Anda di halaman 1dari 14

MISBA DALAM MASYARAKAT ALOR: KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI

Misba in Alor Community: Studies on Its Type and Function

I Dewa Kompiang Gede


Balai Arkeologi Denpasar
Jl. Raya Sesetan No.80, Denpasar 80223
Email: dewa_kompiang@yahoo.com

Naskah diterima: 02-11-2012; direvisi: 15-04-2013; disetujui: 07-10-2013

Abstract
Alor is an island in East Nusa Tenggara which has a very important cultural remain of the past.
The cultural remain is in the form of preHindu tradition called megalithic tradition in which some
of them still exist until today namely misba, traditional houses, moko, and other heritage. The aim
of this study is to know the form and function of misba and traditional houses. The method of data
collection are library research, observation and interview. The data was analysed qualitatively
and comparatively. The result shows that misba, traditional houses and other heritage are
considered to be sacred, functioned as ancestor worshipping media , social status and kinship.
Keywords: misba, traditional houses, form, function

Abstrak
Alor adalah wilayah di Nusa Tenggara Timur yang memiliki budaya masa lampau yang sangat
penting. Budaya tersebut berupa tradisi kehidupan masa praHindu yaitu tradisi megalitik. Salah
satu tradisi megalitik yang masih berkembang secara terus menerus dalam kehidupan masyarakat
Alor, berupa misba, rumah adat, moko, dan benda-benda pusaka lainnya. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari misba dan rumah adat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara. Analisis dilakukan secara
kualitatif dan komparatif. Hasil penelitian misba, rumah adat, dan benda-benda pusaka yang
dianggap sakral, sebagai media pemujaan atau penghormatan kepada para leluhur, status sosial
dan kekerabatan.
Kata kunci: misba, rumah adat, bentuk, fungsi

PENDAHULUAN
Tinggalan megalitik memegang peranan sampai sekarang. Latar belakang kepercayaan
penting dalam studi arkeologi di Indonesia. pendirian bangunan-bangunan megalitik
Tradisi ini meliputi kurun waktu yang cukup dapat dihubungkan dengan penghormatan
lama karena eksistensi berlangsungnya mulai terhadap arwah leluhur yang diwujudkan dalam
dari masa neolitik pada sekitar 4500 tahun bangunan megalitik, antara lain: menhir, arca
yang lalu sampai dengan masa sekarang menhir, tahta batu, bangunan berundak, dolmen,
(Geldern, 1945: 149). Kelangsungan tradisi ini sarkofagus, kubur peti batu, pandusa, kalamba,
melalui suatu masa yang panjang, yaitu masa batu temugelang, dan lain-lain.
perundagian atau paleometalik, bahkan unsur- Masa megalitik berlangsung sangat
unsur tradisi ini secara terus menerus masih panjang dan telah mengalami perkembangan
hidup dan berkembang dalam aspek kehidupan yang sangat kompleks, terjadi variasi-variasi

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 181
bentuk dan jenis peninggalan yang tidak hanya untuk diteliti dalam konteks tradisi megalitik
terjadi di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, di Alor adalah bagaimana bentuk, fungsi batu
bahkan sampai di Asia Pasifik (Soejono, et al, temu gelang (yang selanjutnya disebut misba)
1986: 238). Salah satu aspek tinggalan tradisi dan rumah adat bagi masyarakat Alor.
megalitik yaitu batu temugelang atau batu Tujuan penelitian ini adalah untuk
melingkar, di Indonesia masih menjadi masalah mengetahui bentuk dan fungsi tinggalan budaya
yang belum terselesaikan sampai saat ini. Fungsi tradisi megalitik berupa misba dan rumah adat
artefak batu temugelang tersebut masih belum dan diharapkan bermanfaat bagi kepentingan
dapat diketahui secara jelas, walaupun ada akademik. Sebagai upaya meluaskan bidang
tanda-tanda seperti di Situs Matesih (Boyolali) penelitian dalam kehidupan sosial masyarakat,
susunan batu temugelang yang ditemukan secara ideologis dapat mensosialisasikan
bersama batu kandang diperkirakan sebagai nilai-nilai dinamika sosial, kearifan lokal
bekal kubur. untuk pembangunan ketahanan dan jati diri
Haris Sukendar dalam penelitiannya masyarakat menghadapi modernisasi budaya
terhadap susunan batu temugelang di Terjan, global. Secara praktis tinggalan arkeologi dapat
Rembang menyebutkan pula fungsinya sebagai digunakan untuk kepentingan penyusunan
tempat penguburan (Sukendar, 1986: 171-190). sejarah lokal dan sejarah nasional.
Di samping sebagai kubur, ada pula susunan batu Penelitian terhadap tradisi megalitik di
melingkar yang berfungsi sebagai pemujaan. Indonesia menunjukkan bahwa tradisi ini telah
Hal semacam ini dapat disaksikan di daerah menyebar secara meluas dan mempengaruhi
Jawa Barat, yang memiliki punden-punden dan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh
tempat-tempat keramat yang ditandai dengan karena itu, berbagai bentuk megalitik yang
susunan batu temugelang, dan dipergunakan hingga sekarang masih berfungsi sakral
sebagai tempat pemujaan. dapat ditemukan disini (Heekern, 1958: 44-
Di Nusa Tenggara Timur yaitu Ruteng 79; Soejono et al, 1984: 205-238). Pada
Lama/Ruteng Pu’u, Sumba, dan lain- waktu tradisi megalitik berkembang dengan
lain ditemukan susunan batu temugelang pesat kehidupan masyarakat didominasi
berdampingan dengan rumah adat, selain oleh kepercayaan kepada kekuasaan arwah
berfungsi sebagai tempat kubur, dapat pula nenek moyang atau arwah pemimpin yang
sebagai tempat upacara pemujaan. Ditandai dihormati, yang dianggap dapat mempengaruhi
dengan batu datar berbentuk persegi empat kehidupan kaum kerabat yang masih hidup.
sebagai penutup kubur dan batu bulat pipih Untuk menghindari segala kemungkinan yang
sebagai persembahan. Di Larantuka, Flores dapat membawa bencana, dan mendatangkan
Timur batu temugelang berfungsi sebagai kesejahteraan masyarakat, maka selalu
tempat pertemuan kepala suku/tetua adat dalam diusahakan untuk menjaga hubungan baik
membicarakan urusan adat serta sebagai tempat dengan dunia arwah dengan mempergunakan
persembahan kepada para leluhur. bermacam-macam sarana megalitik seperti
Perkembangan tradisi megalitik di seluruh dolmen, menhir, temugelang, tahta batu dan
dunia, termasuk Indonesia yang menghasilkan sebagainya, sebagai media pemujaan.
berbagai bentuk megalitik dengan fungsinya Sejalan dengan adanya pemujaan arwah
masing-masing telah menimbulkan masalah leluhur, maka untuk keberhasilan pertanian
yang sangat luas dan kompleks. Hal semacam muncul pemujaan kepada kekuatan pemberi
ini dapat ditemukan dalam penelitian tradisi kesuburan, selain itu untuk kesejahteraan
megalitik di Alor yang berlanjut sampai masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya,
sekarang dalam kehidupan masyarakat pemujaan arwah leluhur atau pemimpin menjadi
setempat. Masalah yang penting dan menarik bagian sentral dalam kehidupan masyarakat.

182 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
(Soejono, 1977: 8-9; Soejono et al.,1984: 205- Di sebelah utara dengan Laut Flores,
238). di sebelah selatan dengan Selat Ombay, di
Di Alor konsepsi kepercayaan terhadap sebelah timur dengan Selat Wetar dan perairan
tinggalan megalitik masih kental dan mantap, Republik Demokratik Timur Leste dan sebelah
didukung oleh budaya dan lingkungan barat dengan Selat Lembata (gambar 1).
yang senantiasa bersifat memelihara dan
mempertahankan alam agar tetap lestari,
terhindar dari gangguan. Tinggalan misba,
rumah adat, dan lain-lain diposisikan untuk
kawasan suci yang disakralkan. Di sini tampak
adanya suatu kesinambungan kehidupan sosial
budaya termasuk sistem religi masyarakat
setempat.

METODE
Metode yang dipergunakan dalam Gambar 1. Peta Kabupaten Alor.
(Sumber: www.lembatacyber.blogspot.com)
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan untuk mengadakan
Kabupaten Alor terdiri dari 17
telaah terhadap buku dan artikel yang ada
Kecamatan, dari 17 kecamatan tersebut, 6
hubungannya dengan penelitian.
kecamatan telah dilakukan penelitian yaitu:
2. Observasi yaitu pengamatan langsung ke
Kecamatan Alor Timur, Alor Timurlaut, Alor
lapangan, terhadap obyek yang diteliti
Baratdaya, Alor Tengah Utara, Alor Mataram
melalui pencatatan dan dokumentasi.
dan Alor Baratlaut.
3. Wawancara yaitu melakukan wawancara
Secara geografis wilayah Alor merupakan
dengan tokoh-tokoh adat/kepala suku yang
pegunungan tinggi yang dikelilingi oleh
mengetahui tentang masalah penelitian.
lembah-lembah dan jurang-jurang. Di
4. Studi perbandingan ke desa-desa lainnya di
Kabupaten Alor 63,949 meter dari wilayahnya
Alor yang mempunyai persamaan tinggalan
merupakan daerah yang memiliki kemiringan
arkeologi.
lebih dari 40º. Pulau berpenghuni terbanyak
Tahap analisis yang dipergunakan
adalah Alor diikuti oleh Pantar, Pura, Ternate,
adalah deskriptif kualitatif yang lebih
Treweng, Buaya, Kangge, dan Kepa. Iklim
menekankan pada upaya memahami makna
Pulau Alor cenderung tidak menentu, dalam
atau menafsirkan realitas empirik dari obyek
setahun musim penghujan relatif lebih pendek
penelitian. Kabupaten Alor sebagai salah
dari musim kemarau (BPS Kabupaten Alor,
satu dari 16 kabupaten/kota di Provinsi Nusa
2011).
Tenggara Timur adalah wilayah kepulauan
dengan 15 pulau, yaitu 9 pulau yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
dihuni dan 6 pulau lainnya belum atau tidak
Misba, Rumah Adat, dan Moko
berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864,64
Alor merupakan daerah yang banyak
km², luas wilayah perairan 10.773,62 km²
memiliki sumberdaya arkeologi yang berasal
dan panjang garis pantai 287,1 Km. Secara
dari masa prasejarah khususnya masa
geografis daerah ini terletak di bagian utara
perundagian. Tinggalan tersebut berupa misba,
dan paling timur dari wilayah Provinsi Nusa
menhir, rumah adat, moko, dan lain-lain.
Tenggara Timur pada posisi 8º6´LS -8º 36´ LS
Temuan tersebut mengandung nilai yang sangat
dan 123º48´ BT- 125 º 48´ BT, dengan batas-
penting dipertahankan mengingat masyarakat
batas wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:
Alor terdiri dari berbagai suku. Mereka

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 183
mempunyai kepercayaan terhadap wujud
tertinggi yang tetap dihormati. Kendatipun
secara resmi mereka telah menganut agama
Katolik, Kristen Protestan, dan Islam, namun
aktivitas hidup mereka dipenuhi dengan ritus
kepercayaan lama yang berbau magis, sehingga
adat di Alor menempati prioritas utama dalam
kehidupan sosial budaya. Sebagai pelengkap
tempat persembahan diwujudkan dalam bentuk
bangunan sebagai berikut: Gambar 3. Misba Panik Aramang.
1. Misba (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Denpasar)
Susunan batu andesit atau slab stone
disusun berbentuk melingkar oval atau Variasi bentuk 2, yaitu variasi bentuk
temugelang. Tinggalan tersebut merupakan misba yang di bagian tengah terdapat menhir,
tinggalan budaya lokal Alor. Bagian tengah di bagian lantai terdapat isian tanah sebagai
didirikan beberapa buah batu tegak (yang halaman (gambar 4 dan 5). Pada variasi bentuk
selanjutnya disebut menhir) yaitu sebagai 2 terdapat tiga tipe, yaitu besar, sedang, dan
simbol jumlah suku yang menempati misba kecil. Tipe besar yaitu Misba Waroda di Situs
tersebut. Tipologi misba dikelompokkan Dagatawala. Tipe sedang antaralain: Misba
berdasarkan komponen ukuran diameter mejadi Malang di Situs Matalafang dan Misba Lur di
tiga tipe yaitu: tipe kecil; berukuran 0-350 cm, Situs Bampalola. Tipe kecil antaralain: Misba
sedang; ber ukuran 351-500 cm dan besar; Masang/Kamengmasang di Situs Moru dan
berukuran 501-1000 cm. Misba Makainwat di Situs Motaraban.
Adapun bentuknya dapat diklasifikasi­kan
menjadi empat variasi. Variasi bentuk 1 adalah
misba yang di bagian tengah terdapat menhir,
serta dibagian lantai dengan isian selasar batu.
Variasi bentuk 1 terdapat tiga tipe yaitu besar,
sedang, dan kecil. misba tipe besar di Situs
Pandailaka, Desa Lakatuli (gambar 2 dan 3)
antaralain Misba Pusat Mataram, Misba Raja/
Mauhi, Misba Panik Aramang, dan Misba
Mayeng. Misba tipe sedang antaralain Misba
Mapitang/Namulen. Misba tipe kecil antaralain Gambar 4. Misba tipe Bampalola.
Misba Dilelang dan Misba Namenkul. (Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 5. Rumah adat Tambukuat dan misba


Gambar 2. Misba tipe Pandailaka. di Kampung Dikingfe.
(Sumber: Dokumen pribadi) (Sumber: Doukumen Balai Arkeologi Denpasar)

184 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
Variasi bentuk 3 yaitu variasi bentuk
misba yang salah satu sisi didirikan menhir pada
bagian lantai diisi isian tanah sebagai halaman
(gambar 6 dan 7). Hanya ada satu tipe yaitu
besar antaralain: Misba Kawei/Kawei Maita di
Situs Nailang dan Misba Kaung/Kaung Maita
di Situs Atoita.

Gambar 8. Misba tipe Takpala.


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 6. Misba tipe Nailang.


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 9. Rumah adat Kolwate dan Kanurwate,


serta misba.
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Denpasar)

Dari pengelompokan tipologi dan variasi


bentuk misba tidak menjadi ketentuan khusus
dalam menentukan fungsi. Sedangkan variasi
bentuk kemungkinan dapat berubah tergantung
Gambar 7. Rumah adat Kolwah dan Misba Kawai pada pengembangan lokal dari masing-masing
Maita. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Denpasar)
masyarakat pendukungnya atau kreativitas dari
para undagi pembuatnya, tetapi tidak merubah
Variasi bentuk 4 yaitu variasi bentuk bentuk dasar dari bangunan sebuah misba.
misba ganda tampak seperti berteras dua, di Fungsi misba di Alor pada umumnya
tengah lingkaran pertama didirikan menhir, di adalah sebagai tempat upacara, yaitu pemujaan
sekitarnya diisi tanah. Pada lingkaran kedua terhadap para leluhur yang sifatnya sakral (suci)
bagian tengah diisi tanah sebagai halaman antara lain: upacara menolak bala, mengusir
tempat mendukung prosesi upacara seperti wabah, mohon kesuburan tanaman, mohon
tarian lego-lego (gambar 8 dan 9). Terdapat keberhasilan dalam perang, pertemuan atau
satu tipe yaitu tipe besar antaralain: Misba Lur rapat para tetua adat, dan lain-lain. Upacara ini
Masang di Situs Takpala, Misba Ruam Masang biasanya disertai dengan menyembelih binatang
di Situs Ateng Melang, Misba Lanhieta di kurban, seperti ayam, kambing, babi, dan
Situs Ateng Melang dan Misba Mayeta di Situs berbagai perlengkapan upacara lainnya berupa
Dingking Fe. sirih pinang, nasi, dan telur dengan diiringi

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 185
pengucapan doa-doa oleh seorang pemimpin suku, masyarakat dan bangsa. Budaya lokal
upacara yang disebut marang. tersebut penting untuk dilestarikan.
2. Rumah Adat
Pada umumnya rumah adat berbentuk Rumah Adat dan Misba
rumah panggung dengan pengerjaan secara 1. Rumah Adat Alawa Bungaban dan Misba
tradisional dari kayu lokal dengan tali pengikat Waroda
rotan dan pasak kayu sebagai penguat. Atap Rumah adat ini ditempati oleh kepala
dari daun alang-alang berbentuk kerucut dan suku Bapak Edward Modama di Dusun
ada pula berbentuk limas. Rumah adat tersebut Dangatawalah, Desa Tanglapui, Kecamatan
bersusun empat, dan berdampingan dengan Alor Timur, rumah berbentuk panggung persegi
bangunan misba. Rumah adat berfungsi sebagai empat dengan menggunakan empat tiang dari
tempat tinggal kepala suku, menyimpan benda batang kayu putih bentuk bulat. Pada ujung
pusaka dan sebagai pusat segala kegiatan suku, tiang terdapat dulang dengan hiasan geometris
terutama urusan adat yang pengaturannya berbentuk garis tumpul dipadukan dengan garis
dilakukan oleh kepala suku. Perkembangan lurus berbentuk segitiga yang di dalamnya
belakangan bentuk rumah adat ada pula terdapat hiasan berupa tekok (tokek). Masing-
yang telah dimodernisasi dengan atap dari masing tiang terdapat dulang dari kayu bulat,
seng dan asbes, tetapi fungsinya tetap sama lebar, pipih dan berbentuk melingkar yang
sebagai tempat menyimpan benda pusaka dan dipasang di bagian ujung tiang mendekati atap
menunjang kegiatan upacara ritual lainnya. Di atau lantai kedua. Teknik pembuatan rumah
samping rumah adat di Alor terdapat pula rumah adat dengan mempergunakan tali rotan dan
gudang. Rumah gudang bentuk arsitektur, pasak kayu. Atap rumah berbentuk segitiga dari
bahan, dan pengerjaannya hampir sama dengan bahan ilalang.
rumah adat yaitu berbentuk rumah panggung. Rumah adat ini terdiri dari 4 tingkatan.
Fungsinya yang berbeda yaitu sebagai tempat Masing-masing ruang mempunyai fungsi:
tinggal masyarakat biasa, tidak ada kaitannya ruang pertama (terbawah) sebagai tempat
dengan upacara di misba. menerima tamu/ tempat tidur laki-laki, ruang
3. Moko kedua sebagai tempat memasak dan tempat tidur
Di samping tinggalan budaya di atas, kaum perempuan, ruang ketiga tempat menaruh
moko adalah tinggalan budaya pra-Hindu atau hasil panen kebun, dan ruang keempat (teratas)
paleometalik yang berkembang pada masa tempat menyimpan benda-benda pusaka.
logam awal. Moko bentuknya seperti dandang Benda pusaka tersebut antara lain, busur
terbalik, pada umumnya dibuat dari logam dari bambu, anak panah, lesung kayu berukir
perunggu dan logam lainnya. Benda tersebut dan alu, atribut tarian cakalele (yaka), guci
memegang peranan penting dalam kehidupan keramik dan dua buah moko. Semua benda
masyarakat Alor. Tradisi tersebut berlanjut pusaka di atas sementara tersimpan di rumah
hingga sekarang. Fungsi moko antaralain: adat suku besar.
sebagai benda pusaka, sebagai mas kawin, Misba Waroda terletak di sebelah utara
sebagai alat beli atau nilai tuka, sebagai sarana rumah adat Alawa Bungaban dan merupakan
upacara memanggil hujan jika musim kemarau satu kesatuan. Dengan ukuran diameter 820
terlalu panjang dan sebagai status sosial cm, tinggi 60 cm, dan tebal 30 cm. Bahan
masyarakat Alor. dari batu andesit yang disusun melingkar dan
Tinggalan arkeologi di atas merupakan membentuk temugelang. Fungsi misba Waroda
tradisi budaya masa lampau yang memiliki nilai antara lain: untuk upacara pendirian rumah
yang tinggi pada masanya, dan berlanjut hingga adat, upacara panen, upacara buka kebun,
sekarang sebagai salah satu alat pemersatu antar

186 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
upacara menyimpan hasil panen, upacara injak empat, fungsinya hampir sama dengan rumah
padi, upacara mohon turun hujan, dan upacara adat lainnya. Benda pusaka yang tersimpan di
pesta adat. rumah adat ini antara lain, yaitu 16 gong dan
Upacara di atas dipimpin oleh tetua adat. seperangkat gamelan, satu buah Moko Waima
Sarana upacara secara umum menggunakan Itikira yang bernilai dua anak panah.
sirih pinang dan tembakau/rokok. Setiap Misba Kawei Maita terletak di halaman
akan memulai upacara selalu diadakan rumah adat Kolwah, dan dibuat pada tahun
penyembelihan hewan baik babi maupun ayam, 1975. Dengan ukuran diameter 800 cm, tinggi
untuk dilihat hatinya. Tetua adat akan memeriksa 65 cm, tebal 30 cm, di bagian sisi timur misba
hati itu untuk memprediksi keberhasilan atau terdapat Kameng berbentuk persegi empat. di
kegagalan tujuan upacara itu diadakan. Bila atas Kameng didirikan tiga buah menhir, ukuran
melihat petunjuk yang buruk maka upacara ketiga menhir hampir sama, berbahan batu
harus dievaluasi dan seluruh kaum menyatukan pipih, tinggi 33 cm, lebar 15 cm, dan berfungsi
niat dengan pantun dan tari lego-lego untuk sebagai pusat persembahan para roh leluhur.
persatuan bersama sehingga keberhasilan dapat Ketiga menhir tersebut melambangkan tiga
dicapai (gambar 10) (Gede dan Hidayah, 2012: suku yang mendukungnya, atau bisa disebut
9). pembagian masyarakat suku ke dalam tiga
peranan, Suku Raja sebagai pemimpin, Suku
Kapitang sebagai pahlawan/prajurit dan Suku
Imam atau Ari sebagai pemimpin religi. Fungsi
Misba Kawei antaralain sebagai sarana upacara
kematian, pesta adat, upacara buka kebun baru,
upacara adat tanam kebun, membangun rumah
adat, dan untuk tarian lego-lego.
3. Rumah Adat Langwah dan Misba Kaung
Maita
Rumah adat ini terletak di Kampung
Nailang, Desa Waisika, Kecamatan Alor
Timurlaut, terletak 300 m, dari rumah
adat Kolwah, dengan suku pendukungnya
Gambar 10. Salah satu bentuk tarian lego-lego di Alor. Maoatanang. Rumah adat ini berbentuk rumah
(Sumber: Repro dari Pak Yusuf Tampeni)
panggung, beratap ilalang, berbentuk piramida.
Pengerjaannya sangat sederhana/tradisional,
2. Rumah Adat Kolwah dan Misba Kawei dari bahan kayu lokal, pengikat tali penyalin
Maita: dan pasak kayu. Ruangan bersusun empat,
Rumah adat ini terletak di rumah Bapak bentuk dan fungsi hampir sama dengan rumah
Samuel Laufa berasal dari Suku Laoatamang. adat Kolwah dan Alawa Bungaban.
Di Kampung Nailang, Desa Waisika Kecamatan Benda pusaka yang disimpan antara lain,
Alor Timurlaut, berjarak 36 km dari Kalabahi. enam buah moko diurut sesuai dengan nilainya
Rumah berbentuk panggung yang terdiri yaitu: Moko Jawa, Moko Makasar, Moko
dari empat tiang terbuat dari kayu putih, atap Armala, Moko Pegawa, dan Moko Katangmi.
berbentuk piramid dan berbahan ilalang. Ukurannya hampir sama, paling tinggi 54 cm,
Pada ujung tiang atas terdapat dulang yang terendah 43 cm, diameter 25 cm, di samping
berfungsi sebagai tempat menyimpan senjata, tinggalan di atas terdapat beberapa stel atribut
sirih pinang. Di samping itu untuk menghindari tari lego-lego dan mata panah.
tikus naik ke lantai atas. Rumah ini bersusun

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 187
Misba Kaung Maita ini terletak di Misba Masang terletak di halaman
sebelah selatan rumah adat Langwah. Misba samping atau sebelah selatan rumah adat
termasuk tipe besar dengan ukuran diameter Maniwati, terbuat dari susunan batu andesit
890 cm, tinggi 54 cm, dan tebal 30 cm. Misba berbentuk temugelang. Bagian lantai dibuat
terbuat dari susunan batu andesit berbentuk dari isian tanah, di tengah-tengah misba
temugelang. Fungsinya hampir sama seperti didirikan satu buah menhir dan arca menhir.
misba yang lain sebagai tempat persembahan Misba ini berukuran diameter 337 cm, tinggi 61
yang sakral. cm, dan tebal 24 cm. Arca menhir dan menhir
4. Rumah Adat Maniwati dan Misba Masang berukuran hampir sama dengan tinggi 71 cm,
Rumah Adat Maniwati terletak di dan lebar 13 cm, terbuat dari batu andesit.
Kampung Moru, Desa Moramam, Kecamatan Ciri-ciri arca menhir kepala berbentuk bulat
Alor Baratdaya. Menurut informasi rumah lonjong mata bulat besar, hidung besar, mulut
adat Maniwati dibangun pada tahun 1957 dan lebar, telinganya biasa, anggota badan dan kaki
telah mengalami renovasi dua kali, atapnya tidak dipahatkan. Fungsi Misba Masang antara
diganti dengan seng. Arsitekturnya menyerupai lain: sebagai sarana upacara pesta adat (upacara
rumah modern, tidak berpanggung, berlantai panen dan tanam), untuk berkumpul tetua adat,
semen dan dinding sebagian dari semen. Tidak untuk upacara perkawinan, upacara tolak hujan,
memiliki plafon, sehingga kerangka atap dapat panggil hujan dan upacara usir hama.
terlihat berbentuk piramida. 5. Rumah adat Makainwat/Ewi Makainwat
Benda pusaka yang tersimpan dalam Rumah adat Makainwat terletak di
rumah adat yaitu atribut tari cakalele, dua buah Kampung Mataraben, Desa Probur, Kecamatan
pedang, busur, anak panah, tameng dari kayu, Alor Baratdaya. Rumah adat ini didirikan
satu set gong (10 buah) dan 14 buah moko. Dari tahun 1931, berbentuk rumah panggung,
14 buah moko di sini penamaanya diurut sesuai bahan dari kayu merah/matai, beratap seng
dengan nilainya yaitu: Moko/Malai raksasa berbentuk segitiga memanjang. Benda pusaka
atau Moko Kepala, Moko Malaicana, Moko yang disimpan 6 buah moko, dan seperangkat
Setan/Karu Wal, Moko Kolmalai, Moko Malai, gamelan gong.
Moko Jawa, Moko Makasar, Moko Aimala Misba Makainwat terletak di halaman
(Tumberang), Moko Karawang, Moko Apuipe/ samping rumah adat Makainwat pendukung
Moko Cap Kala, Moko Cap Bulan, Malai misba ini dari Suku Klon, dengan ukuran
Taking, Manemat, Moko Piku/Tawansama diameter 300 cm, dan tinggi 30 cm. Kondisi
(gambar 11). misba tertimbun semak, di tengah misba
terdapat batu pipih dalam posisi rebah. Fungsi
Misba Makainwat hampir sama dengan misba
pada umumnya sebagai tempat persembahan
upacara religi dengan diiringi kesenian tari
lego-lego.
6. Rumah Adat Kolwate dan Kanurwate
Rumah adat Kolwate terletak di Dusun
Takpala, Desa Lembur Barat, Kecamatan
Alor Tengah Utara, atau terletak di atas tebing
menghadap ke arah Teluk Benlelang, dan telah
dijadikan benda cagar budaya. Perkampungan
Gambar 11. Moko di Rumah Adat Maniwati. Takpala didiami oleh empat suku yaitu Suku
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Denpasar) Abui, Suku Raja atau Aweni, Suku Kapitang
dan Suku Marang. Suku Raja sebagai

188 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
pemimpin, Suku Kapitang sebagai prajurit dan adat yang selama hidupnya tidak pernah dan
Suku Marang sebagai suku penghubung antar tidak boleh makan daging babi, sehingga tetua
suku. Kampung tradisional Takpala memiliki adat yang masuk ke rumah adat Kolwate untuk
dua rumah adat Kolwate dan Kanurwate dan 12 mohon berkat berasal dari suku yang beragama
rumah gudang serta dua buah pondok. Islam. Sarana upacara yang digunakan selain
Kedua rumah adat di atas memiliki bentuk rangkaian pinang yang digantung di atas misba,
yang hampir sama berbentuk rumah panggung, terdapat juga sirih pinang dan beras merah
namun sekeliling rumah berdinding gedeg tumbuk serta air suci yang telah diberkati di
bambu, beratap ilalang berbentuk limas persegi dalam rumah adat, dan dipercikkan di sekitar
empat atau piramid. Pada bagian puncak atap misba melalui panggung/Neanglik. Panggung/
terdapat hiasan seperti tangan tengadah dari Neanglik terbuat dari bahan kayu berbentuk
kayu, sebagai simbol untuk memohon berkat persegi empat, sebagai tempat untuk memohon
pada Lakatala (penguasa alam). Rumah adat keberhasilan upacara.
ini bersusun empat dan dipakai pada saat 7. Kompleks Misba Pusat Kerajaan Mataru
ada kegiatan upacara serta sebagai tempat Kompleks misba ini terletak di kampung
menyimpan benda pusaka. Pandailaka, Desa Lakatuli, Kecamatan Mataru.
Fungsi kedua rumah adat selain untuk Dari ibu kota Kalabahi ditempuh melalui
menyimpan benda pusaka juga untuk mohon dua jalur yaitu darat dan laut. Jalur darat
berkat pada saat upacara Tifoltol setiap tanggal menggunakan motor dengan jarak tempuh empat
20 Juni. Upacara Tifoltol adalah upacara pesta jam melalui perbukitan yang curam, sampai
adat sebagai tanda peringatan didirikannya dengan Pelabuhan Buraga. Dari Pelabuhan
rumah adat Kolwate dan Kanurwate, yang Buraga menggunakan perahu motor dengan
digabung dengan upacara buka kebun, upacara jarak tempuh dua jam. Perjalanan menyusuri
panen, dan upacara tolak bala. Rangkaian pantai dan tanjung menuju kompleks misba
upacara antaralain menyembelih hewan korban yang berada di tepi pantai. Rumah adat pada
seperti kambing, babi, ayam, dan disertai kompleks ini sudah tidak ada, hanya terdapat
penggantungan rangkaian sirih pinang. beberapa buah misba yaitu sebagai berikut:
Misba Lur Masang terletak di halaman Misba pusat Kerajaan Mataru berada di atas
rumah adat Kolwate dan Kanurwate dalam tebing terpisah dari kompleks misba lainnya,
teras yang berbeda. Perlu diketahui bahwa dengan ketinggian 23 meter dari permukaan
perkampungan adat ini berada di tepi tebing laut, dan merupakan misba umum kerajaan
yang dibuat dengan sistem teras berundak. Mataru (tidak mewakili suku). Misba ini
Misba Lur dibentuk melingkar, bagian lantai berukuran diameter 570 cm, tinggi 75 cm, dan
diisi tanah, di tengah misba didirikan tiga buah tebal dinding 59 cm. Pada lantai misba ditutupi
menhir. Misba dengan ukuran diameter 260 cm, selasar batu, sehingga tidak tampak permukaan
tinggi 190 cm, tebal 30 cm. Bagian sisi misba tanah. Misba ini dijadikan pintu gerbang masuk
terdapat susunan batu melingkar/temugelang, ke dalam kompleks misba di bawahnya.
sehingga tampak temugelang ganda lantai diisi Misba Raja/Manli. Misba ini terletak pada
isian tanah dengan ukuran diameter 160 cm, kompleks misba di tepi pantai, dengan ukuran
tinggi 100 cm. Tiga buah batu tegak di atas diameter 560 cm, dan tinggi 10 cm. Dibentuk
sebagai simbol tiga suku pendukungnya. Secara dari susunan batu kali berbentuk melingkar/
urut dari suku yang tertinggi kedudukannya temugelang pada lantai di tutupi dengan
yaitu Suku Raja, Suku Kapitang, dan Suku susunan batu kali. Pada bagian tengah misba
Marang. Permohonan berkat sebelum dilakukan didirikan dua buah menhir sebagai simbol Suku
di misba dilakukan di rumah Kolwate oleh tua Abui.

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 189
Misba Kapitang atau Namulen. Misba ini di tempat ini antara lain, satu buah pedang,
terletak di lokasi sama dengan di atas, berbentuk tiga buah moko yaitu Moko Makasar, Moko
lingkaran/temugelang. Pada bagian tengah Mayokaleta, dan Moko Kolmalai Baru. Selain
ditutupi batu sebagai lantainya dengan ukuran itu terdapat satu set gong (9 buah gong) dan
diameter 420 cm, dan tinggi 48 cm. Bagian sebuah piring keramik. Benda pusaka tersebut
tengah misba didirikan dua buah menhir. Misba sementara disimpan di rumah gudang milik
Dilelang terletak di bawah pohon asam jawa, Bapak Karel karena rumah adat dalam kondisi
bentuk lingkaran tidak sempurna karena akar rusak.
pohon asam. Bagian tengah misba didirikan Misba Malang terletak di halaman rumah
dua buah menhir. Di sekitarnya di pasang batu adat Afu Fwat (sebelah selatan). Misba ini
datar sebagai lantainya. Misba ukuran diameter terbuat dari susunan bongkahan batu andesit
196 cm, dan tinggi 73 cm. berbentuk temugelang, bagian tengah misba
Misba Panik Aramang berbentuk diisi isian tanah sebagai lantainya. Di bagian
melingkar/temugelang. Bagian tengah didirikan tengah didirikan sebuah menhir. Di atas misba
sebuah menhir dan di sekitar sisinya dipasang terdapat rumah panggung (Fokung Tofa) yang
selasar dari batu kali sebagai lantainya. Misba berfungsi sebagai tempat menabuh gong ketika
ini berukuran diameter 530 cm, dan tinggi 88 upacara berlangsung. Di bagian luar dari
cm. temugelang pertama terdapat susunan batu
Misba Namenkul terletak di lokasi yang melingkar sehingga berbentuk temugelang
sama dengan di atas, berbentuk melingkar/ ganda berfungsi sebagai penunjang kegiatan
temugelang, bagian tengah didirikan sebuah upacara di misba (menari lego-lego). Misba
menhir berbentuk silinder. Sekitar menhir Malang berukuran keseluruhan diameter 480
dipasang batu datar sebagai selasarnya. Misba cm, dan tinggi 80 cm.
Namenkul yang berarti cangkang kerang dengan 9. Rumah Adat Kampung Bampalola dan
ukuran diameter 140 cm, dan tinggi 49 cm. Misba Lur
Misba Mayeng merupakan misba Kampung tua Bampalola memiliki
tertua, dibentuk dari susunan batu melingkar/ lima rumah adat yang mewakili masing-
temugelang, tampak samping berteras dua masing suku pendukungnya. Kampung tua ini
bagian tengah terdapat tiga buah menhir. Pada terletak di Dusun Bampalola, Desa Bampalola,
bagian lantai teras pertama (bawah) dan teras Kecamatan Alor Barat Laut. Lima suku yang
kedua (atas) terdapat susunan batu datar selasar/ memiliki rumah adat di kampung ini antara
sebagai lantainya. Misba berukuran diameter lain Suku Raja dengan rumah adat Lakatuil,
520 cm, dan tinggi 115 cm. Suku Marang dengan rumah adat Batafai, Suku
8. Rumah Adat Afu Fwat /Kandang Afu Fwat Kafin yang memiliki rumah adat Sinafit, Suku
dan Misba Malang Kapitang dengan rumah adat Baloi Bang, Suku
Rumah Adat Afu Fwat/Kandang Afu Kapitang kota dengan rumah adat Dinghafe.
Fwat terletak di Kampung Matalafang Desa Namun rumah adat yang selalu dihuni hanya
Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara. rumah adat Lakatuil oleh Bapak Muhamad
Rumah adat Afu Fwat berbentuk rumah Lelang dari Suku Raja dan rumah adat Baloi
panggung dan atapnya berbentuk piramida Bang dari Suku Kapitang dihuni oleh Bapak
kondisi keseluruhan kurang terawat, ada Umar. Rumah adat yang lain dihuni hanya pada
beberapa bagian atap yang sudah lapuk, terbuat saat upacara adat.
dari ilalang. Rumah adat tersebut bersusun/ Benda pusaka yang disimpan di rumah
ruang empat masing-masing ruangan/lantai adat Lakatuil yaitu tujuh buah moko dengan
mempunyai fungsi hampir sama dengan rumah urutan, nilai tertinggi yaitu: Moko Lakatuil,
adat lainnya. Benda pusaka yang tersimpan Moko Lamkal, Moko Tumkan, Moko Talibang,

190 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
Moko Arambor, Moko Tanagah dan Moko Misba Makalserang dari Suku
Fandah, selain itu terdapat gong besar dua Padamayhieta kondisinya telah ditutupi semak.
buah yang disebut jangkar dan gong kecil enam Bagian tengah diisi tanah sebagai lantainya,
buah. Benda pusaka pada rumah adat yang lain ditengah-tengahnya didirikan tiga buah menhir.
tidak diketahui karena tidak ada penghuninya. Misba ini dengan ukuran diameter 310 cm,
Pada kompleks rumah adat di atas tinggi 34 cm, dan tebal dinding 34 cm.
terdapat sebuah Misba Lur, dari susunan batu Misba Ruam Masang (Masang Ayam)
andesit yang dibentuk melingkar/temugelang. dari Suku Kolhieta berbentuk oval, bagian
Bagian tengah ditumbuhi pohon beringin yang tengah lantai diisi tanah sebagai lantainya.
besar sehingga tiga buah menhir yang ada di Bagian tengah didirikan sebuah menhir sebagai
tengah misba miring terdorong oleh akar pohon. simbol sukunya. Misba ini berukuran diameter
Upacara yang dilakukan di misba antaralain: 270 cm, tinggi 35 cm, dan tebal 35 cm. Pada
upacara makan baru, upacara tanam baru, dan bagian sisinya dilingkari dengan susunan batu
upacara membuat rumah adat. Sarana upacara temugelang berukuran lebih rendah dengan
yang digunakan yaitu sirih pinang, ayam dan diameter 463 cm, dan tinggi 302 cm, sehingga
kambing. Di kampung Bampalola mayoritas tampak kelihatan temugelang ganda.
Agama Islam, sehingga tidak menggunakan Misba Lanhieta dari Suku Lanhieta
babi. Misba Lur termasuk tipe besar dengan berbentuk temugelang, bagian tengah diisi tanah
ukuran diameter 440 cm, tinggi 110 cm, dan sebagai lantainya, tengah-tengah didirikan
tebal dinding 50 cm. menhir. Dengan ukuran misba diameter 235
10. Kampung Tua Atengmelang cm, tinggi 33 cm, dan tebal 26 cm. Bagian sisi
Kampung tua ini terletak di Desa Lembur misba terdapat susunan temugelang, melingkari
Tengah, Kecamatan Alor Tengah Utara. Rumah temugelang di atas, sehingga misba tampak
adat sudah tidak ada, terdapat kompleks berteras dua dengan ukuran diameter 880 cm,
misba yang sudah ditinggalkan. Namun dan tinggi 30 cm.
kekuatan misba di kampung lama masih sangat 11. Kampung Dikungfe
dipercaya dan dihormati sampai saat ini. Kampung Dikungfe terdapat dua rumah
Mereka mempercayai bila melakukan hal-hal adat yaitu rumah adat Suku Maohieta yang
yang terlarang akan mendatangkan bencana. bernama Tambukuat dan rumah adat Suku
Karena telah banyak warga masyarakat yang Alohieta bernama Manungwat. Arsitektur sama
telah terbukti melanggar larangan mendapat dengan rumah adat pada umumnya yang beratap
malapetaka. bentuk piramida, dan berbahan ilalang. Kedua
Fungsi misba hampir sama dengan rumah di atas sebagai tempat benda pusaka di
misba-misba lainnya, antaralain: upacara buka samping itu di tempati oleh kepala suku. Benda
kebun baru, tanam padi, upacara mohon hujan, pusaka yang disimpan tidak diketahui karena
upacara pesta panen, dan upacara tukar moko kedua kepala suku di atas tidak ada pada saat
besar. Adapun misba yang terdapat kampung pendataan.
ini sebagai berikut. Misba Manyeta dibentuk dari susunan
Misba Tamok Masang terdapat empat batu andesit yang tidak beraturan berbentuk
buah menhir sebagai simbol masing-masing melingkar/temugelang, pada bagian tengah
suku pendukungnya yaitu Suku Kolhieta, diisi isian tanah sebagai lantainya, ditengah-
Suku Mayhieta, Suku Padamayhieta dan Suku tengah didirikan dua buah menhir sebagai
Padahieta atau Lawatika. Misba ini dengan simbol suku. Adapun ukuran diameter 326 cm,
ukuran diameter 265 cm, tinggi 76 cm, dan tinggi 60 cm, dan tebal 26 cm. Di atas misba
tebal dinding 39 cm. terdapat susunan batu temugelang melingkari

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 191
misba, sehingga misba ini tampak berteras dua arkeologi, keberagaman budaya yang sekarang
atau temugelang ganda dengan ukuran diameter dimiliki berbagai kelompok etnis di tanah air
940 cm, dan tinggi 30 cm. (Gede dan Hidayah, dapat terjadi, karena munculnya local genius
2012: 36). yang memperlihatkan keberhasilan penduduk
setempat dalam menciptakan suatu karya
Misba dan Rumah Adat dalam Masyarakat budaya sebagai miliknya sendiri (Bosch, 1952:
Alor 1-25)
Sebagai wujud atau hasil aktivitas manusia Adapun nilai-nilai kehidupan yang
masa lalu, yang merupakan warisan budaya dapat dijumpai pada sumberdaya arkeologi
nenek moyang, tinggalan tradisi megalitik Alor ialah nilai-nilai solidaritas sosial yang salah
perlu dipahami arti dan makna yang terkandung satunya tampak dalam bentuk tinggalan
di dalamnya. Di samping sebagai bukti sejarah tradisi megalitik. Di Alor terdapat Misba
dapat pula berfungsi sebagai media untuk yang merupakan satu kesatuan budaya dengan
memupuk kepribadian sekaligus dapat berperan rumah adat, sebagai salah satu tempat upacara
dalam peningkatan apresiasi nilai budaya, pemujaan yang sifatnya sangat sakral (suci).
khususnya dalam pembangunan bangsa. Upacara tersebut diiringi dengan tarian lego-
Di samping sebagai identitas atau jatidiri lego dengan saling bergandengan tangan
suatu kelompok ataupun bangsa tertentu, satu sama lainnya. Tarian disertai dengan
tinggalan tradisi megalitik juga mempunyai mengucapkan doa-doa dengan gerak melingkar
nilai dan makna asosiatif/simbolis, informatif, mengelilingi misba yang menunjukkan satu
estetika dan ekonomis (Lipe, 1982: 2) yang persatuan dan kedamaian. Upacara tradisional di
dikembangkan dalam pembangunan Bangsa atas diikuti oleh masyarakat Alor dari berbagai
Indonesia sebagai bangsa yang Bhineka suku yang mempunyai suatu kepercayaan
Tunggal Ika. Bangsa Indonesia mempunyai terhadap wujud tertinggi yang mereka warisi
kekayaan budaya yang amat beragam yang dan hormati sampai sekarang, meskipun secara
didukung oleh sejumlah besar kelompok etnis resmi mereka telah menganut Agama Katholik,
yang mempunyai latar belakang sejarah yang Kristen Protestan dan Agama Islam. Aktivitas
berbeda-beda. Dalam keragaman budaya ini, hidup mereka sampai sekarang dipenuhi dengan
seluruh bangsa telah menyatukan dirinya, ritus kepercayaan lama yang berbau magis
karena ikatan nilai-nilai budaya yang sama dilakukan bersama-sama membaur antarsuku
berlaku dalam hidupnya. Berbagai warisan dan antarumat beragama di Alor, sehingga adat
budaya bangsa (national cultural heritage) menempati prioritas utama dalam kehidupan
adalah rekaman kehidupan Bangsa Indonesia sosial budaya. Kerukunan antaretnis di Alor
yang mengandung nilai-nilai luhur yang secara tampak sangat kental, karena sejarah yang
selektif dapat digunakan untuk mencegah membentuk karakter masyarakat Alor.
terjadinya perselisihan antarkelompok atau Selain itu, solidaritas sosial tampak
suku di Indonesia karena sejarah telah menguji dalam bentuk gotong royong yang sekarang
keberhasilan ke Bhinekaan Tunggal Ika-an itu. masih hidup di kalangan masyarakat Alor.
Kebudayaan adalah bagian yang paling Nilai-nilai solidaritas sosial itu telah menyatu
penting dalam kehidupan suatu bangsa, yang dengan nilai-nilai religius yang mengajarkan
telah dibangun oleh sejarahnya di masa lampau, toleransi beragama. Penyatuan kedua nilai-nilai
seperti yang dijalani oleh Bangsa Indonesia. kehidupan ini telah berhasil mengintegrasikan
Warisan budaya bangsa yang melimpah antara berbagai kelompok masyarakat Indonesia
lain, ialah berupa sumberdaya arkeologi yang (Sutaba, 2000: 27-34). Sebagai contoh
terbukti sangat beragam, tersebar diseluruh penyatuan kedua nilai tersebut di atas, ialah
Kepulauan Indonesia. Dalam perspektif wadah kubur yang ditemukan sangat beragam di

192 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)
Indonesia, seperti sarkofagus di Bali, waruga di meninggalkan ketentuan bentuk dasar yang
Minahasa, tempayan di Gilimanuk, Sumba dan telah diwariskan oleh para leluhurnya.
nekara perunggu di Plawangan Jawa Tengah Rumah adat Alor adalah arsitektur
dan Manikliyu Bali. Keanekaragaman bentuk tradisional sebagai tempat tinggal kepala
budaya ini tidak perlu dipertentangkan secara suku dan menyimpan benda-benda pusaka.
berlebihan, karena sesungguhnya sangat terikat Nilai-nilai luhur/kearifan lokal yang dipetik
pada nilai-nilai solidaritas sosial yang dijiwai dari bangunan misba dan rumah adat adalah
oleh nilai-nilai religius yang dianut bersama. persatuan, gotong-royong, solidaritas sosial,
Dapat diperkirakan, bahwa pembuatan wadah sebagai pegangan pemersatu bangsa untuk
kubur seperti tersebut di atas tentu tidak mudah, memperkokoh jatidiri bangsa.
karena mereka memerlukan tenaga-tenaga
khusus yang dapat digerakkan karena terikat DAFTAR PUSTAKA
kepada nilai-nilai tersebut di atas (Soejono, Bell, Alexander. et al. 2009. Arsitektur Rumah
1977: 251). Adat Tradisional Alor, Desa Lembur Barat,
Demikian juga halnya dengan Kecamatan Alor Barat Laut, Kebudayaan
Alor. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
pembangunan sarana pemujaan kepada arwah
Arkeologi, Sejarah dan Nilai Tradisional,
leluhur, kepada kekuatan alam atau kesuburan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Provinsi
dan kepada Tuhan yang berbeda-beda wujudnya Nusa Tenggara Timur.
seperti menhir, tahta batu, bangunan teras Bosch, F.D.K. 1952 Local Genius en Oud-Javaanse
berundak dan lain-lainnya sebenarnya semua Kusut. Konk Ned-Akad van Kusten en
berada dalam satu bingkai nilai-nilai kehidupan estenschap. Nieuw Reeks. Deel 15. afd
yang dianutnya bersama-sama (Sutaba, 1997: letterkrn de:1-25.
224-251). Gede, I Dewa Kompiang, dan Ati Rati Hidayah.
Adapun yang tidak kalah pentingnya 2012. Survei Budaya Megalitik Kebudayaan
solidaritas sosial masyarakat Alor tampak pula Alor, Nusa Tenggara Timur. Laporan
pada tinggalan budaya moko. Hampir setiap Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi
Denpasar.
rumah tangga di Alor memiliki moko. Moko
Geldern, Heine R.Von. 1945. Prehistoric research in
adalah tinggalan budaya arkeologi sebagai alat the Netherlands Indies. Science and Scientis
pemersatu, benda pusaka, maskawin, alat musik, in the Netherlands Indies.
alat tukar dan menunjukkan simbol status sosial Kusumawati, Ayu. 1984. Susunan Batu Temugelang
masyarakat Alor. Dengan demikian moko sejak di Alor (Sebuah Studi Kasus). Forum
masa lalu sampai masa kini mempunyai peranan Arkeologi. 2: 21-31.
penting dalam kehidupan masyarakat Alor. Leuwalang, Kaidir Maha. 2013. Peta 21 Kabupaten/
Kota. (http://lembatacyber.blogspot.
KESIMPULAN com/2013/07/peta-21-kabupatenkota.html.
Misba dan rumah adat di Alor merupakan Diakses, 02-01-2013).
satu kesatuan peninggalan budaya yang Lipe,W.D. 1982. Value and Meaning in Cultural
berfungsi sebagai tempat melakukan pemujaan Resource. Cleere (Ed). Approoches
terhadap dewa tertinggi yaitu Dewa Bulan, Cambridge Universitas Press.
Matahari dan para leluhur untuk memohon Soejono, R.P. et al. 1984. Jaman Prasejarah di
keselamatan serta kesuburan. Perkembangan Indonesia. Sejarah Nasional Indonesia I.
Editor Marwati Djoened Poesponogoro.
tipologi dan variasi bentuk misba di Alor tidak
Edisi ke 4. Jakarta: Departemen Pendidikan
mempengaruhi fungsi misba. Tipologi dan dan Kebudayaan.
variasi bentuk adalah pengembangan lokal Soejono, R.P. 1977. Sistim-sistim Penguburan Pada
yang dikembangkan oleh undagi, tetapi tidak Akhir Masa Prasejarah di Bali. Disertasi.
Jakarta: Universitas Indonesia UI.

Misba dalam Masyarakat Alor Kajian Bentuk dan Fungsi I Dewa Kompiang Gede 193
Sukendar, Haris. 1986. Susunan Batu Temugelang
(Stone Enclosure) Tinjauan Bentuk dan
Fungsi dalam Tradisi Megalitik. Pertemuan
Ilmiah Arkeologi. Jakarta: Puslit Arkenas.
Depdikbud. 171-190.
Sutaba, I Made. 1997. Indonesia dalam Globalisasi
2000 Tahun yang Silam, dalam Cinandi. 244-
251. Jogjakarta: Panitia Lustrum VII Jurusan
Arkeologi UGM.
______________1999-2000. Manfaat Arkeologi
Bagi Generasi Muda di Bali. Majalah
Kebudayaan. 9 (17): 43-49.
______________2000. Manfaat Arkeologi dalam
Pemberdayaan Masyarakat pada Milenium
ke Tiga. Forum Arkeologi. 2: 27-34.

194 Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013 (181 - 194)

Anda mungkin juga menyukai