Anda di halaman 1dari 119

Volume I, No.

1, Mei Juni (2015)


1234-5678
Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015)

ISSN :
ISSN : 2459-9743

JurnalGuru
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan INDONESIA
www.e-jurnalguru.com

JURNAL GURU

Vol. I

No. 2

Juli Agustus 2015

Hal. 1-114

Indralaya

ISSN: 2459-9743

Volume I, No. 1, Mei Juni (2015)


1234-5678

ISSN :

Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015)

ISSN : 2459-9743

JurnalGuru
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan INDONESIA 30862
www.e-jurnalguru.com

JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015)

JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog.

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ANGGOTA DEWAN PENYUNTING


Irwan Pachrozi, M.Pd.
Bastudin, M.Pd.
Ihsanudin, M.Pd.
Sugianto, S.Pd., M.M.
Drs. Catur Pramono, M.Hum.

Universitas Sriwijaya, Palembang


Universitas Sriwijaya, Palembang
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Universitas Bina Darma, Palembang
Universitas Sebelas Maret, Surakarta

MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M.
Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D.
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd.
Dr. Silvi Hevria, M.Pd.
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si.
Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si.
Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M.
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M.
Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M.
Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M.
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si.
Drs. H. Muhlisin, M.Si.
Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta


Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
BDK Palembang, Palembang
LPMP Sumatera Barat, Padang
STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara
STMIK Bina Sarana Global, Banten
STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta
Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau
Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat
LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
LPMP Lampung, Bandar Lampung
LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P.

STIA & P - ADS, Palembang

ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp
: +62 852-6731-4774
Email : ejurnalguru@gmail.com
Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.
Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman
Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: ejurnalguru@gmail.com. Setiap
naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan
disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
Copyright 2015. All Right Reserved
Backgroud Cover: http://wallpapers-pictures.irixpix.ru/tr/category/3d_renkli_kareler

ii | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): iii -iv

DAFTAR ISI

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
JOKO KUNCORO ....................................................................................................................
Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar pada Guru
di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training
SUZANA .....................................................................................................................................
Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
ROPITA ......................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn
Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui Metode Tanya Jawab
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
SUHURNI ..................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi
Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas V
SD Negeri Lumbajaya
M. RASYID.................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Komposisi Fungsi
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada
Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/ 2015
ZULGANDA ATMAJA ...........................................................................................................
Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Demonstrasi
pada Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Sekayu
NAZEMAH ................................................................................................................................
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA
Materi Tata Surya Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya
pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu
TAFTAZANI .............................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui
Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12
Sekayu
NURDILAH ...............................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu
SUMARNI...................................................................................................................................
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri 3
Kayuara
ZUNAINI ....................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan
Menggunakan Metode Penugasan pada Siswa Kelas III SD Negeri 3
Lumpatan
KHOSIAH .................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan
Inquiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan
SUNESTRI .................................................................................................................................

1-5

6-10

11-14

15-19

20-24

25-30

31-35

36-39

40-44

45-49

50-56

57-60

61-65

ISSN : 2459-9743 | iii

JurnalGuru | Daftar Isi

Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia


Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan pada Siswa Kelas I
SD Negeri 6 Lumpatan
MAIZAH .....................................................................................................................................
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas
III SD Negeri 7 Sekayu
ZULFAH .....................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan
Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate
AKHMAD SYAMSURI ..........................................................................................................
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis
Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin
MARIANA .................................................................................................................................
Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias
Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Lumban Jaya
ELYAROSYA ............................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu
ROSMAIDA ...............................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas
X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
ELFARINI ..................................................................................................................................
Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik LakiLaki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan
Konseling Kelompok
SEJUTA .......................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA
Negeri 1 Sekayu
MARLIANA ...............................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa
Inggris Melalui Media Lagu pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri
1 Sekayu
TAPSILA ....................................................................................................................................
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA
Negeri 1 Sekayu
SRI MAHARANI .....................................................................................................................

PEDOMAN PENULISAN JURNAL GURU

iv | ISSN : 2459-9743

66-69

70-73

74-78

79-83

84-87

88-91

92-95

96-101

102-104

107-107

108-111

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
Joko Kuncoro
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam
meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan
supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran
yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya.
Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan
yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah
peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai
berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C
sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C
sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%,
dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan
profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru
dalam pembelajaran.
Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut
kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Tingkat
produktivitas
sekolah
dalam
memberikan pelayanan secara efisien kepada
pengguna
kependidikan
akan sangat
tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga
pendidik yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dan pada keefektifan mereka
dalam melaksanakan tanggung jawab secara
individual maupun kelompok.
Supervisi klinis merupakan layanan
professional dari kepala sekolah dan pengawas,
karena
adanya
masalah
yang
belum
terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi
kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983)
menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat
top-down, artinya perbaikan pengajaran
ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah,
sedangkan supervisi klinis bersifat bottomdown, yaitu kebutuhan program ditentukan
oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami
para guru. Ketika seorang guru menjelaskan
pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu
terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam
kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi
kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.

Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa


rendahnya kualitas proses pembelajaran
kerena penggunaan metode mengajar yang
monoton dan tidak bervariasi.
Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan
para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui
bahwa rendahnya wawasan profesionalisme
guru dimungkinkan karena beberapa alasan
antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru
untuk
memperbaharui
pengetahuannya
meskipun telah lama diangkat menjadi guru,
(2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan
profesional
sangat
terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari
intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru
sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan
yang
bertujuan
memperbaiki
proses
pembelajaran cenderung menitikberatkan pada
aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit
jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk
memacu kinerja guru pada prakteknya hanya
bersifat formalitas.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: apakah kemampuan guru SMA
Negeri 4
Sekayu dalam mengefektifkan
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui

ISSN : 2459-9743 | 1

Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

program pembinaan professional guru dan


supervisi kelas?
3.
a.

b.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
1) Meningkatkan komitmen guru agar
dapat mencurahkan waktu dan
tenaga untuk mengembangkan sikap
profesionalismenya.
2) Meningkatkan kemampuan guru
dalam memecahkan masalah dalam
pembelajaran untuk mengefektifkan
pembelajaran.
Manfaat Penelitian
1) Mengefektifkan
pengelolaan
pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan mutu sekolah.
2) Meningkatkan wawasan profesional
guru sehingga termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya.

B.
1.

Kajian Pustaka
Profesionalisme Guru
Proses belajar mengajar mempunyai
makna dan pengertian yang lebih luas dari
pada pengertian mengajar, dalam proses
belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa
yang belajar dan guru yang mengajar, antara
kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang. Untuk lebih memahami pengertian
di atas maka guru memegang peranan penting
dalam proses belajra mengajar.Wrightman
(dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan
guru adalah terciptanya serangkaian tingkah
laku situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni
guru, dan berkaitan erat dengan manusia
didalam
masyarakat
yang
semuanya
menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana
kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan
praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah
dihayati oleh siapa saja.
Mengajari pada prinsipnya membimbing
siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan
peserta didik dan dahan pelajaran yang
menimbulkan proses belajar, pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut
untuk dapat berperan sebagai organisator

2 | ISSN : 2459-9743

kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya


mampu memanfaatkan lingkungan baik yang
ada di kelas maupun diluar kelas yang
menunjang kegiatan belajar mengajar.
2.

Supervisi Kelas
Dalam organisasi pendidikan, istilah
supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan.
Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi
utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang
ditunjukkan
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan mutu proses dan prestasi
akademik. Dengan kata lain supervisi kelas
adalah kegiatan yang berurusan dengan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil
pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi
kelas
berkepentingan
dengan
upaya
peningkatan
mutu
proses
dan
hasil
pembelajaran. Dengan demikian fungsi
supervisi kelas adalah salah satu mekanisme
untuk meningkatkan kemampuan professional
guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih melalui cara mengajar
yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku
supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar,
dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan
pada perbaikan penilaian perilaku mengajar
guru yang berdampak terhadap perilaku
belajar siswa.
Sasaran supervisi kelas adalah proses
pembelajaran peserta didik dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
Proses
pembelajaran
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: guru,
pesrta didik, kurikulum, alat dan buku-buku
pelajaran, serta kondisi lingkungan social danj
fisik sekolah. Sehingga mereka lebih mampu
dalam melaksanakan dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang direfleksikan
dalam
kemampuan-kemampuan:
(1)
merencanakan kegiatan pembelajaran, (2)
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3)
menilai proses dan hasil pembelajaran,(4)
memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan
layanan pembelajaran, (5) memberikan umpan
balik secara tepat, teratur dan terus menerus
kapada peserta didik, (6) melayani peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, (7)
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
menyenangkan, (8) mengembangkan dan
memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran, (9) memanfaatkan sumbersumber
belajar
yang
tersedia,
(10)
mengembangkan
interaksi
pembelajaran
(strategi, metode dan teknik) yang tepat, dan
(11) melakukan penelitian praktis bagi
perbaikan pembelajaran.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

Pentingnya peningkatan kemampuan


profesionalisme guru dapat ditinjau dari
beberapa sudut pandang antara lain:
a. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat, berbagai metode dan media baru
dalam pembelajaran telah berhasil
dikembangkan.
Demikian
pula
pengembangan materi, semua itu harus
dikuasai oleh guru sehingga mampu
mengembangkan
pembelajaran yang
dapat membawa peserta didik menjadi
lulusan yang berkualitas.
b. Peningkatan kemampuan professional
guru sebenarnya merupakan hak setiap
guru, karena itu bilamana pembinaan
professional dirancang dan dilaksanakan,
guru tidak hanya semakin mampu dan
terampil dalam melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya, melainkan juga semakin
puas, memiliki moral atau semangat kerja
yang lebih tinggi dan disiplin.
Pembinaan guru merupakan rangkaian
usaha pemberian bantuan kepada guru
terutama bantuan berupa pelayanan atau
bimbingan professional untuk mengefektifkan
pembelajaran. Bimbingan professional yang
dimaksud adalah kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan
yang
termasuk
program
pembinaan
profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan
guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru
sejenis,
(3)
mengefektifkan
supervisi
pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit
jabatan fungsional guru.
3.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai
berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.
C.
1.

Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru
dari 15 orang guru yang mengajar mata
pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4
Sekayu yang merupakan sekolah binaan
peneliti sebagai pengawas sekolah.
2.

Setting Penelitian.
Penelitian
tindakan
sekolah
ini
dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto,
2006:16)
yaitu:
1)
perencanaan,
2)

pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi.


Empat tahapan tersebut dilakukan secara
berulang-ulang sampai mencapai indikator
yang telah ditetapkan.
3.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian
tindakan
sekolah
ini
dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada
tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan
Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal
sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian

4.

Analisa Data
Analisis data mengguakan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk
memberi gambaran tentang kecenderungan
ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian
yang meliputi:
a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan
pembelajaran,
b. Kegiatan inti pembelajaran,
c. Pemanfaatan media pembelajaran dan
sumber belajar,
d. Pembelajaran
yang
memicu
dan
memelihara keterlibatan siswa,
e. Penilaian proses / hasil belajar dan
penggunaan bahasa,
f.
Penutup kegiatan pembelajaran.
D.
1.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
menunjukkan bahwa akhir siklus I masih ada
guru yang memperoleh nilai cukup (C) yakni
sebanyak 6 orang (7 persen). Namun demikian
tidak terdapat guru yang memperoleh nilai
kurang (D). Untuk memberikan gambaran yang

ISSN : 2459-9743 | 3

Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

jelas mengenai komposisi komitmen guru pada


akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.
Tabel 2.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus I

menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat


perubahan
sebesar 100%. Jika dihitung
individu yang mengalami kenaikan nilai
(kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari
nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B
jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B
adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah
mengalami kemajuan.

Dari data pada tabel diatas menyatakan


bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan
tanggung jawabnya, untuk katagori A masih
beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru),
katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan
pada katagori D tidak ada.
Tabel 3.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus II

Dari data siklus II terlihat adanya


kenaikan komponen guru-guru yaitu yang
memperoleh katagori A terdapat 4%, dan
berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh
katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung
individu yang mengalami kenaikan nilai
(kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari
nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C
ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih
di katagori C ada 2 orang.
Tabel 4.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus III

Dari data siklus III terlihat adanya


kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari,
yaitu yang memperoleh katagori A meningkat
menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B

4 | ISSN : 2459-9743

Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru


Pada data grafik diatas dapat disimpulkan
pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 %
guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2
terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B
sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%,
sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A
sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%,
sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini
berarti guru sudah mengalami perubahan
tingkah laku dalam proses pembelajaran.
E.
1.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan yang
dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi
dan supervisi kelas dengan menggunakan
teknik pertemuan formal dan teknik
menggunakan pendapat siswa dapat
meningkatkan komitmen guru-guru di
SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Melalui analisis
deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai
dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak
99% guru mengalami peningkatan
komitmen dalam proses pembelajaran di
kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari
nilai B ke nilai A).
b. Tidak ada kendala yang berarti dalam
penerapan supervisi dengan kombinasi
pendekatan profesional dan klinis. Hampir
tidak ada guru yang menunjukkan
keberatan atau penolakan.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

2.

Saran
Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini
yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guruguru sebagai berikut:
a. Pendekatan
yang
disajikan
dalam
penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan
lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan
variabel yang lebih spesifik pada masingmasing sekolah dengan berbagai inovasi
yang ada.
b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah
sebaiknya
dikembangkan
untuk
memfasilitasi munculnya kreativitas dan
inovasi kepala sekolah dalam melakukan
supervisi di lingkungan sekolahnya.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan
Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Depdikbud.

Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro
Hukum Depdiknas.
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rusyan, A.T., & Hamijaya, H.E. 1992.
Profesionalisme Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar
dan Model-model Pembelajaran. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdikbud.
Soetopo, H. 1988. Kepemimpinan dalam
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

ISSN : 2459-9743 | 5

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar


Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu
Melalui Kegiatan In-House Training
Suzana
Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat
66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus
kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar.
Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar
sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.
Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi
sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah
hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal
ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian
nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun
pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan
prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui
proses pembelajaran dengan sistem ganda
sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri
dan telah melalui proses penilaian secara
berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru.
Namun demikian tetap saja prestasi belajar
peserta didik saat dievaluasi baik ulangan
harian, ulangan tengah semester, maupun
ulangan akhir semester, menurut data yang di
inventarisir oleh bagian kurikulum masih
cenderung rendah dan belum memuaskan.
Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM
berkisar antara 40 60%, sedangkan sisanya
untuk
menuntaskan
harus
menempuh
remedial.
Atas dasar hal tersebut dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di
kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu
berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru
karena guru merupakan salah satu kunci
keberhasilan proses pendidikan. Ditangan
guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan
nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga
penyelenggara pendidikan hingga visi-misi

6 | ISSN : 2459-9743

sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan


mampu mengoptimalkan seluruh potensi
sumber dan media belajar yang ada di
lingkungannya untuk pembelajaran yang
optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya
peran guru pada sebuah lembaga pendidikan,
maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan
perhatian yang besar bagi terwujudnya guru
profesional.
Atas dasar hal tersebut di atas maka
sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat
perlu mengadakan In-House Training. Dengan
adanya kegiatan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar ini diharapkan semua
guru memiliki kelengkapan mengajar yang
lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan akan lebih terarah karena
tujuan pembelajaran, materi yang akan
diajarkan, metode, dan penilaian yang akan
digunakan telah direncanakan dengan berbagai
pertimbangan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah In House Training dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10

4.

Manfaat Penelitian
Penelitian
tindakan
sekolah
ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kepala sekolah dalam memecahkan masalah
guru, meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar sehingga
lebih profesional. Dengan demikian pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
mutu pengajaran dan berdampak pada
peningkatan mutu sekolah. Disamping itu
dengan menemukan langkah yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar maka akan
dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama
bagi peneliti lain.
B.
1.

Kajian Pustaka
Teori Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa
sangat
bergantung
pada
pertanggungjawaban
guru
dalam
melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam
Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru
adalah kreator proses belajar mengajar. Ia
adalah orang yang akan mengembangkan
suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minatnya, mengekspresikan ideide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma
yang
ditegakkan
secara
konsisten.
Dengan
demikian
dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran
dalam konteks belajar mengajar diarahkan
untuk pengembangan aktivitas siswa dalam
belajar.
2.

Kelengkapan Mengajar
Komponen kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan
sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3)
kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP.
Silabus dan RPP merupakan perencanaan
proses pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal
tersebut diharapkan setiap pendidik pada
Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang
akan di implementasikan dalam kegiatan
pembelajaran.
a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur

dan pengorganisasian pembelajaran untuk


mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan telah
dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan
pembelajaran memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu)
atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran
Kelompok Program Produktif, RPP dapat
mencakup lebih dari satu kompetensi dasar.
RPP
dijabarkan
dari
silabus
untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
b. Tujuan Penyusunan RPP
1) Memberi
kesempatan
kepada
pendidik
untuk
merencanakan
pembelajaran yang interaktif dan
dapat
digunakan
untuk
mengeksplorasi
semua
potensi
kecakapan
majemuk
(multiple
intellegence) yang dimiliki setiap
peserta didik.
2) Memberi kesempatan bagi pendidik
untuk
merancang
pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, kemampuan pendidik, dan
fasilitas yang dimiliki sekolah.
3) Mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran.
4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi
proses pembelajaran, sebagai input
guna perbaikan pada penyusunan
RPP selanjutnya
c. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan guru
dalam merancang pembelajaran
sebagai bagian dari kompetensi
padagogik yang harus dimiliki guru.
2) Proses pembelajaran yang dilakukan
akan lebih terarah karena tujuan
pembelajaran, materi yang akan
diajarkan, metode dan penilaian yang
akan digunakan telah direncanakan
dengan berbagai pertimbangan.
3) Meningkatkan rasa percaya diri
pendidik pada saat pembelajaran,
karena
seluruh
proses
sudah
direncanakan dengan baik.
d. Prinsip Pengembangan RPP
RPP disusun berdasarkan rancangan yang
terdapat pada silabus atau dengan kata lain
RPP merupakan uraian lebih lanjut dari silabus.
Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus

ISSN : 2459-9743 | 7

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

juga merupakan prinsip pengembangan RPP


yaitu:
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan
yang menjadi muatan dalam RPP harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat
kesukaran dan urutan penyajian rnateri
dalam
RPPsesuai
dengan
tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis, komponen-komponen RPP
saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang
konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
5) Memadai, cakupan indikator, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual
dan
kontekstual,
cakupan
indikator,
materi
pokok,
kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata dan peristiwa yang
terjadi.
7) Fleksibel, keseluruhan komponen RPP
dapat mengakomodasi variasi peserta
didik serta dinamika perubahan yang
terjadi
di
sekolah
dan
tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh, materi RPP mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) yang akan
dicapai untuk mendukung ketercapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
3.

In-House Training
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT
(In-House Training) dan PT (Public Training).
In-House Training adalah pelatihan yang terjadi
atas permintaan suatu komunitas tertentu,
apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit.
Istilah In-House Training sama pengertiannya
dengan in-service training. Menurut Nawawi
(dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa inservice training sebagai usaha
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam bidang tertentu sesuai dengan
tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam bidang tersebut.

8 | ISSN : 2459-9743

C.
1.

Hasil dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Tabel 1
Sikap Guru terhadap Kelengkapan
Mengajar
No
1
2
3
4
5

Sikap
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Jumlah

%
57
43
0
0
0
100

Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57%


guru menyadari bahwa sebagai seorang guru
sangat penting memiliki kelengkapan mengajar
sebelum melaksanakan proses pembelajaran
dan 43% menyatakan penting memiliki
kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti
secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan
Sekayu menyatakan penting untuk memiliki
kelengkapan mengajar.
Tabel 2
Sikap Guru terhadap In-House Training
Penyusunan Kelengkapan Mengajar
No
1
2
3
4
5

Sikap
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
Jumlah

%
23
48
11
18
0
100

Tabel diatas mengindentifikasi bahwa


hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu
diadakan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin
karena mereka merasa sudah cukup
berpengalaman dalam mengajar, sehingga
tanpa In-House Training mereka merasa sudah
bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11%
menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin
mereka belum mengetahui dengan jelas
tentang materi yang akan disampaikan dalam
In-House Training sehingga mereka merasa
tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa
materi tersebut.
Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu
diadakan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebagian besar guru di Gugus
7 Kecamatan Sekayu mengharapkan adanya InHouse Training penyusunan kelengkapan

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10

mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan


sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya
belum memiliki kelengkapan mengajar dan
merasa pengalaman mengajarnya masih
kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan
kurang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam
menyusun kelengkapan mengajar.
Tabel 3
Motivasi Guru Mengikuti In-House Training
Penyusunan Kelengkapan Mengajar
No
1
2
3
4
5

Tingkat Motivasi
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah

temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan


yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai
100%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru temyata masih belum
sepenuhnya
sesuai
dengan
yang
diharapkan,
yaitu
masih
perlu
penyempurnaan.
Tabel 5
Hasil In-House Training pada Siklus 2

%
33
67
0
0
0
100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100%


guru memiliki motivasi yang tinggi untuk
mengikuti In-House Training dan memiliki
keinginan yang kuat untuk membuat
kelengkapan
mengajar
bahkan
akan
menggunakan kelengkapan mengajar tersebut
sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini
berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan
Sekayu menyadari pentingnya memiliki
kelengkapan mengajar.
Tabel 4
Hasil In-House Training pada Siklus 1

Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus


1 ternyata ada dua hal yang perlu
mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai
l00%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru ternyata masih belum
sepenuhnya sesuai dengan panduan/
pedoman
sehingga
masih
perlu
penyempurnaan.
Pada siklus 2, In-House Training dilakukan
untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh
pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi

Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah


terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil
menyelesaikan
penyusunan
kelengkapan mengajar rata-rata guru telah
menyelesaikan tugas persentase yang didapat
100%, namun masih ada satu orang guru yang
mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini
terjadi karena kelengkapan mengajar guru
tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari
siklus 2 adalah peserta yang ada masalah
keluarga tersebut diberi kebijakan berupa
tambahan
waktu
untuk
menyelesaikan
penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.
2. Pembahasan
Secara umum seluruh kelengkapan
mengajar guru telah terjadi peningkatan
kemampuan, namun dalam penyusunan
kelangkapan mengajar masih ada satu orang
guru belum menyelesaikan keseluruhan
kelengkapan mengajar yang ditargetkan.
Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru
tersebut dikarenakan ada masalah keluarga
sehingga belum sempat menyelesaikan tugas
yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah
memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat
dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 1
Kelengkapan Mengajar

ISSN : 2459-9743 | 9

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa


terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil
menyelesaikan
penyusunan
kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63%
menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat
dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi
kelengkapan
mengajar
dengan
melihat
prosentase kelengkapan mengajar yang
diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil
observasi menyatakan bahwa 57.4% guru
menyadari bahwa sangat penting memiliki
kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan
proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan
penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal
tersebut berarti secara keseluruhan guru di
Gugus 7 Kecamatan Sekayu
menyatakan
penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.
D.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan data di
atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru
berhasil
menyelesaikan
penyusunan
kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2
terdapat 98,13% guru yang berhasil
menyelesaikan penyusunan kelengkapan -

10 | ISSN : 2459-9743

2.

mengajar.
Jadi
ada
peningkatan
kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.
Kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan
melalui kegiatan In-House Training.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta:
RinekaCipta
Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya
University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan
Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian
Tindakan. Malang: IKIP Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta:
Erlangga

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14

Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita


Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita
pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
Ropita
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian
terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita
pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model
pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang
meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif
meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu.
Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai
dengan tujuan kurikulum cenderung kearah
keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru
harus dapat menciptakan seni mengajar pada
pengajaran keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Baik pada bidang
kebahasaan maupun pada bidang sastra.
Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD)
harus dapat menjadi bagian proses belajar
mengajar yang menarik sebagai sebuah karya
seni mengajar.
Standar kompetensi yang menarik namun
menjadi momok adalah keterampilan menulis.
Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak
ada SMA yang secara khusus melahirkan
seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi
menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi
guru bahasa untuk menciptakan model-model
pembelajaran yang menarik. Namun, banyak
guru mengalami kesulitan untuk membiasakan
siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan
metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga
menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit.
Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan
menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari
diri sendiri.
Problema yang terjadi di SMA PGRI
Sekayu yakni kompetensi menulis masih

mengecewakan, terutama pada SK menulis


cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara
runtun dan logis dalam bentuk karya sastra
kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang
digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut
sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
suatu model pengajaran menulis sastra yang
aktif, inovatif,
kreatif, efektif,
menarik
(PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru.
Model Copy The Master dengan mengubah
cerita ditawarkan sebagai salah satu model
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi
menulis sastra kreatif yang menyenangkan.
2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah model Copy The Master dengan
mengubah
cerita
dapat
meningkatkan
kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu?
3.
a.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Untuk
penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi menulis cerita pada
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui
penggunaan model pembelajaran Copy The
Master.
b. Manfaat Penelitian

ISSN : 2459-9743 | 11

Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

1)

2)

3)

4)

5)

Bagi siswa: dapat meningkatkan


kompetensi menulis sastra secara
lebih kreatif.
Bagi guru bahasa: sebagai salah satu
model pembelajaran menulis dan
masukan
dalam
memprediksi
kelemahan menulis cerita siswa.
Bagi
sekolah:
meningkatkan
pembelajaran menulis khususnya
menulis cerita.
Bagi kepala sekolah: sebagai acuan
dalam membuat kebijakan tentang
peningkatan kualitas pembelajaran,
melalui pelatihan
guru tentang
model-model pembelajaran yang
kreatif.
Bagi peneliti lain: sebagai rferensi
dalam melakukan penelitian yang
sejenis.

B.
1.

Kajian Pustaka
Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan
gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau
lazim juga disebut mengarang merupakan
kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa
kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus
memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
ditulis
juga
pengetahuan
bagaimana
menuliskannya.
Pengetahuan
pertama
menyangkut isi karangan sedang yang kedua
menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan
teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek
kebahasaan, maupun teknik penulisannya
bertalian erat dengan proses berpikir,
(Akhadiah, 1986).
2.

Sastra/ Cerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsep sastra adalah karya tulis yang jika
dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai
keunggulan seperti: keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita
adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk
prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk
menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1)
teknik langsung menulis tanpa mengikuti
aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2)
teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang
lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan
setting ceritanya, dan 3) menentukan unsurunsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga
membentuk alur
sambung-menyambung
berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka
jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)

12 | ISSN : 2459-9743

3.

Model Pembelajaran Copy The Master


Imitasi atau membuat tiruan merupan
salah satu metode pengajaran retorika yang
fundamental pada zaman Romawai Kuno dan
Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu
menyalin murni pidato dari seorang penulis
yang disediakan. Ketika menyalin, mereka
diajari untuk menguraikan dan menemukan
sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang
membawa kepada bermacam jenis analisis
retorika dari model-model mereka.
Pelajaran menulis
mengenal model,
metode
Copy
The
Master
menuntut
dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan
master yang diberikan. Latihan dengan metode
ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis
terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah
tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah
dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya,
master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi
dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan
kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang
dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya
untuk menulis.
C.
1.

Metode Penelitian
Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah
bagaimana guru mengajarkan menulis sastra
(cerita) dengan menggunakan metode Copy The
Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan
berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa
cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu
sangat banyak.
2.

Setting Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI
Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera
Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan
mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014
sampai minggu ke-5 Maret 2015.
3.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.
D.
1.
a.
1)

2)

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi
awal dilaksaanakaan dengan melakukan
pengamatan
pendahuluan
untuk
mengetahui kondisi awal dilakukan oleh
peneliti.
Tindakan/ Pelaksanaan: Pada tahap ini
peneliti melakukan kegiatan pembelajaran
di kelas dengan metode pembelajaran

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14

3)

4)

b.
1)

2)

model Copy The Master


berdasarkan
masalah sesuai dengan rencana pelajaran
(RPP).
Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh
teman sejawat sebagai
kolaborator,
kolaborator mencatat semua aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama
proses
pembelajaran
menggunakan instrumen pengamatan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1
ditemukan bahwa: a) guru kurang
memberi motivasi, b) indikator kegiatan
pendahuluan terlalu banyak, c) pada
indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi
terlalu lama, d) indikator perubahan dan
master cerita terlalu banyak, e) siswa
kesulitan mengadakan perubahan cerita
alur dengan warna lokal dan mengubah
sudut pandang penulisan, f) cerita yang
dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru
tidak memberikan pujian kepada siswa.
Refleksi: a) guru kurang memberikan
motivasi maka pada kegiatan awal,akhir
dan tengah-tengah pembelajaran guru
perlu memberi arahan yang jelas lagi agar
siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)
indikator
kegiatan
pendahuluan
dipersingkat,
c)
apersepsi
materi
dipersingkat, d) indikator perubahan dan
master cerita disesuaikan dengan jampel,
e) guru harus menyederhanakan materi
dan perintah perubahan cerita yang
diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy
atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran
yang tersedia, dan g) guru memberikan
pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil
refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa
masih sulit menuangkan gagasan dalam
bentuk cerita.
Siklus Kedua
Perencanaan:
a)
menyusun
dan
mempersiapkan instrumen pembelajaran
yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan
RPP sesuai hasil refleksi pada siklus
pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat
dan media yang digunakan, yaitu media
pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil
refleksi siklus ke-1.
Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini
peneliti
melakukan
kegiatan
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran Copy The Master dengan
mengubah cerita sesuai RPP yang telah
dilakukan perubahan sesuai repleksi
siklus ke-1.

3)

4)

Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh


teman sejawat sebagai kolaborator
berpedoman pada instrumen observasi.
Hasil pengamatan sebagai berikut: a)
kondisi siswa menunjukan keaktifan dan
percaya diri untuk menulis imitasi cerita
berdasarkan master pada LKS, b) siswa
lebih berani bertanya kepada guru, c) guru
lebih sering melihat-lihat siswa berkerja
sehingga siswa termotivasi atas kesulitan
yang dihadapi, d) indikator dalam RPP
telah dispesifikan dan cerita yang akan
dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi
kondusif dan menyenangkan, f) guru telah
memberi pujian dan penghargaan kepada
siswa yang berhasil.
Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih
percaya diri dan termotivasi dalam
pembelajaran, b) siswa tampak aktif,
komunikatif berdiskusi baik dengan guru
maupun
dengan teman sebangku, c)
setiap siswa telah memahami dan
mengerti tugas imitasi cerita yang harus
dibuat, d) guru telah sesuai dengan
perananya
sebagai
motivator
dan
fasilitator yang baik, e)
kegiatan
pembelajaran menulis cerita dengan
model
Copy
The
Master
secara
keseluruhan
sangat
menarik
dan
memotivasi sehingga model ini dapat
mengatasi
kesulitan siswa dalam
menuangkan gagasan dalam menulis
cerita.

2.

Pembahasan
Hasil dialog dan diskusi dengan teman
sejawat pada data yang diperoleh dari hasil
observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa
Model Copy The Master dengan Mengubah
Cerita dapat meningkatkan keterampilan
menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran
bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal
yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang
mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu
panjang cerita yang diubah disesuikan dengan
waktu pembelajaran yang tersedia.
Model pembelajaran Copy The Master
dikembangkan dengan mengubah cerita siswa
diberikan
master: 1) panjang cerita
disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa
membaca
cerita
berulang-ulang
untuk
memahami isinya dengan cara menganalisis
unsur-unsur intrinsik cerita, 3) siswa membuat
imitasi cerita tersebut, dan 4) perubahan pada
cerita imitasi dimulai dari yang sederhana ke
unsur yang lebih komplek,.

ISSN : 2459-9743 | 13

Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

Grafik 1
Tingkat Keberhasilan Siswa

3.
Hasil pengamatan aktivitas guru selama
siklus kedua yang diamati antara lain: a) prapebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan
siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta
apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti
pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik
kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias
siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan
pemberian
reord kurang, dan c) penutup
semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk
kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra
pembelajaran semua komponen bernilai baik; b)
kegiatan inti pembelajaran semua komponen
bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen
bernilai baik.
E.

Kesimpulan dan Saran


Dari pembahasan hasil penelitian di atas,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan
penelitian
pada
siklus
pertama/T1 prestasi belajar siswa rata-rata
49,51 berarti daya serapnya 49,51%, dan
pada siklus I yang tuntas 4 siswa (17,39%)
yang tidak tuntas ada 19 siswa (82,6%).
Sedangkan pada siklus kedua/T2 prestasi
belajar siswa rata-rata 76,52 berarti daya
serapnya 76,52%, dan pada siklus kedua
yang tuntas ada 20 siswa (86,5%) yang
tidak
tuntas ada 3 siswa (13,05%).
Berdasarkan
kegiatan belajar mengajar
pada siklus pertama/T1: a) tanggapan siswa
dalam memperhatikan penjelasan umum
tentang menulis cerita dengan model Copy
The Master dengan mengubah cerita cukup,
b) keterlibatan siswa dalam pembelajaran
cukup, c) keberanian siswa dalam bertanya
cukup, d)
kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan teman cukup, e)
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat cukup, dan f) kesungguhan siswa
dalam mengerjakan tugas
kurang.
Sedangkan pada siklus kedua/T2 semua
indikator pengamatan bernilai baik.
2. Berdasarkan data Kuesioner minat siswa
menunjukan
100%
siswa
menyukai
pembelajaran menulis dengan model Copy
The Master. Menulis cerita dengan cara

14 | ISSN : 2459-9743

4.

membuat imitasinya ternyata 92% siswa


menyatakan mudah, hanya 8% yang
menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita
yang ditawarkan, mengubah akhir cerita
100% siswa menjawab tidak sulit.
Mengubah
alur
cerita
78%
siswa
menyatakan mudah, mengubah tokoh dan
penokohan 65% mudah, mengubah setting
dengan warna lokal 45% mudah, dan
mengubah sudut pandang penulisan 87%
siswa menyatakan sulit.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
proses pembelajaran menunjukkan aktivitas
guru selama siklus pertama yang diamat: (a)
pra pembelajaran yang terdiri dari
memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan
bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang.
(b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri
dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2.
Strategi pembelajaran butir penguasaan
kelas dan alokasi waktu bernilai cukup
sedangkan yang lainnya bernilai baik, 3)
Pemanfaatan
sumber
belajar/media
pembelajaran
butir
penggunaan
mediabernilai cukup dan butir yang lain
bernilai baik, 4) Pembelajaran yang memicu
dan memelihara keterlibatan siawa butir
menumbuhkan parisifasi, keceriaan siswa
bernilai baik, pemberian riword kurang 5)
Penilaian proses dan hasil belajar yaitu
bernilai baik, 6) Penampilan guru bernilai
baik. (c) penutup kesemuanya bernilai baik.
Sedangkan pada siklus kedu yang diamati
antara lain: a) Pra pembelajaran semua
komponen bernilai baik. b) Kegiatan inti
pembelajaran semua komponen bernilai
baik, dan c) Penutup semua komponen
bernilai baik.
Pembelajaran dengan Model Copy The
Master menunjukan adanya peningkatan
dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu.
Ditemukan beberapa kelemahan pada siklus
pertama.
Namun pada siklus kedua
prosentase secara klasikal sudah tercapai.

Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan
Universitas Terbuka.
Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami
Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS
UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak
diterbitkan. Padang: PPS UNP.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar


Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat
melalui Metode Tanya Jawab
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
Suhurni
Kepala SD Negeri 1 Bailangu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi
pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya
jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu,
Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa
laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari
hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat
mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu.
Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pada semua
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD
Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat
kendala
dalam
proses
pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara
lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika
ada
siswa
yang
terpaksa
menjawab,
jawabannya sering melenceng, sebagian besar
jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman
siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu
nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang
memuaskan, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah
ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan
kesabaran dan keuletan serta kerja sama
antara guru dan muridnya.
Adanya kemauan keras guru untuk
memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk
mengkaji strategi pembelajaran apa yang
sangat tepat diterapkan, sehingga mampu

memperbaiki kondisi tersebut. Oleh karena itu


perlu penelitian tindakan kelas yang
melibatkan kerjasama guru dan teman sejawat.
Dengan demikian perlu diterapkan suatu
strategi pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan melalui
metoda tanyajawab dengan diimbangi bentuk
kegiatan lainnya. Dengan strategi ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan aktif bertanya (mengalami), bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi atau
proses pembelajaran lebih dipentingkan guna
mencapai hasil yang optimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah metode tanya jawab
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada
siswa kelas IV SDN 1 Bailangu?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn
materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa
kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan
metode tanya jawab.
4. Manfaat Penelitian

ISSN : 2459-9743 | 15

Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Penelitian ini diharapkan bermanfaat


dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar PKn sehingga dapat mendorong
keaktifan siswa dalam belajar. Bagi guru sendiri
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
rujukan dalam usaha meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
B.
1.

Kajian Pustaka
Aktivitas Siswa
Menurut
Dierich
(dalam
Hamalik,
2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi
delapan kelompok yaitu :
a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,
melihat
gambar-gambar,
mengamati
eksperimen,
demonstrasi,
pameran,
mengamati orang lain berkerja, atau
bermain.
b. Kegiatan-kegiatan
lisan
(oral):
mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan
suatu
kejadian,
mengajukan pertanyaan, member saran,
mengemukkan pendapat, berwawancara,
diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan
mendengar:
mendengarkan
penyajian
bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi
angket.
e. Kegiatan-kegiatan
menggambar:
menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
f.
Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan
percobaan,
memilih
alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan (simulasi)
menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat,
memecahkan
masalah,
menganalisis faktor- faktor, menemukan
hubungan-hubungan,
membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan
emosional:
minat,
membedakan,
berani
tenang,
dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat pada semua
kegiatan tersebut di atas, dan bersifat
tumpang tindih.
Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika
dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu

16 | ISSN : 2459-9743

tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan,


diolah kemudian dikeluarkan lagi dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto,
2010:36).
2. Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah
suatu proses usah yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut
Gagne (dalam Slameto, 2010:13) belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dari instruksi. Dengan demikian belajar
merupakan suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan nilai sikap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
seseorang akibat belajar, dengan belajar
seseorang dapat mengalami perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, pengetahuan yang
tidak hanya kecakapan tapi juga penghayatan
pada individu pesera didik di sekolah yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yaitu
nilai hasil tes. Biasanya hasil belajar dinyatakan
dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik,
sedang atau buruk.
3. Materi Sistem Pemerintahan Tingkat
Pusat
Pemerintahan pusat adalah pemerintah
yang berkedudukan di tingkat negara.
Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri dari presiden dan para pembantu
presiden, yaitu wakil presiden, para mentri,
dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat.
Lembaga negara dalam sistem pemerintahan
pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu
eksekutif.
Pemerintahan
pusat
adalah
pemerintah yang berkedudukan di tingkat
negara.
4. Metode Tanya Jawab
Pembelajaran
PKN
yang
terkesan
membosankan dan membuat suntuk murid
karena cara guru mengajarkan materi yang
hanya bersifat informatif sehingga murid tidak
turut terlibat dalam pembelajaran barawal dari
sinilah peneliti ingin mencoba mensajikan
teori-teori
yang
mudah-mudahan
bisa
menggugah para guru untuk mau terus
berinovasi agar murid bisa menikmati belajar

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

dengan perasaan senang dan semangat. maka


dari itu peneliti disini akan mencoba
mengadakan penelitian yang mudah-mudahan
bisa menunjang pembelajaran PKN dan bisa
menjadikan rujukan para guru untuk
meningkatkan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode tanya jawab .
C.
1.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV
SDN 1 Bailangu semester genap tahun ajaran
2014/2015, mulai tanggal 5 Januari s/d 31
Maret. Jumlah siswa yang diteliti adalah 35
orang, yang terdiri dari 17 orang perempuan
dan 18 orang laki-laki. Penerapan metode tanya
jawab ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan
terdiri dari pertemuan pertama, dan kedua.
Dimana dua kali pertemuan berlangsung
selama 2 x 35 menit setiap diakhir pertemuan
guru memberi tes yang terdiri dari 5 soal
berbentuk isian setelah pembelajaran PKn
menggunakan metode tanya jawab.
Pada metode tanya jawab, siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok, kemudian pada
akhir pertemuan siswa diberi post tes (tes
akhir). Pada pertemuan pertama, dan
pertemuan kedua observasi dilakukan untuk
melihat aktivitas siswa, selama kegiatan
pembelajaran. Pada akhir pertemuan untuk
mengatahui hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode tanya jawab, penulis
memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 soal
isian.
Berdasarkan pada rencana pelaksanakan
pembelajaran (RPP) yang telah di tetapkan
sebelumnya, pembelajaran dibagi menjadi tiga
tahap yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilaksanakan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Pertama, berupa kegiatan pendahuluan
yaitu penulis mengabsen siswa dan melakukan
perkenalan singkat dengan siswa dan siswi
serta menjelaskan tentang metode yang akan
digunakan yaitu metode tanya jawab, diuraikan
tahapan-tahapan yaitu: menjelaskan tujuan
yang akan dicapai dalam mempelajari materi
sistem pemerintahan tingkat pusat dan
motivasi siswa belajar. Dalam kegiatan ini guru
menyajikan informasi materi kepada siswa
dengan cara menjelaskan materi sistem
pemerintahan tingkat pusat.
Kedua, guru membagi siswa kelas IV
dalam beberapa kelompok yang heterogen,
guru mengelompokkan siswa yang berjumlah
35 orang menjadi 7 kelompok, 1 kelompok

terdiri dari 5 orang. Setiap anggota kelompok


diberi materi pelajaran, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk didiskusikan dengan
anggota kelompok masing-masing.
Ketiga, siswa mendiskusikan jawaban
untuk menyelesaikan pertanyaan
dan
mengetahui jawaban sebenarnya. Dalam tahap
ini guru mengarahkan siswa dalam berdiskusi
dan berpikir bersama untuk menyatukan
pendapatnya. Setelah selesai berdiskusi, siswa
membuat kesimpulan. Selanjutnya guru
memberikan soal tes 1 yang sesuai dengan
materi.
Pada pertemuan kedua secara umum
sama, dengan kegiatan pada pertemuan
pertama tetapi dengan materi yang berbeda
sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam
berdiskusi berbeda hanya saja pada pertemuan
kedua guru tidak mengadakan perkenalan
singkat dengan siswa. Dimana pada pertemuan
pertama
guru
menjelaskan
lembaga
pemerintahan
pusat,
sedangkan
pada
pertemuan kedua guru menjelaskan organisasi
pemeritahan pusat.
a. Deskripsi Data Observasi
Pengambilan
data
observasi
pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali,
pertemuan I, dan II dengan mengamati
aktivitas siswa selama penerapan metode tanya
jawab. Observasi dilakukan oleh observer
(teman sejawat), dengan memberikan tanda
cek ( ) pada lembar observasi yang sesuai
dengan aktivitas siswa. Untuk memperoleh
nilai rata-rata dari tiap indikator, maka
dihitung terlebih dahulu persentase tiap-tiap
deskriptor dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan. Rata-rata persentase aktivitas
siswa seperti tabel 1 berikut :
Tabel 1
Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa

ISSN : 2459-9743 | 17

Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat


bahwa aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 1
Bailangu pada setiap proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang
memiliki persentase rata-rata paling tinggi
yaitu keaktifan siswa pada akhir proses
pembelajaran sebesar 91,97% dan aktivitas
siswa yang memiliki persentase rata-rata
paling rendah yaitu keaktifan siswa dalam
kelompok sebesar 87,61%. Secara klasikal,
tingkat aktivitas siswa termasuk dalam
kategori baik.
b. Deskripsi Data Tes
Tes diperlukan untuk memperoleh data
hasil belajar siswa. Pada setiap akhir proses
pembelajaran dilakukan post tes untuk
mengetahui tingkat penguasaan bahan ajar.
Hasil post tes I menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh siswa tergolong memuaskan dengan
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,57. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
siswa terhadap sistem pemerintahan tingkat
pusat tergolong kurang. Berikut diagram hasil
belajar siswa pada siklus 1 dengan
menggunakan metode tanyajawab :

1.

Pembahasan
Berdasarkan
data
hasil
observasi,
diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan
pada
setiap
pertemuan.
Peningkatan aktivitas ini terjadi karena,
peneliti selalu memberikan motivasi sebelum
pembelajaran berlangsung. Dengan adanya
motivasi, siswa akan lebih aktif. Sehingga
perlahan-lahan terciptalah suasana yang cukup
aktif. Dari keseluruhan aktivitas yang
dilakukan, ternyata aktivitas yang paling tinggi
adalah keaktifan siswa pada akhir proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakana metode
tanya jawab dapat menarik perhatian siswa
dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai hal hal yang
mereka belum mengerti. Data hasil observasi
pada siklus 1 dan siklus 2 jelasnya sebagaimana
pada grafik dibawah ini.
Diagram 3
Aktivitas Belajar Siswa pada
Siklus 1 dan Siklus 2

Diagram 1
Hasil belajar Siklus 1

Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2


siswa adalah sebesar 76,5. Terjadi peningkatan
dari siklus 1. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat penguasaan siswa pada materi sistem
pemerintahan tingkat pusat baik. Berikut
diagram hasil belajar siswa siklus 2 dengan
menggunakan metode tanyajawab
Diagram 2
Hasil belajar Siklus 2

18 | ISSN : 2459-9743

Berdasarkan data hasil post tes yang


telah dilaksanakan pada setiap akhir
pertemuan, diperoleh rata-rata belajar yang
bervariasi, secara berurutan rata-rata hasil post
tes siswa adalah 76,57 dan 56,57. Dari nilai
rata-rata yang diperoleh siswa tersebut
menunjukkan adanya peningkatan pada
pertemuan terakhir. Meskipun demikian, hasil
belajar siswa masih tergolong baik. Berikut
digram hasil tes siklus 1 dan siklus 2:
Diagram 4
Hasil Belajar Siswa

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

D.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas
belajar
siswa
selama
diterapkannya metode tanya jawab pada
konsep sistem pemerintahan tingkat pusat
meningkat setiap pertemuan.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
PKn selama diterapkannya metode tanya
jawab, adalah baik dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 76,57.

Daftar Pustaka
Gafur, A. 1986. DesainInstruksional: Langkah
Sistematis
Pengajaran.
Solo:
Tiga
Serangkai.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2007. Pembelajaran dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

ISSN : 2459-9743 | 19

M. Rasyid | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi


Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa
Kelas V SD Negeri Lumbajaya
M. Rasyid
Kepala SD Negeri Lumbajaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan model
pembelajaran interaktif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Lumbanjaya sebanyak 24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian
diperoleh hasil bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet
dari pra siklus, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 16,67% (pra siklus)
menjadi 45,83% (siklus I), dan meningkat menjadi 79,17% (siklus II). Dari data hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik
dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet.
Kata kunci: hasil belajar, diskusi kelompok
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 4 menegaskan bahwa pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan
manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, serta
memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatann jasmani dan rohani, berkepribadian
yang
mantap
serta
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain hal tersebut, dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 3
disebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan
untuk memberikan bekal kemampuan dasar
pada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, warga negara,
dan umat manusia serta mempersiapkann
peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah.
Menurut pengamatan penulis, dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan
model pembelajaran yang bervariatif masih
sangat
rendah
dan
guru
cenderung
menggunakan model konvesional pada setiap
pembelajaran yang dilakukannya.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya
penguasaan guru terhadap model-model

20 | ISSN : 2459-9743

pembelajaran yang ada, padahal penguasaan


terhadap model-model pembelajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi yang
mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan
untuk menghasilkan lulusan yang kompeten
dan cerdas sehingga dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini hanya dapat tercapai apabila
proses pembelajaran yang berlangsung mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
siswa, dan siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran IPA.
Kenyataannya masih banyak ditemui
proses pembelajaran yang kurang berkualitas,
tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik,
bahkan cenderung membosankan, sehingga
hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil
ulangan harian IPA pada Semester II Tahun
Pelajaran 2014/ 2015 untuk materi sifat-sifat
magnet dan kegunaannya pada siswa kelas V
SD Negeri Lumbajaya, Kecamatan Sekayu,
Kabupaten Musi Banyuasin pada tanggal 16
Januari 2015 yang dapat dipaparkan pada tabel
1 berikut :

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 20 - 24

Tabel 1. Nilai Siswa Pra Siklus

Jumlah siswa
Jumlah siswa yang nilainya <70
Jumlah siswa yang nilainya 70
Jumlah siswa yang nilainya >70
Jumlah siswa yang tuntas
Prosentase ketuntasan

= 24
= 17
= 3
= 4
= 7
= 29,17%

Rendahnya perolehan hasil belajar mata


pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri
Lumbajaya Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin menunjukkan adanya indikasi
terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran yang berkualitas.
Untuk mengetahui mengapa prestasi
siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru
perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui
faktor-faktor
penyebab
ketidakberhasilan
siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang
baik dan profesional, permasalahan ini tentu
perlu ditanggulangi dengan segera.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah hasil belajar siswa kelas
V SD Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran
IPA
materi
sifat-sifat
magnet
dapat
ditingkatkan melalui penggunaan model
pembelajaran interaktif?
3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA
materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan
model pembelajaran interaktif.

4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak berikut, yaitu:
a. Bagi siswa: siswa akan memiliki
kesadaran bahwa proses pembelajaran
adalah dalam rangka mengembangkan
potensi dirinya, karena itu keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan oleh
siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini
siswa terlatih untuk dapat memecahkan
masalah dengan Metode ilmiah dan siswa
didorong aktif secara fisik, mental, dan
emosi dalam pembelajaran.
b. Bagi guru: penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan profesional,
dan pembelajaran interaktif menjadi
alternative pembelajaran IPA untuk
meningkatkan prestasi siswa. Memberikan
kesadaran guru untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik
siswa,
dan
kondisi
pembelajaran.
c. Bagi sekolah: penelitian ini dapat
dijadikan masukan untuk kebijakan dalam
upaya meningkatkan proses belajar
mengajar (PBM) dan meningkatkan
prestasi belajar siswa serta perlunya
kerjasama yang baik antar guru dan
antara guru dengan kepala sekolah.
B.
1.

Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Belajar adalah salah satu proses yang
terjadi pada kehidupan manusia. Sedikit atau
banyak, sengaja atau tidak disengaja, proses
belajar selalu terjadi pada manusia. Manusia
tidak hanya menggantungkan diri pada instink
saja sebagai bentuk untuk menyelamatkan diri,
tetapi manusia dibekali oleh kemampuan untuk
mengolah lingkungan sekitar menjadi suatu
bentuk yang bermanfaat.
Hasil dari olah kemampuan ini, bisa
disebut dengan belajar, akan digunakan untuk
proses menyelamatkan diri kelak pada
dasarnya kegiatan belajar tidak hanya terjadi di
kelas atau suatu ruang tertentu, dan melalui
proses belajar mengajar seperti layaknya
seorang guru dengan murid. Akan tetapi bentuk
kegiatan belajar tidak mengikat, artinya dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan apa saja.
Hasil
belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004:22). Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga
macam
hasil
belajar
mengajar:
(1).

ISSN : 2459-9743 | 21

M. Rasyid | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA

Keterampilan
dan
kebiasaan,
(2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan
cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemapuan
keterampilan, sikap dan keterampilan yang
diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan
yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang
perilaku (psikomotorik). (Benyamin Bloom,
1970: 20) mengemukakan tiga faktor utama
yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
adalah kualitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan terkait dengan model pembelajaran
yang digunakan.
2. Materi Sifat-Sifat Magnet
Magnet adalah benda yang dapat menarik
benda yang terbuat dari besi baja, nikel dan
kobalt. Sifat-sifat magnet adalah Kutub yang
sejenis tolak menolak, Kutub yang tak sejenis
tarik menarik. Kutub kutub magnet merupakan
daerah dengan gaya magnet terkuat dari
magnet tersebut, Arah gaya pada kutub utara
magnet mengarah ke luar, sedangkan pada
kutub selatan mengarah ke dalam.
Cara-cara membuat Magnet adalah dengan
cara menggosok yaitu menggosokkan batang
besi atau baja netral pada batang magnet,
dengan arus listrik yaitu magnet yang dibuat
dengan mengalirkan arus listrik pada batang
besi netral yang dililiti kumparan. Magnet jenis
ini disebut elektromagnetik, dengan induksi
yaitu dengan mendekatkan bahan magnet pada
batang besi atau baja netral.
Benda magnet dapat hilang sifat
kemagnetan-nya hanya jika benda tersebut
dipukul pukul, dipanaskan, dan dengan
pemutusan arus listrik (untuk magnet yang
dibuat dengan cara aliran listrik).
3. Metode Diskusi Kelompok
Suatu strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat
yang
sama
meningkatkan
prestasi
akademiknya. Disamping itu metode diskusi
kelompok dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit sambil pada saat

22 | ISSN : 2459-9743

yang bersamaan sangat berguna untuk


menumbuhkan kemauan kerja sama dan
kemauan membantu teman.
Pendekatan
diskusi
kelompok
memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif
dalam belajar karena ia mempunyai tanggung
jawab belajar yang lebih besar dan
memungkinkan berkembangnya daya kreatif
dan sifat kepemimpinan pada siswa. Sedangkan
peran guru lebih ditekankan sebagai
organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber
informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa
untuk belajar, serta penyedia materidan
kesempatan belajar bagi siswa.
Ada beberapa penelitian dengan metode
Diskusi Kelompok yang pernah dilakukan oleh
Guru di sekolah lain yang dapat saya
kemukakan
adalah
Laporan
Penelitian
Tindakan Kelas yang di lakukan oleh Ibu
Faridah, S.Pd di SD Negeri 3 Lumpatan dengan
Judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V Dengan Menerapkan Metode Diskusi
kelompok Materi Perpindahan Panas Pada SD
Negeri 3 Lumpatan Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012 dan
mendapatkan hasil sangat memuaskan siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan antusias,
sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai
optimal. Oleh karena itu Peneliti akan
mencoba menerapkan Strategi yang sama di SD
tempat saya bertugas.
Berdasarkan landasan teori di atas maka
dengan menggunakan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
terhadap Mata Pelajaran IPA materi Sifat-sifat
Magnet dan kegunaannya di SD Negeri
Lumbajaya Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin.
C.
1.

Metodologi Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD
Negeri Lumbajaya Kecamatan Sekayu pada
tanggal 21 Januari 2015 dan 11 Februari 2015,
jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa
dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

2.

Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V
SD Negeri Lumbanjaya sebanyak 24 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari sumbernya, dalam hal ini adalah

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 20 - 24

siswa kelas V SD Negeri Lumbajaya.


Pengumpulan
data
dilakukan
untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan
yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan
penelitian.
Adapun
cara
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan Observasi yaitu dalah pengamatan dan
pencatatan secara sistimatik terhadap unsurunsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Adapun indikator keberhasilan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Adanya peningkatan hasil belajar siswa
terhadap materi Sifat-Sifat Magnet pada
siswa kelas V SD Negeri Lumbajaya
kecamatan Sekayu.
b. Adanya peningkatan keaktifan siswa
dalam berdiskusi kelompok di kelas,
sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai
secara optimal.
Data yang diolah pada bagian ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar
siswa selama proses pelaksanaan perbaikan
pemebelajaran berlangsung dan hasil tes
tertulis yang dilakukan dalam proses
pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri Lumbajaya
Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.
D.

Hasil Penelitian
Dari
observasi/
pengamatan
yang
dilakukan mengenai keterlibatan siswa selama
proses kegiatan perbaikan pembelajaran dapat
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2
Sikap Siswa dalam Pembelajaran IPA

Grafik 1
Sikap Siswa dalam Pembelajaran IPA

Tabel 3
Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA
(N=24)

Grafik 2
Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA
(N=24)

Pada siklus pertama menunjukkan adanya


peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran dibanding dengan
pembelajaran
sebelumnya.
Keadaan
perbandingan nilainya dapat diamati pada
tabel 2. Pada pembelajaran sebelum adanya
perbaikan, dari 24 siswa yang mampu
mendapat nilai lebih dari 70 mengingkat dari 4
menjadi 11 orang pada siklus pertama.
Sebaliknya siswa yang mendapat nilai kurang
dari 70 jumlahnya menurun yaitu dari 17
menjadi 7 siswa.
Berdasarkan hasil refleksi guru pada
siklus pertama, masih terdapat kelemahan atau
kekurangan karena hasil belajar siswa masih
belum optimal. Masih rendahnya kenaikan
persentase siswa yang tuntas mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
jumlah anggota kelompok terlalu banyak.
Pada siklus kedua terjadi peningkatan
hasil belajar dibandingkan siklus pertama.
Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70
meningkat dari 11 orang pada siklus pertama
menjadi 19 siswa pada siklus kedua, sebaliknya
yang mendapat nilai kurang dari 70 semakin
jauh menurun dari 7 menjadi 3 siswa.
Dari hasil pengamatan dan tes pada siklus
kedua ternyata dengan metode Metode diskusi
kelompok dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran peswat
sederhana, sehingga hasil belajar siswa dapat
mencapai optimal.

ISSN : 2459-9743 | 23

M. Rasyid | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA

E.
1.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis data
penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran interaktif pada mata
pelajaran IPA di SD dengan Metode diskusi
kelompok. Pada awalnya siswa mengalami
kesulitan bekerja dalam kelompok,
terutama siswa yang pintar/ pandai tidak
mau bergabung dengan siswa yang
tidak/kurang pandai. Siswa yang merasa
dirinya pandai lebih suka belajar dan
bekerja sendiri. Siswa terkesan egois,
untuk dapat menyatukan siswa dalam
kelompok dan bekerja sama guru
berusaha memberi penjelasan tentang
pentingnya berbagi, bekerja sama,
bersahabat
tanpa
memperhatikan
kepintaran atau kemampuan orang lain.
Justru siswa yang memiliki kelebihan
daripada
teman-temannya
dapat
membantunya
dengan
memberikan
penjelasan tentang teori/materi pelajaran
yang belum dipahami dan dimengerti.
b. Guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran interaktif dengan Metode
diskusi kelompok, mengalami kesulitan
dalam pengelolaan waktu. Guru belum
dapat membagi waktu dalam masingmasing kegiatan pembelajaran. Siswa
terlalu melakukan diskusi, sehingga guru
tidak sempat merangkum/menyimpulkan
materi yang dibahas karena waktunya
sudah habis.
c. Kinerja belajar siswa meningkat setelah
pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran interaktif. Siswa sangat
antusias membahas topik dalam diskusi,
dan berusaha menjawab dan menemukan
informasi tentang topik tersebut. Siswa
saling berebut mengemukakan informasi
(apa yang mereka ketahui) tentang topik.
Setelah dilakukan pembagian tugas
kelompok siswa bekerja sesuai dengan
tugasnya masing- masing.
2. Saran
a. Penerapan model pembelajaran interaktif
dengan
metode
diskusi
kelompok
memerlukan kemauan dan pengorbanan -

24 | ISSN : 2459-9743

b.

c.

yang besar, baik waktu, tenaga dan pikiran


untuk itu bagi guru sekolah dasar mampu
melaksanakan penelitian tindakan kelas
menggunakan model pembelajaran ini
sebagai suatu tantangan.
Penelitian tindakan kelas sebaiknya
dilakukan oleh guru dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik,
peneliti hanya
berusaha
menjembatani dan memfasilitasi agar para
guru sekolah dasar mau melakukan
penelitian tindakan kelas sebagai langkah
introspeksi
diri
sebagai
tenaga
profesional.
Sebaiknya penelitian tindakan kelas
dilakukan oleh semua guru, baik guru SD,
SMP, maupun SMA, sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja sebagai guru. Guru
harus dapat menilai dirinya sendiri
sebelum melakukan penilaian kepada
siswanya. Guru
harus
mengetahui
kelemahan dan kekurangannya dalam
pembelajarannya,
berusaha
untuk
mengatasinya dan menemukan solusi
yang terbaik serta mengantisipasi apabila
dalam pembelajaran mengalami kendala
dan masalah.

Daftar Pustaka
Arifin, Z. 1994. Metode Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Damanik,
H.
2004.
Penerapan Model
Pembelajaran Social Science Inquiry Dalam
Mata Pelajaran Sosiologi dengan Metode
diskusi
kelompok.
Jakarta:
FKIPUniversitas Terbuka.
Mulyasa, E 2005. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Sutikno, S. 2004. Model Pembelajaran Interaksi
Sosial, Pembelajaran Efektif, dan Retorika.
Mataram: NTP Press.
Sutarno, N. 2004. Materi dan Pembelajaran IPA
SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Unversitas Terbuka.
Winataputra, U.S. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 25 - 30

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Materi Komposisi Fungsi Melalui Penggunaan
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Pada Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais
Tahun Pelajaran 2014/ 2015
Zulganda Atmaja
Kepala SMA Negeri 1 Lais, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi
komposisi mata pelajaran Matematika melalui penggunaan model pembelajaran investigasi
kelompok. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA.1 SMAN 1 Lais pada tahun pelajaran 2014/205. Instrumen penelitian menggunakan lembar tes
hasil belajar dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis data diketahui bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu: 76,67% (siklus I),
83,00% (siklus II), dan 90,00% (siklus III). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika materi komposisi fungsi.
Kata kunci: hasil belajar matematika , model pembelajaran investigasi kelompok
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Matematika merupakan suatu bahan
kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh
sebagai
akibat
logis
dari
kebenaran
sebelumnya
sudah
diterima,
sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar
mudah dimengerti oleh siswa, proses
penalaran
deduktif
untuk
menguatkan
pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Tujuan pembelajaran matematika adalah
melatih cara berfikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten.
Pembelajaran matematika tidak juga tidak
lagi mengutamakan pada penyerapan melalui
pencapaian
informasi,
tetapi
lebih
mengutamakan
pada
pengembangan
kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk
itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan
melalui latihan-latihan atau tugas matematika
dengan
bekerja
kelompok
kecil
dan
menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
(Hartoyo, 2000: 24).

Langkah-langkah tersebut memerlukan


partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada
metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara langsung dalam pembelajaran. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaan
kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja dalam kelompokkelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
Felder, (1994: 2).
Berdasarkankan latar belakang diatas
maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Komposisi Fungsi Melalui
Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok pada Siswa Kelas XI IPA.1 SMA
Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut: apakah metode investigasi kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika materi komposisi
fungsi?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
fungsi komposisi mata pelajaran Matematika

ISSN : 2459-9743 | 25

Zulganda Atmaja | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

melalui penggunaan model pembelajaran


investigasi kelompok.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
data untuk pengambilan kebijakan dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran pelajaran
Matematika.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi dalam penggunaan model-model
pembelajaran yang dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil belajar siswa di kelas.
c. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan semangat, motivasi,
dan hasil belajar siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar di kelas.
Kajian Pustaka
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan
belajar
adalah
berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman (KBBI, 1996: 14). Sependapat
dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
proses pengelolaan lingkungan seseorang yang
dengan
sengaja
dilakukan
sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan
atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu
pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses
yang menyebabkan perubahan tingkah laku
yang
bukan
disebabkan
oleh
proses
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan
lain-lain. (Soetomo,
1993: 120).
Jadi
pembelajaran adalah proses yang disengaja
yang menyebabkan siswa belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan
pada situasi tertentu.
2. Model
Pembelajaran
Investigasi
kelompok
Model ini merupakan suatu model yang
sangat terstruktur dengan enam tahapan
pelaksanaan khusus. Keterlibatan siswa
terdapat di dalam setiap tahapan mulai dari
pemilihan topik hingga evaluasi belajar siswa.
a. Tahap
1:
Identifikasi
topik
dan
mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok.

1)

b.

c.

B.
1.

26 | ISSN : 2459-9743

d.

e.

f.

C.
1.
a.
1)

Para siswa memeriksa sumber


belajar, mengusulkan topik dan
mengkategorikan saran-saran.
2) Para siswa bergabung ke dalam
kelompok mempelajari topik pilihan
mereka.
3) Komposisi membantu didasarkan
kepada minat dan heterogen.
4) Guru membantu dan mengumpulkan
informasi
dan
memudahkan
organisasi.
Tahap 2: Merencanakan tugas belajar
1) Para siswa menyusun rencana
bersama.
Tahap 3: Melakukan penyelidikan
1) Para siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data dan mengambil
kesimpulan.
2) Setiap
anggota
kelompok
berkintribusi
terhadap
upaya
kelompok.
3) Para siswa saling bertukar gagasan,
berdiskusi,
dan
melakukan
klarifikasi.
Tahap 4: Mempersiapkan laporan akhir
1) Setiap anggota menentukan pesan
pokok dan proyek mereka.
2) Setiap
anggota
kelompok
merencanakan apa yang akan mereka
laporkan.
3) Perwakilan kelompok membentuk
bagian
pengendali
untuk
mengkoordinasikan
rencana
penyajian.
Tahap 5: Menyajikan laporan akhir
1) Presentasi dibuat dalam bentuk yang
bervasiasi.
2) Pendengar
menilai
kejelasan
penyajian berdasarkan kriteria yang
ditentukan
sebelumnya
oleh
keseluruhan anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi
1) Para siswa berbagi umpan balik
tentang topik, pekerjaan yang telah
dilakukan,
dan
pengalaman
afektifnya.
2) Guru dan siswa bekerjasama menilai
belajar siswa.
3) Penilaian belajar hendaknya menilai
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 25 - 30

2)

rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes


formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengolahan metode
pembelajaran investigasi kelompok , dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
26 Januari 2014 di kelas XI IPA1 dengan
jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana
pelajaran
yang
telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir
proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif
I
dengan
tujuan
untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Pada siklus I, secara garis besar
kegiatan belajar mengajar dengan model
investigasi kelompok sudah dilaksanakan
dengan baik, walaupun peran guru masih
cukup
dominanuntuk
memberikan
penjelasan dan arahan, karena model
tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif


Pada Siklus I

3)

Tabel 1. Nilai Tes Formatif


Pada Siklus I

4)

Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 23
:7
: Belum tuntas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan


bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran
investigasi
kelompok
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 67,66 dan ketuntasan belajar
mencapai 76,67% atau ada 23 siswa dari
30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 65 hanya sebesar
67,66% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan menerapkan
model pembelajaran Grup Investigasi .
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
a) Guru kurang baik dalam memotivasi
siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
b) Guru kurang baik dalam pengelolaan
waktu
c) Siswa kurang begitu antusias selama
pembelajaran berlangsung.
Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya refisi
untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
a) Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam
menyampaikan
tujuan
pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
b) Guru perlu mendistribusikan waktu
secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa
perlu dan memberi catatan
c) Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih
antusias.

ISSN : 2459-9743 | 27

Zulganda Atmaja | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

b.
1)

2)

Siklus II
Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes
formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran investigasi kelompok dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal
25 Februari 2015 dengan jumlah siswa
siswa sebanyak 30 orang. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan
refisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak
terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang
telah
dilakukan.
Instrument
yang
digunakan adalah tes formatif II

4)

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata


hasil belajar siswa adalah 75,00 dan
ketuntasan belajar mencapai 83,00% atau
ada 25 siswa dari 30 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena
setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu
diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan
metode
pembelajaran
investigasi
kelompok .
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
a) Memotivasi siswa
b) Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
c) Pengelolaan waktu
Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus
II ini masih terdapat kekurangankekurangan. Maka perlu adanya revisi
untuk dilaksanakan pada siklus II antara
lain:
a) Guru dalam memotivasi siswa
hendaknya dapat membuat siswa
lebih termotivasi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
b) Guru harus lebih dekat dengan siswa
sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk
mengemukakan
pendapat
atau
bertanya.
c) Guru harus lebih sabar dalam
membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep.
d) Guru harus mendistribusikan waktu
secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
e) Guru sebaiknya menambah lebih
banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pda siswa untuk
dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.

c.
1)

Siklus III
Tahap Perencanaan

3)

Tabel 3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 25
:5
: Belum tuntas

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif


Pada Siklus II

28 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 25 - 30

2)

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan


perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes
formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan model
pembelajaran grup Investiga dan lembar
observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap kegiatan dan pengamatan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes formatif III.

3)

Tabel 5. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

4)
Keterangan:
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 27
:3
: Belum tuntas

Tabel 6. Hasil Tes Formatif Siswa


pada Siklus III

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai


rata-rata tes formatif sebesar 83,00 dan
dari 30 siswa yang telah tuntas sebanyak
27 siswa dan 3 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 90,00%. Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran model

pembelajaran Grup Investigasi membuat


siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi
yang telah diberikan.
Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran investigasi kelompok. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
a) Selama proses belajar mengajar guru
telah
melaksanakan
semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun
ada beberapa aspek yang belum
sempurna,
tetapi
persentase
pelaksanaannya
untuk
masingmasing aspek cukup besar.
b) Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung.
c) Kekurangan
pada
siklus-siklus
sebelumnya
sudah
mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
d) Hasil belajar siswsa pada siklus III
mencapai ketuntasan.
Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan
model investigasi kelompok dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar
pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan model investigasi
kelompok dapat meningkatkan proses
belajar
mengajar
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

2.

Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran model investigasi kelompok
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,
dan III) yaitu masing-masing 76,67%, 83,00%,
dan 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.

ISSN : 2459-9743 | 29

Zulganda Atmaja | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

D.

Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model investigasi
kelompok memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (76,67%), siklus II (83,00%),
siklus III (90,00%).
2. Penerapan
model
pembelajaran
investigasi
kelompok
mempunyai
pengaruh
positif,
yaitu
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang

30 | ISSN : 2459-9743

ditunjukan dengan hasil wawancara


dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban
menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan model pembelajaran
investigasi kelompok sehingga mereka
menjadi lebih termotivasi untuk belajar.
Daftar Pustaka
Felder, R.M. 1994. Cooperative Learning in
Technical Corse. Diunduh dari (Pcll\d\My
% Document\Coop % 20 Report.
Balai Pustaka. 2006. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Edisi 2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar
Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 31 - 35

Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar


Mata Pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan
Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas VI
SD Negeri 12 Sekayu
Nazemah
Guru SD Negeri 12 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, dalam
konsep pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan melalui metode demonstrasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Sekayu kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 12 Sekayu.
Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 29,25%
yakni dari semula 54,00% (siklus I) menjadi 83,25% (siklus II). Demikian pula dengan minat belajar,
terjadi peningkatan sebesar 30,84% yakni dari semula 69,16% (siklus I) menjadi 88,05% (siklus II).
Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi efektif meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan.
Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode demonstrasi
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran
pada
hakikatnya
merupakan suatu proses interaksi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dengan mealalui tatap muka dan
secara
tidak
langsung
yaitu
dengan
menggunakan berbagai media. Pembelajaran
pada dasarnya merupakan proses sebab akibat.
Guru yang mengajar, merupakan penyebab
utama bagi terjadinya proses belajar siswa
meskipun tidak setiap perbuatan belajar siswa
merupakan akibat guru mengajar. Oleh sebab
itu, guru sebagai figure sentral, harus mampu
menetapkan strategi/ metode pembelajaran
yang tepat sehingga dapat mendorong
terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di
SD Negeri 12 Sekayu Kecamatan Sekayu,
tentang pembelajaran Matematika namapak
permasalahan yang harus segera di antisipasi
antara lain:
a. Rendahnya
nilai
mata
pelajaran
Matematika setiap mengadakan ulangan
harian terutama pada konsep pengolahan
data hasil pencapaian tidak lebih dari 40%
siswa yang mendapatkan nilai di atas 65,
dengan
demikian
maka
hal
ini

menunjukkan
60%
siswa
masih
mengalami masalah, karena tersebut
masih dibawah standar rata-rata yaitu
dibawah 65.
b. Lemahnya motivasi belajar siswa karena
disebabkan oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal.
Kekurangan motivasi belajar yang
disebabkan faktor internal adalah dengan
tidak adanya rangsangan serta gairah
dalam belajar. Karena siswa kurang
memahami dari tujuan kebutuhan dalam
kehidupannya
sehingga
dapat
menimbulkan lemahnya untuk belajar.
Sedangkan
faktor
ekternal
karena
kurangnya perhatian dari berbagai pihak,
baik pihak keluarga, masyarakat atau
pemerintah.
Dengan pernyataan di atas, peneliti
berupaya untuk meningkatkan pembelajaran
Matematika dengan menggunakan metode
demonstrasi yang menekankan pada siswa
untuk dapat memahami konsep dasar
Matematika yang sesuai dengan kebutuhan
tuntutan.
2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai

ISSN : 2459-9743 | 31

Nazemah | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika

berikut: apakah dengan melalui metode


demonstrasi dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar siswa
dalam pembelajaran
Matematika materi operasi hitung pecahan
kelas VI SD Negeri 12 Sekayu?
3.
a.

b.
c.
d.

Cara Pemecahan Masalah


Cara pemecahan masalah adalah :
Membuat RPP yang menggunakan metode
demonstrasi
untuk
meningkatkan
kemampuan siswa.
Mengajarkan siswa melalui metode
demonstrasi.
Membuat lembar pengamatan siswa untuk
mengetahui kemampuan siswa.
Mengukur pemahaman siswa sesudah
proses pembelajaran.

4.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk meningkatkan minat belajar siswa,
dalam konsep pembelajaran Matematika
materi operasi hitung pecahan melalui
metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri
12 Sekayu.
b. Untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran Matematika materi
operasi hitung pecahan melalui metode
Demonstrasi di kelas VI SD Negeri 12
Sekayu.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebgai
berikut:
a. Bagi siswa: belajar matematika dengan
mengunakan metode demonstrasi siswa
akan tergugah semngat belajarnya
sehingga
menumbuhkan
keberanian
untuk mencoba sendiri, menemukan
sendiri, dan menyimpulkan sendiri,
sehingga aktivitas dan antusias belajar
siswa lebih hidup dan meningkat.
b. Bagi guru: dapat mengembangkan dan
meningkatkan wawasa, sikap ilmiah,
kompetensi profesional guur dalam upaya
meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika.
c. Bagi sekolah: menambahkan wawasan
pengetahuan
dalam
pembelajaran
matematika melalui metode demonstrasi
dan sekolah pada bidang mata pelajaran
yang lain.
B.
1.

Tinjauan Pustaka
Minat Belajar
Minat belajar adalah suatu kerangka
mental yang terdiri dari kombinasi gerak

32 | ISSN : 2459-9743

perpaduan dan campuran dari perasaan,


prasangka,
cemas
dan
kecenderungankecenderungan, lain yang biasa mengarahkan
individu
kepada
suatu
pilihan
tertentu. Menurut Belly (2006:4), minat adalah
keinginan yang didorong oleh suatu keinginan
setelah
melihat,
mengamati
dan
membandingkan serta mempertimbangkan
dengan kebutuhan yang diinginkannya.
Selanjutnya menurut Bob dan Anik Anwar
(1983:210), mengemukakan bahwa minat
adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada
sesuatu. Dari kedua pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan minat ialah suatu kondisi kejiwaan
seseorang untuk dapat menerima atau
melakukan sesuatu objek atau kegiatan
tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan pengertian belajar dapat
dikemukakan sebagai berikut: belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman kecuali perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh proses menjadi
matangnya seseorang atau perubahan yang
intensif atau bersifat temporer. (Oemar
Hamalik, 1983:34)
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana
(2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru,tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar.
Bloom
(dalam
Dimyati
dan
Mudjiono,2006:26-12) menyebutkan 6 jenis
ranah kognitif sebagai berikut:
a. Pengetahuan,
mencapai
kemampuan
ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan
tersimpan
dalam
ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b. Pemahaman , mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan,
mencakup
kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, menggunakan prinsip.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 31 - 35

d.

Analisis, mencakup kemampuan merinci


suatu kesatuan ke dalam bagian bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami
dengan
baik.
Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis,
mencakup
kemampuan
membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f.
Evaluali,
mencakup
kemampuan
membentuk pendapat tentang beberapa
hal
berdasarkan
kriteria
tertentu.
Misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di
atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomoterik. Hasil
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi
yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tigkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang
suatu proses atau suatu petunjuk untuk
melakukan sesuatu. Yang di maksud dengan
metode demonstrasi ialah metode mengajar
dengan
menggunakan
peragaan
untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu
proses pembentukan tertentu pada siswa.
Tujuan
dan
kegunaan
metode
demonstrasi, antara lain:
a. Untuk memudahkan penjelasan sebab
penggunaan bahasa lebih terbatas.
b. Untuk membantu anak dalam memahami
dengan jelas jalannya suatu proses dengan
penuh perhatian.
c. Untuk menghindari verbalisme.
d. Cocok digunakan apabila akan
memberikan keterampilan tertentu.
C.
1.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan selama siklus I, diperoleh hasil
observasi seluruh minat belajar siswa
diperoleh rata-rata prosentase minat belajar
siswa pada siklus I: kerja sama 60%, keaktifan
70,83%, tanggung jawab 76,66%, rata-rata
prosentase aktifitas siswa siklus I yaitu 69,16%.

Berdasarkan data tersebut minat belajar siswa


tergolong kurang aktif. Berdasarkan catatan
dan pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung aktifitas siswa terpaku pada pola
belajar Duduk Dengar Catat Hafal (DDCH).
Hal ini terjadi pada saat guru menjelaskan dan
bertanya pada siswa, mereka menjawab
dengan ragu ragu walaupun jawabannya
terkadang benar, siswa masih nampak kurang
berani
mengemukakan
pendapat
atau
menemukan ide-ide belum terbiasa melakuakn
kerja sama kelompok. Data hasil observasi pada
siklus I jelasnya sebagaimana pada grafik 1
dibwah ini :
Grafik 1
Minat Belajar Siswa pada Siklus 1

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I


adalah siswa yang mendapat nilai 60 keatas
sebanyak 15 siswa yaitu 37,50% dengan ratarata nilai 54,00. Daftar hasil siklus I ada pada
lampiran dan untuk lebih jelasnya seperti pada
grafik 2 dibawah ini.
Grafik 2
Rerata Hasil Belajar pada Siklus I

Setelah selesai dilaksakan pembelajaran I,


selanjutnya dilaksakan pembelajaran siklus II.
Pada prinsipnya langkah-langkah pembelajaran
siklus I, tetapi dalam hal ini sudah dilakukan
perbaikan-perbaikan sebagaiman pada refleksi
siklus I. Dari hasil observasi terhadap seluruh
minat belajar siswa diperoleh rata-rata
prosentase aktifitas minat belajar siswa pada

ISSN : 2459-9743 | 33

Nazemah | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika

siklus II ; kerja sama 74,75%, keaktifan 76,50%,


tanggung jawab 74,75% dan rata-rata minat
belajar 75,25%.
Berdasarkan data tersebut, minat belajar
siswa tergolong aktif. Dan hasil analisis
terhadap minat belajar siswa kelas VI mulai
terbiasa
belajar
kelompok.,
timbulnya
kepedulian dan kerja sama yang baik sesama
anggota kelompok, munculnya keberanian
untuk mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan,
dan
mampu
memberikan
sanggahan atau komentar terhadap pendapat
kelompok lain, sehingga dengan metode
demonstrasi
disimpulkan
dapat
membangkitkan minat belajar siswa. Dan untuk
lebih jelasnya seperti gambar pada grafik 3
dibawah ini:
Grafik 3
Minat Belajar Siswa pada Siklus II

Hasil belajar yang diperoleh siswa pada


siklus II adalah siswa yang mendapat nilai 60
keatas 39 siswa dari jumlah siswa 40 orang
berarti 97,50% dengan rata-rata nilai 83,25.
Perolehan data tersebut menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan kenaikan
sekitar 60% dan rata-rata pada siklus II ini
adalah 83,25. hal ini pula mengalami
peningkatan
bila
dibandingkan dengan
perolehan nilai rata-rata pada siklus I yaitu
dengan selisih 29,25. Daftar hasil tes siklus II
ada pada lampiran. Dan untuk lebih jelasnya
sebagaimana pada grafik 4 dibawah ini :
Grafik 4
Rerata Hasil Belajar pada Siklus II

34 | ISSN : 2459-9743

2.

Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan hasil
belajar siswa pada siklus I diperoleh rata-rata
prosentase minat belajar siswa yaitu 69,16%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikategorikan
cukup aktif. Sedangkan hasil belajar yang
diperoleh pada siklsu I dengan rata-rata nilai
54,00. Bedasarkan analisis yang dilakukan
dengan menggunakna metode demonstrasi
indikator keberhasilan yang ditargetkan pada
siklus I dapat dikategorikan kurang berhasil
masih perlu ada beberapa hal yang harus di
tingkatkan lagi. Pada siklus I masih mengalami
beberapa hambatan atau kendala yang cukup
berarti, dimana kondisi belajar siswa yang
dihapkan pada situasi masalah yang ountentik,
untuk
melakukan
penyelidikan
belum
maksimal sebagaimana yang diharapkan.
Pada pembelajaran siklus II ini tampak
kelihatan lebih antusias, minat belajarnya
nampak dan lebih aktif bila dibandingkan
dengan pertemuan pada siklus I, karena
mereka telah diberi tugas untuk melakukan
langsung demonstrasi cara pengolahan data.
Pada siklus II ini diperoleh rata-rata minat
belajar siswa sebesar 88,05, sedangkan hasil
belajar diperoleh rata-rata sebesar 83,25. Hasil
dari siklus II ini menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan yang di targetkan dapat
dikategorikan berhasil, yakni nilai yang
diperoleh siswa mengalami peningkatan yang
cukup berarti bila dibandingkan dengan siklus I
begitu juga dengan aktifitas belajar siswa
tampak lebih pro aktif, hidup, efektif, dan
efisien sehingga sasaran dan target tercapai
dengan baik.
D.

Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian di atas, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Dengan
menggunakan
metode
demonstrasi hasil observasi terhadap
minat
belajar
siswa
mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari
kategori cukup aktif (69,16%) menjadi
kategori sangat aktif (88,05%) ada selisih
peningkatan 30,84%. Dengan demikian
metode demonstrasi siswa mampu belajar
mandiri,
dapat
mengembangkan
keterampilan berfikir, dapat melakukan
kerja sama dalam kelompok dan mampu
mampu memproses informasi yang telah
dimiliki untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
b. Dengan
menggunakan
metode
demonstrasi hasil belajar siswa adanya
peningkatan dari setiap siklus yakni siklus

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 31 - 35

I dengan rata-rata 54,00% menjadi


83,25% pada siklus II dengan selisih
29,25%.
Daftar Pustaka
Andayani, Dkk. 2010. Pemantapan Kemampuan
Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aswani, Z. 2004. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Gatot, M., Dkk. 2007. Pembelajaran PKN.


Jakarta: Universitas Terbuka.
Mulyani S., & Syaodih, N. 2007. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Samsudin, A. 2004. Profesi Keguruan 2. Jakarta:
Universitas Terbuka.

ISSN : 2459-9743 | 35

Taftazani | Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar


dalam Mata Pelajaran IPA Materi Tata Surya
Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya
pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu
Taftazani
Guru SD Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA materi tata surya di SD Negeri 1 Sekayu. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
1 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini
menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari sebesar 57% pada siklus I menjadi 89%
pada siklus II. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga model
tata surya efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya.
Kata kunci : aktivitas belajar, hasil belajar, alat peraga model tata surya
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Mata pelajaran Iilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah salah satu mata pelajaran penting
yang diajarkkan di bangku Sekolah Dasar (SD).
Mengingat pentingnya pembelajaran IPA bagi
siswa sekolah dasar maka diperlukan cara-cara
yang efektif dan efesien dalam proses
pembelajaran sehingga nantinya diperoleh
hasil yang memuaskan. Agar pembelajaran
tersebut berjalan efektif dan efesien, guru perlu
mengupayakan penggunaan media atau alat
peraga yang kongkrit yang dapat melibatkan
siswa. Hal ini sesuai dengan Permen Diknas No.
41/2007 tentang Standar Proses, yang
berbunyi:
standar proses mencakup
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Untuk
mengetahui
tercapainya
pembelajaran yang diharapkan dapat dilakukan
upaya berupa evaluasi baik proses maupun
hasil belajar siswa, penilaian tersebut dapat
melalui proses maupun test. Dari hasil test
dapat menggambarkan apakah pembelajaran
tersebut telah menunjukan keberhasilan atau
belum. Sesuai dengan Permen Diknas No
20/2007 tentang Standar Penilaian, yang
berbunyi: penilaian hasil belajar peserta didik

36 | ISSN : 2459-9743

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah


dilaksanakan berdasarkan standar penilaian.
Tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan guru telah tercapai jika siswa
memiliki aktivitas yang baik. Sebaliknya jika
tidak ada atau kurangnya aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA maka akan mengakibatkan
tujuan pembelajaran IPA tidak berhasil dan
prestasi belajar siswa berpotensi untuk
menurun.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah penggunaan alat peraga model
tata surya dapat meninggkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
materi tata surya?
3.

Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya di SD Negeri 1 Sekayu.
4.
a.

Manfaat Penelitian
Untuk guru: guru dapat mengoptimalkan
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajaran tentang tata surya di kelas
VI B di SD Negeri 1 Sekayu.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 36 - 39

b.

c.

Bagi siswa: siswa dapat meningkatkan


aktivitas dan minat siswa terutama dalam
pembelajaran IPA.
Bagi
Sekolah:
mengoptimalkan
penggunaan alat peraga yang sesuai
dengan konsep pembelajaran di SD Negeri
1 Sekayu.

B.
1.

Kajian Teori
Hasil Belajar
Menurut Nasution S (2000:89), aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani
atau rohani. Dalam peroses pelajaran kedua
aktivitas tersebut harus selalu terkait agar
dapat tercipta suatu pembelajaran yang
optimal. Dalam peroses pembelajaran aktivitas
siswa sangat diperlukan karena akan
bepengaruh terhadap hasil yang aka di capai.

Tata Surya
Tata surya adalah matahari beserta
planet-planet yang membentuk gugusan.
Adapun anggota tata surya adalah Matahari,
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus. Matahari
sebagai pusta tata surya, planet berputar
mengelilingi matahari dengan jalur edar yang
tetap. Jalur peredaran planet ini disebut orbit.
Orbit planet berbentuk eplips dan bidang
orbitnya disebut eliptika. Jarak planet dari
matahari tidak selalu sama. Ada kalanya planet
dekat dengan matahari, tetapi ada kalanya jauh
dengan matahari.
Semua planet bergerak dalam orbit yang
saling sejajar sehingga tidak akan saling
berpotongan. Arah peredaran planet-planet
dalam tata surya berlawanan dengan arah
jarum jam. Peredaran planet mengelilingi
matahari disebut revolusi. Waktu yang
dibutuhkan planet untuk melakukan satu kali
revolusi disebut kala revolusi. Semakin jauh
letak planet dari matahari semakin lama kala
revolusinya.
Orbit planet yang sudah tetap dipengaruhi
oleh gaya gravitasi matahari, antara matahari
dan planet terjadi gaya tarik-menarik. Adanya
gaya gravitasi menyebabkan planet tetap
mengelilingi matahari.

C.
1.
a.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Siklus I
Hasil
pengolahan
data
siklus
I
berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas
belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan
dalam pembelajaran IPA di kelas VI.B SD Negeri
1 Sekayu Kecamatan Sekayu, dapat dijelaskan
dengan tabel 1 berikut:
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

2.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka
dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai
berikut: penggunaan alat peraga model tata
surya dapat meningkatkana aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
tata surya.

Berdasarkan tabel pada siklus I diatas


terlihat bahwa prosentase siswa yang terlibat
aktif hanya 12 Siswa (57%) dan belum aktif
berjumlah 16 siswa (43%). Persentase
keaktifan siswa siklus I pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata
pelaharan IPA materi tata surya dengan alat
peraga model tata surya di kelas VI.B SD Negeri
1 Sekayu dapat dijelaskan dengan grafik 1
berikut:
Grafik 1
Prosentase Keaktifan Siswa Pada Siklus I

3.

Hal ini berarti bahwa aktivitas siswa kelas


VI.B Sekolah Dasar Negeri 1 Sekayu belum
mencapai ketuntasan dan dapat dilakukan
perbaikan pada siklus II.

ISSN : 2459-9743 | 37

Taftazani | Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA

b.

Siklus II
Hasil
pengolahan
data
siklus
II
berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas
belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan
dalam pembelajaran IPA di kelas VI.B SD Negeri
1 Sekayu Kecamatan Sekayu, dapat dijelaskan
dengan tabel 2 berikut:
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Tabel 3
Nilai Rerata Ketuntasan Per-Siklus

Berdasarkan data dari tabel di atas,


terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA
menunjukkan adanya
peningkatan dari satu siklus 1 dan siklus II.
Persentase keaktifan siswa siklus I pada
Peningkatan Aktifitas dan Hasil belajar Siswa
Konsep IPA Tentang Tata Surya Dengan Alat
Peraga Model Tata Surya di Kelas VI.B SD
Negeri 1 Sekayu pada siklus I diatas terlihat
bahwa prosentase siswa yang terlibat aktif
hanya 12 Siswa (57%) dan belum aktif
berjumlah 16 siswa (43%).Pada siklus II
terlihat bahwa prosentase siswa yang terlibat
aktif mencapai 25 Siswa (89%) dan belum aktif
berjumlah 3 siswa (11%).
Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
Siklus I dan Siklus II dapat dilihat lebih jelas
pada grafik 3 berikut:
Grafik 3
Perbandingan Presentase Keaktifan Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan tabel pada siklus II diatas


terlihat bahwa prosentase siswa yang terlibat
aktif mencapai 25 Siswa (89%) dan belum aktif
berjumlah 3 siswa (11%). Persentase keaktifan
siswa pada siklus II telah mengalami
peningkatan dalam Peningkatan Aktivitas dan
Hasil belajar Siswa Konsep IPA Tentang Tata
Surya Dengan Alat Peraga Model Tata Surya di
Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu dapat dijelaskan
dengan grafik 2 berikut:
Grafik 2
Persentasi Keaktifan Siswa Pada Siklus II

2.

Pembahasan Dari Setiap Siklus


Hasil evaluasi yang dilakukan guru pada
siklus pertama dan siklus kedua tersaji dalam
tabel berikut .

38 | ISSN : 2459-9743

Dari dari diagram diatas peningkatan


ketuntasan belajar siswa kelas VI.B Sekolah
Dasar Negeri 1 Sekayu Kecamatan Sekayu
dalam siklus pertama dan siklus kedua.
Berdasarkan evaluasi hasil pembelajaran,
sebelum perbaikan pembelajaran tampak jelas
secara rinci jumla siswa yang memperoleh nilai
pada tabel hasil perbaikan pembelajaran dari
hasil observasi dan diskusi dengan teman
sejawat serta pembimbing
pembelajaran
sudah menunjukkan kemajuan.
Sebelum perbaikan pemelajaran IPA yang
terjadi dalam pembelajaran adalah guru tidak
banyak melibatkan siswa saat memerikan
contoh kongrit dari materi pembelajaran
dengan alasan kekurangan waktu. Maka proses
pembelajaran berikutnya perbaikan sesuai
dengan analisis pemasalahn. Proses perbaikan

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 36 - 39

pembelajaran ini dilakukan dengan PTK yang


dilaksanakan dalam dua siklus.
Pada pembelajaran siklus pertama
dilakukan perbaikan dengan menggunakan
metode pengamatan, diskusi dan tanya jawab
langsung dalam pemecahan masalah, hasil
observasi dan hasil evaluasi pada siklus
pertama menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas belajar dan hasil pembelajaran. Hal ini
dapat diketahui dengan adanya peningkatan
pada jumlah siswa yang terlibat dalam
pembelajaran.
Hasil observasi terdapat pembelajaran
siklus I diperoleh termuan bahwa siswa belum
dapat menjelaskan menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan Susunan Tanah Surya.
Motivasi siswa pun dalam mengikuti
pembelajaran masih rendah. Pada siklus II,
dengan metode pengamatan alat peraga berupa
planetarium, keterlibatan siswa secara aktif
meningkat, Berdasarkan hasil observasi
terdapat temuan bahwa siswa telah mampu
menyebutkan dan mengurutkan nama-nama
planet secara berurutan.

belum diterapkan media alat peraga model tata


surya.
Pada siklus pertama nilai hasil belajar
(57%), diadakan perbaikan siklus kedua nilai
hasil belajar meningkat menjadi (89%). Hal ini
berarti setelah siklus kedua ketuntasan belajar
siswa kelas VI.b Sekolah Dasar 1 Sekayu sudah
tuntas, karena ketuntasan belajar siswa
minimal 75% dari jumlah siswa. Nilai
ketuntasan ini melalui rapat dewan guru SD
Negeri 1 Sekayu.
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta
penelitian ini, maka dapat di simpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dengan metode diskusi dan tanya jawab
adanya peningkatkan siswa bersemangat
mengikuti proses pembelajaran.
2. Dengan alat peraga gambar dan
planetarium peningkatan siswa mencapai
89%.
Dari nilai tes
dapat dilihat adanya
peningkatan peserta didik di Kelas VI.B SD
Negeri 1 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin.

D.

Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Dasar-dasar Didektik dan
Penerapannya
dalam Pembelajaran.
Jakarta: Pustaka Ilmu
Depdiknas.
2006.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Erlangga
Nasution, S. 2000. Aktivitas Belajar adalah
Aktivitas yang bersifat jasmani atau rohani.
Jakarta: Gramedia

Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas amaka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran maka
akan semakin tinggi pula penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang pada
akhirnya akan meningkatkan ketuntasan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini
terbukti dari peran aktif siswa siklus I yang-

ISSN : 2459-9743 | 39

Nurdilah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan


Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sekayu
Nurdilah
Guru SD Negeri 12 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
materi pecahan dan urutannya pada mata pelajaran matematika serta mendeskripsikan/
menganalisis dampak penggunaan LKS dalam proses pembelajaran terhadap keberhasilan siswa
memahami materi yang diajarkan. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus dimana masing-masing siklus
terdiri atas tahap persiapan program (planning), pelaksanakan tindakan (action), pengamatan
kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation), dan
refleksi (reflection) dalam setiap siklus dengan berpatokan pada refleksi awal. Subyek penelitian
adalah siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 orang (50%), pada
siklus II sebanyak 18 orang (61,54%), dan pada siklus III sebanyak 22 orang (80,77%). Dengan
demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I, II, dan III. Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berhasil meningkatkan hasil belajar
Matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu.
Kata kunci: hasil belajar, lembar kerja siswa
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pendidikan adalah sisitem
pengajaran di kelas. Pengajaran yang dikelola
denagn baik akan memberikan hasil yang baik
pula.
Oleh karena itu upaya untuk
meningkatkan sistem pengajaran selalu
menjadi perhatian, khususnya bagi pemerintah
dan ahli pendidikan. Salah satu upaya nyata
yang telah dilakukan pemerintah terlihat pada
penyempurnaan kurikulum dan menyediakan
sarana prasarana pembelajaran di sekolah
termasuk untuk pembelajaran matematika
disekolahg dasar, sesuai dengan undangundang sistem pendidikan Nasional yang
termuat dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003.
Namun upaya ini belumlah memberikan
hasil yang memuaskan. Kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa penguasaan konsep dasar
matematika siswa sekolah dasar masih
tergolong rendah, hal ini dapat terlihat dari
hasil belajar siswa. Pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 yang lalu untuk materi
pembelajaran pecahan, dari hasil latihan 20
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sekayu yang

40 | ISSN : 2459-9743

memperoleh nilai 65 hanya 13 siswa, yang


berarti belum mencapai taraf ketuntasan
belajar secara klasikal. Hal yang sama juga
dialami oleh siswa-siswa kelas lainnya.
Dari hasil pengamatan para penulis
terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
12 Sekayu pada semester genap tahun
pembelajaran 2014/2015 diperoleh petunjuk
baha siswa yang mencapai ketuntasan belajar
hanya 13 orang dari 20 orang siswa. Sebagian
siswa lemah menguasai konsep dasar
matematika seperti operasional pecahan.
Selain itu siswa lemah menguasai konsep dasar
matematika
seperti operasioinal pecahan.
Selain itu siswapun belum terlibat penuh dalam
proses pembelajaran matematika di kelas.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah hasil belajar Matematika
materi pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
12
Sekayu
dapat
meningkat
dengan
menggunakan LKS?
3. Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah akan
dilakukan tindakan kelas yaitu:

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 40 - 44

a.

b.

c.

d.

4.
a.

b.

Membuat RPP yang menggunakan materi


pecahan dengan penggunaan LKS di kelas
IV SD negeri 12 Sekayu.
Membelajarkan siswa memahami konsep
pecahan biasa menggunakan metode
demonstrasi dan LKS.
Membuat lembar pengamatan siswa untuk
untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami konsep pecahan dengan
menggu nakan LKS.
Mengukur pemahaman siswa tentang
membaca pemahaman konsep pecahan
menggunakan LKS sesudah proses
pembelajaran.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian:
1) Untuk meningkatkan pemahaman
siswa tentang materi pecahan dan
urutannya pada mata pelajaran
matematika.
2) Untuk
mendeskripsikan/menganalisis
dampak penggunaan LKS dalam
proses
pembelajaran
terhadap
terhadap
keberhasilan
siswa
memahami materi yang diajarkan.
Manfaat penelitian:
1) Bagi siswa
a) Siswa
dapat
meningkatkan
motivasi dan minat belajar.
b) Peningkatan hasil belajar siswa
khususnya
pelajaran
matematika untuk mencapai
prestasi yang lebih baik.
2) Bagi guru
a) Sebagai sumbangan pemikiran
bagi rekan rekan guru
matematika di Sekolah Dasar
Negeri 12 Sekayu dalam
menghadapi
siswa
yang
mengalami kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran
matematika.
b) Dapat dipergunakan sebagai
salah satu bahan pertimbangan
dalam mengatasi kesulitan siswa
dalam proses belajar mengajar
matematika.
3) Bagi sekolah
a) Peningkatan
keprofesionalan
guru sebagai personel kunci
sekolah.
b) Sebagai bahan masukan bagi
Kepala Sekolah kepada guru
kepada guru kelas SD negeri 12
Sekayu untuk meningkatkan

kualitas
pengajaran
yang
sefektif dan seefisien mungkin.
B.
1.

Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif
dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
2.

Lembar Kerja Siswa (LKS)


Sumber belajar adalah merupakan bahan/
materi untuk menambah ilmu pengetahuan
yang mengandung hal baru bagi siswa.
Ardiwinata (dalam Djamarah, 1995:49)
berpendapat bahwa sumber sumber belajar itu
dapat berasal dr manusia, buku, media massa,
lingkungan dan media pendidikan.
Dengan
demikian LKS dapat dikategorikan sebagai
salah satu sumber belajar yang dapat
digunakan siswa.
Depdiknas (dalam Darusman, (2008:17)
menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang
yang berisikan pedoman baagi siswa untuk
melaksanakan kegiatan yang terprogram.
lemnbaran ini berisi petunjuk, tuntunan
pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat
memperluas
serta
memperdalam
pemahamannya
terhadap
materi
yang
dipelajari. Sehingga dapat dikatan bahwa LKS
merupakan salah satu sumber belajar yang
berbentuk lembaran yang berisikan materi
secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk
mengerjakan pertanyaan pertanyaan dan
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa.
C.
1.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Selama melakukap tindakan perbaikan
pembelajaran di kelas. Peneliti menemukan
berapa hal unik, antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Pada siklus I, semua kelompok belum ada
pembagian tugas yang jelas sehingga
inisiatif untuk menyelesaikan tugas
kelompok masih didominasi oleh satu
orang saja sementara yang lain diam saja.

ISSN : 2459-9743 | 41

Nurdilah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan

b.

Berdoa dengan situasi pada siklus 1,


pada Siklus II dan Siklus Ill aktivitas
siswa dalam pembelajaran terlihat lebih
hidup. Pada setiap kelompok, hampir
tidak ada lagi siswa yang hanya
menonton pekerjaan temannya. Semua
kelompok terlihat berkompetisi untuk
mendapat hasil yang terbaik dan
kegiatan-kegiatan yang ada di LKS.
c. Pada kelompok-kelompok tertentu
masih terdapat anggotanya yang belum
memahami dengan baik hasil kerja
temannya.
Sehubungan dengan temuan-temuan di
atas, maka agar pembelajaran matematika
dengan LKS buatan guru dapat dilaksanakan
dengan baik perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
a. Pada saat pembagian tugas dan peran
masing-masing anggota kelompok.
b. Pada saat siswa mengerjakan tugas
kelompok,
guru harus benar-benar
mengawasi.
Selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung, baik pada siklus I, siklus II
maupun siklus III, dilakukan pengamatan
terhadap aktivitas belajar siswa. Pengamatan
dilakukan oleh supervisor yang disediakan
peneliti. Adapun hash penelitian terhadap
aktivitas belajar siswa ini disajikan pada
table 1 berikut.

secara lebih jelas terjadi dalam grafik 1


berikut.
Grafik 1
Tingkat Aktivitas Belajar Siswa
pada Tiap Siklus

Selain mengamati aktivitas siswa pada


saat proses pembelajaran berlangsung pada
setiap akhir siklus dilakukan juga tes yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Tes
dilaksanakan pada akhir pembelajaran selama
5 menit. Hasil tes dianalisis untuk mengetahui
tingkat ketuntasan hasil belajar siswa adalah
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran
matematika dengan menggunakan LKS buatan
guru. Hasil analisis data tes pada setiap siklus
bersaji pada table 2 berikut.
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus

Tabel 1
Tingkat Aktivitas Belajar Siswa
pada Tiap Siklus

Data dan tabel di atas, terlihat bhwa


jumlah kelompok siswa yang memiliki
tingkat aktivitas minimal baik mencapai 3
kelompok (40,31%) pada siklus I,
5
kelompok (70,14%) pada siklus II dan 6
kelompok (85,71%) pada siklus III. Hal mi
menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa pada setiap siklus. Aktivitas
belajar siswa mi sudah memenuhi target
yang diinginkan, yaitu 75% siswa memiliki
tingkat aktivitas minimal baik. Peningkatan
hasil belajar siswa pada setiap siklus ini

42 | ISSN : 2459-9743

Dari tabel 2 diatas, terlihat bahwa jumlah


siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau
memperoleh skor 65 baru mencapai 14 orang
(50%) pada siklus I, 18 orang (61,54%) pada
siklus II dan 22 orang (84,6%) pada siklus III.
Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil
belajar siswa pada setiap siklus. Dengan hasil
84,6% pada siklus III berarti sudah mendekati
target yang diinginkan, yaitu 85% siswa
mencapai skor 65%.
Hal mi dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar
sudah hampir dan atau mencapai.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa ini secara lebih jelas tersaji pada grafik 2
berikut.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 40 - 44

Grafik 2
Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus

2.

Hasil Pengamatan dan Refleksi


Berdasarkan hasil analisis data tes pada
siklus I, terlihat bahwa jumlah siswa yang
memperoleh skor 65 baru 14 orang (50%).
Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa
pada siklus I belum memenuhi target yang
diinginkan. Dalam rangka refleksi, peneliti
mencoba mengkaji basil tindakan yang telah
dicapai pada siklus pertama ini dan aspek hasil
belajar siswa. Dan hasil pengamatan peneliti
selama proses pembelajaran berlangsung,
terlihat hal-hal sebagai berikut.
a. Pada semua kelompok beium ada
pembagian tugas yang jelas dalam
mengerjakan LKS.
b. Inisiatif untuk menyelesaikan LKS masih
didominasi oleh satu orang saja.
Ketika hal ini didiskusikan dengan
supervisor dan teman sejawat yang sekaligus
observer pada saat pelaksanaan tindakan,
diperoleh informasi bahwa kemungkinan
penyebab hal ini adalah karena belum ada
pembagian tugas yang jelas diantara anggota
kelompok dan siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran dengan cara kelompok.
Sehubungan dengan hasil refleksi, maka
dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II
dilakukan
perbaikan-perbaikan
tindakan
sebagai berikut.
a. Pembentukan kelompok disertai dengan
pembagian tugas dan peran yang jelas
untuk setiap anggota kelompok.
b. Untuk memupuk kerjasama yang baik
diantara anggota kelompok. Peneliti
menerapkan aturan bahwa nilai pada
setiap akhir pembelajaran diadakan tes
akhir yang dilakukan secara individu
tetapi nilai tes yang diperlukan adalah
nilai rata-rata dan seluruh anggota
kelompok. Dengan demikian nilai tes akhir
akan sama untuk setiap kelompok. Nilai
tes mi akan digabungkan dengan nilai
ulangan harian.
Pada siklus II tindakan yang diberikan
hampir sama dengan tindakan pada siklus I,
tetapi disertai pembagian tugas dan peran yang

jelas diantara anggota kelompok yang ada.


Dengan menggunakan tindakan mi terlihat
bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor
65 mencapai 18 (61,54%).
Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus II dibandingkan dengan
siklus I, namun hasil belajar siswa mi juga
belum memenuhi target yang diinginkan, yaitu
85% siswa mencapai skor 65.
Mengingat
pelaksanaan
tindakan
perbaikan pembelajaran siklus kedua ini masih
belum mencapai sasaran yang ditetapkan,
maka perlu dilakukan refleksi terhadap
rencana dan pelaksanaan tindakan. Dari hasil
pengamatan
peneliti
selama
proses
pembelajaran berlangsung, telihat bahwa pada
kelompok-kelompok tertentu masih terdapat
anggotanya yang belum memahami dengan
baik hasil kerja kelompoknya.
Ketika hal tersebut didiskusikan dengan
supervisor dan teman sejawat,
diperoleh
imformasi
bahwa
kemungkinan
besar
penyebab munculnya masalah ini, karena
siswa-siswa yang belum memahami hash tugas
kelompoknya tersebut memang merupakan
siswa-siswa dengan kemampuan akademik
yang sangat rendah. Bahkan untuk kemampuan
dasar seperti pengerjaan operasi hitung pada
bilangan cacah pun mereka masih sangat lemah
sekali. Contohnya kekeliruan yang dilakukan
siswa berikut.
Soal:

Sehubungan dengan hasil refleksi diatas,


maka dalam pelaksanaan tindakan pada siklus
III dilakukan perbaikan tindakan dengan
melakukan apersepsi berupa pengerjaan
operasi hitung pada bilangan cacah.
Pada siklus III tindakan yang diberikan
hampir sama dengan tindakan pada siklus I dan
siklus II, tetapi diawali dengan pengerjaan
operasi hitung bilangan cacah pada apersepsi.
Dengan menggunakan tindakan ini, terlihat
bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor 65
mencapai 22 orang (80,77%).
Hal ini
menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus III dibandingkan dengan
siklus II. Namun hasil belajar siswa pada siklus
III dibandingkan dengan siklus II. Namun hasil
belajar ini juga belum memenuhi target yang
diinginkan, yaitu > 85% siswa mencapai skor
65%.

ISSN : 2459-9743 | 43

Nurdilah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan

Dan uraian diatas terlihat bahwa fokus


perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa melalui LKS buatan guru
pada pembelajaran matematika telah tercapai,
walaupun target PTK yang diinginkan belum
tercapai.
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran
oleh guru dan hasil tes siswa, diperoleh
petunjuk bahwa secara umum fokus perbaikan
pembelajaran telah tercapai. Namun demikian
masih ada beberapa kelemahan peneliti sebagai
guru dalam melaksanakan pembelajarann yang
menggunakan LKS buatan guru dalam
pembelajaran matematika. Kelemahan pertama
adalah dalam menempatkan tugas dan siswa
untuk menyelesaikan tugas-tugas LKS secara
kelompok.
a. Siklus I
Pada siklus I,
siswa dibagi dalam
beberapa kelompok tanpa disertai penetapan
peran dan tugas yang diantara anggota
kelompok. Akibatnya penyelesaian kegiatan
LKS hanya didominasi oleh satu orang saja.
Berdasarkan hash analisis tes pada siklus I,
terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh
skor 65 baru 14 orang (50%).
Hal ini
menunjukan bahwa hasil belajar pada siklus I
tidak tuntas atau belum memenuhi target.
b. Siklus II
Pada siklus II untuk mengurangi dominasi
pembentukan kelompok disertai dengan
penetapan peran dan tugas yang jelas pada
setiap anggota kelompok. Dengan cara ini
suasana kelas menjadi hidup karena sebagian
besar siswa mau terlibat menyelesaikan tugas
LKS. Namun demikian masih ada beberapa
siswa yang nilainya rendah. Bahwa dua orang
siswa, Sapran dan Sun Suryani cenderung
sama sekali tidak memahami peningkatan hasil
belajar. Penyebab masalah ini adalah karena
kelemahan siswa dalam mengerjakan operasi
hitung bilangan cacah.
Bahkan untuk
kemampuan membaca dan menulis pun
mereka masih sangat lemah sekali padahal
kedua kemampuan dasar ini merupakan modal
utama siswa untuk memahami semua mata
pelajaran.
d. Siklus III
Namun hal diatas bukanlah hal aneh,
karena beberapa hasil penelitian menunjukan
bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan
siswa dalam memahami konsep-konsep dasar
matematika adalah kelemahan dalam membaca
dan memahami masalah. Padahal untuk dapat
memahami konsep-konsep dasar matematika

44 | ISSN : 2459-9743

terutama memahami masalah,


diperlukan
persyaratan kemampuan membaca yang baik
disamping kemampuan penguasaan dasar
matematika seperti pengerjaan operasi hitung
dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila guru
mau menerapkan pembelajaran matematika
dengan menggunakan LKS, maka guru hams
memperhitungkan kedua kemampuan dasar
ini. Guru perlu selalu mendidik siswa terutama
untuk kedua kemampuan pelaksanaan ini
dapat dilakukan setiap hari sebelum pelaaran
dimulai atau path akhir pembelajaran.
Namun berdasarkan pengamatan observer
selama kegiatan perbaikan pembelajaran
berlangsung,
terlihat bahwa siswa-siswa
sangat bersemangat dalam menyelesaikan
tugas-tugas LKS. Hal ini menunjukan bahwa
siswa-siswa
bersikap
positif
terhadap
penggunaan
LKS
dalam
pembelajaran
matematika secara kelompok, walaupun hal ini
bagi mereka relatif baru.
D.

Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
perbaikan
pembelajaran yang dilakukan melalui Penilaian
Tindakan Kelas (PTK) ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan LKS buatan guru pada
pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 12
Sekayu telah dapat meningkatkan hasil
pembelajaran matematika siswa.
Hal ini
terlihat pada:
1. Pada siklus I jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar adalah 14
orang (50%). Hal ini menunjukan bahwa
tindakan siklus I belum memenuhi target
yang diinginkan. Karena 12 orang siswa
belum mencapai nilai 65.
2. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dan hasil tes didapat hasil
bahwa jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 18 orang (61
54%). Dan hanya delapan orang belum
mencapai nilai 65.
3. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil
belajar siswa. Dari hasil tes, didapat
bahwa jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 22 orang
(80,77%).
Sedangkan 4 orang siswa
belum mencapai nilai 65.

Daftar Pustaka
Depdikbud RI.1995. Kurikulum SD Tahun 1994.
Jakarta: Depdikbud
Mahmud, D. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu
Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPF
Handayani. 2002. Sains Kelas IV. Klaten: CV
Sahabat

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 45 - 49

Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan


dengan Menggunakan Kartu Huruf
pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu
Sumarni
Guru SD Negeri 10 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada
siswa kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu melalui penggunaan media kartu huruf. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 10 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 10 Sekayu sebanyak 26 orang. Penelitian ini terdiri atas
2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca permulaan siswa
meningkat sebesar 47,41% dari siklus I ke siklus II, dimana rerata keterampilan membaca siswa pada
siklus I sebesar 7,2 dan rerata di siklus II sebesar 20. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pengguna media kartu huruf efektif meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada
siswa kelas I SD Negeri 10 Sekayu.
Kata kunci: membaca permulaan, media kartu huruf
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Kemahiran dan minat baca seseorang
tidak akan terjadi dengan sendirinya, perlu
suatu upaya, terutama dari kalangan
pendidikan, disamping dari lingkungan
keluarganya sebagai lingkungan terdekat,
untuk melatih, memupuk, membina dan
meningkatkan kemahiran membaca mereka.
Tugas ini tentunya merupakan bagian dari
tugas guru.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan
guru adalah dengan cara memotivasi atau
memacu siswa untuk meningkatkan intensitas
membacanya. Ada banyak cara agar intensitas
membaca siswa dapat meningkat sehingga
terjadi peningkatan kemampuan membaca
siswa, diantaranya dengan menggunakan kartu
huruf. Dalam memberi pemahaman dan
wawasan yang luas tentang suatu bahan bacaan
adalah dengan membaca dan memahami isi
bacaan.
2.

Permasalahan Penelitian
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah penggunaan media kartu huruf
dapat meningkatkan keterampilan membaca
permulaan pada siswa kelas I.A SD Negeri 10
Sekayu?

3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan
keterampilan
membaca
permulaan pada siswa kelas I.A SD Negeri 10
Sekayu melalui penggunaan media kartu huruf.
4.

Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat dalam memotivasi siswa untuk
rajin membaca, meningkatkan pemahaman
siswa
pada
materi
yang
diajarkan,
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
meningkatkan profesionalisme guru sebagai
pendidik.
B.
1.

Kajian Teori
Kemampuan Membaca Permulaan
Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12)
mengungkapkan bahwa membaca merupakan
proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik
dan mental. Proses membaca terdiri dari
sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual,
urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran,
asosiasi, sikap, dan gagasan. Proses membaca
dimulai dengan sensori visual yang diperoleh
melalui pengungkapan simbol-simbol grafis
melalui indra penglihatannya.
Aspek urutan dalam proses membaca
merupakan kegiatan mengikuti rangkaian
tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman
merupakan aspek penting dalam proses

ISSN : 2459-9743 | 45

Sumarni | Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan

membaca. Anak yang memiliki pengalaman


yang banyak akan mempunyai kesempatan
yang lebih luas dalam mengembangkan
pemahaman kosa-kata dalam membaca.
Pengalaman konkret dan pengalaman tidak
langsung akan meningkatkan perkembangan
konseptual anak. Aspek afektif merupakan
proses membaca yang berkenaan dengan
kegiatan memusatkan perhatian.
Dalam belajar membaca anak usia dini
terdiri dari beberapa komponen. Menurut
Budihasti yang dikutip oleh Hawadi (2001:37)
menyebutkan beberapa komponen membaca,
yaitu sebagai berikut: 1). Pengenalan kata-kata
Disini
penekanannya
pada
pengenalan
persamaan antara apa yang diucapkan dan apa
yang ditulis sebagai simbol, 2). Pengertian
Selain
mengenali
simbol
dan
dapat
mengucapkan, dalam membaca yang terpenting
adalah mengerti apa yang dibaca, 3). Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang
dibaca, dan 4). Penggabungan Asimilasi ide-ide
yang dihadapkan dari mereka dengan
pengalaman membaca dimasa lalu.
Masri Sareb (2008:4) mengungkapkan
bahwa membaca permulaan menekankan
pengkondisian siswa untuk masuk dan
mengenal bahan bacaan. Belum sampai pada
pemahaman yang mendalam akan materi
bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai
materi secara menyeluruh, lalu menyampaikan
hasil pemerolehan dari membacanya. Anderson
(Nurbiana
Dhieni,
dkk
2008:5.5)
mengungkapkan bahwa membaca permulaan
adalah membaca yang diajarkan secara
terpadu, yang menitik beratkan pada
pengenalan
hurur
dan
kata,
menghubungkannya dengan bunyi.
2.

Media Kartu Huruf


Menurut Indriana (2011: 15) media
merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat
bagi para siswa dan pendidik dalam proses
belajar dan mengajar. Dengan menggunakan
media pembelajaran bisa lebih menarik
perhatian siswa, pembelajaran lebih interaktif,
penyampaian proses pembelajaran dapat lebih
mencapai standar.
Adapun media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran membaca permulaan salah
satunya ialah media kartu huruf. Menurut
Ibrahim dan Syaodih (1996) media kartu huruf
adalah media pembelajaran dalam bentuk
kartu yang didalamnya terdapat gambar huruf.
Media kartu huruf adalah media pembelajaran
dalam bentuk kartu yang didalamnya terdapat
gambar huruf (Ibrahim dan Syaodih, 1996).

46 | ISSN : 2459-9743

Kelebihan dari media kartu huruf ini


adalah mudah dibawa, praktis, mudah diingat,
dan menyenangkan. Diharapkan dengan
adanya media ini siswa dapat antusias dalam
belajar. Untuk itu, dalam memilih media kartu
huruf yang akan digunakanhendaknya harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa,
sehingga dalam proses pemebelajaran lebih
kondusif.
Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang
dituliskan pada potongan-potongan suatu
media, baik karton, kertas maupun papan tulis
(tripleks). Potongan-potongan huruf tersebut
dapat dipindah-pindahkan sesuai keinginan
pembuat suku kata, katamaupun kalimat.
Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik
perhatian siswa dan sangat mudah digunakan
dalam pengajaran membaca permulaan. Selain
itu kartu huruf juga melatih kreatif siswa dalam
menyusun
kata-kata
sesuai
dengan
keinginannya.
C.
1.
a.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Pelaksanaaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus pertama dilaksanakan pada Hari
Kamis, tanggal 15 Januari 2015 pada siswa
kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu dengan jumlah
siswa 26 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana perbaikan pembelajaan
(RPP) yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Observasi
dilakukan dengan menggunakan panduan
lembar observasi yang telah disusun oleh
peneliti sebelum penelitian dilaksanakan.
Tabel 1. Hasil Evaluasi Siklus I

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 45 - 49

Refleksi siklus pertama pertemuan kesatu


dan kedua dilakukan bersama tiga orang
observer. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan tugas/ indikator yang sudah
tercapai dan yang belum tercapai dalam
pembelajaran pertemuan kedua. Adapun
caranya adalah dengan membandingkan
ketercapaian rata-rata setiap tugas/ indikator
dan ketercapaian rata-rata skor tiap kelompok
pada pertemuan kesatu dan pertemuan kedua
dengan
KKM
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya. Kemudian peneliti mencari
penyebab dan solusi untuk mengatasinya.
Berdasarkan hasil refleksi atas kegagalan
peneliti mengkaji kembali metode Kartu Huruf.
Metoda ini memiliki landasan linguistiknya
bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa
dalam metoda ini adalah kalimat, bahwa
bahasa
Indonesia
mempunyai
struktur
tersendiri, landasan paedagogik, yaitu: 1).
mengembangkan potensi dan pengamatan
anak, 2). membimbing anak menemukan
jawaban suatu masalah, sementara landasan
psikologisnya adalah : bahwa pengamatan
bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia
sekolah memiliki sifat melit. Berdasarkan teori
tersebut
maka
peneliti
melakukan
pembelajaran pada siklus kedua dengan
menerapkan solusi-solusi sebagai berikut.
2. Siklus Kedua
Pada kegiatan inti peneliti menjelaskan
cara
membaca
permulaan
dengan
menggunakan metoda Kartu Huruf. Peneliti lalu
memperagakan membaca dengan lafal dan
intonasi yang benar, menggunakan jeda
panjang dan pendek, serta memberikan
penekanan pada kata tertentu sesuai
konteksnya. Peneliti menempelkan gambar
ilustrasi yang sesuai dengan teks yang
diberikan pada siswa. Kegiatan ini lalu
dilanjutkan dengan Tanya jawab terkait dengan
teks agar siswa memahami isi teks.
Tabel 2
Hasil Evaluasi Siklus II

Refleksi siklus kedua pertemuan kesatu


dan kedua dilakukan bersama tiga orang
observer. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan tugas/ indikator yang sudah
tercapai dan yang belum tercapai dalam
pembelajaran pertemuan kedua. Adapun
caranya adalah dengan membandingkan
ketercapaian rata-rata setiap tugas/ indikator
dan ketercapaian rata-rata skor tiap kelompok
pada pertemuan kesatu dan pertemuan kedua
dengan
KKM
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya. Kemudian peneliti mencari
penyebab dan solusi untuk mengatasinya.
Hasil analisis terhadap ketercapaian setiap
tugas/indikator oleh seluruh kelompok dapat
dijelaskan sebagai berikut. Ketercapaian ratarata tugas/ indikator 1 adalah 20. Rata-rata
skor kriteria/indikator 1 di atas KKM yang
telah ditetapkan yaitu 16. Ketercapaian ratarata skor tugas/indikator 1 sudah mencapai
skor maksimal yaitu 20. Dengan demikian
tugas/ indikator 1 dinyatakan tercapai.
Ketercapaian rata-rata tugas/ indikator 2
adalah 20. Rata-rata skor kriteria/indikator 2
di atas KKM yang telah ditetapkan yaitu 16.
Ketercapaian rata-rata skor tugas/indikator 2
sudah mencapai skor maksimal yaitu 20.
Dengan demikian tugas/ indikator 2
dinyatakan tercapai.Ketercapaian rata-rata
tugas/ indikator 3 adalah 20. Rata-rata skor
kriteria/indikator 3 di atas KKM yang telah
ditetapkan yaitu 16. Ketercapaian rata-rata
skor tugas/indikator 3 sudah mencapai skor
maksimal yaitu 20. Dengan demikian tugas/
indikator 3 dinyatakan tercapai.
3. Pembahasan
Data yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa adalah pedoman penilaian
membaca permulaan melalui metoda Kartu
Huruf. Hasil belajar siklus pertama dan siklus
kedua dibandingkan baik untuk pencapaian
setiap tugas/ indikator, maupun peningkatan
hasil belajar setiap kelompok. Data yang
diperoleh adalah data berupa angka, sehingga
pengolahan berdasarkan analisis kuantitatif.
Teknik kuantitatif ini digunakan dengan cara
melihat perbedaan hasil belajar antara siklus
pertama dan siklus kedua.
a. Ketercapaian Setiap Tugas/ Indikator
Berdasarkan data di atas, berikut peneliti
tampilkan hasil pengolahan data ketercapaian
tugas/ indikator dari setiap kelompok pada
siklus pertama dengan siklus kedua.

ISSN : 2459-9743 | 47

Sumarni | Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan

Tabel 3
Hasil Evaluasi Tiap Siklus

akan diubah menjadi diagram batang sebagai


berikut.
Grafik 3
Ketercapaian Peningkatan Belajar Siswa
Antar Pertemuan

c.
Grafik 1
Peningkatan Ketercapaian Setiap Tugas

Prosentase tugas 1 adalah 13,5: 68,3 x 100


= 19,8. Tugas 2 adalah 13,2 : 68,3 x 100 = 19,3.
Tugas 3 adalah 13 : 68,3 x 100 = 19. Tugas 4
adalah 11,3 : 68,3 x 100 = 16,5. Tugas 5 adalah
12,8 : 68,3 x 100 = 18,7. Dari perhitungan
tersebut maka perbandingan ketercapaian
tugas 1: 2: 3 : 4 : 5 adalah 19,8 % : 19,3 % : 19
% : 16,5 % : 18,7 % = 100%.Berikut peneliti
sajikan hasil perhitungandalam diagram
lingkaran.
Grafik 2
Prosentase Ketercapaian Setiap Tugas /
Indikator

b.

Ketercapaian Peningkatan
Belajar
Siswa
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil
belajar siswa seluruh tugas siklus pertama
pertemuan kesatu adalah 35 dan seluruh tugas
siklus kedua pertemuan kedua adalah 100.
Selisih keduanya yang merupakan hasil belajar
adalah 100-35= 65. Selanjutnya data di atas

48 | ISSN : 2459-9743

Ketercapaian Hasil Belajar Siswa Antar


Siklus
Perbandingan siklus pertama,pertemuan
pertama dengan siklus kedua, pertemuan
kedua adalah 35 : 100 = 135. Sehingga siklus
pertama adalah (35 : 135) x 100% = 26%.
Siklus kedua adalah (100 : 135) x 100 = 74%
Berikut peneliti sajikan hasil perhitungan
dalam bentuk diagram lingkaran.
Grafik 4
Ketercapaian Peningkatan Belajar Siswa
Antar Siklus

D.

Kesimpulan
Berdasarkan pencapaian skor rata-rata
tugas nomor 1 sampai tugas nomor 5 pada
siklus pertama dan siklus kedua, terdapat
selisih. Selisih tersebut dianggap sebagai
peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar
tugas nomor 1 adalah 20-6,5 = 13,5. Tugas
nomor 2 adalah 20 6,8 = 13,2. Tugas nomor 3
adalah 20 7 = 13. Tugas nomor 4 adalah 20
8,7 = 11,3. Tugas nomor 5 adalah 20-7,2 = 12,8.
Perbandingan ketercapaian setiap tugas/
indikator 1:2:3:4:5 adalah 13,5 : 13,2 : 13 : 11,3
: 12,8 = 68,3
Rata-rata ketercapaian peningkatan hasil
belajar siswa seluruh tugas adalah 7,2.
Ketercapaian tersebut bila dibandingkan siklus
pertama dan siklus kedua adalah 7,2 : 20.
Terdapat selisih ketercapaian sebesar 12,8.
Rata-rata kemampuan keterampilan membaca

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 45 - 49

permulaan siklus pertama adalah 7,2 dan siklus


kedua adalah 20 Selisih keduanya adalah
peningkatan hasil belajar. Yaitu 20-7,2 = 12,8.
Prosentase peningkatan hasil belajar siklus
pertama dan kedua adalah 47,41%.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis terbukti yaitu
kemampuan membaca permulaan pada siswa
melalui metoda Kartu Huruf.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2007. Sains Untuk Sekolah Dasar
Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Mulyana, N. 2007. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Santosa, dkk,. 2007). Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sutarno, dkk,. (2007). Materi Dan Pembelajaran
IPA SD. Jakarta: Universita Terbuka.

ISSN : 2459-9743 | 49

Zunaini | Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian


Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi pada
Siswa Kelas II SD Negeri 3 Kayuara
Zunaini
Guru SD Negeri 3 Kayuara, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi
pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin melalui penggunaan
metode demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara.
Penelitian yang terdiri atas 4 siklus ini menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
semula 41,67% pada siklus I, 66,66% pada siklus II, dan 75% pada siklus III, menjadi 91,66% pada
siklus IV. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi efektif
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Kayuara.
Kata kunci: hasil belajar, metode demonstrasi
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Pada hakekatnya Matematika merupakan
ilmu deduktif yang abstrak, sedangkan anak
usia sekolah dasar relatif berada pada
pemikiran konkret dengan kemampuan yang
bervariasi, sehingga strategi dan pendekatan
psikologis sebagai jembatan sementara adalah
salah satu alternatifnya. Dengan perkembangan
berpikir anak-anak usia Sekolah Dasar yang
relative
masih
konkret
ditambah
keanekaragaman intelegensinya serta jumlah
populasi siswa SD yang besar dan ditambah lagi
dengan Wajib Belajar 9 Tahun, maka faktorfaktor ini harus diperhatikan agar proses
pembelajaran Matematika di SD dapat berhasil.
Matematika bagi siswa SD berguna untuk
kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk
mengembangkan pola pikirannya, untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.
Manfaat Matematika bagi para siswa SD adalah
sesuatu yang jelas yang tidak dipersoalkan lagi,
leih-lebih pada era pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Dan
materi yang dipelajari siswa SD harus
tercantum dalam Kurikulum Matematika SD
yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum KTSP
2006. Namun tidak ada salahnya kita
mengantisipasi dengan materi-materi yang
kemungkinan berkembang di kemudian hari
sebagai tuntutan IPTEK.

50 | ISSN : 2459-9743

Topik Aritmatika adalah satu-satunya


topik kajian inti Matematika dalam GBPP
Matematika SD 1994 yang diajarkan pada
setiap Caturwulan/ Semester mulai dari Kelas I
sampai dengan Kelas VI dengan jumlah jam
terbanyak
yang
diajarkan
secara
berkesinambungan.
Pembelajaran
yang
terdapat dalam Aritmatika terdiri dari
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Dan materi Aritmatika yang akan
kita bahas dalam penelitian ini adalah tentang
pembagian. Karena materi pembagian dapat
dikategorikan sebagai materi yang cukup suka,
maka diperlukan pemahaman yang cukup
tinggi, dengan demikian seorang guru dalam
mengajar pembagian harus menyajikan materi
awal secara konkret dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat
memahami
materi
dengan
mudah. Jadi
kesimpulannya bahwa tahap kemampuan
berpikir anak usia Sekolah Dasar harus
dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat nyata.
Untuk memudahkan siswa dalam mempelajari
pembagian.
Dalam
pembelajarannya
diperlukan alat-alat peraga yang ada di sekitar
mereka.
Keahlian guru dalam mengelola kelas juga
sangat diperlukan seorang guru karena
keterampilan tersebut dapat pula menentukan
keberhasilan dalam pembelajaran. Dan
kesulitan yang dialami siswa pada saat

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 50 - 56

mempelajari materi pembagian disebabkan


karena siswa tidak memiliki kemampuan
prasyarat atau tidak dipelajari secara
berurutan. Berdasarkan temuan tersebut, maka
peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk
mengurangi kesulitan yang dialami siswa
dalam
mempelajari
pembagian.
Dan
pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh
peneliti adalah dengan menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran pembagian.
2.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
apakah
metode
demonstrasi
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD
Negeri 3 Kayuara dalam mata pelajaran
Matematika materi pembagian?
3.

Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika materi
pembagian pada siswa kelas II SD Negeri 3
Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin melalui
penggunaan metode demonstrasi.
4.
a.

b.

c.

B.
1.

Manfaat Hasil Penelitian


Bagi siswa: siswa dapat memahami
konsep
dasar
pembagian,
dapat
mengembangkan
pengetahuan,
dan
membuka cakrawal berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah secara luas
dengan alat bantu Matematika.
Bagi guru: guru menjadi tahu teknikteknik yang dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran supaya pembelajaran dapat
berhasil dengan baik.
Bagi sekolah: tercapainya standarisasi
pembelajaran khususnya kelas yang
dijadikan subjek penelitian.

Tinjauan Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana
(2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru,tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya pengajaran


dari puncak proses belajar.
Bloom (dalam Dimyati dan mudjiono,
2006:2612) menyebutkan ada 6 Jenis perilaku
ranah kognitif sebagai berikut:
a. Pengetahuan,
mencapai
kemampuan
ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan
tersimpan
dalam
ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b. Pemahaman , mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan,
mencakup
kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami
dengan
baik.
Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis,
mencakup
kemampuan
membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f.
Evaluali,
mencakup
kemampuan
membentuk pendapat tentang beberapa
hal
berdasarkan
kriteria
tertentu.
Misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.
2.

Materi Pembagian
Menurut Sutrisno dalam Buku Matematika
Kelas II, Terampil Berhitung Matematika untuk
SD Kelas II, dijelaskan bahwa pembagian
adalah pengurangan berulang. Menurut Buku
Referensi, Pembagian yang Mempesona
Karangan Lynette Long disebutkan bahwa
pembagian adalah proses membagi sesuatu
menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok mempunyai nilai yang sama.
Pembagian juga merupakan pengurangan
berulang adalah proses yang pengerjaannya
dilakukan dengan berulang kali mengurangi
bilangan yang dibagi dengan bilangan pembagi
sampai memperoleh 0. Selain itu menurut
Long, pembagian sebagai kebalikan perkalian
yang
berarti
perkalian
merupakan
penjumlahan yang berulang, sedangkan
pembagian merupakan pengurangan berulang.
Pembagian adalah konsep matematika utama
yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak
setelah
mereka
mempelajari
operasi
penambahan, pengurangan dan perkalian.
Pembagian adalah pengurangan berulang.

ISSN : 2459-9743 | 51

Zunaini | Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian

contohnya 12: 4 artinya 12-4-4-4 = 0 maka


hasilnya 12: 4 = 3.
3.

Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
cara
penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan,
yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan
metode
demonstrasi,
proses
pernerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama
pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang halhal yang berhubungan dengan
proses mengatur sesuatu, proses membuat
sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses
mengerjakan
atau
menggunakannya,
komponen-komponen
yang
membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan
cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu.
C.
1.
a.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Siklus 1
1) Perencanaan
Pada siklus I ini peneliti memberikan
tindakan berupa:
a) Peneliti melakukan 3 kali
pertemuan dalam siklus I
b) Sebelum
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti bersama
kolaborator membuat rencana
pembelajaran
matematika
sebagai berikut:
(1) Materi perkalian pada
pertemuan I
(2) Materi pembagian pada
pertemuan II
(3) Materi operasi hitung pada
pertemuan III
c) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti diamati
oleh 2 orang kolabulator.
d) Waktu pembelajaran selama 2 x
35 menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
Pada pertemuan pertama peneliti
memberikan pembelajaran dengan
materi perkalian. Pada pertemuan ini
peneliti melaksanakan pembelajaran

52 | ISSN : 2459-9743

3)

sesuai
dengan
pelaksanaan
pembelajran yang telah dibuat.
Selama pembelajaran peneliti diamati
oleh dua orang kolaborator. Kegiatan
yang telah dilakukan siswa dan
peneliti
ditulis
dalam
bentuk
terstruktur yang telah dibuat
bersama-sama. Pada pertemuan
kedua,
peneliti
membarikan
pembelajaran
dengan
materi
pembagian siswa membuat sola
dengan media dan alat pemeblajaran
yang telahdisediakan. Apabila siswa
meras kesulitan, peneliti selaku
pemberi
materi
langsung
memberikan
bimbingan
secara
individual.
Pada pertemuan ketiga, pembelajran
dilaksanakn dengan materi operasi
hitung campuran pada peremuan
ketiga ini, peneliti memberikan
evaluasi siklus kepada masingmasing siswa. Hasil pengamatan dan
evalusi siklus I ini akan dijadikan
bahan
reflksi
peneliti
untuk
menentukan langkah selanjutnya.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama
evaluasi
siklus
berlangsung.
Pengamatan ini dibantu oleh teman
sejawat. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran
siklus I diperoleh data pada tabel 1:
Tabel 1
Aktifitas Belajar Siswa

4) Refleksi
Pada siklus I ini sebanyak 2 orang
siswa mendapat nilai 70, 3 siswa
mendapat nilai 60, dan 7 orang siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi
belum
dapat

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 50 - 56

meningkatkan secara signifikan. Oleh


karena
itu,
peneliti
akan
melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi
pada siklus II. Rincian hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel
2 berikut:
Tabel 2
Distribusi Hasil Belajar Siklus
Pertama

b.

Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I ,
pada siklus II peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu berbahasa lisan
(3) Siswa yang mampu
berbahasa lisan, tetapi
tidak
mampu
berbahasa tulis
(4) Siswa
yang
tidak
mampu
berbahasa
tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran,
peneliti
bersama kolaborator membuat
rencana
pembelajran
matematika
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti akan
diamati
oleh
2
orang
kolaborator.
e) Waktu pleaksanaan pembelajran
selam 2 x 35 menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan

3)

Peneliti memberikan penjelasan


materi kepada siswa mengenai
perkalian, pembagian, dan operasi
hitung
diakhiri
pembelajarn
dilajutkan dengan sesi tanya jawab.
Dengan membagi kelas menjadi 4
kelompok yang sudah dibentuk.
Setelah itu peneliti mangadakan
evaluasi denga evaluasi siklus.
Kepada setiap kelompok, sudah tentu
tidak
bisa
diperalukan
sama,
melainkan harus diperlakukan sesaui
dengan kemampuan yang ada oleh
karena itu, diperlukan saran untuk
memfasilitasi
keragaman
yang
didapati didalam kelas tersebut.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama
evaluasi
siklus
berlangsung.
Pengamatan ini dibantu oleh teman
sejawat. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran
siklus II diperoleh data pada tabel 3:
Tabel 3
Aktifitas Belajar Siswa

4) Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan
pengamatan pada siklus I maka
peneliti menyimpulkan siswa sudah
dapat memahami materi perkalian,
pembagian dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
II ini sebanyak 2 siswa mendapat
nilai 80, 3 siswa mendapat nilai 70, 3
siswa mendapat nilai 60, dan 4 siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pemberian
tindakan
dengan
metode
demonstrasi dapat meningkat secara
signifikan. Rincian hasil belajar

ISSN : 2459-9743 | 53

Zunaini | Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian

peserta didik dapat dilihat pada tabel


4 berikut:
Tabel 4
Distribusi Hasil Belajar Siklus Kedua

c.

Siklus III
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus II,
pada siklus III peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu
berbahasa lisan
(3) Siswa
yang
mampu
berbahasa lisan,
tetapi
tidak
mampu
berbahasa tulis
(4) Siswa yang tidak
mampu
berbahasa tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran, peneliti bersama
kolaborator membuat rencana
pembelajaran
matematika
dengan menggunakan metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti diamati
oleh 2 orang kolaborator.
e) Waktu
pleaksanaan
pembelajaran selam 2 x 35
menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
Peneliti memberikan penjelasan
materi kepada siswa mengenai
perkalian, pembagian, dan operasi
hitung
diakhiri
pembelajaran
dilajutkan dengan sesi tanya jawab.

54 | ISSN : 2459-9743

3)

Dengan membagi kelas menjadi 4


kelompok yang sudah dibentuk.
Setelah itu peneliti mangadakan
evaluasi denga evaluasi siklus.
Kepada setiap kelompok, sudah tentu
tidak
bisa
diperalukan
sama,
melainkan harus diperlakukan sesaui
dengan kemampuan yang ada oleh
karena itu, diperlukan saran untuk
memfasilitasi keragaman tersebut.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama
evaluasi
siklus
berlangsung.
Pengamatan ini dibantu oleh teman
sejawat. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran
siklus III diperoleh data pada tabel 5:
Tabel 5
Aktifitas Belajar Siswa

4) Refleksi
Pada hasil evaluasi dan pengamatan
pada siklus II, maka peneliti
menyimpulkan siswa sudah dapat
memahami
mteri
perkalian,
pembagian, dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
III ini sebanyak 1 siswa mendapat
nilai 100, 4 siswa mendapat nilai 90,
2 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa
mendapat nilai 70, dan 3 siswa
mendapat nilai 50. Hasil analisis data
ini menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
khususnya perkalian, pembagian, dan
operasi hitung campuran dengan
menggunakan metode demonstrasi
dapat
meningkatkan
secara
signifikan. Rincian hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel
6 berikut:

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 50 - 56

Tabel 6
Distribusi Hasil Belajar Siklus Ketiga
3)

d.

Siklus IV
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus III,
pada siklus IV peneliti akan
memberikan tindakan berupa:
a) Siswa
dibagi
menjadi
6
kelompok ntuk mempermudah
pembelajara, dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis dan lisan
(2) Siswa
yang
mampu
berbahasa tulis, tetapi tidak
mampu berbahasa lisan
(3) Siswa
yang
mampu
berbahasa lisan, tetapi
tidak mampu berbahasa
tulis
(4) Siswa yang tidak mampu
berbahasa tulis dan lisan
b) Sebelum
pelaksanaan
pemebajaran, peneliti bersama
kolaborator membuat rencana
pembelajran
matematika
dengan menggunakan metode
demonstrasi.
c) Membuat rencana pembelajaran
yang memberikan kondisi yang
berbeda
pada
tiap-tiap
kelompok
sesuai
dengan
kemampuan siswa.
d) Selama
pelaksanaan
pembelajaran, peneliti diamati
oleh 2 orang kolaborator.
e) Waktu pleaksanaan pembelajran
selam 2 x 35 menit.
2) Pelaksanaan/ Tindakan
Peneliti memberikan penjelasan
materi kepada siswa mengenai
perkalian, pembagian, dan operasi
hitung
diakhiri
pembelajarn
dilajutkan dengan sesi tanya jawab.
Dengan membagi kelas menjadi 4
kelompok yang sudah dibentuk.
Setelah itu peneliti mangadakan
evaluasi denga evaluasi siklus.
Kepada setiap kelompok, sudah tentu
tidak
bisa
diperalukan
sama,
melainkan harus diperlakukan sesaui
dengan kemampuan yang ada oleh

karena itu, diperlukan saran untuk


memfasilitasi keragaman tersebut.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama
evaluasi
siklus
berlangsung.
Pengamatan ini dibantu oleh teman
sejawat. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Setelah dilaksanakan pembelajaran
siklus IV diperoleh data pada tabel 7:
Tabel 7
Aktifitas Belajar Siswa

4) Refleksi
Pada hasil evaluasi dan pengamatan
pada siklus IV, maka peneliti
menyimpulkan siswa sudah dapat
memahami
mteri
perkalian,
pembagian, dan operasi hitung
campuran pada mata pelajaran
matematika dengan baik. Pada siklus
IV ini sebanyak 2 siswa mendapat
nilai 100, 3 siswa mendapat niali 90,
3 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa
mendapat nilai 70, dan 1 siswa
mendapat nilai 50 Hasil analisis data
ini menunjukkan bahwa pemberian
tindakan pembelajaran matematika
khususnya perkalian, pembagian, dan
operasi hitung campuran engan
menggunakan metode demonstrasi
dapat
meningkatkan
secara
signifikan. Rincian hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel
8 berikut:
Tabel 8
Distribusi Hasil Belajar Siklus Keempat

2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan pada setiap siklus mengalami

ISSN : 2459-9743 | 55

Zunaini | Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian

peningkatan. Pada siklus I hasil obesrvasi


diperoleh sebanyak 59,71% dikategorikan
cukup, pada siklus II hasil observasi diperoleh
sebanyak 80,55% dikategorikan baik, pada
siklus III hasil observasi diperoleh 83,34%
dikategorikan baik, dan pada siklus IV
diperoleh hasil observasi 88,88 dikategorikan
sangat baik. Berikut grafik hasil obsevasi dari
siklus I sampai siklus IV:
Grafik 1
Hasil Observasi Siswa

Sedangkan hasil tes yang diperoleh


siswa
selama
diterapkannya
metode
demonstrasi dari siklus I sampai siklus IV
mengalami peningkatan secara signifikan.
Berikut grafik 2 hasil belajar siswa selama
diterapkan metode demonstrasi:
Grafik 2
Hasil Belajar Siswa

56 | ISSN : 2459-9743

D.

Kesimpulan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
yang telah dipaparkan, maka kesimpulan
penelitan ini bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa khususnya
perkalian, pembagian, dan operasi hitung
campuran dapat ditingkatkan dengan
metode
pembelajaran
demonstrasi.
Berdasarkan intervensi tindakan yang
diharapkan
terhadap
hasil
belajar
matematika sebesar 70 % dari 10 soal,
ternyata siswa mampu menguasai materi
perkalian, pembagian, dan operasi hitung
campuran dengan baik.
2. Pada persiapan pembelajaran, alat peraga
yang digunakan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan, ekonomi dan kognitif
siswa. Hal ini berfungsi agar alat peraga
yang digunakan mudah dikenali dan
dipahami cara kerjanya, serta mudah
mencari atau membelinya. Pertemuan
dilaksankan selama 4 kali untuk
pelaksanaan
evaluasi
pembelajaran,
peneliti sering kali membuat tes di akhir
pelajaran.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, N. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian
Tindakan. Malang: IKIP.
Waluyo, H.J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta:
Erlangga.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 57 - 60

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian


Dengan Menggunakan Metode Penugasan pada
Siswa Kelas III SD Negeri 3 Lumpatan
Khosiah
Guru SD Negeri 3 Lumpatan, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3
Lumpatan dalam mata pelajaran Matematika materi perkalian melalui penggunaan metode
penugasan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Lumpatan, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Lumpatan sebanyak
24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa
rerata hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika materi perkalian dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 68 (pra siklus) menjadi 74,63 (siklus
I), dan meningkat menjadi 76.58 (siklus II). Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode penugasan efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
Matematika materi perkalian.
Kata kunci: hasil belajar, metode penugasan
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran adalah upaya untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa
(Suyitno, 2004:1). Agar tujuan pengajaran
dapat
tercapai,
guru
harus
mampu
mengorganisir semua komponen sedemikian
rupa sehingga antara komponen yang satu
dengan lainnya dapat berinteraksi secara
harmonis (Suhito, 2000:12).
Hal tersebut diperjelas dalam UndangUndang Republik Indoneia Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2:
Pendidikan
Naisonal
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Sisdiknas ,
2003:56).
Salah satu komponen dalam pembelajaran
adalah pemanfaatan berbagai macam strategi
dan metode pembelajaran secara dinamis dan
fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan

konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1).


Sehingga dituntut kemampuan guru untuk
dapat memilih model pembelajaran serta
media yang cocok dengan materi atau bahan
ajaran.
Hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3
Lumpatan Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin terhadap pelajaran matematika
materi
Perkalian
Sebagai
penjumlahan
berulang belum mencapai hasil yang
diharapkan,
karena
berdasarkan
hasil
pengamatan
guru,
pada
saat
proses
pembelajaran yang aktif hanya 14 orang dari
24 siswa sedangkan yang lainnya kurang aktif,
bahkan ada yang tidak aktif sama sekali.
Sedangkan hasil tes tertulis di akhir
pembelajaran yang mendapat nilai 70 hanya
14 orang dari 24 siswa dan nilai rata-ratanya
hanya 68,00.
Dengan mencermati hasil pengamatan
saat proses pembelajaran dan juga hasil tes
tertulis pembelajaran serta diskusi dengan
observer terungkap permasalahan sebagai
berikut:
a. Guru menyampaikan materi lebih banyak
menerapkan metode klasikal
b. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap
materi Perkalian Sebagai penjumlahan
berulang, yaitu hanya 14 orang dari 24
siswa SD Negeri 3 Lumpatan Kecamatan

ISSN : 2459-9743 | 57

Khosiah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin yang


memperoleh nilai 70 hanya 58,3% dan
nilai rata-rata evaluasi hanya 68,00
c. Siswa tidak aktif menyelesaikan soal soal
yang diberikan, serta takut untuk
mengajukan pertanyaan
d. Siswa kurang termotivasi jika diminta
untuk mengerjakan soal di papan tulis.
e. Siswa takut mengajukan pertanyaan saat
diberi kesempatan bertanya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas
dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya
penguasaan siswa terhadap materi Perkalian
Sebagai penjumlahan berulang adalah:
a. Metode yang digunakan kurang relevan
dengan daya serap siswa.
b. Pada saat pembelajaran, siswa kurang
perhatian terhadap materi pembelajaran.
c. Guru kurang memberikan motivasi dalam
pembelajaran.
Kurangnya penguasaan siswa terhadap
materi dan rendahnya motivasi siswa mungkin
disebabkan guru tidak merencanakan strategi
belajar heuristik, yaitu suatu strategi belajar
mengajar yang menyiasati agar aspek-aspek
dari
komponen-komponen
pembentukan
sistem
instruksional
mengarah
kepada
pengaktifan siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep
yang mereka butuhkan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut, yaitu: apakah
penggunaan
metode
penugasan
dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi
perkalian pada siswa kelas III SD Negeri 3
Lumpatan.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika materi
perkalian pada siswa kelas III SD Negeri 3
Lumpatan melalui metode penugasan.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi
siswa:
agar
siswa
dapat
meningkatkan pemahaman tentang materi
Perkalian Sebagai penjumlahan berulang
b. Bagi guru: agar guru dapat menemukan
cara atau metode untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi
Perkalian Sebagai penjumlahan berulang.
c. Bagi sekolah: agar sekolah dapat
memotivasi guru yang lain untuk
mengadakan PTK juga sehingga sekolah
memiliki guru yang mampu mengadakan
perubahan penelitian terhadap proses

58 | ISSN : 2459-9743

pembelajaran yang bermuara pada


meningkatnya mutu lulusan sekolah.
B.
1.

Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Belajar adalah salah satu proses yang
terjadi pada kehidupan manusia. Sedikit atau
banyak, sengaja atau tidak disengaja, proses
belajar selalu terjadi pada manusia. Manusia
tidak hanya menggantungkan diri pada instink
saja sebagai bentuk untuk menyelamatkan diri,
tetapi manusia dibekali oleh kemampuan untuk
mengolah lingkungan sekitar menjadi suatu
bentuk yang bermanfaat.
Hasil dari olah kemampuan ini, bisa
disebut dengan belajar, akan digunakan untuk
proses menyelamatkan diri kelak pada
dasarnya kegiatan belajar tidak hanya terjadi di
kelas atau suatu ruang tertentu, dan melalui
proses belajar mengajar seperti layaknya
seorang guru dengan murid. Akan tetapi bentuk
kegiatan belajar tidak mengikat, artinya dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan apa saja.
Hasil
belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004:22). Sedangkan Kingsley (dalam Sudjana,
2004) membagi tiga macam hasil belajar
mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan
cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemapuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru
sehingga
dapat
mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang
perilaku (psikomotorik). (Bloom, 1970:20)
mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi
hasil
belajar,
yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
adalah kualitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan terkait dengan model pembelajaran
yang digunakan.
2. Metode Penugasan
Metode Penugasan/ pemberian tugas
adalah cara dalam proses belajar mengajar
dengan jalan memberi tugas kepada siswa.
Tugas-tugas
itu
dapat
berupa
mengikhtisarkan
karangan,
(dari

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 57 - 60

surat kabar, majalah atau buku bacaan)


membuat kliping, mengumpulkan gambar,
perangko, dan dapat pula menyusun karangan.
Metode pemberian tugas, dianjurkan antaa
lain untukmendukung metode ceramah, inku
iri, dan VCT.
Penggunaan metode ini memerlukan
pemberian
tugas
dengan
baik,
baik
ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksan
annya dapat diberikan secara individual
maupun
kelompok.
Dalam
proses
pembelajaran,
siswa
hendaknya
didorong
untuk melakukan kegiatan yang dapat me
numbuhkan proses kegiatan kreatif. Oleh
karena
itu
metode
pemberian
tugas dapat dipergunakan untuk menduku
ng
metode
pembelajaran yang lain.
Penggunaan
metode
pemberian
tugas
bertujuan:
a. Menumbuhkan proses pembelajaran yang
eksploratif
b. Mendorong perilaku kreatif
c. Membiasakan berpikir komprehensif
d. Memupuk kemandirian dalam proses
pembelajaran
Metode pemberian tugas yang digunakan
secara tepat dan terencana dapat bermanfaat
untuk:
a. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara
mandiri dalam lingkungan bersama
(kolektif) maupun sendiri
b. Melatih
cara
mencari
informasi
secara
langsung
dari
sumber belajar yang terdapat di lingk
ungan sekolah, rumah dan masyarakat
c. Menumbuhkan suasana pembelajaran y
ang menggairahkan (rekreatif).
Kelebihan metode penugasan adalah:
a. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan
membekas dalam ingatan siswa.
b. Siswa belajar dan mengembangkan
inisiatif dan sikap mandiri.
c. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan
giat belajar.
d. Dapat mempraktekkan hasil-hasil teori
dalam kehidupan yang nyata.
e. Dapat memperdalam pengetahuan siswa
dalam spesialisasi tertentu.
3. Materi Perkalian
Perkalian adalah operasi matematika
penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain.
Operasi ini adalah salah satu dari empat
operasi dasar di dalam aritmetika dasar (yang
lainnya adalah perjumlahan, perkurangan, dan
perbagian).

Perkalian terdefinisi untuk seluruh


bilangan di dalam suku-suku perjumlahan yang
diulang-ulang; misalnya, 3 dikali 4 (seringkali
dibaca "3 kali 4") dapat dihitung dengan
menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama:
3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12. Perkalian bilangan
rasional (pecahan) dan bilangan real didefinisi
oleh perumusan gagasan dasar ini.
Perkalian dapat juga digambarkan sebagai
pencacahan objek yang disusun di dalam
persegi panjang (untuk semua bilangan) atau
seperti halnya penentuan luas persegi panjang
yang sisi-sisinya memberikan panjang (untuk
bilangan secara umum). Balikan dari perkalian
adalah perbagian: ketika 3 kali 4 sama dengan
12, maka 12 dibagi 3 sama dengan 4. Perkalian
diperumum ke jenis bilangan lain (misalnya
bilangan kompleks) dan ke konstruksi yang
lebih abstrak seperti matriks.
Berdasarkan landasan teori di atas maka
dengan menggunakan metode penugasan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III
terhadap mata pelajaran Matematika materi
perkalian
pada SD Negeri 3 Lumpatan
Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.
C.
1.

Metodologi Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD
Negeri 3 Lumpatan Kecamatan Sekayu pada
tanggal 19 Januari 2015 5 Pebruari 2015,
jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa
dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

2.

Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III
SD Negeri 3 Lumpatan sebanyak 24 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari sumbernya, dalam hal ini adalah
siswa kelas III SD Negeri 3 Lumpatan.
Pengumpulan
data
dilakukan
untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan
yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian.
D.

Hasil Penelitian
Data yang diolah pada bagian ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar
siswa selama proses pelaksanaan penelitian
pemebelajaran berlangsung dan hasil tes

ISSN : 2459-9743 | 59

Khosiah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian

tertulis yang dilakukan dalam proses


pembelajaran Matematika Kelas III SD Negeri 3
Lumpatan Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin.
Rencana penelitian disusun tangal 15
Januari 2015, pada tahap ini juga merancang
RPP (Rencana Penelitian Pembelajaran) dan
menyiapkan
perangkat-perangkat
yang
dibutuhkan. Penelitian ini sendiri dilaksanakan
pada tanggal 19 Januari 2015 (Siklus I), 5
Februari 2015 (Siklus II). Hasil dari setiap
siklus disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1
Sikap Siswa dalam Pembelajaran
Matematika

Dari hasil tes tertulis yang dilakukan


untuk mengetahui hasil belajar Matematika
materi perkalian selama proses kegiatan
perbaikan pembelajaran dapat disajikan pada
tabel berikut:

Pada siklus II adanya peningkatan


keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yakni:
a. Siswa aktif meningkat dari 20 orang
menjadi 22 orang
b. Nilai rata-rata dari 74,63 meningkat
menjadi 76,58
c. Ketuntasan siswa 91,7%
E.
1.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
pembelajaran
yang
dilakukan
melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada
pembelajaran Matematika kelas III Semester II
SD Negeri 3 Lumpatan Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin dapat disimpulkan
bahwa:
a. Metode
penugasan
efektif
untuk
meningkatkan pemahaman siswa materi
Perkalian Sebagai penjumlahan berulang.
b. Dengan metode penugasan secara umum
siswa
lebih
terlibat
aktif
dalam
pembelajaran dan termotivasi untuk
menyelesaikan soal.
2.

Tabel 2
Hasil Tes Tertulis Matematika 24 siswa
Kelas III

Hasil observasi pada siklus I ini telah


menunjukkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, yakni siswa yang aktif dari 18
orang menjadi 20 orang sedangkan siswa yang
tidak aktif turun dari 2 orang menjadi 1 orang.
Hasil tes tertulis mengalami peningkatan
dibanding sebelumnya, yakni:
a. Siswa yang memperoleh nilai 70 dari 18
orang meningkat menjadi 20 orang
b. Nilai rata-rata dari 72,54 meningkat
menjadi 74,63
c. Ketuntasan siswa 83,3%

60 | ISSN : 2459-9743

Saran
Sehubungan dengan hasil temuan dalam
penelitian ini dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap materi pengurangan pecahan
berpenyebur sama dapat diterapkan
metode penugasan dalam pembelajaran.
b. Sebaiknya guru peka terhadap situasi
belajar di kelas maupun terhadap hasil
belajar siswa
c. Sebaiknya guru selalu melakukan refleksi
setiap selesai melaksanakan Kegiatan
belajar mengajar untuk mengetahui
kelemahan/ kekurangan pada proses
pembelajaran, agar dapat ditindaklanjuti
penelitiannya melalui PTK.
Daftar Pustaka
Dahar, R. 1996. Teori -Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Depdikbud RI. 1994. Kurikulum Pendidikan
Dasar. Jakarta: Dirjen Diknas Proyek
Peningkatan Mutu SD, TK, dan SLB.
Tribaskoro, E. 2004. Gemar Berhitung Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo.
Santoso, P. 2007. Materi dan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumiawan, C., dkk. 1998. Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 61 - 65

Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan Inquiri
Pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan
Sunestri
Guru SD Negeri 6 Lumpatan, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar pendidikan
agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei 6 Lumpatan dengan menerapkan strategi
pembelajaran inquiri. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Lumpatan Kabupaten Musi
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 6
Lumpatan sebanyak 25 orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik
pengumpulan angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi
peningkatan rerata hasil belajar siswa dari semula 75,84 pada siklus I menjadi 81,76 pada siklus II.
Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode inquiri efektif meningkatkan
minat dan hasil belajar pendidikan Agama Islam pokok bahasan Rasul-Rasu Allah pada siswa kelas V
SD Negeri 6 Lumpatan.
Kata kunci: minat belajar, hasil belajar, metode inquiri
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Permasalahan
mutu
pembelajaran
seringkali dikaitkan dengan merosotnya
prestasi atau hasil belajar yang dicapai peserta
didik. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
maka hal semacam itu harus dikaji secara
cermat melalui komponen-komponen penting
dalam sistem pendidikan yang berkaitan agar
dapat dilakukan upaya penanggulangannya.
Untuk itu terwujudnya kondisi pembelajaran
siswa aktif merupakan harapan dari semua
komponen pendidikan termasuk masyarakat
dan praktisi pendidikan. Oleh karena itu dalam
kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi
pembelajaran yang direncanakan oleh guru
dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan
belajar yang menekan pada aktivitas siswa
diharapkan mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan
pendidikan di sekolah.
Siswa
yang
aktif
dalam
proses
pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu
aktivitas dalam berpikir (minds-on), dan
aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan
nyata ssiwa dalam pembelajaran merupakan
hasil keterelibatan berpikir siswa terhadap
kegiatan belajarnya. Denga demikian proses

siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar


merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dilaksanakan secara terus menerus dan
tidak berhenti. Hal ini dilakukan apabila
interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan
baik.
Untuk mengetahui apakah peserta didik
telah berhasil menguasai materi yang
disampaikan oleh guru, peneliti akan
menerapkan strategi pembelajaran inquiri
dalam pendidikan agama Islam, yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan
minat dan hasil belajar. Peserta didik secara
individu akan membangun kepercayaan diri
terhadap
kemampuannya
dalam
menyelesaikan
permasalahan
belajar
pendidikan agama Islam, sehingga secara
berangsurangsur akan mengurangi rasa
cemasnya terhadap kesulitan yang sebelumnya
dialami. Pembelajaran inquiri juga terbukti
sangat bermanfaat bagi para peserta didik yang
heterogen. Dengan menonjolkan interaksi
dalam kelompok, model belajar ini dapat
membuat peserta didik mampu menerima
peserta didik lain yang berkemampuan
berbeda.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

ISSN : 2459-9743 | 61

Sunestri | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar

apakah minat belajar dan hasil belajar


Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas V
di SD Negeri 6 Lumpatan dapat ditingkatkan
dengan strategi pembelajaran inquiri?
3.

Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan berbasis kelas yang
akan dilaksanakan ini memiliki tujuan yaitu
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
pendidikan agama Islam peserta didik kelas V
di SD Negei 6 Lumpatan dengan menerapkan
strategi pembelajaran inquiri.
4.

Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian yang
diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini secara
umum
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan kepada pembelajaran pendidikan
agama Islam, umumnya pada peningkatan
minat belajar dan prestasi belajar pendidikan
agama Islam peserta didik. Secara khusus
penelitian ini meletakkan konstribusi pada
strategi pembelajaran di SD Negei 6 Lumpatan
serta mampu mengoptimalkan pemanfaatan
pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran
pendidikan
agama
Islam
khususnya
pendekatan inquiri.
b. Manfaat Praktis
Pada dataran praktis, penelitian ini
memberikan sumbangan bagi guru pendidikan
agama Islam dan peserta didik SD Negei 6
Lumpatan. Bagi guru pembelajaran pendidikan
agama Islam dengan menggunakan pendekatan
inquiri dapat digunakan pembelajaran yang
lebih menarik dan kreatif serta lebih
menekankan keterlibatan peserta didik dalam
proses belajar mengajar dan memberi
kesempatan peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
B.
1.

Kajian Pustaka
Minat Belajar
Minat secara bahasa diartikan sebagai
keinginan yang kuat, gairah, kesukaan
(kecenderungan hati) kepada sesuatu (Tim
Prima Pena, 2004, hlm. 532). Sedangkan secara
istilah minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu (Syah, 2005, hlm. 151).
Menurut Slameto (2003, hl. 180) minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

62 | ISSN : 2459-9743

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,


semakin besar minat.
2.

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam


Kemampuan intelektual siswa sangat
menentukan keberhasilan siswa
dalam
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya
untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun hasil yang diperoleh
karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun banyak orang beranggapan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang
lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah
menyerap pengetahuan. Belajar memiliki
pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman,
mengingat, menguasai pengalaman dan
mendapatkan informasi atau menemukan.
Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan
tentang sesuatu (Baharuddin dan Wahyuni
2008, hlm. 13).
Hasil belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara
garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para
ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang
berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
3.

Strategi Pembelajaran Inquiri


Salah satu metode mengajar yang akhirakhir ini banyak di sekolahsekolah yang sudah
maju adalah dengan model pembelajaran
inquiri. Hal tersebut disebabkan karena model
pembelajaran inquiri merupakan suatu cara
untuk mengembangkan siswa belajar dengan
aktif dan kreatif. Berikut akan diuraikan
mengenai pengertian model pembelajaran
inquiri menurut beberapa tokoh pendidikan.
Hamalik (2003, hlm. 63) menjelaskan
bahwa pengajaran berdasarkan strategi inquiri
berarti suatu strategi yang berpusat pada
siswa, di mana kelompok-kelompok siswa ke
dalam suatu persoalan atau mencari jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam
suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas. Sedangkan Rohani

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 61 - 65

(2004, hl,. 37) berpendapat bahwa salam


strategi inquiri, struktur pengajaran/belajar
bersifat ekstrovert (terbuka) sepenuhnya.
Peserta didik dilepas bebas untuk menemukan
sesuatu melalui proses asimilisi yaitu
memasukkan hasil pengamatan ke dalam
struktur kognitif peserta didik yang telah
ada dan proses akomodasi yakni
mengadakan perubahan-perubahan atau
penyesuaian dalam struktur kognitif
yang lama hingga cocok/tepat dan sesuai
dengan fenomena baru yang diamati.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pembelajaran Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal
23 dan 27 Februari 2015. Tanggal 23
Februari
2015
untuk
kegiatan
pembelajaran yang pertama, sedangkan
tanggal 27 Februari 2015 satu jam
pelajaran untuk tes akhir siklus I.
Pelaksanaan setiap siklus mencakup
empat tahap, yaitu (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d)
refleksi.
b. Pembelajaran Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2
dan 6 Maret 2014. Tanggal 2 Maret 2014
untuk kegiatan pembelajaran yang
pertama, sedangkan tanggal 6 Maret
2014 satu jam pelajaran untuk tes akhir
siklus II. Pelaksanaan setiap siklus
mencakup empat tahap, yaitu (a) perencanaan,
(b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d)
refleksi.
c. Analisis Hasil Angket Minat Peserta
Didik
Pada prinsipnya proses pembelajaran
tindakaan kelas ini mengarah kepada
penggunaan strategi inquiri dalam mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam disusun
untuk merangsang minat belajar peserta didik.
Kemudian, untuk mengetahui tingkatan minat
peserta didik, maka diberikan kuesioner pada
masing-masing peserta didik yang dijadikan
kelas eksperimen. Berikut hasil rekapitulasi
angket minat peserta didik dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
strategi
inquiri
dalam
menyelesaikan
permasalahan. Kemudian data diolah dengan
menentukan rata-rata masing-masing item
pernyataan berdasarkan jawaban peserta didik.
Setelah diketahui nilai rata-rata per-item,
langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan
dengan tabel interpretasi minat siswa.

Kemudian secara keseluruhan hasil minat


siswa dapat dilihat dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1
Minat Belajar Siwa

C.
1.
a.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan


bahwa terdapat peningkatan minat peserta
didik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan strategi inquiri dapat dikatakan
positif karena dapat meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik.
d. Analisis Hasil Tes
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian
ini, maka dilakukan analisa hasil tes. Tes yang
dilaksanakan terdiri dari tes akhir siklus I dan
tes akhir siklus II. Analisis masing-masing tes
sebagai berikut:
1) Tes Akhir Siklus I
Pada akhir siklus I dilaksanakan tes
dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa. Tes akhir siklus
I
dilaksanakan
setelah
pelaksanaan
pembelajaran tindakan kelas pada pertemuan
kedua setelah pelaksanaan tindakan kelas
berakhir, dengan tujuan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat hasil belajar Pendidikan
Agama Islam siswa yang telah dicapai. Adapun

ISSN : 2459-9743 | 63

Sunestri | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar

data rekapitulasi tes akhir siklus I diperoleh


data sebagai berikut:
Tabel 2
Nilai Akhir Siklus I Hasil Belajar PAI

Agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei


6 Lumpatan pada siklus II adalah 81,76 (2044/
25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
untuk indikator pembelajaran mengenal Rasulrasul Allah, nilai yang didapatkan sangat
memuaskan.
2.
a.

Dari data diatas kemudian didapat nilai


rerata (mean) untuk hasil belajar Pendidikan
Agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei
6 Lumpatan pada siklus I adalah 75,84 (1896 /
25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
untuk indikator pembelajaran mengartikan alQuran surat pendek pilihan, nilai yang
didapatkan memuaskan.
2) Tes Akhir Siklus II
Pada akhir siklus II dilaksanakan tes
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
Tes akhir siklus II dilaksanakan setelah
pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas pada
pertemuan kedua setelah pelaksanaan tindakan
kelas berakhir, dengan tujuan untuk
mengetahui sejauhmana peningkatan hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang
telah dicapai. Adapun data rekapitulasi tes
akhir siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3
Nilai Akhir Siklus II Hasil Belajar PAI

Dari data diatas kemudian didapat nilai


rerata (mean) untuk hasil belajar Pendidikan

64 | ISSN : 2459-9743

Pembahasan
Minat Belajar Peserta Didik
Dengan menggunakan instrumen angket
memperlihatkan bahwa minat dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran sudah meningkat.
Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
muncul pertanyaan dari peserta didik di
samping guru juga memberikan pertanyaan
kepada peserta didik. Hanya saja, secara
kuantitas, frekuensi pertanyaan masih perlu
ditambah agar distribusinya merata, prinsip
pemindahan giliran pertanyaan dapat sesuai
porsinya.
Analisis terhadap peningkatan minat
peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa
peserta didik terlihat antusias dalam
pembelajaran yang dilakukan. Selain itu tujuan
dari proses pembelajaran adalah pada aspek
sikap (afektif). Sikap merupakan cerminan dari
minat, motivasi, perasaan dan semacamnya.
Proses pembelajaran dapat menyenangkan
atau membosankan tergantung pada cara guru
mengorganisasi
kelas
serta
strategi
pembelajarang yang digunakan oleh guru.
Dalam hal ini sikap siswa terhadap suatu
kondisi pembelajaran sangat mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh
karena itu sikap peserta didik harus
diperhatikan dalam pembelajaran
Berdasarkan analisis kuesioner pada tabel
1 dapat diperoleh kesimpulan bahwa peserta
didik rata-rata memberikan tanggapan positif
terhadap
semua
pernyataan
tentang
penggunaan strategi pembelajaran inquiri.
b. Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam
yang diperoleh siswa pada siklus I
menunjukkan
adanya
peningkatan
dibandingkan sebelum diberi pembelajaran
dengan strategi pembelajaran inquiri. Kondisi
seperti ini sesuai dengan pernyataan bahwa
strategi yang digunakan guru secara lebih
variatif akan mendorong siswa untuk belajar
secara aktif, sehingga penyajian materi
pelajaran oleh guru akan lebih menarik.
Pembelajaran yang sebelumnya bersifat
abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 61 - 65

dalam pembelajaran dan menimbulkan


kebosanan terhadap pembelajaran yang
dilakukan berubah menjadi menarik.
Upaya yang dilakukan guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran inquiri
merupakan langkah yang tepat. Dengan strategi
pembelajaran inquiri ini siswa menjadi lebih
paham, karena pembelajaran menjadi lebih
konkrit dan realistis. Strategi pembelajaran
inquiri merupakan sesuatu metode penemuan
yang diwujudkan sebagai curahan perasaan
atau
pikiran.
Penggunaan
strategi
pembelajaran inquiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa akan materi yang
disampaikan guru. Oleh karena itu tak heran
jika dalam siklus I penelitian sudah terlihat
adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Pembelajaran
dengan
menggunakan
strategi pembelajaran inquiri juga mengikis
kesan
verbalisme
dalam
pembelajaran
pendidikan Agama Islam. Guru cenderung lebih
mengurangi komunikasi satu arah, sehingga
peran aktif siswa dalam pembelajaran menjadi
lebih meningkat. Untuk lebih meningkatkan
hasil yang maksimal dalam suatu proses
pembelajaran, serta mengetahui tingkat
kemampuan anak secara maksimal pula
diadakan siklus II.
Pada Siklus II hasil belajar Pendidikan
Agama
Islam
siswa
sesudah
diberi
pembelajaran
pada
siklus
II
dengan
menggunakan strategi pembelajaran inquiri
menunjukkan peningkatan. Sebelum diberi
pembelajaran, hasil belajar siswa siswa pada
siklus I menunjukkan dari 25 peserta didik
mendapatkan nilai rata-rata 75,84. Sesudah
siklus II dilakukan hasilnya secara keseluruhan
rata-rata kelas menjadi 81,76. Peningkatan ini
sudah sesuai dengan apa yang diharapkan yang
dituangkan dalam hipotesis, dan sesuai dengan
prinsip belajar tuntas. Oleh karena itu peneliti
merasa tidak perlu untuk melakukan siklus
ketiga, dan penelitian dianggap telah berhasil.
Peningkatan hasil belajar siswa sesudah
siklus II dilakukan disebabkan semakin baiknya
strategi pembelajaran yang digunakan. Hasil ini
sesuai dengan pernyataan bahwa keberhasilan
pendidikan di sekolah tergantung dari baik
tidaknya stategi yang digunakan dalam
pendidikan yang dirancang. Dengan bervariasi
potensi yang tersedia melahirkan strategi yang
tepat guna dalam pendidikan.

peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa


kesimpulan, yaitu: Secara garis besar
pelaksanaan siklus I berlangsung baik, hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata
(mean) untuk hasil belajar Pendidikan Agama
Islam peserta didik kelas V di SD Negei 6
Lumpatan pada siklus I adalah 75,84. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa untuk
indikator pembelajaran, nilai yang didapatkan
memuaskan. Kemudian siswa juga memberikan
tanggapan positif terhadap semua pernyataan
tentang penggunaan strategi pembelajaran
inquiri dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Pada pelaksanaan siklus II juga
berlangsung baik, hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai rata-rata (mean) untuk hasil
belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik
kelas V di SD Negei 6 Lumpatan pada siklus II
adalah 81,76. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa untuk indikator pembelajaran
mengenal Rasul-rasul Allah, nilai yang
didapatkan sangat memuaskan. Peningkatan
hasil belajar siswa sesudah siklus II dilakukan
disebabkan
semakin
baiknya
strategi
pembelajaran yang digunakan. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan bahwa keberhasilan
pendidikan di sekolah tergantung dari baik
tidaknya strategi yang digunakan dalam
pendidikan yang dirancang. Dengan bervariasi
potensi yang tersedia melahirkan strategi yang
tepat guna dalam pendidikan.
Daftar Pustaka
Tahsir, A. 2010. Ilmu Pendidikan dalam
Persepektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Schaeafer, C. 1994. Bagaimana Mempengaruhi
Anak. Semarang: Dahara Prize
Said, M. 1985. Ilmu Pendidikan. Bandung:
Alumni IKAPI.
Sardiman, A.M. 2010 Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru
dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Hadi, S. 2004. Metode Research (Jilid 3).
Yogyakarta: CV Andi Yogyakarta.
Djamrah, S.B. 2002. Rahasia Sukses Belajar
(Cetakan I). Jakarta: Rineka Cipta

D.

Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan
pendidikan tindakan yang telah dilakukan oleh

ISSN : 2459-9743 | 65

Maizah | Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar

Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa


Indonesia Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan
pada Siswa Kelas I SD Negeri 6 Lumpatan
Maizah
Guru SD Negeri 6 Lumpatan, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar
bahasa Indonesia melalui penggunaan metode pembelajaran latihan pada siswa kelas I SD Negeri 6
Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Lumpatan
Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD
Negeri 6 Lumpatan orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan
tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan membaca siswa dari
siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu dalam aspek membaca nyaring meningkat dari 62,1%
menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan aspek mengenal
huruf meningkat dari 73,7% menjadi 88,4%. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran latihan efektif meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar Bahasa
Indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: membaca, pembelajaran latihan
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Strategi dasar implementasi dalam
kebijakan link and match yang dipandang
sebagai inovasi pendidikan di sekolah dasar
mencakup upaya; meningkatkan kemampuan
baca tulis hitung; termasuk baca tulis kritis. Hal
itu menjadikan tugas utama guru kelas I untuk
dapat mengajarkan membaca dan menulis
serta berhitung, sebagai tahap permulaan.
Siswa kelas I rata-rata masih begitu masuk
sekolah hampir seratus persen belum dapat
membaca dan menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
diarahkan agar siswa memiliki keterampilan
dalam membaca dan menulis, dan dapat
dipergunakan sebagai alat berkomunikasi.
Kegiatan pembelajaran akan berhasil baik,
apabila guru dalam menyajikan materi
menggunakan
prosedur
yang
tepat,
diantaranya metode yang tepat, alat peraga
yang sesuai, bahasa pengantar yang menarik,
sehingga motivasi dan minat anak akan
bangkit. Berdasarkan pengalaman penulis
sebagai guru bahasa Indonesia kelas I Sering
terjadi guru menghadapi berbagai kendala
ketika memberikan materi pelajaran, baik yang
berasal dari siswa, guru, maupun lingkungan
sehingga proses pembelajaran kurang berjalan

66 | ISSN : 2459-9743

maksimal dan hasil yang didapat kurang


memuaskan.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
apakah
penggunaan
metode
pembelajaran latihan dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa
Indonesia pada siswa Kelas I SD Negeri 6
Lumpatan Tahun pelajaran 2014/2015?
3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan hasil
belajar bahasa Indonesia melalui penggunaan
metode pembelajaran latihan pada siswa kelas
I SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran
2014/2015.
4.
a.

Manfaat Penelitian
Bagi siswa: belajar membaca dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
latihan siswa akan tergugah semangat
belajarnya
sehingga
menumbuhkan
keberanian untuk mencoba sendiri, dan
menyimpulkan sendiri, sehingga aktivitas
dan antusias belajar siswa lebih hidup dan
meningkat.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 66 - 69

b.

c.

Bagi guru: dapat mengembangkan dan


meningkatkan wawasan, sikap ilmiah,
kompetensi profesional guru dalam upaya
meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika.
Bagi sekolah: menambahkan wawasan
pengetahuan
dalam
pembelajaran
matematika melalui metode demonstrasi
dan sekolah pada bidang mata pelajaran
yang lain.

B.
1.

Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana
(2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru,tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar.

Model Pembelajaran Latihan


Model pembelajaran latihan adalah model
pembelajaran
yang
menekankan
pada
penguasaan konsep atau perubahan perilaku
dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
Model pembelajaran latihan adalah suatu
pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah.

SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran


2014/2015 ada 14 siswa (73%) yang
dinyatakan belum tuntas dengan nilai siswa
terendah 45, nilai tertinggi 70, dan nilai rata
kelas 56,3.
2.

Deskripsi Siklus I
Siklus
menggunakan
metode
pembelajaran
latihan
tanpa
bimbingan
guru.pembelajaran dilaksanakan dengan buku
siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35
menit (2x Pertemuan), dengan standar
kompetensi membaca dan kompetensi dasar
membaca nyaring suku kata dengan lafal dan
intonasi yang tepat sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang
disampaikan pada siklus I ini adalah materi
membaca suku kata dan kata. Hasil observasi
tentang kemampuan membaca siswa pada
siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2
Nilai Kemampuan Membaca Siklus I

2.

Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar siswa pada pembelajaran
bahasa indonesia sebelum diadakan penelitian
dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Grafik 1
Kemampuan Membaca Siklus I

C.
1.

Tabel 1
Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui


hasil nilai ulangan harian bahasa indonesia
sebelum diadakan penelitian pada siswa kelas I

Berdasarkan tabel dan grafik diatas


tentang
hasil
pengamatan
kemampuan
membaca
dalam
pembelajaran
bahasa
indonesia siklus I pada siswa kelas 1 SD Negeri
6 Lumpatan semester II tahun pelajaran
2014/2015 yang meliputi aspek-aspek: 1)
membaca nyaring (didengar siswa), 2)
membaca nyaring kalimat sederhana dengan
lafal dan intonasi yang tepat, dan 3) mengenali
huruf-huruf dan membacanya sebagai suku
kata,kata-kata dan kalimat sederhana diperoleh
skor rata-rata kemampuan membaca kategori
baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 3 berikut.

ISSN : 2459-9743 | 67

Maizah | Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar

Tabel 3
Nilai Ulangan Harian Siklus I

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui hasil


nilai ulangan harian bahasa indonesia tentang
materi membaca siklus I pada siswa kelas I SD
Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015
masih ada 4 siswa (21%) yang dinyatakan
belum tuntas dengan nilai siswa terendah 50,
nilai tertinggi 80, dan nilai rata rata kelas 67,6.
3.

Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan revisi dari siklus I.
Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh
peneliti bersama rekan kolaborator adalah
dengan menggunakan metode pembelajaran
latihan dengan bimbingan guru. Pembelajaran
dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber
bacaan siswa selama 2x35
menit (2x
pertemuan), dengan standar kompetensi
membaca dan kompetensi dasar membaca
nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang
tepat, membaca nyaring kalimat sederhana
dengan lafal dan intonasi yang tepat sesuai
dengan rencana peelaksanaan pembelajaran
(RPP). Materi disampaikan pada siklus II ini
adalah materi membaca kalimat yang
merupakan lanjutan dari materi yang telah
dibahas di siklus sebelumnya.
Hasil observasi tentang kemampuan
membaca siswa pada siklus II dapat dilihat
pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 3
Nilai Kemampuan Belajar Siklus II

Grafik 2
Kemampuan Membaca Siklus II

68 | ISSN : 2459-9743

Berdasarkan tabel dan grafik diatas


tentang
hasil
pengamatan
kemampuan
membaca
dalam
pembelajaran
bahasa
indonesia siklus II pada siswa kelas 1 SD Negeri
6 Lumpatan semester II tahun pelajaran
2014/2015, yang meliputi aspek: 1) membaca
nyaring (didengar siswa), 2) membaca nyaring
kalimat sederhana dengan lafala dan intonasi
yang tepat, 3) mengenali huruf-huruf dan
membacanya sebagai suku kata, kata-kata, dan
kalimat sederhana diperoleh skor rata-rata
kemampuan membaca kategori amat baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4
Nilai Ulangan Harian Siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik diatas


diketahui hasil nilai ulangan harian bahasa
indonesia tentang membaca siklus II pada
siswa kelas I SD Negeri 6 Lumpatan tahun
Pelajaran 2014/2015 semua siswa yang
berjumlah 19 orang anak (100%) dinyatakan
tuntas, dengan nilai siswa terendah 65, nilai
tertinggi 90 dan nilai rata-rata 81,8. Hasil
pembelajaran dalam penelitian ini ada 3 hal
yang
meliputi:
tindakan,
kemampuan
membaca, dan hasil pembelajaran bahasa
indonesia
Tabel 5
Tindakan Per Siklus

Tabel diatas menunjukan bahwa pada


kondisi awal, pelaksanaan pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD Negeri
6 Lumpatan semester II tahun pelajaran
2014/2015 belum menggunakan metode
pembelajaran latihan.
Pada siklus I menggunakan metode
pembalajaran latihan tanpa bimbingan guru,
dilanjutkan siklus II menggunakan metode
pembelajaran latihan dengan bimbingan guru.
Hal
tersebut
dimaksudkan
untuk
mengkombinasikan metode agar siswa lebih
paham.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 66 - 69

D.

Kesimpulan
Kemampuan membaca siswa dari siklus I
ke siklus II terdapat peningkatan: aspek
membaca nyaring meningkat dari 62,1%
menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi
meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan
aspek mengenal huruf meningkat dari 73,7%
menjadi 88,4%. Berdasarkan data hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran latihan dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa
indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6
Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.

Daftar Pustaka
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosda karya
Syamsu, dkk. 1992. Dasar-Dasar Pembinaan
Kemampuan. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: CV. Andira.

ISSN : 2459-9743 | 69

Zulfah | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penggunaan
Metode Pembelajaran Interaktif
pada Siswa Kelas III SD Negeri 7 Sekayu
Zulfah
Guru SD Negeri 7 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 7
Sekayu dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya dalam materi persatuan
dan kesatuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 7 Sekayu sebanyak 28 orang.
Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan
penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami peningkatan, yaitu dari 54,3% pada pengukuran awal (pra-siklus),
menjadi 64,3% pada siklus I dan 89,3% pada siklus II. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran interaktif efektif meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kata kunci: hasil belajar, metode interkatif
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Bahwa
pendidikan
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak perubahan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan
potensi murid agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam
proses
pembelajaran
guru
hendaknya
memiliki
kemampuan
yang
memadai,
baik kemampuan spiritual,
emosional,
sosial,
intelektual maupun
fisikalnya untuk upaya mengembangkan
kecerdasan para muridnya. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas III SD
Negeri 7 Sekayu masih mengalami kesulitan
dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
ini permasalahan ini bisa ditinjau dari berbagai
faktor penyebab berawal dari guru kemudian
murid. Cara mengajar guru masih monoton
tidak banyak berubah dari cara mengajar di
kelas rendah,
sehingga kemudian murid
mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam
menerima materi dan akhirnya kegiatan belajar

70 | ISSN : 2459-9743

mengajar juga kurang menantang murid untuk


lebih berinteraksi dalam pembelajaran,
kemudian juga terkadang murid
kurang
memperhatikan saat
guru menerangkan
materi. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan
keuletan serta kerja sama antara guru dan
muridnya. Agar senantiasa bisa meningkatkan
kinerja
guru
melalui
metode-metode
pembelajaran yang bersifat konvensional
menuju ke metode yang lebih inovatif namun
tetap efektif dan efisien.
Materi yang akan dibahas pada penelitian
ini adalah mengenai menumbuhkan persatuan
dan kesatuan para murid dari nilai nilai yang
terkandung dalam sumpah pemuda, setelah
dijelaskan menggunakan metode seperti
ceramah, tanya jawab dan latihan murid masih
belum bisa
memahami materi terutama
mengenai rasa persatuan dan kesatuan yang
masih belum bisa dilaksanakan oleh para
murid dalam kehidupan sehari hari, terutama
di lingkungan sekolah. Sering terjadinya
pertengkaran diantara para murid yang masih
kuat mengedepankan rasa egonya masing
masing.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah penggunaan metode

70

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 70 - 73

pembelajaran interaktif dapat meningkatkan


hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD
Negeri 7 Sekayu dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan,
khususnya
dalam materi persatuan dan kesatuan.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi
siswa:
bermanfaat
untuk
meningkatnya
kemampuan
dan
pemahaman murid terhadap materi
Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Bagi
guru:
bermanfaat
untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
dalam mengembangkan pembelajaran
yang lebih inovatif sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyampaikan materi persatuan
dan kesatuan.
c. Bagi sekolah: bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran materi persatuan
dan kesatuan dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan serta memberikan
sumbangan
yang
positif
terhadap
kemajuan sekolah.
B.
1.

Kajian Pustaka
Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005: 3) hakikat hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku individu
yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut Sudjana (1989: 38-40)
hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam
diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar
diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa
besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
Hasil belajar merupakan segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak (proses
berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam
jenjang, mulai dari yang terendah sampai
dengan jenjang tertinggi (Arikunto, 2003: 114115). Keenam jenjang tersebut adalah:
pengetahuan (knowledge),
pemahaman
(comprehension),
penerapan (application),

analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan


evaluasi (evaluation).
Pada pendidikan formal, semua bidang
studi
dan
bidang
pendidikan
harus
memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap
anak
untuk
meningatkan
kemampuan
mentalnya
kearah
kematangan
dan
kedewasaan dalam arti seluas- luasnya. Oleh
karena itu penyelenggara pendidikan dan
pengajaran harus dilaksakan secara teratur,
terarah, dan terencana sesuai dengan
pengembangan dasar dan kemampuan mental
anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran
tercapai secara maksimal (Sumaatmadja, 2001:
2).
Dalam kegiatan belajar mengajar setiap
guru selalu berusaha melakukan kegiatan
pembelajaran secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan
agar pembelajaran tersebut dapat membawa
hasil atau berhasil guna, dan kegiatan
pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar
pembelajaran tersebut dapat berdaya guna
atau tepat guna baik di lingkungan sekolah
maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Soemantri (1967) pendidikan
kewarganegaraan atau PKn adalah pendidikan
yang menyangkut status formal warganegara
yang diatur dalam UU NO 2 tahun 1949, JO UU
NO 62 tahun 1958, JO UU no 12 tahun 2006
tentang status warganegara yang telah berlaku
mulai tanggal 1 Agustus 2006. Tujuan PKn
adalah untuk membentuk watak atau
karakteristik warga negara yang baik.
Sedangkan tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, menurut Mulyasa (2007)
adalah untuk menjadikan siswa:
a. mampu berpikir secara kritis, rasional,
dan kreatif dalam menanggapi persoalan
hidup maupun isu kewarganegaraan di
negaranya;
b. mau berpartisipasi dalam segala bidang
kegiatan, secara aktif dan bertanggung
jawab, sehingga dapat bertindak secara
cerdas dalam semua kegiatan, dan;
c. dapat berkembang secara positif dan
demokratis, sehingga mampu hidup
bersama dengan bangsa lain di dunia dan
mampu berinteraksi, serta mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dengan baik.
Dengan demikian tujuan PKn di SD adalah
untuk menjadikan warganegara yang baik,
yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar
akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian,

ISSN : 2459-9743 | 71

Zulfah | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang


terampil dan cerdas, dan bersikap baik
sehingga
mampu
mengikuti
kemajuan
teknologi modern.
Ada delapan ruang lingkup pendidikan
kewarganegaraan, salah satu diantaranya
adalah materi persatuan dan kesatuan bangsa
yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan. Dalam
penelitian ini, materi yang dijadikan sebagai
bahan penelitian adalah materi yang terkait
dengan sumpah pemuda.
3. Metode Pembelajaran Interaktif
Secara khusus, istilah model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatn. Sunarwan (dalam Sobry Sutikno, 2004
:15) mengartikan model merupakan gambaran
tentang keadaan nyata. Model pembelajaran
atau model mengajar sebagai suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam mengatur
materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada mengajar di kelas dalam setting
pengajaran.
Model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering
dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan
anak. Model ini dirancang agar siswa akan
bertanya dan kemudian menemukan jawaban
pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove,
dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas,
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu
melebar dan seringkali kabur sehingga kurang
terfokus. Guru perlu mengambil langkah
khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan
mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke
dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran interaktif merinci langkahlangkah ini dan menampilkan suatu struktur
untuk suatu pelajaran PKn yang melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya
(Harlen, 1992:48-50).

72 | ISSN : 2459-9743

C.

Hasil Penelitian
Sesudah kedua siklus dilaksanakan, maka
diperoleh data untuk setiap siklusnya. Data
tersebut terdiri dari aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung serta
hasil belajar siswa.Lembar observasi guru dan
siswa disusun oleh peneliti berdasarkan hasil
diskusi dengan kolaborator. Berikut data dari
setiap siklus pada penelitian
dengan
penerapan metode Interaktif dalam bentuk
ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan
penugasan atau latihan yang dilaksanakan di
SD Negeri 7 Sekayu pada murid kelas III dalam
memaknai persatuan dan kesatuan.
Pada saat pembelajaran berlangsung
aktifitas murid diamati berdasarkan lembar
observasi yang telah disusun oleh peneliti,
hasil
observasi
sebelum
pembelajaran
interaktif menunjukkan nilai yang kurang
signifikan namun setelah menggunakan
methode pembelajaran interaktif untuk dua
siklus menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Observasi Peserta Didik

Keterangan :
S = Skor Nilai 1 s.d 4 ( 4 = Sangat baik, 3= baik , 2=cukup,
1=kurang )
N = Nilai ( rentang 1 s.d 100 )
K = Kriteria Nilai > 70 = kriteria aktif, <70 = kriteria pasif

Dari tabel nilai hasil observasi peserta


didik di atas menunjukkan bahwa nilai tingkat
keaktifan sebelum perbaikan sebesar 54,3 %,
sedang pada siklus I tingkat keaktifan siswa
mencapai 64,3 % dan pada Siklus-II tingkat
keaktifan siswa menunjukkan nilai prosentase
pada 89,3 %.

70

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 70 - 73

Tabel 2.
Rekapitulasi Nilai

dari peningkatan indikator keberhasilan yaitu


54,3% sebelum perbaikan, setelah perbaikan
64,3% pada siklus I, dan 89,3% pada siklus II.
Daftar Pustaka

Dari total perolehan nilai kelas bila diratarata kelas maka tergambar sebagai berikut:
Sebelum perbaikan: 1.520/28=54,3, sedang
pada Siklus I: 1.800/28=64,3, dan pada Siklus
II: 2500/28=8,3.
D.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa metode
interaktif dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar belajar siswa. Hal ini dapat dilihat -

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model


Model Pembelajaran. Jakarta: CV. Ipa
Abong
Asrori, M. 2009. Psikologi Pembelajaran.
Bandung: CV. Wacana Prima.
Hakim, L. 2009. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: CV. Wacana Prima.
Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Slamet,
Dkk.
2008.
Pendidikan
Kewarganegaraan.
Semarang : Pusat
Pembukuan Kementerian Pendidikan
Nasional.

ISSN : 2459-9743 | 73

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik


Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui
Metode Demonstrasi dan Kerja Kelompok
di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate
Akhmad Syamsuri
Guru SD Negeri Kampung Sekate, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi dan kerja
kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kampung Sekate Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Serasan Sekate.
Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu
dari sebesar 55,88% menjadi 70,58 persen. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran demonstrasi dan kerja kelompok efektif meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya.
Kata kunci: hasil belajar, demonstrasi, kerja kelompok
A.
1.

Pendahuluan
Latar belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah
menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru
SD, yang merupakan ujung tombak dalam
pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang
paling berperan dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas yang dapat
bersaing di jaman pesatnya perkembangan
teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran
selalu menggunakan pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang dapat memudahkan
siswa memahami materi yang diajarkannya,
namun masih sering terdengar keluhan dari
para guru di lapangan tentang materi pelajaran
yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan
waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis,
dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan
model pembelajaran yang bervariatif masih
sangat
rendah
dan
guru
cenderung
menggunakan model konvensional pada setiap
pembelajaran yang dilakukannya.
Hal ini
mungkin disebabkan kurangya penguasaan
terhadap model - model pembelajaran sangat
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi.

74 | ISSN : 2459-9743

Kurikulum berbasis kompetensi yang


mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan
untuk menghasilkan lulusan kompeten dan
cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat
tercapai apabila proses pembelajaran yang
berlangsung mampu mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran IPA.
Disamping itu kurikulum berbasis
kompetensi memberi kemudahan kepada guru
dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai
prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu
pada empat pilar pendidikan universal, yaitu
belajar untuk mengetahui (learning to know),
belajar dengan melakukan (learning to do),
belajar untuk hidup dalam kebersamaan
(learning to live together) dan belajar menajdi
diri sendiri (learning to be). Untuk itu guru
perlu meningkatkan mutu pembelajarannya,
dimulai dengan rancangan pembelajaran yang
baik
dengan
memperhatikan
tujuan,
karakteristik siswa, materi yang diajarkan,
dan
sumber
belajar
yang
tersedia.
Kenyataannya masih banyak ditemui proses
pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak
efisien dan kurang mempunyai daya tarik,
bahkan cenderung membosankan, sehingga
hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 74 - 78

Berdasarkan hal tersebut di atas,


penerapan model pembelajaran interaktif
menjadi altematif untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Ilmu Pengetahun Alam (IPA).
2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Gaya dapat ditingkatkan melalui penggunaan
metode demonstrasi dan kerja kelompok?
3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi
dan kerja kelompok.
4.
a.

b.

c.

B.
1.

Manfaat Penelitian
Bagi Siswa: agar siswa terlatih berpikir
kritis,
kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Bagi Guru: agar guru memiliki pengalaman
dan pengetahuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam, serta memberikan pengetahuan
dan informasi bagi guru yang mengajar
Ilmu Pengetahuan Alam mengenai
pembelajaran dan penggunaan metode
demontrasi
Bagi sekolah: agar sekolah dapat
mendorong
para
guru
untuk
menggunakan
metode-metode
pembelajaran
yang
efektif
dalam
peningkatan hasil belajar siswa

Kajian Pustaka
Hasil belajar
Seorang pakar pendidikan mencoba
memperkenalkan model model mengajar.
Mengajar tidak secara otomatis menjadikan
siswa belajar, sebagai guru dalam mengajar
adalah membantu transfer belajar. tujuan
transfer belajar adalah menerapkan hal hal
baru yang telah dipelajari pada situasi baru.
misalnya melalui metode demonstrasai.
(Joyceet, 1992).
Belajar hanya akan terjadi apabila
seseorang mengubah atau berkeinginan
mengubah pikirannya (West & Pines:211-214).
Belajar sains merupakan proses konstruktif
yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa
(Piaget, dalam Dahar, 1996). Dalam pembelajar
ini akan digunakan metode demonstrasi

sebagai
kriteria
dalam
memperbaiki
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) .
2.

Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan penyusunan
gagasan melalui suatu percobaan untuk
membantu siswa berpikir melalui pengalaman.
Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA para ahli mengembangkan model
pembelajaran yang dilandasi pandangan
konstruktivisme dan piaget menggunakan
kegiatan hand-son.
Kegiatan
ini
melibatkan
kegiatan
manipulatif (penggunaan tangan keterampilan
motorik) memuingkinkan alat indranya
berkembang melalui observasi dan pengalaman
langsung. Maka demonstrasi berarti suatu
pemecahan masalah melalui peragaan untuk
memperjelas atau mengungkap gagasan.
peragaan yang dilakukan untuk menguji
kebenaran dan teori yang telah dipelajari.
3.

Kerja Kelompok
Suatu strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat
yang
sama
meningkatkan
prestasi
akademiknya. Disamping itu kerja kelompok
dapat membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit sambil pada saat yang
bersamaan
sangat
berguna.
untuk
menumbuhkan kemauan kerja sama dan
kemauan membantu teman.
Kerja kelompok memungkinkan siswa
lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena
ia mempunyai tanggung jawab belajar yang
lebih
besar
dan
memungkinkan
berkembangnya daya kreatif dan sifat
kepemimpinan pada siswa. Sedangkan peran
guru lebih ditekankan sebagai organisator
kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi
bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar,
serta penyedia materi dan kesempatan belajar
bagi siswa. Guru harus dapat mendiagnosa
kesulitan siswa dalam belajar dan dapat
memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan
kebutuhannya.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Data yang diolah pada bagian ini dari hasil
observasi terhadap aktivitas belajar siswa
selama
proses
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran berlangsung dan hasil tes tertulis
yang dilakukan dalam proses pembelajaran

ISSN : 2459-9743 | 75

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri


Kampung Sekate Kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin.
a. Hasil Observasi
Dari
observasi/
pengamatan
yang
dilakukan mengenai keterlibatan siswa selama
proses kegiatan perbaikan pembelajaran dapat
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1.
Keterlibatan Siswa Kelas IV dalam
Pembelajaran IPA

Dari tabel 2 di atas dapat terlihat bahwa


pemahaman siswa dengan nilai <70 adalah
sebagai berikut: pada pra siklus ada 4 siswa
(11,7%), pada siklus I ada 19 siswa (55,88%),
dan pada siklus II ada 24 siswa (70,58%).
Dengan demikian terjadi peningkatan hasil
pengamatan siswa pada sebelum perbaikan,
siklus I dan siklus II sehingga diinginkan 70%
telah tercapai. Peningkatan hasil belajar siswa
pada setiap siklus ini secara lebih jelas lihat
grafik 2 berikut:
Grafik 2.
Diagram Pemahaman Siswa
pada Setiap Siklus

Dari tabel diatas dapat terlihat keaktifan


bagi siswa dalam pembelajaran, yaitu: pada pra
siklus ada 4 siswa yang aktif (11,7%), pada
siklus I ada 19 siswa (55,88%), dan pada siklus
II ada 24 siswa (70,58%). Hal ini menunjukkan
terjadinya peningkatan keaktifan siswa pada
setiap siklusnya, peningkatan aktivitas belajar
siswa pada setiap siklus lebih jelas tersaji pada
grafik berikut ini:
Grafik 1.
Tingkat Pemahaman Siswa
pada Setiap Siklus

Selain mengamati keterlibatan/ keaktifan


siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung, pada akhir pembelajaran hasil tes
dianalisis untuk mengetahui tingkat ketentusan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunakan metode demontrasi dan kerja
kelompok. Hasil analisis data hasil tes pada
setiap siklus tersaji pada tabel 1 berikut.
Tabel 2.
Hasil Tes Pemahaman Siswa

76 | ISSN : 2459-9743

b.
1)
a)

Diskripsi Persiklus
Siklus Pertama
Perencanaan
Pada Pembelajaran sebelumnya yaitu
tanggal 20 Januari 2014 guru menyampaikan
materi Pengaruh gaya terhadap benda dengan
metode demontrasi dan kerja kelompok. Hasil
pembelajaran masih belum memuaskan,
karena berdasarkan hasil tes tertulis dan 34
siswa hanya 4 siswa yang mendapat nilai lebih
dan 70, 10 siswa yang mendapat nilai 70 dan
20 siswa yang mendapat nilai kurang dan 70.
Setelah itu guru melakukan identifikasi
masalah, analisis masalah dan merumuskan
masalah. Kemudian guru memutuskan untuk
merencanakan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode demontrasi dan kerja
kelompok dan penggunaan alat peraga berupa
benda nyata.
b) Pelaksanaan (Implementasi Tindakan)
Siklus pertama ini dilaksanakan pada jam
sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada
tanggal 20 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1
kali pertemuan).
Pelaksanaan perbaikan
berjalan lancar dan dilakukan terhadap siswa
kelas IV yang berjumlah 34 siswa.
c) Observasi/ Pengamatan
Pada
saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung,
teman sejawat melakukan
pengamatan dengan berpedoman kepada
lembar observasi yang isinya sudah disepakati

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 74 - 78

antara guru (peneliti) dan teman sejawat


(pengamat).
d) Refleksi
Dalam
pelaksanaan
perbaikan
berdasarkan data hasil pengamatan maupun
hasil tes tertulis dan diskusi dengan teman
sejawat ditemukan adanya peningkatan hasil
belajar siswa, nilai rata-rata siswa dan 61,47
menjadi 71,47. Akan tetapi dari 34 siswa
jumlah siswa yang tuntas hanya 20 (58,82%).
Data diatas memberikan gambaran bahwa hasil
belajar siswa masih belum optimal, karena
jumlah yang tuntas masih kurang dan 85%.
Masih rendahnya kenaikan persentase siswa
yang tuntas mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya kurang tepatnya
alat peraga yang digunakan oleh guru da
jumlah anggota kelompok terlalu banyak.
2)
a)

Siklus Kedua
Perencanaan
Perencanaan untuk siklus kedua dimulai
tanggal 22 Januari 2014 sampai ke hari
pelaksanaan yaitu 27 Januari 2014. Untuk
siklus kedua perencanaan kegiatannya sama
dengan siklus pertama,
yaitu penerapan
metode dan kerja kelompok,
hanya saja
sebagai perbaikan jumlah anggota kelompok
dan 6-7 orang menjadi 4-5 orang setiap
kelompoknya.
b) Pelaksanaan (Impelementasi Tindakan)
Siklus kedua ini dilaksanakan pada jam
sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada
tanggal 27 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1
kali pertemuan).
c) Observasi/ Pengamatan
Pada
saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung,
teman sejawat melakukan
pengamatan dengan berpedoman kepada
lembar observasi yang isinya sudah disepakati
antara guru (peneliti) dan teman sejawat
(pengamat).
d) Refleksi
Berdasarkan data hasil pengamatan dan
tes tertulis serta hasil diskusi dengan teman
sejawat, pelaksanaan perbaikan pembelajaran
pada siklus kedua ini cukup memuaskan. Siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan antusias,
sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai
optimal.
Pembahasan
Siklus Pertama
Pada siklus pertama menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran dibanding dengan
pembelajaran
sebelumnya.
Keadaan

perbandingan nilainya dapat diamati pada


tabel 2. Pada pembelajaran sebelum adanya
perbaikan,
dari 34 siswa yang mampu
mendapat nilai lebih dari 70 meningkat dari 4
menjadi 19 orang pada siklus pertama.
Sebaliknya siswa yang mendapat nilai kurang
dari 70 jumlahnya menurun yaitu dari 20
menjadi 14 siswa.
Berdasarkan hasil refleksi guru pada
siklus pertama, masih terdapat kelemahan
atau kekurangan karena hasil belajar siswa
masih belum optimal.
Masih rendahnya
kenaikan persentase siswa yang tuntas
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya jumlah anggota kelompok terlalu
banyak.
b.

Siklus Kedua
Pada siklus kedua terjadi peningkatan
hasil belajar dibandingkan siklus pertama.
Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70
meningkat dari 19 orang pada siklus pertama
menjadi 24 orang pada siklus kedua, sebaliknya
yang mendapat nilai kurang dari 70 semakin
jauh menurun dari 14menjadi 5 orang.
Dari hasil pengamatan dan tes pada siklus
kedua ternyata dengan metode demontrasi dan
kerja
kelompok
dapat
meningkatkan
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pembelajaran pengaruh gaya terhadap benda,
sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai
optimal.
D.
1.

2.
a.

2.

Kesimpulan
Pemahaman siswa pada mata pelajaran
IPA di SD dengan metode demontrasi dan
kerja kelompok. Pada awalnya siswa
mengalami kesulitan bekerja dalam
kelompok, terutama siswa yang pintar
/pandai tidak mau bergabung dengan
siswa yang tidak/ kurang pintar. Siswa
yang merasa dirinya pandai lebih suka
belajar dan bekerja sendiri.
Siswa
terkesan egois, untuk dapat menyatukan
siswa dalam kelompok dan bekerja sama
guru berusaha memberi penjelasan
tentang pentingnya berbagi, bekerja sama,
bersahabat
tanpa
memperhatikan
kepintaran atau kemampuan orang Iain
Justru siswa yang memiliki kelebihan dari
pada
teman-temannya
dapat
membantunya
dengan
memberikan
penjelasan tentang teori/ materi pelajaran
yang belum dipahami dan dimengerti.
Guru lebih inovatif dengan metode
demontrasi
dan
kerja
kelompok,
mengalami kesulitan dalam mengelola

ISSN : 2459-9743 | 77

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

3.

waktu. Guru belum dapat membagi waktu


dalam
masing-masing
kegiatan
pembelajaran. Siswa terlalu malakukan
diskusi,
sehingga guru tidak sempat
merangkum/ menyimpulkan materi yang
dibahas karena waktunya sudah habis.
Keaktifan siswa meningkat setelah
pembelajaran IPA menggunakan metode
demontrasi dan kerja kelompok. Siswa
sangat antusias membahas topik dalam
diskusi, dan berusaha menjawab dan
menemukan informasi tentang topik
tersebut.
Siswa
saling
berebut
mengemukakan informasi (apa yang
mereka ketahui) tentang topik. Setelah
dilakukan pembagian tugas kelompok
siswa bekerja sesuai dengan tugasnya
masing-masing.

78 | ISSN : 2459-9743

Daftar Pustaka
Z. 1994. Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja
Rosdakarya..
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatjf dan
Menyenangkan.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sutarno, N. 2004. Materi dan Pembelajaran
IPA SD.
Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wardani, , I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, H.U.S. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin,

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 79 - 83

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis


Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lumban Jaya
Kabupaten Musi Banyuasin
Mariana
Guru SD Negeri Lumban Jaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Lumbanjaya dalam pelajaran IPA materi fotosintesis melalui pemanfaatan lingkungan
sekolah. Penelitian ini terdiri atas dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas tahap
persiapan program (planning), pelaksanakan tindakan (action), pengamatan kegiatan pembelajaran
(observation), evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation), dan refleksi (reflection).
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi Banyuasin. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap fotosintesis sebelum siklus
sebesar 64, pada siklus I sebesar 72, dan pada siklus II sebesar 77. Sedangkan prosentase ketuntasan
belajar siswa pada pra siklus menunjukan angka sebesar 61,91%, siklus I sebesar 80,95%, dan siklus II
sebesar 95,24. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemanfatann lingkungan sekolah
efektif meningkatkan hasil belajar IPA materi fotosistensis pada siswa kelas IV SD Negeri
Lumbanjaya.
Kata kunci: hasil belajar, fotosintesis, lingkungan sekitar
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Banyak
upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan mutu pendidikan di indonesia,
salah
satunya
adalah
dilaksanakannya
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
mulai tahun pelajaran 2007/ 2008 melalui
peraturan menteri pendidikan nasional
(Permendiknas) nomor 25 tahun 2007. Dalam
KTSP 2007 tersebut terdapat kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan
oleh sekolah masing masing. Di SD Negeri
Lumban Jaya, untuk pelajaran IPA kelas V tahun
ajaran 2014/ 2015, KKM untuk semester ganjil
adalah 63 dan untuk semester genap adalah 72.
sedangkan ketuntasan secara klasikal adalah
minimal 85%.
Dikemukan bahwa seorang peserta didik
disebut telah berhasil atau mencapai
ketuntasan belajar perorangan jika telah
mencapai penguasaan materi sebesar 63%
pada semester ganjil atau 72 pada semester
genap. kemudian suatu kelas dikatakan telah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal
apabila jumlah siswa yang penguasaan
materinya 63% atau 72% telah mencapai 85%.
Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas V

SD Lumba Jaya, rata rata nilai ulangan harian


pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/
2015, dengan KKM 63, hanya terdapat 66%
atau sekitar 27 peserta didik yang mencapai
KKM tersebut. Hanya beberapa peserta didik
saja yang termotivasi untuk belajar. ini terlihat
ketika diberikan soal soal latihan, peserta didik
yang mempunyai kemampuan yang lebih baik
saja yang mengerjakan soal dan peserta didik
yang lain hanya menyalin tanpa berusaha
untuk mengetahui cara memecahkan soal
tersebut.
Hal ini terjadi terus menerus sehingga
ketika ulangan harian, yang mencapai KKM
hanya peserta didik yang selalu mengerjakan
sendiri soal-soal yang diberikan guru. Selama
ini, pembelajaran IPA di sekolah khususnya di
SD N Lumba Jaya, masih menggunakan sistem
konvensional, dimana pembelajaran yang
berlangsung
masih
didominasi
metode
ceramah dan pemberian tugas biasa
(pembelajaran mekanikstik) sehingga peserta
didik kurang dilibatkan sepenuhnya dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini
diterima hanyalah penonjolan tingkat hafalan
dari sekian rentetan pokok bahasan, tetapi

ISSN : 2459-9743 | 79

Mariana | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

tidak diikuti dengan pemahaman konsep


tentang materi tersebut.
Selama pembelajaran peserta didik
cenderung pasif dengan hanya mencatat apa
yang dikerjakan guru didepan kelas. Walaupun
diberikan tugas secara berkelompok, beberapa
peserta didik yang mempunyai kemampuan
yang lebih baik, selalu mendominasi kelompok,
sehingga kegiatan diskusi kurang aktif. Dalam
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang
standar proses dijelaskan bahwa setiap guru
pada
satuan
pendidikan
berkewajiban
menyusun rencana pembelajaran secara
lengkap dan sisitematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (BNSP, 2007).
Untuk itu, dalam proses pembelajaran,
guru harus menggunakan pendekatan, model,
strategi maupun metode yang dapat
memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta
didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Guru
juga harus melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah pemanfaatan lingkungan
sekolah dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPA materi fotosintesis pada siswa
kelas IV SD Negeri Lumbanjaya?

fotosintesis melalui pemanfaatan lingkungan


sekolah.
b. Manfaat Hasil Penelitian
1) Bagi Guru
a) Multimedia tersebut dapat dijadikan
sebagai contoh alat peraga yang
dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran.
b) Memberikan masukan bagi guru
bahwa pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolah dapat membantu
dalam
rangka
meningkatkan
pemahaman siswa akan peristiwa
fotosintesis
2) Bagi Peserta Didik
a) Memberikan pembelajaran yang
bermakna
b) Dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA
B.
1.

Tinjauan Pustaka
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran.
Sudjana (2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif
dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono
(2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
2.

3.

Cara Pemecahan Masalah


Untuk memecahkan masalah tersebut
akan dilaksanakan tindakan kelas terdiri dari
siklus yang menggunakan alat peraga yang
berbeda pada setiap pembelajaran. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
terdiri atas: persiapan program (planning),
pelaksanakan tindakan (action), pengamatan
kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi
terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation),
dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus
dengan berpatokan pada refleksi awal.
4.
a.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Lumbanjaya dalam pelajaran IPA materi

80 | ISSN : 2459-9743

Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses pembuatan
energi atau zat makanan/ glukosa yang
berlangsung atas peran cahaya matahari (photo
= cahaya , syntesis = proses pembuatan/
pengolahan) dengan menggunakan zat hara/
mineral, karbon dioksida dan air. Mahluk
hidup yang mampu melakukan fotosintesis
adalah tumbuhan alga dan beberapa jenis
bakteri. Fotosintesi sangat penting bagi
kehidupan dibumi karena hampir semua
mahluk hidup bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses fotosintesis.
a. Fungsi Fotosintesis
1) Fungsi
utama
fotosintesis
untuk
memperoduksi zat makanan berupa
glukosa. glukosa menjadi bahan bakar
dasar pembangun zat makanan lainya,
yaitu lemak dan protein dalam tubuh
tumbuhan. zat zat ini menjadi makanan

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 79 - 83

bagi hewan maupun manusia. oleh karena


itu, kemampuan tumbuhan mengubah
energi cahaya ( sinar matahari) mejadi
energi kimia ( zat makanan ) selalu
menjadi mata rantai makanan.
2) Fotosintesis membantu membersihkan
udara, yaitu mengurangi kadar CO2 (
karbon dioksida) diudara karena CO2
adalah bahan baku dalam proses
fotosintesis. sebagai hasil akhirnya, selain
zat makanan adalah O2 (oksigen) yang
sangat dibutuhkan untuk kehidupan.
3) Kemampuan tumbuhan berfotosintesis
selama masa hidupnya menyebabkan sisasisa tumbuhan yang hidup masa lalu
tetimbun didalam tanah selama berjutajuta tahun menjadi batubara menjadi
sumber energi saat ini.
b. Proses Fotosintesis
Tumbuhan bersifat autorof. Autorof
artinya dapat mensistesis makanan langsung
dari
senyawa
anorganik.
tumbuhan
menggunakan karbon dioksida dan air untuk
menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan
proses
ini
berasal
dari
fotosintesis, berikut adalah persamaan reaksi
fotosintesis yang menghasilkan glukosa:
6H20 + 6CO2 ______________ C6H12O6(glukosa) +6O2

Glukosa
dapat
digunakan
untuk
membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai
bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui
respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan
maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang
terjadi pada respirasi seluler berkebalikan
dengan persamaan diatas. Pada respirasi, gula
(glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbon
dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan
menangkap cahaya menggunakan pigmen yang
disebut klorofil. pigmen inilah yang memberi
warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat
dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil
menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis.
Alga terdiri dari alga multi seluler seperti
ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya
terdiri dari satu sel. meskipun alga tidak
memliki sturuktur se-kompleks tumbuhan
darat, fotosintesis pada keduanya terjadi
dengan cara yang sama hanya saja karena alga
memiliki berbagai jenis pigmen dalam
kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya
yang diserapnya pun lebih bervariasi.

3.

Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut: pemanfaatan lingkungan sekolah akan
meningkatkan hasil belajar IPA materi
fotosintesis pada siswa kelas IV di SD Negeri
Lumba Jaya.
C.
1.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
dari hasil pengolahan data penelitian
dapat dideskripsikan data penelitian sebagai
berikut:
a. Data sebelum perlakuan pengajaran siklus
I
1) Jumlah siswa yang mendapat nilai 40
ada 1 siswa , nilai 50 ada 3 siswa,
nilai 60 ada 4 siswa nilai 70 ada 4
siswa, nilai 75 ada 3 siswa dan nilai
80 ada 2 siswa, sehingga nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah
80 dan nilai terendah 40 dengan
demikian rata-rata yang diperoleh
siswa sebesar 65.
2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas
sebanyak 5 orang.
3) Siswa yang mendapat nilai antara 60
sampai 74 sebanyak 12 orang.
4) Siswa yang mendapat nilai kurang
antara 60 sebanyak 4 orang.
5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 65
keatas) sebanyak 13 oorang dari
jumlah 21 siswa atau 61, 91%
sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 8 orang dari jumlah 21
siswa atau 38, 09%
b. Data nilai siswa setelah perlakuan
pengajaran siklus I
1) Jumlah siswa yang mendapat nilai 50
ada 1 siswa , nilai 60 ada 3 siswa,
nilai 70 ada 7 siswa nilai 75 ada 5
siswa nilai 80 afa 3 siswa nilai 85 ada
2 siswa sehingga nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 85 dan nilai
terendah 50 dengan demikian nilai
rata-rata yang diperoleh siswa
sebesar 72.
2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas
sebanyak 10 orang.
3) Siswa yang mendapat nilai antara 60
sampai 74 sebanyak 10 orang.
4) Siswa yang mendapat nilai kurang
dari 60 sebanyak 1 orang.
5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 65
keatas) sebanyak 17 orang dari

ISSN : 2459-9743 | 81

Mariana | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

jumlah 21 siswa atau 80, 95%


sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 4 orang dari jumlah 21
siswa atau 19, 05%.
Dari data diatas apabila disusun dalam
bentuk histogram sebagai berikut :
1) Jumlah siswa yang mendapatkan nilai
60ada 1 siswa, nilai 70 ada 4 siswa,
nilai 75 ada 6 siswa, nilai 80 ada 5
siswa, nilai 85 ada 3 siswa, dan nilai
90 ada 2 siswa,
sehingga nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah
90 dan nilai terendah 60 dengan
demikian rata rata yang diperoleh
siswa sebesar 77.
2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas
sebanyak 16 0rang
3) Siswa yang mendapat nilai antara 60
sampai 74 sebanyak 5 oran
4) Siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari 60 sebanyak 0 orang.
5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 65
keatas) sebanyak 20 orang dari 21
siswa atau 95, 24%, sedangkan anak
yang belum tuntas sebanyak 1 orang
dari jumlah 21 siswa atau 4, 76%.

memahami materi ternyata lebih baik dari pada


siklus I (pada siklus II).
Suasana belajar terlihat hidup dan siswa
sangat bergairah kalau dilihat dari tes formatif
ternyata ada peningkatan nilai rata-rata kelas
dari 72 menjadi 77. Dengan melihat hasil
diatas maka dapat dijelaskan: dari perhitungan
rata-rata
nilai
yang
diperoleh
anak
pembelajaran setelah siklus pertama dan
setelah siklus kedua serta ketiga serta ketiga
menunjukkan bahwa siswa semakin menguasai
materi
pelajarannya
jika
dalam
penyampaiannya
dilakukan
dengan
menggunakan media pembelajaran yang
bersifat interaktif dalam proses belajar
sehingga ia akan mendapatkan hasil belajar
yang baik. Berdasarkan hasil penelitian telah
dianalisis
menunjukkan
bahwa
media
pembelajaran memiliki hubungan dengan
prestasi belajar.
D.
1.
a.

Tabel 3. Nilai Belajar IPA Siswa


dalam Tiap Siklus
b.

2.

Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa
sebagian siswa belum tuntas dalam belajarnya
(pada siklus I) dikarenakan penggunaan
lingkungan sekolah yang kurang spesifik dari
guru sehingga kurang dapat membangkitkan
siswa dalam belajar dengan optimal, sehingga
siswa belum dapat menyerap materi yang
diberikan oleh guru dengan baik dan benar.
Setelah refleksi diri guru mengubah media
pembelajaran lingkungan tanpa kertas kerja
siswa dengan alat peraga lingkungan dengan
penambahan lembar kerja yang harus diisi saat
pengamatan yang memungkinkan siswa
mengamati dan memperhatikan dengan baik.
Hal ini dilakukan untuk penguatan siswa dalam

82 | ISSN : 2459-9743

2.
a.

b.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Nilai rata-rata pemahaman siswa akan
peristiwa fotosintesis siswa kelas IV pada
sebelum siklus sebesar 64, pada siklus I
sebesar 72 dan pada siklus II sebesar 77
sehingga terdapat kenaikan nilai rata rata
dari sebelum siklus I selanjutnya ke siklus
II.
Presentase ketuntasan belajar siswa pada
pra siklus menunjukan angka sebesar
61,91% (13 siswa tuntas dalam belajarnya
dari seluruh peserta 21 siswa), pada siklus
I sebesar 80, 95% (17 siswa tuntas dalam
belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa)
dan pada siklus II sebesar 95,24%(20
siswa tuntas dalam belajarnya dari
seluruh peserta 21 siswa). Dengan
demikian
terdapat
peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke
siklus II
Saran
Untuk Guru
Guru
sebaiknya
memilih
dan
menggunakan media pembelajaran yang
lengkap sesuai dengan topik nyang
dibahas dalam proses belajar mengajar
dan memberikan dorongan/ motivasi
kepada siswa untuk memilih cara belajar
yang baik.
Untuk sekolah
1) Sekolah sebaiknya menggiatkan
kelompok-kelompok belajar, sebab
dengan kelompok belajar tersebut
maka waktu dan kualitas belajar akan

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 79 - 83

2)

meningkat karena antar anggota


kelompok akan saling bertukar
pikiran.
Menyediakan media pembelajaran
yang
sesuai
dengan
materi/
kurikulum khususnya pada mata
pelajaran IPA.

Daftar Pustaka
Achmadi, A., & Supriyono, W. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rahadi, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat
Tenaga
Kependidikan
Depdikbud
Supriyadi, D. 2000. Anatomi Buku Sekolah di
Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita

ISSN : 2459-9743 | 83

Elyarosya | Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring


melalui Media Pias-Pias Kata pada Siswa Kelas I
SD Negeri Lumban Jaya
Elyarosya
Guru SD Negeri Lumban Jaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring melalui
media pias-pias kata pada siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya. Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Lumban Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan
penelitian diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca nyaring siswa meningkat dari 35% pada
pengukuran awal, menjadi 60% pada siklus I, dan meningkat hingga 95% pada siklus II. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengguna media pias-pias kata efektif meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya.
Kata kunci: membaca nyaring, media pias-pias kata
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Fokus utama tujuan pengajaran Bahasa
Indonesia meliputi empat aspek keterampilan
berbahasa yakni keterampilan menyimak,
keterampialn
berbicara,
keterampilan
membaca dan menulis, keempat aspek
kemampuan
berbahasa
tersebut
saling
berkaiterat, sehingga merupakan satu kesatuan
dan bersifat hirarkis, artinay keterampilan
berbahasa yang satu akan mendasari
keterampilan berbahasa yang lain.
Di sekolah pembelajaran Bahasa Indonesia
memang memiliki peranan yang sangat penting
dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.
Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam
darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57),
bahwa pembelajaran membaca, buru dapat
berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan
anak anak indonesia. Dalam pembelajaran
membaca guru dapat memilih wacana yang
berkaitan
dengan
tokoh
nasional,
kepahlawanan,
kenusantaraan,
dan
kepariwisataan.
Selain
itu,
melalui
pembelajaran
membaca
guru
dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan
bernalar dan kreativitas anak didik.
Untuk mengetahui seberapa banyak siswa
kelas I SD Negeri Lumba Jaya yang belum
lancar membaca,guru memberikan ulangan
atau tes tentang membaca.melalui tes membaca
dapat diketahui baik tidaknya kemampuan

84 | ISSN : 2459-9743

membaca nyaring.Pengaruh penggunaan media


pada proses pembelajaran memberikan
dorongan pada guru dalam menyampaikan
pembelajaran membaca nyaring.Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran membaca
nyaring adalah penggunaan media pias pias
kata.penggunaan media tersebut harus
disesuaikan dengan materi pokok bahasan
yang akan disampaikan misalnya kartu
nama,kartu huruf,kartu suku kata,kartu suku
kata,kartu kata atau pias pias kata dan kartu
kalimat.media tersebut digunakan dalam
pembelajaran membaca nyaring pada siswa
kelas I sekolah dasar.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
apakah penggunaan media pias-pias kata dapat
meningkatkan keterampilan membaca nyaring
pada siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan membaca
nyaring melalui media pias pias kata pada
siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran.
2) Dapat memberikan masukan kepada
instansi terkait dalam mengambil

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 84 - 87

b.

kebijakan yang dapat menunjang


proses pembelajaran.
Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, menemukan solusi
untuk meningkatkan keterampilan
membaca nyaring pada siswa kelas I.
2) Bagi siswa menjadi lebih terampilan
dalam membaca nyaring.
3) Bagi institusi, kepala sekolah dapat
mensosialisasikan kepada rekan guru
sehingga
terinspirasi
untuk
menggunakan media pias pias kata
dalam
pembelajaran
membaca
nyaring siswa kelas I.

B.
1.

Kajian Pustaka
Keterampilan Membaca Nyaring.
Kemampuan membaca merupakan suatu
kemampuan untuk memahami informasi atau
wacana yang disampaikan pihak lain melalui
tulisan. Kemampuan membaca yang baik
merupakan salah satu kunci untuk mencapai
sukses dalam pendidikan dan merupakan dasar
untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika
anak pada usia sekolah tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka anak mengalami
kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang
studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena
itu maka dalam mengajarkan ketrampilanketrampilan membaca nyaring, sang guru harus
bisa memahami proses komunikasi dua arah
(Dawson, dkk, 1963:215-216).
2. Media Pias-Pias Kata.
Pias-Pias kata adalah tiap satu helai berisi
satu kata. Media pias-pias kata dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
dapat
memberikan
pengalaman
kongkrit,
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
mempertinggi daya serap serta siswa dapat
memusatkan perhatiannya dalam belajar.
Melalui penggunaan media pias-pias kata
diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas
dari pelajaran Bahasa Indonesia dapat
memberi pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar sehingga hasilnya akan lebih
baik. Media pias-pias kata ini menggunakan
kertas berwarna untuk menarik perhatian
siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.
C.
1.
a.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian.
Deskripsi Kondisi Awal.
Setelah peneliti mencermati ternyata
siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal
ini disebabkan oleh guru yang dalam
pembelajaran membaca nyaring sering

menggunakan metode ceramah, sehingga siswa


mendapat pemahaman yang masih abstrak.
Pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang
bergairah khususnya untuk Kompetensi Dasar
3.1. Membaca Nyaring Suku Kata dan Kata
dengan Lafal yang Tepat Belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu
ditetapkan 65. Nilai rata-rata yang dicapai dari
20 siswa adalah 57, 50 ada 2 siswa yang
mendapat nilai 80, 5 siswa mendapatkan nilai
70, 4 siswa mendapat nilai 60, 5 siswa
mendapat nilai 50, 4 siswa mendapat nilai 40.
b. Data Hasil Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan
selama pelaksanaan pembelajaran secara
kolaboratif antara guru dan peneliti dengan
supervisor dan teman sejawat dengan
menggunakan instrumen monitoring yang telah
direncanakan secara kolaboratif pula agar
mendapatkan data yang lebih lengkap. Hal-hal
diobservasi oleh kepala sekolah atau
supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran membaca
nyaring dengan menggunakan pias-pias kata
pada saat pra pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
Aktivitas
belajar
siswa
dalam
pembelajaran di observasi oleh teman sejawat
hal hal yang diobservasikan adalah kegiatan
keterlibatan
siswa
dalam
tahap
pra
pembelajaran,
kegiatan
pembukaan
pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan
kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan
siswa atau aktivitas siswa dalam pembelajaran
diperoleh dari lembar observasi aktivitas
belajar
siswa.
setelah
dilaksanakan
pembelajaran siklus I.
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan
secara kolaboratif antara supervisor, teman
sejawat dan peneliti menunjukan bahwa
ketertarikan siswa kelas I dalam belajar
membaca nyaring dengan pias-pias kata
mengalami peningkatan, pada kondisi awal
35% menjadi 60% pada siklus I berarti naik
25%. Hal ini dapat diamati pada prose yang
yang menghidupkan suasana pembelajaran
sehingga siswa belum mampu memcahkan
masalah.kemampuan guru dalam menerpakan
membaca nyaring dengan pias-pias kata pada
saat
pra
pembelajaran
,membuka
pembelajaran,kegiatan inti,dan kegiatan akhir
atau penutup mengalami peningkstsn dari
kondisi awal mencapai poin 1,9 dalam kriteria
cukup baik menjadi 3,24 dalam kriteria sangat
baik pada siklus I naik 1,34 poin. Hasil belajar
siswa pada tes akhir atau pada ulangan harian

ISSN : 2459-9743 | 85

Elyarosya | Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring

mengalami peningkatan presentase siswa


tuntas belajar pada kondisi awal 35% menjadi
60% pada siklus I berarti naik 25%. Namun
hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
tentang membaca nyaring secara klasikal
belum memuaskan, indikator keberhasilan
penelitian ini hasil belajar diharapkan
mencapai KKM 65 dan jumlah siswa tuntas
mencapai 75%. Hasil yang dicapai rata rata
kelas baik, telah mencapai 70 namun jumlah
siswa yang tuntas belajar baru mencapai 60%
berarti belum tuntas.
2. Pembahasan
a. Observasi Tindakan Siklus I
Berdasarkan tabel tingkat pencapaian
hasil belajar siswa pada kondisi awal
menunjukan rata rata kelas nilai ulangan
harian 57,5. Dari 20 siswa, 2 siswa mendapat
nilai 80, 5 siswa mendapat nilai 70, 4 siswa
mendapat nilai 60, 4 siswa mendapat nilai 50,
dan 5 siswa mendapat nilai 40. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 65 siswa tuntas
belajar 7 siswa presentase tuntas belajar 35%,
siswa belum tuntas belajar 13 siswa presentase
belum tuntas belajar 65% nilai terendah 40 dan
nilai tertinggi 80. Setelah dilaksanakan
pembelajaran membaca nyaring dengan piaspias kata pada siklus I nilai rata rata kelas
ulangan harian menjadi 70 dari 20 siswa, 8
siswa mendapat nilai 60, 6 siswa mendapat
nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa
mendapat 90.
Presentase
tuntas
belajar
klasikal
meningkat dari kondisi awal dari 35% menjadi
60% setelah dilaksanakan siklus I, tetapi belum
mencapai indikator keberhasilan penelitian ini
yaitu 75% siswa tuntas belajar. Dari hasil
wawancara
ketika
kegiatan
refleksi
pembelajaran tentang ketertarikan siswa pada
pelajaran Bahasa indonesia dengan media piaspias kata menunjukan bahwa pada kondisi awal
dari 20 siswa yang tertarik 7 siswa (35%), 4
siswa cukup tertarik (20%), siswa yang kurang
tertarik 9 siswa (45%). Setelah dilaksanakan
siklus I terjadi peningkatan dari 20 siswa 12
siswa tertarik (60%), 5 siswa cukup tertarik
(25%), 3 siswa kurang tertarik (15%) aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan media pias-pias kata
mencapai rata rata 65,65%. Pada siklus
I.kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran membaca nyaring dengan piaspias kata pada mata pelajaran bahasa indonesia
telah terjadi peningkatan hal ini terlihat dari
data hasil observasi baik menjadi 3,24 kriteria
sangat baik pada siklus I.

86 | ISSN : 2459-9743

b.

Observasi Tindakan Siklus II


Berdasarkan tabel tingkat pencapaian
hasil belajar siswa pada kondisi awal
menunjukan rata rata kelas nilai ulangan
harian 57,5 dari 20 siswa 2 siswa mendapat
nilai 80,5 siswa mendapat nilai 70,4 siswa
mendapat nilai 60,4 siswa mendapat nilai 50
dan 5 siswa mendapat nilai 40. Kriteria
ketuntasan Minimal (KKM) 65, siswa tuntas
belajar 7 siswa presentase tuntas belajar 35%,
siswa belum tuntas belajar 13 siswa presentase
belum tuntas belajar 65% nilai terendah 40 dan
nilai tertinggi 80. Setelah dilaksanakan
pembelajaran membaca nyaring dengan piaspias kata pada siklus I nilai rata rata kelas
ulangan harian menjadi 70 dari 20 siswa, 8
siswa mendapat nilai 60, 6, siswa mendapat
nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa
mendapat 90.
Hasil tindakan pada siklus II menunjukan
terjadi peningkatan pada tingkat pencapaian
hasil belajar siswa yaitu nilai rata rata kelas
ulangan harian menjadi 81,75. Dari 20 siswa 1
siswa mendapat nilai 60, 1 siswa mendapat
nilai 65, 3 siswa mendapat nilai 75, 8 siswa
mendapat 80, 2 siswa mendapat nilai 85, 2
siswa mendapat nilai 90, 1 siswa mendapat
nilai 95, dan 2 siswa mendapat nilai 100.
Dengan presentase tuntas belajar klasikal 5%,
nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Nilai
rata rata kelas pada kondisi awal 57,5
meningkat menjadi 70 pada siklus I 50 point
diatas KKM. Dari siklus I ke siklus II meningkat
mendapat 81,75 atau 16,75 point diatas KKM.
Persentase tuntas belajar klasikal meningkat
dari kondisi awal dari 35% menjadi 60%
setelah siklus I, dan menjadi 95% setelah siklus
II sudah mencapai indikator keberhasilan
penelitian ini yaitu 7% siswa tuntas belajar.
D.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan yang telah
dilaksanakan dalam dua siklus dan indikator
indikator yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Media pias-pias kata dapat meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran
bahasa
indonesia
khususnya membaca nyaring pada siswa
kelas 1 SDN Lumba Jaya
2. Media pias-pias kata dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada mata
pelajaran bahasa indonesia khususnya
membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN
Lumba Jaya.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 84 - 87

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Barto. 2005. Penilaian Hasil Belajar dan
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya
University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan
Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian
Tindakan. Malang: IKIP.
Waluyo, H.J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta:
Erlangga.

ISSN : 2459-9743 | 87

Rosmaida | Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan


dengan Menggunakan Media Kartu Huruf
pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu
Rosmaida
Guru SD Negeri 2 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I.B dalam
membaca permulaan dengan menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2 Sekayu. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 2 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu sebanyak 33
orang yang terdiri dari 19 laki-laki 14 perempuan. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini
menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar membaca permulaan siswa dari sebesar 45,5% pada
siklus I menjadi 85% pada siklus II. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media kartu huruf efektif meningkatkan kemampuan membaca awal siswa kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu.
Kata kunci : membaca permulaan, media kartu hururf
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan membutuhkan
kerja keras secara bersama- sama dan terus
menerus antara pihak keluarga, sekolah,
masyarakat maupun negara karena pada
dasarnya pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama. Di dalam perkembangan dunia
pendidikan pada masa sekarang menuntut
seorang
guru
untuk
kreatif
dalam
menyampaikan kompetensi yang harus
dikuasai siswa.
Proses belajar mengajar akan lebih efektif
bila
guru
menggunakan
perangkat
pembelajaran yang tepat. Penggunaan media
pembelajaran
yang
tepat
akan
lebih
memudahkan
seorang
guru
dalam
penyampaian materi kepada siswa. Oleh karena
itu, penerapan pembelajaran menulis dan
membaca harus benar-benar tuntas.
Kemampuan membaca sangat penting
bagi anak-anak untuk belajar di tingkat yang
lebih tinggi. Namun tingkat kesiapan anak dan
minat anak tetap harus diperhatikan. Akan
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa anakanak di kelas rendah di bangku SD akan merasa
tertekan jika diajari membaca, karena belum
siap menerima pengajaran yang diberikan.
Padahal
kemampuan
membaca
sering

88 | ISSN : 2459-9743

digunakan sebagai ukuran keberhasilan


pendidikan anak usia.
Namun ada pula yang mengatakan bahwa
mengajarkan anak membaca sejak dini bisa saja
dilakukan. Bahkan kemampuan ini dapat
diperkaya dan memperluas pengetahuan
berpikir anak asalkan anak sudah siap, punya
minat, rasa ingin tahu yang kuat dan jangan
memaksakan anak, karena bagaimanapun juga
kesiapan anak untuk belajar itu tidak sama
yang paling penting kegiatan itu dilaksanakan
dengan menyenangkan.
Namun kenyataan yang ada, berdasarkan
pengamatan di kelas I SD Negeri 2 Sekayu,
kemampuan anak sangat berbeda dilihat dari
sisi anak. Ada anak yang belum mengenal huruf
atau belum memahami, ini dilihat dari anak
tersebut bila diajak membaca harus dituntun.
Ada anak yang sangat pendiam sehingga
kurang mampu diajak berkomunikasi, anak
seperti ini biasanya suaranya kurang jelas dan
hanya berbisik.
Kenyataan tersebut dapat disebabkan oleh
pembelajaran di kelas diantaranya medianya
yang kurang menarik sehingga anak kurang
berminat, atau juga dari metode yang
digunakan lebih banyak memakai papan tulis
atau poster sehingga membosankan bagi anak.
Permainan sebagai salah satu metode dalam
pembelajaran jarang digunakan.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 88 - 91

Berdasarkan uraian latar belakang diatas


maka penulis terdorong untuk melaksanakan
penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa
Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah penggunaan media kartu huruf
dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada siswa kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu?
3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
kelas I.B dalam membaca permulaan dengan
menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2
Sekayu.
4.
a.
b.

c.

B.
1.

Manfaat Penelitian
Bagi siswa: meningkatkan aktivitas dan
kemampuan dalam membaca pemulaan.
Bagi penulis: meningkatkan kreativitas,
profesionalisme dan pola ajar yang
bermutu
Bagi Sekolah: mengetahui masalah proses
belajar di sekolah, bahan refleksi terhadap
kemajuan sekolah dan meningkatkan
mutu kualitas dan kuantitas sekolah.

Kajian Pustaka
Membaca Permulaan
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif
untuk memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahasa tulis,
disamping itu, membaca juga merupakan suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/ bahan tulis (Sumadyo,
2011:5).
Membaca permulaan adalah membaca
yang diajarkan secara terprogram kepada anak
di kelas rendah sekolah dasar. Program ini
menunjukkan perhatian pada perkataanperkataan utuh, bermakna dalam konteks
pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang
diberikan melalui permainan dan kegiatan yang
menarik sebagai perantara pembelajaran
(Susanto, 2011).
Sehubungan dengan itu, maka membaca
permulaan berarti ketepatan dan kecepatan
anak memahami kata dan baris-baris kalimat
serta pengenalan bacaan atau lambang tulis.

Persiapan
membaca
didukung
dengan
pengalaman keaksaraan seperti membaca buku
atau sering menggunakan tulisan maupun
simbol saat pembelajaran. Bahan-bahan untuk
membaca permulaan harus sesuai dengan
bahasa dan pengalaman anak.
Kemampuan membaca dimulai ketika
anak senang mengeksplorasi buku dengan cara
memegang atau membolak- balik buku,
berpura-pura membacanya. Kebiasaan ini
menjadi tanda bahwa minat baca anak mulai
tumbuh. Dari sini dapat dijelaskan hubungan
antara tulisan, bunyi yang dikeluarkan dari
tulisan itu serta artinya, berarti anak mulai
mengerti fungsi tulisan atau bacaa (Aminah,
2012).
2.

Media Kartu Huruf


Media pembelajaran mempunyai peranan
yang penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya media, proses
kegiatan belajar mengajar akan semakin
dirasakan manfaatnya. Penggunaan media
diharapkan akan menimbulkan dampak positif,
seperti timbulnya proses pembelajaran yang
lebih kondusif, terjadi umpan balik dalam
proses belajar mengajar, dan mencapai hasil
yang optimal. Berbicara mengenai media, tentu
memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu,
masalah media akan dibatasi ke arah yang
relevan dengan pembelajaran yaitu media
pembelajaran.
Kartu huruf di sini dipahami sebagai
media (alat) dalam pengajaran, yang mana
melaluinya simulasi dari inti pengajaran
disampaikan baik secara deskriptif maupun
demonstratif, yang tentunya ini menandaskan
pada fungsinya sebagai penyampai pesan
(Gagne dalam Rita, 2009:222). Dalam konteks
media pembelajaran bagi AUD, media
merupakan segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang anak didik
untuk belajar (Briggs dalam Rita, 2009:222).
Melihat wujud dan cara penggunaannya, media
terdiri atas: 1) media grafis; 2) media audio;
dan 3) media proyeksi diam (Sadiman,
2006:26)
Media yang sifatnya gambar dapat juga
disebut sebagai media grafis atau lebih dikenal
juga bentuk media visual. Maka kartu huruf
bergambar di sini merupakan media
bergambar tentang sesuatu (baik benda,
lanskap atau suasana tertentu) lalu disertakan
dengan huruf yang mengarah pada pembacaan
dari gambar yang ada di kartu tersebut.
Langkah-langkah
pembelajaran
menggunakan kartu huruf yaitu siswa disuruh

ISSN : 2459-9743 | 89

Rosmaida | Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan

mengambil kartu huruf yang telah disediakan


secara acak sesuai dengan perintah guru, siswa
disuruh mengambil huruf konsonan, vokal,
konsonan, vokal hingga tersusun kata berpola
KV-KV. Selanjutnya kemudian siswa diminta
membaca kata yang berbentuk demikian
berulang-ulang untuk melatih dan memperkaya
kosakata pada anak. Kemudian, pada tindakan
selanjutnya disiapkan kosa kata yang lebih
rumit dan harus dibaca siswa. Kosa kata ini
lebih menantang dan lebih membutuhkan
perhatian dari siswa.
Selanjutnya disiapkan pula kalimatkalimat berpola sederhana (SPO) yang harus
dibawa dengan bantuan alat peraga kartu huruf
berwarna dan kegiatan pada langkah kedua
pada prinsipnya sama dengan langkah pertama
hanya materi kosakata yang menjadi bahan
belajar rumit, itu dimaksudkan untuk
memperkaya kosakata serta meningkatkan
keterlatihan siswa dan pada akhirnya menuju
kalimat-kalimat sederhana dengan pola S-P-O.
3.

Hipotesis Tindakan
Penggunakan media kartu huruf dapat
meningkatkan kemampuan membaca awal
pada siswa Kelas 1.B SD Negeri 2 Sekayu.
C.
1.

Metode Penelitian
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2
Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi
Banyuasin. Subjek penelitian adalah siswasiswi kelas 1.B tahun pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 19
laki-laki 14 perempuan.

2.
a.

Sumber dan Analisis Data


Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri dari data hasil belajar
siswa, data rencana pembelajaran, dan data
hasil observasi siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran.
b. Cara Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan lembar observasi siswa dan
guru, data refleksi serta perubahan yang terjadi
di kelas diambil dari laporan yang dibuat
peneliti
dan
data
keterkaitan
antara
perencanaan dengan pelaksanaan diambil dari
rencana pembelajaran dan lembar observasi.
c. Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif kualitatif
dengan menggunakan teknik persentase untuk

90 | ISSN : 2459-9743

melihat
kecenderungan
pembelajaran.
D.
1.
a.
1)

pada

bagian

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Dari hasil observasi pada siklus pertama
diketahui bahwa ada 15 siswa yang terlihat
aktif dan 18 siswa yang masih bersikap pasif
dalam proses pembelajaran. Ini berarti secara
keseluruhan siswa I.B SD Negeri 2 Sekayu
masih banyak pasif yakni sebesar 55,5%.
2) Hasil Belajar Siswa.
Dari hasil belajar siswa pada siklus
pertama ini diketahui bahwa ketuntasan
belajar baru mencapai 45,5%. Ini berarti baru
terdapat 15 orang siswa yang
berhasil
meningkatkan kemampuan membaca awalnya.
Sedangkan 18 orang peserta didik lain masih
belum tuntas belajar. Hal ini dikarenakan siswa
belum termotivasi untuk mengikuti belajar
membaca permulaan karena pembelajaran
dalam siklus ini belum menggunakan media
kartu huruf.
b. Siklus Kedua
1) Hasil Observasi Proses Pembelajaran.
Dari hasil observasi pada siklus kedua ini
diketahui bahwa ada 28 siswa yang terlihat
aktif dan 5 siswa yang masih bersikap pasif
dalam proses pembelajaran. Ini berarti secara
keseluruhan siswa I.B SD Negeri 2 Sekayu
sudah bersikap aktif yakni sebesar 85%.
Peningkatan aktivitas ini terjadi karena pada
siklus ini peneliti telah menggunakan media
kartu huruf untuk meningkatnya kemampuan
membaca permulaan pada para subyek
penelitian.
2) Hasil Belajar Siswa.
Dari hasil belajar siswa pada siklus kedua
ini diketahui bahwa ketuntasan belajar telah
mencapai 85%. Ini berarti telah terdapat 28
orang siswa yang
berhasil meningkatkan
kemampuan membaca awalnya. Sedangkan 5
orang peserta didik lainnya masih belum tuntas
belajar. Hal ini dikarenakan siswa telah
termotivasi untuk mengikuti belajar membaca
permulaan karena pembelajaran dalam siklus
ini telah menggunakan media kartu huruf.
Karena standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dalam pembelajaran ini telah ditetapkan
sebesar 70 poin, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian ini telah melampaui
KKM
sehingga
penelitian
peningkatan
kemampuan
membaca
awal
dengan
menggunakan media kartu huruf ini dinyatakan
efektif dan berhasil.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 88 - 91

2.

Pembahasan.
Hasil belajar siswa pada tindakan
perbaikan pembelajaran siklus pertama
mempunyai rata-rata sebesar 45,5 dengan
standar Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar
70 poin. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran belum tuntas. Hasil belajar siswa
pada siklus kedua menunjukkan rata-rata
sebesar 85 dengan KKM sebesar 70, berarti
proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus ke II ini mampu menunjukkan
proses pembelajaran dan mencapai tujuan
pembelajaran secara menyeluruh setelah
menggunakan media kartu huruf, baik dilihat
dari individu maupun rata-rata keseluruhan
siswa dan hasil observasi yang dilakukan oleh
teman sejawat dan pembimbing menunjukkan
adanya kemunculan aspek-aspek yang diamati.
E.
1.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media kartu
huruf efektif meningkatkan kemampuan
membaca permulaan pada siswa kelas I-B SDN
2 Sekayu hal ini dapat dilihat dari peningkatan
indikator
keberhasilan
yaitu sebesar
45,5% (siklus I) menjadi 85% (siklus II).

2.

Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan
agar sekolah dan para guru, khususnya yang
mengajarkan mata pelajaran membaca, dapat
menggunakan media kartu huruf untuk
membantu
mempercepat
peningkatan
kemampuan membaca siswa, khususnya pada
siswa kelas rendah dan atau pada siswa yang
memiliki kesulitan dalam melakukanaktivitas
membaca.
Daftar Pustaka
Harimurti, K. 1985. Tata Bahasa Deskriptif
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mendiknas RI. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi Kemdiknas.
Sudjana, N. 2001. Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Rosdakarya.
Wardani. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Depdikbud.

ISSN : 2459-9743 | 91

Elfarini | Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi
Manusia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
Elfarini
Guru SMA Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
HAM dalam mata pelajaran PKn pada siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga pembelajaran PKn
menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini terdiri atas 3 siklus. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan memecahkan masalah dalam
pembelajaran PKn materi Hak Asasi Manusia meningkat dari 28,12% pada pengukuran awal (prasiklus) menjadi 81,25% pada pengukuran akhir (siklus III). Dari data penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning efektif meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi hak asasi manusia
pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
Kata kunci: memecahkan masalah, problem based learning
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu
melaksankan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara yang baik, yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengalaman selama ini, siswa kurang aktif
dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak
cenderung tidak begitu tertarik dengan
pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn
dianggap sebagai pelajaran yang hanya
mementingkan
hafalan
semata,
kurang
menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PKn
siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil
belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal
dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara
lain : motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan
dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar
siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan

92 | ISSN : 2459-9743

belajar, strategi pembelajaran, sarana dan


prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Disinilah guru dituntut untuk merancang
kegiatan
pembelajaran
yang
mampu
mengembangkan kompetensi, baik dalam
ranah kognitif, ranah afektif maupun
psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran
yang berpusat pada siswa dan penciptaan
suasana yang menyenangkan sangat diperlukan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis
memilih model pembelajaran berbasis masalah
atau
Problem
Based
Learning
dalam
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
Berdasarkan
uraian
diatas
maka
Penetitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang
untuk mengkaji penerapan pembelajaran
model Problem Based Learning dalam mata
pelajaran PKn.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah pembelajaran model
problem based learning dapat meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah HAM
dalam mata palajaran PKn?

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 92 - 95

3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada
siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga
pembelajaran
PKn
menjadi
lebih
menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
4. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktik, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar
dalam pelajaran PKn di Sekolah SMA
Negeri 3 Sekayu.
b. Mengembangkan kualitas guru dalam
mengajarkan
pendidikan
kewarganegaraan di Sekolah Menengah
Atas.
c. Memberikan
alternatif
kegiatan
pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan.
d. Menciptakan
rasa
senang
belajar
Pendidikan Kewarganegaraan selama
pelajaran berlangsung dengan adanya the
involvement of participation melalui
problem based learning.
B.

Kajian Pustaka
Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis masalah adalah metode
pengajaran
yang
bercirikan
adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan (Duch, 1995)
Bound & Felleti (1991) menyatakan
bahwa problem based learning is a way of
constructing and teaching course using problem
as a stimulus and focus on student activity.
Senada
dengan
itu,
Barrows
(1982)
menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah (problem) dapat digunakan
sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBL
adalah metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan
dan
mengintegrasikan
pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa PBL adalah metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam
kelompok
untuk
mencari
penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Stimulasi
masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan
siswa
sebelum
mulai
mempelajari suatu objek. PBL menyiapkan

siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis,


serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan
untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
dengan situasi berorientasi pada masalah,
termasuk didalamnya belajar bagaimana
belajar. Menurut Ibrahim & Nur (dalam
Nurhadi dkk, 2004) pembelajaran berbasis
masalah dikenal dengan nama lain seperti
Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek),
Eksperience-Based
Education
(Pendidikan
berdasarkan pengalaman), Autentik Learning
(Pembelajaran Autentik), dan Anchored
Instruction atau pembelajaran yang berakar
pada dunia nyata.
Peranan guru dalam pembelajaran
berbasis masalah adalah adanya penyajian
masalah,
mengajukan
pertanyaan
dan
menfasilitasi
penyelidikan
dan
dialog.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat
dilaksanakan tanpa guru mengembangkan
lingkungan
kelas
yang
memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka,
secara garis besar pembelajaran berbasis
masalah terdiri dari penyajian kepada siswa
situasi masalah autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelideikan secara inkuiri.
C.

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan 3 siklus. Dari
instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh data sebagai berikut:
1. Kemampuan Memecahkan Masalah.
Data ini diperoleh dengan menggunakan
rubrik penilaian kemampuan memecahkan
masalah dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 1
Lembar Observasi

ISSN : 2459-9743 | 93

Elfarini | Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Keterangan:
a.
Mengamati gambar/ foto
b.
Tidak mengamati gambar/ foto
c.
Aktif bertanyajawab tentang gambar/ foto
d.
Tidak aktif bertanyajawab
e.
Mampu menceritakan unsur-unsur HAM pada
gambar
f.
Tidak mampu menceritakan unsur-unsur HAM
pada gambar
g.
Aktif mempresentasikan hasil diskusi
h.
Tidak aktif mempresentasikan hasil diskusi

3.

Hasil evaluasi
Data hasil belajar siswa dapat dilihat dari
diagram dibawah ini:
Grafik 1
Ketuntasan Belajar Siswa

2.

Aktivitas Belajar Siswa


Hasil observasi yang dilakukan guru
terhadap aktivitas siswa sebelum dan sesudah
perbaikan terdapat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.
Aktivitas Belajar Siswa

Keterangan :
a. Terlibat aktif, artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh,
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
dengan
benar
tentang
materi
pembelajaran
b. Terlibat pasif, artinya siswa tidak sungguhsungguh mengikuti pembelajaran, tidak
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
seadanya
c.
Tidak terlibat, artinya siswa duduk diam
saja, tidak mau bertanya maupun
menjawab pertanyaan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
jumlah siswa dan prosentase siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum
perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya
kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran
siswa yang terlibat aktif hanya 9 orang (28,12
%), kemudian setelah perbaikan siklus pertama
naik menjadi 17 orang (53,12 %), siklus kedua
meningkat menjadi 22 orang (68,75%), dan
siklus yang terakhir atau siklus ketiga menjadi
26 orang (81,25 %). Hal ini berarti bahwa
aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 3
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera
Selatan dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami peningkatan.

94 | ISSN : 2459-9743

Berdasarkan hasil yang diperoleh,


ternyata penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat dapat
meningkatkan minat siswa untuk pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.2,siswa
sangat antusias membahas topik dalam diskusi,
dan berusaha menjawab dan menemukan
informasi tentang topik tersebut. Siswa saling
berebut mengemukakan informasi (apa yang
mereka ketahui) tentang topik. Setelah
dilakukan pembagian tugas kelompok siswa
bekerja sesuai dengan tugasnya masingmasing.
D.

Kesimpulan
Dari tahap kegiatan pada siklus I, II dan III,
hasil yang diharapkan adalah siswa memiliki
kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif
terlibat dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Ada kemauan guru untuk
menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning pada pelajaran lainnya. Prestasi
siswa
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan meningkat. Nilai rata-rata
siswa mencapai 82,53. Dari hasil perbaikan
pembelajaran yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada siklus pertama, siswa yang terlibat
aktif dalam pembelajaran mencapai 53,12
%
2. Pada siklus kedua, siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran mencapai 68,75 %
3. Pada siklus ketiga, siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran mencapai 81,25 %
Berdasarkan
kesimpulan
di
atas
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kelas X.2 di SMA Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Sumatera Selatan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat dikatakan berhasil

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 92 - 95

karena 81,25 % siswa yang terlibat aktif dan


nilai rata-rata siswa mencapai 82,53.
Daftar Pustaka
Abdullah, H.R, & Syamsir. 2002. Perkembangan
Hak Asasi Manusia dan Keberadaan
Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2006.


Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina
Aksara.
Depdiknas RI. 2006. Standar Kompetensi
Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: Depdiknas RI.
Malian, S., & Marzuki, S. 2003. Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: UII Press

ISSN : 2459-9743 | 95

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada


Peserta Didik Laki-Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu
Melalui Layanan Bimbingan Konseling Kelompok
Sejuta
Guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menurunkan perilaku agresif bertengkar peserta didik
laki-laki kelas XI IPS SMAN 3 Sekayu dengan pemberian layanan konseling kelompok. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek
penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari
pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku agresif bertengkar peserta didik laki-laki
mengalami penurunan dari rata-rata 46,87% pada siklus I menjadi 7,81% pada siklus II. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan konseling kelompok efektif menurunkan
perilaku agresif bertengkar pada peserta didik laki-laki di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu.
Kata kunci: perilaku agresif bertengkar, konseling kelompok
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Peserta didik adalah individu yang sedang
dalam
masa
perkembangan,
dimana mereka senang dengan penjelajahan,
mencari sesuatu yang baru sebagai bahan
pertimbangan dalam mencari jati dirinya.
Dalam masa pencarian jati diri tidak
jarang mereka menemukan permasalahan atau
persoalan dimana permasalahan tersebut
dapat mereka selesaikan sendiri, sehingga
membuat mereka semakin kaya pengalaman
hidup. Namun, terkadang permasalahan itu
tidak dapat mereka selesaikan sendiri, yang
membuat diri mereka terbebani
dan
menghambat tugas tugas perkembangan
dirinya. Individu yang mengalami hambatan
dalam perkembangan
dirinya
biasanya
mempengaruhi dalam hubungan sosialnya,
mengingat manusia adalah makhluk individu
dan sekaligus makhluk sosial.
Perilaku agresif secara psikologis berarti
cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu
yang
dipandang
sebagai
hal
yang
mengecewakan,
menghalangi
atau
menghambat (Saefi, 2015). Perilaku agresif
juga sering ditemukan di lingkungan sekolah.
Akibatnya, perilaku agresif yang ditampilkan
tersebut akan dapat mengganggu proses
belajar di kelas, baik bagi individu dengan
perilaku agresif ataupun juga bisa pada

96 | ISSN : 2459-9743

individu lainnya sehingga akan menimbulkan


terjadinya masalah dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan data buku pembinaan
terhadap peserta didik kelas XI. IPS selama satu
tahun terakhir dalam hubungan sosialnya
sering mengalami permasalahan yang di
manifestasikan atau diwujudkan dalam
perilaku agresif bertengkar. Mereka sering
bertengkar dengan teman, mulai dari mengejek,
mengolok olok, mengancam, beradu fisik,
memukul dan sebagainya. Perilaku tersebut
merupakan
bagian
dari
pelampiasan emosi peserta didik dimana
mereka kurang memiliki daya pengendalian
diri yang kuat sehingga untuk kepuasan hatinya
mereka menyerang baik fisik maupun psikis
orang lain ataupun dirinya sendiri. Mengingat
permasalahan agresifitas merupakan perilaku
yang melibatkan orang lain baik pribadi
maupun
kelompok
maka
diperlukan
suatu bantuan yang dapat menangani
permasalahan secara kelompok.
yaitu
pemberian layanan konseling kelompok.
Salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh seorang guru bimbingan dan
konseling (konselor) adalah memahami konseli
secara mendalam, termasuk didalamnya adalah
memahami
kemungkinan-kemungkinan
masalah yang dihadapi konseli.
Melalui
pemahaman yang kuat tentang masalahmasalah yang dihadapi konseli, seorang
konselor selanjutnya dapat menentukan

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 96 - 101

program layanan bimbingan dan konseling,


baik yang bersifat preventif, pengembangan
maupun kuratif, sehingga pada gilirannya
diharapkan upaya pemberian layanan dapat
berjalan lebih efektif (Sudrajat, 2014).
Sehingga dalam penelitian ini penulis
membatasi
masalah hanya
pada
Upaya
menurunkan perilaku agresif bertengkar
peserta didik laki-laki kelas XI. IPS SMA Negeri
3 Sekayu melalui pemberian layanan
bimbingan konseling kelompok.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
yang telah disampaikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah: apakah teknik layanan konseling
kelompok dapat menurunkan perilaku agresif
bertengkar peserta didik laki-laki di kelas XI
IPS SMA Negeri 3 Sekayu?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini
adalah
menurunkan
perilaku
agresif
bertengkar peserta didik laki-laki kelas XI. IPS
SMA Negeri 3 Sekayu melalui layanan
bimbingan konseling kelompok.
4. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat dalam membantu peserta
didik dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi antar sesama peserta didik,
membantu guru BK dalam memecahkan
masalah yang dihadapi perserta didik, dan
menciptakan
suasana
sekolah
yang
kondusifaman dan nyaman.
B.
1.

Kajian Pustaka
Perilaku Agresif
Menurut Krahe (dalam Septiana, 2013)
perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain baik secara fisik maupun
verbal. Agresif secara fisik meliputi kekerasan
yang dilakukan secara fisik, seperti memukul,
menampar, menendang dan lain sebagainya.
Selain itu agresif secara verbal adalah
penggunaan kata-kata kasar seperti bego, tolol.
Selain bentuk agresif tersebut, ada faktor yang
mempengaruhinya dalam perbuatan agresif
diantaranya faktor belajar, faktor imitasi, faktor
penguatan. Agresif seringkali digunakan oleh
manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan
perasaan dan menyelesaikan persoalan.
Agresif terjadi dimana saja seperti perkelahian
antar pelajar,antar kampung bahkan antar
negara. Agresi juga terjadi pada anak. Saat
bermain anak saling bertengkar dengan
mengejek, memukul atau melempar.

Perilaku agresif biasanya ditunjukkan


untuk menyerang, menyakiti atau melawan
orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal
itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan
perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan,
makian ejekan, bantahan dan semacamnya.
Perilaku agresif dianggap sebagai suatu
gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan
sebagai berikut:
a. Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya
berbeda sedikit dari perilaku yang biasa.
Misalnya, memukul itu termasuk perilaku
yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan
tidak setuju dinyatakan dengan memukul,
maka
perilaku
tersebut
dapat
diindikasikan sebagai perilaku agresif.
Atau, bila memukulnya menggunakan alat
yang tidak wajar, misalnya memukul
dengan menggunakan tempat minum.
b. Masalah ini bersifat kronis, artinya
perilaku ini bersifat menetap, terusmenerus, tidak menghilang dengan
sendirinya.
c. Perilaku tidak dapat diterima karena tidak
sesuai dengan norma sosial atau budaya.
Bentuk-bentuk perilaku agresif ini yang
paling tampak adalah memukul, berkelahi,
mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti
perintah atau permintaan, menangis, atau
merusak. Anak yang menunjukan perilaku ini
biasanya kita anggap sebagai pengganggu atau
pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak
mengalami masalah emosi atau perilaku juga
menampilkan perilaku seperti yang disebutkan
diatas, tetapi tidak sesering atau seimpulsif
anak yang memiliki masalah emosi atau
perilaku.
Anak dengan perilaku agresif biasanya
mendapatkan masalah tambahan seperti tidak
terima oleh teman- temannya (dimusuhi,
dijauhi, tidak diajak bermain) dan dianggap
sebagai pembuat masalah oleh guru. Perilaku
agresif semacam itu biasanya diperkuat dengan
didapatkan penguatan dari lingkungan berupa
status, dianggap hebat oleh teman sebaya, atau
didapatkannya sesuatu yang diinginkan,
termasuk melihat temannya menangis saat
dipukul olehnya.
2.
a.

Konseling Kelompok
Hakikat Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok (KKP)
adalah layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pembahasan
dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
Konseling

ISSN : 2459-9743 | 97

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

kelompok juga didefinisikan layanan konseling


yang mengikutkan sejumlah peserta dalam
bentuk kelompok dengan konselor sebagai
pemimpin kelompoknya untuk membahas
masalah pribasi yang dialami oleh masingmasing anggota kelompok melalui dinamika
kelompok.
b. Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan umum layanan KKP adalah
terkembangnya kemampuan sosialisasi siswa,
khususnya kemampuan komunikasi peserta
layanan. Tujuan khusus KKP terfokus pada
pembahasan masalah pribadi individu peserta
kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok
yang intensif dalam upaya pemecahan masalah
tersebut para peserta memperoleh:
1) Terkembangnya
perasaan,
pikiran,
persepsi, wawasan dan sikap terarah
kepada tingkah laku khususnya dalam
bersosialisasi/ berkomunikasi.
2) Terpecahnya masalah individu yang
bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi
individu-individu lain peserta layanan
konseling.
Dalam layanan Konseling Kelompok (KKP)
berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok
dan peserta atau anggota kelompok. Pemimpin
kelompok adalah konselor yang terlatih dan
berwenang
menyelenggarakan
praktik
konseling profesional.
Untuk menjalankan
kegiatan KKP, pemimpin kelompok harus :
1) Mampu membentuk kelompok dan
mengarahkannya
sehingga
terjadi
dinamika kelompok dalam suasana
interaksi antara anggota kelompok bebas,
terbuka dan demokratik, konstruktif,
saling mendukung dan meringankan
beban,
menjelaskan,
memberikan
pencerahan, memberikan rasa nyaman,
menggembirakan dan membahagiakan
serta mencapai tujuan bersama kelompok.
2) Berwawasan luas dan tajam sehingga
mampu
mengisi,
menjembatani,
meningkatkan,
memperluas
dan
mensinergikan konten bahasan yang
tumbuh dalam aktivitas kelompok.
3) Memiliki kemampuan hubungan antar
personal yang hangat dan nyaman, sabar
dan memberi kesempatan demokratik dan
kompromistik dan mengambil kesimpulan
dan keputusan tanpa memaksakan dalam
ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak
berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
c. Fungsi Layanan Konseling Kelompok
Fungsi
utama
KKP
ialah
fungsi
pengentasan, pencegahan dan pengembangan.

98 | ISSN : 2459-9743

Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan


konseling
yang
akan
menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai
permassalaah yang dialami oleh peserta didik.
Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan tercegahnya
atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan
menganggu,
menghambat
ataupun
menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
Fungsi
pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling
yang
akan
menghasilkan
terpeliharanya
dan
terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya
secara mantap, optimal dan berkelanjutan
.
C. Hasil Penelitian
1. Data Awal Sebelum Tindakan.
Berdasarkan data yang ada di buku
pembinaan peserta didik yang ada di konselor
dan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
satu tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah
peserta didik yang melakukan perilaku agresif
bertengkar. Dari bulan Januari sampai dengan
Juni 2014 terjadi 3 kasus pertengkaran antar
peserta didik yang dilakukan oleh 13 peserta
didik laki-laki kelas XI. IPS, data tersebut
meningkat pada awal tahun ajaran baru dari
bulan Agustus-November 2014 telah terjadi 5
kasus perkelahian yang dilakukan oleh 18
peserta didik kelas XI. IPS.
Hal ini
menimbulkan kekhawatiran pada peneliti
untuk segera mengambil tindakan agar
perilaku agresif peserta didik laki-laki
khususnya kelas XI. IPS menjadi berkurang,
yaitu dengan cara memberikan layanan
konseling kelompok.
2. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Siklus pertama dilakukan dua kali
pertemuan/ bimbingan. Pada pertemuan
pertama peneliti mempersiapkan materi
mengenai perilaku agresif yang diberikan pada
saat
bimbingan
konseling
kelompok,
mempersiapkan lembar observasi perilaku
peserta didik saat konseling kelompok dan
menyiapkan
lembar
evaluasi
layanan.
Demikian juga pada siklus kedua, perlakuan
yang diberikan sama dengan pertemuan kedua.
b. Pelaksanaan
Pertemuan pertama konselor membagi
peserta didik yang menjadi objek penelitian
kedalam tujuh kelompok berdasarkan kelasnya
masing-masing. Setelah konselor memberikan
penjelasan teknis mengenai layanan konseling

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 96 - 101

kelompok ini, konselor menjelaskan tema


konseling kelompok ini adalah perilaku agresif.
Pada akhir kegiatan layanan konseling
kelompok, konselor menegaskan komitmen
anggota yang masalahnya telah dibahas (apa
yang akan dilakukan berkenaan adanya
pembahasan demi terentaskan masalahnya).
Pertemuan kedua ini konselor tidak lagi
membagi peserta didik kedalam kelompokkelompok kecil. Pada pertemuan kedua ini
sudah tidak ada lagi anggota kelompok yang
menyatakan ketidak siapan dalam mengikuti
layanan konseling kelompok, sehingga layanan
bisa langsung dapat dimulai.
Tahap
selanjutnya konselor mengingatkan kembali ke
anggota kelompok bahwa tema yang mereka
bahas masih mengenai perilaku agresif namun
lebih di khususkan untuk perilaku bertengkar.
Kemudian konselor mempersilahkan masingmasing anggota kelompok pengalaman mereka
mengenai perilaku berengkar yang pernah
mereka lakukan. Lalu dilakukan pembahasan
mengenai permasalahan yang dikemukakan.
Pada akhir kegiatan layanan, konselor
menegaskan kembali komitmen dari masingmasing anggota yang masalahnya telah dibahas
agar sifat agresif bertengkar tidak lagi mereka
lakukan.
c. Pengamatan/ Observasi
Hasil pengamatan yang dilakukan pada
pertemuan pertama pemberian layanan
konseling kelompok ini umumnya peserta didik
masih bingung akan peranannya dalam
konseling kelompok. Hal ini terlihat dari data
hasil observasi yang dilakukan pada saat
pemberian layanan konseling kelompok yaitu
dari 32 peserta didik yang menjadi objek
penelitian, 20 orang terlihat melamun dan tidak
memberikan perhatian. Serta hanya 12 orang
peserta didik yang berani mengungkapkan
permasalahannya pada saat bimbingan
konseling kelompok berlangsung.
Hal ini
mungkin disebabkan karena yang berperan
sebagai konselor sendiri adalah kepala sekolah
mereka, sehingga kemungkinan mereka malu
atau
takut
untuk
mengungkapkan
permasalahan mereka.
Pada pertemuan kedua ini semua anggota
kelompok sudah terlihat antusias mengikuti
layanan bimbingan kelompok dibuktikan dari
data hasil observasi tidak ada peserta didik
yang terlihat melamun dan dari 32 peserta
didik
yang
berani
mengungkapkan
permasalahannya berjumlah 22 orang, 3 orang
tidak mengikuti layanan konseling kelompok
pada pertemuan kedua ini dikarenakan mereka
tidak hadir sekolah pada saat layanan diberikan

serta 7 orang mengatakan tidak memiliki


masalah. Rekapitulasi data hasil observasi
pemberian layanan bimbingan konseling
kelompok pertemuan I dan II pada siklus I
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1.
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

Setelah diberikan layanan konseling


kelompok sebanyak dua kali pertemuan,
peneliti lalu melakukan observasi perilaku
terhadap semua peserta didik yang peneliti
jadikan sebagai objek penelitian ini. Observasi
ini dilakukan selama dua minggu berturutturut. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil
observasi perilaku agresif bertengkar peserta
didik pada siklus I, dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini:
Tabel 2.
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II

Dari siklus pertama ini juga didapat data


dari hasil pengungkapan masalah sebesar
62,5% peserta didik laki-laki kelas XI. IPS
pernah melakukan perilaku agresif bertengkar.
Dalam pelaksanaan siklus I ini ada beberapa
kendala yang dihadapi peneliti yaitu:
1) Masih ada peserta didik yang belum
berani mengungkapkan permasalahannya
saat
diberikan
layanan
konseling
kelompok.
2) Masih banyak peserta didik dalam satu
kelompok yang tidak memperhatikan
pada
saat
anggota
kelompoknya
berbicara.
3) Belum adanya partisipasi dari masingmasing anggota kelompok dalamtahap
pembahasan
untuk
menanggapi
permasalahan yang di ungkapkan oleh
anggota kelompoknya.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi selama
dilakukannya konseling kelompok ada proses
yang perlu dikembangkan pada penelitian

ISSN : 2459-9743 | 99

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

tindakan kelas ini. Refleksi yang dilakukan


peneliti adalah :
1) Memberikan
penjelasan
mengenai
manfaat dari layanan konseling kelompok
ini dan menyebutkan azas keterbukaan
dan kerahasiaan sangat diperlukan dalam
layanan konseling kelompok, sehingga
peserta didik tidak perlu ragu dan takut
untuk mengungkapkan permasalahan
yang mereka hadapi.
2) Memberikan lembar catatan kepada
masing-masing anggota kelompok untuk
mencatat
permasalahan
yang
diungkapkan oleh anggota kelompoknya,
sehingga secara tidak langsung mereka
akan memperhatikan pada saat teman
mereka berbicara.
3) Peneliti meminta secara langsung dengan
menyebutkan nama peserta didik untuk
memberikan
tanggapan
terhadap
pemecahan permasalahan yang dihadapi
anggota kelompoknya. Sehingga peserta
didik yang disebutkan namanya akan
memberikan
komentar
mengenai
permasalahan yang dihadapai temannya.
3. Siklus Kedua
Siklus kedua dilakukan dua kali
pertemuan. Pendekatan yang dilakukan ini
merupakan perbaikan tindakan dari siklus I.
Pada siklus II ini terdapat perubahan tindakan
dimana peserta didik di tuntut untuk lebih
proaktif dalam kegiatan layanan konseling
kelompok baik pada saat mengungkapkan
permasalahan mengenai perilaku agresif
maupun pada saat memberikan saran/
pemecahan terhadap permasalahan yang
diungkapkan.
a. Perencanaan
Pada pertemuan pertama, konselor
menjelaskan perilaku agresif bertengkar secara
mendalam, konselor lebih memberikan
perhatian kepada anggota kelompok yang
pernah melakukan tindakan agresif bertengkar,
membagikan lembar evaluasi layanan kepada
masing-masing anggota kelompok sehingga
nantinya masing-masing anggota kelompok
dapat menilai manfaat diberikannya layanan
konseling kelompok ini dan mempersiapkan
lembar observasi perilaku peserta didik saat
konseling kelompok berlangsung. Hal yang
sama juga dilakukan pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan
Siklus ke II pertemuanIini laksanakan dua
minggu setelah pertemuan ke II pada siklus I
dilaksanakan. Selama dua minggu tersebut
dilakukan observasi perilaku peserta didik
yang telah mengungkapkan bahwa dirinya

100 | ISSN : 2459-9743

pernah melakukan tindakan agresif bertengkar.


Pada siklus ke II baik pertemuan I maupun II
peserta didik dikondisikan untuk lebih proaktif
dalam kegiatan layanan konseling kelompok
baik pada saat mengungkapkan permasalahan
mengenai perilaku agresif maupun pada saat
memberikan saran/ pemecahan terhadap
permasalahan yang diungkapkan.
c. Pengamatan/ Observasi
Secara lengkap data hasil observasi
perilaku peserta didik pada saat pemberian
layanan konseling kelompok pada siklus II
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3.
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I

Dari pertemuan pertama dan kedua


terungkap bahwa peserta didik memberikan
kesan yang baik dengan diberikannya layanan
konseling kelompok ini, mereka menjadi lebih
memahami yang dimaksud dengan perilaku
agresif sehingga bisa menghindari perilaku
agresif terutama bertengkar untuk tidak
dilakukan lagi. Untuk mengetahui lebih jelas
data hasil observasi perilaku agresif bertengkar
peserta didik pada siklus II ini, dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan II

Walaupun
perilaku
mendorong,
menendang dan mengejek teman masih muncul
setelah diberikan layanan konseling kelompok
pada siklus II ini, namun jumlah peserta didik
yang
melakukannya
berkurang
secara
signifikan dibandingkan pada sebelum dan
setelah siklus I. Dari hasil observasi tersebut
didapatkan data peserta didik yang melakukan
perilaku mendorong temannya berjumlah 4
orang, yang melakukan tindakan menendang
temannya berjumlah 1 orang, yang melakukan
tindakan mengejek/ mengolok-olok temannya
sebanyak 5 orang, sedangakn untuk perilaku
mengancam dan memukul tidak ditemukan lagi
peserta didik yang melakukannya.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 96 - 101

Data ini juga didukung dari lembar


evaluasi kegiatan layanan bimbingan konseling
kelompok (terlampir) yang diberikan pada
siklus ke-II dimana peserta didik menuliskan
bahwa setelah mengikuti bimbingan konseling
kelompok ini banyak perubahan tingkah laku
yang mereka rasakan, salah satunya adalah bisa
menahan amarah, menjadi lebih sopan dengan
guru dan orang tua, menjadi orang yang
pemaaf, bisa membedakan hal-hal yang bisa
menyakiti orang lain, memiliki banyak teman
serta menyadari perilaku yang selama ini
dilakukan salah.
Data hasil observasi ini didukung data
hasil angket yang diberikan kepada peserta
didik laki-laki kelas XI. IPS, 97% (31 peserta
didik ) tersebut menyatakan setuju pemberian
layanan konseling kelompok dapat membantu
peserta
didik
dalam
memecahkan
permasalahan perilaku mereka. Rekapitulasi
data hasil angket setelah diberikannya layanan
konseling kelompok, terlampir.
D. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa pemberian layanan
-

konseling kelompok efektif menurunkan


perilaku agresif bertengkar peserta didik lakilaki kelas XI IPS.
Daftar Pustaka
Sari,

S.Y. 2013. Penggunaan Konseling


Kelompok Realita untuk Menurunkan
Perilaku. Jurnal BK UNESA, Volume 03, No.
01, Tahun 2013: 217222.
Sefi, M. Pengertian Perilaku Agresif. http:/ /
belajarpsikologi.
com/
pengertianperilaku-agresif/, diunduh pada tanggal
29 Januari 2015, jam 07.30 wib.
Siddiqah, L.
2010.
Pencegahan dan
Penanganan Perilaku Agresif Remaja
Melalui Pengelolaan Amarah (Anger
Management). Jurnal BK Unesa, Volume
37, No. 1, Juni 2010: 5064.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil dan Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sudrajat, A.
Perilaku Agresif.
https:/ /
akhmadsudrajat.
wordpress.
com.,
diunduh pada tanggal 21 Januari 2014,
jam 10. 30 wib.

ISSN : 2459-9743 | 101

Marliana | Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat

Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa


dalam Mengemukakan Pendapat
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok
pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu
Marliana
Guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningatkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian terdiri atas 2
siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan tingkat
kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat dari rata-rata 88,33 pada saat sebelum perlakuan
(pra siklus), turun menjadi 75,22 pada siklus pertama, dan 54,44 pada siklus kedua. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif meningkatkan
keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.
Kata kunci: keberanian, pendapat, bimbingan konseling
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Kurangnya keberanian mengemukakan
pendapat juga dialami oleh siswa di SMA
Negeri 1 Sekayu. Dari laporan wali kelas, guru
yang mengajar serta observasi yang dilakukan
peneliti, maka diketahui bahwa beberapa siswa
dari kelas X IIS 3 lah yang memiliki keberanian
mengemukakan pendapat yang paling rendah
dari siswa di kelas-kelas lainnya.
Layanan bimbingan kelompok adalah
layanan yang membantu siswa
dalam
mengembangkan
pribadi,
kemampuan
hubungan sosial, kegiatan belajar, karir atau
jabatan dan pengambilan keputusan serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.
Oleh
karena
itu,
peneliti
ingin
melaksanakan
penelitian
ini
untuk
meningkatkan keberanian mengemukakan
pendapat siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 1
Sekayu yang memiliki kesulitan/ tingkat
keberanian
dalam
mengemukakan
pendapatnya rendah dalam kehidupan seharihari terutama di lingkungan sekolah atau di
dalam kelas saat aktivitas belajar mengajar
berlangsung.
2.

Rumusan Masalah

102 | ISSN : 2459-9743

Dari latar belakang di atas maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah layanan bimbingan kelompok
dapat meningkatkan keberanian siswa kelas X
IIS.3
SMA Negeri
1
Sekayu dalam
mengemukakan pendapat?
3.

Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pendapat dan mengetahui
efektivitas pemberian layanan bimbingan
kelompok dalam meningkatkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat.
4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki manfaatmanfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang positif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan layanan
bimbingan kelompok, dan wujud dari
sumbangan tersebut yaitu ditemukan hasilhasil penelitian baru tentang bimbingan dan
konseling guna meningkatkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat.
b. Manfaat Praktis

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 102 - 104

1)

2)

Bagi siswa: setelah mengikuti layanan


bimbingan kelompok siswa diharapkan
dapat berani mengemukakan pendapatnya
di kehidupan sehari-hari terutama di
lingkungan sekolah atau di dalam kelas
saat
aktivitas
belajar
mengajar
berlangsung.
Bagi konselor atau guru BK: memberikan
gambaran mengenai tindakan yang dapat
dilakukan ketika menghadapi siswa yang
mengalami
kesulitan
dalam
mengungkapkan pendapatnya.

B.
1.

Tinjauan Pustaka
Keberanian Mengemukakan Pendapat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berani adalah mempunyai hati yang mantap
dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan dan sebagainya.
Sementara pendapat adalah suatu hubungan
atau gabungan dari dua pengertian, dalam
pendapat pengertian yang satu disebut subjek,
sedangkan pengertian yang lain disebut
predikat, pendapat adalah suatu hubungan
kesatuan dari dua atau lebih pengertian.
Pendapat dilambangkan dalam bentuk kalimat
(Wiramihardja, 2007).
Proses
pembelajaran
menyangkut
kegiatan belajar dan mengajar. Belajar terkait
dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh
siswa, sedangkan mengajar terkait dengan
kegiatan-kegiatan
guru
dalam
proses
pembelajaran. Kedua kegiatan ini akan berhasil
guna sebagai suatu kegiatan pembelajaran jika
terjadi interaksi (hubungan timbal balik)
antara guru dan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
Pola
komunikasi
dalam
proses
pembelajaran di kelas akan lebih efektif
manakala pola komunikasi terjalin secara multi
arah. Dalam arti, komunikasi tidak hanya
terjadi dari guru kepada siswa, atau sebaliknya
dari siswa kepada guru, tetapi juga antara
siswa dengan siswa yang lain. Disini siswa di
tuntut untuk lebih aktif, siswa seperti halnya
guru dapat berfungsi sebagai sumber belajar
bagi siswa lainnya.
2.

Layanan Bimbingan Kelompok


Salahudin (2010) menyatakan bimbingan
kelompok adalah layanan yang membantu
siswa
dalam
pengembangan
pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/ jabatan, dan pengambilan keputusan,
serta melakukan kegiatan tertentu melalui
dinamika kelompok.

Tujuan bimbingan kelompok secara umum


terdiri atas dua yaitu tujuan umum dan khusus.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan sosialisasi
siswa, khususnya kemampuan komunikasi
peserta layanan. Sedangkan secara khusus
bimbingan kelompok bermaksud untuk
membahas
topik-topik
tertentu
yang
mengandung permasalahan aktual (hangat)
dan menjadi perhatian peserta.
C.
1.

Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Sisi positif pada observasi terhadap
peningkatan
keberanian
siswa
dalam
mengemukakan
pendapat
yaitu:
siswa
mengetahui kekurangan yang mereka miliki,
siswa
dilatih
untuk
mengemukakan
pendapatnya, dan siswa belajar untuk
membuka diri. Sedangkan sisi negatif pada
observasi terhadap peningkatan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat ini
meliputi: anggota kelompok cenderung kurang
aktif dan hanya mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh pemimpin kelompok dan
anggota
kelompok
lainnya,
meskipun
pemimpin kelompok sudah berusahauntuk
memancing, menggali dan menciptakan
suasana yang nyaman serta sering memberikan
kesempatan kepada anggota untuk bertanya
dan mengemukakan pendapatnya, serta siswa
hanya mengungkapkan pendapatnya jika
disuruh atau di desak oleh teman-temannya.
Berdasarkan hasil observasi siklus 1,
peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hasil penelitian tindakan bimbingan dan
konseling pada siklus 1 belum mencapai
sasaran yang ditetapkan.
b. Pada siklus 2 peneliti merencanakan agar
bimbingan kelompok berjalan lebih
dinamis dan meminimalisir kekurangan
yang terjadi pada siklus pertama.
2.

Siklus Kedua
Sisi positif pada observasi terhadap
peningkatan
keberanian
siswa
dalam
mengemukakan pendapat yaitu: setiap siswa
yang mengikuti kegiatan terlihat lebih
bersemangat dan fokus mengikuti tahap-tahap
layanan bimbingan kelompok dengan baik dari
awal hingga akhir, semua siswa yang mengikuti
kegiatan merasa sangat lega, puas, termotivasi,
dan kesan yang diungkapkan masing-masing
siswa sangat positif, dan hasil pengamatan
kegiatan bimbingan kelompok yang telah
dilaksanakan didapat bahwa sebagian besar

ISSN : 2459-9743 | 103

Marliana | Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat

anggota
sudah
lebih
terbuka
dalam
mengungkapkan permasalahan serta pendapat
dan pembahasan masalah yang dibahas dalam
bimbingan kelompok sudah mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil observasi siklus 2,
peneliti
mengambil
kesimpulan
bahwa
bimbingan kelompok dapat meningkatkan
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat.
Tabel 1
Tingkat Kecemasan Siswa dalam
Mengemukakan Pendapat

Keterangan: Semakin tinggi skor maka semakin rendah


tingkat keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat,
karena pertanyaan pada angket adalah pertanyaan negatif

104 | ISSN : 2459-9743

D.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan bimbingan
dan konseling yang dilakukan pada siswa kelas
X IIS 3 SMA Negeri 1 Sekayu, penulis bisa
menyimpulkan bahwa layanan bimbingan
kelompok:
1. Efektif
membantu
siswa
untuk
memecahkan
masalahnya
terutama
masalah mengemukakan pendapat.
2. Efektif digunakan untuk mengatasi
masalah
keberanian
mengemukakan
pendapat siswa yang rendah.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hapsari, S. 2005. Bimbingan dan Konseling SMA
Kelas X. Jakarta: Grasindo.
Jones, R.N. 2011. Teori dan Praktik Konseling
dan Terapi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang:
UMM Press.
Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : PT. Rineka.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 105 - 107

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation


Kosa Kata Bahasa Inggris Melalui Media Lagu
pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri 1 Sekayu
Tapsila
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pronunciation peserta didik
dalam mengucapkan kosakata Bahasa Inggris melalui media lagu pada peserta didik kelas X MIA.5
SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.5 SMA Negeri 1
Sekayu. Penelitian terdiri atas 3 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa
kemampuan pronunciation kosa kata Bahasa Inggris peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pronunciation sebelum perlakuan sebesar 2,69, saat
siklus 1 sebesar 2,87, saat siklus 2 sebesar 3,03, saat siklus 3 sebesar 3,15, dan setelah tindakan
sebesar 3,21. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media lagu efektif
meningkatkan kemampuan pronunciation kosa kata Bahasa Inggris.
Kata kunci: pronunciation, media lagu
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Inggris mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan mata
pelajaran lainnya yaitu pada fungsinya sebagai
alat komunikasi. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan penulis dalam mengajarkan mata
pelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 1
Sekayu, penulis menemukan masih banyak
peserta didik yang melakukan kesalahan dalam
melafalkan kosakata atau pronunciation.
Kosakata yang dilafalkan tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Inggris, sehingga menimbulkan
salah
makna
dan
berakibat
pada
kesalahpahaman. Jika hal tersebut tidak segera
diatasi, dikhawatirkan peserta didik akan
selalu melakukan kesalahan yang sama
Fenomena seperti itu terjadi karena
kurangnya latihan dan tidak terbiasa
melafalkan kosakata-kosakata tersebut. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengadakan
tindakan bahwa lagu dapat dijadikan salah satu
alat untuk melatih peserta didik melafalkan
kosakata atau pronunciation.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut,
yaitu:
apakah
kemampuan
pronunciation peserta didik kelas X.MIA.5 SMA

Negeri 1 Sekayu dapat ditingkatkan melalui


media lagu?
3.

Pemecahan Masalah
Berdasarkan
masalah yang telah
dirumuskan
maka
rencana
pemecahan
masalahnya adalah peserta didik diminta
melafalkan beberapa kosakata yang diambil
dari
lagu
kemudian
secara
bersama
mendengarkan lagu untuk mengetahui cara
melafalkan yang benar
4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan
kemampuan
pronunciation
peserta didik dalam mengucapkan kosakata
bahasa inggris melalui media lagu. Sedangkan
manfaat penelitian ini adalah meningkatnya
pengetahuan dan profesionalisme guru dalam
mengembangkan pembelajaran yang lebih
inovatif
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan berkomunikasi Bahasa Inggris
peserta didik agar memberikan dampak positif
bagi sekolah.
B.
1.

Kajian Pustaka
Pronunciation
Belajar bahasa berarti berusaha untuk
menguasai bahasa tersebut dengan baik untuk
tujuan komunikasi (Saleh, 1992:27). Supaya

ISSN : 2459-9743 | 105

Tapsila | Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa Inggris

mampu
menggunakan
bahasa
untuk
komunikasi,
peserta
didik
diharapkan
menguasai pronunciation untuk berbicara
(Saleh, 1997:24). Pronunciation merupakan
unsur penting dalam keterampilan berbicara
untuk mengekspresikan ide (Robinet, 1980:25).
Menurut Byrne (1984:8) berbicara
merupakan suatu proses diantara pembicara
dan pendengar yang melibatkan keterampilan
ucapan dan daya serap pemahaman. Byrne juga
menyebutkan 3 makna dari pronunciation,
yaitu: bagaimana sebuah bahasa diucapkan,
bagaimana cara seseorang berbicara dalam
sebuah bahasa, dan bagaimana sebuah kata
diucapkan.
2.

Belajar Pengucapan Bahasa Inggris


Melalui Lagu
Keuntungan dari belajar mengenai bahasa
Inggris lewat lirik lagu adalah bahwa kita dapat
mengartikan sekaligus mengetahui cara
pengucapan yang benar lewat nyanyian lagu
tersebut.
Pengucapan
yang
benar
akan
memudahkan kita dalam berkomunikasi
memakai bahasa Inggris. Melalui lirik lagu, kita
juga dapat mengetahui bahasa slank yang
seringkali dipakai untuk menyampaikan pesan.
Pada umumnya, lirik lagu-lagu Pop Barat
mudah dimengerti karena penggunaan katakata yang umum.
Ebong & Sabbani (2010:27) menyatakan
bahwa lagu menyediakan contoh bahasa ritmik,
mudah diingat dan autentik. Lagu bisa
memotivasi siswa untuk mendengar dan
meniru kata-kata yang terdapat dalam lagu
tersebut secara terus-menerus.
Lebih jauh lagi mereka mengatakan bahwa
suasana santai yang diciptakan oleh lagu bisa
mengekspos siswa ke area pronunciation yang
sulit. Tidak ada lagu setkitar untuk
mengajarkan pronunciation.
Setiap lagu bisa menjadi contoh aspek
pengucapan yang berbeda. Akan tetapi, kita
mencoba memilih lagu yang jelas, tidak terlalu
cepat, bisa diingat, lagu yang sudah peserta
didik
ketahui, dan mudah untuk dibuat
kegiatan, tergantung pada area pronunciation
yang kita fokuskan.
Untuk belajar pengucapan bahasa inggris
kita bisa mempelajari kata-kata dari lagu-lagu
berbahasa Inggris yang populer dan ikutlah
bernyanyi. Menyanyi akan membantu Kita
bersantai dan sambil mengucapkan kata-kata
tersebut, juga akan membantu irama dan
intonasi Kita.

106 | ISSN : 2459-9743

Nursanti (2001:7) menyatakan bahwa


menyanyi bisa melatih kemampuan seseorang
dalam mengucapkan kata-kata dengan lebih
baik. Lebih jauh dinyatakan dalam Buku
Panduan Guru (1995) bahwa tujuan pengajaran
speaking skill dalam Bahasa Inggris adalah :
a. Para siswa mampu mengucapkan katakata dengan benar
b. Para siswa mampu melakukan percakapan
secara lancar.
Berdasarkan dengan teori-teori diatas,
penulis yakin bahwa lagu bisa dijadikan salah
satu dari banyak teknik pengajaran yang baik
untuk
meningkatkan
kemampuan
pronunciation peserta didik. Dalam hal ini
penulis memilih lagu sebagai alat yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan pronunciation peserta
didik.
C.

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus.
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari bermacam-macam
data yang telah diolah dan dapat dikemukakan
berikut ini.
Hasil positif yang diperoleh pada siklus 1
adalah terdapatnya satu orang peserta didik
yang bisa mencapai kriteria very good dimana
sebelum dilakukan tindakan tidak ada satupun
yang mencapai kriteria tersebut. Diikuti 11
orang kriteria good, 17 orang kriteria average ,
8 orang kriteria poor dan tidak ada yang
memperoleh kriteria very poor, dengan ratarata skor 2,87.
Hasil negatifnya adalah belum efektif
karena pembagian kelompok yang hanya
terdiri dari kelompok laki-laki dan perempuan.
Ini
menyulitkan
peneliti
mengamati
pronunciation mereka. Berdasarkan hasil
observasi pada siklus 1, peneliti berkesimpulan
bahwa hasil penelitian pada siklus 1 belum
sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Hasil positif yang diperoleh pada siklus 2
adalah lebih mudah mengamati motivasi,
efektivitas dan kreativitas peserta didik karena
mereka berada dalam kelompok yang lebih
kecil beranggotakan 6 orang saja. Peningkatan
yang sangat signifikan adalah bertambahnya
jumlah peserta didik yang dapat mencapai
kriteria very good yaitu menjadi 5 orang dan
tidak ada lagi yang memperoleh kriteria poor
apalagi very poor, dengan rata-rata skor 3,3.
Hasil negatifnya adalah peserta didik malu
bernyanyi untuk mengucapkan kosakata
apalagi jumlah anggota kelompok yang sedikit
sehingga
jika
mereka
salah
dalam

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 105 - 107

pronunciation
akan
mudah
diketahui.
Berdasarkan observasi pada siklus 2 ini peneliti
menyimpulkan bahwa masih perlu perbaikan
tindakan pada siklus berikut terutama dalam
memotivasi agar semua peserta didik mampu
dan
tidak
malu
dalam
melakukan
pronunciation.
Hasil positif yang ditunjukkan pada siklus
3 semakin jelas dimana jumlah peserta didik
yang memperoleh kriteria very good semakin
bertambah dan tidak ada lagi yang tergolong
kriteria very poor. Sebagian besar berada pada
kriteria average dan good. Dan rata-rata skor
yang diperoleh adalah 3,15. Berdasarkan hasil
observasi pada siklus 3, dan rata-rata yang
diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa
pronunciation kosakata Bahasa Inggris melalui
media lagu dapat ditingkatkan.
Tabel 1.
Kemampuan Pronunciation Peserta Didik

D.

Kesimpulan
Berdasarkan pada analisa kajian ini bisa
disimpulkan bahwa kemampuan pronunciation
peserta didik dapat ditingkatkan melalui media
lagu. Dengan demikian, secara kualitas metode
ini bisa memotivasi peserta didik dalam
meningkatkan pronunciation.
Daftar Pustaka
Gamble,
T.K.,
&
Gamble,
M.
1990.
Communication Work. New York: Mc
Graw-Hill Publishing Company
Kemdikbud RI. 2013. Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta:
Kemdikbud.

Sartika, Dewi. 1999. Improvising the Students


Speaking Skill by Using Interview at SLTP
Negeri 29 Palembang. Unpublished thesis.
Indralaya: Faculty of Teacher Training and
Education

ISSN : 2459-9743 | 107

Sri Maharani | Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman


Bacaan Narative Text dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW
pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu
Sri Maharani
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatam

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningatkan kemampuan pemahaman bacaan
narative text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian terdiri atas 3
siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman bacaan narative
text siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris mengalami peningkatan dari rata-rata 51,56 pada
siklus pertama, meningkat menjadi 59,58 pada siklus kedua, dan 72,22 pada siklus ketiga. Dari data
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Jogsaw
efektif meningatkan kemampuan pemahaman bacaan narative text dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada siswa kelas VX MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.
Kata kunci: narative text, pembelajaran kooperatif, jigsaw
A.
1.

Pendahuluan
Latar Belakang
Membaca adalah salah satu kemampuan
bahasa yang harus diajarkan pada siswa SMA di
pelajaran Bahasa Inggris seperti yang di
terangkan pada Kurikulum Bahasa Inggris
untuk SMA. Berdasarkan pengalaman mengajar
penulis di SMA Negeri 1 Sekayu, penulis
mendapatkan
siswa-siswinya
mengalami
kesulitan dalam pemahamam bacaan. Setiap
penulis memberikan latihan dalam membaca,
mereka sering membuat banyak kesalahan,
misalnya mereka kesulitan memahami isi
bacaan, sehingga nilai membaca mereka sangat
rendah hingga mencapai dibawah KKM (2,67).
Siswa Kls X MIA1 SMA Negeri 1 Sekayu
mempunyai problem dalam memahami isi
bacaan yang diberikan dalam sebuah wacana.
Salah satu aspek yang paling penting
dalam mengajar membaca adalah memilih
materi/bahan pelajaran. Penulis sebagai guru
Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba
mengambil disebuah buku bacaan atau
mencoba menulis sendiri teks maupun latihanlatihan yang sesuai dengan kurikulum.
Memilih materi-materi yang sesuai dangan
tingkat kesulitan siswa dan yang bisa
membangkitkan minat siswa itu sulit. Guru

108 | ISSN : 2459-9743

seharusnya dapat menggunakan banyak


sumber belajar.
Membaca
adalah
sebuah
proses
penafsiran atau pengembangan maksud teks
tertulis.
Selanjutnya
(Cooper,
1988:3)
mengatakan bahwa membaca adalah sebuah
proses pengembangan makna yang terbentuk
oleh dua komponen dasar yaitu penguraian dan
pemahaman. Defenisi ini menyatakan bahwa
proses ini termasuk sebuah interaksi antara
pembaca dan bacaan.
Membaca adalah sebuah proses tindakan
nyata yang memerlukan bacaan yang cocok
dengan keinginan pembaca untuk mengerti dan
merespon sebuah sumber cetak. Bagaimana
kita membaca terbentuk oleh peranan pribadi
dan bagaimana baiknya kita membaca
tergantung pada isi atau potensi bacaan (Hill,
1979:4-5).
Berdasarkan
ilustrasi diatas ini bisa
termasuk pemahaman bacaan yang disiapkan
untuk siswa-siswa yang dipertimbangkan siap
melakukannya. Meskipun, dalam proses belajar
mengajar, Guru Bahasa Inggris seharusnya
mempertimbangkan
beberapa
strategi
mengajar yang bisa digunakan untuk
menyempurnakan hasil yang dikehendaki
(Cooper, 1993:135).

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 108 - 111

2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman bacaan narative text dalam
pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas
X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu?

a.

b.
c.

d.
3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman bacaan narative
text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada
Siswa Kelas X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu.
4.
a.

b.

B.
1.

Mamfaat Penelitian
Untuk siswa: dapat memperbaiki dalam
kemampuan memahami bacaan narative
text.
Untuk Guru: dapat memberikan kontribusi
pada guru Bahasa Inggris dalam perbaikan
strategi mengajar dalam pemahaman
bacaan.

Kajian Teori
Membaca Naratif
Salah satu aspek yang paling penting
dalam mengajar membaca adalah memilih
materi/ bahan pelajaran. Penulis sebagai guru
Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba
mengambil disebuah buku bacaan atau
mencoba menulis sendiri teks maupun latihanlatihan yang sesuai dengan kurikulum. Memilih
materi-materi yang sesuai dangan tingkat
kesulitan siswa dan yang bisa membangkitkan
minat siswa itu sulit. Guru seharusnya dapat
menggunakan banyak sumber belajar.
Membaca
adalah
sebuah
proses
penafsiran atau pengembangan maksud teks
tertulis.
Selanjutnya
(Cooper,
1988:3)
mengatakan bahwa membaca adalah sebuah
proses pengembangan makna yang terbentuk
oleh dua komponen dasar yaitu penguraian dan
pemahaman. Defenisi ini menyatakan bahwa
proses ini termasuk sebuah interaksi antara
pembaca dan bacaan.
Berdasarkan
ilustrasi diatas ini bisa
termasuk pemahaman bacaan yang disiapkan
untuk siswa-siswa yang dipertimbangkan siap
melakukannya. Meskipun, dalam proses belajar
mengajar, Guru Bahasa Inggris seharusnya
mempertimbangkan
beberapa
strategi
mengajar yang bisa digunakan untuk
menyempurnakan hasil yang dikehendaki
(Cooper. 1993:135).
Kemampuan membaca dapat dibedakan
menjadi empat bagian yaitu :

Scanning yang mana pembaca membaca


dengan cepat untuk mencari informasi
khusus.
Skimming disini pembaca memusatkan ke
informasi khusus.
Extensive Reading pembaca membaca teks
yang lebih luas dan mendapatkan pokok
pikiran dari teks tersebut.
Intensive Reading yang mana pembaca
membaca untuk memahami sebuah teks
secara keseluruhan. Krashen dan Terrell
(1988:134).

2.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif


Learning)
Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah
pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan
pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja
sama untuk sampai pada pengalaman belajar
yang optimal baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok. Esensi
pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung
jawab individu sekaligus tanggung jawab
kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat
sikap ketergantungan positif yang menjadikan
kerja kelompok optimal.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat
saling ketergantungan positif antar anggota
kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan
tergantung pada kerja sama yang kompak dan
serasi dalam kelompok itu.
Dengan memperhatikan pengertian dari
pembelajaran kooperatif di atas, peneliti
berpendapat bahwa model pembelajaran ini
sangat baik untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa, sebab semua siswa dituntut
untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga
di dalam kerja kelompok tidak ada anggota
kelompok yang asal namanya saja tercantum
sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus
aktif.
Bukan hanya siswa SMA bahkan sejak
duduk ditingkat SMP siswa telah diajarkan
salah satu aspek dalam Bahasa Inggris yaitu
membaca.
Disini
siswa
sudah
mulai
diperkenalkan beberapa strategi belajar
membaca, salah satunya adalah metode
pembelajaran Jigsaw atau model tim ahli.
Pada model pembelajaran Jigsaw siswa
yang berkelompok akan mempunyai tugas
untuk mengetahui, mengerti atau memahami
isi bacaan. Meskipun mereka berkelompok
tetapi masing-masing siswa mempunyai

ISSN : 2459-9743 | 109

Sri Maharani | Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text

tanggungjawab sendiri-sendiri, inilah yang


disebut Tim Ahli (Bahan Diklat Profesi Guru
Rayon 4 Unsri, 2008:2).

mulai mengerti. Berdasarkan refleksi diatas


saya membuat revisi dalam mengarahkan
kepada siswa.

C.
1.

2.

Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Berdasarkan observasi dicatat didalam
catatan guru selama perlakuan-perlakuan pada
siksul pertama. Disini masih terlihat siswa
masih bingung. Beberapa sibuk karena tidak
punya kamus. Mereka meminjam pada teman
mereka, padahal temanya juga melakukan.
Disamping itu juga mereka masih banyak
menghabiskan waktu tanpa banyak yang
dilakukan. Kita dapat melihat perolehan nilai
latihan pada siklus pertama di tabel 1.
Tabel 1
Peroleh Nilai Latihan 1

Siklus Kedua
Pada siklus kedua, ini ditemukan pada
setiap treatmen, sebagian besar siswa (90%)
termotivasi dalam belajar setelah mereka
melakukan diskusi mereka enjoy dan bisa
berkerja sama dalam memahami bacaan,
meskipun masih ada siswa yang sibuk sendiri
karena belum punya kamus. Kondisi tersebut
mengganggu
proses
belajar
mengajar
dikerenakan mereka mennggu temannya
meminjamkan kamus. Sementara menunggu
temannya mereka berbicara dan mengganggu
siswa lainnya sedangkan yang lainnya
berdiskusi. Kita dapat melihat perolehan nilai
latihan pada siklus kedua di tabel 2.
Tabel 2
Peroleh Nilai Latihan 2

Keterangan:
3.44-4.00 = Very Good
2.84-3.40 = Good
2.24-2.80 = Average
1.65-2.20 = Poor
0.00-160 = Very Poor

Hasil dari evaluasi dari siklus pertama


adalah sebagai berikut : satu orang (1.27%)
memperoleh skor very good, 15 orang (41,66%)
memperoleh skor good, 17 orang (47.22%)
memperoleh skor average, 3 orang (8.33 %)
memperoleh skor poor, dan tidak ada peserta
didik (0 %) yang memperoleh skor very poor.
Namun demikian, aplikasi tindakan pada siklus
pertama belum efektif, karena jumlah anggota
kelompok terlalu banyak atau besar sehingga
masih ada peserta didik yang tidak memahami
isi bacaan narative dan sangat sulit untuk
mengartikan teks tersebut.
a. Refleksi Siklus Pertama
Pada perlakuan pertama siklus pertama,
semua siswa mendapatkan kesulitan dalam
diskusi. Mereka masih bingung mendapatkan
potongan kertas yang berisi bagian dari
paragrap untuk mengatasi hal tersebut saya
suruh siswa menggunakan kamus. Masalah
yang lain waktu tidak mencukupi. Pada
perlakuan pertama siklus pertama mereka
hanya sampai pada langkah ke 4. pada
perlakuan kedua dan ketiga mereka sudah

110 | ISSN : 2459-9743

Berdasarkan hasil tes yang diberikan


pada akhir tindakan, diperoleh hasil sebagai
berikut: 5 orang (13.88%) memperoleh skor
very good, 20 orang (55.55%) memperoleh skor
good, 11 orang (30.55%) memperoleh skor
average, dan tidak ada peserta didik (0%) yang
memperoleh skor poor ataupun very poor.
a. Refleksi Siklus Kedua
Pada siklus ini setiap siklus siswa mulai
mengalami peningkatan pada langka ke 3, 4,
dan 5 mulai aktif. Meskipun beberapa siswa
masih mengalami kesulitan dalam langkahlangkahnya terutama pada langkah ke 5 dan 6.
setelah mereka berdiskusi saya memberikan
beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan teks yang mereka diskusikan.
3.

Hasil Siklus tiga


Pada siklus ketiga, pada setiap tretment
semua siswa lebih antusias dan aktif. Pada
siklus ini semua siswa mempunyai kamus.
Mereka melakukan diskusi dengan lancar,
mereka menunjukkan minat keinginan dan
motivasi dalam belajar. Kita dapat melithat
perolehan nilai latihan pada siklus ketiga di
tabel 4.

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 108 - 111

Tabel 3
Peroleh Nilai Latihan 3

Pada akhir siklus ketiga ini pserta didik


diberikan tes per individu . Hasilnya adalah 8
orang ( 22.22%) memperoleh skor very good,
17 orang (47.22%) memperoleh skor good, 11
orang (30.55%) memperoleh skor average, dan
tidak ada peserta didik (0%) yang memperoleh
skor poor apalagi very poor.
a. Refleksi Siklus Ketiga
Pada pertemuan pertama siklus ke 3 siswa
mulai mengalami peningkatan dan aktif dalam
setiap diskusi. Pada pertemuan kedua pada
siklus ini mereka nampak sangat antusias. Pada
pertemuan ke 3 mereka lebih mudah
memahami isi bacaan. Kemudian saya
memberikan latihan kepada mereka dengan
cara yang sama siklus ke 2, pada siklus hanya
tinggal beberapa saja yang masih mendapat
nilai sedang. Secara keseluruhan, hasil belajar
peserta didik pada tiga siklus tersebut dapat
dilihat dari grafik 1 berikut:
Grafik 1
Hasil Belajar Peserta Didik

D.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil belajar di siklus
pertama diketahui bahwa ada satu orang
(1.27%) yang memperoleh skor very good, 15
orang (41,66%) memperoleh skor good, 17
orang (47.22%) memperoleh skor average, 3
orang (8.33%) memperoleh skor poor, dan
tidak ada peserta didik (0%) yang memperoleh
skor very poor. Pada siklus kedua, hasil belajar
peserta didik mengalami peningkatan yaitu:
ada 5 orang (13.88%) memperoleh skor very
good, 20 orang (55.55%) memperoleh skor
good, 11 orang (30.55%) memperoleh skor
average, dan tidak ada peserta didik (0%) yang
memperoleh skor poor ataupun very poor. Pada
siklus ketiga, hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
yaitu ada 8 orang (22.22%) memperoleh skor
very good, 17 orang (47.22%) memperoleh
skor good, 11 orang (30.55%) memperoleh
skor average, dan tidak ada peserta didik (0%)
yang memperoleh skor poor apalagi very poor.
Dari hasil di atas dapat diambil angka rata-rata
ketercapaian peningkatan hasil belajar siswa,
yaitu 2,87 untuk siklus I, 3,03 untuk siklus II,
dan 3,15 untuk siklus III.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran kooperatif model Jogsaw efektif
meningatkan kemampuan pemahaman bacaan
narative text dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada siswa kelas VX MIA.1 SMA Negeri
1 Sekayu.
Daftar Pustaka
Cooper, J.D. 1993. Literacy: Helping Children to
Construct Meaning. Boston: Hongkton
Mifflin Company
Depdiknas RI. 2003. Kurikulum 2004: Standar
Kompetensi mata Pelajaran Bahasa Inggris
untuk Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah
Tsanawiyah.
Jakarta
:
Depdiknas.
Hill, W.R. 1979. Secondary School Reading
Process, Program, & Procedure. Boston:
Allyn and Bacon.

ISSN : 2459-9743 | 111

JurnalGuru | Pedoman Penulisan di Jurnal Guru

Pedoman Penulisan di Jurnal Guru


Jurnal Guru menerima naskah dalam bentuk: laporan hasil penelitian, artikel ulasan (review), dan
resensi buku (book review), baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.
I.

Cara Pengiriman Naskah


Tulisan dikirim secara online dalam format Ms Word (bukan dalam format pdf atau jpeg) ke
alamat email: ejurnalguru@gmail.com.

II.

Format Naskah
Naskah yang dikirim minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman kwarto (A4) dengan
spasi 1,5. Naskah harus dilengkapi dengan identitas penulis (nama lengkap, gelar akademik,
dan instansi/ sekolah). Semua halaman naskah (tabel, lampiran, dan referensi) harus diberi
nomor urut halaman. Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, dan sumber kutipan.
Sistematika penulisan disesuaikan dengan kategori artikel yang akan dipublikasikan. Naskah
yang masuk, akan dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu: artikel laporan hasil
penelitian (penelitian murni/ penelitian tindakan), artikel ulasan/ review kebijakan,
dan artikel resensi buku. Sistematika penulisan untuk masing-masing kategori artikel adalah
sebagai berikut:

Sistematika Penulisan Naskah/ Artikel Laporan Hasil Penelitian Murni


JUDUL NASKAH
NAMA PENULIS DAN INSTANSI ASAL
ABSTRAK
Ditulis dalam Bahasa Indonesia/ Inggris lebih kurang 200 kata dan disertai kata kunci
(keyword) maksimal 5 kata. Abstrak ditulis satu spasi dan dalam satu paragraf. Isi abstrak
merupakan ringkasan dari tujuan penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, subyek
penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian.
A. Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
B. Kajian Pustaka
Berisi landasan teori dan hipotesis atau pertanyaan penelitian.
C. Metode Penelitian
Berisi populasi dan sampel, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil penelitian dan pembahasan (termasuk ilustrasi: gambar, foto, tabel,
diagram, dan lain-lain)
E. Kesimpulan dan saran
Berisi kesimpulan penelitian, saran-saran, dan kelemahan penelitian
F. Daftar Pustaka

Sistematika Penulisan Naskah/ Artikel Laporan Hasil Penelitian Tindakan


JUDUL NASKAH
NAMA PENULIS DAN INSTANSI ASAL
ABSTRAK
Ditulis dalam Bahasa Indonesia/ Inggris lebih kurang 200 kata dan disertai kata kunci
(keyword) maksimal 5 kata. Abstrak ditulis satu spasi dan dalam satu paragraf. Isi abstrak
merupakan ringkasan dari tujuan penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, subyek
penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian.
A. Pendahuluan
Berisi latar belakang, perumusan permasalahan, cara pemecahan masalah (rencana
tindakan), dan tujuan penelitian.
B. Kajian Pustaka
Berisi landasan teori dan hipotesis tindakan.

112 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru


Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 112 - 114

C.

D.

E.
F.

Metode Penelitian
Berisi objek penelitian, setting penelitian (jenis tindakan dan tempat penelitian),
metode pengumpulan data, metode analisis data, dan cara pengambilan keputusan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil penelitian beserta pembahasannya yang meliputi: deskripsi hasil
penelitian (sebelum dan sesudah pemberian tindakan), deskripsi setiap tahapan
tindakan/ siklus, deskripsi perubahan pada siswa, guru, dan kelas.
Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan penelitian dan saran
Daftar Pustaka

Sistematika Penulisan Naskah/ Artikel Ulasan/ Review Kebijakan


JUDUL NASKAH
NAMA PENULIS DAN INSTANSI ASAL
ABSTRAK
Ditulis dalam Bahasa Indonesia/ Inggris dan disertai kata kunci (key-word) maksimal 5
kata. Abstrak ditulis satu spasi dan dalam satu paragraf.
A. Pendahuluan
Berisi latar belakang penulisan dan rumusan masalah.
B. Pembahasan
Berisi pembahasan terhadap permasalahan yang dikaji dalam naskah.
C. Kesimpulan
Berisi kesimpulan dan rekomendasi
D. Daftar Pustaka

Sistematika Naskah Artikel Resensi Buku


Naskah ditulis di atas kertas kwarto (A4), terdiri atas 5 s/d 6 halaman, dengan spasi 1,5.
Naskah dilengkapi dengan scan sampul buku yang diresensi dan informasi mengenai data
buku yang meliputi: judul, nama penulis/ pengarang, penerbit, tahun terbit beserta
cetakannya, dimensi buku, dan harga buku.

III. Cara Menulis Kutipan/ Sumber Kutipan

Sumber kutipan ditulis menyesuaikan sistem catatan perut (bodynote atau sidenote).
Dituliskan sbb:
a. Satu penulis: (Brownle, 1981:845);
b. Dua penulis: (Frucot dan Shearon, 1991:311);
c. Tiga atau lebih dari dua penulis: (Hofstede et.al., 1990:23);

Sumber kutipan yang berasal dari institusi sebaiknya dituliskan akronim institusi:
(Kemdikbud, 2000:21)

Sumber kutipan yang berasal dari website dituliskan dengan susunan sebagai berikut:
Nama penulis, judul tulisan (...), nama website, alamat artikel, tanggal dan waktu
download.
Contoh:
Rohman, D.A, Publik AS Dukung Bill Clinton, http://www.kompas.com/ kompascetak/9902/15/in/publ24.htm, diunduh pada Senin, 24 Oktober 2005, jam 13.56
wib.
IV. Cara Menulis Daftar Pustaka
Penulisan Daftar Pustaka disusun alfabetis dengan susunan setiap publisitas sebagai berikut:

Buku-Buku
Contoh:
Hadi, S. 2005. Panduan Manual Seri Program Statistik (SPS-2000). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Moorhead, G. and Griffin, R. W. 1995. Organizational Behavior Managing People and
Organizations. Boston Hougton: Miffin Company.

ISSN : 2459-9743 | 113

JurnalGuru | Pedoman Penulisan di Jurnal Guru

Jurnal
Contoh:
Guey, F., Marsh, H.W., and Boivin, M. 2003. Academic Self-Concept and Academic
Achievement: Developmental Perspective on Their Causal Ordering. Journal of
Educational Psychology, 95 (1): 124-136.
Cahyono, U, dan Ibrahim, A. 2006. Angkatan Muda dalam Dinamika Muhamadiyah 19181967. Jurnal Humanika, 19 (3): 301-310.

Bab dalam Buku


Contoh:
Abdullah, M. A.. 2001. Muhammadiyahs Experience in Promoting Civil Society on the
Eve of the 21st Century. Dalam Mitsuo Nakamura, Sharon Siddique, and Omar
Farouk Bajunid. Islam &amp; civil society in Southeast Asia. Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies. pp. 43-54.
Burhani, A. N. 2011. Kitab Kuning dan Kitab Suci: Membaca al-Jabiri dengan perspektif
NU dan Muhammadiyah. Dalam Haedar Bagir dan M. Deden Ridwan (eds.) Kritik
atas Nalar Islam Liberal. Bandung: Mizan, 2011

Tesis/ Disertasi
Contoh:
Abdullah, I. 1994. The Muslim businessmen of Jatinom : Religious Reform and
Economic Modernization in a Central Javanese town. Ph.D Dissertation, Uiversiteit
van Amsterdam.
Mulkhan, A. M. 1999. Gerakan Pemumian Islam Di Pedesan. Disertasi Doktor. Uiversitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Makalah
Contoh:
Maarif, S. 2006. Islam dan Pendidikan Pluralisme Menampilkan Wajah Islam Toleran
Melalui Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, Makalah dipresentasikan dalam
Konferensi Tahunan (Annual Conference), Kementerian Agama Republik Indonesia.

114 | ISSN : 2459-9743

Anda mungkin juga menyukai