ISSN :
ISSN : 2459-9743
JurnalGuru
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan INDONESIA
www.e-jurnalguru.com
JURNAL GURU
Vol. I
No. 2
Hal. 1-114
Indralaya
ISSN: 2459-9743
ISSN :
ISSN : 2459-9743
JurnalGuru
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan INDONESIA 30862
www.e-jurnalguru.com
JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog.
MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M.
Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D.
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd.
Dr. Silvi Hevria, M.Pd.
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si.
Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si.
Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M.
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M.
Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M.
Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M.
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si.
Drs. H. Muhlisin, M.Si.
Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P.
ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp
: +62 852-6731-4774
Email : ejurnalguru@gmail.com
Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.
Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman
Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: ejurnalguru@gmail.com. Setiap
naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan
disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
Copyright 2015. All Right Reserved
Backgroud Cover: http://wallpapers-pictures.irixpix.ru/tr/category/3d_renkli_kareler
ii | ISSN : 2459-9743
DAFTAR ISI
1-5
6-10
11-14
15-19
20-24
25-30
31-35
36-39
40-44
45-49
50-56
57-60
61-65
iv | ISSN : 2459-9743
66-69
70-73
74-78
79-83
84-87
88-91
92-95
96-101
102-104
107-107
108-111
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam
meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan
supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran
yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya.
Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan
yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah
peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai
berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C
sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C
sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%,
dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan
profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru
dalam pembelajaran.
Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut
kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Tingkat
produktivitas
sekolah
dalam
memberikan pelayanan secara efisien kepada
pengguna
kependidikan
akan sangat
tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga
pendidik yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dan pada keefektifan mereka
dalam melaksanakan tanggung jawab secara
individual maupun kelompok.
Supervisi klinis merupakan layanan
professional dari kepala sekolah dan pengawas,
karena
adanya
masalah
yang
belum
terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi
kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983)
menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat
top-down, artinya perbaikan pengajaran
ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah,
sedangkan supervisi klinis bersifat bottomdown, yaitu kebutuhan program ditentukan
oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami
para guru. Ketika seorang guru menjelaskan
pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu
terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam
kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi
kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: apakah kemampuan guru SMA
Negeri 4
Sekayu dalam mengefektifkan
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui
ISSN : 2459-9743 | 1
b.
B.
1.
Kajian Pustaka
Profesionalisme Guru
Proses belajar mengajar mempunyai
makna dan pengertian yang lebih luas dari
pada pengertian mengajar, dalam proses
belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa
yang belajar dan guru yang mengajar, antara
kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang. Untuk lebih memahami pengertian
di atas maka guru memegang peranan penting
dalam proses belajra mengajar.Wrightman
(dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan
guru adalah terciptanya serangkaian tingkah
laku situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni
guru, dan berkaitan erat dengan manusia
didalam
masyarakat
yang
semuanya
menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana
kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan
praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah
dihayati oleh siapa saja.
Mengajari pada prinsipnya membimbing
siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan
peserta didik dan dahan pelajaran yang
menimbulkan proses belajar, pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut
untuk dapat berperan sebagai organisator
2 | ISSN : 2459-9743
Supervisi Kelas
Dalam organisasi pendidikan, istilah
supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan.
Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi
utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang
ditunjukkan
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan mutu proses dan prestasi
akademik. Dengan kata lain supervisi kelas
adalah kegiatan yang berurusan dengan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil
pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi
kelas
berkepentingan
dengan
upaya
peningkatan
mutu
proses
dan
hasil
pembelajaran. Dengan demikian fungsi
supervisi kelas adalah salah satu mekanisme
untuk meningkatkan kemampuan professional
guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih melalui cara mengajar
yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku
supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar,
dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan
pada perbaikan penilaian perilaku mengajar
guru yang berdampak terhadap perilaku
belajar siswa.
Sasaran supervisi kelas adalah proses
pembelajaran peserta didik dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
Proses
pembelajaran
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: guru,
pesrta didik, kurikulum, alat dan buku-buku
pelajaran, serta kondisi lingkungan social danj
fisik sekolah. Sehingga mereka lebih mampu
dalam melaksanakan dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang direfleksikan
dalam
kemampuan-kemampuan:
(1)
merencanakan kegiatan pembelajaran, (2)
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3)
menilai proses dan hasil pembelajaran,(4)
memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan
layanan pembelajaran, (5) memberikan umpan
balik secara tepat, teratur dan terus menerus
kapada peserta didik, (6) melayani peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, (7)
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
menyenangkan, (8) mengembangkan dan
memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran, (9) memanfaatkan sumbersumber
belajar
yang
tersedia,
(10)
mengembangkan
interaksi
pembelajaran
(strategi, metode dan teknik) yang tepat, dan
(11) melakukan penelitian praktis bagi
perbaikan pembelajaran.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai
berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.
C.
1.
Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru
dari 15 orang guru yang mengajar mata
pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4
Sekayu yang merupakan sekolah binaan
peneliti sebagai pengawas sekolah.
2.
Setting Penelitian.
Penelitian
tindakan
sekolah
ini
dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto,
2006:16)
yaitu:
1)
perencanaan,
2)
4.
Analisa Data
Analisis data mengguakan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk
memberi gambaran tentang kecenderungan
ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian
yang meliputi:
a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan
pembelajaran,
b. Kegiatan inti pembelajaran,
c. Pemanfaatan media pembelajaran dan
sumber belajar,
d. Pembelajaran
yang
memicu
dan
memelihara keterlibatan siswa,
e. Penilaian proses / hasil belajar dan
penggunaan bahasa,
f.
Penutup kegiatan pembelajaran.
D.
1.
ISSN : 2459-9743 | 3
4 | ISSN : 2459-9743
2.
Saran
Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini
yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guruguru sebagai berikut:
a. Pendekatan
yang
disajikan
dalam
penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan
lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan
variabel yang lebih spesifik pada masingmasing sekolah dengan berbagai inovasi
yang ada.
b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah
sebaiknya
dikembangkan
untuk
memfasilitasi munculnya kreativitas dan
inovasi kepala sekolah dalam melakukan
supervisi di lingkungan sekolahnya.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan
Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Depdikbud.
ISSN : 2459-9743 | 5
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat
66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus
kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar.
Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar
sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.
Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi
sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah
hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal
ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian
nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun
pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan
prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui
proses pembelajaran dengan sistem ganda
sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri
dan telah melalui proses penilaian secara
berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru.
Namun demikian tetap saja prestasi belajar
peserta didik saat dievaluasi baik ulangan
harian, ulangan tengah semester, maupun
ulangan akhir semester, menurut data yang di
inventarisir oleh bagian kurikulum masih
cenderung rendah dan belum memuaskan.
Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM
berkisar antara 40 60%, sedangkan sisanya
untuk
menuntaskan
harus
menempuh
remedial.
Atas dasar hal tersebut dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di
kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu
berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru
karena guru merupakan salah satu kunci
keberhasilan proses pendidikan. Ditangan
guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan
nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga
penyelenggara pendidikan hingga visi-misi
6 | ISSN : 2459-9743
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian
tindakan
sekolah
ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kepala sekolah dalam memecahkan masalah
guru, meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar sehingga
lebih profesional. Dengan demikian pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
mutu pengajaran dan berdampak pada
peningkatan mutu sekolah. Disamping itu
dengan menemukan langkah yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar maka akan
dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama
bagi peneliti lain.
B.
1.
Kajian Pustaka
Teori Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa
sangat
bergantung
pada
pertanggungjawaban
guru
dalam
melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam
Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru
adalah kreator proses belajar mengajar. Ia
adalah orang yang akan mengembangkan
suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minatnya, mengekspresikan ideide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma
yang
ditegakkan
secara
konsisten.
Dengan
demikian
dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran
dalam konteks belajar mengajar diarahkan
untuk pengembangan aktivitas siswa dalam
belajar.
2.
Kelengkapan Mengajar
Komponen kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan
sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3)
kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP.
Silabus dan RPP merupakan perencanaan
proses pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal
tersebut diharapkan setiap pendidik pada
Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang
akan di implementasikan dalam kegiatan
pembelajaran.
a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur
ISSN : 2459-9743 | 7
In-House Training
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT
(In-House Training) dan PT (Public Training).
In-House Training adalah pelatihan yang terjadi
atas permintaan suatu komunitas tertentu,
apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit.
Istilah In-House Training sama pengertiannya
dengan in-service training. Menurut Nawawi
(dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa inservice training sebagai usaha
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam bidang tertentu sesuai dengan
tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam bidang tersebut.
8 | ISSN : 2459-9743
C.
1.
Sikap
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Jumlah
%
57
43
0
0
0
100
Sikap
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Jumlah
%
23
48
11
18
0
100
Tingkat Motivasi
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
%
33
67
0
0
0
100
ISSN : 2459-9743 | 9
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan data di
atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru
berhasil
menyelesaikan
penyusunan
kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2
terdapat 98,13% guru yang berhasil
menyelesaikan penyusunan kelengkapan -
10 | ISSN : 2459-9743
2.
mengajar.
Jadi
ada
peningkatan
kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.
Kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan
melalui kegiatan In-House Training.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta:
RinekaCipta
Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya
University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan
Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian
Tindakan. Malang: IKIP Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta:
Erlangga
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian
terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita
pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model
pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang
meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif
meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu.
Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai
dengan tujuan kurikulum cenderung kearah
keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru
harus dapat menciptakan seni mengajar pada
pengajaran keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Baik pada bidang
kebahasaan maupun pada bidang sastra.
Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD)
harus dapat menjadi bagian proses belajar
mengajar yang menarik sebagai sebuah karya
seni mengajar.
Standar kompetensi yang menarik namun
menjadi momok adalah keterampilan menulis.
Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak
ada SMA yang secara khusus melahirkan
seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi
menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi
guru bahasa untuk menciptakan model-model
pembelajaran yang menarik. Namun, banyak
guru mengalami kesulitan untuk membiasakan
siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan
metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga
menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit.
Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan
menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari
diri sendiri.
Problema yang terjadi di SMA PGRI
Sekayu yakni kompetensi menulis masih
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah model Copy The Master dengan
mengubah
cerita
dapat
meningkatkan
kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu?
3.
a.
ISSN : 2459-9743 | 11
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
1)
2)
3)
4)
5)
B.
1.
Kajian Pustaka
Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan
gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau
lazim juga disebut mengarang merupakan
kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa
kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus
memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
ditulis
juga
pengetahuan
bagaimana
menuliskannya.
Pengetahuan
pertama
menyangkut isi karangan sedang yang kedua
menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan
teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek
kebahasaan, maupun teknik penulisannya
bertalian erat dengan proses berpikir,
(Akhadiah, 1986).
2.
Sastra/ Cerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsep sastra adalah karya tulis yang jika
dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai
keunggulan seperti: keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita
adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk
prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk
menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1)
teknik langsung menulis tanpa mengikuti
aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2)
teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang
lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan
setting ceritanya, dan 3) menentukan unsurunsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga
membentuk alur
sambung-menyambung
berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka
jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)
12 | ISSN : 2459-9743
3.
Metode Penelitian
Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah
bagaimana guru mengajarkan menulis sastra
(cerita) dengan menggunakan metode Copy The
Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan
berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa
cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu
sangat banyak.
2.
Setting Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI
Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera
Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan
mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014
sampai minggu ke-5 Maret 2015.
3.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.
D.
1.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)
3)
4)
2.
Pembahasan
Hasil dialog dan diskusi dengan teman
sejawat pada data yang diperoleh dari hasil
observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa
Model Copy The Master dengan Mengubah
Cerita dapat meningkatkan keterampilan
menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran
bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal
yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang
mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu
panjang cerita yang diubah disesuikan dengan
waktu pembelajaran yang tersedia.
Model pembelajaran Copy The Master
dikembangkan dengan mengubah cerita siswa
diberikan
master: 1) panjang cerita
disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa
membaca
cerita
berulang-ulang
untuk
memahami isinya dengan cara menganalisis
unsur-unsur intrinsik cerita, 3) siswa membuat
imitasi cerita tersebut, dan 4) perubahan pada
cerita imitasi dimulai dari yang sederhana ke
unsur yang lebih komplek,.
ISSN : 2459-9743 | 13
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
Grafik 1
Tingkat Keberhasilan Siswa
3.
Hasil pengamatan aktivitas guru selama
siklus kedua yang diamati antara lain: a) prapebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan
siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta
apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti
pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik
kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias
siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan
pemberian
reord kurang, dan c) penutup
semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk
kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra
pembelajaran semua komponen bernilai baik; b)
kegiatan inti pembelajaran semua komponen
bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen
bernilai baik.
E.
14 | ISSN : 2459-9743
4.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan
Universitas Terbuka.
Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami
Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS
UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak
diterbitkan. Padang: PPS UNP.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi
pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya
jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu,
Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa
laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari
hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat
mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu.
Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pada semua
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD
Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat
kendala
dalam
proses
pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara
lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika
ada
siswa
yang
terpaksa
menjawab,
jawabannya sering melenceng, sebagian besar
jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman
siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu
nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang
memuaskan, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah
ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan
kesabaran dan keuletan serta kerja sama
antara guru dan muridnya.
Adanya kemauan keras guru untuk
memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk
mengkaji strategi pembelajaran apa yang
sangat tepat diterapkan, sehingga mampu
ISSN : 2459-9743 | 15
Kajian Pustaka
Aktivitas Siswa
Menurut
Dierich
(dalam
Hamalik,
2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi
delapan kelompok yaitu :
a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,
melihat
gambar-gambar,
mengamati
eksperimen,
demonstrasi,
pameran,
mengamati orang lain berkerja, atau
bermain.
b. Kegiatan-kegiatan
lisan
(oral):
mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan
suatu
kejadian,
mengajukan pertanyaan, member saran,
mengemukkan pendapat, berwawancara,
diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan
mendengar:
mendengarkan
penyajian
bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi
angket.
e. Kegiatan-kegiatan
menggambar:
menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
f.
Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan
percobaan,
memilih
alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan (simulasi)
menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat,
memecahkan
masalah,
menganalisis faktor- faktor, menemukan
hubungan-hubungan,
membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan
emosional:
minat,
membedakan,
berani
tenang,
dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat pada semua
kegiatan tersebut di atas, dan bersifat
tumpang tindih.
Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika
dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu
16 | ISSN : 2459-9743
ISSN : 2459-9743 | 17
1.
Pembahasan
Berdasarkan
data
hasil
observasi,
diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan
pada
setiap
pertemuan.
Peningkatan aktivitas ini terjadi karena,
peneliti selalu memberikan motivasi sebelum
pembelajaran berlangsung. Dengan adanya
motivasi, siswa akan lebih aktif. Sehingga
perlahan-lahan terciptalah suasana yang cukup
aktif. Dari keseluruhan aktivitas yang
dilakukan, ternyata aktivitas yang paling tinggi
adalah keaktifan siswa pada akhir proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakana metode
tanya jawab dapat menarik perhatian siswa
dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai hal hal yang
mereka belum mengerti. Data hasil observasi
pada siklus 1 dan siklus 2 jelasnya sebagaimana
pada grafik dibawah ini.
Diagram 3
Aktivitas Belajar Siswa pada
Siklus 1 dan Siklus 2
Diagram 1
Hasil belajar Siklus 1
18 | ISSN : 2459-9743
D.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas
belajar
siswa
selama
diterapkannya metode tanya jawab pada
konsep sistem pemerintahan tingkat pusat
meningkat setiap pertemuan.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
PKn selama diterapkannya metode tanya
jawab, adalah baik dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 76,57.
Daftar Pustaka
Gafur, A. 1986. DesainInstruksional: Langkah
Sistematis
Pengajaran.
Solo:
Tiga
Serangkai.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2007. Pembelajaran dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
ISSN : 2459-9743 | 19
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan model
pembelajaran interaktif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Lumbanjaya sebanyak 24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian
diperoleh hasil bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet
dari pra siklus, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 16,67% (pra siklus)
menjadi 45,83% (siklus I), dan meningkat menjadi 79,17% (siklus II). Dari data hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik
dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet.
Kata kunci: hasil belajar, diskusi kelompok
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 4 menegaskan bahwa pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan
manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, serta
memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatann jasmani dan rohani, berkepribadian
yang
mantap
serta
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain hal tersebut, dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 3
disebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan
untuk memberikan bekal kemampuan dasar
pada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, warga negara,
dan umat manusia serta mempersiapkann
peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah.
Menurut pengamatan penulis, dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan
model pembelajaran yang bervariatif masih
sangat
rendah
dan
guru
cenderung
menggunakan model konvesional pada setiap
pembelajaran yang dilakukannya.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya
penguasaan guru terhadap model-model
20 | ISSN : 2459-9743
Jumlah siswa
Jumlah siswa yang nilainya <70
Jumlah siswa yang nilainya 70
Jumlah siswa yang nilainya >70
Jumlah siswa yang tuntas
Prosentase ketuntasan
= 24
= 17
= 3
= 4
= 7
= 29,17%
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah hasil belajar siswa kelas
V SD Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran
IPA
materi
sifat-sifat
magnet
dapat
ditingkatkan melalui penggunaan model
pembelajaran interaktif?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA
materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan
model pembelajaran interaktif.
4.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak berikut, yaitu:
a. Bagi siswa: siswa akan memiliki
kesadaran bahwa proses pembelajaran
adalah dalam rangka mengembangkan
potensi dirinya, karena itu keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan oleh
siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini
siswa terlatih untuk dapat memecahkan
masalah dengan Metode ilmiah dan siswa
didorong aktif secara fisik, mental, dan
emosi dalam pembelajaran.
b. Bagi guru: penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan profesional,
dan pembelajaran interaktif menjadi
alternative pembelajaran IPA untuk
meningkatkan prestasi siswa. Memberikan
kesadaran guru untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik
siswa,
dan
kondisi
pembelajaran.
c. Bagi sekolah: penelitian ini dapat
dijadikan masukan untuk kebijakan dalam
upaya meningkatkan proses belajar
mengajar (PBM) dan meningkatkan
prestasi belajar siswa serta perlunya
kerjasama yang baik antar guru dan
antara guru dengan kepala sekolah.
B.
1.
Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Belajar adalah salah satu proses yang
terjadi pada kehidupan manusia. Sedikit atau
banyak, sengaja atau tidak disengaja, proses
belajar selalu terjadi pada manusia. Manusia
tidak hanya menggantungkan diri pada instink
saja sebagai bentuk untuk menyelamatkan diri,
tetapi manusia dibekali oleh kemampuan untuk
mengolah lingkungan sekitar menjadi suatu
bentuk yang bermanfaat.
Hasil dari olah kemampuan ini, bisa
disebut dengan belajar, akan digunakan untuk
proses menyelamatkan diri kelak pada
dasarnya kegiatan belajar tidak hanya terjadi di
kelas atau suatu ruang tertentu, dan melalui
proses belajar mengajar seperti layaknya
seorang guru dengan murid. Akan tetapi bentuk
kegiatan belajar tidak mengikat, artinya dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan apa saja.
Hasil
belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004:22). Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga
macam
hasil
belajar
mengajar:
(1).
ISSN : 2459-9743 | 21
Keterampilan
dan
kebiasaan,
(2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan
cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemapuan
keterampilan, sikap dan keterampilan yang
diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan
yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang
perilaku (psikomotorik). (Benyamin Bloom,
1970: 20) mengemukakan tiga faktor utama
yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
adalah kualitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan terkait dengan model pembelajaran
yang digunakan.
2. Materi Sifat-Sifat Magnet
Magnet adalah benda yang dapat menarik
benda yang terbuat dari besi baja, nikel dan
kobalt. Sifat-sifat magnet adalah Kutub yang
sejenis tolak menolak, Kutub yang tak sejenis
tarik menarik. Kutub kutub magnet merupakan
daerah dengan gaya magnet terkuat dari
magnet tersebut, Arah gaya pada kutub utara
magnet mengarah ke luar, sedangkan pada
kutub selatan mengarah ke dalam.
Cara-cara membuat Magnet adalah dengan
cara menggosok yaitu menggosokkan batang
besi atau baja netral pada batang magnet,
dengan arus listrik yaitu magnet yang dibuat
dengan mengalirkan arus listrik pada batang
besi netral yang dililiti kumparan. Magnet jenis
ini disebut elektromagnetik, dengan induksi
yaitu dengan mendekatkan bahan magnet pada
batang besi atau baja netral.
Benda magnet dapat hilang sifat
kemagnetan-nya hanya jika benda tersebut
dipukul pukul, dipanaskan, dan dengan
pemutusan arus listrik (untuk magnet yang
dibuat dengan cara aliran listrik).
3. Metode Diskusi Kelompok
Suatu strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat
yang
sama
meningkatkan
prestasi
akademiknya. Disamping itu metode diskusi
kelompok dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit sambil pada saat
22 | ISSN : 2459-9743
Metodologi Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD
Negeri Lumbajaya Kecamatan Sekayu pada
tanggal 21 Januari 2015 dan 11 Februari 2015,
jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa
dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
2.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V
SD Negeri Lumbanjaya sebanyak 24 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari sumbernya, dalam hal ini adalah
Hasil Penelitian
Dari
observasi/
pengamatan
yang
dilakukan mengenai keterlibatan siswa selama
proses kegiatan perbaikan pembelajaran dapat
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2
Sikap Siswa dalam Pembelajaran IPA
Grafik 1
Sikap Siswa dalam Pembelajaran IPA
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA
(N=24)
Grafik 2
Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA
(N=24)
ISSN : 2459-9743 | 23
E.
1.
24 | ISSN : 2459-9743
b.
c.
Daftar Pustaka
Arifin, Z. 1994. Metode Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Damanik,
H.
2004.
Penerapan Model
Pembelajaran Social Science Inquiry Dalam
Mata Pelajaran Sosiologi dengan Metode
diskusi
kelompok.
Jakarta:
FKIPUniversitas Terbuka.
Mulyasa, E 2005. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Sutikno, S. 2004. Model Pembelajaran Interaksi
Sosial, Pembelajaran Efektif, dan Retorika.
Mataram: NTP Press.
Sutarno, N. 2004. Materi dan Pembelajaran IPA
SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Unversitas Terbuka.
Winataputra, U.S. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi
komposisi mata pelajaran Matematika melalui penggunaan model pembelajaran investigasi
kelompok. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA.1 SMAN 1 Lais pada tahun pelajaran 2014/205. Instrumen penelitian menggunakan lembar tes
hasil belajar dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis data diketahui bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu: 76,67% (siklus I),
83,00% (siklus II), dan 90,00% (siklus III). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika materi komposisi fungsi.
Kata kunci: hasil belajar matematika , model pembelajaran investigasi kelompok
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Matematika merupakan suatu bahan
kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh
sebagai
akibat
logis
dari
kebenaran
sebelumnya
sudah
diterima,
sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar
mudah dimengerti oleh siswa, proses
penalaran
deduktif
untuk
menguatkan
pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Tujuan pembelajaran matematika adalah
melatih cara berfikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten.
Pembelajaran matematika tidak juga tidak
lagi mengutamakan pada penyerapan melalui
pencapaian
informasi,
tetapi
lebih
mengutamakan
pada
pengembangan
kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk
itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan
melalui latihan-latihan atau tugas matematika
dengan
bekerja
kelompok
kecil
dan
menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
(Hartoyo, 2000: 24).
ISSN : 2459-9743 | 25
1)
b.
c.
B.
1.
26 | ISSN : 2459-9743
d.
e.
f.
C.
1.
a.
1)
2)
3)
4)
Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 23
:7
: Belum tuntas
ISSN : 2459-9743 | 27
b.
1)
2)
Siklus II
Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes
formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran investigasi kelompok dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal
25 Februari 2015 dengan jumlah siswa
siswa sebanyak 30 orang. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan
refisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak
terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang
telah
dilakukan.
Instrument
yang
digunakan adalah tes formatif II
4)
c.
1)
Siklus III
Tahap Perencanaan
3)
Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 25
:5
: Belum tuntas
28 | ISSN : 2459-9743
2)
3)
4)
Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 27
:3
: Belum tuntas
2.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran model investigasi kelompok
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,
dan III) yaitu masing-masing 76,67%, 83,00%,
dan 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
ISSN : 2459-9743 | 29
D.
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model investigasi
kelompok memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (76,67%), siklus II (83,00%),
siklus III (90,00%).
2. Penerapan
model
pembelajaran
investigasi
kelompok
mempunyai
pengaruh
positif,
yaitu
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang
30 | ISSN : 2459-9743
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, dalam
konsep pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan melalui metode demonstrasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Sekayu kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 12 Sekayu.
Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 29,25%
yakni dari semula 54,00% (siklus I) menjadi 83,25% (siklus II). Demikian pula dengan minat belajar,
terjadi peningkatan sebesar 30,84% yakni dari semula 69,16% (siklus I) menjadi 88,05% (siklus II).
Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi efektif meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan.
Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode demonstrasi
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran
pada
hakikatnya
merupakan suatu proses interaksi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dengan mealalui tatap muka dan
secara
tidak
langsung
yaitu
dengan
menggunakan berbagai media. Pembelajaran
pada dasarnya merupakan proses sebab akibat.
Guru yang mengajar, merupakan penyebab
utama bagi terjadinya proses belajar siswa
meskipun tidak setiap perbuatan belajar siswa
merupakan akibat guru mengajar. Oleh sebab
itu, guru sebagai figure sentral, harus mampu
menetapkan strategi/ metode pembelajaran
yang tepat sehingga dapat mendorong
terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di
SD Negeri 12 Sekayu Kecamatan Sekayu,
tentang pembelajaran Matematika namapak
permasalahan yang harus segera di antisipasi
antara lain:
a. Rendahnya
nilai
mata
pelajaran
Matematika setiap mengadakan ulangan
harian terutama pada konsep pengolahan
data hasil pencapaian tidak lebih dari 40%
siswa yang mendapatkan nilai di atas 65,
dengan
demikian
maka
hal
ini
menunjukkan
60%
siswa
masih
mengalami masalah, karena tersebut
masih dibawah standar rata-rata yaitu
dibawah 65.
b. Lemahnya motivasi belajar siswa karena
disebabkan oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal.
Kekurangan motivasi belajar yang
disebabkan faktor internal adalah dengan
tidak adanya rangsangan serta gairah
dalam belajar. Karena siswa kurang
memahami dari tujuan kebutuhan dalam
kehidupannya
sehingga
dapat
menimbulkan lemahnya untuk belajar.
Sedangkan
faktor
ekternal
karena
kurangnya perhatian dari berbagai pihak,
baik pihak keluarga, masyarakat atau
pemerintah.
Dengan pernyataan di atas, peneliti
berupaya untuk meningkatkan pembelajaran
Matematika dengan menggunakan metode
demonstrasi yang menekankan pada siswa
untuk dapat memahami konsep dasar
Matematika yang sesuai dengan kebutuhan
tuntutan.
2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
ISSN : 2459-9743 | 31
Nazemah | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika
b.
c.
d.
4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk meningkatkan minat belajar siswa,
dalam konsep pembelajaran Matematika
materi operasi hitung pecahan melalui
metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri
12 Sekayu.
b. Untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran Matematika materi
operasi hitung pecahan melalui metode
Demonstrasi di kelas VI SD Negeri 12
Sekayu.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebgai
berikut:
a. Bagi siswa: belajar matematika dengan
mengunakan metode demonstrasi siswa
akan tergugah semngat belajarnya
sehingga
menumbuhkan
keberanian
untuk mencoba sendiri, menemukan
sendiri, dan menyimpulkan sendiri,
sehingga aktivitas dan antusias belajar
siswa lebih hidup dan meningkat.
b. Bagi guru: dapat mengembangkan dan
meningkatkan wawasa, sikap ilmiah,
kompetensi profesional guur dalam upaya
meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika.
c. Bagi sekolah: menambahkan wawasan
pengetahuan
dalam
pembelajaran
matematika melalui metode demonstrasi
dan sekolah pada bidang mata pelajaran
yang lain.
B.
1.
Tinjauan Pustaka
Minat Belajar
Minat belajar adalah suatu kerangka
mental yang terdiri dari kombinasi gerak
32 | ISSN : 2459-9743
d.
ISSN : 2459-9743 | 33
Nazemah | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika
34 | ISSN : 2459-9743
2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan hasil
belajar siswa pada siklus I diperoleh rata-rata
prosentase minat belajar siswa yaitu 69,16%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikategorikan
cukup aktif. Sedangkan hasil belajar yang
diperoleh pada siklsu I dengan rata-rata nilai
54,00. Bedasarkan analisis yang dilakukan
dengan menggunakna metode demonstrasi
indikator keberhasilan yang ditargetkan pada
siklus I dapat dikategorikan kurang berhasil
masih perlu ada beberapa hal yang harus di
tingkatkan lagi. Pada siklus I masih mengalami
beberapa hambatan atau kendala yang cukup
berarti, dimana kondisi belajar siswa yang
dihapkan pada situasi masalah yang ountentik,
untuk
melakukan
penyelidikan
belum
maksimal sebagaimana yang diharapkan.
Pada pembelajaran siklus II ini tampak
kelihatan lebih antusias, minat belajarnya
nampak dan lebih aktif bila dibandingkan
dengan pertemuan pada siklus I, karena
mereka telah diberi tugas untuk melakukan
langsung demonstrasi cara pengolahan data.
Pada siklus II ini diperoleh rata-rata minat
belajar siswa sebesar 88,05, sedangkan hasil
belajar diperoleh rata-rata sebesar 83,25. Hasil
dari siklus II ini menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan yang di targetkan dapat
dikategorikan berhasil, yakni nilai yang
diperoleh siswa mengalami peningkatan yang
cukup berarti bila dibandingkan dengan siklus I
begitu juga dengan aktifitas belajar siswa
tampak lebih pro aktif, hidup, efektif, dan
efisien sehingga sasaran dan target tercapai
dengan baik.
D.
Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian di atas, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Dengan
menggunakan
metode
demonstrasi hasil observasi terhadap
minat
belajar
siswa
mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari
kategori cukup aktif (69,16%) menjadi
kategori sangat aktif (88,05%) ada selisih
peningkatan 30,84%. Dengan demikian
metode demonstrasi siswa mampu belajar
mandiri,
dapat
mengembangkan
keterampilan berfikir, dapat melakukan
kerja sama dalam kelompok dan mampu
mampu memproses informasi yang telah
dimiliki untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
b. Dengan
menggunakan
metode
demonstrasi hasil belajar siswa adanya
peningkatan dari setiap siklus yakni siklus
ISSN : 2459-9743 | 35
Taftazani | Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA materi tata surya di SD Negeri 1 Sekayu. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
1 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini
menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari sebesar 57% pada siklus I menjadi 89%
pada siklus II. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga model
tata surya efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya.
Kata kunci : aktivitas belajar, hasil belajar, alat peraga model tata surya
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Mata pelajaran Iilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah salah satu mata pelajaran penting
yang diajarkkan di bangku Sekolah Dasar (SD).
Mengingat pentingnya pembelajaran IPA bagi
siswa sekolah dasar maka diperlukan cara-cara
yang efektif dan efesien dalam proses
pembelajaran sehingga nantinya diperoleh
hasil yang memuaskan. Agar pembelajaran
tersebut berjalan efektif dan efesien, guru perlu
mengupayakan penggunaan media atau alat
peraga yang kongkrit yang dapat melibatkan
siswa. Hal ini sesuai dengan Permen Diknas No.
41/2007 tentang Standar Proses, yang
berbunyi:
standar proses mencakup
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Untuk
mengetahui
tercapainya
pembelajaran yang diharapkan dapat dilakukan
upaya berupa evaluasi baik proses maupun
hasil belajar siswa, penilaian tersebut dapat
melalui proses maupun test. Dari hasil test
dapat menggambarkan apakah pembelajaran
tersebut telah menunjukan keberhasilan atau
belum. Sesuai dengan Permen Diknas No
20/2007 tentang Standar Penilaian, yang
berbunyi: penilaian hasil belajar peserta didik
36 | ISSN : 2459-9743
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah penggunaan alat peraga model
tata surya dapat meninggkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
materi tata surya?
3.
Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya di SD Negeri 1 Sekayu.
4.
a.
Manfaat Penelitian
Untuk guru: guru dapat mengoptimalkan
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajaran tentang tata surya di kelas
VI B di SD Negeri 1 Sekayu.
b.
c.
B.
1.
Kajian Teori
Hasil Belajar
Menurut Nasution S (2000:89), aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani
atau rohani. Dalam peroses pelajaran kedua
aktivitas tersebut harus selalu terkait agar
dapat tercipta suatu pembelajaran yang
optimal. Dalam peroses pembelajaran aktivitas
siswa sangat diperlukan karena akan
bepengaruh terhadap hasil yang aka di capai.
Tata Surya
Tata surya adalah matahari beserta
planet-planet yang membentuk gugusan.
Adapun anggota tata surya adalah Matahari,
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus. Matahari
sebagai pusta tata surya, planet berputar
mengelilingi matahari dengan jalur edar yang
tetap. Jalur peredaran planet ini disebut orbit.
Orbit planet berbentuk eplips dan bidang
orbitnya disebut eliptika. Jarak planet dari
matahari tidak selalu sama. Ada kalanya planet
dekat dengan matahari, tetapi ada kalanya jauh
dengan matahari.
Semua planet bergerak dalam orbit yang
saling sejajar sehingga tidak akan saling
berpotongan. Arah peredaran planet-planet
dalam tata surya berlawanan dengan arah
jarum jam. Peredaran planet mengelilingi
matahari disebut revolusi. Waktu yang
dibutuhkan planet untuk melakukan satu kali
revolusi disebut kala revolusi. Semakin jauh
letak planet dari matahari semakin lama kala
revolusinya.
Orbit planet yang sudah tetap dipengaruhi
oleh gaya gravitasi matahari, antara matahari
dan planet terjadi gaya tarik-menarik. Adanya
gaya gravitasi menyebabkan planet tetap
mengelilingi matahari.
C.
1.
a.
2.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka
dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai
berikut: penggunaan alat peraga model tata
surya dapat meningkatkana aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya.
3.
ISSN : 2459-9743 | 37
Taftazani | Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA
b.
Siklus II
Hasil
pengolahan
data
siklus
II
berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas
belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan
dalam pembelajaran IPA di kelas VI.B SD Negeri
1 Sekayu Kecamatan Sekayu, dapat dijelaskan
dengan tabel 2 berikut:
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Tabel 3
Nilai Rerata Ketuntasan Per-Siklus
2.
38 | ISSN : 2459-9743
D.
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Dasar-dasar Didektik dan
Penerapannya
dalam Pembelajaran.
Jakarta: Pustaka Ilmu
Depdiknas.
2006.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Erlangga
Nasution, S. 2000. Aktivitas Belajar adalah
Aktivitas yang bersifat jasmani atau rohani.
Jakarta: Gramedia
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas amaka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran maka
akan semakin tinggi pula penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang pada
akhirnya akan meningkatkan ketuntasan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini
terbukti dari peran aktif siswa siklus I yang-
ISSN : 2459-9743 | 39
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
materi pecahan dan urutannya pada mata pelajaran matematika serta mendeskripsikan/
menganalisis dampak penggunaan LKS dalam proses pembelajaran terhadap keberhasilan siswa
memahami materi yang diajarkan. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus dimana masing-masing siklus
terdiri atas tahap persiapan program (planning), pelaksanakan tindakan (action), pengamatan
kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation), dan
refleksi (reflection) dalam setiap siklus dengan berpatokan pada refleksi awal. Subyek penelitian
adalah siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 orang (50%), pada
siklus II sebanyak 18 orang (61,54%), dan pada siklus III sebanyak 22 orang (80,77%). Dengan
demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I, II, dan III. Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berhasil meningkatkan hasil belajar
Matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu.
Kata kunci: hasil belajar, lembar kerja siswa
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pendidikan adalah sisitem
pengajaran di kelas. Pengajaran yang dikelola
denagn baik akan memberikan hasil yang baik
pula.
Oleh karena itu upaya untuk
meningkatkan sistem pengajaran selalu
menjadi perhatian, khususnya bagi pemerintah
dan ahli pendidikan. Salah satu upaya nyata
yang telah dilakukan pemerintah terlihat pada
penyempurnaan kurikulum dan menyediakan
sarana prasarana pembelajaran di sekolah
termasuk untuk pembelajaran matematika
disekolahg dasar, sesuai dengan undangundang sistem pendidikan Nasional yang
termuat dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003.
Namun upaya ini belumlah memberikan
hasil yang memuaskan. Kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa penguasaan konsep dasar
matematika siswa sekolah dasar masih
tergolong rendah, hal ini dapat terlihat dari
hasil belajar siswa. Pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 yang lalu untuk materi
pembelajaran pecahan, dari hasil latihan 20
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu yang
40 | ISSN : 2459-9743
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
kualitas
pengajaran
yang
sefektif dan seefisien mungkin.
B.
1.
Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif
dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
2.
ISSN : 2459-9743 | 41
b.
Tabel 1
Tingkat Aktivitas Belajar Siswa
pada Tiap Siklus
42 | ISSN : 2459-9743
Grafik 2
Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus
2.
ISSN : 2459-9743 | 43
44 | ISSN : 2459-9743
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
perbaikan
pembelajaran yang dilakukan melalui Penilaian
Tindakan Kelas (PTK) ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan LKS buatan guru pada
pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 12
Sekayu telah dapat meningkatkan hasil
pembelajaran matematika siswa.
Hal ini
terlihat pada:
1. Pada siklus I jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar adalah 14
orang (50%). Hal ini menunjukan bahwa
tindakan siklus I belum memenuhi target
yang diinginkan. Karena 12 orang siswa
belum mencapai nilai 65.
2. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dan hasil tes didapat hasil
bahwa jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 18 orang (61
54%). Dan hanya delapan orang belum
mencapai nilai 65.
3. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dari hasil tes, didapat
bahwa jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 22 orang
(80,77%).
Sedangkan 4 orang siswa
belum mencapai nilai 65.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI.1995. Kurikulum SD Tahun 1994.
Jakarta: Depdikbud
Mahmud, D. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu
Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPF
Handayani. 2002. Sains Kelas IV. Klaten: CV
Sahabat
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada
siswa kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu melalui penggunaan media kartu huruf. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 10 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 10 Sekayu sebanyak 26 orang. Penelitian ini terdiri atas
2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca permulaan siswa
meningkat sebesar 47,41% dari siklus I ke siklus II, dimana rerata keterampilan membaca siswa pada
siklus I sebesar 7,2 dan rerata di siklus II sebesar 20. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pengguna media kartu huruf efektif meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada
siswa kelas I SD Negeri 10 Sekayu.
Kata kunci: membaca permulaan, media kartu huruf
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Kemahiran dan minat baca seseorang
tidak akan terjadi dengan sendirinya, perlu
suatu upaya, terutama dari kalangan
pendidikan, disamping dari lingkungan
keluarganya sebagai lingkungan terdekat,
untuk melatih, memupuk, membina dan
meningkatkan kemahiran membaca mereka.
Tugas ini tentunya merupakan bagian dari
tugas guru.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan
guru adalah dengan cara memotivasi atau
memacu siswa untuk meningkatkan intensitas
membacanya. Ada banyak cara agar intensitas
membaca siswa dapat meningkat sehingga
terjadi peningkatan kemampuan membaca
siswa, diantaranya dengan menggunakan kartu
huruf. Dalam memberi pemahaman dan
wawasan yang luas tentang suatu bahan bacaan
adalah dengan membaca dan memahami isi
bacaan.
2.
Permasalahan Penelitian
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah penggunaan media kartu huruf
dapat meningkatkan keterampilan membaca
permulaan pada siswa kelas I.A SD Negeri 10
Sekayu?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan
keterampilan
membaca
permulaan pada siswa kelas I.A SD Negeri 10
Sekayu melalui penggunaan media kartu huruf.
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat dalam memotivasi siswa untuk
rajin membaca, meningkatkan pemahaman
siswa
pada
materi
yang
diajarkan,
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
meningkatkan profesionalisme guru sebagai
pendidik.
B.
1.
Kajian Teori
Kemampuan Membaca Permulaan
Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12)
mengungkapkan bahwa membaca merupakan
proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik
dan mental. Proses membaca terdiri dari
sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual,
urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran,
asosiasi, sikap, dan gagasan. Proses membaca
dimulai dengan sensori visual yang diperoleh
melalui pengungkapan simbol-simbol grafis
melalui indra penglihatannya.
Aspek urutan dalam proses membaca
merupakan kegiatan mengikuti rangkaian
tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman
merupakan aspek penting dalam proses
ISSN : 2459-9743 | 45
46 | ISSN : 2459-9743
ISSN : 2459-9743 | 47
Tabel 3
Hasil Evaluasi Tiap Siklus
c.
Grafik 1
Peningkatan Ketercapaian Setiap Tugas
b.
Ketercapaian Peningkatan
Belajar
Siswa
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil
belajar siswa seluruh tugas siklus pertama
pertemuan kesatu adalah 35 dan seluruh tugas
siklus kedua pertemuan kedua adalah 100.
Selisih keduanya yang merupakan hasil belajar
adalah 100-35= 65. Selanjutnya data di atas
48 | ISSN : 2459-9743
D.
Kesimpulan
Berdasarkan pencapaian skor rata-rata
tugas nomor 1 sampai tugas nomor 5 pada
siklus pertama dan siklus kedua, terdapat
selisih. Selisih tersebut dianggap sebagai
peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar
tugas nomor 1 adalah 20-6,5 = 13,5. Tugas
nomor 2 adalah 20 6,8 = 13,2. Tugas nomor 3
adalah 20 7 = 13. Tugas nomor 4 adalah 20
8,7 = 11,3. Tugas nomor 5 adalah 20-7,2 = 12,8.
Perbandingan ketercapaian setiap tugas/
indikator 1:2:3:4:5 adalah 13,5 : 13,2 : 13 : 11,3
: 12,8 = 68,3
Rata-rata ketercapaian peningkatan hasil
belajar siswa seluruh tugas adalah 7,2.
Ketercapaian tersebut bila dibandingkan siklus
pertama dan siklus kedua adalah 7,2 : 20.
Terdapat selisih ketercapaian sebesar 12,8.
Rata-rata kemampuan keterampilan membaca
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2007. Sains Untuk Sekolah Dasar
Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Mulyana, N. 2007. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Santosa, dkk,. 2007). Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sutarno, dkk,. (2007). Materi Dan Pembelajaran
IPA SD. Jakarta: Universita Terbuka.
ISSN : 2459-9743 | 49
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi
pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin melalui penggunaan
metode demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara.
Penelitian yang terdiri atas 4 siklus ini menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
semula 41,67% pada siklus I, 66,66% pada siklus II, dan 75% pada siklus III, menjadi 91,66% pada
siklus IV. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi efektif
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara.
Kata kunci: hasil belajar, metode demonstrasi
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pada hakekatnya Matematika merupakan
ilmu deduktif yang abstrak, sedangkan anak
usia sekolah dasar relatif berada pada
pemikiran konkret dengan kemampuan yang
bervariasi, sehingga strategi dan pendekatan
psikologis sebagai jembatan sementara adalah
salah satu alternatifnya. Dengan perkembangan
berpikir anak-anak usia Sekolah Dasar yang
relative
masih
konkret
ditambah
keanekaragaman intelegensinya serta jumlah
populasi siswa SD yang besar dan ditambah lagi
dengan Wajib Belajar 9 Tahun, maka faktorfaktor ini harus diperhatikan agar proses
pembelajaran Matematika di SD dapat berhasil.
Matematika bagi siswa SD berguna untuk
kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk
mengembangkan pola pikirannya, untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.
Manfaat Matematika bagi para siswa SD adalah
sesuatu yang jelas yang tidak dipersoalkan lagi,
leih-lebih pada era pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Dan
materi yang dipelajari siswa SD harus
tercantum dalam Kurikulum Matematika SD
yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum KTSP
2006. Namun tidak ada salahnya kita
mengantisipasi dengan materi-materi yang
kemungkinan berkembang di kemudian hari
sebagai tuntutan IPTEK.
50 | ISSN : 2459-9743
Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
apakah
metode
demonstrasi
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD
Negeri 3 Kayuara dalam mata pelajaran
Matematika materi pembagian?
3.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika materi
pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3
Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin melalui
penggunaan metode demonstrasi.
4.
a.
b.
c.
B.
1.
Tinjauan Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana
(2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru,tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
Materi Pembagian
Menurut Sutrisno dalam Buku Matematika
Kelas II, Terampil Berhitung Matematika untuk
SD Kelas II, dijelaskan bahwa pembagian
adalah pengurangan berulang. Menurut Buku
Referensi, Pembagian yang Mempesona
Karangan Lynette Long disebutkan bahwa
pembagian adalah proses membagi sesuatu
menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok mempunyai nilai yang sama.
Pembagian juga merupakan pengurangan
berulang adalah proses yang pengerjaannya
dilakukan dengan berulang kali mengurangi
bilangan yang dibagi dengan bilangan pembagi
sampai memperoleh 0. Selain itu menurut
Long, pembagian sebagai kebalikan perkalian
yang
berarti
perkalian
merupakan
penjumlahan yang berulang, sedangkan
pembagian merupakan pengurangan berulang.
Pembagian adalah konsep matematika utama
yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak
setelah
mereka
mempelajari
operasi
penambahan, pengurangan dan perkalian.
Pembagian adalah pengurangan berulang.
ISSN : 2459-9743 | 51
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
cara
penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan,
yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan
metode
demonstrasi,
proses
pernerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama
pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang halhal yang berhubungan dengan
proses mengatur sesuatu, proses membuat
sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses
mengerjakan
atau
menggunakannya,
komponen-komponen
yang
membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan
cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu.
C.
1.
a.
52 | ISSN : 2459-9743
3)
sesuai
dengan
pelaksanaan
pembelajran yang telah dibuat.
Selama pembelajaran peneliti diamati
oleh dua orang kolaborator. Kegiatan
yang telah dilakukan siswa dan
peneliti
ditulis
dalam
bentuk
terstruktur yang telah dibuat
bersama-sama. Pada pertemuan
kedua,
peneliti
membarikan
pembelajaran
dengan
materi
pembagian siswa membuat sola
dengan media dan alat pemeblajaran
yang telahdisediakan. Apabila siswa
meras kesulitan, peneliti selaku
pemberi
materi
langsung
memberikan
bimbingan
secara
individual.
Pada pertemuan ketiga, pembelajran
dilaksanakn dengan materi operasi
hitung campuran pada peremuan
ketiga ini, peneliti memberikan
evaluasi siklus kepada masingmasing siswa. Hasil pengamatan dan
evalusi siklus I ini akan dijadikan
bahan
reflksi
peneliti
untuk
menentukan langkah selanjutnya.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama
evaluasi
siklus
berlangsung.
Pengamatan ini dibantu oleh teman
sejawat. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran
siklus I diperoleh data pada tabel 1:
Tabel 1
Aktifitas Belajar Siswa
4) Refleksi
Pada siklus I ini sebanyak 2 orang
siswa mendapat nilai 70, 3 siswa
mendapat nilai 60, dan 7 orang siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi
belum
dapat
b.
Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I ,
pada siklus II peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu berbahasa lisan
(3) Siswa yang mampu
berbahasa lisan, tetapi
tidak
mampu
berbahasa tulis
(4) Siswa
yang
tidak
mampu
berbahasa
tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran,
peneliti
bersama kolaborator membuat
rencana
pembelajran
matematika
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti akan
diamati
oleh
2
orang
kolaborator.
e) Waktu pleaksanaan pembelajran
selam 2 x 35 menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
3)
4) Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan
pengamatan pada siklus I maka
peneliti menyimpulkan siswa sudah
dapat memahami materi perkalian,
pembagian dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
II ini sebanyak 2 siswa mendapat
nilai 80, 3 siswa mendapat nilai 70, 3
siswa mendapat nilai 60, dan 4 siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pemberian
tindakan
dengan
metode
demonstrasi dapat meningkat secara
signifikan. Rincian hasil belajar
ISSN : 2459-9743 | 53
c.
Siklus III
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus II,
pada siklus III peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu
berbahasa lisan
(3) Siswa
yang
mampu
berbahasa lisan,
tetapi
tidak
mampu
berbahasa tulis
(4) Siswa yang tidak
mampu
berbahasa tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran, peneliti bersama
kolaborator membuat rencana
pembelajaran
matematika
dengan menggunakan metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti diamati
oleh 2 orang kolaborator.
e) Waktu
pleaksanaan
pembelajaran selam 2 x 35
menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
Peneliti memberikan penjelasan
materi kepada siswa mengenai
perkalian, pembagian, dan operasi
hitung
diakhiri
pembelajaran
dilajutkan dengan sesi tanya jawab.
54 | ISSN : 2459-9743
3)
4) Refleksi
Pada hasil evaluasi dan pengamatan
pada siklus II, maka peneliti
menyimpulkan siswa sudah dapat
memahami
mteri
perkalian,
pembagian, dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
III ini sebanyak 1 siswa mendapat
nilai 100, 4 siswa mendapat nilai 90,
2 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa
mendapat nilai 70, dan 3 siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
ini menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
khususnya perkalian, pembagian, dan
operasi hitung campuran dengan
menggunakan metode demonstrasi
dapat
meningkatkan
secara
signifikan. Rincian hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel
6 berikut:
Tabel 6
Distribusi Hasil Belajar Siklus Ketiga
3)
d.
Siklus IV
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus III,
pada siklus IV peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu berbahasa lisan
(3) Siswa
yang
mampu
berbahasa lisan, tetapi
tidak mampu berbahasa
tulis
(4) Siswa yang tidak mampu
berbahasa tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran, peneliti bersama
kolaborator membuat rencana
pembelajran
matematika
dengan menggunakan metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti diamati
oleh 2 orang kolaborator.
e) Waktu pleaksanaan pembelajran
selam 2 x 35 menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
Peneliti memberikan penjelasan
materi kepada siswa mengenai
perkalian, pembagian, dan operasi
hitung
diakhiri
pembelajarn
dilajutkan dengan sesi tanya jawab.
Dengan membagi kelas menjadi 4
kelompok yang sudah dibentuk.
Setelah itu peneliti mangadakan
evaluasi denga evaluasi siklus.
Kepada setiap kelompok, sudah tentu
tidak
bisa
diperalukan
sama,
melainkan harus diperlakukan sesaui
dengan kemampuan yang ada oleh
4) Refleksi
Pada hasil evaluasi dan pengamatan
pada siklus IV, maka peneliti
menyimpulkan siswa sudah dapat
memahami
mteri
perkalian,
pembagian, dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
IV ini sebanyak 2 siswa mendapat
nilai 100, 3 siswa mendapat niali 90,
3 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa
mendapat nilai 70, dan 1 siswa
mendapat nilai 50 Hasil analisis data
ini menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
khususnya perkalian, pembagian, dan
operasi hitung campuran engan
menggunakan metode demonstrasi
dapat
meningkatkan
secara
signifikan. Rincian hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel
8 berikut:
Tabel 8
Distribusi Hasil Belajar Siklus Keempat
2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan pada setiap siklus mengalami
ISSN : 2459-9743 | 55
56 | ISSN : 2459-9743
D.
Kesimpulan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
yang telah dipaparkan, maka kesimpulan
penelitan ini bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa khususnya
perkalian, pembagian, dan operasi hitung
campuran dapat ditingkatkan dengan
metode
pembelajaran
demonstrasi.
Berdasarkan intervensi tindakan yang
diharapkan
terhadap
hasil
belajar
matematika sebesar 70 % dari 10 soal,
ternyata siswa mampu menguasai materi
perkalian, pembagian, dan operasi hitung
campuran dengan baik.
2. Pada persiapan pembelajaran, alat peraga
yang digunakan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan, ekonomi dan kognitif
siswa. Hal ini berfungsi agar alat peraga
yang digunakan mudah dikenali dan
dipahami cara kerjanya, serta mudah
mencari atau membelinya. Pertemuan
dilaksankan selama 4 kali untuk
pelaksanaan
evaluasi
pembelajaran,
peneliti sering kali membuat tes di akhir
pelajaran.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, N. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian
Tindakan. Malang: IKIP.
Waluyo, H.J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta:
Erlangga.
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3
Lumpatan dalam mata pelajaran Matematika materi perkalian melalui penggunaan metode
penugasan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Lumpatan, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Lumpatan sebanyak
24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa
rerata hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika materi perkalian dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 68 (pra siklus) menjadi 74,63 (siklus
I), dan meningkat menjadi 76.58 (siklus II). Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode penugasan efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
Matematika materi perkalian.
Kata kunci: hasil belajar, metode penugasan
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran adalah upaya untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa
(Suyitno, 2004:1). Agar tujuan pengajaran
dapat
tercapai,
guru
harus
mampu
mengorganisir semua komponen sedemikian
rupa sehingga antara komponen yang satu
dengan lainnya dapat berinteraksi secara
harmonis (Suhito, 2000:12).
Hal tersebut diperjelas dalam UndangUndang Republik Indoneia Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2:
Pendidikan
Naisonal
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Sisdiknas ,
2003:56).
Salah satu komponen dalam pembelajaran
adalah pemanfaatan berbagai macam strategi
dan metode pembelajaran secara dinamis dan
fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
ISSN : 2459-9743 | 57
58 | ISSN : 2459-9743
Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Belajar adalah salah satu proses yang
terjadi pada kehidupan manusia. Sedikit atau
banyak, sengaja atau tidak disengaja, proses
belajar selalu terjadi pada manusia. Manusia
tidak hanya menggantungkan diri pada instink
saja sebagai bentuk untuk menyelamatkan diri,
tetapi manusia dibekali oleh kemampuan untuk
mengolah lingkungan sekitar menjadi suatu
bentuk yang bermanfaat.
Hasil dari olah kemampuan ini, bisa
disebut dengan belajar, akan digunakan untuk
proses menyelamatkan diri kelak pada
dasarnya kegiatan belajar tidak hanya terjadi di
kelas atau suatu ruang tertentu, dan melalui
proses belajar mengajar seperti layaknya
seorang guru dengan murid. Akan tetapi bentuk
kegiatan belajar tidak mengikat, artinya dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan apa saja.
Hasil
belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004:22). Sedangkan Kingsley (dalam Sudjana,
2004) membagi tiga macam hasil belajar
mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan
cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemapuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru
sehingga
dapat
mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang
perilaku (psikomotorik). (Bloom, 1970:20)
mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi
hasil
belajar,
yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
adalah kualitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan terkait dengan model pembelajaran
yang digunakan.
2. Metode Penugasan
Metode Penugasan/ pemberian tugas
adalah cara dalam proses belajar mengajar
dengan jalan memberi tugas kepada siswa.
Tugas-tugas
itu
dapat
berupa
mengikhtisarkan
karangan,
(dari
Metodologi Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD
Negeri 3 Lumpatan Kecamatan Sekayu pada
tanggal 19 Januari 2015 5 Pebruari 2015,
jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa
dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
2.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III
SD Negeri 3 Lumpatan sebanyak 24 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari sumbernya, dalam hal ini adalah
siswa kelas III SD Negeri 3 Lumpatan.
Pengumpulan
data
dilakukan
untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan
yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian.
D.
Hasil Penelitian
Data yang diolah pada bagian ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar
siswa selama proses pelaksanaan penelitian
pemebelajaran berlangsung dan hasil tes
ISSN : 2459-9743 | 59
Tabel 2
Hasil Tes Tertulis Matematika 24 siswa
Kelas III
60 | ISSN : 2459-9743
Saran
Sehubungan dengan hasil temuan dalam
penelitian ini dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap materi pengurangan pecahan
berpenyebur sama dapat diterapkan
metode penugasan dalam pembelajaran.
b. Sebaiknya guru peka terhadap situasi
belajar di kelas maupun terhadap hasil
belajar siswa
c. Sebaiknya guru selalu melakukan refleksi
setiap selesai melaksanakan Kegiatan
belajar mengajar untuk mengetahui
kelemahan/ kekurangan pada proses
pembelajaran, agar dapat ditindaklanjuti
penelitiannya melalui PTK.
Daftar Pustaka
Dahar, R. 1996. Teori -Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Depdikbud RI. 1994. Kurikulum Pendidikan
Dasar. Jakarta: Dirjen Diknas Proyek
Peningkatan Mutu SD, TK, dan SLB.
Tribaskoro, E. 2004. Gemar Berhitung Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo.
Santoso, P. 2007. Materi dan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumiawan, C., dkk. 1998. Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar pendidikan
agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei 6 Lumpatan dengan menerapkan strategi
pembelajaran inquiri. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Lumpatan Kabupaten Musi
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 6
Lumpatan sebanyak 25 orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik
pengumpulan angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi
peningkatan rerata hasil belajar siswa dari semula 75,84 pada siklus I menjadi 81,76 pada siklus II.
Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode inquiri efektif meningkatkan
minat dan hasil belajar pendidikan Agama Islam pokok bahasan Rasul-Rasu Allah pada siswa kelas V
SD Negeri 6 Lumpatan.
Kata kunci: minat belajar, hasil belajar, metode inquiri
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Permasalahan
mutu
pembelajaran
seringkali dikaitkan dengan merosotnya
prestasi atau hasil belajar yang dicapai peserta
didik. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
maka hal semacam itu harus dikaji secara
cermat melalui komponen-komponen penting
dalam sistem pendidikan yang berkaitan agar
dapat dilakukan upaya penanggulangannya.
Untuk itu terwujudnya kondisi pembelajaran
siswa aktif merupakan harapan dari semua
komponen pendidikan termasuk masyarakat
dan praktisi pendidikan. Oleh karena itu dalam
kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi
pembelajaran yang direncanakan oleh guru
dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan
belajar yang menekan pada aktivitas siswa
diharapkan mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan
pendidikan di sekolah.
Siswa
yang
aktif
dalam
proses
pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu
aktivitas dalam berpikir (minds-on), dan
aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan
nyata ssiwa dalam pembelajaran merupakan
hasil keterelibatan berpikir siswa terhadap
kegiatan belajarnya. Denga demikian proses
ISSN : 2459-9743 | 61
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan berbasis kelas yang
akan dilaksanakan ini memiliki tujuan yaitu
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
pendidikan agama Islam peserta didik kelas V
di SD Negei 6 Lumpatan dengan menerapkan
strategi pembelajaran inquiri.
4.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian yang
diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini secara
umum
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan kepada pembelajaran pendidikan
agama Islam, umumnya pada peningkatan
minat belajar dan prestasi belajar pendidikan
agama Islam peserta didik. Secara khusus
penelitian ini meletakkan konstribusi pada
strategi pembelajaran di SD Negei 6 Lumpatan
serta mampu mengoptimalkan pemanfaatan
pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran
pendidikan
agama
Islam
khususnya
pendekatan inquiri.
b. Manfaat Praktis
Pada dataran praktis, penelitian ini
memberikan sumbangan bagi guru pendidikan
agama Islam dan peserta didik SD Negei 6
Lumpatan. Bagi guru pembelajaran pendidikan
agama Islam dengan menggunakan pendekatan
inquiri dapat digunakan pembelajaran yang
lebih menarik dan kreatif serta lebih
menekankan keterlibatan peserta didik dalam
proses belajar mengajar dan memberi
kesempatan peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
B.
1.
Kajian Pustaka
Minat Belajar
Minat secara bahasa diartikan sebagai
keinginan yang kuat, gairah, kesukaan
(kecenderungan hati) kepada sesuatu (Tim
Prima Pena, 2004, hlm. 532). Sedangkan secara
istilah minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu (Syah, 2005, hlm. 151).
Menurut Slameto (2003, hl. 180) minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
62 | ISSN : 2459-9743
C.
1.
a.
ISSN : 2459-9743 | 63
64 | ISSN : 2459-9743
Pembahasan
Minat Belajar Peserta Didik
Dengan menggunakan instrumen angket
memperlihatkan bahwa minat dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran sudah meningkat.
Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
muncul pertanyaan dari peserta didik di
samping guru juga memberikan pertanyaan
kepada peserta didik. Hanya saja, secara
kuantitas, frekuensi pertanyaan masih perlu
ditambah agar distribusinya merata, prinsip
pemindahan giliran pertanyaan dapat sesuai
porsinya.
Analisis terhadap peningkatan minat
peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa
peserta didik terlihat antusias dalam
pembelajaran yang dilakukan. Selain itu tujuan
dari proses pembelajaran adalah pada aspek
sikap (afektif). Sikap merupakan cerminan dari
minat, motivasi, perasaan dan semacamnya.
Proses pembelajaran dapat menyenangkan
atau membosankan tergantung pada cara guru
mengorganisasi
kelas
serta
strategi
pembelajarang yang digunakan oleh guru.
Dalam hal ini sikap siswa terhadap suatu
kondisi pembelajaran sangat mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh
karena itu sikap peserta didik harus
diperhatikan dalam pembelajaran
Berdasarkan analisis kuesioner pada tabel
1 dapat diperoleh kesimpulan bahwa peserta
didik rata-rata memberikan tanggapan positif
terhadap
semua
pernyataan
tentang
penggunaan strategi pembelajaran inquiri.
b. Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam
yang diperoleh siswa pada siklus I
menunjukkan
adanya
peningkatan
dibandingkan sebelum diberi pembelajaran
dengan strategi pembelajaran inquiri. Kondisi
seperti ini sesuai dengan pernyataan bahwa
strategi yang digunakan guru secara lebih
variatif akan mendorong siswa untuk belajar
secara aktif, sehingga penyajian materi
pelajaran oleh guru akan lebih menarik.
Pembelajaran yang sebelumnya bersifat
abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif
D.
Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan
pendidikan tindakan yang telah dilakukan oleh
ISSN : 2459-9743 | 65
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar
bahasa Indonesia melalui penggunaan metode pembelajaran latihan pada siswa kelas I SD Negeri 6
Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Lumpatan
Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD
Negeri 6 Lumpatan orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan
tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan membaca siswa dari
siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu dalam aspek membaca nyaring meningkat dari 62,1%
menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan aspek mengenal
huruf meningkat dari 73,7% menjadi 88,4%. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran latihan efektif meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar Bahasa
Indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: membaca, pembelajaran latihan
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Strategi dasar implementasi dalam
kebijakan link and match yang dipandang
sebagai inovasi pendidikan di sekolah dasar
mencakup upaya; meningkatkan kemampuan
baca tulis hitung; termasuk baca tulis kritis. Hal
itu menjadikan tugas utama guru kelas I untuk
dapat mengajarkan membaca dan menulis
serta berhitung, sebagai tahap permulaan.
Siswa kelas I rata-rata masih begitu masuk
sekolah hampir seratus persen belum dapat
membaca dan menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
diarahkan agar siswa memiliki keterampilan
dalam membaca dan menulis, dan dapat
dipergunakan sebagai alat berkomunikasi.
Kegiatan pembelajaran akan berhasil baik,
apabila guru dalam menyajikan materi
menggunakan
prosedur
yang
tepat,
diantaranya metode yang tepat, alat peraga
yang sesuai, bahasa pengantar yang menarik,
sehingga motivasi dan minat anak akan
bangkit. Berdasarkan pengalaman penulis
sebagai guru bahasa Indonesia kelas I Sering
terjadi guru menghadapi berbagai kendala
ketika memberikan materi pelajaran, baik yang
berasal dari siswa, guru, maupun lingkungan
sehingga proses pembelajaran kurang berjalan
66 | ISSN : 2459-9743
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
apakah
penggunaan
metode
pembelajaran latihan dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa
Indonesia pada siswa Kelas I SD Negeri 6
Lumpatan Tahun pelajaran 2014/2015?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan hasil
belajar bahasa Indonesia melalui penggunaan
metode pembelajaran latihan pada siswa kelas
I SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran
2014/2015.
4.
a.
Manfaat Penelitian
Bagi siswa: belajar membaca dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
latihan siswa akan tergugah semangat
belajarnya
sehingga
menumbuhkan
keberanian untuk mencoba sendiri, dan
menyimpulkan sendiri, sehingga aktivitas
dan antusias belajar siswa lebih hidup dan
meningkat.
b.
c.
B.
1.
Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana
(2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru,tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar.
Deskripsi Siklus I
Siklus
menggunakan
metode
pembelajaran
latihan
tanpa
bimbingan
guru.pembelajaran dilaksanakan dengan buku
siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35
menit (2x Pertemuan), dengan standar
kompetensi membaca dan kompetensi dasar
membaca nyaring suku kata dengan lafal dan
intonasi yang tepat sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang
disampaikan pada siklus I ini adalah materi
membaca suku kata dan kata. Hasil observasi
tentang kemampuan membaca siswa pada
siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2
Nilai Kemampuan Membaca Siklus I
2.
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar siswa pada pembelajaran
bahasa indonesia sebelum diadakan penelitian
dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Grafik 1
Kemampuan Membaca Siklus I
C.
1.
Tabel 1
Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
ISSN : 2459-9743 | 67
Tabel 3
Nilai Ulangan Harian Siklus I
Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan revisi dari siklus I.
Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh
peneliti bersama rekan kolaborator adalah
dengan menggunakan metode pembelajaran
latihan dengan bimbingan guru. Pembelajaran
dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber
bacaan siswa selama 2x35
menit (2x
pertemuan), dengan standar kompetensi
membaca dan kompetensi dasar membaca
nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang
tepat, membaca nyaring kalimat sederhana
dengan lafal dan intonasi yang tepat sesuai
dengan rencana peelaksanaan pembelajaran
(RPP). Materi disampaikan pada siklus II ini
adalah materi membaca kalimat yang
merupakan lanjutan dari materi yang telah
dibahas di siklus sebelumnya.
Hasil observasi tentang kemampuan
membaca siswa pada siklus II dapat dilihat
pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 3
Nilai Kemampuan Belajar Siklus II
Grafik 2
Kemampuan Membaca Siklus II
68 | ISSN : 2459-9743
D.
Kesimpulan
Kemampuan membaca siswa dari siklus I
ke siklus II terdapat peningkatan: aspek
membaca nyaring meningkat dari 62,1%
menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi
meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan
aspek mengenal huruf meningkat dari 73,7%
menjadi 88,4%. Berdasarkan data hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran latihan dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa
indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6
Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.
Daftar Pustaka
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosda karya
Syamsu, dkk. 1992. Dasar-Dasar Pembinaan
Kemampuan. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: CV. Andira.
ISSN : 2459-9743 | 69
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 7
Sekayu dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya dalam materi persatuan
dan kesatuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 7 Sekayu sebanyak 28 orang.
Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan
penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami peningkatan, yaitu dari 54,3% pada pengukuran awal (pra-siklus),
menjadi 64,3% pada siklus I dan 89,3% pada siklus II. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran interaktif efektif meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kata kunci: hasil belajar, metode interkatif
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Bahwa
pendidikan
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak perubahan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan
potensi murid agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam
proses
pembelajaran
guru
hendaknya
memiliki
kemampuan
yang
memadai,
baik kemampuan spiritual,
emosional,
sosial,
intelektual maupun
fisikalnya untuk upaya mengembangkan
kecerdasan para muridnya. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas III SD
Negeri 7 Sekayu masih mengalami kesulitan
dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
ini permasalahan ini bisa ditinjau dari berbagai
faktor penyebab berawal dari guru kemudian
murid. Cara mengajar guru masih monoton
tidak banyak berubah dari cara mengajar di
kelas rendah,
sehingga kemudian murid
mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam
menerima materi dan akhirnya kegiatan belajar
70 | ISSN : 2459-9743
70
Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005: 3) hakikat hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku individu
yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut Sudjana (1989: 38-40)
hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam
diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar
diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa
besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
Hasil belajar merupakan segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak (proses
berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam
jenjang, mulai dari yang terendah sampai
dengan jenjang tertinggi (Arikunto, 2003: 114115). Keenam jenjang tersebut adalah:
pengetahuan (knowledge),
pemahaman
(comprehension),
penerapan (application),
ISSN : 2459-9743 | 71
72 | ISSN : 2459-9743
C.
Hasil Penelitian
Sesudah kedua siklus dilaksanakan, maka
diperoleh data untuk setiap siklusnya. Data
tersebut terdiri dari aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung serta
hasil belajar siswa.Lembar observasi guru dan
siswa disusun oleh peneliti berdasarkan hasil
diskusi dengan kolaborator. Berikut data dari
setiap siklus pada penelitian
dengan
penerapan metode Interaktif dalam bentuk
ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan
penugasan atau latihan yang dilaksanakan di
SD Negeri 7 Sekayu pada murid kelas III dalam
memaknai persatuan dan kesatuan.
Pada saat pembelajaran berlangsung
aktifitas murid diamati berdasarkan lembar
observasi yang telah disusun oleh peneliti,
hasil
observasi
sebelum
pembelajaran
interaktif menunjukkan nilai yang kurang
signifikan namun setelah menggunakan
methode pembelajaran interaktif untuk dua
siklus menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Observasi Peserta Didik
Keterangan :
S = Skor Nilai 1 s.d 4 ( 4 = Sangat baik, 3= baik , 2=cukup,
1=kurang )
N = Nilai ( rentang 1 s.d 100 )
K = Kriteria Nilai > 70 = kriteria aktif, <70 = kriteria pasif
70
Tabel 2.
Rekapitulasi Nilai
Dari total perolehan nilai kelas bila diratarata kelas maka tergambar sebagai berikut:
Sebelum perbaikan: 1.520/28=54,3, sedang
pada Siklus I: 1.800/28=64,3, dan pada Siklus
II: 2500/28=8,3.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa metode
interaktif dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar belajar siswa. Hal ini dapat dilihat -
ISSN : 2459-9743 | 73
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi dan kerja
kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kampung Sekate Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Serasan Sekate.
Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu
dari sebesar 55,88% menjadi 70,58 persen. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran demonstrasi dan kerja kelompok efektif meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya.
Kata kunci: hasil belajar, demonstrasi, kerja kelompok
A.
1.
Pendahuluan
Latar belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah
menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru
SD, yang merupakan ujung tombak dalam
pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang
paling berperan dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas yang dapat
bersaing di jaman pesatnya perkembangan
teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran
selalu menggunakan pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang dapat memudahkan
siswa memahami materi yang diajarkannya,
namun masih sering terdengar keluhan dari
para guru di lapangan tentang materi pelajaran
yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan
waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis,
dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan
model pembelajaran yang bervariatif masih
sangat
rendah
dan
guru
cenderung
menggunakan model konvensional pada setiap
pembelajaran yang dilakukannya.
Hal ini
mungkin disebabkan kurangya penguasaan
terhadap model - model pembelajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi.
74 | ISSN : 2459-9743
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Gaya dapat ditingkatkan melalui penggunaan
metode demonstrasi dan kerja kelompok?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi
dan kerja kelompok.
4.
a.
b.
c.
B.
1.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa: agar siswa terlatih berpikir
kritis,
kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Bagi Guru: agar guru memiliki pengalaman
dan pengetahuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam, serta memberikan pengetahuan
dan informasi bagi guru yang mengajar
Ilmu Pengetahuan Alam mengenai
pembelajaran dan penggunaan metode
demontrasi
Bagi sekolah: agar sekolah dapat
mendorong
para
guru
untuk
menggunakan
metode-metode
pembelajaran
yang
efektif
dalam
peningkatan hasil belajar siswa
Kajian Pustaka
Hasil belajar
Seorang pakar pendidikan mencoba
memperkenalkan model model mengajar.
Mengajar tidak secara otomatis menjadikan
siswa belajar, sebagai guru dalam mengajar
adalah membantu transfer belajar. tujuan
transfer belajar adalah menerapkan hal hal
baru yang telah dipelajari pada situasi baru.
misalnya melalui metode demonstrasai.
(Joyceet, 1992).
Belajar hanya akan terjadi apabila
seseorang mengubah atau berkeinginan
mengubah pikirannya (West & Pines:211-214).
Belajar sains merupakan proses konstruktif
yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa
(Piaget, dalam Dahar, 1996). Dalam pembelajar
ini akan digunakan metode demonstrasi
sebagai
kriteria
dalam
memperbaiki
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) .
2.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan penyusunan
gagasan melalui suatu percobaan untuk
membantu siswa berpikir melalui pengalaman.
Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA para ahli mengembangkan model
pembelajaran yang dilandasi pandangan
konstruktivisme dan piaget menggunakan
kegiatan hand-son.
Kegiatan
ini
melibatkan
kegiatan
manipulatif (penggunaan tangan keterampilan
motorik) memuingkinkan alat indranya
berkembang melalui observasi dan pengalaman
langsung. Maka demonstrasi berarti suatu
pemecahan masalah melalui peragaan untuk
memperjelas atau mengungkap gagasan.
peragaan yang dilakukan untuk menguji
kebenaran dan teori yang telah dipelajari.
3.
Kerja Kelompok
Suatu strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat
yang
sama
meningkatkan
prestasi
akademiknya. Disamping itu kerja kelompok
dapat membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit sambil pada saat yang
bersamaan
sangat
berguna.
untuk
menumbuhkan kemauan kerja sama dan
kemauan membantu teman.
Kerja kelompok memungkinkan siswa
lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena
ia mempunyai tanggung jawab belajar yang
lebih
besar
dan
memungkinkan
berkembangnya daya kreatif dan sifat
kepemimpinan pada siswa. Sedangkan peran
guru lebih ditekankan sebagai organisator
kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi
bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar,
serta penyedia materi dan kesempatan belajar
bagi siswa. Guru harus dapat mendiagnosa
kesulitan siswa dalam belajar dan dapat
memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan
kebutuhannya.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Data yang diolah pada bagian ini dari hasil
observasi terhadap aktivitas belajar siswa
selama
proses
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran berlangsung dan hasil tes tertulis
yang dilakukan dalam proses pembelajaran
ISSN : 2459-9743 | 75
76 | ISSN : 2459-9743
b.
1)
a)
Diskripsi Persiklus
Siklus Pertama
Perencanaan
Pada Pembelajaran sebelumnya yaitu
tanggal 20 Januari 2014 guru menyampaikan
materi Pengaruh gaya terhadap benda dengan
metode demontrasi dan kerja kelompok. Hasil
pembelajaran masih belum memuaskan,
karena berdasarkan hasil tes tertulis dan 34
siswa hanya 4 siswa yang mendapat nilai lebih
dan 70, 10 siswa yang mendapat nilai 70 dan
20 siswa yang mendapat nilai kurang dan 70.
Setelah itu guru melakukan identifikasi
masalah, analisis masalah dan merumuskan
masalah. Kemudian guru memutuskan untuk
merencanakan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode demontrasi dan kerja
kelompok dan penggunaan alat peraga berupa
benda nyata.
b) Pelaksanaan (Implementasi Tindakan)
Siklus pertama ini dilaksanakan pada jam
sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada
tanggal 20 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1
kali pertemuan).
Pelaksanaan perbaikan
berjalan lancar dan dilakukan terhadap siswa
kelas IV yang berjumlah 34 siswa.
c) Observasi/ Pengamatan
Pada
saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung,
teman sejawat melakukan
pengamatan dengan berpedoman kepada
lembar observasi yang isinya sudah disepakati
Siklus Kedua
Perencanaan
Perencanaan untuk siklus kedua dimulai
tanggal 22 Januari 2014 sampai ke hari
pelaksanaan yaitu 27 Januari 2014. Untuk
siklus kedua perencanaan kegiatannya sama
dengan siklus pertama,
yaitu penerapan
metode dan kerja kelompok,
hanya saja
sebagai perbaikan jumlah anggota kelompok
dan 6-7 orang menjadi 4-5 orang setiap
kelompoknya.
b) Pelaksanaan (Impelementasi Tindakan)
Siklus kedua ini dilaksanakan pada jam
sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada
tanggal 27 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1
kali pertemuan).
c) Observasi/ Pengamatan
Pada
saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung,
teman sejawat melakukan
pengamatan dengan berpedoman kepada
lembar observasi yang isinya sudah disepakati
antara guru (peneliti) dan teman sejawat
(pengamat).
d) Refleksi
Berdasarkan data hasil pengamatan dan
tes tertulis serta hasil diskusi dengan teman
sejawat, pelaksanaan perbaikan pembelajaran
pada siklus kedua ini cukup memuaskan. Siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan antusias,
sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai
optimal.
Pembahasan
Siklus Pertama
Pada siklus pertama menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran dibanding dengan
pembelajaran
sebelumnya.
Keadaan
Siklus Kedua
Pada siklus kedua terjadi peningkatan
hasil belajar dibandingkan siklus pertama.
Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70
meningkat dari 19 orang pada siklus pertama
menjadi 24 orang pada siklus kedua, sebaliknya
yang mendapat nilai kurang dari 70 semakin
jauh menurun dari 14menjadi 5 orang.
Dari hasil pengamatan dan tes pada siklus
kedua ternyata dengan metode demontrasi dan
kerja
kelompok
dapat
meningkatkan
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pembelajaran pengaruh gaya terhadap benda,
sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai
optimal.
D.
1.
2.
a.
2.
Kesimpulan
Pemahaman siswa pada mata pelajaran
IPA di SD dengan metode demontrasi dan
kerja kelompok. Pada awalnya siswa
mengalami kesulitan bekerja dalam
kelompok, terutama siswa yang pintar
/pandai tidak mau bergabung dengan
siswa yang tidak/ kurang pintar. Siswa
yang merasa dirinya pandai lebih suka
belajar dan bekerja sendiri.
Siswa
terkesan egois, untuk dapat menyatukan
siswa dalam kelompok dan bekerja sama
guru berusaha memberi penjelasan
tentang pentingnya berbagi, bekerja sama,
bersahabat
tanpa
memperhatikan
kepintaran atau kemampuan orang Iain
Justru siswa yang memiliki kelebihan dari
pada
teman-temannya
dapat
membantunya
dengan
memberikan
penjelasan tentang teori/ materi pelajaran
yang belum dipahami dan dimengerti.
Guru lebih inovatif dengan metode
demontrasi
dan
kerja
kelompok,
mengalami kesulitan dalam mengelola
ISSN : 2459-9743 | 77
3.
78 | ISSN : 2459-9743
Daftar Pustaka
Z. 1994. Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja
Rosdakarya..
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatjf dan
Menyenangkan.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sutarno, N. 2004. Materi dan Pembelajaran
IPA SD.
Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wardani, , I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, H.U.S. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin,
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Lumbanjaya dalam pelajaran IPA materi fotosintesis melalui pemanfaatan lingkungan
sekolah. Penelitian ini terdiri atas dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas tahap
persiapan program (planning), pelaksanakan tindakan (action), pengamatan kegiatan pembelajaran
(observation), evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation), dan refleksi (reflection).
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi Banyuasin. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap fotosintesis sebelum siklus
sebesar 64, pada siklus I sebesar 72, dan pada siklus II sebesar 77. Sedangkan prosentase ketuntasan
belajar siswa pada pra siklus menunjukan angka sebesar 61,91%, siklus I sebesar 80,95%, dan siklus II
sebesar 95,24. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemanfatann lingkungan sekolah
efektif meningkatkan hasil belajar IPA materi fotosistensis pada siswa kelas IV SD Negeri
Lumbanjaya.
Kata kunci: hasil belajar, fotosintesis, lingkungan sekitar
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Banyak
upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan mutu pendidikan di indonesia,
salah
satunya
adalah
dilaksanakannya
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
mulai tahun pelajaran 2007/ 2008 melalui
peraturan menteri pendidikan nasional
(Permendiknas) nomor 25 tahun 2007. Dalam
KTSP 2007 tersebut terdapat kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan
oleh sekolah masing masing. Di SD Negeri
Lumban Jaya, untuk pelajaran IPA kelas V tahun
ajaran 2014/ 2015, KKM untuk semester ganjil
adalah 63 dan untuk semester genap adalah 72.
sedangkan ketuntasan secara klasikal adalah
minimal 85%.
Dikemukan bahwa seorang peserta didik
disebut telah berhasil atau mencapai
ketuntasan belajar perorangan jika telah
mencapai penguasaan materi sebesar 63%
pada semester ganjil atau 72 pada semester
genap. kemudian suatu kelas dikatakan telah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal
apabila jumlah siswa yang penguasaan
materinya 63% atau 72% telah mencapai 85%.
Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas V
ISSN : 2459-9743 | 79
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah pemanfaatan lingkungan
sekolah dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPA materi fotosintesis pada siswa
kelas IV SD Negeri Lumbanjaya?
Tinjauan Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran.
Sudjana (2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif
dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
2.
3.
80 | ISSN : 2459-9743
Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses pembuatan
energi atau zat makanan/ glukosa yang
berlangsung atas peran cahaya matahari (photo
= cahaya , syntesis = proses pembuatan/
pengolahan) dengan menggunakan zat hara/
mineral, karbon dioksida dan air. Mahluk
hidup yang mampu melakukan fotosintesis
adalah tumbuhan alga dan beberapa jenis
bakteri. Fotosintesi sangat penting bagi
kehidupan dibumi karena hampir semua
mahluk hidup bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses fotosintesis.
a. Fungsi Fotosintesis
1) Fungsi
utama
fotosintesis
untuk
memperoduksi zat makanan berupa
glukosa. glukosa menjadi bahan bakar
dasar pembangun zat makanan lainya,
yaitu lemak dan protein dalam tubuh
tumbuhan. zat zat ini menjadi makanan
Glukosa
dapat
digunakan
untuk
membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai
bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui
respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan
maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang
terjadi pada respirasi seluler berkebalikan
dengan persamaan diatas. Pada respirasi, gula
(glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbon
dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan
menangkap cahaya menggunakan pigmen yang
disebut klorofil. pigmen inilah yang memberi
warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat
dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil
menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis.
Alga terdiri dari alga multi seluler seperti
ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya
terdiri dari satu sel. meskipun alga tidak
memliki sturuktur se-kompleks tumbuhan
darat, fotosintesis pada keduanya terjadi
dengan cara yang sama hanya saja karena alga
memiliki berbagai jenis pigmen dalam
kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya
yang diserapnya pun lebih bervariasi.
3.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut: pemanfaatan lingkungan sekolah akan
meningkatkan hasil belajar IPA materi
fotosintesis pada siswa kelas IV di SD Negeri
Lumba Jaya.
C.
1.
ISSN : 2459-9743 | 81
2.
Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa
sebagian siswa belum tuntas dalam belajarnya
(pada siklus I) dikarenakan penggunaan
lingkungan sekolah yang kurang spesifik dari
guru sehingga kurang dapat membangkitkan
siswa dalam belajar dengan optimal, sehingga
siswa belum dapat menyerap materi yang
diberikan oleh guru dengan baik dan benar.
Setelah refleksi diri guru mengubah media
pembelajaran lingkungan tanpa kertas kerja
siswa dengan alat peraga lingkungan dengan
penambahan lembar kerja yang harus diisi saat
pengamatan yang memungkinkan siswa
mengamati dan memperhatikan dengan baik.
Hal ini dilakukan untuk penguatan siswa dalam
82 | ISSN : 2459-9743
2.
a.
b.
2)
Daftar Pustaka
Achmadi, A., & Supriyono, W. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rahadi, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat
Tenaga
Kependidikan
Depdikbud
Supriyadi, D. 2000. Anatomi Buku Sekolah di
Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita
ISSN : 2459-9743 | 83
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring melalui
media pias-pias kata pada siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya. Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Lumban Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan
penelitian diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca nyaring siswa meningkat dari 35% pada
pengukuran awal, menjadi 60% pada siklus I, dan meningkat hingga 95% pada siklus II. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengguna media pias-pias kata efektif meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya.
Kata kunci: membaca nyaring, media pias-pias kata
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Fokus utama tujuan pengajaran Bahasa
Indonesia meliputi empat aspek keterampilan
berbahasa yakni keterampilan menyimak,
keterampialn
berbicara,
keterampilan
membaca dan menulis, keempat aspek
kemampuan
berbahasa
tersebut
saling
berkaiterat, sehingga merupakan satu kesatuan
dan bersifat hirarkis, artinay keterampilan
berbahasa yang satu akan mendasari
keterampilan berbahasa yang lain.
Di sekolah pembelajaran Bahasa Indonesia
memang memiliki peranan yang sangat penting
dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.
Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam
darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57),
bahwa pembelajaran membaca, buru dapat
berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan
anak anak indonesia. Dalam pembelajaran
membaca guru dapat memilih wacana yang
berkaitan
dengan
tokoh
nasional,
kepahlawanan,
kenusantaraan,
dan
kepariwisataan.
Selain
itu,
melalui
pembelajaran
membaca
guru
dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan
bernalar dan kreativitas anak didik.
Untuk mengetahui seberapa banyak siswa
kelas I SD Negeri Lumba Jaya yang belum
lancar membaca,guru memberikan ulangan
atau tes tentang membaca.melalui tes membaca
dapat diketahui baik tidaknya kemampuan
84 | ISSN : 2459-9743
b.
B.
1.
Kajian Pustaka
Keterampilan Membaca Nyaring.
Kemampuan membaca merupakan suatu
kemampuan untuk memahami informasi atau
wacana yang disampaikan pihak lain melalui
tulisan. Kemampuan membaca yang baik
merupakan salah satu kunci untuk mencapai
sukses dalam pendidikan dan merupakan dasar
untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika
anak pada usia sekolah tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka anak mengalami
kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang
studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena
itu maka dalam mengajarkan ketrampilanketrampilan membaca nyaring, sang guru harus
bisa memahami proses komunikasi dua arah
(Dawson, dkk, 1963:215-216).
2. Media Pias-Pias Kata.
Pias-Pias kata adalah tiap satu helai berisi
satu kata. Media pias-pias kata dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
dapat
memberikan
pengalaman
kongkrit,
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
mempertinggi daya serap serta siswa dapat
memusatkan perhatiannya dalam belajar.
Melalui penggunaan media pias-pias kata
diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas
dari pelajaran Bahasa Indonesia dapat
memberi pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar sehingga hasilnya akan lebih
baik. Media pias-pias kata ini menggunakan
kertas berwarna untuk menarik perhatian
siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.
C.
1.
a.
ISSN : 2459-9743 | 85
86 | ISSN : 2459-9743
b.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan yang telah
dilaksanakan dalam dua siklus dan indikator
indikator yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Media pias-pias kata dapat meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran
bahasa
indonesia
khususnya membaca nyaring pada siswa
kelas 1 SDN Lumba Jaya
2. Media pias-pias kata dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada mata
pelajaran bahasa indonesia khususnya
membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN
Lumba Jaya.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Barto. 2005. Penilaian Hasil Belajar dan
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya
University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan
Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.
ISSN : 2459-9743 | 87
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I.B dalam
membaca permulaan dengan menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2 Sekayu. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 2 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu sebanyak 33
orang yang terdiri dari 19 laki-laki 14 perempuan. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini
menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar membaca permulaan siswa dari sebesar 45,5% pada
siklus I menjadi 85% pada siklus II. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media kartu huruf efektif meningkatkan kemampuan membaca awal siswa kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu.
Kata kunci : membaca permulaan, media kartu hururf
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan membutuhkan
kerja keras secara bersama- sama dan terus
menerus antara pihak keluarga, sekolah,
masyarakat maupun negara karena pada
dasarnya pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama. Di dalam perkembangan dunia
pendidikan pada masa sekarang menuntut
seorang
guru
untuk
kreatif
dalam
menyampaikan kompetensi yang harus
dikuasai siswa.
Proses belajar mengajar akan lebih efektif
bila
guru
menggunakan
perangkat
pembelajaran yang tepat. Penggunaan media
pembelajaran
yang
tepat
akan
lebih
memudahkan
seorang
guru
dalam
penyampaian materi kepada siswa. Oleh karena
itu, penerapan pembelajaran menulis dan
membaca harus benar-benar tuntas.
Kemampuan membaca sangat penting
bagi anak-anak untuk belajar di tingkat yang
lebih tinggi. Namun tingkat kesiapan anak dan
minat anak tetap harus diperhatikan. Akan
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa anakanak di kelas rendah di bangku SD akan merasa
tertekan jika diajari membaca, karena belum
siap menerima pengajaran yang diberikan.
Padahal
kemampuan
membaca
sering
88 | ISSN : 2459-9743
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah penggunaan media kartu huruf
dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada siswa kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
kelas I.B dalam membaca permulaan dengan
menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2
Sekayu.
4.
a.
b.
c.
B.
1.
Manfaat Penelitian
Bagi siswa: meningkatkan aktivitas dan
kemampuan dalam membaca pemulaan.
Bagi penulis: meningkatkan kreativitas,
profesionalisme dan pola ajar yang
bermutu
Bagi Sekolah: mengetahui masalah proses
belajar di sekolah, bahan refleksi terhadap
kemajuan sekolah dan meningkatkan
mutu kualitas dan kuantitas sekolah.
Kajian Pustaka
Membaca Permulaan
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif
untuk memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahasa tulis,
disamping itu, membaca juga merupakan suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/ bahan tulis (Sumadyo,
2011:5).
Membaca permulaan adalah membaca
yang diajarkan secara terprogram kepada anak
di kelas rendah sekolah dasar. Program ini
menunjukkan perhatian pada perkataanperkataan utuh, bermakna dalam konteks
pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang
diberikan melalui permainan dan kegiatan yang
menarik sebagai perantara pembelajaran
(Susanto, 2011).
Sehubungan dengan itu, maka membaca
permulaan berarti ketepatan dan kecepatan
anak memahami kata dan baris-baris kalimat
serta pengenalan bacaan atau lambang tulis.
Persiapan
membaca
didukung
dengan
pengalaman keaksaraan seperti membaca buku
atau sering menggunakan tulisan maupun
simbol saat pembelajaran. Bahan-bahan untuk
membaca permulaan harus sesuai dengan
bahasa dan pengalaman anak.
Kemampuan membaca dimulai ketika
anak senang mengeksplorasi buku dengan cara
memegang atau membolak- balik buku,
berpura-pura membacanya. Kebiasaan ini
menjadi tanda bahwa minat baca anak mulai
tumbuh. Dari sini dapat dijelaskan hubungan
antara tulisan, bunyi yang dikeluarkan dari
tulisan itu serta artinya, berarti anak mulai
mengerti fungsi tulisan atau bacaa (Aminah,
2012).
2.
ISSN : 2459-9743 | 89
Hipotesis Tindakan
Penggunakan media kartu huruf dapat
meningkatkan kemampuan membaca awal
pada siswa Kelas 1.B SD Negeri 2 Sekayu.
C.
1.
Metode Penelitian
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2
Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi
Banyuasin. Subjek penelitian adalah siswasiswi kelas 1.B tahun pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 19
laki-laki 14 perempuan.
2.
a.
90 | ISSN : 2459-9743
melihat
kecenderungan
pembelajaran.
D.
1.
a.
1)
pada
bagian
2.
Pembahasan.
Hasil belajar siswa pada tindakan
perbaikan pembelajaran siklus pertama
mempunyai rata-rata sebesar 45,5 dengan
standar Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar
70 poin. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran belum tuntas. Hasil belajar siswa
pada siklus kedua menunjukkan rata-rata
sebesar 85 dengan KKM sebesar 70, berarti
proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus ke II ini mampu menunjukkan
proses pembelajaran dan mencapai tujuan
pembelajaran secara menyeluruh setelah
menggunakan media kartu huruf, baik dilihat
dari individu maupun rata-rata keseluruhan
siswa dan hasil observasi yang dilakukan oleh
teman sejawat dan pembimbing menunjukkan
adanya kemunculan aspek-aspek yang diamati.
E.
1.
2.
Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan
agar sekolah dan para guru, khususnya yang
mengajarkan mata pelajaran membaca, dapat
menggunakan media kartu huruf untuk
membantu
mempercepat
peningkatan
kemampuan membaca siswa, khususnya pada
siswa kelas rendah dan atau pada siswa yang
memiliki kesulitan dalam melakukanaktivitas
membaca.
Daftar Pustaka
Harimurti, K. 1985. Tata Bahasa Deskriptif
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mendiknas RI. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi Kemdiknas.
Sudjana, N. 2001. Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Rosdakarya.
Wardani. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Depdikbud.
ISSN : 2459-9743 | 91
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
HAM dalam mata pelajaran PKn pada siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga pembelajaran PKn
menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini terdiri atas 3 siklus. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan memecahkan masalah dalam
pembelajaran PKn materi Hak Asasi Manusia meningkat dari 28,12% pada pengukuran awal (prasiklus) menjadi 81,25% pada pengukuran akhir (siklus III). Dari data penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning efektif meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi hak asasi manusia
pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
Kata kunci: memecahkan masalah, problem based learning
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu
melaksankan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara yang baik, yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengalaman selama ini, siswa kurang aktif
dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak
cenderung tidak begitu tertarik dengan
pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn
dianggap sebagai pelajaran yang hanya
mementingkan
hafalan
semata,
kurang
menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PKn
siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil
belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal
dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara
lain : motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan
dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar
siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan
92 | ISSN : 2459-9743
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada
siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga
pembelajaran
PKn
menjadi
lebih
menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
4. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktik, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar
dalam pelajaran PKn di Sekolah SMA
Negeri 3 Sekayu.
b. Mengembangkan kualitas guru dalam
mengajarkan
pendidikan
kewarganegaraan di Sekolah Menengah
Atas.
c. Memberikan
alternatif
kegiatan
pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan.
d. Menciptakan
rasa
senang
belajar
Pendidikan Kewarganegaraan selama
pelajaran berlangsung dengan adanya the
involvement of participation melalui
problem based learning.
B.
Kajian Pustaka
Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis masalah adalah metode
pengajaran
yang
bercirikan
adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan (Duch, 1995)
Bound & Felleti (1991) menyatakan
bahwa problem based learning is a way of
constructing and teaching course using problem
as a stimulus and focus on student activity.
Senada
dengan
itu,
Barrows
(1982)
menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah (problem) dapat digunakan
sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBL
adalah metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan
dan
mengintegrasikan
pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa PBL adalah metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam
kelompok
untuk
mencari
penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Stimulasi
masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan
siswa
sebelum
mulai
mempelajari suatu objek. PBL menyiapkan
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan 3 siklus. Dari
instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh data sebagai berikut:
1. Kemampuan Memecahkan Masalah.
Data ini diperoleh dengan menggunakan
rubrik penilaian kemampuan memecahkan
masalah dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 1
Lembar Observasi
ISSN : 2459-9743 | 93
Keterangan:
a.
Mengamati gambar/ foto
b.
Tidak mengamati gambar/ foto
c.
Aktif bertanyajawab tentang gambar/ foto
d.
Tidak aktif bertanyajawab
e.
Mampu menceritakan unsur-unsur HAM pada
gambar
f.
Tidak mampu menceritakan unsur-unsur HAM
pada gambar
g.
Aktif mempresentasikan hasil diskusi
h.
Tidak aktif mempresentasikan hasil diskusi
3.
Hasil evaluasi
Data hasil belajar siswa dapat dilihat dari
diagram dibawah ini:
Grafik 1
Ketuntasan Belajar Siswa
2.
Keterangan :
a. Terlibat aktif, artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh,
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
dengan
benar
tentang
materi
pembelajaran
b. Terlibat pasif, artinya siswa tidak sungguhsungguh mengikuti pembelajaran, tidak
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
seadanya
c.
Tidak terlibat, artinya siswa duduk diam
saja, tidak mau bertanya maupun
menjawab pertanyaan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
jumlah siswa dan prosentase siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum
perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya
kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran
siswa yang terlibat aktif hanya 9 orang (28,12
%), kemudian setelah perbaikan siklus pertama
naik menjadi 17 orang (53,12 %), siklus kedua
meningkat menjadi 22 orang (68,75%), dan
siklus yang terakhir atau siklus ketiga menjadi
26 orang (81,25 %). Hal ini berarti bahwa
aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 3
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera
Selatan dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami peningkatan.
94 | ISSN : 2459-9743
Kesimpulan
Dari tahap kegiatan pada siklus I, II dan III,
hasil yang diharapkan adalah siswa memiliki
kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif
terlibat dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Ada kemauan guru untuk
menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning pada pelajaran lainnya. Prestasi
siswa
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan meningkat. Nilai rata-rata
siswa mencapai 82,53. Dari hasil perbaikan
pembelajaran yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada siklus pertama, siswa yang terlibat
aktif dalam pembelajaran mencapai 53,12
%
2. Pada siklus kedua, siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran mencapai 68,75 %
3. Pada siklus ketiga, siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran mencapai 81,25 %
Berdasarkan
kesimpulan
di
atas
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kelas X.2 di SMA Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Sumatera Selatan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat dikatakan berhasil
ISSN : 2459-9743 | 95
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menurunkan perilaku agresif bertengkar peserta didik
laki-laki kelas XI IPS SMAN 3 Sekayu dengan pemberian layanan konseling kelompok. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku agresif bertengkar peserta didik laki-laki
mengalami penurunan dari rata-rata 46,87% pada siklus I menjadi 7,81% pada siklus II. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan konseling kelompok efektif menurunkan
perilaku agresif bertengkar pada peserta didik laki-laki di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu.
Kata kunci: perilaku agresif bertengkar, konseling kelompok
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Peserta didik adalah individu yang sedang
dalam
masa
perkembangan,
dimana mereka senang dengan penjelajahan,
mencari sesuatu yang baru sebagai bahan
pertimbangan dalam mencari jati dirinya.
Dalam masa pencarian jati diri tidak
jarang mereka menemukan permasalahan atau
persoalan dimana permasalahan tersebut
dapat mereka selesaikan sendiri, sehingga
membuat mereka semakin kaya pengalaman
hidup. Namun, terkadang permasalahan itu
tidak dapat mereka selesaikan sendiri, yang
membuat diri mereka terbebani
dan
menghambat tugas tugas perkembangan
dirinya. Individu yang mengalami hambatan
dalam perkembangan
dirinya
biasanya
mempengaruhi dalam hubungan sosialnya,
mengingat manusia adalah makhluk individu
dan sekaligus makhluk sosial.
Perilaku agresif secara psikologis berarti
cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu
yang
dipandang
sebagai
hal
yang
mengecewakan,
menghalangi
atau
menghambat (Saefi, 2015). Perilaku agresif
juga sering ditemukan di lingkungan sekolah.
Akibatnya, perilaku agresif yang ditampilkan
tersebut akan dapat mengganggu proses
belajar di kelas, baik bagi individu dengan
perilaku agresif ataupun juga bisa pada
96 | ISSN : 2459-9743
Kajian Pustaka
Perilaku Agresif
Menurut Krahe (dalam Septiana, 2013)
perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain baik secara fisik maupun
verbal. Agresif secara fisik meliputi kekerasan
yang dilakukan secara fisik, seperti memukul,
menampar, menendang dan lain sebagainya.
Selain itu agresif secara verbal adalah
penggunaan kata-kata kasar seperti bego, tolol.
Selain bentuk agresif tersebut, ada faktor yang
mempengaruhinya dalam perbuatan agresif
diantaranya faktor belajar, faktor imitasi, faktor
penguatan. Agresif seringkali digunakan oleh
manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan
perasaan dan menyelesaikan persoalan.
Agresif terjadi dimana saja seperti perkelahian
antar pelajar,antar kampung bahkan antar
negara. Agresi juga terjadi pada anak. Saat
bermain anak saling bertengkar dengan
mengejek, memukul atau melempar.
Konseling Kelompok
Hakikat Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok (KKP)
adalah layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pembahasan
dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
Konseling
ISSN : 2459-9743 | 97
98 | ISSN : 2459-9743
ISSN : 2459-9743 | 99
Walaupun
perilaku
mendorong,
menendang dan mengejek teman masih muncul
setelah diberikan layanan konseling kelompok
pada siklus II ini, namun jumlah peserta didik
yang
melakukannya
berkurang
secara
signifikan dibandingkan pada sebelum dan
setelah siklus I. Dari hasil observasi tersebut
didapatkan data peserta didik yang melakukan
perilaku mendorong temannya berjumlah 4
orang, yang melakukan tindakan menendang
temannya berjumlah 1 orang, yang melakukan
tindakan mengejek/ mengolok-olok temannya
sebanyak 5 orang, sedangakn untuk perilaku
mengancam dan memukul tidak ditemukan lagi
peserta didik yang melakukannya.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningatkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian terdiri atas 2
siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan tingkat
kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat dari rata-rata 88,33 pada saat sebelum perlakuan
(pra siklus), turun menjadi 75,22 pada siklus pertama, dan 54,44 pada siklus kedua. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif meningkatkan
keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.
Kata kunci: keberanian, pendapat, bimbingan konseling
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Kurangnya keberanian mengemukakan
pendapat juga dialami oleh siswa di SMA
Negeri 1 Sekayu. Dari laporan wali kelas, guru
yang mengajar serta observasi yang dilakukan
peneliti, maka diketahui bahwa beberapa siswa
dari kelas X IIS 3 lah yang memiliki keberanian
mengemukakan pendapat yang paling rendah
dari siswa di kelas-kelas lainnya.
Layanan bimbingan kelompok adalah
layanan yang membantu siswa
dalam
mengembangkan
pribadi,
kemampuan
hubungan sosial, kegiatan belajar, karir atau
jabatan dan pengambilan keputusan serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.
Oleh
karena
itu,
peneliti
ingin
melaksanakan
penelitian
ini
untuk
meningkatkan keberanian mengemukakan
pendapat siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 1
Sekayu yang memiliki kesulitan/ tingkat
keberanian
dalam
mengemukakan
pendapatnya rendah dalam kehidupan seharihari terutama di lingkungan sekolah atau di
dalam kelas saat aktivitas belajar mengajar
berlangsung.
2.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pendapat dan mengetahui
efektivitas pemberian layanan bimbingan
kelompok dalam meningkatkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat.
4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki manfaatmanfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang positif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan layanan
bimbingan kelompok, dan wujud dari
sumbangan tersebut yaitu ditemukan hasilhasil penelitian baru tentang bimbingan dan
konseling guna meningkatkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat.
b. Manfaat Praktis
1)
2)
B.
1.
Tinjauan Pustaka
Keberanian Mengemukakan Pendapat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berani adalah mempunyai hati yang mantap
dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan dan sebagainya.
Sementara pendapat adalah suatu hubungan
atau gabungan dari dua pengertian, dalam
pendapat pengertian yang satu disebut subjek,
sedangkan pengertian yang lain disebut
predikat, pendapat adalah suatu hubungan
kesatuan dari dua atau lebih pengertian.
Pendapat dilambangkan dalam bentuk kalimat
(Wiramihardja, 2007).
Proses
pembelajaran
menyangkut
kegiatan belajar dan mengajar. Belajar terkait
dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh
siswa, sedangkan mengajar terkait dengan
kegiatan-kegiatan
guru
dalam
proses
pembelajaran. Kedua kegiatan ini akan berhasil
guna sebagai suatu kegiatan pembelajaran jika
terjadi interaksi (hubungan timbal balik)
antara guru dan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
Pola
komunikasi
dalam
proses
pembelajaran di kelas akan lebih efektif
manakala pola komunikasi terjalin secara multi
arah. Dalam arti, komunikasi tidak hanya
terjadi dari guru kepada siswa, atau sebaliknya
dari siswa kepada guru, tetapi juga antara
siswa dengan siswa yang lain. Disini siswa di
tuntut untuk lebih aktif, siswa seperti halnya
guru dapat berfungsi sebagai sumber belajar
bagi siswa lainnya.
2.
Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Sisi positif pada observasi terhadap
peningkatan
keberanian
siswa
dalam
mengemukakan
pendapat
yaitu:
siswa
mengetahui kekurangan yang mereka miliki,
siswa
dilatih
untuk
mengemukakan
pendapatnya, dan siswa belajar untuk
membuka diri. Sedangkan sisi negatif pada
observasi terhadap peningkatan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat ini
meliputi: anggota kelompok cenderung kurang
aktif dan hanya mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh pemimpin kelompok dan
anggota
kelompok
lainnya,
meskipun
pemimpin kelompok sudah berusahauntuk
memancing, menggali dan menciptakan
suasana yang nyaman serta sering memberikan
kesempatan kepada anggota untuk bertanya
dan mengemukakan pendapatnya, serta siswa
hanya mengungkapkan pendapatnya jika
disuruh atau di desak oleh teman-temannya.
Berdasarkan hasil observasi siklus 1,
peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hasil penelitian tindakan bimbingan dan
konseling pada siklus 1 belum mencapai
sasaran yang ditetapkan.
b. Pada siklus 2 peneliti merencanakan agar
bimbingan kelompok berjalan lebih
dinamis dan meminimalisir kekurangan
yang terjadi pada siklus pertama.
2.
Siklus Kedua
Sisi positif pada observasi terhadap
peningkatan
keberanian
siswa
dalam
mengemukakan pendapat yaitu: setiap siswa
yang mengikuti kegiatan terlihat lebih
bersemangat dan fokus mengikuti tahap-tahap
layanan bimbingan kelompok dengan baik dari
awal hingga akhir, semua siswa yang mengikuti
kegiatan merasa sangat lega, puas, termotivasi,
dan kesan yang diungkapkan masing-masing
siswa sangat positif, dan hasil pengamatan
kegiatan bimbingan kelompok yang telah
dilaksanakan didapat bahwa sebagian besar
anggota
sudah
lebih
terbuka
dalam
mengungkapkan permasalahan serta pendapat
dan pembahasan masalah yang dibahas dalam
bimbingan kelompok sudah mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil observasi siklus 2,
peneliti
mengambil
kesimpulan
bahwa
bimbingan kelompok dapat meningkatkan
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat.
Tabel 1
Tingkat Kecemasan Siswa dalam
Mengemukakan Pendapat
D.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan bimbingan
dan konseling yang dilakukan pada siswa kelas
X IIS 3 SMA Negeri 1 Sekayu, penulis bisa
menyimpulkan bahwa layanan bimbingan
kelompok:
1. Efektif
membantu
siswa
untuk
memecahkan
masalahnya
terutama
masalah mengemukakan pendapat.
2. Efektif digunakan untuk mengatasi
masalah
keberanian
mengemukakan
pendapat siswa yang rendah.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hapsari, S. 2005. Bimbingan dan Konseling SMA
Kelas X. Jakarta: Grasindo.
Jones, R.N. 2011. Teori dan Praktik Konseling
dan Terapi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang:
UMM Press.
Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : PT. Rineka.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pronunciation peserta didik
dalam mengucapkan kosakata Bahasa Inggris melalui media lagu pada peserta didik kelas X MIA.5
SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.5 SMA Negeri 1
Sekayu. Penelitian terdiri atas 3 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa
kemampuan pronunciation kosa kata Bahasa Inggris peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pronunciation sebelum perlakuan sebesar 2,69, saat
siklus 1 sebesar 2,87, saat siklus 2 sebesar 3,03, saat siklus 3 sebesar 3,15, dan setelah tindakan
sebesar 3,21. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media lagu efektif
meningkatkan kemampuan pronunciation kosa kata Bahasa Inggris.
Kata kunci: pronunciation, media lagu
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Inggris mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan mata
pelajaran lainnya yaitu pada fungsinya sebagai
alat komunikasi. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan penulis dalam mengajarkan mata
pelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 1
Sekayu, penulis menemukan masih banyak
peserta didik yang melakukan kesalahan dalam
melafalkan kosakata atau pronunciation.
Kosakata yang dilafalkan tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Inggris, sehingga menimbulkan
salah
makna
dan
berakibat
pada
kesalahpahaman. Jika hal tersebut tidak segera
diatasi, dikhawatirkan peserta didik akan
selalu melakukan kesalahan yang sama
Fenomena seperti itu terjadi karena
kurangnya latihan dan tidak terbiasa
melafalkan kosakata-kosakata tersebut. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengadakan
tindakan bahwa lagu dapat dijadikan salah satu
alat untuk melatih peserta didik melafalkan
kosakata atau pronunciation.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut,
yaitu:
apakah
kemampuan
pronunciation peserta didik kelas X.MIA.5 SMA
Pemecahan Masalah
Berdasarkan
masalah yang telah
dirumuskan
maka
rencana
pemecahan
masalahnya adalah peserta didik diminta
melafalkan beberapa kosakata yang diambil
dari
lagu
kemudian
secara
bersama
mendengarkan lagu untuk mengetahui cara
melafalkan yang benar
4.
Kajian Pustaka
Pronunciation
Belajar bahasa berarti berusaha untuk
menguasai bahasa tersebut dengan baik untuk
tujuan komunikasi (Saleh, 1992:27). Supaya
mampu
menggunakan
bahasa
untuk
komunikasi,
peserta
didik
diharapkan
menguasai pronunciation untuk berbicara
(Saleh, 1997:24). Pronunciation merupakan
unsur penting dalam keterampilan berbicara
untuk mengekspresikan ide (Robinet, 1980:25).
Menurut Byrne (1984:8) berbicara
merupakan suatu proses diantara pembicara
dan pendengar yang melibatkan keterampilan
ucapan dan daya serap pemahaman. Byrne juga
menyebutkan 3 makna dari pronunciation,
yaitu: bagaimana sebuah bahasa diucapkan,
bagaimana cara seseorang berbicara dalam
sebuah bahasa, dan bagaimana sebuah kata
diucapkan.
2.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus.
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari bermacam-macam
data yang telah diolah dan dapat dikemukakan
berikut ini.
Hasil positif yang diperoleh pada siklus 1
adalah terdapatnya satu orang peserta didik
yang bisa mencapai kriteria very good dimana
sebelum dilakukan tindakan tidak ada satupun
yang mencapai kriteria tersebut. Diikuti 11
orang kriteria good, 17 orang kriteria average ,
8 orang kriteria poor dan tidak ada yang
memperoleh kriteria very poor, dengan ratarata skor 2,87.
Hasil negatifnya adalah belum efektif
karena pembagian kelompok yang hanya
terdiri dari kelompok laki-laki dan perempuan.
Ini
menyulitkan
peneliti
mengamati
pronunciation mereka. Berdasarkan hasil
observasi pada siklus 1, peneliti berkesimpulan
bahwa hasil penelitian pada siklus 1 belum
sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Hasil positif yang diperoleh pada siklus 2
adalah lebih mudah mengamati motivasi,
efektivitas dan kreativitas peserta didik karena
mereka berada dalam kelompok yang lebih
kecil beranggotakan 6 orang saja. Peningkatan
yang sangat signifikan adalah bertambahnya
jumlah peserta didik yang dapat mencapai
kriteria very good yaitu menjadi 5 orang dan
tidak ada lagi yang memperoleh kriteria poor
apalagi very poor, dengan rata-rata skor 3,3.
Hasil negatifnya adalah peserta didik malu
bernyanyi untuk mengucapkan kosakata
apalagi jumlah anggota kelompok yang sedikit
sehingga
jika
mereka
salah
dalam
pronunciation
akan
mudah
diketahui.
Berdasarkan observasi pada siklus 2 ini peneliti
menyimpulkan bahwa masih perlu perbaikan
tindakan pada siklus berikut terutama dalam
memotivasi agar semua peserta didik mampu
dan
tidak
malu
dalam
melakukan
pronunciation.
Hasil positif yang ditunjukkan pada siklus
3 semakin jelas dimana jumlah peserta didik
yang memperoleh kriteria very good semakin
bertambah dan tidak ada lagi yang tergolong
kriteria very poor. Sebagian besar berada pada
kriteria average dan good. Dan rata-rata skor
yang diperoleh adalah 3,15. Berdasarkan hasil
observasi pada siklus 3, dan rata-rata yang
diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa
pronunciation kosakata Bahasa Inggris melalui
media lagu dapat ditingkatkan.
Tabel 1.
Kemampuan Pronunciation Peserta Didik
D.
Kesimpulan
Berdasarkan pada analisa kajian ini bisa
disimpulkan bahwa kemampuan pronunciation
peserta didik dapat ditingkatkan melalui media
lagu. Dengan demikian, secara kualitas metode
ini bisa memotivasi peserta didik dalam
meningkatkan pronunciation.
Daftar Pustaka
Gamble,
T.K.,
&
Gamble,
M.
1990.
Communication Work. New York: Mc
Graw-Hill Publishing Company
Kemdikbud RI. 2013. Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta:
Kemdikbud.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningatkan kemampuan pemahaman bacaan
narative text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian terdiri atas 3
siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman bacaan narative
text siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris mengalami peningkatan dari rata-rata 51,56 pada
siklus pertama, meningkat menjadi 59,58 pada siklus kedua, dan 72,22 pada siklus ketiga. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Jogsaw
efektif meningatkan kemampuan pemahaman bacaan narative text dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada siswa kelas VX MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.
Kata kunci: narative text, pembelajaran kooperatif, jigsaw
A.
1.
Pendahuluan
Latar Belakang
Membaca adalah salah satu kemampuan
bahasa yang harus diajarkan pada siswa SMA di
pelajaran Bahasa Inggris seperti yang di
terangkan pada Kurikulum Bahasa Inggris
untuk SMA. Berdasarkan pengalaman mengajar
penulis di SMA Negeri 1 Sekayu, penulis
mendapatkan
siswa-siswinya
mengalami
kesulitan dalam pemahamam bacaan. Setiap
penulis memberikan latihan dalam membaca,
mereka sering membuat banyak kesalahan,
misalnya mereka kesulitan memahami isi
bacaan, sehingga nilai membaca mereka sangat
rendah hingga mencapai dibawah KKM (2,67).
Siswa Kls X MIA1 SMA Negeri 1 Sekayu
mempunyai problem dalam memahami isi
bacaan yang diberikan dalam sebuah wacana.
Salah satu aspek yang paling penting
dalam mengajar membaca adalah memilih
materi/bahan pelajaran. Penulis sebagai guru
Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba
mengambil disebuah buku bacaan atau
mencoba menulis sendiri teks maupun latihanlatihan yang sesuai dengan kurikulum.
Memilih materi-materi yang sesuai dangan
tingkat kesulitan siswa dan yang bisa
membangkitkan minat siswa itu sulit. Guru
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman bacaan narative text dalam
pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas
X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu?
a.
b.
c.
d.
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman bacaan narative
text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada
Siswa Kelas X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu.
4.
a.
b.
B.
1.
Mamfaat Penelitian
Untuk siswa: dapat memperbaiki dalam
kemampuan memahami bacaan narative
text.
Untuk Guru: dapat memberikan kontribusi
pada guru Bahasa Inggris dalam perbaikan
strategi mengajar dalam pemahaman
bacaan.
Kajian Teori
Membaca Naratif
Salah satu aspek yang paling penting
dalam mengajar membaca adalah memilih
materi/ bahan pelajaran. Penulis sebagai guru
Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba
mengambil disebuah buku bacaan atau
mencoba menulis sendiri teks maupun latihanlatihan yang sesuai dengan kurikulum. Memilih
materi-materi yang sesuai dangan tingkat
kesulitan siswa dan yang bisa membangkitkan
minat siswa itu sulit. Guru seharusnya dapat
menggunakan banyak sumber belajar.
Membaca
adalah
sebuah
proses
penafsiran atau pengembangan maksud teks
tertulis.
Selanjutnya
(Cooper,
1988:3)
mengatakan bahwa membaca adalah sebuah
proses pengembangan makna yang terbentuk
oleh dua komponen dasar yaitu penguraian dan
pemahaman. Defenisi ini menyatakan bahwa
proses ini termasuk sebuah interaksi antara
pembaca dan bacaan.
Berdasarkan
ilustrasi diatas ini bisa
termasuk pemahaman bacaan yang disiapkan
untuk siswa-siswa yang dipertimbangkan siap
melakukannya. Meskipun, dalam proses belajar
mengajar, Guru Bahasa Inggris seharusnya
mempertimbangkan
beberapa
strategi
mengajar yang bisa digunakan untuk
menyempurnakan hasil yang dikehendaki
(Cooper. 1993:135).
Kemampuan membaca dapat dibedakan
menjadi empat bagian yaitu :
2.
C.
1.
2.
Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Berdasarkan observasi dicatat didalam
catatan guru selama perlakuan-perlakuan pada
siksul pertama. Disini masih terlihat siswa
masih bingung. Beberapa sibuk karena tidak
punya kamus. Mereka meminjam pada teman
mereka, padahal temanya juga melakukan.
Disamping itu juga mereka masih banyak
menghabiskan waktu tanpa banyak yang
dilakukan. Kita dapat melihat perolehan nilai
latihan pada siklus pertama di tabel 1.
Tabel 1
Peroleh Nilai Latihan 1
Siklus Kedua
Pada siklus kedua, ini ditemukan pada
setiap treatmen, sebagian besar siswa (90%)
termotivasi dalam belajar setelah mereka
melakukan diskusi mereka enjoy dan bisa
berkerja sama dalam memahami bacaan,
meskipun masih ada siswa yang sibuk sendiri
karena belum punya kamus. Kondisi tersebut
mengganggu
proses
belajar
mengajar
dikerenakan mereka mennggu temannya
meminjamkan kamus. Sementara menunggu
temannya mereka berbicara dan mengganggu
siswa lainnya sedangkan yang lainnya
berdiskusi. Kita dapat melihat perolehan nilai
latihan pada siklus kedua di tabel 2.
Tabel 2
Peroleh Nilai Latihan 2
Keterangan:
3.44-4.00 = Very Good
2.84-3.40 = Good
2.24-2.80 = Average
1.65-2.20 = Poor
0.00-160 = Very Poor
Tabel 3
Peroleh Nilai Latihan 3
D.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil belajar di siklus
pertama diketahui bahwa ada satu orang
(1.27%) yang memperoleh skor very good, 15
orang (41,66%) memperoleh skor good, 17
orang (47.22%) memperoleh skor average, 3
orang (8.33%) memperoleh skor poor, dan
tidak ada peserta didik (0%) yang memperoleh
skor very poor. Pada siklus kedua, hasil belajar
peserta didik mengalami peningkatan yaitu:
ada 5 orang (13.88%) memperoleh skor very
good, 20 orang (55.55%) memperoleh skor
good, 11 orang (30.55%) memperoleh skor
average, dan tidak ada peserta didik (0%) yang
memperoleh skor poor ataupun very poor. Pada
siklus ketiga, hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
yaitu ada 8 orang (22.22%) memperoleh skor
very good, 17 orang (47.22%) memperoleh
skor good, 11 orang (30.55%) memperoleh
skor average, dan tidak ada peserta didik (0%)
yang memperoleh skor poor apalagi very poor.
Dari hasil di atas dapat diambil angka rata-rata
ketercapaian peningkatan hasil belajar siswa,
yaitu 2,87 untuk siklus I, 3,03 untuk siklus II,
dan 3,15 untuk siklus III.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran kooperatif model Jogsaw efektif
meningatkan kemampuan pemahaman bacaan
narative text dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada siswa kelas VX MIA.1 SMA Negeri
1 Sekayu.
Daftar Pustaka
Cooper, J.D. 1993. Literacy: Helping Children to
Construct Meaning. Boston: Hongkton
Mifflin Company
Depdiknas RI. 2003. Kurikulum 2004: Standar
Kompetensi mata Pelajaran Bahasa Inggris
untuk Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah
Tsanawiyah.
Jakarta
:
Depdiknas.
Hill, W.R. 1979. Secondary School Reading
Process, Program, & Procedure. Boston:
Allyn and Bacon.
II.
Format Naskah
Naskah yang dikirim minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman kwarto (A4) dengan
spasi 1,5. Naskah harus dilengkapi dengan identitas penulis (nama lengkap, gelar akademik,
dan instansi/ sekolah). Semua halaman naskah (tabel, lampiran, dan referensi) harus diberi
nomor urut halaman. Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, dan sumber kutipan.
Sistematika penulisan disesuaikan dengan kategori artikel yang akan dipublikasikan. Naskah
yang masuk, akan dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu: artikel laporan hasil
penelitian (penelitian murni/ penelitian tindakan), artikel ulasan/ review kebijakan,
dan artikel resensi buku. Sistematika penulisan untuk masing-masing kategori artikel adalah
sebagai berikut:
C.
D.
E.
F.
Metode Penelitian
Berisi objek penelitian, setting penelitian (jenis tindakan dan tempat penelitian),
metode pengumpulan data, metode analisis data, dan cara pengambilan keputusan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil penelitian beserta pembahasannya yang meliputi: deskripsi hasil
penelitian (sebelum dan sesudah pemberian tindakan), deskripsi setiap tahapan
tindakan/ siklus, deskripsi perubahan pada siswa, guru, dan kelas.
Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan penelitian dan saran
Daftar Pustaka
Sumber kutipan ditulis menyesuaikan sistem catatan perut (bodynote atau sidenote).
Dituliskan sbb:
a. Satu penulis: (Brownle, 1981:845);
b. Dua penulis: (Frucot dan Shearon, 1991:311);
c. Tiga atau lebih dari dua penulis: (Hofstede et.al., 1990:23);
Sumber kutipan yang berasal dari institusi sebaiknya dituliskan akronim institusi:
(Kemdikbud, 2000:21)
Sumber kutipan yang berasal dari website dituliskan dengan susunan sebagai berikut:
Nama penulis, judul tulisan (...), nama website, alamat artikel, tanggal dan waktu
download.
Contoh:
Rohman, D.A, Publik AS Dukung Bill Clinton, http://www.kompas.com/ kompascetak/9902/15/in/publ24.htm, diunduh pada Senin, 24 Oktober 2005, jam 13.56
wib.
IV. Cara Menulis Daftar Pustaka
Penulisan Daftar Pustaka disusun alfabetis dengan susunan setiap publisitas sebagai berikut:
Buku-Buku
Contoh:
Hadi, S. 2005. Panduan Manual Seri Program Statistik (SPS-2000). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Moorhead, G. and Griffin, R. W. 1995. Organizational Behavior Managing People and
Organizations. Boston Hougton: Miffin Company.
Jurnal
Contoh:
Guey, F., Marsh, H.W., and Boivin, M. 2003. Academic Self-Concept and Academic
Achievement: Developmental Perspective on Their Causal Ordering. Journal of
Educational Psychology, 95 (1): 124-136.
Cahyono, U, dan Ibrahim, A. 2006. Angkatan Muda dalam Dinamika Muhamadiyah 19181967. Jurnal Humanika, 19 (3): 301-310.
Tesis/ Disertasi
Contoh:
Abdullah, I. 1994. The Muslim businessmen of Jatinom : Religious Reform and
Economic Modernization in a Central Javanese town. Ph.D Dissertation, Uiversiteit
van Amsterdam.
Mulkhan, A. M. 1999. Gerakan Pemumian Islam Di Pedesan. Disertasi Doktor. Uiversitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Makalah
Contoh:
Maarif, S. 2006. Islam dan Pendidikan Pluralisme Menampilkan Wajah Islam Toleran
Melalui Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, Makalah dipresentasikan dalam
Konferensi Tahunan (Annual Conference), Kementerian Agama Republik Indonesia.