Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi
Oleh :
SUHARJO
X5107633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :
SUHARJO
X5107633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Munzayanah Drs. Rahmad Djatun, M.Pd


NIP. 19490215 197603 2 001 NIP. 19460410 198003 1 001

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa


Tanggal : 5 Oktober 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. …………………………..

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. …………………………..

Anggota I : Dra. Munzayanah .…………………………..

Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd. …………………………..

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP. 1960 0727 198702 1 001 commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

SUHARJO. PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA


BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB
NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
2009.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan
membaca permulaan melalui penerapan metode global dengan kartu kata
bergambar pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun
ajaran 2008/ 2009.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek yang
memperoleh perlakuan dalam penelitian ini ialah siswa tuna grahita ringan kelas
V SLB Negeri Surakarta yang berjumlah 5 orang anak. Variabel bebas dalam
penelitian tindakan kelas ini penerapan metode global dengan kartu kata
bergambar. Sedangkan variabel terikatnya ialah kemampuan membaca permulaan
siswa. Teknik pengumpulan data dengan tes dan obesrvasi, yang diterapkan dalam
prasiklus, siklus I dan siklus II.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa tuna grahita ringan kelas V SLB
Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

SUHARJO. APPLICATION OF GLOBAL METHOD BY PICTURED WORD


CARD TO INCREASE THE ABILITY OF READING REGINVERS ON LIGHT
MENTALLY RETARDED CLASS V SLB NEGERI SURAKARTA IN THE
SCHOOL YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training
and Science Education, Sebelas Maret University, 2010.
The aim of this classroom action research is to know the role of
application of global method by pictured work card to increase the ability of
reading beginners on light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the
school year 2008/2009.
This study uses classroom action research. The subject that gets treatment
in this study is 5 light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta that
consists of 5 students. The free variable in this classroom action research is
application of global method by pictured word card. Where as the restricted
variable is the ability of reading beginners.
The techniques of collecting data in this study ara test and observation,
that applied in the pre cycle, cycle I, and cycle II.
The result of the classroom action research that application of global
method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally
retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Bacalah jika kamu ingin paham, cobalah agar kamu bisa”


(Penulis)

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:


 Almarhum dan almarhunah Bapak Ibu R. Soemardi
Dirjosaroyo atas segala pengorbanan yang telah mereka
berikan.
 Bapak ibu mertua tercinta
 Istriku tercinta atas semua dukungan, pengertian dan
kesetiannya.
 Kedua anakku tercinta, terima kasih atas dukungan dan
semangat yang diberikan
 Teman-teman sejawat program penyetaraan S1 PLB

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis
alami demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang terbesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd.
3. Ketua Pogram Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. A. Salim Choiri, M. Kes.
4. Ibu Dra. Munzayanah selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam menyusun skripsi.
5. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam menyusun skripsi.
6. Bapak H. Sukamto, SE selaku Kepala SLB Negeri Surakarta yang telah
memberikan izin penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di Sekolah
yang dipimpinnya.
7. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendo‟akan saya dalam setiap do‟anya.
8. Teman-teman mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas
Sebelas Maret tahun 2008/2009.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, oleh karena
commit to user
itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

skripsi ini penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat sekali bagi penulis
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Surakarta, September 2010

Penulis

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL …………………………………………………………………… i
PENGAJUAN ……………………………………………………………. ii
PERSETUJUAN………………………………………………………….. iii
PENGESAHAN ………………………………………………………….. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………….. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
MOTTO ………………………………………………………………….. vii
PERSEMBAHAN ………………………………………………………... viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 3
A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................................
4
1. Anak Tuna Grahita Ringan ............................................................ 5
a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan ..................................... 5
b. Penyebab Anak Tuna Grahita ………………………………... 6
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan ................................. 8
d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tuna Grahita........................... 9
2. Media Kartu Bergambar ................................................................ 10
a. Pengertian Media Kartu Bergambar
commit to user........................................ 10

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar ........... 11


c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses 13
Pembelajaran ......................................................................... 14
3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global …….. 16
a. Pengertian Membaca Permulaan …………………………… 16
b. Proses Penerapan Membaca Permulaan ……………………... 17
c. Metode Mengajar Membaca Permulaan 19
d. Langkah-langkah Penerapan Metode Global 21
22
B. Kerangka Pemikiran ......................................................................................
22
C. Perumusan Hipotesis ....................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................
23
A. Tempat Dan Waktu Penelitian…………………………………………
23
B. Subjek Penelitian …………………………………………………… 24
C. Data Dan Sumber Data ………………………………………………24
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….
24
E. Teknik Analisis Data …………………………………………………27
F. Indikator Kinerja …………………………………………………… 28
G. Prosedur Penelitian ………………………………………………… 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………………30
A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………............ 30
B. Hasil Penelitian…………………………………………................ 34
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………….. 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………............................... 43
A. Simpulan …………………………………………………………. 43
B. Saran ……………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 45
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 47

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………… 23
Tabel 2. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Semester I ………………... 35
Tabel.3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Pertama ..................... 35
Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Pertama ....................... 36
Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama .......... 37
Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua ......................... 38
Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua ......................... 38
Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ............
39

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Kerangka Pemikiran ……………………………….... 22

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 1. Nilai Kemampuan Membaca Siswa Siklus Pertama ................ 36
Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama ....... 37
Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif
Siswa Siklus Kedua ................................................................ 39
Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ........ 40

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran..................................... 47
Lampiran 2. Media Kartu Kata Bergambar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode Gobal
.............................................................................................. 48
Lampiran 3. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Membaca
Permulaan (Metode Global) ............................................... 49
Lampiran 4. Tabulasi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan
............................................................................................. 50
Lampiran 5. Instrumen Observasi Partisipasi Anak dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan Metode Global dengan media kartu
kata bergambar.................................................................... 52
Lampiran 6. Hasil Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Metode
Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan”Siklus I
…………………………………………………………… 53

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

To analyze the data this study uses descriptive qualitative analysis


technique. The result of this study shows: 1) From the data of pre cycle result the
value of reading ability is 48. 2) From the data of this action result in the cycle I
this average value of reading ability is 52. 3) From the data of action result in the
cycle II the average value of reading ability is 83. the result of the classroom
action research expresses that there is an increase of the student‟s reading ability
in earch cycle and the result has fulfilled the indicator of success that has been
fixed before. So it can be concluded that application of global method by pictured
word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB
Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.

commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis


jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan
tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Namun dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan
dasar, khususnya dalam pembelajaran membaca di kelas hasilnya masih kurang
optimal. Hal tersebut juga terjadi pada hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa
kelas V tuna grahita ringan di SLB Negeri Surakarta, nilainya rendah di bawah
rata-rata ketuntasan belajar (daftar nilai kelas V), bahkan sudah berada di kelas V
pun masih banyak anak yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu, guru kelas V
memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia
khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak
dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan
membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia
sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. “Dengan
mendapatkan pengajaran membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan
emosinya” (Depdikbud, 1996: 2). Mengingat pentingnya peranan membaca
tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah
memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang
mungkin selama ini cara-cara penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran
baik metode maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa kelas V
relatif rendah serta anak kurang berminat dalam pengajaran Bahasa Indonesia.
Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan amat
berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara
bertahap diantaranya pendidikan peran guru. Di sini peneliti akan membahas dan
menguraikan mengenai cara memberikan bimbingan belajar membaca permulaan
dengan ”metode global” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan
commit to user
ketrampilan dasar manusia yaitu bahasa. Dengan membaca memungkinkan

1
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

manusia dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keterampilan


membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia termasuk bagi
anak tuna grahita. Dengan ketrampilan membaca yang dimilikinya anak tuna
grahita dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan juga sebagai dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi.
Tahapan pelajaran membaca bagi anak tuna grahita ringan dimulai dengan
membaca permulaan. Pada tahap membaca permulaan siswa dimulai
diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huru /a/ sampai
dengan huruf /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan guru,
yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau
kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang terkecil.
Ketatabahasaan intelegensi anak tuna grahita sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak tersebut. Maka dari itu,
dalam pelajaran membaca permulaan bagi anak tuna grahita dibutuhkan metode
yang tepat agar dapat mengasah ketrampilan anak dalam membaca. Salah satu
metode yang dikembangkan yaitu metode global. Di dalam metode ini anak akan
membaca kalimat secara utuh.
Di dalam penerapan metode global untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak tuna grahita akan ditemukan masalah/hambatan yang
harus dipecahkan oleh guru agar pelajaran membaca tetap berjalan optimal dan
berhasil. Di dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis telah mengindentifikasi
masalah mendasar yang terjadi di kelas V SLB Negeri Surakarta yaitu:
1. Penerapan metode global dalam membaca permulaan di kelas V SLB Negeri
Surakarta mengalami hambatan berupa: anak-anak ragu-ragu dalam membaca,
anak sulit membedakan huruf, siswa tidak mengetahui makna kata atau
kalimat yang dibacakan.
2. Hambatan yang dialami oleh anak tuna grahita tersebut akan mempersulit dan
memperlambat kemampuan membacanya.
3. Untuk mengatasinya dibutuhkan strategi (metode) dan media yang tepat dalam
penerapan metode global untuk pembelajaran membaca permulaan anak tuna
grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.
Untuk mengatasi hambatan yang dialami anak, maka penulis berusaha
commit
menerapkan penggunaan media yang tepattoagar
usermempermudah penerapan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

global untuk membaca permulaan anak tuna grahita. Media yang dipilih yaitu
media kartu kata bergambar. Dengan media kartu kata bergambar diharapkan
dapat mempermudah penerapan “metode global” membaca permulaan bagi anak
tuna grahita.
Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis berusaha
mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah penelitian tindakan kelas
dengan judul: “Penerapan Metode Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tuna Grahita
Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan permasalahan pokok yang terdapat di kelas V SLB


Negeri Surakarta dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut,
“Apakah penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita V SLB Negeri
Surakarta ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


membaca permulaan melalui metode global dengan kartu kata bergambar pada
anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penulis melaksanakan PTK


ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Dengan penerapan metode global kartu kata bergambar dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita ringan kelas V SLB
Negeri Surakarta.
2. Manfaat Praktis
Secara khusus penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

a. Meningkatkan perhatian, minat dan rasa senang siswa tunagrahita ringan


dalam proses pembelajaran membaca.
b. Mempermudah anak tunagrahita ringan dalam menyerap materi
pembelajaran membaca.
c. Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran membaca.
d. Memudahkan bagi guru dalam memfasilitasi para siswa tunagrahita ringan
dalam pembelajaran membaca.
e. Mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran
membaca bagi anak tuna grahita.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anak Tuna Grahita Ringan

a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan


Anak tuna grahita ringan disebut juga anak tuna grahita mampu didik,
anak debil, moron, semi dependent atau bisa juga disebut dengan marginally
retarded. Istilah tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama,
hanya saja dalam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan sudut
pandang dari ahli yang bersangkutan. Dalam dunia pendidikan istilah yang
sering digunakan adalah tuna grahita ringan. Di bawah ini akan dikemukakan
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak tuna grahita ringan. Menurut
Munzayanah (2000: 22), anak tuna grahita ringan adalah:

Mereka yang masih mampu mempunyai kemungkinan untuk


memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan
menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus. Biasanya
untuk kelompok ini dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan
kelas IV Sekolah Dasar, serta dapat mempelajari ketrampilan-
ketrampilan yang sederhana.
Menurut The New American Webster dalam Moh. Amin ( 1995: 37)
dijelaskan bahwa, ” Moron (debile) is a person whose mentality does not
develop beyond the 12 years old level. Maksud dari kalimat tersebut yaitu, tuna
grahita ringan adalah seorang anak yang memiliki kecerdasan mental paling
tinggi sama dengan anak normal usia 12 tahun”.
Menurut Usa Sutisna (1984:54) yang dimaksud dengan anak tuna
grahita ringan adalah “Anak yang mempunyai intelegensi setingkat lebih
rendah dibandingkan dengan anak lamban belajar, IQ berkisar antara 50/55 –
70/75 yang masih mampu mengikuti pendidikan sekolah khusus.
Sedangkan menurut J.B. Suparlan (1983: 30) menyatakan bahwa
“Anak tuna grahita ringan adalah anak yang masih dapat dididik tentang tugas-
tugas dalam bidang sosial dan intelektual sampai batas-batas tertentu”.
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

Menurut Dr. Lelly Resna, Sp. KJ. (Psikiater di RSJP Bandung) dan
Drs. A.G. Sundjaya, M. Pd. (Dosen JPTB-FPTK UPI) retardasi mental ringan
adalah keadaan di mana seorang anak agak terlambat dalam belajar bahasa tapi
sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap,
dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar,
dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun,
biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya
dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik
stimulasi intelektual. (http: //pikiran rakyat/cyber media/edisi 2002)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditegaskan bahwa


anak tuna grahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah
rata-rata, memiliki IQ 50/55 – 70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan
dengan anak lambat belajar, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan
ingatannya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan
dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis dan
menghitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan
dan bila dilatih dapat memiliki ketrampilan tertentu yang dapat dijadikan bekal
hidup bagi dirinya setelah dewasa.

b. Penyebab Anak Tuna Grahita


Menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada Anak Dengan
Retardasi Mental oleh Triman Prasadio dalam Munzayanah (2000: 14-15),
bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu

1) Kelompok Biomedik yaitu meliputi:


a) Prenatal, dapat terjadi karena
(1) Infeksi pada ibu pada waktu mengandung
(2) Gangguan metabolisme
(3) Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu
(4) Kelainan kromosom
(5) Malnutrisi
b) Natal, antara lain berupa
(1) Anaksia
(2) Asphysia commit to user
(3) Prematuritas dan postmasturitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

(4) Kerusakan otak


c) Pos natal, dapat terjadi karena
(1) Malnutrisi
(2) Infeksi : meningitis dan encephalis
(3) Trauma
2) Kelompok Sosio Cultural : psikologi atau lingkungan
Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga.
Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu:
a) Teori Stimulasi
Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan,
disebabkan kekurangan rangsang atau kesempatan dari keluarga.
b) Teori gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap
stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
proses mental.
c) Teori Keturunan
Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak
sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak
mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam
untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain “Security System”
sangat lemah di dalam keluarga.
Menurut Tredgold dalam Munzayanah (2000:15) klasifikasi penyebab
tuna grahita dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Primary Amentia
Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor
keturunan.
2) Secondery Amentia
Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor eksternal
atau sesudah lahir
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketunaan pada anak, yaitu faktor keturunan, faktor
makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat
prenatal, natal maupun pasca natal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan


Kondisi fisik anak tuna grahita ringan tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya, yang membedakan dengan anak normal ialah
kemampuan psikisnya. Dan anak tuna grahita ringan memiliki karakteristik
yang khusus dibandingkan dengan anak normal. Menurut Moh. Amin (1995:
37) karakteristik anak tuna grahita ringan meliputi kelancaran berbicara
meskipun kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berpikir
abstrak, tetapi masih bisa mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa
maupun di sekolah khusus.
Menurut Munzayanah (2000: 23) ciri-ciri/karakteristik anak tuna
grahita ringan adalah sebagai berikut :
1) Dapat dilatih tentang tugas-tugas yang ringan.
2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga
hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas-
batas tertentu.
3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin maupun
ketrampilan.
4) Mengalami kelainan bicara atau speech defect, sehingga sulit untuk diajak
berkomunikasi.
5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi.
6) Peka terhadap penyakit.
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery &
Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 adalah
sebagai berikut:
1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam
mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa
apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3) Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak regular.
(www.ditplb.or.id, diakses 13 Februari 2009)
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara umum anak tuna grahita ringan mempunyai
karakteristik sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

1) Kondisi fisik anak tuna grahita ringan meliputi : bentuk kepala, mata,
hidung dan bentuk tubuh tidak jauh berbeda dengan anak normal
umumnya.
2) Kondisi psikis anak tuna grahita ringan meliputi : kemampuan berpikir
rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan
untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan
intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan
sifatnya yang kekanak-kanakan.
3) Kondisi sosial anak tuna grahita ringan tidak dapat atau kurang dapat
bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya.
Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut
menjadi hambatan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan membaca
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.

d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita


Sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita sebagaimana telah
dibahas di atas maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan
dengan keberadaan anak tunagrahita. Yang dimaksud dengan karakteristik di
sini adalah sebagai aspek atau kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut
dapat berupa bakat, motivasi, prilaku, kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan
sebagainya (Depdiknas: 2007: 65).
”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada
setiap individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan
potensi yang mereka miliki” (Depdiknas, 2002: 66). Menelaah pengertian
proses pembelajaran yang dikemukakan tersebut telah sejalan dengan
paradigma baru dalam proses pembelajaran, yakni harus berpusat pada siswa.
Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan berbagai kriteria yang
ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang dilayani.
Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak tunagrahita harus
commitsiswa
dikemas sedemikian rupa sehingga to user
yang memiliki kecerdasan rendah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

motivasi belajar rendah, dan prilaku yang kekanak-kanakan walaupun usianya


sudah dewasa dapat terdorong dan tetap mau mengikuti pembelajaran dengan
perasaan senang.

2. Media Kartu Bergambar

a. Pengertian Media Kartu Bergambar


Media kartu kata bergambar atau flash car ds menurut House
(1997:54) berukuran 1 2 x 8 cm, sangat bagus dan ukuran dapat diatur. Begitu
pula Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:30) mengatakan bahwa "Flash
cards berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk
mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa".
Metode ini dikembangkan oleh Glenn Doman yang lulus dari
Universitas Pennsylvania tahun 1940 jurusan physical therapy. Pada
awalnya metode ini digunakan untuk memberikan pengajaran membaca
(maupun tematik) kepada anak-anak yang mengalami cedera otak. Dengan
metode ini ternyata anak-anak tersebut bahkan menunjukkan kemampuan
lebih dibandingkan anak-anak normal. Glenn Doman bersama putrinya
Jannet Doman akhirnya mendedikasikan waktunya untuk membantu para
balita untuk mencerdaskan otak sejak dini.
(http://lintangkusumaning.blog5Pot.com/2009/02/mengajar-balita-membaca-
dengan-homemade.html, diakses 5 Februari 2009)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar
adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau
kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas
karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi
gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu
bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi
keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.
Flashcard adalah alat bantu untuk anak agar bisa belajar membaca.
Flashcard sendiri terdiri dari lembaran-lembaran kertas putih berbentuk
commit to user
persegi panjang dan di atasnya bertuliskan macam-macam kata mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

nama binatang, benda-benda di sekitar kita dan sebagainya. Metodenya


sendiri yaitu dengan ditunjukkan kartu-kartu tersebut di hadapan si balita
sambil kita menyebutkan kata yang tertera di kartu tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar
adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau
kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas
karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi
gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu
bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi
keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.

b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar


Dalam pembelajaran menerapkan media kartu bergambar, terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangannnya. Berdasarkan beberapa literatur
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kelebihan penggunaan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman,
dkk (2006: 29) adalah sebagai berikut:
1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu
dibawa kemana-mana.
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja dan uriluk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan
kesalahpahaman.
5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:29) media kartu
bergambar sebagai media visual mempunyai kelebihan:
1) Umumnya murah harganyacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

2) Mudah didapat
3) Mudah digunakannya
4) Dapat memperjelas suatu masalah
5) Lebih realistis
6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media
kartu bergambar jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain
adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk
mengatasi keterbatasan indera pengamatan.
Kelemahan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk
(2006:31) adalah sebagai berikut:
1) Kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2) Kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu
kompleks.
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Menurut Latuhem (1988:42) keterbatasan dari media kartu
bergambar adalah sebagai berikut :
1) Untuk memperbesar kartu bergambar memerlukan suatu proses dan
memerlukan biaya yang cukup besar.
2) Pada umumnya hanya dua dimensi yang nampak pada suatu kartu
gambar, sedangkan dimensi yang Jainnya tidak jelas.
3) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu
gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan
peristiwa pada pola gerak terlentu.
4) Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama.
Adanya kekurangan media gambar ini, maka cara untuk mengurangi
kelemahan media kartu bergambar antara lain:
1) Gunakan kartu bergambar yang sesuai dengan pertumbuhan dan
commitdan
perkembangan siswa (isi, ukuran, to warna).
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2) Saat memegang atau memperlihatkan kartu bergambar, usahakan agar


kartu bergambar tersebut jangan sampai bergerak.
3) Hindari penggunaan kartu bergambar dalam jumlah dan jenis yang
terlampau banyak; sebab hal ini cenderung membingungkan siswa.
Kecuali jika ingin membandingkan beberapa kartu bergambar, maka
perlihatkanlah kartu bergambar itu satu persatu agar perhatian siswa
hanya tertuju pada kartu bergambar yang sedang diamati.
4) Arahkan perhatian siswa pada sebuah kartu bergambar, kemudian
ajukan beberapa pertanyaan langsung sehubungan dengan kartu
bergambar tersebut.
5) Jika ingin memperlihatkan kartu bergambar pada siswa tanpa
pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan
tertulis pada bagian bawah dari kartu bergambar tersebut. Keterangan
tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan
bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain).
6) Adalah lebih baik jika guru menulis penanyaan-pertanyaan dan
jawabannya di samping kartu bergambar tersebut, tetapi tutupilah
jawabannya dengan kertas.Biarkan setiap siswa menguji sendiri
kebenaran. (Latuheru, 1988:43)
Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1988:29) bahwa penggunaan
media kartu bergambar dalam pembelajaran harus memperhatikan:
1) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti.
2) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang
sering dipelajari.
3) Gambar harus benar artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa
jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.
4) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit
dipahami siswa.
5) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.
6) Ukuran gambar sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Dari berbagai kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara


umum kelemahan kartu bergambar adalah hanya menekankan pada
indera mata, ukurannya sangat terbatas pada kelompok besar, tidak
memperlihatkan suatu pola gerakan yang utuh serta tanggapan siswa dapat
berbeda-beda terhadap kartu gambar yang sama.

c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses Pembelajaran


Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran
merupakan unsur yang sangat penting, terlebih dalam pembelajaran bagi anak
tunagrahita. Sangat jelas, inti dari penggunaan media atau alat peraga adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.
Mengenai pentingnya media atau alat peraga dikemukakan oleh Nana
Sudjana (2002 : 43) sebagai beriklut : ”Alat peraga dalam mengajar memegang
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif.” Lebih lanjut Nana Sudjana (2002: 99-100) mengemukakan
tentang fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1) Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri
sebagai alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif.
2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pembelajaran.
3) Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan
tujuan dan isi pembelajaran.
4) Alat peraga dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelengkap.
5) Alat peraga dalam pembelajaran utamanya untuk mempercepat dan
membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan.
6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu pembelajran.
7) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk
berfikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
8) Dengan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa
untuk belajar.
9) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar untuk perkembangan
belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
10) Alat peraga memberikan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
11) Alat peraga dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan
berkesinambungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

12) Alat peraga membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu


berkembangnya kemampuan berbahasa.
13) Alat peraga memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan
pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, bagi
anak tunagrahita perlu digarisbawahi selain berfungsi sesuai dengan uraian-
uraian di atas akan lebih penting peranannya dalam upaya menarik minat dan
menumbuhkan rasa senang untuk mau belajar. Tanpa ada ketertarikan dan rasa
senang dalam proses pembelajaran, tentu siswa tunagrahita akan merasa malas,
bersikap apatis, atau berontak, bahkan bisa jadi mogok belajar. Oleh karena
itulah upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dan mengusahakan adanya
rasa senang mutlak harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam buku Model
Pembelajaran Pendidikan Khusus (Depdiknas, 2007: 6) dijelaskan bahwa
dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita harus memperhatikan daya tarik.
Yakni daya tarik pembelajaran yang dapat diukur dengan mengamati adanya
kecenderungan peserta didik untuk tetap dapat terus belajar. Yang perlu diingat
oleh pendidik dalam mengajar harus memperhatikan PAKEM yakni dapat
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan pendapat ahli pada uraian-uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran
merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai suatu tujuan dalam
proses pembelajaran yang dilakukan. Namun demikian sebelum menggunakan
media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan dan dapat memilih alat peraga yang akan digunakan agar
betul-betul relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.

3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global

a. Pengertian Membaca Permulaan


Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar terpenting dalam berbahasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Menurut Tarigan (1994: 7), “Membaca adalah suatu proses yang


dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata”.
Menurut W.J.S Purwodarminto (1980: 112), „Membaca adalah melihat
sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan mengetahui isinya.”
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1990: 62) membaca adalah:
1) Melihat serta memahami apa yang tertulis
2) Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3) Mengucapkan bahan tertulis ke dalam kata-kata
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan
dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah
membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses
yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan
indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi
serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan
gambar gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya.
Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi
rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat
yang bermakna. Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk
mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding,
gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian
diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata
yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang
tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi‟ie, 1999: 7).
Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan
kepada siswa yang belum bisa membaca dengan tujuan agar siswa terampil
membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan
berbahasa guna menghadapi commit to user (Depdikbud, 1995/1996 : 6).
kelas berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai


moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses
ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-
lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.

b. Proses Penerapan Membaca Permulaan


Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982:
206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual
memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm).
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi
kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat
VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada
tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam
bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.
Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan
kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca
permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang
sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
ketrampilan/kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan
kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk
commit
memberi arti, dan (c) memasukkan to user
makna dalam kemahiran bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan


memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai
dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca
untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan
ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).
Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk
memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut
sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut
bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran
membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada
membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan
(Syafi‟ie, 1999: 16).
Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai
moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992: 29).
Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar 1994, materi pembelajaran membaca
permulaan yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
siswa Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1) Persiapan (pra membaca)
Pada tahap awal ini, pada awal catur wulan I, kepada siswa diajarkan :
(1). Sikap duduk yang baik,
(2). Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja,
(3). Cara memegang buku,
(4). Cara membalik halaman buku yang tepat,
(5). Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan.
2) Setelah pra membaca, siswa diajarkan :
(1). Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru),
(2). Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang
sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap
sampai dengan 14 huruf).
- a, i, m dan n ; misalnya
commitkatato: ini,
usermama; kalimat : ini mama.
- u, l, b ; misalnya kata : ibu, lala; kalimat : ibu lala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

- e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema.


- o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi.
- k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa satu.
3) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu.

c. Metode Mengajar Membaca Permulaan


Bagi siswa tuna grahita ringan yang belum lancar membaca, penting
sekali bagi guru untuk menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000: 4)
menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi anak yang belajar
membaca, antara lain : metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global
dan metode SAS.
Keempat Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa
kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu
metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat
penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran
yang akan digunakan sebagai berikut:
1) Dapat menyenangkan siswa
2) Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3) Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4) Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf
demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambing-lambang huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan 2 dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara
memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilan
kata-kata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun


pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat.
Selanjutnya metode SAS (Struktural Analitik dan Sintetik) adalah metode
belajar membaca yang didasarkan atas pendekatan cerita.
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan
diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode global. Menurut
Purwanto (1997: 32), „Metode global adalah metode yang melihat segala
sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa
dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Declory”.
Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global
adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini
didasarkan pada pendekatan kalimat. (http://tarmizi.wordpress.com, diakses
20 Februari 2009)
Peneliti memilih metode global sebagai strategi belajar/ metode
membaca permulaan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini anak
tuna grahita ringan dengan mudah menerima pembelajaran membaca yang
diberikan secara menyeluruh (mulai dari menguraikan kalimat menjadi kata).

e. Langkah-Langkah Penerapan Metode Global


Penerapan metode global diberikan dengan menampilkan kata/ kalimat
di bawah kartu kata bergambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat
menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku
kata menjadi huruf.
Cara penerapan metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat.
Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat
menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

kata menjadi huruf. (http://endangraspita.strategi-belajar-membaca.org,


diakses 20 April 2009)
Adapun cara pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Beberapa minggu yang pertama anak-anak diberinya kalimat-kalimat yang
merupakan cerita singkat, urnumnya yang mudah-mudah dan berhubungan
dengan diri anak-anak, yang sudah dikenal. Kalimat-kalimat itu ditulis
dengan huruf-huruf tulis, yang tiap-tiap hari dapat diulanginya.
Contoh: ini bu ani
ibu ani masak nasi
ani makan nasi
b. Setelah beberapa lama, anak-anak hafal bunyi kalimat-kalimat itu dan
dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama. Alangkah
baiknya jika tiap-tiap kalimat disertai gambarnya.
c. Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah
diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur
anak-anak itu akan dapat pula membedakan suku-suku kata (hafal).
Kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.
d. Setelah hafal dan mengerti bunyi-bunyi huruf itu, dapat pula
merangkaikannya menjadi kata-kata, dan dari kata-kata menjadi kalimat

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan suatu arah penalaran agar dapat


diperoleh pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
Adapun kerangka berpikir yang penulis kemukakan yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Kemampuan membaca siswa


Kondisi awal
tunagrahita ringan kelas V
kemampuan membaca
SLB Negeri Surakarta rendah

Guru menerapkan metode global


Tindakan
dengan kartu bergambar
(Siklus I dan Siklus II)

Kemampuan membaca siswa


Kondisi Akhir tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri
Surakarta meningkat

C. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian tindakan


kelas ini adalah: “Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tuna grahita ringan
kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri
Surakarta yaitu di kelas V. Kelas ini adalah kelas yang penulis ajar.
2. Waktu Penelitian
Untuk rincian waktu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahapan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1) Penyusunan Februari 2009  Menyusun proposal penelitian
proposal tindakan kelas yang akan diterapkan
2) Perencanaan April 2009, minggu 1-2  Merancang media kartu kata
bergambar
April 2009, minggu 3-4  Menyusun instrumen observasi, tes
awal, lembar kerja/ tugas dan
memperbanyak instrumen
 Menyusun skenario pembelajaran
dan RPP
3) Operasional
lapangan
a) Siklus 1 1 Mei 2009  Perencanaan tindakan siklus 1
4 – 8 Mei 2009  Implementasi dan observasi siklus 1
11 Mei 2009  Interpretasi dan refleksi siklus 1
b) Siklus 2 12 Mei 2009  Perencanaan tindakan siklus 2
13 – 18 Mei 2009  Implementasi dan observasi siklus 2
20 Mei 2009  Interpretasi dan refleksi siklus
4) Penyusunan 22 Juli 2009  Evaluasi dan refleksi seluruh
laporan tindakan
24 April s.d 8 Mei 2009  Penyusunan dan pengiriman laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas V
Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. Siswa yang dijadikan obyek penelitian ini
adalah siswa tuna grahita ringan kelas V.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan adalah berupa informasi tentang


kemampuan membaca yang dimiliki oleh anak, ketertarikan siswa dalam
pembelajaran membaca Bahasa Indonesia, serta kemampuan guru dalam
menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca
bahasa indonesia, termasuk di dalamnya penerapan media kartu kata bergambar
dalam membaca permulaan Bahasa Indonesia di kelas V bagi anak tuna grahita
ringan.
Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber meliputi:
1. Informan atau nara sumber. Yaitu siswa tuna grahita kelas V dan guru kelas
yang mengajar.
2. Catatan khusus dan dokumentasi (foto) selama berlangsungnya penerapan
media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan oleh teman sejawat (guru lain).
3. Arsip administrasi berupa kurikulum yang digunakan, RPP, nilai hasil
pembelajaran membaca permulaan anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi, tes, dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

a. Pengertian Observasi
Metode observasi
adalah metode pengumpulan data dengan
commit to fenomena-fenomena
pengamatan secara langsung mengenal user dan gejala psikis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item


tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229).
Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:
1) Observasi Terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi,
melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang
diamati.
2) Observasi Terfokus, ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur, observasi menggunakan instrumen yang terstruktur
dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V)
pada tempat yang disediakan.
4) Observasi Sistematik, observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang
diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan
menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
commit to user
hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran


kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu kata bergambar.
Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
2. Metode Tes
1. Pengertian Tes
Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian tes dapat dijelaskan
menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 224), “tes adalah alat ukur atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan“. Sedangkan menurut
Winkel (2001: 325) “Tes adalah suatu seri pertanyaan atau soal yang harus
dijawab atau dipecahkan“.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu
alat untuk mengukur sesuatu yang berupa pertanyaan atau tugas yang harus
diselesaikan oleh seseorang individu yang akan diukur kemampuannya itu
dengan standar penilaian tertentu pula.
2. Tipe Tes
Tes terdiri dari beberapa tipe dalam proses pembelajaran. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 225) “Bentuk tes ada dua, yaitu tes subyektif dan
tes obyektif“. Penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes
subyektif ini untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara obyektif. Tes obyektif ini macamnya adalah: a) Tes benar-
salah (true–false); b) Tes pilihan ganda (multiple choice test); c) Tes
menjodohkan (matching test); 4). Tes Isian (Completion test).
3. Tes yang digunakan
Tes yang digunakan adalah tes subyektif. Pelaksanaan tes dimaksudkan
untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajara siswa tuna grahita ringan kelas
commit to user
V pada saat menerima pembelajaran membaca permulaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

menggunakan kartu kata bergambar. Tes dilaksanakan pada awal penelitian


untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan pada awal dan
akhir siklus untuk mengetahui perkembangan membaca anak

3. Metode Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian dokumentasi dapat
dijelaskan menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,
dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.”
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Dokumentasi yang Digunakan
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang hal-hal variabel berupa perangkat kurikulum daftar
nilai awal siswa. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari:
1) Perangakat kurikulum yang diterapkan di sekolah (silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia unrtuk kelas V SDLB.
2) Nilai hasil tes awal kemampuan membaca Bahasa Indonesia anak.
3) Nilai hasil akhir (setelah tindakan) kemampuan membaca Bahasa
Indonesia anak.
4) Foto-foto saat tindakan berlangsung di SLB Negeri Surakarta.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data hasil


commit to user
pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata bergambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

yaitu teknik deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dan juga untuk
mengetahui respon/aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Peneliti membandingkan hasil kemampuan membaca sebelum diberi
tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) dengan sesudah diberi tindakan pada
setiap siklus I , siklus II, dst.
Data yang diperoleh melalui observasi per siklus dianalisa dengan mean
(rata-rata) untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan
(penggunaan media kartu bergambar dalam membaca permulaan dengan metode
global). Melalui kegiatan refleksi, setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh
kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Untuk memperjelas
hasil analisa data, baik hasil observasi maupun peningkatan kemmapuan membaca
permulaan siswa, keduanya ditampilkan dalam diagram batang.

F. Indikator Kinerja

Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat dikatakan


berhasil apabila terdapat peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca anak
dari 5 menjadi 7 dan anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80% jumlah siswa
di kelas.

G. Prosedur Penelitian
Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa tunagrahita ringan kelas V SLB
Negeri Surakarta melalui prosedur sebagai berikut:
1. Persiapan tindakan
a. Menyusun skenario/langkah-langkah tindakan berupa rencana
pembelajaran.
b. Menyusun kartu kata bergambar
commit
c. Menyusun instrumen tes dan to user
observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

2. Menyusun indikator kerja


3. Implementasi tindakan
4. Observasi
5. Analisis dan refleksi
Jika hasil pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata
bergambar masih jelek, perlu diulang dengan siklus II dan seterusnya.
Langkah-langkah penggunaan kartu kata bergambar dalam membaca
permulaan dengan metode global, contoh permainan kartu kata bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan (Metode Global):
1. Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Pemasangan kartu kata bergambar yang ditampilkan di papan tulis.
3. Guru menerangkan dengan membaca semua kartu kata bergambar yang
ditempelkan di papan tulis.
4. Guru mengajak anak mencoba membaca kartu kata bergambar yang ada di
papan tulis.
5. Guru mengacak antara kartu kata bergambar dengan keterangannya.
6. Anak menggabungkan kembali antara kartu kata bergambar dengan
keterangannya.
7. Anak mengucapkan kartu kata bergambar yang ditunjuk oleh guru.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa
membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:

Ini bulan

2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /bulan/


3. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni bu – lan
4. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
misalnya: i – n – i - b– u–
commit
l– a-nto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas mengambil setting di SLB Negeri Surakarta,


pelaksanaanya mengikuti alur sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan alokasi waktu pelaksanannya dari bulan April s/d Mei 2009.
2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar membaca
permulaan dengan metode global pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan media kartu kata bergambar.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi
aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis akhir pembelajaran dan sekaligus
menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas,
yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian
berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol
sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
Hasil dari penelitian ini disajikan secara lengkap dari setiap siklus,
sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/ perbaikan yang
diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek yang
berkaitan dengan penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru dijadikan sebagai peneliti dan
penanggung jawab penuh. Guru, dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh
dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.
Keempat tindakan tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu tersebut dianggap mampu
memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan
commit to user
mengatasi persoalan yang ada.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) yang diberikan


kepada siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta guru kelas/
peneliti mengadakan pengamatan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan
membaca yang dimiliki siswa di kelas tersebut. Dari hasil pengamatan
menunjukkan bahwa 5 orang siswa memiliki kemampuan membaca yang masih
kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang dari 6. Sehingga hasil pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum tuntas atau masih di bawah rata-rata.
Berdasarkan pengamatan guru yang mengajar di kelas dan wawancara
orang tua diperoleh data atau keterangan bahwa kelima siswa di kelas tersebut
memiliki kemampuan membaca permulaan yang sangat kurang atau minim.
Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas tersebut belum
tuntas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia yang dicapai
kelima siswa tersebut belum berkembang dengan baik. Untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa di kelas tersebut, kemudian guru kelas
berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia (membaca
permulaan) dengan memberikan tindakan berupa ”penggunaan media kartu kata
bergambar” yang diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Adapun rincian pelaksanaan yang telah diterapkan pada siklus pertama ini
dipaparkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan yaitu:
1) Menyusun satuan pembelajaran
2) Menyiapkan materi kartu kata bergambar
3) Membuat kisi-kisi tes kemampuan membaca
4) Membuat soal tes
5) Menyusun dan menyiapkan blankotoobservasi
commit user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

6) Menyiapkan blanko evaluasi tes


7) Menyiapkan blanko observasi untuk anak dan peneliti
b. Tindakan
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu:
1) Pertemuan Pertama:
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Menjelaskan pengenalan kartu kata bergambar
c) Anak membaca bersama-sama kata yang terdapat pada gambar
d) Setiap anak mencoba mencari dan menghubungkan kembali antara
nama kata dengan gambarnya.
e) Setiap anak mencoba membaca nama kata pada gambar dan menuliskan
kembali.
c. Observasi
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap observasi yaitu:
1) Mengamati perilaku siswa ketika penerapan pembelajaran pengenalan
kartu kata bergambar.
2) Mengamati kegiatan pengenalan kartu kata bergambar yang disampaikan
oleh guru.
3) Mengamati proses keterampilan membaca dan menulis anak setiap anak.
4) Mencatat kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
5) Mencatat perkembangan membaca dan tingkat partisipasi siswa.
6) Mengamati proses pengerjaan evaluasi (tes)
Dalam proses pembelajaran siklus pertama pengenalan materi membaca
permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa
Indonesia kelas III SDLB. Nilai kemampuan membaca siklus I untuk lebih
jelasnya dilaporkan pada hasil penelitian.
d. Refleksi
Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca
permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan
anak belum pernah menerimacommit to user sebelumnya dan masih bingung
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

dengan cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara


individual, sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu
persatu.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II


Adapun rincian pelaksanaan yang telah diterapkan pada siklus pertama ini
dipaparkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan yaitu:
1) Menyusun satuan pembelajaran untuk perbaikan
2) Menyiapkan materi kartu kata bergambar yang berwarna.
3) Menyusun dan menyiapkan blanko observasi
4) Menyiapkan blanko evaluasi tes
5) Menyiapkan blanko observasi untuk anak dan peneliti
b. Tindakan
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu:
1) Menciptakan suasana tenang dan hening agar anak siap menerima
pembelajaran.
2) Mengulang dan mengingat kembali pembelajaran pada siklus pertama.
3) Menjelaskan pengenalan kartu kata bergambar dan memberi contoh cara
menyusun, membaca dan menulisnya kembali.
4) Anak membaca bersama-sama kata yang terdapat pada gambar
5) Setiap anak mencoba mencari dan menghubungkan kembali antara nama
kata dengan gambarnya.
6) Setiap anak mencoba membaca nama kata pada gambar dan menuliskan
kembali.
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya agar betul-betul
menyerap pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.
c. Observasi
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap observasi yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

1) Mengamati perilaku siswa ketika penerapan pembelajaran pengenalan


kartu kata bergambar.
2) Mengamati kegiatan pengenalan kartu kata bergambar yang disampaikan
oleh guru
3) Mengamati proses ketrampilan membaca dan menulis anak setiap anak
4) Mengamati proses pengerjaan evaluasi (tes)
Dalam proses pembelajaran siklus kedua pengenalan materi membaca
permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa
Indonesia kelas V SLB.

d. Refleksi
Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca
permulaan dengan metode global yang diberikan dalam 2 kali pertemuan
berjalan dengan baik dan diperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan
anak telah memahami skenario pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Perubahan penggunaan media kartu kata bergambar yang berwarna membuat
anak lebih tertarik dan antusias dalam menyerap pembalajaran membaca
permualaan dengan metode global. Dan setiap anak tidak lagi membutuhkan
bimbingan secara individual pada saat pembelajaran berlangsung.

B. Hasil Penelitian

1. Data Penelitian Kondisi Awal

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang siswa tunagrahita


ringan kelas V SLB Negeri Surakarta memiliki kemampuan membaca yang masih
kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang dari 6. Sehingga hasil pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum tuntas atau masih di bawah rata-rata.
Tabel berikut ini merupakan gambaran hasil pembelajaran Bahasa
Indonesia semester I di kelas tersebut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Tabel 2. Daftar Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia Semester I


No. Nama Anak Nilai Mapel Bahasa Indonesia
1 Arm. 50
2 L.B 45
3 Tf. 50
4 Rs. 50
5 Fa. 45
Nilai Rata-rata Kelas 48

2. Data Penelitian Siklus I

Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca


permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan anak
belum pernah menerima pembelajaran sebelumnya dan masih bingung dengan
cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara individual,
sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu persatu.
Dalam proses pembelajaran siklus I pengenalan materi membaca
permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia
kelas V SLB. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada tindakan
siklus I yang diikuti oleh kelima siswa tuna grahita ringan diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
No. Nama Anak Jml. Jawaban Jml. Jawaban
Nilai Nilai
Benar Benar
1 Arm 10 5 12 6
2 L.B 8 4 10 5
3 Tf 10 5 10 5
4 Rs 7 3.5 12 6
5 Fa 8 4 8 4
Jumlah 21.5 26
Rata-rata tiap pertemuan 4.3 5.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus I


Nilai Partisipasi Nilai Partisipasi
No. Nama Anak Kriteria Kriteria
Aktif Siswa Aktif
1 Arm 5 Cukup 5 Cukup
2 L.B 5 Cukup 5 Cukup
3 Tf 5 Cukup 5 Cukup
4 Rs 5 Cukup 5 Cukup
5 Fa 5 Cukup 5 Cukup
Jumlah 25 25
Rata-rata setiap 5 Cukup 5 Baik
pertemuan

Penilaian keaktifan siswa berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu:


Skor tertinggi 8, skor terendah 0
Skor 7 – 8 = Baik (B)
Skor 4 – 6 = Cukup ( C )
Skor < 3 = Kurang (D)
Berdasarkan pedoman penilaian keaktifan siswa dalam pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa pada pembelajaran
membaca dengan penggunaan media kartu kata bergambar di kelas tersebut telah
tuntas.
Nilai
10
9
8 Arm L.B
7
6 Tf Rs
5
4
Fa
3
2
1
0
Pertemuan Pertemuan
I II

Grafik 1. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan


Partisipasi commit
Aktif Siswa Siklus Kedua
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama


Aspek Penilaian Pertemuan Ke… Jumlah Prosentase
Anak
Siswa yang aktif dalam I 1 20%
pembelajaran II 2 40%
Siswa yang kemampuan I 2 40%
membacanya tuntas II 2 40%

Hasil keberhasilan penelitian siklus I tersebut dapat disajikan dalam


bentuk grafik sebagai berikut:

Prosentase
100
80
Siswa yang
60 aktif dalam
40 pembelajaran
20
Siswa yang
0 kemampuan
membacanya
I

II
n

n
ua

tuntas
ua
em

em
rt

rt
Pe

Pe

Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama

Tidak ada anak yang mengalami perkembangan membaca dan


berpartisipasi aktif. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa pertemuan
pertama diperoleh nilai 4,3 dan pertemuan kedua diperoleh nilai 5,2. Untuk nilai
rata-rata keaktifan siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 5 (cukup) dan
pertemuan kedua diperoleh nilai 5 (cukup). Dan dapat disimpulkan bahwa hasil
dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang digunakan dalam
penelitian, sebab tidak ada 80 % siswa di kelas tersebut yang memiliki nilai
di atas 7.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

3. Data Penelitian Siklus II

Dalam proses pembelajaran siklus kedua pengenalan materi membaca


permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia
kelas V SLB. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada tindakan
siklus kedua yang diikuti oleh kelima siswa tuna grahita ringan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua
Pertemuan I Pertemuan II
No. Nama Anak Jml. Jawaban Jml. Jawaban
Nilai Nilai
Benar Benar
1 Arm 15 7.5 16 8
2 L.B 14 7 15 7.5
3 Tf 16 8 17 8.5
4 Rs 16 8 19 9.5
5 Fa 15 7.5 16 8
Jumlah 28 41.5
Rata-rata tiap pertemuan 7.6 8.3

Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua


Nilai Partisipasi Nilai Partisipasi
No. Nama Anak Kriteria Kriteria
Aktif Siswa Aktif
1 Arm 6 Cukup 8 Baik
2 L.B 6 Cukup 8 Baik
3 Tf 6 Cukup 8 Baik
4 Rs 6 Cukup 8 Baik
5 Fa 6 Cukup 8 Baik
Jumlah 6 8
Rata-rata setiap 6 Cukup 8 Baik
pertemuan

Penilaian keaktifan siswa berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu:


Skor tertinggi 8, skor terendah 0
Skor 7 – 8 = Baik (B)
Skor 4 – 6 = Cukup ( C )
commit to user
Skor < 3 = Kurang (D)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Berdasarkan pedoman penilaian keaktifan siswa dalam pembelajaran,


maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa pada pembelajaran
membaca dengan penggunaan media kartu kata bergambar di kelas tersebut telah
tuntas.
Nilai
10
9
8 Arm L.B
7
6 Tf Rs
5
4
Fa
3
2
1
0
Pertemuan Pertemuan
I II

Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan


Partisipasi Aktif Siswa Siklus Kedua

Hasil keberhasilan keaktivan siswa setiap siklus dalam pembelajaran


meningkatkan kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu
bergambar dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua


Aspek Penilaian Pertemuan Ke… Jumlah Prosentase
Anak
Siswa yang aktif dalam I 4 80%
pembelajaran II 5 100%
Siswa yang kemampuan I 5 100%
membacanya tuntas II 5 100%

Hasil keberhasilan keaktivan siswa setiap siklus dalam pembelajaran


meningkatkan kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu
bergambar dari tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Prosentase
100
90 Siswa yang
80 aktif dalam
70 pembelajaran
60
50
40 Siswa yang
30 kemampuan
20 membacanya
10 tuntas
0 II
I
n

n
ua

ua
em

em
rt

rt
Pe

Pe

Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua

Kelima anak mengalami perkembangan membaca dan berpartisipasi aktif.


Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 7.6
dan pertemuan kedua diperoleh nilai 8.3. Untuk nilai rata-rata keaktifan siswa
pertemuan pertama diperoleh nilai 6 (cukup) dan pertemuan kedua diperoleh nilai
(baik). Dan dapat disimpulkan bahwa hasil dari siklus kedua telah memenuhi
indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian, sebab 80 % siswa di
kelas tersebut yang memiliki nilai di atas 7.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan guru yang mengajar di kelas dan wawancara


orang tua diperoleh data atau keterangan bahwa kelima siswa di kelas tersebut
memiliki kemampuan membaca permulaan yang sangat kurang atau minim.
Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas tersebut belum
tuntas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia yang dicapai
kelima siswa tersebut belum berkembang dengan baik. Untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa di kelas tersebut, kemudian guru kelas
berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran
commit to user Bahasa Indonesia (membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

permulaan) dengan memberikan tindakan berupa ”penggunaan media kartu kata


bergambar” yang diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua.
Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca
permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan anak
belum pernah menerima pembelajaran sebelumnya dan masih bingung dengan
cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara individual,
sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu persatu.
Sebelum tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) yang diberikan kepada
siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta guru kelas/peneliti
mengadakan pengamatan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan membaca
yang dimiliki siswa di kelas tersebut.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang siswa memiliki
kemampuan membaca yang masih kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan
membaca permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang
dari 6. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum
tuntas atau masih di bawah rata-rata.
Hasil tindakan siklus II anak mengalami perkembangan membaca dan
berpartisipasi aktif. Nilai kemampuan membaca siswa pada siklus II seluruh siswa
telah menuntaskan belajar membaca permulaan melalui metode global dengan
kartu kata bergambar.
Hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori masih relevan, karena media
kartu bergambar memiliki beberapa kelebihan sebagaimana yang dikemukakan
oleh Arief S. Sadiman, dkk (2006: 29) sebagai berikut: 1) Sifatnya konkrit,
gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media
verbal semata; 2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak
semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat
selalu dibawa kemana-mana; 3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan kita; 4) dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja
dan uriluk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan
kesalahpahaman; 5) murah harganya dan gampang didapat serta digunakan,
tanpa memerlukan peralatan khusus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Di samping memiliki kelebihan, media kartu bergambar juga memiliki


kelemahan sebagaimana yang dikemukakan Arief S. Sadiman, dkk (2006:31)
sebagai berikut: 1) kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata; 2)
kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu
kompleks; 3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk
mengatasinya ialah kartu bergambar dibuat tidak terlalu kecil, dan siswa
dikondisikan posisi tempat duduk melingkar, kartu bergambar yang tidak dapat
menunjukkan gerak, guru harus kreatif menerangkan maksud dari kartu
bergambar dan membimbing siswa yang kurang paham terhadap maksud dari
kartu bergambar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang “Penerapan Metode Global dengan Kartu


Kata Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada
Anak Tuna Grahita Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran
2008/2009”, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode global dengan kartu
kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak
tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009

B. Saran

Dengan melihat besarnya manfaat hasil penelitian tindakan ini, peneliti


menyarankan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain sebagai berikut:
1. Bagi guru pengajar Bahasa Indonesia
a. Untuk kelancaran proses pembelajaran guru hendaknya selalu
menggunakan media atau alat peraga dalam melaksanakan pembelajaran.
Apabila di sekolah tidak tersedia alat peraga yang sesuai dengan keperluan,
guru secara kreatif hendaknya dapat membuat alat peraga sendiri.
b. Apabila akan menggunakan media kartu bergambar terlebih dahulu harus
mempertimbangkan berbagai hal yakni dari segi kemanfaatan, kepraktisan,
kesesuaian dengan materi membaca dan tujuan pembelajaran membaca,
kondisi dan potensi siswa, serta harus dapat menarik perhatian dan minat
siswa.
c. Media kartu kata bergambar sebagai salah satu unsur pembelajaran
hendaknya selalu digunakan dalam upaya menciptakan PAKEM yaitu
pembelajaran yang aktip, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga pada
akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat ke arah yang lebih baik.
commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

2. Bagi Kepala Sekolah


Kepala Sekolah sebaiknya membantu guru dalam pengadaan media kartu kata
bergambar untuk setiap pembelajaran membaca permulaan Bahasa Indonesia
agar dapat diterapkan di kelas yang lain.
3. Bagi Siswa
Siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta hendaknya lebih rajin
belajar membaca setiap buku pelajaran baik di rumah maupun di sekolah.
Apabila mengalami kesulitan tentang apa yang akan ia baca, coba tanyakan
kepada teman sekelas yang kemampuan membacanya lebih lancar, agar
terjalin kerjasama yang positif.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya yang akan memecahkan permasalahan pembelajaran
serta mencari strategi pembelajaran yang tepat dalam pengembangan
kemampuan membaca siswa tuna grahita ringan, bisa menerapkan media kartu
kata bergambar sebagai variabel pemecahan masalah atau
mengembangkannya dengan variabel lain yang terkait.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai