Anda di halaman 1dari 4

ARSITEKTUR NUSANTARA

KERBAU
DEPARTEMEN ARSITEKTUR

KERBAU
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SEBAGAI KIBLAT BUDAYA


ARSITEKTUR TANA TORAJA

Dosen PJK
Prof. Ir. Antariksa, M.Eng.

M. Nur Fathier. S
NIM. 205060501111017 Identitas budaya daerah dapat berasal
ARNUS - E dari suatu objek tertentu yang dianggap
memiliki makna atau sakral dari segi
kepercayaan. Salah satu daerah yang memiliki

PENDAHULUAN
identitas tersebut adalah Toraja yang

PENDAHULUAN menjadikan hewan kerbau sebagai hal yang


penting dalam kehidupan, salah satunya terkait
dengan kematian, di mana kerbau dianggap
Keragaman budaya di Indonesia dapat sebagai hewan yang akan membawa orang mati
dilihat melalui kearifan lokal yang salah satunya menuju nirwana dengan memotong kerbau
berupa agama atau kepercayaan (Dokhi dkk, yang jumlahnya disesuaikan dengan strata sosial
2016). Keragaman kepercayaan ini menjadi ciri (Amrawaty dkk, 2017). Dari hal tersebut dapat
khas dan karakteristik di setiap daerah, di mana dilihat bahwa kerbau memiliki pengaruh yang
melalui kepercayaan ini terciptalah kebiasaan- sangat penting dalam kehidupan masyarakat
kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan Tana Toraja, mulai dari Kepercayaan hingga
masyarakat sesuai tuntutan dari kepercayaan aspek sosial. Melalui tulisan ini akan dibahas
tersebut yang diwarisi secara turun-temurun mengenai pengaruh hewan kerbau terhadap
yang selanjutnya diberikan identitas sebagai aspek arsitektur Rumah Adat Tongkonan, Tana
budaya daerah. Toraja.

KERBAU SEBAGAI KIBLAT BUDAYA ARSITEKTUR TANA TORAJA


PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

Rattiang Banua

Karakteristik Rumah Tongkonan adalah berbentuk kolong dengan Kale Banua

variasi tinggi atau rendah. Berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo,


Tongkonan dibangun sebagai sebuah penghormatan kepada Puang Sulluk Banua

Matua. Kepercayaan ini membagi alam menjadi tiga bagian, Dunia Atas
(tingkatan tertinggi), Dunia Tengah (tempat manusia menjalani Tiga bagian Tongkonan secara
kehidupan), dan Dunia Bawah (tempat terburuk/neraka) yang kosmologis
digambarkan berada di bawah air. Hal ini dapat dikaitkan dengan
konstruksi Tongkonan yang juga terbagi tiga; Rattiang Banua, Kale Banua,
dan Sulluk Banua. (Sir, 2018)
Secara umum, pada konstruksi bagian bawah sengaja dibuat
kolong untuk dijadikan sebagai kandang kerbau, mengingat kerbau
sangat berharga sehingga memerlukan perlindungan yang lebih dari
ternak lainnya. Di sisi lain, bentuk atap dari Tongkonan juga merupakan
bentuk transformasi metafora dari tanduk kerbau dengan skala
monumental yang menandakan seberapa pentingnya kerbau bagi
masyarakat. (Patriani, 2019)

Transformasi metafora tanduk kerbau menjadi atap Tongkonan Ragam hias Pa’Tedong

Penggunaan corak pada selubung dinding juga menjadi karakteristik yang menarik karena penuh dengan
corak abstrak yang berwarna hitam, merah, kuning, dan putih. Salah satunya adalah corak Pa’Tedong yang
secara abstrak menggambarkan bentuk kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan dan agar masyarakat
dapat menternakkan kerbau. (Ramli, 2015)

KERBAU SEBAGAI KIBLAT BUDAYA ARSITEKTUR TANA TORAJA


Kerbau memiliki peranan penting dalam berbagai upacara adat di
Tana Toraja, seperti Rambu Solo atau upacara kematian, di mana kerbau
dipotong dengan jumlah yang paling maksimal keluarga berduka mampu.
(Amrawaty dkk, 2017). Hal ini membuktikan bahwa kerbau juga
menunjukkan strata sosial di dalam masyarakat Tana Toraja. Hal ini juga
dapat kita lihat pada ornamen tanduk kerbau yang dipajang di depan
tongkonan. Semakin tinggi/banyak jumlah tanduk kerbau menandakan Susunan Tanduk Kerbau
semakin tinggi strata sosial pemilik rumah tersebut.

PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan


bahwa kerbau memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat Tana Toraja pada aspek kepercayaan
dan sosial. Kemudian melalui aspek tersebut, secara
langsung memengaruhi aspek arsitektur pada Rumah Adat
Tongkonan, mulai dari segi konstruksi, selubung, ornamen,
dekorasi, hingga pada representasi makna secara visual.
Hal ini juga membuktikan bahwa hewan kerbau
dapat menjadi bukti transformasi metafora arsitektur yang
nyata dan patut dilestarikan.

KERBAU SEBAGAI KIBLAT BUDAYA ARSITEKTUR TANA TORAJA


SUMBER
SUMBER
REFERENSI
REFERENSI
Amrawaty, A. A., Veronica S. L. & Charles T. K. (2017). TINGKAT MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA
MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA UPACARA ADAT “RAMBU SOLO”. Proceedings of
SEMNAS PERSEPSI III MANADO, Manado: 2017. 330-331.

Dokhi, M., dkk. (2016). ANALISIS KEARIFAN LOKAL DITINJAU DARI KERAGAMAN BUDAYA. Jakarta:
PDSPK Kemdikbud RI, ii.

Patriani, R. S. (2019). PERUBAHAN VISUAL DESAIN ARSITEKTUR RUMAH ADAT TORAJA. GESTALT,
1(1), 117-118.

Ramli, P. M. (2015). MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT TONGKONAN
DESA SA’DAN KECAMATAN BALUSU KABUPATEN TORAJA UTARA. (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Makassar). Diakses dari
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/18500-Full_Text.pdf pada 2 Maret 2022

Sir, M. M. (2018). Karakteristik Konstruksi “tongkon” pada Arsitektur Tongkonan Toraja.


Proceedings of Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, Surabaya: Maret
2018. 102-103.

KERBAU SEBAGAI KIBLAT BUDAYA ARSITEKTUR TANA TORAJA

Anda mungkin juga menyukai