Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

KEBERAGAMAN NUSANTARA

Diajukan dalam rangka memenuhi sebagian tugas

dalam mata kuliah komunikasi etnik nusantara

Novianty Aulia Anjani

1710411087

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UPN “VETERAN” JAKARTA

2019
1. Sejarah Nusantara
Bangsa Nusantara adalah sebuah entitas bangsa besar yang telah eksis sejak
puluhan ribu tahun yang lalu. Berdiam di sebuah wilayah yang dikenal dengan berbagai
sebutan antara lain: Nusantara, Melayu, Austronesia/Polynesia. Bangsa Nusantara
dikenal sebagai pelaut tangguh dengan keahlian navigasi yang baik dan didukung oleh
teknologi kapal yang canggih sehingga mampu menyentuh sebagian besar tanah Afrika,
Amerika dan benua Oseania asumsi ini didasarkan pada temuan unsur kesamaan bahasa
bertipe aglutinatif yang tersebar di benua-benua tersebut.
Istilah Nuswantara itu terdiri dari tiga kata, yaitu: nusa, swa, dan antara. Nusa itu
bermakna bumi yang menumpahkan darah (bumi wutah getih), swa maknanya mandiri,
dan antara yang bermakna tengah. Jadi, makna lengkapnya adalah, Nuswantara itu
adalah bumi yang mengeluarkan darah, yang letaknya di tengah, jangan menengok ke
kanan dan ke kiri, harus mandiri, sebab mempunyai kebudayaan yang tinggi (Sugondo,
t.t. : 35). Nusa yang bermakna bumi wutah getih atau bumi yang memuntahkan darah,
dapat juga dimaknai secara simbolik, bahwa getih atau darah yang dimaksudkan adalah
warna merah lahar gunung berapi
Penggunaan istilah Nusantara pada judul di atas memiliki cakupan yang sangat
luas. Beberapa diantaranya adalah Nusantara yang diasosiasikan pada wilayah
kekuasaan Majapahit pada abad ke-14 sebagaimana yang tercatat dalam Naskah Negara
Kertagama khususnya pada peristiwa sumpah palapa Mahapatih Gadjah Mada sebagai
upaya untuk mempersatukan “Wilayah Nusantara”.
Istilah Nusantara selain mengacu pada ikrar Gadjahmada dalam sumpah palapa
juga mengacu pada pengelompokan wilayah berdasarkan pada kajian antardisiplin
arkeologi dan antropologi. Dalam kajian antardisiplin tersebut terdapat sebuah
klasifikasi teoritis yang disepakati oleh para ahli sebagai masyarakat berbudaya
Dongson yang mencakup wilayah wilayah Nusantara. Masyarakat berbudaya Dongson
memiliki kemiripan wilayah sebagaimana yang diasumsikan dalam Negara Kertagama
dimana kebudayaan pembuatan perunggu tersebut berpusat di wilayah Dongson yaitu
nama salah satu wilayah di Vietnam.
Istilah Nusantara selain mengacu pada peristiwa sumpah palapa, masyarakat
berbudaya Dongson, juga terdapat penggunaan istilah Nusantara yang juga seringkali
tumpang tindih dengan penggunaan istilah Melayu.
Dikatakan bahwa orang Nusantara / Austronesia atau Melayu Polynesia berasal
dari beberapa kemungkinan tempat seperti: Papua Timur Sebelah Barat Papua,
Formosa, Mentawai dan sekitarnya (Dyen dalam Soepomo: TT). Sementara Blust via
Belwood (2000) menyebut Melayu purba berasal dari Cina selatan dan Belwood (2000)
menyebut Melayu berasal dari Formosa (Taiwan). Penyebutan Formosa atau Taiwan
seringkali menimbulkan sebuah persepsi yang salah bahwa orang Melayu itu berasal
dari Cina karena sejatinya wilayah Formosa (Taiwan) yang kini menjadi wilayah Cina
tersebut dulunya merupakan wilayah Melayu yang kini dalam kekuasaan bangsa Cina.
Adanya anggapan yang salah terkait bangsa Nusantara berasal dari Cina semakin
menyuburkan klaim-klaim yang menyatakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari
Cina. Anggapan tersebut tentu menyesatkan karena dikaji dari aspek bahasa antara
orang Nusantara dengan orang Cina tidak memiliki kaitan apapapun selain hanya
sebagai hubungan sosial kemanusiaan.
Lebih lanjut terkait dengan wilayah asal bangsa Nusantara jika mengacu pada
temuan mutakhir yang cukup fenomenal sebagaimana yang diutarakan oleh Nothofer
via Collins (2005) menyebutkan bahwa bahasa atau penutur Melayu berasal dari
Kalimantan Barat. Diperkirakan bahwa Melayu purba tersebut telah berusia dua juta
tahun. Penutur bahasa Melayu memiliki ciri-ciri ekologis rawa-rawa, tanah basah, delta
dan pantai. Dari ciri-ciri ekologis tersebut dimungkinkan bangsa Melayu purba
memiliki teknologi pelayaran yang dahsyat. Fakta-fakta ini sejalan dengan asumsi Reid
(2008) Hoogervorst (2013) yang menyiratkan pesan bahwa tidak ada dunia pelayaran
yang lebih dahsyat di Asia Tenggara kecuali bangsa Melayu Nusantara, bahkan jika
dibandingkan dengan teknologi perkapalan bangsa Cina dan India sekalipun. Jika
kemudian Belwood (2000) berpendapat bahwa Melayu berasal dari Taiwan dan
Formosa itupun juga benar karena Melayu yang terdapat di Formosa atau Taiwan pada
awalnya memang orang-orang Melayu yang sebelumnya hijrah dari tempat asalnya di
Kalimatan Barat dan bergerak ke arah utara menuju wilayah Formosa atau Taiwan
sekitar 10 ribu tahun yang lalu. Orang Melayu purba yang terdapat di Kalimantan
tersebut kemudian berpencar dengan pola perjalanan searah jarum jam.
Kajian tentang tanah asal orang Nusantara juga disokong oleh penelitian arkeologis
William Meacham dan Willheim Solheim yang mempromosikan idenya bahwa leluhur
orang orang Polinesia dan Indonesia masa kini dulunya tinggal di benua Asia Tenggara
yang tenggelam dan tidak berasal dari Cina

2. Pengaruh Persilangan di Nusantara


Pada saat dahulu Nusantara bisa disebut sebagai tempat pertemuan budaya-budaya
yang dibawa oleh setiap pendatang dari tempat nya berasalah dan menyebarkan serta
membentuk suatu kebudayaan baru. Karena letak dari Nusantara sendiri berada di
persimpangan antara negara-negara lain maka tidak heran jika terjadi banyak
persilangan kebudayaan yang melahirkan budaya Indonesia yang kompleks pada saat
ini.
Untuk sejarah kebudayaan di Indonesia, R. Soekmono membagi menjadi empat
masa, yaitu:
1. Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan
sampai kira-kira abad ke-5 Masehi.
2. Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama masehi
sampai dengan runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.
3. Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh Islam menjelang akhir kerajaan
Majapahit sampai dengan akhir abad ke-19.
4. Zaman baru/modern, yaitu sejak masuknya anasir Barat (Eropa) dan teknik
modern, kira-kira tahun 1900 sampai sekarang

Peradaban bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang setelah datangnya


pengaruh Hindu dan Budha. Pengaruh tulisan dari budaya Hindu dan Budha membawa
dampak besar bagi peradaban Indonesia, yaitu memasuki masa sejarah (masa mengenal
bahasa tulis). Salah satu hasil budaya tulis di Indonesia adalah prasasti. Huruf yang
dipakai dalam prasasti yang ditemukan sejak tahun 400 M adalah huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta.
Dalam buku Nusa Jawa : Silang Budaya bagian satu diulas tentang pengarh Barat di
Nusantara yang dimulai pada awal abad 16 pada saat orang-orang portugis masuk dan
menetap di Malaka.
Selain itu dahulu juga terjadi hubungan Nusantara dengan India, yang diperkuat
dengan bukti-bukti :
- Kitab Jataka, mengenai kelahiran sang Budha Sidharta Gautama, dalam kitab
tersebut disebut sebut sebuah negeri yaitu Svarnabhumi = Sumatera ?
- Kitab Ramayana, menceritakan kisah Rama- Shita yang menyebut-nyebut
beberapa negeri yaitu Yavadwipa dan Swarnadwipa = Pulau Jawa dan Sumatera
Pengaruh Indianisasi mulai dirasakan pada abad ke 5 bersama dengan kemunculan
dua kerajaan terkenal yakni Kerajaan Mulawarman di Kalimantan Timur dan Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat yang kemudian berkembang luas terutama di Sumatra,
Jawa dan Bali. Kebudayaan India ini berpengaruh pada mentalitas masyarakat seperti
tampak pada cara berfikir dan sistem rara susila jga dalam upacara dan ungkapan seni.
Pengaruh islamisasi mulai dirasakan secara kuat pada abad ke 13 dengan
kemunculan kerajaan-kerajaan islam awal. Kehadiran islam membawa perubahan
penting dalam pandangan dunia dan etos masyarakat nusantara dimana muncul muncul
konsep kesetaraan di perkotaan.
Pengaruh China hampir bersamaan dengan pengaruh islam yang mulai dirasakan
pada abad ke 14 ketika imigran-imigran baru dari Fujian dan Guangdong tiba di
Nusantara. Kehadiran ini berperan penting dalam memperkenalkan dan
mengembangkan teknik serta cara dalam memproduksi sesuatu, selain itu banyak
keturunan cina yang membaur bersama islamisasi dan menjadi ulama ulama China.

3. Keanekaragaman Budaya
Pengertian kebudayaan secara terminologi adalah Cultuur (bahasa Belanda),
Culture (bahasa Inggris), Colere (bahasa Latin), yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan. Dari segi artikulasi, culture berkembang sebagai
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah, dalam artian memanfaatkan
potensi alam. Dilihat secara bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta buddhayah,
Keanekaragaman budaya dimaknai sebagai proses, cara atau pembuatan
menjadikan banyak macam ragamnya tentang kebudayaan yang sudah berkembang.
Hal ini dimaksudkan bahwa kehidupan bermasyarakat memiliki corak kehidupan yang
beragam dengan latar belakang kesukuan, agama, maupun ras yang berbeda-beda.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk karena masyarakatnya terdiri atas
kumpulan orang-orang atau kelompok-kelompok dengan ciri khas kesukuan yang
memiliki beragam budaya dengan latar belakang suku bangsa yang berbeda. Keragaman
budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa bermukim di wilayah yang
tersebar di ribuan pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan bumi Indonesia juga sangat luar biasa. Keragaman biodiversity hayati
tropis menyimpan kekayaan flora, fauna dan zat hidup lainnya yang sangat berguna bagi
kelangsungan peradaban manusia (sumber pangan, pakan, obat-obatan, serat alam,
pekerja mikro biologis dan sumber energi terbarukan).
Salah satu bentuk budaya adalah kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan tata nilai
atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya
hidup secara arif. Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh negatif terhadap
perkembangan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kearifan lokal dalam sistem budaya di Indonesia tercermin dalam keberagaman agama,
keberagaman suku/ etnis, keberagaman bahasa. Mayoritas agama yang dianut
masyarakat Indonesia adalah Islam. Terdapat lebih dari 250 suku bangsa, dengan
mayoritas penduduk adalah suku Jawa.
Ciri khas yang melekat pada kebudayaan ialah komunikatif, dinamis, dan disfertif.
Namun, walaupun kebudayaan itu komunikatif, kebudayaan merupakan lapisanlapisan
atau stratifikasi. Sifat komunikatif kebudayaan disebabkan adanya unsurunsur lama dan
baru dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Hal ini jelas pada
historiografi kebudayaan. Misalnya, soal pakaian, dahulu orang-orang memakai daun-
daunan sebagai pakaian sehari-hari, kemudian kulit kayu, kulit binatang, anyaman dan
serat. Selanjutnya, seiring majunya teknologi, orang sudah bisa menenun pakaian
dengan tangan, dan pada akhirnya timbul mesin tenun. Contoh lain dalam soal bahasa
misalnya, sifat komunikatif kebudayaan tampak jelas, mulai dari beragam dialek bahasa
yang dimiliki satu daerah dengan daerah lainnya, mempunyai ciri khas masing-masing
sebagai identitas kebudayaan tertentu.
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia melahirkan berbagai kearifan lokal
bagi tiap daerah. Di dalam kearifan lokal terkandung kearifan budaya lokal. Secara
langsung atau tidak langsung, budaya memberikan pengaruh pada pembentukan
kearifan lokal. Lihat, misalnya, Borobudur dan Prambanan yang indah, rumah
vernakular, sistem air Subak di sawah Bali, dan batik, yang duniawi dikenal warisan
budaya. Kearifan lokal adalah bentuk ekspresi dari suku-suku di Indonesia, dimana
mereka melakukan aktifitasnya dan kemudian berperilaku sesuai dengan ide.
Keragaman budaya di Indonesia merupakan sebuah potensi yang perlu
dimanfaatkan agar dapat mewujudkan kekuatan yang mampu menjawab berbagai
tantangan saat ini seperti melemahnya budaya lokal sebagai bagian dari masyarakat. Hal
ini dikhawatirkan akan menurunnya kebanggaan nasional yang dapat menimbulkan
disintegrasi sosial.
Namun seringkali keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi
kelompok, struktural yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik,
integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi demikian
adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan masyarakat. Beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat
adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya. Penyakit-penyakit
inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antar kelompok masyarakat di Indonesia

4. Keragaman Komunikasi
Budaya secara langsung memengaruhi komunikasi karena budaya (1) dipelajari; (2)
disampaikan dari generasi ke generasi, (3) berdasarkan symbol (4) dinamis, (5) sebuah
proses yang terintegrasi Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi
itu mempunyai hubungan timbal balikseperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya
menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan sebaliknya komunikasi menjadi bagian
yang bisa menentukan, memelihara, mengembangkan budaya sehingga bisa diwariskan
kepada generasi selanjutnya.
Masyarakat Indonesia tergolong dalam masyarakat heterogen karena terdiri dari
berbagai keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Dalam
melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya individu ataupun
kelompok melakukan interaksi baik sesama etnik maupun dengan individu atau
kelompok lain yang berbeda latar belakang budaya, maka di situlah tercipta komunikasi
antarbudaya. Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antar orang-orang yang
berbeda budaya
Komunikasi antarbudaya yaitu proses komunikasi yang melibatkan orang-orang
yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang berbeda. Dalam keadaan ini
komunikator dan komunikan sering dihadapkan pada kesalahan penafsiran pesan,
karena masing-masing individu memiliki budaya berbeda, karenanya ikut menentukan
tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat
dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya.
Bisa diambil contoh, misalkan di suatu desa x hidup sekumpulan masyarakat dari
etnis yang berbeda, sebut saja Jawa dengan Batak, kedua etnis ini sudah dipastika
memiliki nilai dan kebiasaan yang berbeda pula, misalkan masyarakat Jawa lebih sering
berbicara dengan bahasa yang halus dan pelan, sedangkan etnis Batak cenderung
berbicara dengan nada yang tinggi. Selain itu kedua bahasa dari etnis tersebut memang
berbeda, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi misscomunication antara kedua
etnis tersebut. Komunikasi antar sesama yang berbeda budaya pada dasarnya mengacu
pada realitas keragaman budaya dalam masyarakat yang masing-masing memiliki etika,
tata cara dan pola komunikasi yang beragam pula.
Komunikasi lintas budaya maupun antar budaya yang beroperasi dalam masyarakat
multikultural sekurang-kurangnya mengandung lima unsur penting, yakni pertemuan
berbagai kultur dalam waktu dan tempat tertentu; pengakuan terhadap multikulturalisme
dan pluralisme; serta perubahan perilaku individu. Transformasi sosial budaya yang
secara evolutif mampu mengubah konvensi sosial budaya, yakni proses transformasi
yang berlangsung dari budaya dominan ke budaya pluralistik atau multikultur.
Perubahan sosial dan perubahan budaya yang mampu melahirkan struktur sosial baru,
diikuti oleh perubahan pada bidang dan sektor lain.
Ulasan di atas menjelaskan bahwa proses dan praktik komunikasi antar budaya
maupun lintas budaya yang efektif sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan
seseorang tentang jenis, derajat dan fungsi, bahkan makna perbedaan antar budaya.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan sosial budaya seseorang tentang perbedaan varian
pola-pola budaya, semakin besar pula peluang untuk dapat berkomunikasi antar budaya.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan kita tentang berbedaan varian pola-
pola budaya, semakin kecil pula peluang untuk berkomunikasi antar budaya.
Apabila menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses komunikasi, maka
prosesnya menjadi semakin rumit. Mungkin ketika komunikasi yang dilakukan para
peserta komunikasi berasal dari budaya yang sama akan jauh lebih mudah, karena
dalam suatu budaya orang-orang berbagi sejumlah pengalaman serupa. Tetapi akan
semakin sulit pada komunikasi antarbudaya karena akan banyak pengalaman berbeda.
Sedangkan komunikasi non verbal “meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan
anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruang, pola-pola perabaan, gerakan ekspresif,
perbedaan budaya, dan tindakan-tindakan lain yang tidak menggunakan katakata” (Alo
Liliweri, 2013:139). Jadi komunikasi non verbal adalah cara berkomunikasi di mana
pesan tidak disampaikan dengan kata-kata melainkan menggunakan pernyataan wajah,
bahasa tubuh, nada suara, isyarat-isyarat dan kontak mata.
Keanekaragaman budaya Indonesia merupakan peluang sebagai berikut: (1)
pemersatu di antara berbagai kelompok etnis dan suku yang dipersatukan karena
pengalaman bersama pada masa lalu dalam menghadapi penjajah..(2) merupakan
kekuatan agar bangsa yang majemuk tetap eksis. Untuk itu diperlukan komunikasi dan
interaksi yang dapat membuat anggota masyarakat Indonesia saling bekerjasama dan
memiliki pengertian
Daftar Pustaka
 Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX, Problematika Keragaman Kebudayaan dan
Alternatif Pemecahan

 Widiastuti Universitas Darma Persada, ANALISIS SWOT KERAGAMAN BUDAYA


INDONESIA

 Katalog dalam terbitan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan,
Kemendikbud, 2016, ANALISIS KEARIFAN LOKAL DITINJAU DARI
KERAGAMAN BUDAYA

 Buku SEJARAH INDONESIA KUNO

 Imam Qalyubi, 2016 MEMBACA TEKS PERADABAN BESAR BANGSA


NUSANTARA: PERSPEKTIF SEJARAH dan LINGUISTIK1

Anda mungkin juga menyukai