PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adanya kesatuan sosial yang memiliki perbedaan latar belakang yang beragam
seperti suku bangsa, agama atau kepercayaan, adat istiadat dan budaya serta letak
berbagai aspek kehidupan baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun budaya,
sejak dari manusia pertama sampai sekarang bahkan yang akan datang. Perubahan
dan perkembangan tersebut tetap berlangsung, hal ini terjadi baik secara evolusi
maupun secara revolusi tergantung dari besarnya pengaruh budaya dari dalam
masyarakat yang tidak mempunyai budaya atau karya. Sebaliknya tidak akan ada
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah
tindakan yang diperlukan. Dalam pengertian ini budaya adalah suatu pedoman
1
sosial, dan budaya agar tetap melangsungkan kehidupannya. Untuk mengangkat
sejarah yang terjadi pada masa silam. Hal ini dapat di katakan bahwa walaupun
telah banyak penelitian yang telah di lakukan di daerah ini, namun demikian
seolah-olah segalanya masih gelap, karena masi begitu banyak yang belum di
ungkapkan. Menyadari makna edukatif dari sejarah, serta upaya pelestarian dan
bergelut dalam disiplin ilmu sejarah untuk berperan lebih aktif untuk melakukan
pengkajian dan pengembangan warisan para leluhur sebagai aset yang dimiliki
sekarang. Leirissa (2006 : 2) bahwa “ada tiga hal yang menjadi modal dasar
untuk penelitian dari penulisan sejarah lokal yaitu: subjek, tempat dan waktu”.
Artinya kita harus memutuskan sesuatu tema dalam sejarah manusia, di suatu
tempat, dalam suatu kurun waktu tertentu. Hal inilah yang menjadi fokus
Tenggara.
Pulau Buton terkenal dengan sebutan seribu benteng. Betapa tidak, selain
beberapa benteng lainnya. Salah satunya seperti benteng Lipu Ogena yang berada
2
di Kelurahan Takimpo, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton. Benteng Lipu
Ogena ini berada diatas perkampungan warga. Benteng Lipu Ogena ini masih
Kabupaten Buton pada koordinat 05º 32 47,3” Lintang Selatan dan 122º 51 02,5 “
Bujur Timur dengan ketinggian 179 meter dari permukaan laut. Bentuk bangunan
melingkar dengan kondisi dinding mengikuti konstur tanah, telah dipugar oleh
pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2006 dengan dinding terbuat dari
batu karang. Benteng dilengkapi dengan lima pintu, pintu utama terletak pada sisi
timur. Ketiga pintu lainnya masing-masing terletak di sisi selatan, utara, barat,
dan satu pintu pibuni (tersembunyi) yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Masing-masing pintu terdapat bangunan kayu beratap sebagai pos penjagaan yang
sebagai pintu penjaga dan pengintaian. Dinding benteng berukuran tinggi 5 meter,
Dari dalam benteng Lipu Ogena dapat dilihat topografi di sekitarnya, yaitu
bagian utara kelihatan garis pantai dan bagian lainnya adalah gugusan
pegunungan dan lembah-lembah yang tidak terlalu dalam kecuali pada bagian
barat yang kondisi alamnya agak curam. Selain itu, kondisi alam sekitarnya
terlihat topografi lahan dengan kontur berbukit yang saat ini digunakan sebagai
3
lahan perkebunan. Selain itu didalam benteng terdapat sejumlah komponen
telah dipugar oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2006. Bangunan
mesjid yang terdapat didalam benteng, memiliki bentuk denah bujur sangkar.
Bagian barat terdapat bangunan menjorok keluar (mihrab) yang digunakan oleh
Bagian atas benteng Lipu Ogena pada dataran dekat mesjid, terdapat
lapangan yang dahulunya digunakan sebagai tempat upacara. Ketika itu di lokasi
tersebut senantiasa didirikan bendera kerajaan. Disisi lainnya (sebelah timur dari
lokasi itu) terdapat bangunan tempat pelantikan terbuat dari batu-batu karang
masyarakat bahwa tempat pelantikan ini masih digunakan hingga sekarang untuk
Tobelo yang paling ditakuti masyarakat. Selain sebagai bajak laut, orang Tobelo
penduduk dan membawa lari anak gadis yang bermukim di kampung tersebut.
lampau serta merupakan sumber sejarah yang setara dengan nilai sejarah juga
4
sebagai salah satu paket sejarah lokal Sulawesi Tenggara yang penting untuk
tersendiri yang perlu dikaji, digali, diteliti serta dipelajari dengan seksama agar
nilai-nilai yang terkandung didalamnya tetap terjaga dan terpelihara dengan baik.
Disisi lain segala tindakan atau kegiatan manusiajelas mempunyai alasan tertentu
tertentu bagi kehidupan manusia didaerah itu pada masa Kesultanan Buton.
merupakan bagian sistem barata yang dibangun di masa Kesultanan Buton yang
tersendiri dan alasan penulis untuk menelitinya dengan judul “Sejarah Benteng
1. Rumusan Masalah
5
c. Bagaimana fungsi Benteng Lipu Ogena bagi masyarakat Buton pada masa
d. Apa saja peninggalan sejarah yang terdapat didalam Benteng Lipu Ogena?
2. Batasan Masalah
temporal dari abad XVI sampai dengan abad XX. Adapun alasan penulis
adalah:
3) Fungsi benteng Lipu Ogena bagi masyarakat Buton pada masa lampau dan
masa kini.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
2. Untuk mendeskripsikan struktur fisik bangunan Benteng Lipu Ogena.
3. Untuk menjelaskan fungsi benteng Lipu Ogena bagi masyarakat Buton pada
Ogena.
D. Manfaat Penelitian
dalam upaya melakukan penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini.
2. Bagi pihak pemerintah yaitu sebagai masukan dalam upaya pelestarian nilai-
nilai sejarah lokal masyarakat Takimpo yang merupakan bagian dari Sulawesi
Tenggara.
generasi sekarang dan generasi yang akan datang dapat memahami dan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kebudayaan
“buddayah” yang merupakan bentuk jamak dari budi atau akal. Dengan
dengan akal budi (Koentjaraningrat, 1989 : 9). Sementara itu di bagian lain
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan manusia dan
Pendapat ini melihat kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang
sebagai pencipta kebudayaan, dalam bentuk gagasan, ide dan pikiran kreatif
kemudian dijadikan sebagai pola yang mengatur tingkah laku mereka sehingga
luhur dan bersifat rohani seperti agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan dan
manifestasi manusia setiap orang dan setiap kelompok orang berlainan dengan
hewan yang tidak bisa hidup begitu saja ditengah-tengah alam melainkan selalu
8
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi atau yang
lazim disebut pikiran dan perasaan. Disisi lain akal dan budi memungkinkan
munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak akan pernah didapat
atau dihasilkan mahluk lain. Cipta, karsa dan rasa pada manusia sebagai akal
memenuhi hajat hidupnya, baik yang besifat jasmani maupun rohani (Widagdo,
2003 : 22).
dikenal dengan kultur universal yang terdiri dari: (1) Peralatan dan perlengkapan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain, (4) Kesenian,
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
atau keindahan yang dinikmati dengan mata maupun telinga, (5) Sistem
9
alam sangat terbatas. Secara bersamaan muncul keyajkinan akan adanya penguasa
tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengandalkan salah satu bagian
dari jagad raya ini, (7) Mata pencaharian, merupakan kebiasaan yang dilakukan
Manusia sering disebut insan yang unik, yaitu insan yang dimana dirinya
tak pernah berhenti untuk berkarya dan menciptakan sesuatu hal yang baru. Tapi
tidaklah serta merta kalau manusia itu dapat membangun budayanya dengan
cepat, cermat dan kreatif kalau tidak adanya proses yang mengiringnya. Segala
sesuatu yang ada didunia ini harus melewati suatu proses, termaksuk budaya itu
sendiri.
dan kompleks yang di dalamnya mencangkup segala sesuatu yang terjadi bahkan
yang ditemukan oleh manusia dan diuraikan secara turun temurun maupun dalam
B. Konsep Benteng
benteng adalah bangunan yang dibuat untuk pertahanan dan perlindungan dari
diatas dapat dikatakan bahwa sebuah benteng dibangun atas dasar motivasi untuk
10
melakukan upaya-upaya pertahanan untuk perlindungan sebuah wilayah agar tetap
pemerintahan dalam menjalankan setiap agenda atau tujuan yang akan dijelaskan
secara bersama-sama juga yang paling terpenting adalah sebagai pusat pertahanan
dan keamanan. Jika dilihat dari motif pembangunan sebuah benteng maka dapat
1. Pendirian benteng adalah untuk mempertahankan diri atas serangan dari pihak
dan aman.
atau tembok (batu, tanah dan sebagainya) untuk melindungi kota (tempat pasukan,
pemukiman dan sebagainya) dari serangan musuh, tempat yang di perkuat dengan
11
Penjelasan diatas memberikan gambaran bahwa benteng merupakan simbol
kekuasaan dan pertahanan untuk perlindungan sebuah wilayah agar tetap bertahan
C. Fungsi Benteng
maksud dan tujuan yang diinginkan oleh masyarakat atau parabela yang berkuasa
saat itu dalam hal ini bermuara pada satu tujuan bersama yakni sebuah kesimpulan
yaitu selain sebagai pusat budaya dan keamanan, tempat pengintaian musuh juga
merupakan pusat pertahanan karena letaknya yang starategis diantara posisi jalur
(1999 : 20) bahwa kebanyakan kota terletak pada persilangan jalan darat dan
sungai atau persilangan jalan antara laut dan darat. Penjelasan tersebut
pembangunan sebuah benteng juga tidak terlepas dari potensi kesadaran manusia
masa itu. Seperti yang dijelaskan oleh Robinson (2005 : 119) bahwa proyek
malainkan terbangun dari tradisi historis, dan keahlian mereka bertambah sedikit
demi sedikit sasaran pada kebutuhan saat itu. Keahlian mereka akan bertambah
jikalau ada petunjuk sesuai kebutuhan mereka. Pendapat ini dikuatkan dengan
12
pernyataan yang dikemukakan oleh Ricklefs (1999 : 31) bahwa kedatangan
orang-orang Eropa di Indonesia khususnya Portugis sekitar abad XVI. Hal ini
dapat dikatakan bahwa dimasa lalu akan muncul sebuah ide atau gagasan untuk
pembangunan benteng selalu berada disekitar wilayah dekat pantai dan hanya
adalah bahwa pembangunan sebuah benteng merupakan sebuah bukti fisik dari
segenap aspek kehidupan sosial yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan
baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun yang tidak
13
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mencapai tujuan
pusat pemerintahan.
sehari-hari. Tentu saja dalam pembuatan artefak pada masa lampau, para pelaku
penulisan sejarah pada saat ini. Dengan kata lain, pada saat peninggalan (artefak)
tentang adanya kegiatan manusia pada generasi yang hidup dimasa lampau.
14
dalam usaha mengungkapkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya manusia
memiliki ciri khas daya tarik sendiri-sendiri serta keberadaanya dapat dipandang
secara visual. Wujud karya-karya budaya warisan tersebut setiap daerah berbeda-
beda sesuai dengan falsafah dan pandangan dalam tata cara hidup masyarakat
sesuai dengan kualitas dan kreatifitas kelompok manusia setempat pada waktu itu.
Akan tetapi walaupun jenis dan bentuknya berbeda seperti berupa candi, pura,
masyarakat dan tentu sekali akan mewarnai pola kehidupannya sehari-hari. Dalam
perkembangan yang ada sehingga memacu inisiatif masyarakat ikut serta dalam
memahami sepenuhnya karena karya-karya budaya warisan sejarah bangsa itu kini
15
dalam perhatian pemerintah untuk diarahkan menjadi aset budayah nasional yang
peninggalan sejarah sebagai aset budaya yang dapat diperkenalkan kepada dunia
telah diungkapkan bahwa benteng merupakan salah satu karya dari masyarakat
saksi sejarah dan cerminan kehidupan masa lampau bagi generasi sekarang dan
16
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan serta pengetahuan masyarakat pada
saat yang teraktualisasi dalam bentuk dan konstruksi benteng yang tersusun
rapi, rapat dan kokoh tanpa menggunakan semen atau bahan pelekat seperti
hasil ciptaan manusia yang merupakan warisan budaya bangsa yang mempunyai
nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang potensinya
E. Penelitian Relevan
belakang dan fungsi pembangunan benteng Patua adalah sebuah bukti fisik dari
sebuah wilayah dari para bajak laut Tobelo (Sanggila) yang menggunakan perahu
layar untuk mewujudkan keinginan mereka. Benteng yang dibangun dengan latar
17
belakang seperti ini biasanya terletak pada tempat-tempat yang strategis, misalnya
di pinggir pantai atau di bukit-bukit yang ditunjukan agar lebih mudah mengintai
atau menghalau musuh dari jauh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
karakteristik yang sama. Sebagian benteng dibangun karena alasan yang hanya
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa benteng merupakan pusat
kebudayaan, dan yang lebih penting adalah sebagai pusat pertahanan guna
18
Ngiruslianti (2015), juga telah melakukan penelitian dan memberikan
masyarakat yang bermukiman di tempat itu dari segala ancaman musuh. Guna
posisinya yang berada di puncak bukit. Benteng dengan berbentuk persegi empat
ini memiliki luas ±100x120 meter persegi, struktur fisik dengan berdindingkan
batu gunung, dengan susunan batu yang tidak rata. Susunan batu tertinggi 3 meter
sedangkan susunan batu terendah 1,5 meter. Bahan bangunan yang digunakan
berupa batu, dan kapur. Batu yang digunakan berwarna hitam yang disusun tanpa
perekat.Benteng Pale’a memilki fungsi dan peran ganda yakni sebagai pusat
yang erat dengan benteng lain yang ada di Kaledupa yang masih bersifat
tujuan yang sama dengan benteng Ollo yaitu sebagai benteng pertahanan yang
terlebih dahulu di Kaledupa. Yang mana pada saat itu muncul para perampok dari
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
lokasi benteng Lipu Ogena. Adapun waktu penelitiannya dimulai bulan Mei
kualitatif maka data-data yang diperoleh berdasarkan bahan informasi atau dari
1. Sumber tertulis, yakni data yang diperoleh dari dokumen atau arsip-arsip dan
berbagai literatur dalam bentuk buku, skripsi, laporan hasil penelitian serta
sumber tertulis lainnya yang sesuai dengan kajian penelitian ini. Sumber
Kelurahan Takimpo.
2. Sumber lisan, yakni data yang diperoleh melalui keterangan lisan (wawancara)
20
Haruku,Wa aeta, Wa Abu, La Dila, S.IP yang banyak mengetahui masalah
yang diteliti.
pertemuan secara perkakas pendukung lainnya yang ada dalam benteng Lipu
Ogena.
D. Prosedur Penelitian
(2007:17) terdiri atas tiga langkah, yaitu: (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber),
1. Heuristik
b. Studi lisan, yaitu pengumpulan sumber melalui wawancara dengan tujuh orang
lapangan berupa bangunan benteng Lipu Ogena secara fisik serta perlengkapan
21
dijadikan sebagai patokan sejarah benteng Lipu Ogena di Kelurahan Takimpo
3. Kritik Sumber
sumber-sumber dalam penelitiannya, tidak akan menerima begitu saja apa yang
baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap subtansi (isi)
sumber.
melakukan pengujian otensitas (keaslian) dan integrasi dari sutau sumber yang
sungguh-sungguh asli dan bukan tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya
sejumlah lima pertanyaan harus dijawab dengan memuaskan: (1) Siapa yang
mengatakan itu?, (2) Apakah dengan satu cara atau cara lain kesaksian telah
diubah?, (3) Apa sebenarnya yang dimaksud orang itu dengan kesaksiannya
itu?, (4) Apakah orang yang memberikan kesaksiannya itu benar dengan
kesaksiannya itu?, (5) Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan
memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?. Sumber yang ada adalah
sumber primer yang merupakan pelaku, pelaksana, dan peserta dari sejarah
22
benteng Lipu Ogena. Sehingga kesaksian (hasil wawancara) dari pelaku dapat
b. Kritik internal menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber (kesaksian
eksternal, tiba giliran peneliti untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu.
Ia harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau tidak.
dokumen yang diperoleh dengan kekerasan atau dengan jalan penipuan, atau yang
orang lain, atau berasal dari seorang saksi yang berkepentingan, asal dapat lulus
menghadapi empat ujian: (1) Apakah sumber terahkir dari pada detail itu (saksi
primer) mampu untuk menyatakan kebenaran? (2) Apakah saksi primer mau
mengenai detail yang sedang di uji? (4) Apakah ada terdapat pendukung secara
merdeka terhadap detail yang sedang diperiksa? Setiap detail (terlepas dari pada
apa sumbernya atau siapa pengarangnya) yang lulus menempuh keempat ujian
tersebut diatas, merupakan bukti sejarah yang kredibel. Yang dapat diterima
sebagai fakta sejarah hanyalah unsur-unsur yang didasarkan atas kesaksian yang
merdeka dari pada dua atau lebih saksi yang dapat dipercaya (koroborasi).
3. Historiografi
sejarah dalam bentuk karya tulis ilmiah secara kronologis dan sistematis
23
berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, serta telah lolos dari kritik dan
mencangkupsebagai berikut:
Semua data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang
dikaitkan satu sama lain sehingga antara fakta yang satu dengan fakta yang
lainnya akan kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal (logis), dalam
24
BAB IV
A. Keadaan Geografis
merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak peninggalan sejarah seperti
sebagai berikut:
1. Kelurahan Awainulu
2. Desa Banabungi
3. Desa Dongkala
5. Desa Kabawakole
6. Kelurahan Kahulugaya
8. Desa Kancinaa
25
13. Desa Lapodi
B. Keadaan Demografi
Adapun penduduk asli yang mendiami wilayah ini adalah Suku Cia-Cia dan
26
Dimana luas wilayah yang dimiliki adalah sekitar 3.52 km² dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.711 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 416, jumlah
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 933 jiwa dan penduduk yang berjenis
maupun pembangunan daerah adalah faktor demografi suatu daerah yang menjadi
Jumlah penduduk daerah ini secara administratif adalah 1.711 jiwa dengan
berjumlah 778 jiwa. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk kelurahan Takimpo
menurut kelompok umur dn jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
27
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Takimpo Berdasarkan
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(Tahun) Laki-Laki Perempuan (Jiwa) (%)
(Jiwa) (Jiwa)
1 0-4 125 89 213 12,52
2 5-9 131 113 244 14,28
3 10-14 124 84 207 12,17
4 15-19 85 94 179 10,48
5 20-24 65 67 133 7,72
6 24-29 67 67 135 7,84
7 30-34 55 49 104 6,08
8 35-39 78 68 147 8,54
9 40-44 55 26 82 4,74
10 45-49 34 33 67 3,92
11 50-54 43 23 67 3,86
12 55-59 26 15 41 2,40
13 60-64 13 22 35 2,04
14 65+ 30 27 58 3,33
Jumlah 933 778 1711 100
Sumbeer : Kantor Kelurahan Takimpo, Tahun 2017
Takimpo yang menempati urutan kelompok umur 5-9 tahun menempati urutan
terbanyak dari seluruh jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis
kelamin di Kelurahan Takimpo sebanyak 244 jiwa (14,28%) terdiri dari 131 laki-
laki dan 113 perempuan. Sebaliknya kelompok umur 60-64 menjadi angka relatif
paling seikit, yakni 35 jiwa (2,04%) terdiri dari 13 laki-laki dan 22 perempuan.
28
penduduk khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhannya sehingga dapat tercipta
meningkatkan taraf hidupnya, karena semakin tinggi jejang pendidikan yang telah
tingkat pendidikan yang lain, yaitu sebanyak 410 jiwa atau 29,96% menyusul
Tamat SD sebanyak 330 jiwa atau 19,28%. Dari data tersebut diatas, yang paling
sedikit adalah penduduk yang menamatkan diri pada jenjang akademik atau
29
3. Keadaan Penduduk Kelurahan Takimpo Berdasarkan Mata Pencaharian
baik sebagian besar mata pencaharian mereka adalah sebagai petani. Hal ini di
lain.
Keslurahan Takimpo didominasi oleh petani 180 jiwa 37,34% dari jumlah
jumlahnya swasta yang berjumlah 50 jiwa atau 10,37% dari jumlah penduduk
kelurahan Takimpo.
ole nenek moyang sejak dahulu daerah ini masih sangat dipegang teguh oleh
30
Falsafah yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
lainnya.
juga meliputi kegiatan yang bersifat pribadi misalnya jika ada seseorang warga
lain yang ada dilingkungannya atau tetangganya akan datang dengan sendiri untuk
selalu memerlukan sesuatu bentuk agama dan kepercayaan. Hal ini tidak dpat
dipisahkan dari hidup dan kehidupannya manusia di alam semesta ini dan mutlak
dengan adanya agama itu akan melahirkan tata nilai guna tumbuhnya kebudayaan.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari kita menemukan bentuk agama yang beraneka
ragaman dikalangan masyarakat. oleh karena itu sistem religi mengalami suatu
Esa, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
31
Kondisi masyarakat Takimpo ditinjau dari aspek keagamaan tidak ada yang
beragama lain selain Islam. Sedangkan fasilitas ibadah yang dapat dijumpai
Kegiatan sosial lainnya yang sudah menjadi tardisi dan erat hubungnnya
dengan upacara keagamaan dalam hal ini agama islam, dimana setiap peringatan
hari-hari besar agama seperti maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj, Lailatul
Qadar dan lain-lain. semua warga mengadakan doa bersama di Mesjid. Hingga
saat ini setiap rumah membawa makanan atau kue-kue, setelah semua warga
yang dilanjutkan dengan baca doa bersama yang dipimpin oleh imam mesjid.
setelah selesai acara pembacaan doa, semua warga yang hadir mencicipi hidangan
yang telah disediakan yang dibawa warga secara bersama-sama (La Aisi,
4. Kesehatan
5. Bahasa
32
bahasa daerah atau bahasa Cia-Cia. Bahasa Indonesia tetap merupakan bahasa
persatuan atau bahasa resmi sebagai alat komunikasi hal ini tampak dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Adat Istiadat
didalamnya terdapat tata cara dan ritual yang harus dilakukan secara turun
temurun yang merupakan warisan dari orang tua. Dalam setiap daerah memiliki
yang tidak terlepas dari adat istiadat yang berlangsung secara turun temurun dan
telah ditetapkan.
melalui penilaian orang tua bahwa seseorang telah siap berumah tangga. seperti
halnya masyarakat lain, pada masyarakat Takimpo pun memiliki kriteria yang
akan dijadikan menantu. Ada beberapa tahapan yang dilakukan sebelum dan
a. Pemilihan Jodoh
yang bahagia.
33
Pemilihan jodoh disebut juga sebagai tahapan penjajakan yang dilakukan
oleh pihak keluarga laki-laki untuk mencari calon istri dengan jalan pihak
Olehnya itu, orangtua dulu senang tiasa ikut campur dalam hal perjodohan anak
jodoh untuk seseorang yang belum menikah. Pencarian jodoh dilakukan dengan
mencari anak gadis yang ada dikeluraga terdekat terlebih dahulu seperti sepupu
dua kali atau keluarga yang dianggap telah jauh. Jika keluarga itu tidak memiliki
anak gadis maka, tolowea akan mencari anak gadis yang ada di Kelurahan dengan
dilamar. Calon istri maupun calon suami yang dipilih tentu harus memenuhi
syarat yang harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi
pasangan hidupnya. Kriteria bagi calon istri sebagaiman telah diuraikan di atas,
yaitu:
1. Agamano (agamanya)
5. Kubukua pikaraja (rajin bekerja dalam hal apapun) (Wa Abu, wawancara 25
Juni 2018).
1. Agamano (agamanya)
34
2. Koadati (bagus wataknya)
memiliki peran untuk memili siapa yang berhak menjadi pendamping untuk
mengutus lagi seorang yang disebut sebagai tolowea datang kerumah perempuan
untuk membahas tentang hubungan yang dijalani anak mereka sehingga perlu
membawa keluarga besar atau beberapa untuk menuju ke rumah perempuan serta
membawa tempat sirih (kamparanga/tangaba)yang telah di buat satu (1) buah, isi
dari kamparanga itu adalah sirih, pinang gambir tembakau merah dan kapur, 2 ikat
setelah kedua bela pihak keluarga ini bertemu maka, tempat sirih yang dibawah
35
oleh pihak laki-laki diserahkan oleh pihak perempuan untuk menerimanya, dan
diterima maka tempat sirih itu disyarati atau diniatkan. Pihak laki-laki dan
dilamar telah menika atau dilamar orang lain , dan yang bertanya ini adalah orang
yang dipercaya artinya ditunjuk untuk mewakili pihak perempuan (tolowea). jika
belum menikah atau dilamar orang lain maka pihak dari keluarga laki-laki
d. Pohora’a (Pingitan/Posuo)
Buton, adalah negeri yang indah dan penuh dengan adat istiadatnya yang
Ritual posuo diadakan sebagai sarana untuk peralihan status remaja bagi seorang
gadis menjadi dewasa. Anak remaja disebut kabuabua, sementara gadis dewasa
disebut kalambe.
Buton terkhusus Masyarakat Takimpo yang sering dilakukan tiap tahun namun
ada juga yang melakukan ritual tersebut secara individu terkhusus bagi yang
hendak ingin segera menikah. Ritual ini adalah salah satu syarat agar wanita bisa
agar gadis-gadis itu lebih fokus menghadapi bimbingan spritual, petuah dan
membina bahterah rumah tangga yang baik. Prosesi posuo terdiri atas beberapa
36
ritual. Masing-masing desa atau kelurahan memiliki ritual yang berbeda-beda
Proses malam pacar untuk menghiasi kuku pada jari tangan dan kaki
pengurungan misalnya: 8 hari 8 malam maka malam pacarnya yaitu malam ke-7
dan malam ke-8 dalam kurungan. Bahan yang digunakan yaitu, daun pacirangga,
kapur, gambir, tali, dan daun lebar sebagai pembungkus jari yang akan dihiasi.
dimana setelah menjalani pingitan dan dikurung dengan waktu yang telah
g. Pelaksanaan Perkawinan
Tahap ini merupakan tahap yang ditunggu setiap manusia ketika ingin
memutukan dan hidup bersama orang lain, pernikahan adalah jalan yang harus
dalam beberapa tahap berdasarkan adat istiadat yang berlaku maka, selanjutnya
adalah akad nikah. Setelah selesai akad nikah maka dilanjutkan dengan acara
resepsi bagi keluarga yang mampu dan bagi yang tidak mampu untuk
melaksanakan acara resepsi maka acaranya tetap ada yaitu dalam bentuk duduk
adat biasa. setelah acara resepsi atau duduk adat tersebut selesai maka malam
37
harinya diadakan acara tari linda atau joget tergantung kemampuan keluarga
acara perkawinan selesai maka, kedua mempelai wanita dan pria kemudian
kembali kerumah laki-laki dengan didampingi oleh pemuka jalan (pindaino wuta)
perempuan. Setelah selesai proses ini kedua mempelai menjalani hidup bersama.
38
BAB V
karya atau budaya biasanya tercipta atau muncul dengan sendirinya yang pada
dasarnya sangat tergantung dari situasi dan kondisi lingkungan pada zaman yang
mempunyai karakteristik yang sama, namun bila ditinjau dari latar belakang
Sebagian benteng lain dibangun karena desakan waktu yang dialaminya, seperti
menguasai, dan menjajah wilayah tersebut. Benteng yang dibangun dengan latar
belakang seperti ini biasanya terletak pada tempat yang strategis misalnya dibukit-
bukit yang ditujukan agar lebih mudah mengintai dan menghalau musuh dari luar.
tempat itu dari ancaman musuh seperti ancaman bajak laut dari Tobelo. Guna
39
menghadapi situasi yang demikian sulit, maka penguasa di Lipu Ogena pada
waktu itu membangun sistem pertahanan benteng (La Ramlia, wawancara 17 Juni
yang bermukim didalam benteng Lipu Ogena dari segala macam ancaman musuh.
Secara fisik, benteng Lipu Ogena lebih kerap dikaitkan dengan upaya
sekelompok manusia dalam mempertahankan diri dari serangan pihak lain. Atau
Konflik ditimbulkan oleh berbagai sebab. Serbuan dari kelompok manusia yang
yang pada intinya untuk penghalang untuk menahan laju para penyerang yang
baik secara individu maupun secara kelompok. Adanya ketenangan dan rasa aman
40
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, karena itu
untuk melindungi dirinya maka didalam sejarah kelangsungan hidup suatu bangsa,
negara atau kerajaan sejak dahulu selalu berusaha membentengi diri dengan sistim
pertahanan keamanan.
kerajaan di dunia tentu saja akan mempunyai pola sistem pertahanan dan
pula halnya dengan bangsa Indonesia, sistem pertahanan dan keamanan yang
benteng merupakan jawaban atas segala tantangan, tuntutan, dan dorongan dari
sangat berkaitan dengan pertahanan terhadap keberadaan bajak laut. Bajak laut
yang beroperasi di perairan Nusantara yang dikenal bajak laut Tobelo berasal dari
Ternate terutama dikawasan laut yang terjalin dalam jaringan pelayaran dan
perdagangan Nusantara. Di satu sisi ancaman dari Ternate dan bajak laut yang
41
Kerajaan Buton merupakan salah satu kerajaan yang berdaulat di
lampau. Dalam jalur pelayaran posisi kerajaaan Buton dipandang sebagai posisi
silang (Cross Position) yang menghubungkan kawasan barat dan timur Nusantara
kesultanan Buton berbentuk kerajaan. Buton termasuk salah satu yang sering
dilintasi oleh kapal-kapal para pedagang khususnya bagi jalur pelayaran oleh
barat Nusantara. Posisi yang demikian, tidak mengherankan jika Buton kerap
terancam oleh bajak laut (bajak laut yang menelusuri pantai-pantai, dan menculik
untuk diperjual belikan), keadaan ini diperpara adanya ancaman dari Belanda
yang sering datang ke Buton mengancam wilayah Buton untuk dijajah (La Ode
Zaenu, 1985:43).
bermukim disekitar tempat tersebut dan bangunan benteng itu hingga sekarang
masih tetap dengan keutuhan yang memiliki nilai historis sampai saat ini.
42
Benteng merupakan bagian dari perangkat-perangkat sistem pertahanan
Sekalipun mempunyai karakteristik yang sama, namun bila ditinjau dari latar
Seperti di puncak bukit, tepi pantai, sungai, di tepi jurang dan di ujung lembah.
Seperti halnya dengan benteng Lipu Ogena selain memiliki lokasi yang luas juga
2018).
keamanan dari bajak laut Tobelo yang tidak pernah diharapkan kedatangannya
oleh masyarakat Takimpo. Benteng Lipu Ogena memiliki letak yang strategis
berada di atas bukit yang ada di Kecamatan Pasarwajo untuk mengintai musuh
masa lampau, karena keberadaannya sekarang sebagai saksi sejarah dan cerminan
kehidupan masa lampau bagi generasi sekarang dan yang akan datang (Haruku,
43
Berbicara tentang struktur bangunan di benteng tersebut, beberapa bagian
dari temboknya terlihat kotor dan tak terurus. Tak jauh dari situ, terdapat rumah
panggung kosong yang berbentuk persegi empat dengan ukuran ±4x5 meter yang
memperbaikinya dengan mengganti dindingnya yang terbuat dari sau (kayu) dan
atapnya diganti dengan seng dan rumah ini mempunyai anak tangga sebanyak
lima yang menurut kepercayaan masyarakat adalah rumah ini digunakan sebagai
meter persegi. Benteng ini memiliki ketinggian tembok yang tidak merata. Jika
diukur dari luar benteng, tinggi dinding mencapai 5-7 meter. Sedangkan dari
dalam benteng, tinggi dinding mencapai 2-4 meter, lebar dasar benteng sekitar 1,5
Di bagian dalam dinding benteng, terdapat setapak jalan selebar satu meter yang
benteng.
Bahan bangunannya berupa batu gunung, pasir dan batu kapur. Benteng
berbentuk persegi ini memiliki 2 lapis dinding tembok. Dinding tembok terluar
berukuran panjang 5 meter. Batu yang digunakan berwarn hitam yang disusun
tanpa perekat.
batu gunung. Namun dataran benteng tidak rata sehingga ketinggian batunya
berbeda-beda.
44
Pembangunan Benteng Lipu Ogena terletak diatas bukit ini tentunya
akan berbeda halnya bila dibangun di tempat yang rata. Hal ini dapat dilihat pada
C. Fungsi Benteng Lipu Ogena Bagi Masyarakat Buton Pada Masa Lalu
Dan Masa Kini
1. Fungsi Benteng Lipu Ogena Bagi Masyarakat Buton Pada Masa
Lampau
Pada umunya segala hasil karya manusia yang berwujud benda selalu
mempunyai fungsi dan tujuan. Semuanya itu tergantung dari waktu dan kondisi
penggunaannya. Seperti halnya dengan fungsi benteng Lipu Ogena yang berada
dibawah pemerintahan Kesultanan Buton dimana pada waktu itu banyak ancaman
yang datang. Hal ini didasarkan atas kondisi pada saat itu masih menggunakan
benteng Lipu Ogena. Benteng Lipu Ogena yang merupakan tempat atau kota bagi
pengintaian musuh karena letaknya sangat strategis, selain itu dijadikan sebagai
atas pertimbangan keadaan ekologis dan letaknya yang strategis. Situs tersebut
45
serangan musuh dari luar, sementara sisi perbukitan yang terjal sangat
situs pemukiman, dalam hal ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
apabila salah satu wilayah mengalami serangan musuh maka semua, kesatuan
semua pertahanan baik dari dalam maupun dari luar benteng sebagai pusat
Di bangunnya benteng baik untuk sebagai tempat pemukiman masa lampau dari
pertahanan dan perlindungan masyarakat yang dimana pada masa itu sering terjadi
Buton, terutama ancaman bajak laut Tobelo yang amat merisaukan ketentraman
Dari uraian di atas maka jelas bahwa benteng Lipu Ogena memiliki peran
dan fungsi ganda yaitu sebagai tempat pemukiman dan tempat perlindungan bagi
masyarakat yang tinggal didalamnya dari gangguan musuh yang ingin merebut
dan menguasai daerah ini. Sehingga keamanan dan ketentraman dapat terjamin.
46
Buton yang mempunyai peran dalam upaya menciptakan lingkungan masyarakat
Pada saat ini fungsi benteng Lipu Ogena sebagai situs sejarah sekaligus
sebagai Obyek Wisata dengan nama Lipu Ogena. Pada saat hari-hari tertentu
benteng Lipu Ogena juga menjadi tempat berlangsungnya tradisi tahunan yaitu
tradisi pesta kampung atau mata’a yang dilakukan didalam benteng Lipu
didalam benteng Lipu Ogena namun menurut tokoh adat masyarakat setempat La
Aisi, mengatakan bahwa masyarakat harus meminta ijin terlebih dahulu terhadap
para arwah didalam benteng Lipu Ogena. Tepatnya di rumah adat benteng Lipu
masyarakat Takimpo permohonan ijin terhadap para arwah bertujuan agar para
arwah tidak marah dan merusak acara tahunan masyarakat Takimpo tersebut.
ganda yaitu selain sebagai pusat pemerintahan dan keamanan, serta tempat
strategis diantara posisi jalur transportasi dan komunikasi. Benteng Lipu Ogena
juga merupakan sebagai salah satu situs sejarah yang harus tetap dijaga
kelestariannya.
47
b. Sebagai Destinasi Wisata
Lipu Ogena secara fisik merupakan yang terbesar serta masih menunjuhkan
masyarakat khususnya generasi mudah pada masa sekarang ini, ditinjau dari
efektifitasnya, maka benteng Lipu Ogena selain menarik untuk menjadi obyek
studi bagi para peneliti yang ingin menggali berbagai aspek pengetahuan sejarah
yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung di wilayah Kelurahan
Takimpo. Hal ini memungkinkan oleh letaknya yang strategis pada suatu daerah
yang strategis dan sangat mendukung dengan lokasinya mudah dijangkau baik
berjalan kaki maupun dengan kendaraan segala jenis yang berada pada lintasan
48
D. Peninggalan Sejarah Yang Terdapat di Dalam dan Di luar Benteng Lipu
Ogena
Bangunan bersejarah atau benda cagar budaya merupakan kekayaan
bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah. Ilmu
peninggalan dan kelestarian cagar budaya selain itu sisa peninggalan tersebut
yang memiliki dasar hukum dan aturan yang jelas, sebagaimana yang
perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi dan pengembangan sejarah,
dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya
segala perangkat isinya yang merupakan bagian dari benteng itu sendiri sebagai
saksi sejarah dan hasil karya masyarakat pada masa lampau, merupakan bangunan
49
atau benda cagar budaya yang harus dijaga kelestariannya. Sebab mempunyai arti
memiliki beberapa bangunan bersejarah yang sampai pada saat ini masih dapat
kehidupan masa lampau bagi generasi sekarang dan yang akan datang Pada
umumnya segala hasil karya manusia yang berwujud benda selalu mempunyai
fungsi dan tujuan. Seperti halnya dengan pembangunan benteng Lipu Ogena
pengetahuan serta keterampilan masyarakat pada masa itu yang dapat dilihat
dalam bentuk konstruksi benteng yang tersusun rapi, rapat dan kokoh tanpa
Untuk masuk kedalam benteng Lipu Ogena terdapat lima lawa (pintu
masuk. Empat lawa pintu masuk untuk mendeteksi kedatangan musuh dan dan
satu lawa pibuni atau tersembunyi. Kelima lawa tersebut memiliki nama
50
a. Lawa Kowolundanga merupakan pintu masuk yang yang menghadap ke utara
laut.
d. Lawa Sampu yaitu pintu menghadap Mesjid Tua Lipu Ogena atau mesjid
bagian timur.
Situs peletakan dari kelima lawa (pintu masuk) ini dimanfaatkan untuk
tempat mengintai musuh yang masing-masing lawa ada penjaganya adalah orang
3. Koburu (Kuburan)
Terdapat bak penampung air dari mata air di atas bukit, penampung air tersebut
yang di buat oleh warga sekitar yang memiliki kebun agar lebih mendapatkan air,
Lipu Ogena. Selain kuburan parabela didalam benteng Lipu Ogena terdapat
kuburan penyu yang cukup besar, dimana masyarakat Takimpo dan Pasarwajo
51
mempercayai penyu tersebut adalah yang menolong orang pertama Takimpo.
Sehingga terdapat aturan adat kepada masyarakat Takimpo dan Pasarwajo bahwa
dilarang membunuh penyu. Selain kuburan penyu tersebut, terdapat batu Allah
Selain itu rumah adat ini juga digunakan sebagai tempat para tokoh adat
dan tokoh masyarakat melakukan acara adat pesta kampung dan acara ritual
seperti beramal dan berobat dengan membawa sesajian atau memberi makan
kepada sesembahan atau roh-roh leluhur disana. Ritual seperti ini masih rutin di
lakukan masyarakat Takimpo hingga kini. Di rumah ini juga pada masa lampau
Selain itu, di dalam benteng juga terdapat tempat duduk tetua adat yang
terbuat dari batu. Tidak dijelaskan secara terperinci, namun menurut (Wa Aeta,
wawancara 22 Juni 2018) tempat duduk tetua adat tersebut sebagai tempat duduk
6. Masigi (Masjid)
52
(Rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengapdi kepada
allah.
sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh. Adapun masjid memiliki dua arti, yaitu
Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk
sujud dinamakan masjid, oleh karena itu Hadist Nabi Muhammad SAW, Tuhan
menjadikan bumi ini sebagai mesjid, seluruh jagat adalah masjid bagi muslim.
Jadi seluruh bumi adalah tempat memperhamba diri pada Tuhan. Sujud dalam
pengertian lahir bersifat gerak jasmani, sujud dalam penegrtian batin berarti
kewajiban menyembah Tuhan, muslim tidak terikat oleh ruang (Gazalba, 1989:
119). Sedangkan masjid dalam arti khusus adalah tempat atau banguanan yang
bermukimin didalam benteng Lipu Ogena untuk beribadah. Hingga kini masjid
sekitar benteng dan bagi pengunjung yang berwisata di benteng Lipu Ogena
tersebut.
rumah adat benteng Lipu Ogena guna untuk menangkis serangan dari luar tetapi
53
pada saat ini alat senjata tersebut berada di salah satu rumah tokoh adat (La Aisi)
54
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Latar belakang pembangunan benteng Lipu Ogena adalah sangat erat kaitannya
bermukim di tempat itu dari segala ancaman musuh. Guna menghadapi situasi
berbentuk persegi empat ini memiliki luas ±100x120 meter persegi, struktur
fisik dengan berdindingkan batu gunung, dengan susunan batu yang tidak rata.
Bahan bangunan yang digunakan berupa batu gunung, pasir, dan batu kapur.
3. Fungsi benteng Lipoogena bagi masyarakat Takimpo pada masa lampau adalah
pada masa kini fungsi benteng Lipu Ogena yaitu sebagai situs sejarah sekaligus
4. Peninggalan sejarah yang terdapat disekitar benteng Lipu Ogena yang memiliki
makna dan tujuan tersendiri bagi masyarakat Takimpo antara lain bangunan
55
fisik benteng Lipu Ogena, lawa (pintu masuk) . Galampa (rumah adat), koburu
B. Saran-Saran
dan penelitian yang lebih mendalam sehingga akan mendapatkan cerita sejarah
aset sejarah lokal yang merupakan peninggalan warisan yang sangat bernilai
sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik yang berlangsung sepanjang hayat dan dimulai sejak manusia lahir.
56
maksimal. Keseluruhan proses pendidikan tersebut dimuarakan pada kesiapan
Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarana agar peserta didik secara
sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar
tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami
merupakan salah satu mata pelajaran IPS yang diajarkan mulai dari tingkat
57
tidak dapat dipungkiri bahwa mata pelajaran sejarah juga memegang peranan
membimbing peserta didik agar mampu memahami dan mengerti masa kini
berdasarkan perspektif masa lampau akan memberikan nilai lebih karena tidak
hanya mengetahui fakta sejarah, melainkan juga memahami interaksi makna yang
pada tingkat SMP Kelas VII semester II pada Sejarah Kompetensi Keadaan
diperlukan waktu 2x45 menit yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan
materi ini. Menyadari akan pentingnya pengajaran sejarah, maka setiap institusi
secara efektif dan efisien. Para peserta didik tidak hanya memahami fungsi
ekstrinsik suatu peristiwa tertentu, tetapi juga harus mampu memaham fungsi
58
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, Sidi. 1989. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Pustaka Al Husna.
Gottschalk Louis. 1983. Understanding History. Jakarta. Ul-Press.
Kluckhon, C. 1951. Cultur and Behavior. New York: The Fre Press
59
Kathryn dan Mukhlis Paeni. 2005. Tapak-Tapak Waktu. Makassar: Inninawa
Robinson,.
Sarfiah. 1993. Fungsi Peninggalan Sejarah Terhadap Pengembangan Pariwisata
di Daerah Tingkat II Buton. Skripsi Kendari: FKIP Unhalu.
Sjamsuddin, Helius, 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
60
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : La Aisi
Usia : 80 Tahun
Pekerjaan : Tokoh Adat
Alamat : Kelurahan Takimpo
3. Nama : La Majidu
Usia : 65 Tahun
Pekerjaan : Imam Masjid
Alamat : Kelurahan Takimpo
4. Nama : Haruku
Usia : 70 Tahun
Pekerjaan : Tokoh Adat
Alamat : Kelurahan Takimpo
5. Nama : Wa Aeta
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Takimpo
61
6. Nama : Wa Abu
Usia : 73 Tahun
Pekerjaan : Tokoh Adat
Alamat : Kelurahan Takimpo
62