Anda di halaman 1dari 19

“Psikologi Dalam Pengembangan Kurikulum”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: DR. Khaerudin, M.Pd

Disusun oleh:

Adibah Saraswati Safira 1215151068

Eneng Nurlaila 1215150882

Khoirul Umam 1215154542

Latifah Nurhafni 1215152706

Murtiyana 1215153972

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018

1
DAFTAR ISI

Daftar isi .................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ......................................................................................................... 2

BAB I

A. Latar belakang .............................................................................................. 3

B. Rumusan .................................................................................................... 4

C. Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum ................................. 5
a) Psikologi belajar (psychology of learning) .......................................... 6
b) Psikologi perkembangan (developmental psychology) ....................... 9

BAB III
A. Peran psikologi belajar ................................................................................ 16

BAB IV

A. Kesimpulan .............................................................................................. 18

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Psikologi Pendidikan.
Terimkasih yang sebesar-besar nya untuk Bapak DR. Khaerudin, M.Pd
selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Pengembangan Kurilkulum atas ilmu,
bimbingan dan arahannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kurang dan
lebihnya kami mohon maaf, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Semoga allah swt senantiasa meridhai segala usaha kita semua. Amin.

Jakarta, 20 Maret 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang belajar. Maka, untuk sampai pada derajat yang
disebut belajar manusia harus mampu mengadakan dan atau mengalami
perubahan-perubahan. Baik itu perubahan tiap individu ataupun bahkan secara
global. Namun, perubahan-perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah
yang baik, perubahan yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang memelihara
alam semesta sesuai dengan mandat dari Allah SWT. Sehingga manusia harus
mencari dan mencapai hakikat belajar sampai sedalam-dalamnya.
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian
eksperimental tentang teori belajar, Penelitian para ahli psikologi diatas
menunjukkan bahwa pembelajaran berarti terkait erat dengan psikologi. Dan ini
menegaskan bahwa psikologi mempunyai posisi penting dalam proses pembelajaran
manusia, karena sebagaimana kita memahami bersama bahwa kondisi psikologis
seseorang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar yang
dilakukan oleh seseorang yang bersangkutan.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat
dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya,
akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Suatu
kurikulum itu sama halnya dengan teknologi. Teknologi berkembang dengan
kecanggihannya dan banyak memenuhi kebutuhan manusia. Begitu juga halnya
kurikulum, kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan
suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya
kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi
untuk mengembangkan kurikulum, tidak hanya dirancang sesuai keinginan para

4
pengelola lembaga tertentu, melainkan harus memperhatikan beberapa aspek
pengembangan kurikulum. Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum banyak
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya landasan dalam pengembangannya.
Landasan pengembangan kurikulum diantaranya, landasan fisiologis, landasan
psikologis, landasan sosial dan budaya, maupun landasan filosofis pengembangan
kurikulum. Dari sekian landasan tadi, saya mencoba mengembangkan dan
memaparkan landasan psikologis dalam pengembangan suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
mempunyai hubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal
ini kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat
untuk mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh
pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan
asumsi–asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.

Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk


memperhatikan dan mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan
kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi
tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga unsur psikologis dalam
pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan. Mahasiswa teknologi
pendidikan yang nantinya akan banyak mengembangkan kurikulum, hendaknya
memahami betul landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat psikologi pembelajaran dan psikologi
belajar?
2. Bagaimana peran landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum suatu
lembaga?
3. Mengapa landasan psikologis diperlukan dalam pengembangan isi
kurikulum?
4. Apa manfaat dari landasan psikologis sebagai aspek yang sangat
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan
Menganalisis peran Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk


mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada
pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang
akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan
kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat


1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan
tantangan perkembangan masyarakat.

Terjadi interaksi antar individu manusia dalam proses pendidikan, yaitu


antara pendidik dan peserta didik, juga antara peserta didik dengan orang-orang
lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan
kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya. Tugas utama
yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan peserta
didik secara optimal, perkembangan seluruh aspek kehidupannya.

Nana Syaodih Sukmadinata pada tahun 1997 mengemukakan bahwa


minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum
yaitu psikologi perkembangan (developmental psychology) dan psikologi belajar
(psychology of learning). Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan

6
tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode
perkembangan serta teknik-teknik penilaian.

1. Psikologi Belajar (psychology of learning)

Psikologi belajar yaitu suatu studi tentang bagaimana individu belajar.


Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
yang terjadi melalui pengalaman. Psikologi belajar juga merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar
mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek
perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan
pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang
sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi
dasar/KD), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan
dirumuskan dalam kurikulum.
Hilgard dan Bower menambahkan perubahan tersebut terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya sebagai reaksi terhadap situasi
yang dihadapinya. Perkembangan atau kemajuan yang dialami anak sebagian
besar terjadi karena usaha belajar baik melalui proses peniruan, pengingatan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan maupun pemecahan masalah.
Definisi tentang belajar bersumber pada teori-teori belajar tertentu.

Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980, hlm. 226-227) ada tiga
kelompok teori belajar, yaitu:

7
a. Kelompok Teori Disiplin Mental

Menurut bagan di atas, kelompok teori disiplin mental dari kelahirannya, anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi-potensi tersebut.

Ada beberapa teori yang termasuk kelompok teori disiplin mental yaitu :
- Disiplin mental theistik berasal dari Psikologi Daya, menurut teori ini anak
telah memiliki sejumlah daya mental seperti daya mengamati, menganggap,
mengingat, dan sebagainya.
- Disiplin mental humanistik, bersumber kepada psikologi humanisme klasik
dari Plato dan Aristoteles yang lebih menekankan keseluruhan, keutuhan.
- Teori naturalisme (self actualization), berpangkal dari Psikologi Naturalisme
Romantik, tokoh utamanya J.J. Rousseau.
- Teori apersepsi bersumber pada psikologi strukturalisme, tokohnya Herbart.
Menurut teori ini anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu
yang akan membentuk massa apersepsi.
- Teori Ilmu Jiwa Daya, memiliki pengertian hampir sama dengan pengertian
disiplin mental. Dikatakan bahwa otak manusia memiliki bagian tertentu yang

8
memiliki daya atau kemampuan tertentu. Sebagai contoh adalah daya
mengingat, daya berfikir, dll. Jika dalam kelompok disiplin mental potensi ini
dikatakan ada sejak lahir, pada ilmu jiwa daya menganggap daya tersebut bisa
dikembangkan seiring dengan berjalannya waktu.

b. Kelompok Belajar Teori Behaviorisme

Berdasarkan bagan di atas, kelompok ini mencakup tiga teori, diantaranya :


- Stimulus Respon Bond, bersumber dari psikologi koneksionisme oleh
Edward L. Thorndike. Menurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk pada
stimulus respon/aksi reaksi.
- Conditionering, yaitu belajar/pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Tokoh yang popular dalam teori
ini adalah Guthrie.
- Reinforcement, teori berkembang berkembang dari teori psikologi. Pada
reinforcement, kondisi diberikan pada respon. Adapun tokoh utama pada teori
ini adalah Skinner.

9
c. Kelompok Cognitive Gestalt Field

Teori Cognitive Gestalt Field bersumber dari psikologi lapangan oleh Kurt
Lewin. Teori ini berkenaan dengan bagaimana individu memahami dirinya dan
lingkungannya. Teori belajar pertama dari kelompok ini adalah Goal Insight,
berkembang dari psikologi Convigurationlism. Menurutnya individu selalu
berinteraksi aktif dengan lingkungan, perbuatan individu selalu diarahkan
kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan.

Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar, dengan demikian
ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar. Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Dengan kata
lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum.

2. Psikologi Perkembangan (developmental psychology)

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang


perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi
perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan
individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas
berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai

10
dengan perkembangan jiwa anak. Psikologi perkembangan mengkaji
karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan serta pola
perkembangan individu.
Asas psikologi anak merupakan bagian dari psikologi perkembangan.
Inti asas psikologi anak adalah bagaimana psikologi bisa menelaah dengan
menyeluruh mengenai proses perkembangan anak di setiap tingkatannya
sehingga kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan proses tsb. Psikologi
anak dapat digunakan pula untuk mengukur tingkat psikomotorik anak,
sehingga pada akhirnya dapat diketahui apakah perkembangan seorang anak
tersebut normal atau tidak.
Psikologi perkembangan membahas metode dan teori psikologi
perkembangan.

1. Metode dalam psikologi perkembangan; Pengetahuan tentang perkembangan


individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional
psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.
2. Teori psikologi perkembangan; dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang
perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach),
pendekatan diferensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative
approach).

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi


kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut.
Psikologi Perkembangan membahas tentang perkembangan individu sejak
masa konsepsi sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan)
melalui interaksi dengan lingkungan, meliputi :
– Kemampuan belajar melalui persepsi
– Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
– Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembangan :


– Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing) dalam
situasi opened spiral.

11
– Manusia merupakan mahluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang
terintegrasi menjadi sesuatu yang khas.
– Perkembangan siswa dinamis, pada dasarnya perkembangan manusia bersifat
unpredictable atau tidak bisa diprediksikan.

G. Stanley Hall -> perkembangan individu merupakan rekapitulasi dari


perkembangan spesiesnya. Menurutnya, ada empat tahap perkembangan,
yaitu :
– Masa kanak (0 – 4 tahun) masa kehidupan sebagai binatang melata &
berjalan

– Masa anak (4 – 8 tahun) masa manusia pemburu

– Masa puber (8 – 12 tahun) masa manusia belum beradab

– Masa remaja (12/13 tahun - dewasa) masa manusia beradab

Lawrence Kohlberg tahap perkembangan moral


– Tahap Pra konvensi : menghindari hukuman – mendapat ganjaran ; sebagai
alat kepentingan pribadi

12
– Tahap konvensi : berupaya menjadi orang baik ; mengikuti peraturan / hukum
formal
– Tahap pasca konvensi : menganut norma berdasarkan persetujuan masyarakat

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati


memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati
mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan
“karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal
dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam
pekerjaan pada suatu situasi.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :

a. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai
situasi atau informasi.
c. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap


perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan
pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang,
sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih
mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi
permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan.
Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya,
kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang
aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa
sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu
13
diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu: perbedaan tingkat
kecerdasan, perbedaan kreativitas, perbedaan cacat fisik, kebutuhan peserta
didik, dan pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

Penerapan asas psikologi pada pengembangan kurikulum, khususnya


dalam sekolah sebagai lembaga pendidikan antara lain :

1. Aspek Ketaqwaan
Aspek ini meliputi hal keagamaan dan bersifat spiritual. Spiritual adalah
pendidikan dan pengembangan kurikulum yang tidak terjadi hanya disekolah,
melainkan dirumah dan dilingkungan sehari-hari peserta didik berada.
Pengembangan kurikulum harus melibatkan aspek ini supaya peserta didik
yang masuk ke sekolah dan menimba ilmu tetap berlandaskan iman dan taqwa
kepada Tuhan YME sehingga bisa berbudi pekerti luhur dan menerapkannya
langsung di lingkungan masyarakat

2. Aspek Karsa
Ketika sedang membicarakan mengenai ketakwaan dan berkaitan dengan
agama, mungkin pikiran dan konteksnya adalah semua agama mengajarkan
hal yang benar. Tetapi ada beberapa peserta didik yang memilih menggunakan
logikanya. Bagi mereka penerapan kurikulum seperti halnya penggunaan aspek
ketakwaan sulit diterima. Maka ada yang disebut aspek karsa, aspek ini
memiliki fungsi yaitu digunakan pada pengembangan kurikulum
kewarganegaraan, moral, dan budi pekerti. Dengan menggunakan contoh
sehari-hari dan dampak yang dtimbulkan langsung terasa dan membawa
perubahan yang sangat positif.

3. Aspek Cipta
Aspek cipta melibatkan segala hal berbentuk logika, filsafat, bahasa dan cara
berfikir peserta didik. Dalam Pendidikan, besar peranannya untuk bsia
membentuk pikiran anak, mengingat mereka menghabiskan cukup banyak
waktu di sekolah dibandingkan rumah dan juga lingkungan sekitarnya.
Tidak sedikit peserta didik yang mengalami kendala, tetapi aspek cipta
termasuk yang dibutuhkan dan diwajibkan sekalipun dalam dunia pendidikan.
14
4. Aspek Rasa
Aspek rasa yang melibatkan apapun yang terkait dengan seni. Banyak
pengembangan kurikulum pendidikan yang membantu peserta didik agar bisa
mengerti mengenal apa itu kesenian dan melestarikan budaya serta warisan
Indonesia dengan pendidikan.

5. Aspek Sosial
Aspek sosial sangat penting mengingat banyak anak yang mengalami masalah
terhadap lingkungan luas atau lingkungan sosialnya. Sekolah menyisipkan
aspek ini pada beberapa pelajaran dan juga kegiatan sekolah supaya anak
tidak menjadi pasif, tidak menjadi pribadi yang penyendiri atau bahkan menjadi
fobia-sosial.

6. Aspek Sosiologi
Sosiologi adalah cabang ilmu sosial yang menyelidiki berbagai gejala sosial
hubungan antar individu, golongan ataupun lembaga sosial yang biasa kita
sebut masyarakat. sekolah sebagai institusi sosial yang ditujukan untuk
memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan.
Maka kurikulum sekolah merupakan basis yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Perkembangan kurikulum biasanya tetap pada standarnya dan
tidak akan berubah jika tidak dalam hal yang fatal, meskipun cukup banyak
dipengaruhi oleh berbagai pengaruh sosial yang berkembang dan selalu
berubah di dalam masyarakat.

7. Aspek Kesehatan
Kesehatan dalam psikologi meliputi fisik dan juga jiwa. Jika salah satunya sakit
maka yang lainnya akan terkena dampaknya bahkan ikut sakit. Hal ini juga
tetap di terapkan dalam pengembangan kurikulum sekolah, dan kembali pada
hakikatnya bahwa fisik yang kuat dibarengi dengan mental yang kuat.

8. Aspek Karya
Dalam aspek karya ini kurikulum memberikan kesempatan untuk peserta didik
yang memiliki bakat untuk menghasilkan sebuah keterampilan tanpa harus
15
terhalang oleh larangan dan sebagainya. Sebagai contoh yaitu bakat menyanyi,
melukis, membuat kerjainan tangan. Hal ini tentunya perlu dukungan yang
besar dari orang tua dan peserta didik itu sendiri untuk mengetahui potensi
yang besar dalam dirinya masing-masing.

9. Aspek Teknologi
Mengenai pengembangan kurikulum, kehadiran IPTEK pada dunia pendidikan
dapat memberikan dampak yang positif jika diarahkan dengan benar. IPTEK
akan membantu meningkatkan efektivitas dan efisien proses belajar mengajar
selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan
penyampaiannya ketika belajar. Guru seharusnya tetap mengawasi.
Perbedaannya, peran guru dapat digantikan dengan kehadirannya oleh media
belajar seperti media cetak dan non cetak. Sebagai contoh yaitu komputer, e-
learning, video, edugames, dan sebagainya.

16
BAB III

PEMBAHASAN

Psikologi seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya berperan


sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Psikologi dapat memengaruhi
sebuah kurikulum dalam berbagai hal. Seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya, makalah ini akan khusus membahas peran psikologi
perkembangan dan prikologi belajar dalam pengembangan kurikulum.

Kurikulum dibuat untuk digunakan oleh peserta didik yakni manusia.


Manusia memiliki peran jiwa yang besar dalam kehidupannya. Tiap manusia itu
unik bukan hanya karena latar belakangnya namun juga karena sifat
psikologisnya dalam menerima suatu keadaan. Ilmu yang mempelajari kejiwaan
manusia adalah psikologi, yang seperti namanya yakni psycho dan logos yang
berarti ilmu jiwa. Banyak sekali cabang ilmu psikologi, dua diantaranya sering
disebut amat berperan dalam pendidikan, yakni psikologi pendidikan dan
psikologi perkembangan. Berikut analisis peran kedua cabang ilmu psikologi
tersebut dalam pengembangan kurikulum.

A. Peran Psikologi Belajar


Psikologi belajar seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya adalah
psikologi yang mengkaji bagaimana sikap seseorang dalam belajar atau
mengalami perubahan dalam hidupnya karena belajar pada hakikatnya adalah
perubahan. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum perlu memperhatikan kajian
teori psikologi ini. Ketika kurikulum dikembangkan, maka hendaknya disesuaikan
dengan kajian psikologi belajar. Hal ini akan memudahkan kita dalam memilih
pengalaman belajar yang dibutuhkan. Misalnya jika tujuan belajar yang ingin
dicapai merupakan kompetensi yang harus menggunakan stimulus-respon atau
dilatih terus menerus seperti kecepatan lari, maka kurikulum dapat
menggunakan prinsip belajar behavioristik dalam mengembangkan kegiatan
atau aktivitas yang akan dijalankan. Selain itu, jika tujuan belajarnya adalah
untuk memahami sesuatu misalnya memahamii keadaan ekosistem, maka
prinsip psikologi yang digunakan adalah kognitivistik, di mana peserta didik
belajar dari interaksinya dengan lingkungannya.

17
Jika penyusunan atau pengembangan kurikulum tidak menggunakan kajian
psikologi belajar, maka aktivitas atau pengalaman belajar yang diberikan akan
tidak sesuai dengan kondisi psikologi anak dalam menerimanya. Akibatnya,
tujuan pembelajaran tidak tercapai secara efektif.

B. Peran Psikologi Perkembangan


Manusia mengalami perkembangan seiring bertambah usianya.
Perkembangannya pun dapat berbeda-beda tergantung kepada beberapa
faktor. Misalnya saja anak dengan kebutuhan khusus tentu akan memiliki
perkembangan psikologis yang berbeda dengan anak lainnya tanpa
kebutuhan khusus.
Para ahli membagi jenis psikologis manusia ke dalam beberapa tahapan.
Pada tahapan-tahapan tersebut memiliki makna dan ciri-ciri khusus yang
ditampilkan. Dalam mengembangkan kurikulum, aspek psikologi
perkembangan ini juga sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar
pengalaman belajar yang diberikan sesuai dengan kemampuan psikologis
anak atau peserta didik tersebut. Selain itu strategi pembelajaran juga
dapat mengacu pada teori psikologi perkembangan.
Misalnya, orang dewasa memiliki cara yang berbeda dengan anak-anak
dalam memproses suatu informasi atau memahami sesuatu. Maka,
strategi pembelajaran akan berbeda di antara orang dewasa dan anak-
anak. Contoh lain adalah dalam memahami sesuatu, anak-anak
cenderung harus melihat sesuatu atau contoh nyata dan konkret karena
mereka belum dapat berpikir seara abstrak. Maka, pengalaman belajar
yang digunakan adalah hal-hal yang bersifat konkret aar memudahkan
peserta didik dalam memahami pelajaran. Sementara itu, orang dewasa
sudah dapat berpikir secara abstrak. Oleh karena itu, pengalaman belajar
dan tugas-tugasnya pun diberikan sesuai dengan sifat-sifat yang
ditunjukkan pada orang dewasa tersebut.

18
BAB IV
KESIMPULAN

Aspek psikologi adalah aspek yang sangat penting dalam belajar


khususnya pengembangan kurikulum. Apek psikologi penting karena belajar
dilakukan manusia yang memiliki karakteristik psikologi yang berbeda pada
tahapnya dan manusia memiliki cara atau keunikan dalam belajar dan
melakukan perubahan ketika sudah dikatakan belajar. Cabang ilmu psikologi
yang erat kaitannya dengan pengembangan kurikulum adalah psikologi belajar,
agar kurikulum yang diberikan sesuai dengan cara-cara psikologis manusia
dalam belajar; dan psikologi perkembangan, agar pengalaman belajar dan
materi yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis peserta
didik.

19

Anda mungkin juga menyukai