Anda di halaman 1dari 19

Lecture Note

Week 06
Measurement of
Variables :
Operational
Definition and
Scales

Research Methodology

BINUS ONLINE LEARNING


Measurement Of Variables : Operational
Definition and Scales

Learning Outcomes

LO 3 : Mengoperasikan konsep metodologi penelitian menjadi proposal


penelitian bisnis

Peserta diharapkan mampu :


1. Menetapkan bagaimana mengukur variabel penelitian.
2. Mendefinikan variabel secara operasional.
3. Menetapkan skala pengukuran
4. Menguji reliabilitas dan validitas data penelitian
6 MEASUREMENT OF VARIABLES :
OPERATIONAL DEFINITION

6.1. Mengukur Variabel Penelitian


Pengukuran variabel dalam kerangka teoritis merupakan bagian integral
dari penelitian dan suatu aspek penting dalam desain penelitian (lihat bagian
berbayang dalam Gambar 6.1). Kecuali variabel diukur dengan cara tertentu,
kita tidak akan dapat menguji hipotesis dan menemukan jawaban atas
pertanyaan persoalan yang rumit.

Gambar 6.1. Desain Penelitian

Pengukuran adalah penetapan angka-angka atau symbol lainnya untuk


karakteristik (atau ciri) objek menurut seperangkat peraturan yang ditetapkan
sebelumnya. Objek meliputi orang, unit bisnis strategi, perusahaan, negara,
sepeda, gajah, peralatan dapur, restoran, sampo, yogurt, dan lain sebagainya.
Contoh karakteristik objek adalah kecenderungan yang terlihat-timbul, motivasi
pencapaian, keefektifan organisasi, kenikmatan berbelanja, panjang, berat,
perbedaan etnis, kualitas pelayanan, pengaruh kondisi, dan rasa. Hal ini penting
1
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |2

agar peneliti menyadari bahwa peneliti tidak dapat mengukur objek (contohnya,
perusahaan), peneliti mengukur karakteristik atau ciri objek (contoh, keefektifan
organisasi dari perusahaan). Dengan cara sama, anda dapat mengukur panjang
(ciri) dari seseorang (objek), berat dari gajah, kecenderungan yang terlihat-
timbul dari stockbroker, kenikmatan berbelanja dari wanita, kulitas pelayanan
dari restoran, pengaruh kondisi dari sampo, dan rasa dari merek yogurt tertentu.
Pengukuran ciri-ciri yang abstrak dan subjektif bagaimanapun lebih sulit.
Sebagai contoh, relatif lebih sulit untuk mengukur tingkat motivasi
pencapaian dari pegawai perusahaan, kenikmatan berbelanja seorang wanita,
atau kebutuhan akan perhatian seorang pelajar. Demikian juga, tidak mudah
untuk menguji hipotesis hubungan antara perbedaan kekuatan pekerja, keahlian
manajerial, dan keefektifan organisasi. Permasalahannya adalah bahwa kita
tidak dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan seperti “Bagaimana
perbedaan kekuatan pekerja perusahaan anda?” atau “Bagaimana keefektifan
organisasi anda?” dikarenakan sifat abstrak dari variabel “perbedaan kekuatan
pekerja” dan “keefektifan organisasi”. Tentu saja, ada solusi untuk
permasalahan ini.
Beberapa variabel memberi kemudahan pengukuran melalui penggunaan
instrumen pengukuran yang tepat, contohnya, fenomena fisiologis yang terkait
dengan manusia, seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, serta atribut
fisik tertentu seperti tinggi dan berat badan. Tetapi, jika kita memasuki dunia
perasaan, sikap, dan persepsi subjektif manusia, pengukuran faktor atau variabel
tersebut menjadi sulit. Maka, ada setidaknya dua jenis variabel: yang satu bisa
diukur secara objektif dan tepat, yang lainnya lebih samar-samar dan tidak dapat
diukur secara akurat karena sifatnya yang subjektif.
6.2. Operasionalisasi Variabel
Mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan
dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh
konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen atau indikator
yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran
konsep.
Meskipun terdapat kekurangan dari pengukuran fisik untuk mengukur
variabel yang samar-samar namun ada jalan yang dapat ditempuh untuk
mengatasi masalah ini. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
mengurangi gagasan abstrak atau konsep untuk menjadikan karakteristik
penelitian lebih mungkin untuk diobservasi. Pengurangan abstrak atau konsep
untuk memberikan jalan yang berwujud untuk melakukan pengukuran disebut
mengoperasionalisasikan konsep.
Salah satu teknik adalah mereduksi gagasan atau konsep abstrak menjadi
perilaku dan/atau karakteristik yang dapat diamati. Dengan kata lain, gagasan
abstrak diterjemahkan ke dalam perilaku atau karakteristik yang dapat diamati.
Mendefinisikan sebuah konsep secara operasional meliputi serangkaian
tahap. Langkah pertama adalah untuk mendefinisikan gagasan yang ingin anda
ukur. Kemudian, ini penting untuk memikirkan tentang isi dari ukuran, yaitu,
instrumen (satu atau beberapa hal atau pertanyaan) yang mana ukuran
sesungguhnya dari konsep yang ingin untuk diukur harus dibangun. Sesudah
itu, format jawaban (sebagai contoh, tujuh poin skala peringkat dengan poin
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |3

terakhir ditunjukkan oleh “sangat tidak setuju” atau “sangat setuju”) dibutuhkan,
dan terakhir, validitas dan realibilitas dari skala pengukuran harus ditaksir.
Contohnya, konsep dari haus adalah abstrak, kita tidak dapat melihat haus.
Tetapi, kita bisa menduga bahwa orang yang haus akan membutuhkan minum
yang banyak. Dengan kata lain, perkiraan reaksi dari orang yang haus adalah
meminum cairan. Jika beberapa orang mengatakan mereka haus, maka kita
dapat menentukan tingkat kehausan setiap orang dengan mengukur kuantitas air
yang mereka minum untuk memuaskan dahaga. Kita kemudian akan dapat
mengukur tingkat kehausan mereka, meskipun konsep haus sendiri abstrak dan
samar-samar. Reduksi dari konsep abstrak untuk membuatnya bisa diukur dalam
cara tertentu disebut mengoperasionalkan konsep.
Peneliti memperhatikan bahwa hanya satu item yang dibutuhkan untuk
mengukur rasa haus ("berapa banyak minuman yang Anda gunakan untuk
menghilangkan rasa haus Anda?"). Pengukuran kognisi mungkin memerlukan 34
item pernyataan. 34 item ini diperlukan karena untuk mewakili seluruh domain
kebutuhan kognisi. Dengan kata lain, tidak mungkin hanya menggunakan satu
item (elemen) karena dapat dipastikan item tidak akan valid. Dengan demikian,
skala pengukuran yang valid mencakup pertanyaan (elemen) yang dapat diukur
secara kuantitatif dan mewakili dimensi. Jika konstruk memiliki lebih dari satu
dimensi, peneliti harus memastikan bahwa pertanyaan telah cukup mewakili
dimensi dalam setiap pengukuran.
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut contoh dalam membuat operasional
variabel penelitian.
Dimensi dan Indikator dari motivasi pencapaian prestasi
Pada contoh di sini kita akan mendefinisikan secara operasional mengenai
“motivasi pencapaian prestasi”, atau “motivasi berprestasi” merupakan konsep
yang menarik bagi para pendidik, manajer, dan mahasiswa. Contoh dimensi dan
indicator dari konsep “motivasi berprestasi” dibuat dalam skema yang tertera
pada Gambar 6.2.
Seorang peneliti harus menyimpulkan motivasi dengan mengukur dimensi
perilaku, fakta, atau karakteristik yang kita harapkan untuk ditemukan pada
orang dengan motivasi berprestasi tinggi. Memang, tanpa mengukur dimensi,
aspek, atau karakteristik, kita tidak akan bisa sampai pada bottom-line
pernyataan tentang hubungan antara gender dan motivasi berprestasi misalnya.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membangun abstrak melalui
tinjauan literature untuk menemukan apakah ada konsep pengukuran, baik
melalui jurnal ilmiah ataupun scale handbooks. Elemen/indikator dan Dimensi
dari mengoperasionalkan, atau secara operasional mendefinisikan sebuah
konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi
perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian
diterjemahkan ke dalam elemen/ indicator yang dapat diamati dan diukur
sehinggan menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.
Apa saja dimensi perilaku, aspek, atau karakteristik yang dapat
diperkirakan ada pada orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi?.
Mereka mungkin akan menunjukkan lima karakteristik khusus berikut, yang
disebut dengan dimensi (dimensions).
1. Seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan, yaitu bekerja hampir sepanjang
waktu untuk memperoleh kepuasan “mencapai dan menyelesaikan”.
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |4

2. Banyak dari mereka umumnya tidak memiliki hasrat untuk bersantai dan
mengarahkan perhatiannya pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan,
3. Karena mereka selalu ingin mencapai dan menyelesaikan, mereka akan lebih
memilih untuk bekerja sendiri dibanding dengan orang lain.
4. Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada prestasi dan pencapaian, mereka
akan lebih menyukai pekerjaan menantang dibanding yang mudah dan bisa
dilakukan sambil bersenandung. Tetapi, mereka tidak mau mengambil
pekerjaan yang terlalu menantang karena harapan, kemungkinan prestasi,
dan pencapaian dalam pekerjaan semacam itu rendah.
5. Mereka selalu ingin mengetahui bagaimana kemajuan mereka dalam
pekerjaan. Yaitu, suka menerima umpan balik yang langsung dan halus dari
atasan, kolega, dan pada waktu tertentu bahkan dari bawahan untuk
mengetahui bagaimana kemajuan mereka.
Jadi, kita dapat menduga bahwa mereka yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi akan menggerakkan diri sendiri untuk tekun bekerja, sulit merasa rileks,
memilih bekerja sendiri, tertarik pada tantangan, namun bukan pekerjaan yang
terlalu menantang, dan menginginkan umpan balik. Meskipun menguraikan
konsep tersebut ke dalam lima dimensi mereduksi level abstraksinya, kita belum
mengoperasionalkan konsep menjadi elemen/indikator perilaku yang bisa
diukur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menelaah masing-masing dari
kelima dimensi tersebut dan menguraikannya lebih lanjut ke dalam elemen-
elemen atau indikator-indiktor, untuk menyingkapkan pola aktual dari perilaku
yang akan diteliti. Suatu indikator harus bisa diukur secara kuantitatif sehingga
kita dapat membedakan mereka yang memiliki motivasi tinggi dan kurang
bermotivasi.
Indikator Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan.
Orang semacam itu akan :
(1) bekerja sepanjang waktu,
(2) tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran,
(3) enggan untuk tidak masuk kerja
Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam
yang karyawan gunakan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat kerja, dan di rumah di
mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Dengan
demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah
indeks yang mengungkapkan seberapa pekerjaan “menggerakkan” mereka.
Kedua, menelusuri seberapa sering orang terus tekun melakukan pekerjaan
meskipun diterpa kegagalan merupakan refleksi ketekunan dalam mencapai
tujuan. Ketekunan bisa diukur dengan jumlah kemunduran yang orang alami
dalam pekerjaan dan tetap melanjutkan pekerjaan tanpa terhalang oleh
kegagalan.
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |5

Gambar 6.2 Dimensi (D) dan Elemen/indikator (E) dan Konsep (K)
“Motivasi berprestasi”
Ketiga, untuk mengukur keengganan tidak masuk kerja, kita hanya perlu
mengetahui berapa sering orang tidak masuk kerja dan untuk alasan apa.
Dengan demikian, jika kita dapat mengukur berapa banyak jam per minggu
yang individu berikan untuk aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan,
seberapa tekun mereka dalam menyelesaikan tugas sehari-hari, serta berapa
sering dan untuk alasan apa mereka tidak masuk kerja, kita akan memiliki suatu
ukuran yang menunjukkan sampai tingkat apa karyawan digerakkan oleh
pekerjaan. Variabel ini, jika kemudian diukur akan menempatkan individu pada
sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang paling sedikit digerakkan
oleh pekerjaan, ke mereka yang hidupnya diisi dengan bekerja. Hal tersebut,
kemudian, akan memberi beberapa petunjuk mengenai tingkat motivasi
pencapaian prestasi mereka.
Indikator Dimensi 2
Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan
pertanyaan seperti:
1. Berapa sering anda memikirkan pekerjaan ketika tidak sedang berada di
tempat kerja ?
2. Apa hobi anda ?
3. Bagaimana anda menghabiskan waktu ketika tidak di tempat kerja ?
Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak
memikirkan pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu
melakukan hobi, menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu
libur bersama keluarganya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan
lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kesatuan yang
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |6

membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai.
Dimensi ini kemudian juga bisa diukur.
Indikator Dimensi 3
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi tidak sabar terhadap orang yang
tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang memiliki
motivasi untuk berprestasi dalam organisasi mungkin sangat tinggi dalam
kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di organisasi yang tidak
memiliki motivasi berprestasi. Orang pada kategori terakhir, bukannya tidak
efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin
cukup ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran
terhadap ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku.
Indikator Dimensi 4
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa
diperoleh dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih.
Sejumlah deskripsi pekerjaan yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili
pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya dan mengandung gradasi tantangan
tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang
berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang
dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan
tantangan yang kian sulit. Mereka yang memilih kadar tantangan sedang
kemungkinan besar lebih memiliki motivasi berprestasi dibandingkan yang
memilih kadar tantangan yang lebih besar atau lebih kecil. Individu yang
berorientasi pencapaian prestasi cenderung realistis dan memilih pekerjaan yang
tantangannya masuk akal dan dapat dicapai. Orang yang ceroboh dan terlalu
percaya diri mungkin akan memilih pekerjaan yang sangat menantang di mana
kesuksesan sulit diraih, lupa apakah hasil akhir akan tercapai atau tidak. Mereka
yang rendah dalam motivasi berprestasi mungkin akan memilih jenis pekerjaan
yang lebih rutin. Jadi mereka yang mencari tantangan yang moderat juga dapat
diidentifikasi.
Indikator Dimensi 5
Mereka yang menginginkan umpan balik akan mencarinya dari atasan,
rekan kerja, dan bahkan terkadang dari bawahan. Mereka ingin mengetahui
pendapat orang lain mengenai seberapa baik kinerja mereka. Umpan balik, entah
positif atau negatif akan menunjukkan berapa banyak pencapaian dan prestasi.
Bila menerima pesan yang menyarankan perbaikan, mereka akan bertindak
sesuai dengan hal tersebut. Karena itu, mereka akan tersu mencari umpan balik
dari beberapa sumber. Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari
umpan balik dari orang lain selama periode waktu tertentu-katakanlah, beberapa
bulan-karyawan bisa kembali ditempatkan dalam suatu kesatuan yang
membentang dari mereka yang sangat sering mencari umpan balik hingga yang
tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu apapun.
Setelah mengoperasionalkan konsep motivasi berprestasi dengan
mereduksi level abstraksinya menjadi perilaku yang dapat diamati, adalah
mungkin untuk melakukan pengukuran yang baik dan menelaah konsep
motivasi pencapaian. Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan
ukuran serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |7

(replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat


mungkin:
(1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena
kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan
(2) menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap
relevan. Meskipun demikian, mendefinisikan konsep secara operasional
adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi, benar-benar mengobservasi
dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam cara tertentu, bahkan
jika hal tersebut cukup praktis, akan sulit dilakukan dan memakan waktu.
Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa meminta
mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan
pertanyaan tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Secara ringkas variable motivasi berprestasi dapat digambarkan melalui table
6.1.
Tabel 6.1. Dimensi dan indikator dari Variabel Motivasi berprestasi

Variabel Dimensi Indikator


Dorongan bekerja terus-menerus bekerja
Bertahan meski mengalami kemunduran
Motivasi Sangat enggan untuk mengambil cuti untuk apa pun
berprestasi Tidak mau bersantai Memikirkan pekerjaan bahkan di rumah
Tidak mempunyai hobi
Ketidaksabaran dengan Bersumpah dalam hati bahkan ketika kesalahan kecil terjadi
ketidakefektifan Tidak suka bekerja dengan orang yang lambat atau tidak efisien
Mencari tantangan level sedang Memilih untuk melakukan pekerjaan yang menantang daripada
pekerjaan rutin
Memilih untuk mengambil tantangan yang sedang, daripada yang besar
Mencari umpan balik Meminta umpan balik tentang bagaimana pekerjaan telah dilakukan
Tidak sabar untuk segera mendapatkan umpan balik

Apa yang tidak termasuk definisi operasional


Sama pentingnya dengan memahami apa yang dimaksud dengan definisi
operasional, adalah mengingat apa yang bukan menjadi definisi operasional.
Definisi operasional tidak menjelaskan korelasi konsep. Misalnya, kesuksesan
kinerja tidak dapat menjadi sebuah dimensi dari motivasi pencapaian prestasi,
namun demikian, seseorang yang bermotivasi sangat mungkin memenuhi hal
tersebut dalam ukuran yang tinggi. Dengan demikian, motivasi berprestasi dan
kinerja dan/atau kesuksesan mungkin berkorelasi tinggi, tetapi kita tidak
mengukur level motivasi seseorang melalui kesuksesan dan kinerja. Kinerja dan
kesuksesan bisa menjadi konsekuensi dari motivasi pencapaian, namun dalam
dirinya sendiri, keduanya bukan merupakan ukuran dari hal tersebut. Secara
lebih rinci, seseorang dengan motivasi pencapaian tinggi bisa saja gagal karena
suatu alas an, yang mungkin di luar kendalinya, untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan sukses.
Dengan demikian, jika kita menilai motivasi pencapaian orang tersebut
dengan kinerja sebagai ukuran, kita akan mengukur konsep yang salah. Alih-alih
mengukur motivasi pencapaian-variabel minat-kita mengukur kinerja, variabel
lain yang tidak kita minati atau sebenarnya tidak ingin kita atur. Jadi jelas bahwa
mendefinisikan sebuah konsep secara operasional tidak meliputi penguraian
alasan, latar belakang, konsekuensi, atau korelasi konsep. Sampai tingkat
tertentu hal tersebut menjelaskan karakteristik yang dapat diamati dalam rangka
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |8

mengukur konsep. Adalah penting untuk mengingat hal ini, karena jika kita
mengoperasionalkan konsep secara tidak tepat atau mengacaukannya dengan
konsep lain, kita tidak akan memperoleh ukuran yang valid. Hal tersebut berarti
bahwa kita tidak akan mendapatkan data yang “baik” dan penelitian akan
menjadi tidak ilmiah.
6.3. Pengukuran : Skala, Reliabilitas dan Validitas
6.3.1. Skala
Pengukuran berarti mengumpulkan data dalam bentuk angka. Untuk
memberikan angka ke atribut objek (indikator), peneliti membutuhkan skala.
Skala adalah mekanisme di mana antar individu dibedakan tentang bagaimana
mereka berbeda satu sama lain pada variabel yang akan diteliti.
Macam-macam skala pengukuran data
Telah dijelaskan bahwa pengukuran adalah penetapan angka atau simbol
untuk karakteristik (atau atribut) objek sesuai dengan seperangkat aturan yang
telah ditentukan sebelumnya. Sekarang, perlu memahami bagaimana
mendefinisikan atau mengoperasionalkan) variabel. Peneliti perlu menetapkan
angka (atau simbol) dengan cara tertentu. Menetapkan angka pada karakteristik
objek harus distandarisasi dan diterapkan secara konsisten. Dalam menetapkan
angka pada karakteristik objek, diperlukan skala pengukuran. Ada empat jenis
skala yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
1. Skala nominal
Skala nominal adalah skala yang digunakan peneliti untuk menetapkan
subyek pada kategori atau kelompok tertentu. Misalnya, mengukur variabel
gender, responden dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu pria dan wanita.
Kedua kategoru ini dapat diberi kode 1 untuk pria dan 2 untuk wanita. Angka-
angka ini berfungsi sebagai label kategori yang sederhana tanpa nilai intrinsik.
Informasi yang didapat dari skala nominal adalah untuk menghitung persentase
(atau frekuensi) pria dan wanita dalam sampel responden.
2. Skala ordinal
Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel yang menunjukkan
perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya ke dalam
beberapa cara. Skala ini memberikan informasi tentang jumlah relatif
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Apabila
jawaban pertanyaan dalam kuesioner berupa peringkat dengan simbol 1 untuk
sangat tidak setuju, simbol 2 untuk tidak setuju, simbol 3 untuk netral, simbol 4
untuk setuju dan simbol 5 untuk sangat setuju. Simbol angka 1 sampai dengan 5
hanyalah merupakan peringkat tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban
kuesioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap.
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang mempunyai karakteristik seperti yang
dimiliki skala nominal dan ordinal ditambah dengan interval yang tetap yang
memungkinkan kita melakukan operasi aritmatika tertentu terhadap data yang
dikumpulkan dari responden. Skala interval menentukan perbedaan, urutan dan
kesamaan besaran perbedaan dalam variabel. Oleh karena itu skala interval lebih
kuat dibandingkan dengan dua skala sebelumnya yaitu skala nominal dan skala
ordinal dan bisa diukur tendensi sentralnya dengan perhitungan rata-rata aritmatika.
Ukuran dispersinya adalah kisaran (range), standar deviasi dan varians. Skala
interval digunakan jika respon untuk berbagai macam item pertanyaan yang
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION |9

mengukur suatu variabel bisa dihasilkan dengan skala yang kita tetapkan (bisa lima
poin, tujuh poin atau lainnya) yang kemudian dapat diterapkan pada seluruh item.
4. Skala rasio
Skala rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala
nominal, skala ordinal maupun skala interval dengan kelebihan mempunyai nilai 0
(nol) empiris absolut. Nilai 0 empiris absolut terjadi pada saat suatu karakteristik
yang sedang diukur tidak ada. Perbandingan berat badan adalah merupakan contoh
yang sederhana dari skala rasio. Misalnya seseorang yang mempunyai berat 120 kg
adalah dua kali berat seseorang yang mempunyai berat 60 kg. Perkalian dan
pembagian angka tersebut (120 dan 60) dengan angka apapun akan menghasilkan
rasio 2:1.
Ukuran tendensi sentral skala rasio bisa berupa mean aritmatik atau
geometrik, dan ukuran dispersi bisa berupa standar deviasi, varians atau koefisien
variasi. Beberapa contoh skala rasio diantaranya adalah berkaitan dengan
penghasilan, jumlah organisasi yang diikuti, umur aktual dan lain-lain.
Teknik Scaling
Teknik Scaling digunakan untuk mengukur dimensi/aspek/properti dari suatu
variabel. Pengukuran variabel-Variabel yang bersifat abstrak dilakukan dengan
menggunakan Skala Sikap (attitudinal scales) yang terdiri atas 2 (dua) kategori
utama (jangan dikacaukan dengan empat tipe skala), yaitu: Rating Scales dan
Ranking Scales. Skala peringkat (rating scale) memiliki beberapa kategori
respon dan digunakan untuk mendapatkan respon yang terkait dengan objek,
peristiwa, atau orang yang dipelajari. Sedangkan skala ranking (ranking scale),
adalah membuat perbandingan antar objek, peristiwa, atau orang, dan
mengungkapkan pilihan yang lebih disukai dan merangkingnya.
1. Skala peringkat (rating scale)
Rating scale juga digunakan untuk mengukur sikap, gejala atau fenomena sosial
misalnya : ekonomi, kinerja karyawan, motivasi pegawai, dll. Berbagai skala
sikap yang termasuk skala peringkat antara lain adalah :
- Skala kategori (category scale)
Skala kategori menggunakan banyak item untuk mendapatkan respon
tunggal. Hal ini juga menggunakan skala nominal.
Contoh : Di bagian Semarang mana Anda bertempat tinggal ? – Semarang
Utara – Semarang Selatan – Lainnya
- Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala yang umum digunakan dalam menyusun
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam
penelitian melalui survei. Skala likert biasa digunakan peneliti untuk
mengukur pendapat, persepsi dan sikap seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena dan fakta sosial dengan mengukur tingkat respon dari
sangat tidak setuju sampai sangat setuju pada setiap pernyataan yang
diberikan. Angka 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Selain
pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga
skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Di dalam penelitian, fakta dan
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yaang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik-tolak
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 10

untuk mempunyai item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau


pertanyaan.
Misalkan mengukur sikap konsumen terhadap konsumsi minuman ringan.
Salah satu opsi skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan persepsi
konsumen adalah skala likert. Skala Likert dalam hal ini adalah skala yang
dirancang untuk menguji seberapa kuat responden setuju dengan pernyataan
(seperti “Saya menikmati minuman ringan”) pada skala lima poin dengan
jangkar sebagai berikut: 1= Sangat Tidak Setuju, 2= Tidak Setuju, 3= Cukup
setuju atau netral, 4= Setuju, 5 = Sangat Setuju. Oleh karena itu, skala Likert
memungkinkan peneliti untuk membedakan persepsi konsumen dalam sikap
terhadap minuman ringan. Setiap responden diberi nomor yang menunjukkan
cukup setuju, setuju atau sangat setuju.
Pertanyaannya adalah apakah skala likert disebut ordinal atau interval masih
sering diperdebatkan. Beberapa orang berpendapat bahwa skala Likert
bersifat ordinal. Mereka menjelaskan dengan benar bahwa seseorang tidak
dapat mengasumsikan semua pasangan level yang berdekatan memiliki jarak
yang sama. Meskipun demikian, skala Likert (beberapa skala lainnya, yaitu
skala diferensial semantik dan skala numerik) umumnya diperlakukan
sebagai skala interval, karena memungkinkan peneliti untuk menghitung
rata-rata dan standar deviasi.
- Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala Guttman disebut
juga skala dikotomi (dichotomous scale). Skala ini mempunyai ciri penting,
yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu
variabel yang multidimensi. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan
jawaban tegas seperti jawaban benar – salah, ya – tidak, pernah – tidak
pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya
diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah,
tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. Jadi penelitian
menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh :
Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?
Setuju - Tidak Setuju
Apakah anda memiliki mobil ?
Ya - Tidak
- Skala diferensial semantik (Semantic Differential Scale)
Beberapa atribut berkutub dua (bipolar) diidentifikasi pada skala ekstrem,
dan responden diminta untuk menunjukkan sikap mereka pada hal yang bisa
disebut sebagai jarak semantik terhadap individu, objek atau kejadian
tertentu pada masing-masing atribut. Skala diferensial semantik digunakan
untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek, atau individu
tertentu. Respon dapat disusun untuk mendapatkan gagasan yang baik
tentang persepsi mereka. Skala diferensial semantik bersifat ordinal. Namun,
sering diperlakukan sebagai skala interval.
Sebagai contoh skala semantik defferensial mengukur gaya kepemimpinan
seorang pimpinan (pimpinan).
Gaya Kepemimpinan
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 11

Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung jawab 7 6 5 4 3 2 1 Tidak ber-tanggung jawab
Memberi Kepercayaan 7 6 5 4 3 2 1 Mendomi nasi
Menghargai bawahan 7 6 5 4 3 2 1 Tidak menghargai bawahan
Keputusan diambil bersama 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil sendiri
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang
sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk
mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif
sampai dengan negatif
- Skala numerik (numerical scale)
Mirip dengan skala diferensial semantik, dengan perbedaan dalam hal nomor
pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan dengan kata sifat berkutub dua
padaujung keduanya. Skala numerik juga merupakan skala interval. Skala ini
sering diperlakukan sebagai skala interval, meskipun secara formal bersifat
ordinal.
- Skala peringkat terperinci (Itemized Rating Scale)
Itemized Rating Scale, digunakan untuk mengukur respon dari responden
terhadap suatu objek, kejadian atau kondisi tertentu. Item jawaban dibagi
menjadi 5 atau 7 poin dengan angka yang dicantumkan secara langsung pada
item jawaban. Item jawaban pada setiap pertanyaan/pernyataan bersifat
fleksibel (misal : penting – tidak penting ; perlu – tidak perlu ; selalu – tidak
pernah ; dll), Skala pengukuran : Interval
- Skala jumlah tetap atau konstan (Fixed/Constant Sum Rating Scale)
Responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin di berbagai item.
Skala ini lebih memiliki sifat skala ordinal.
Contoh: Dalam memilih sabun mandi, tunjukkan kepentingan yang anda
kaitkan dengan kelima aspek berikut ini dengan memberikan poin untuk
masing-masing sehingga totalnya berjumlah 100.
Keharuman ______
Warna ______
Bentuk ______
Total poin 100
- Skala staple (Stapel Scale)
Skala ini secara simultan untuk mengukur arah dan intensitas sikap terhadap
item yang diteliti. Karakteristik minat terhadap penelitian ditempatkan di
tengah dengan skala numerik berkisar +3 hingga −3, di kedua sisi item. Ini
memberikan gambaran tentang seberapa dekat atau jauh respon individu
terhadap stimulus. Karena ini tidak memiliki titik nol absolut, skala ini adalah
skala interval.
- Skala peringkat grafik (Graphic Rating Scale)
Representasi grafis membantu responden untuk mengindikasikan jawaban
pada skala peringkat grafik atas pertanyaan tertentu dengan menempatkan
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 12

tanda pada titik yang sesuai pada baris. Ini adalah skala ordinal, meskipun
terlihat seperti skala interval.
- Skala konsensus (Consensus Scale)
Skala juga dapat dikembangkan dengan konsensus, di mana panel juri
memilih item-item tertentu, yang dalam pandangannya dapat mengukur
konsep yang relevan. Item dipilih berdasarkan keterkaitannya atau
relevansinya dengan konsep. Skala konsensus semacam itu dikembangkan
setelah item yang dipilih diperiksa dan diuji validitas dan reliabilitasnya.
Salah satu skala konsensus tersebut adalah Thurstone Equal Appearing
Interval Scale, di mana konsep diukur dengan proses yang rumit diikuti oleh
panel juri.
2. Skala Peringkat (Ranking Scales)
Skala peringkat (ranking scales) digunakan untuk mengungkap preferensi
antara dua atau lebih objek atau item (bersifat ordinal).
- Paired Comparison
Skala perbandingan berpasangan (paired comparison) digunakan ketika
diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara dua
objek pada satu waktu. Misalnya dalam contoh sebelumnya, selama
perbandingan berpasangan, responden secara konsisten menunjukkan
preferensi terhadap produk pertama lebih dari produk kedua, ketiga, dan
keempat, manajer akan memahami lini produk mana yang menuntut
perhatian utamanya
- Forced Choice
Pilihan yang diharuskan (forced choice) memungkinkan responden untuk
merangking objek secara relatif satu sama lain, diantara alternatif yang
disediakan.
- Skala Komparatif
Skala komparatif (comparative scale) memberikan standar (benchmark) atau
poin referensi untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat
ini yang diteliti. Skala peringkat dipakai untuk mengukur kebanyakan
konsep yang berhubungan dengan perilaku. Skala ranking digunakan untuk
membuat perbandingan atau meranking variabel yang telah diungkap pada
skala nominal.
6.4. Goodness of Measures
Skala yang dibuat sering tidak sempurna, dan kesalahan mudah terjadi dalam
pengukuran variabel yang berhubungan dengan sikap. Penggunaan instrumen
yang lebih baik akan memastikan akurasi yang lebih tinggi dalam hasil, yang
pada gilirannya, akan meningkatkan kualitas ilmiah penelitian. Karena itu,
dengan cara tertentu, kita perlu menilai “ketepatan” dari ukuran yang dibuat.
Penggunaan instrumen yang baik akan memastikan hasil yang akurat,
sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian. Oleh karena itu, perlu menilai
“kebaikan” dari kuesioner yang dikembangkan. Artinya, peneliti perlu yakin
bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah benar untuk mengukur
variabel secara akurat.
Analisis Item
Analisis item dilakukan untuk melihat apakah item dalam kuesioner memang
sudah seharusnya berada dalam kuesioner atau tidak untuk membedakan subjek
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 13

yang total skornya tinggi dan yang rendah. Dalam analisis item, antara kelompok
skor tinggi dan kelompok skor rendah diuji untuk mendeteksi perbedaan yang
signifikan melalui nilai-t. Item dengan nilai-t tinggi kemudian dimasukkan ke
dalam instrumen. Setelah itu, dilakukan tes validitas dan reliabilitas. Sangat singkat,
Reliabilitas adalah seberapa konsisten suatu alat ukur utnuk mengukur konsep apa
pun. Validitas adalah seberapa baik instrumen yang dikembangkan mampu
mengukur konsep tertentu. Validitas berkaitan dengan pengukuran konsep yang
tepat, dan reliabilitas dengan stabilitas dan konsistensi pengukuran. Ukuran
validitas dan reliabilitas membuktikan keakuratan ilmiah dalam suatu penelitian.
Validitas
Dalam konteks desain eksperimental, terdapat dua uji validitas yaitu
validitas internal dan validitas eksternal. Beberapa jenis uji validitas digunakan
untuk menguji kebaikan pengukuran (goodness of measures). Uji validitas
dikelompokkan menjadi 3 yaitu validitas isi, validitas berdasarkan kriteria, dan
validitas konstruk.
Validitas isi memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang
memadai dan mewakili dalam mengungkap konsep. Semakin item skala
mencerminkan kawasan atau keseluruh konsep yang diukur, semakin besar
validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi adalah fungsi dari seberapa baik
dimensi dan elemen konsep. Panel juri dapat membuktikan tingkat validitas isi
dari beberapa pernyataan dalam kuesioner. Kidder dan Judd (1986) memberi
contoh di mana tes dirancang untuk mengukur tingkat gangguan bicara dapat
dianggap memiliki validitas yang baik jika dievaluasi oleh sekelompok panel ahli
(misal, Terapis bicara profesional).
Validitas muka (face validity) dianggap sebagai indeks validitas isi yang paling
dasar dan sangat minimum. Validitas isi menunjukkan bahwa item-item yang
dimaksudkan untuk mengukur sebuah konsep, memberikan kesan mampu
mengungkap konsep yang hendak di ukur.
Validitas berdasarkan kriteria. Validitas berdasarkan kriteria ditetapkan ketika
ukuran membedakan individu pada kriteria yang diperkirakan akan diprediksi. Ini
dapat dilakukan dengan menetapkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
• Validitas konkuren terbentuk ketika skala mendiskriminasi individu yang
diketahui berbeda; yaitu, mereka harus memberi skor berbeda pada
instrumen.
• Validitas prediktif menunjukkan kemampuan alat ukur untuk membedakan
antara individu dengan mengacu pada kriteria masa depan.
Validitas konstruk. Validitas kontruk adalah penilaian tentang seberapa baik
seorang peneliti menerjemahkan konsep atau variabel yang digunakan ke dalam
alat ukur. Valliditas konstruk dinilai melalui validitas konvergen dan diskriminan.
• Validitas konvergen. Dua instrument mengukur konsep dengan korelasi
yang tinggi
• Validitas diskriminan. Pengukuran memiliki korelasi rendah dengan
variabel yang diperkirakan tidak ada hubungannya dengan variabel tersebut.
Akhirnya, penting untuk diketahu bahwa validitas adalah syarat yang
diperlukan tetapi tidak cukup dengan menguji kebaikan suatu ukuran saja,
dibutuhkan pengujian reliabilitas. Suatu ukuran tidak hanya dinyatakan valid
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 14

tetapi juga harus dapat diandalkan. Ukuran dapat diandalkan jika memberikan
hasil yang konsisten disetiap pengukuran.
Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merujuk kepada seberapa konsisten suatu
instrument dalam melakukan pengukuran. Instrumen yang reliabel ialah
instrumen yang jika digunakan dalam kegiatan penelitian denga suatu subjek
yang sama, maka akan menunjukkan hasil yang sama, meskipun pelaksanaannya
dalam waktu dan kondisi yang berbeda. Reliabilitas (keandalan) suatu
pengukuran menunjukkan sejauh mana item pernyataan tanpa bias (bebas
kesalahan) dan pengukuran yang konsisten dilakukan sepanjang waktu dan
melintasi berbagai item dalam instrumen. Dengan kata lain, keandalan suatu
ukuran adalah indikasi stabilitas dan konsistensi dengan instrumen dalam
mengukur konsep dan membantu menilai “kebaikan” suatu ukuran.
Pendekatan Stabilitas Pengukuran (Eksternal)
Konsep: kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu
meskipun terdapat kondisi yang tidak dapat dikontrol. Ini membuktikan
"kebaikannya" karena konsepnya diukur secara stabil, tidak peduli kapan
dilakukan. Dua uji stabilitas adalah keandalan tes ulang dan keandalan bentuk
paralel.
• Keandalan tes ulang: yaitu koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan
pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua. Artinya, ketika
kuesioner diberikan kepada satu kelompok responden, saat diuji kembali
(katakan beberapa minggu hingga enam bulan kemudian) maka korelasi
antara skor yang diperoleh pada kedua waktu yang berbeda pada kelompok
responden yang sama disebut koefisien uji-tes ulang. Semakin tinggi,
semakin baik reliabilitas pengujian ulang.
• Keandalan bentuk paralel yaitu diperoleh jika respons terhadap dua tes
serupa yang mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi.
Jika dua bentuk yang sebanding sangat berkorelasi (katakan di atas 8), kita
yakin bahwa langkah-langkah tersebut dapat diandalkan, dengan varians
kesalahan minimal yang disebabkan oleh kata-kata atau faktor lainnya.
Pendekatan Konsistensi Internal
Pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan,
antara lain: untuk menghindari permasalahan yang biasanya ditimbulkan oleh
pendekatan tes ulang dan pendekatan bentuk pararel. Pendekatan konsistensi
internal dilakukan dengan hanya memberikan tes sebanyak sekali saja (single-
trial administration). Karena hanya menggunakan tes sekali saja maka hanya
dibutuhkan satu instrumen dalam pendekatan tipe ini. Kelemahan dalam tipe
sebelumnya dapat dihindari. Tujuan dari pendekatan reliabilitas konsistensi
adalah untuk melihat konsistensi antara butir atau item soal dengan bagian lain
atau dengan tes keseluruhan.
Konsep: merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang
mengungkap ide. Dengan kata lain, pertanyaan tersebut harus "digantung sebagai
satu set," dan mampu mengukur konsep yang sama secara independen sehingga
responden melampirkan makna keseluruhan yang sama untuk setiap item. Ini
dapat dilihat dengan memeriksa apakah pernyataan dan himpunan bagian
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 15

pernyataan dalam alat ukur berkorelasi tinggi. Konsistensi dapat diperiksa melalui
reliabilitas Konsistensi Antar-Item dan uji Reliabilitas Belah-Dua.
Pendekatan konsistensi internal : Reliabilitas Konsistensi Antar-Item.
Reliabilitas konsistensi antar-item adalah tes konsistensi jawaban
responden terhadap semua item dalam suatu ukuran. Sejauh item merupakan
ukuran independen dari konsep yang sama, mereka akan berkorelasi satu sama
lain. Reliabilitas internal dapat dilihat diuji berdasarkan bentuk instrumennya,
seperti:
1. Reliabilitas instrumen bentuk dikotomi
- Rumus Kuder Richardson 20 (KR-20)
- Rumus Kuder Richardson 21 (KR-21)
2. Reliabilitas instrumen bentuk kontinum
1. Uji Reliabilitas instrumen bentuk dikotomi
Reliabilitas untuk instrumen yang berbentuk dikotomi yaitu instrumen
dengan pemberian skor 0 dan 1 maka pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Kuder Richardson 20 ( KR-20) dan Kuder Richardson
21 (KR-21). Reliabilitas untuk instrumen yang berbentuk dikotomi yaitu
instrumen dengan pemberian skor 0 dan 1 maka pengujiannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) dan
Kuder Richardson 21 (KR-21). Koefisien ini menggambarkan sejauh mana
kesetaraan butirbutir atau item-item dalam suatu instrumen tes. Semakin
tinggi koefisien, semakin baik alat ukurnya.
Penggunaan rumus KR. 20 digunakan apabila alternatif jawaban pada
instrumen bersifat dikotomi, misalnya benar-salah dan pemberian skor = 1
dan 0. Rumus KR. 20 adalah: (untuk proporsi)

Penggunaan rumus KR. 21 digunakan apabila alternatif jawaban pada


instrumen bersifat dikotomi, misalnya benar-salah dan pemberian skor = 1
dan 0. Rumusnya adalah : (untuk rata-rata)
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 16

2. Uji Reliabilitas Instrumen bentuk kontinum


Reliabilitas untuk instrumen yang berbentuk kontinum yaitu instrumen
dengan pemberian skor yang skornya merupakan rentangan 0 – 10, 0 – 100
atau berbentuk skala 1 – 3, 1 – 5 atau 1-10, maka pengujiannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Uji Reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach tampak sebagai berikut:

Pendekatan konsistensi internal: Reliabilitas Belah Dua (Split-Half


Reliability)
Reliabilitas Belah Dua (Split-Half Reliability) mencerminkan korelasi antara dua
bagian instrumen. Perkiraan akan bervariasi bergantung pada bagaimana item
dalam pengukuran dibagi menjadi dua bagian. Reliabilitas Belah Dua mungkin
lebih tinggi dari alpha Cronbach hanya dalam keadaan lebih dari satu dimensi
respon mendasar yang disadap oleh ukuran dan ketika kondisi tertentu lainnya
terpenuhi juga. Oleh karena itu, dalam hampir semua kasus, alpha Cronbach
dapat dianggap sebagai indeks yang cukup memadai untuk reliabilitas konsistensi
antar-item.

KESIMPULAN
Pengukuran adalah penetapan angka atau simbol untuk karakteristik
(atribut) objek sesuai dengan seperangkat aturan yang telah ditentukan
sebelumnya. Objek termasuk orang, unit bisnis strategis, perusahaan, negara,
restoran, sampo, yogurt, dan sebagainya.
Operasionalisasi konsep melibatkan serangkaian langkah. Langkah pertama
adalah membuat definisi konstruk (variabel) yang ingin diukur. Peneliti perlu
MEASUREMENT OF VARIABLES : OPERATIONAL DEFINITION | 17

mengembangkan instrumen (satu atau lebih item pertanyaan) untuk mengukur


konsep variabel yang ingin diukur. Langkah selanjutnya, membuat format respon
(misalnya, skala peringkat dengan poin tujuh dengan titik akhir adalah "sangat
tidak setuju" dan titik awal "sangat setuju"). Langkah terakhir yaitu melakukan
pengukuran (menilai) validitas dan reliabilitas item pernyataan.
Peneliti perlu menetapkan angka (atau simbol) dengan cara tertentu.
Menetapkan angka pada karakteristik objek harus distandarisasi dan diterapkan
secara konsisten. Dalam menetapkan angka pada karakteristik objek, diperlukan
skala pengukuran. Ada empat jenis skala yaitu skala nominal, ordinal, interval,
dan rasio.
Dalam skala penilaian, setiap objek diskalakan secara independen dari objek
lain yang diteliti. Skala penilaian yang sering digunakan dalam penelitian bisnis:
skala dikotomi, skala kategori, skala diferensial semantik, skala numerik, skala
peringkat terperinci, skala Likert, skala jumlah tetap atau konstan, skala Stapel,
skala peringkat grafik, dan skala konsensus.
Dalam konteks desain eksperimental, terdapat dua uji validitas yaitu
validitas internal dan validitas eksternal. Beberapa jenis uji validitas digunakan
untuk menguji kebaikan pengukuran (goodness of measures). Uji validitas
dikelompokkan menjadi 3 yaitu validitas isi, validitas berdasarkan kriteria, dan
validitas konstruk. Reliabilitas (keandalan) suatu pengukuran menunjukkan sejauh
mana item pernyataan tanpa bias (bebas kesalahan) dan pengukuran yang
konsisten dilakukan sepanjang waktu dan melintasi berbagai item dalam
instrumen. Dengan kata lain, keandalan suatu ukuran adalah indikasi stabilitas dan
konsistensi dengan instrumen dalam mengukur konsep dan membantu menilai
“kebaikan” suatu ukuran.

REFERENSI
Uma Sekaran and Roger Bougie (2019) Research Methods for Business: A Skill Building-Approach. 8th Edition.
John Wiley & Sons Ltd. ISBN 978-1-119-56124-8 [Chapter 12 – 13]

Anda mungkin juga menyukai