Anda di halaman 1dari 9

26

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK


MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK
SUHU DAN KALOR

Judyanto Sirait
Program Studi Pendidikan Fisika,FKIP, Universitas Tanjungpura

Abstract
The goal of this research is to obtain the gain of students conceptual
understanding in applied cognitive conflict approach in heat and temperature.
Method of the research is experiment that conducted at 10th grade in one of senior
high school in Bandung. Cognitive conflict approach was used on experiment
group while control group used conventional approach. Data were collected
through pretest, posttest, questionaire, and observation sheet. Data was analized
statistically by t-test. The result showed that normalized gain of conceptual
understanding of experiment group and control group 0.57 , 0.35 respectively. It
showed that average of normalized gain of experiment group is higher than that of
control group significantly. The conclusion of the research was cognitive conflict
approach increase students conceptual understanding. Besides that students and
teachers responses gave positively.

Key words: cognitive conflict, conceptual understanding

Fisika merupakan salah satu XI. Materi ini sebelumnya sudah


cabang IPA yang pada dasarnya pernah dibahas di SMP sehingga
bertujuan untuk mempelajari dan siswa sudah memiliki konsep tentang
menganalisis pemahaman kuantitatif suhu dan kalor. Tetapi kenyataannya
gejala dan proses alam dan sifat zat di lapangan bahwa, masih banyak
serta penerapannya. Pendapat tersebut siswa yang mengalami kesalahan
diperkuat oleh pernyataan bahwa konsep sehingga siswa mengalami
fisika merupakan suatu ilmu kesulitan dalam memecahkan
pengetahuan yang mempelajari persoalan yang berhubungan dengan
bagian-bagian dari alam dan interaksi materi tersebut.
yang ada didalamnya. Ilmu fisika Sejumlah peneliti telah meneliti
membantu kita untuk menguak dan miskonsepsi siswa mengenai suhu
memahami tabir misteri alam semesta dan kalor. Yeo & Zadnik (2001),
ini (Surya, 1997). mengidentifikasi miskonsepsi yang
Kurikulum SMA menunjukkan dialami siswa pada materi suhu dan
bahwa suhu dan kalor merupakan kalor. Hasilnya adalah kalor bukanlah
suatu materi yang dipelajari di kelas energi, kalor dan suhu adalah sesuatu
X dimana pokok bahasannya adalah yang sama, kalor tidak dapat diukur,
suhu dan termometer, pemuaian, tubuh seseorang dalam keadaan
kalor, perubahan wujud, dan dingin tidak memiliki kalor, suhu
perpindahan kalor. Materi ini menjadi dapat ditransfer, suhu adalah sifat
dasar bagi siswa yang akan khusus yang dimiliki materi atau
mempelajari termodinamika di kelas
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 27

benda, air tidak dapat mencapai suhu Pembelajaran yang


0oC. mengakomodasi perbedaan, bersifat
Suparno (2005), menyatakan terbuka dan memberikan rangsangan
bahwa miskonsepsi yang sering akan lebih efektif dalam membantu
dialami oleh siswa yaitu: suhu dan siswa membangun ilmu
kalor itu sama, kalor bukanlah energi, pengetahuannya. Teori
mendidih adalah suhu tertinggi yang konstruktivisme Piaget menyatakan
dapat dicapai suatu benda, suhu ketika seseorang membangun ilmu
adalah sifat dari suatu materi, benda pengetahuannya, maka untuk
yang berlainan suhu dan berkontak membentuk keseimbangan ilmu yang
satu sama lain tidak harus menuju lebih tinggi diperlukan asimilasi,
suhu yang sama. Benda yang yaitu kontak atau konflik kognitif
mempunyai suhu lebih tinggi selalu yang efektif antara konsep lama
mempunyai kalor yang lebih tinggi dengan kenyataan baru. Rangsangan
pula, es tidak dapat berubah suhu. konflik kognitif dalam pembelajaran
Berdasarkan permasalahan di akan sangat membantu proses
atas perlu dikembangkan asimilasi menjadi lebih efektif dan
pembelajaran yang dapat membantu bermakna dalam mengembangkan
siswa untuk memperbaiki konsepnya intelektualitas siswa.
dan melibatkan siswa dalam proses Hasil penelitian Partono (2001),
perbaikan tersebut. Salah satunya menunjukkan bahwa strategi konflik
adalah melalui pendekatan kognitif dapat membuat siswa lebih
pembelajaran konflik kognitif. termotivasi dalam belajar, mengubah
Melalui pendekatan konflik kognitif, konsepsi siswa yang salah menjadi
siswa dihadapkan pada situasi yang konsepsi ilmiah dan meningkatkan
bertentangan dengan konsepnya penguasaan konsep siswa pada topik
kemudian siswa diarahkan kepada gerak dan gaya. Baser (2006) meneliti
percobaan atau demonstrasi untuk tentang pembelajaran berbasis konflik
membuktikan kebenaran konsep kognitif untuk mengubah konsepsi
tersebut. Dalam pembelajaran ini siswa pada topik suhu dan kalor,
siswa diberi kesempatan untuk hasilnya adalah peningkatan
mengungkapkan konsepsinya dan pemahaman konsep siswa yang
mengkritisi yang berbeda dengan belajar dengan konflik kognitif lebih
konsepsinya. Berpikir kritis tidak tinggi dari siswa yang belajar dengan
hanya sekedar menerima informasi konvensional. Pembelajaran berbasis
dari pihak lain, tapi juga melakukan konflik kognitif lebih baik
pencarian, dan bila diperlukan akan memperbaiki konsep suhu dan kalor
menangguhkan keputusan sampai ia siswa dibanding dengan pembelajaran
yakin bahwa informasi itu sesuai konvensional. Kim et al (2006)
dengan penalarannya dan didukung meneliti tentang konflik kognitif dan
oleh bukti atau informasi. Orang yang perubahan konsep siswa dalam fisika
memiliki keterampilan berpikir kritis, dengan kelas inkuiri. Hasil penelitian
akan mampu mengevaluasi, menunjukkan bahwa tingkat
membedakan dan menentukan apakah pemahaman awal siswa memegang
suatu informasi benar atau salah. peranan penting dalam pemahaman
konsep di kelas inkuiri. Siswa yang
memiliki respon untuk meninjau berjumlah 25 soal yang diberikan
kembali teori yang ada dengan sebelum dan setelah pembelajaran,
motivasi yang tinggi dapat lembar observasi yang digunakan
meningkatkan pemahaman ketika untuk mengamati sejauh mana
menghadapi situasi konflik kognitif pendekatan pembelajaran konflik
dalam kelas inkuiri. Sugiyanta (2008), kognitif yang direncanakan dalam
hasil penelitiannya menunjukkan proses belajar mengajar, dan angket
pendekatan konflik kognitif dalam respon siswa dan guru yang
pembelajaran fisika mempuyai digunakan untuk memperoleh
pengaruh yang berarti meningkatkan informasi tentang tanggapan siswa
hasil belajar siswa dan meningkatkan dan guru terhadap penggunaan
kualitas lingkungan belajar di dalam pendekatan pembelajaran konflik
kelas lebih kondusif. kognitif yang diterapkan.

Metode Penelitian Hasil Penelitian


Tujuan dari artikel ini adalah 1. Penguasaan Konsep
untuk mengetahui sejauh manakah Hasil perhitungan skor rata-rata
pendekatan pembelajaran konflik tes awal siswa kelas eksperimen
kognitif dapat meningkatkan sebesar 8,75 (35%), sementara skor
penguasaan konsep siswa pada materi rata-rata tes awal pada kelas kontrol
suhu dan kalor. Metode penelitian sebesar 8,89 (36%). Hal ini
yang digunakan adalah eksperimen menunjukkan bahwa perolehan skor
semu dan deskriptif. Metode rata-rata tes awal penguasaan konsep
eksperimen digunakan untuk melihat siswa kedua kelas hampir sama.
peningkatan penguasaan konsep, Selanjutnya skor rata-rata tes akhir
sedangkan metode deskriptif untuk kelas eksperimen sebesar 17,86
digunakan untuk mendapatkan (71%), dan skor rata-rata tes akhir
gambaran tentang tanggapan guru dan kelas kontrol sebesar 14,36 (57%).
siswa terhadap pendekatan konflik Hal ini menunjukkan bahwa
kognitif. Kelas eksperimen penguasaan konsep siswa setelah
menggunakan pendekatan mengikuti pembelajaran mengalami
pembelajaran konflik kognitif, peningkatan tetapi penguasaan konsep
sedangkan kelas kontrol siswa kelas eksperimen lebih tinggi
menggunakan pendekatan dari kelas kontrol.
pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan skor rata-
Sampel penelitian adalah siswa rata gain yang dinormalisasi
kelas X di salah satu SMA di kota penguasaan konsep kelas eksperimen
Bandung berjumlah 56 orang, dimana sebesar 0,57 dalam kategori sedang,
masing-masing kelas yaitu kelas dan kelas kontrol sebesar 0,35 dalam
eksperimen dan kelas kontrol terdiri kategori rendah. Dengan demikian
dari 28 orang. Penelitian dilaksanakan prosentase gain yang dinormalisasi
semester genap tahun pelajaran penguasaan konsep kelas eksperimen
2008/2009. lebih tinggi dibanding dengan kelas
Instrumen penelitian yang kontrol. Prosentase skor rata-rata tes
digunakan adalah tes penguasaan awal, tes akhir, dan gain yang
konsep suhu dan kalor yang dinormalisasi penguasaan konsep
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 29

suhu dan kalor antara kelas diperlihatkan pada Gambar 1.


eksperimen dan kelas kontrol
80
71
70

Prosentase Skor Rata-rata 60 57

47
50
Eksperimen
40 35 36 35
Kontrol
30

20

10

0
Tea awal Tes akhir <g>

Gambar 1. Perbandingan prosentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan <g>
penguasaan konsep suhu dan kalor

Untuk mengetahui perbandi- dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji-t


ngan peningkatan penguasaan konsep <g> penguasaan konsep kelas
antara siswa kelas eksperimen dan eksperimen dan kelas kontrol
kelas kontrol, dilakukan analisis diperoleh bahwa thitung = 5,5 dan ttabel
terhadap data <g>, yang meliputi uji = 1,67. Ternyata thitung > ttabel, ini
normalitas, homogenitas dan uji-t. Uji berarti bahwa peningkatan
normalitas <g> untuk kelas penguasaan konsep kelas eksperimen
eksperimen diperoleh 2hitung = 0,45 lebih tinggi dibandingkan dengan
dan 2tabel = 7,81 untuk taraf peningkatan penguasaan konsep kelas
signifikansi 0,05. Ternyata 2hitung < kontrol. Dengan demikian
2tabel, hal ini menunjukkan data <g> pembelajaran dengan pendekatan
kelas eksperimen berdistribusi konflik kognitif secara signifikan
normal. Sedangkan untuk kelas dapat lebih meningkatkan penguasaan
kontrol diperoleh 2hitung = 3,50 dan konsep siswa dibanding dengan
2tabel = 7,81 untuk taraf signifikansi pembelajaran konvensional.
0,05. Ternyata 2hitung < 2tabel, hal ini Materi suhu dan kalor yang
menunjukkan data <g> kelas kontrol diteliti terdiri dari lima sub konsep
berdistribusi normal. yaitu konsep suhu, pemuaian, kalor,
Uji homogenitas <g> perubahan wujud dan perpindahan
penguasaan konsep kelas eksperimen kalor. Setiap sub konsep dianalisis
dan kelas kontrol diperoleh Fhitung = ketercapaiannya berdasarkan skor tes
1,5 dan Ftabel = 1,9 untuk taraf awal, tes akhir dan <g>.
signifikansi 0,05. Ternyata Fhitung < Berdasarkan hasil perhitungan
Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa diperoleh bahwa untuk kelas
distribusi data kedua kelas tersebut eksperimen prosentase terendah pada
adalah homogen. konsep perubahan wujud sebesar 31%
Karena kedua kelompok dan tertinggi pada konsep suhu
tersebut berdistribusi normal dan sebesar 40%, sedangkan prosentase
homogen, maka pengolahan data terendah setelah dilakukan tes akhir
terjadi pada konsep pemuaian sebesar dibagikan, siswa ingin agar
62% dan prosentase tertinggi pada pendekatan pembelajaran seperti ini
konsep suhu sebesar 78%. bisa diterapkan pada materi yang lain.
Peningkatan penguasaan konsep Untuk mengetahui tanggapan
tertinggi terjadi pada konsep kalor guru yang mengajarkan pendekatan
sebesar 63% dan terendah pada pembelajaran konflik kognitif ini,
konsep pemuaian sebesar 35%. dilakukan dengan memberikan angket
Untuk kelas kontrol prosentase kepada guru yang berisi sejumlah
terendah skor penguasaan konsep pertanyaan. Berdasarkan hasil analisis
pada saat tes awal terjadi pada konsep diketahui bahwa guru memiliki
perubahan wujud sebesar 31% dan tanggapan yang positif juga yang
tertinggi pada konsep suhu sebesar berarti sangat setuju bahwa
46%, sedangkan prosentase terendah pendekatan pembelajaran konflik
setelah dilakukan tes akhir terjadi kognitif dapat meningkatkan
pada konsep kalor sebesar 52% dan penguasaan konsep siswa. Disamping
tertinggi pada konsep suhu 65%. itu guru juga setuju bahwa
Peningkatan penguasaan konsep pendekatan pembelajaran dapat
tertinggi terjadi pada konsep mengaktifkan siswa dalam belajar.
perubahan wujud sebesar 41% dan Pembahasan
terendah pada konsep kalor sebesar Pendekatan pembelajaran
21%. Prosentase peningkatan konflik kognitif yang diterapkan
penguasaan konsep kelas eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari empat
dan kelas kontrol untuk setiap sub fase yaitu orientasi siswa pada
konsep suhu dan kalor diperlihatkan konflik, melakukan penyelidikan
pada Gambar 2 . melalui percobaan, menyajikan hasil
2. Tanggapan Siswa dan Guru percobaan dan kesimpulan, dan
terhadap Pendekatan menganalisis serta mengevaluasi.
Pembelajaran Konflik Kognitif Pada fase orientasi siswa pada
Untuk mengetahui tanggapan konflik, siswa diberikan sejumlah
siswa terhadap penerapan pendekatan pertanyaan dan siswa diminta untuk
pembelajaran konflik kognitif, memberikan prediksi atau jawaban
dilakukan dengan memberikan angket sementara. Kemudian dilanjutkan ke
kepada siswa. Berdasarkan analisis fase penyelidikan melalui percobaan.
diketahui bahwa setiap indikator yang Pada fase ini siswa melakukan
diukur, siswa memberikan tanggapan penyelidikan untuk mengetahui
yang positif yaitu menyatakan setuju kebenaran konsep yang ditanyakan
terhadap penerapan pendekatan sebelumnya, membuat analisis dan
pembelajaran konflik kognitif. Siswa kesimpulan serta menjawab kembali
menyatakan setuju bahwa pertanyaan sebelumnya. Siswa diberi
pembelajaran tersebut dapat kesempatan untuk menyajikan hasil
meningkatkan penguasaan konsep. dan kesimpulan pada fase menyajikan
Disamping itu, siswa juga setuju hasil. Untuk fase terakhir yaitu
bahwa pendekatan pembelajaran ini menganalisis dan evaluasi, guru
merupakan baru bagi siswa dan dapat mengevaluasi hasil analisis,
meningkatkan motivasi mereka untuk kesimpulan,jawaban siswa dan
belajar. Melalui angket yang
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 31

memberikan kesempatan kepada dan terendah pada sub konsep kalor


siswa untuk bertanya. sebesar 21%.
Penguasaan konsep adalah Sub konsep kalor mengalami
kemampuan menerangkan sesuatu peningkatan tertinggi untuk kelas
dengan kata-kata sendiri, mengenal eksperimen sementara terendah untuk
sesuatu yang dinyatakan dengan kata- kelas kontrol. Hal ini dimungkinkan
kata yang berbeda dengan kata-kata karena percobaan pada pembelajaran
yang terdapat dalam buku teks kalor lebih sederhana, terbukti dari
(Baharudin, 1982). Ada tiga aspek hasil observasi menunjukkan bahwa
yang berhubungan dengan siswa tidak mengalami kesulitan atau
penguasaan konsep yaitu: kebingungan dalam melakukan
kemampuan menerangkan atau percobaan sehingga siswa lebih
menjelaskan, pengenalan, dan mudah melakukannya. Disamping itu
kemampuan menginterpretasi. percobaan kalor ini sudah pernah
Tes penguasaan konsep dialami siswa dalam kehidupan
diberikan sebelum dan sesudah sehari-harinya. Hal yang lain adalah
pembelajaran baik untuk kelas karena soal-soal sub konsep kalor
eksperimen maupun kelas kontrol. berhubungan dengan percobaan. Pada
Adapun sub konsep dari suhu dan pendekatan pembelajaran konflik
kalor yang diteliti adalah suhu dan kognitif siswa mempunyai
termometer, pemuaian, kalor, kesempatan untuk melakukan
perubahan wujud, dan perpindahan penyelidikan setiap percobaan,
kalor. Analisis data tes akhir dan <g> membuat analisis setiap percobaan,
kedua kelas dilakukan untuk melihat dan diakhiri dengan evaluasi dari
sejauh mana peningkatan penguasaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa
konsep kedua kelas. pendekatan pembelajaran sangat
Dari hasil analisis diperoleh membantu siswa untuk menguasai
bahwa gain yang dinormalisasi konsep dengan adanya percobaan dan
penguasaan konsep untuk kelas evaluasi dari guru sehingga siswa
eksperimen (0,57) lebih tinggi lebih memahami konsep tersebut.
dibandingkan kelas kontrol (0,35). Menurut Downey (Partono,
Hasil ini menunjukkan bahwa 2001), dengan menghadapkan siswa
pendekatan pembelajaran konflik pada gagasan atau situasi baru yang
kognitif yang direncanakan dan bertentangan dengan pemahaman
dilakukan dengan baik dapat lebih sebelumnya, maka setelah melakukan
meningkatkan penguasaan konsep eksperimen atau demonstrasi, memicu
siswa dibandingkan dengan proses rekonstruksi konsep-konsep
pembelajaran dalam stuktur kognitifnya sehingga
konvensional.Peningkatan dapat meningkatkan pemahaman
penguasaan konsep siswa kelas konsep.
eksperimen tertinggi pada sub konsep Pendekatan konflik kognitif
kalor sebesar 63% dan terendah pada memberikan kesempatan kepada
sub konsep pemuaian sebesar 35%. siswa untuk mengungkapkan
Untuk kelas kontrol peningkatan konsepsinya. Ketika konsepsi siswa
penguasaan konsep tertinggi pada sub bertentangan dengan konsep ilmiah,
konsep perubahan wujud sebesar 41% siswa merasa tidak puas.
Ketidakpuasan siswa menuntun penyelidikan melalui eksperimen.
mereka untuk melakukan
70
63
60
60 57

48
50
Prosentase <g>

41
40 35 Eksperimen
32 30 32
30 Kontrol
21
20

10

0
Suhu Pemuaian Kalor Perubahan Perpindahan
Wujud Kalor

Gambar 2. Prosentase peningkatan penguasaan konsep setiap sub konsep

Hasil percobaan yang mereka fase analisis dan evaluasi, guru


dapatkan dapat membantu siswa membatasi pertanyaan siswa,
untuk memperbaiki konsepnya. sehingga kebingungan yang dialami
Apabila siswa masih belum yakin, siswa belum terjawab. Guru tidak
maka guru membantu dalam proses memiliki waktu yang cukup untuk
perbaikan konsep siswa. Dengan memberikan penguatan kepada siswa.
demikian siswa memiliki konsep yang Alasan lain yang menyebabkan
benar yang akhirnya dapat kemampuan kedua kelas tidak jauh
meningkatkan penguasaan konsep. berbeda karena kelas kontrol terlatih
Rendahnya peningkatan dengan persoalan matematis,
penguasaan konsep kelas eksperimen sementara kelas ekperimen kurang
pada sub konsep pemuaian mungkin terlatih, tetapi secara konseptual kelas
disebabkan percobaan pemuaian. ekperimen memiliki kemampuan
Pada kegiatan yaitu percobaan muai lebih tinggi dari kelas kontrol.
panjang, pertambahan panjang benda Peningkatan penguasaan konsep
sangat kecil sehingga siswa pada sub konsep perubahan wujud
mengalami kesulitan dalam untuk kedua kelas tidak jauh berbeda.
mengamatinya. Beberapa kelompok Hal ini dimungkinkan karena
kurang teliti dalam mengamati percobaan perubahan wujud yaitu
pertambahan panjang benda ketika untuk membuktikan bahwa suhu
dipanaskan untuk dua bahan yang benda tidak mengalami perubahan
berbeda, sehingga siswa mengalami ketika mengalami perubahan wujud,
kesalahan dalam menganalisis dan beberapa kelompok memperoleh data
membuat kesimpulan. Pada kegiatan yang berbeda dari yang diharapkan
percobaan muai volum, beberapa karena percobaan ini membutuhkan
kelompok memberikan alasan yang ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu
kurang lengkap. Disamping itu pada siswa tidak berhasil dalam membuat
Pendidikan luar sekolah dalam kerangka (M. Syukri) 33

grafik dan membuat kesimpulan Ketika menghadapi pengalaman baru


tentang perubahan wujud. Pada fase yang tidak cocok dengan skema yang
analisis, guru tidak memberikan dimiliki, siswa mengadakan
alasan yang kuat kepada pertanyaan penyesuaian dengan beragam
siswa tentang mengapa suhu benda kemungkinan, misalnya dengan
tidak mengalami perubahan ketika menambah atribut baru,
diberikan kalor, disamping itu memperhalus, memperluas, atau
pertanyaan siswa dibatasi oleh guru mengubah skema lamanya (Suparno,
karena waktu yang terbatas. 1997).
Sementara untuk kelas kontrol, materi
perubahan wujud ditekankan pada Kesimpulan
kemampuan siswa untuk membaca Peningkatan penguasaan konsep
grafik, sehingga siswa lebih terlatih siswa dengan pendekatan
dalam membaca grafik. Namun pembelajaran konflik kognitif (0,57)
demikian, siswa kelas eksperimen secara signifikan lebih tinggi
masih memiliki kemampuan lebih dibandingkan peningkatan
tinggi dari kelas kontrol karena siswa penguasaan konsep siswa dengan
pada pembelajaran konflik kognitif pembelajaran konvensional (0,35).
ikut terlibat langsung dalam proses Dengan demikian penerapan
pembuatan grafik perubahan wujud. pendekatan pembelajaran konflik
Untuk memahami suatu konsep kognitif dapat lebih meningkatkan
perlu diperhatikan bagaimana konsep penguasan konsep pada materi suhu
tersebut disajikan dan terlibat dan kalor dibanding dengan
langsung dalam proses pencapaian pembelajaran konvensional.
konsep tersebut. Dengan menyajikan Tanggapan guru dan sebagian besar
benda-benda yang konkret lebih siswa terhadap penerapan pendekatan
memudahkan dalam pencapaian suatu pembelajaran konflik kognitif adalah
konsep (Dahar, 1996). Pendekatan positif, dan berharap penggunaannya
konflik kognitif dapat menyajikan pada materi fisika yang lain.
benda-benda konkret dalam
mempelajari suatu konsep yaitu Daftar Pustaka
melalui percobaan. Siswa
diperhadapkan pada situasi nyata Baharuddin. (1982). Peranan dasar
yaitu melalui percobaan dan terlibat intelektual sikap dan
langsung dalam proses pencapaian pemahaman dalam fisika
konsep tersebut. terhadap kemampuan siswa
Berdasarkan teori perubahan di Sulawesi Selatan
konsep, pengetahuan dibentuk oleh membangun model mental.
siswa secara terus menerus. Seorang Disertasi Doktor FPS IKIP
siswa dapat salah mengerti dalam Bandung: Tidak diterbitkan
menangkap suatu konsep yang Baser, M. (2006). Fostering
dipelajari. Pengertian yang salah Conceptual Change by
dalam memahami suatu konsep, Cognitive Conflict Based
bukanlah akhir dari segala-galanya, Instruction Students
melainkan menjadi awal untuk Understanding of Heat and
perkembangan yang lebih baik. Temperature Concept.
Eurasia Journal of Gerak dan Gaya. Tesis
Mathematics, Science and Magister PPS UPI: Tidak
Technology Education, Vol diterbitkan
2(2) Sugiyanta. (2008). Pendekatan
Baser, M. (2006). Effect of Konflik Kognitif dalam
Conceptual Change Oriented Pembelajaran Fisika.
Instruction on Students Tersedia:
Understanding of Heat and http://www.lpmpjogja.diknas.
Temperature Concepts. go.id
Journal of Maltese Education Suparno. (2005). Miskonsepsi dan
Research, Vol 4 (1), 64-79 Perubahan Konsep dalam
Dahar,R.W, 1996, Teori-Teori Pendidikan Fisika. Jakarta:
Belajar, Jakarta: Erlangga PT. Gramedia Widiasarana
Kim et al. (2006). Students Surya, Yohanes. (1997). Olimpiade
Cognitive Conflict and Fisika. Jakarta : Primatika
Conceptual Change in Cipta Ilmu.
Physics by Inquiry Class. Yeo, S & Zadnik, M. (2001).
American Institute of Introductory Thermal
Physics. 0-7354-0311-2/06 Concept Evaluation:
Partono. (2001). Pengaruh Strategi Assessing Students
Konflik Kognitif dalam Understanding. The Physics
Pembelajaran Fisika terhadap Teacher, Vol 39, 496-504
Pemahaman Siswa tentang

Anda mungkin juga menyukai