Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap bahasa manapun di muka bumi ini terbagi atas
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam kesusasteraan juga dibagi atas sastra
lisan dan sastra tertulis. Di Ternate, sastra tertulis jarang dijumpai. Hal ini
dikarenakan bahasa Ternate tidak mempunyai huruf (aksara) sendiri.

Kesusasteraan di Ternate sebenarnya sudah ada sejak jaman pra-Islam,


dengan pengertian bahwa masih belum merupakan sastera tertulis melainkan
berbentuk sastera lisan. Sastra lisan di Ternate ini biasanya dituturkan secara
turun temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini. Dalam
perkembangannya seiring dengan perkembangan agama Islam di daerah ini,
maka sastera lisan Ternate kemudian ditulis dengan menggunakan aksara
Arab.
Seirama dengan perkembangan bahasa Ternate dan Melayu menjadi
Lingua Franca di Maluku Utara, maka sastera lisan Ternate pun kemudian
menjadi milik masyarakat setempat, sehingga tidaklah mengherankan apabila
sastera lisan ini juga mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa lokal serta
bahasa Melayu, Arab, Jawa, dll.

Sastera lisan Ternate dijadikan syair dalam nyanyian kesenian daerah


(seni suara) yang biasanya dilantunkan oleh seorang biduan atau biduawanita
untuk mengiringi tarian adat. Ada pula yang hanya dideklamasikan baik
dalam bentuk monolog maupun dalam bentuk dialog.

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dalil moro?
2. Contoh transkripsi dalil moro?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dalil moro.
2. Untuk mengetahui contoh transkripsi dalil moro

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dalil Moro


Sebagaimana Dalil Tifa, Dalil Moro ialah bentuk puisi sastera lama
yang dalam peribahasanya mengungkapkan perumpamaan yang berbentuk
dalil sebagai contoh untuk ditiru yang merupakan warisan nenek moyang
yang telah merasuk dan dihayati, hingga patut ditaati.

Isi dan pengertian syairnya Dalil Moro adalah tentang hakikat


kehidupan manusia, bahwa setiap individu masyarakat dituntut dapat
menempatkan dirinya dalam masyarakat serta mampu menciptakan suasana
keragaman yang dapat menjalin ikatan antara sesama manusia dalam
hubungan kekeluargaan sampai ke dalam kelompok yang besar, masyarakat,
tapi jangan terbawa oleh situasi yang menggiring ke arah yang tak menentu,
terombang-ambing oleh keadaannya.

Penyampaiannya Dalil Moro biasanya melalui percakapan, terutama


kalangan orang tua, hal ini sekarang sudah jarang dilakukan. Dalam bentuk
nyanyian, seorang biduan atau biduanita yang mahir mendendangkannya.
Waktu dan tempat tergantung pada penyair itu sendiri.

B. Contoh Transkripsi Dalil Moro


Contoh : Transkripsi Dalil Moro
Ino fo ma kati nyinga
Doka gosora se buwalawa
Om doro yo ma mote
Fo ma gororu fo ma dudara

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 3


Terjemahan :
Man kita bertimbang rasa
Seperti pala dengan fuli
Matang di pohon dan bersama
Dilandasi kasib dan sayang

Afa doka kamo-kamo


Isa mote hoko mote
Ma dodogu ogo uwa
Tego toma ngawa-ngawa

Terjemahan :
Janganlah seperti iringan awan
Ke barat ikut ke timurpun ikut
Tak tentu tempat berhenti
Terkatung-katung di antara langit

Lobi dai lofo uci


Ma nunako sosoramo
Pasi dai jaha-jaha
Fo nunako rai marua

Terjemahan :
Kelam di timur hendak menurun
Ditandai gumpalan awan berkabut
Lautan luas penuh ikannya
Tentu kita sudah mengenalinya

Kano-kano ri ngongano
Kusu-kusu to busu marua
Jela-jela to sisela

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 4


Loloro no roro fodi

Terjemahan :
Tanaman kano-kano yang kuharapkan
Alang-alang tak kusukai lagi
Jela-jela kusisipkan
BukanSemak loloro yang tumbuh terlalu lama

Goraci aku to tike


Jou malo fo binasa
Hira goraci aku to tike
Jou malo dadi badang binasa

Terjemahan :
Emas bisa kucari
Tak ada Tuhan kita binasa
Hilang emas bisa kucari
Bila tak ada Tuhan tentu kita tak ada

Ino fi ma oki mayang


Ma oki mayang non toma titi ino
Giki uwa ngone bato
Fo maku gasa ira afa

Terjemahan :
Mari kita berpadu hati
Berpadu hati seperti mayang sejak dahulu
Jikalau orang lain tidak, tentulah kita
Janganlah kita hidup bermusuhan

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 5


Ngone doka dai loko
Ahu yo ma fara-fara
Si rubu-rubu yo ma moi-moi
Doka saya rako moi

Terjemahan :
Kita bagaikan kembang di padang rumput
Tumbuh dan hidup terpencar-pencar
Terhimpun dalam satu genggaman
Bagaikan hiasan seikat kembang

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 6


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalil Moro ialah bentuk puisi sastera lama yang dalam peribahasanya
mengungkapkan perumpamaan yang berbentuk dalil sebagai contoh untuk
ditiru yang merupakan warisan nenek moyang yang telah merasuk dan
dihayati, hingga patut ditaati.

Dalil Moro adalah tentang hakikat kehidupan manusia, bahwa setiap


individu masyarakat dituntut dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat
serta mampu menciptakan suasana keragaman yang dapat menjalin ikatan
antara sesama manusia dalam hubungan kekeluargaan sampai ke dalam
kelompok yang besar, masyarakat, tapi jangan terbawa oleh situasi yang
menggiring ke arah yang tak menentu, terombang-ambing oleh keadaannya.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan
bermanfaat khususnya untuk penulis dan umum untuk pembaca.

Bahasa dan Sastra Daerah Halaman 7

Anda mungkin juga menyukai