom
(Bacillariophyceae) di Pantai Jeranjang Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Biologi Tropis, 18(1), 13-20.

Sampathkumar, P. and P.  Perumal. 2002. Manual on Identification of Phytoplankton. All


India Coordinated Project on Survey and Inventorization of Coastal and Marine
Biodiversity (East coast), CAS in Marine Biology, Annamalai University, India.
56pp.
Santhanam, P., and P. Perumal. 2008. Marine plankton in Indian waters. In Training Manual
on GIS and Marine Biodiversity, ed. M.C. John Milton, 1–12. Chennai: Loyola
College Publication.

Sihaloho, C. N., Taufiq, N., & Endrawati, H. 2021. Perbandingan Perifiton pada Thalassia
hemprichii dan Cymodocea rotundata di Perairan Teluk Awur, Jepara. Journal of
Marine Research, 10(2), 225-232.

Subrahmanyan, R. 1946. A systematic account of the marine plankton diatoms of the madras
coast. Proceedings of the Indian Academy of Sciences 24B (4): 197.

Sun, J. Y., Song, Y., Ma, Z. P., Zhang, H. J., Yang, Z. D., Cai, Z. H., & Zhou, J. (2017).
Fungal community dynamics during a marine dinoflagellate (Noctiluca scintillans)
bloom. Marine environmental research, 131, 183-194.

Tuo, S. H., Mulholland, M. R., Chen, Y. L. L., Chappell, P. D., & Chen, H. Y. 2021. Patterns
in Rhizosolenia-and Guinardia-associated Richelia abundances in the tropical
marginal seas of the western North Pacific. Journal of Plankton Research, 43(3),
338-352.

Verlencar, X.N., and Somshekar Desai. 2004. Phytoplankton Identification Manual (ed.
V.K. Dhargalkar and B.S. Ingole, 1–35). Goa: National Institute of Oceanography.

Weliyadi, E. (2013). Identifikasi spesies fitoplankton penyebab Harmful Algal Bloom (HAB)
di Perairan Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo, 6(1).

Zaman, S., Hassan, M. M., Hasanuzzaman, M., & Baten, M. Z. 2020. Coscinodiscus diatom
inspired bi-layered photonic structures with near-perfect absorptance accompanied
by tunable absorption characteristics. Optics Express, 28(17), 25007-25021.

Anda mungkin juga menyukai