Anda di halaman 1dari 10

Tradisi Megalitikum di Bondowoso Jawa Timur

Oleh : Nana Deliawati


Abstrak

Bondowoso merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa Timur. Ada
banyak sekali peninggalan masa prasejarah di Indonesia terutama pada masa
megalitik, peninggalan tersebut sampai sekarang masih ada. Peninggalan
megalitik di Bondowoso ini sudah sering dilakukan penelitian untuk
mendapatkan dan mengungkap lebih dalam peninggalan-peninggalan yang
pernah ada Artikel ini bertujuan (1)gambaran umum mengenai tradisi megalitik
di Indonesia (2) untuk mengetahu hasili kebudayaan megalitik di Bondowoso (3)
untuk mengetahui masa perkembangan budaya megalitik di Bondowoso (4)
untuk mengetahui masyarakat pendukung budaya megalitik di Bondowoso.
Penelitian ini menggunakan metode historiografi atau yang dikenal dengan
metode penulisan sejarah. , bisa di sebutkan beberapa peninggalan tradisi
megalitik di Bondowoso antara lain: sarkofagus (pandhusa), Dolmen, Kubur
Kamar Batu, Teras Berundak, Menhir, Arca, dan Batu Kenong.

Kata kunci : megalitikum, megalitik Bondowoso

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zaman megalitik biasanya disebut sebagai zaman batu besar, megalitik
berasal dari bahasa yunani yaitu kata mega yang artinya besar dan lithos
yang berarti batu. Ciri yang paling menonjol dari zaman ini adalah
manusia purba sudah mulai membuat bangunan-bangunan besar dari
batu, karena pada zaman megalitikum ini banyak ditemukan bangunan-
bangunan besar yang terbuat dari batu yang berkaitan dengan
kepercyaan manusia pada masa itu, diperkirakan manusia purba pada
zaman megalitikum ini sudah mengenal kepercayaan yang bersifat
animisme dan dinamisme. Bangunan yang dibuat untuk pemujaan dan
penghormatan roh para leluhur, bangunan-bangunan besar yang dibuat
juga atas dasar konsep kepercayaan hubungan antara manusia yang
masih hidup dengan yang sudah meninggal berpengaruh terhadap
kesuburan tanah dan juga kesejahteraan masyarakat.
Bondowoso merupakan salah satu tempat yang banyak ditemukan
peninggalan pada zaman megalitik ini, Bondowoso adalah sebuah
kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur. Walaupun Bondowoso
merupakan daerah yang tidak memiliki wilayah lautan atau terkurung
oleh daratan, ternyata banyak ditemukan peninggalan-peninggalan
prasejarah, terutama pada masa batu besar. Tidak banyak orang yang
tahu tentang peninggalan-peninggalan zaman megalitik di Bondowoso ini,
tema tentang masa megalitik di Bondowoso ini masih belum terlalu
popular, sebenarnya bahan ini sangat menarik untuk dijadikan bahan
penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum tradisi megalitik di Indonesia?
2. Apa saja hasil kebudayaan megalitik di Bondowoso ?
3. Bagaimana perkembangan kebudayaan megalitik di
Bondowoso?
4. Apa saja masyarakat pendukung kebudayaan megalitik di
Bondowoso?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum tradisi megalitik Di
Indonsia.
2. Untuk mengetahui apa saja hasil kebudayaan megalitik di
Bondowoso.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kebudayaan
megalitik di Bondowoso.
4. Untuk mengetahui masyarakat apa saja sebagai
pendukung kebudayaan megalitik di Bondowoso.

PEMBAHASAN
A. Tradisi megalitik secara umum di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki ratusan bahkan ribuan pulau
didalamnya. Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan dari masa
praaksara sampai masa prasejarah. Salah satunya yaitu pada masa
megalitikum atau masa batu besar, kebudayaan megalitikum tidak hanya
berkembang dengan seendirinya melainkan suatu kebudayaan yang
timbul pada zaman neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Tradisi megalitik berkembang sangat lama, Tradisi Megalitik adalah suatu
adat kebiasaan yang menghasilkan benda-benda atau dari batu yang
berhubungan dengan upacara atau penguburan. Tradisi ini masih sangat
kental sekali dengan kepercayaan pada roh nenek moyang, mereka
mengira bahwa kehidupan manusia yang masih hidup itu ada
hubungannya dengan orang yang sudah meninggal maka dari itu mereka
sangat menjunjung tradisi tersebut. Mereka juga percaya bahwa
kesehatan, rezeki, hasil panen itu dipengaruhi oleh nenek moyang.
Ada yang mengatakan bahwa tradisi megalitik berasal dari daerah laut
tengah, ada pula yang mengatakan dari daerah mesir. Tersebarnya tradisi
megalitik ke daerah timur dikarenakan adanya kegiatan untuk mencari
kerang (mutiara) dan emas. Teori tentang asal tradisi megalitik yang
sekarag diakui oleh Von Heine Geldern, yang mengatakan bahwa tradisi
megalitik brasal dari Tiongkok Selatan dan disebarkan oleh bangsa
Austronesia. Migrasi bangsa Austronesia pada masa neolitik (bercocok
tanam) dan pada masa perunggu besi menybabkan tradisi megalitik
tersebar ke daerah daerah yang dilalui oleh migrasi bangsa tersebut.
Daerah persebaran tradisi megalitik antara lain di Jepang, Formosa,
Taiwan, Malaysia, Indonesia dan bahkan diprkirakan sampai Pasifik.1

1
Haris Sukendar, album tradisi megalitik di Indonesi, (departemen pendidikan dan kebudayaan,
1996/1997) hlm. 1
Zaman megalitik dibagi menjadi dua yaitu zaman megalitik tua (2500-
1500SM) dan megalitik muda dari millennium pertama sebelum masehi.
Peninggalan-peninggalan tradisi megalitik di Indonesia bisa kita jumpai
dari sabang sampai merauke. Peninggalan yang diketemukan tidak hanya
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat sacral atau untuk menyembah roh
nenek moyang tetapi juga masih ada hubungnnya dengan kegiatan
kehidupan mereka sehari-hari misalnya lumping batu yan digunakan
untuk menumbuk biji-bijian. Peninggalannya pun mempunyai bentuk
yang beraneka ragam, disetiap daerah masing-masing juga memiliki ciri
khas tersendiri. Bentuk peninggalan tradisi megalitik di Indonesia antara
lain :
1) Menhir : menhir berasal dari kata men yang berarti batu dan hir
yang berarti panjang, diyakini sebagai pemujaan roh nenek
moyang atau untuk tanda penguburan.
2) Dolmen : biasanya disebut meja batu, untuk meletakkan sesaji
yang dipersembahkan untuk nenek moyang.
3) Sarkofagus : yakni kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup
yang pada ujungnya biasa terdapat tonjolan.
4) Kubur batu : wadah penguburan mayat yang dibuat dari batu,
bentuknya antara lain kubur peti batu, dolmen, sarkofagus.
5) Kalamba : kubur batu berbentuk silinder.
6) Lumpang batu : batu berlubang untuk menumbuk biji-bijian atau
segala sesuatu yang perlu ditumbuk.
7) Pandusa : kubur batu yang ditopang batu-batu lain sebagai
dinding kubur.
8) Waruga : kubur batu yang bentuknya seperti rumah.
9) Batu berlubang : batu yang permukaannya berlubang-lubang
biasanya digunakan untuk upacara.
10) Teras berundak : susunan batu dari balok-balok atau batu kali
biasanya sebagai sarana upacara.
11) Batu bergores : batu yang permukaannya terdapat goresak-
goresan biasanya digunakan untuk upacara..
12) Neogadi : pahatan yang berupa meja batu biasanya digunakan
menari pada waktu upacara.
13) Arca menhir : pahatan yang berbentuk antropomorpik tanpa kaki
yang hanya terdiri dari kepala, kaki, leher dan badan.
14) Bosok : susunan batu yang biasanya digunakan untuk upacara.
15) Lasara : pahatan berupa kepala binatang khayal yang dianggap
sebagai binatang pelindung.
16) Neoadulomano : neogadi berukuran kecil.
17) Sitilubagi : pahatan yang berupa binatang dengan badan pipih
horizontal yang biasa digunakan untuk tempat duduk pada
upacara perkawinan.
18) Arca megalitik : pahatan yang berbrntuk manusia atau binatang
yang berkaitan dengan kepercayaan megalitik.
19) Ksadan : halaman yang berbentuk bulat yang dibatasi susunan
batu sebagai dinding biasanya digunakan untuk upacara.
B. Tradisi Megalitik di Bondowoso
Peninggalan megalitik di daerah Jawa Timur banyak ditemukan di
Bondowoso, peninggalan di Bondowoso ini bahkan sudah diteliti oleh
berbagai ahli antara lain oleh Willems, Van Heerkeren, Steinmtz dll.
Peninggalan tersbut teridi dari berbagai macam megalitik. Peninggalan
tersebut diketemukan dari berbagai kecamatan di Bondowoso,
penemuan sarkofagus di Bondowoso memiliki bentuk yang besar-besar
biasanya sarkofagus ini tidak ada hiasannya atau hanya polosan saja.
Antara lain sarkofagus yang ditemukan di desa nangkaan yang sekarang
sekarang mnjadi pemakaman umum, tetapi pada bagian tertentu sudah
mengalami kerusakan karena pernah digali dan dilubangi dan sekarang
tutup sarkofagus tidak lagi ditempatnya. Panjang sarkofagus ini 275 cm,
tingginya 135 cm, dan lebarnya 115 cm. selanjutnya sarkofagus yang
ditemukan didesa glingseran kecamatan wringin,tetapi sayangnya
sarkofagus ini sebagian besar masih tertanam di dalam tanah,
mempunyai tinggi 150 cm, panjang 263 cm, dan lebarnya 135 cm. masoh
di desa glingseran juga ditemukan sarkofagus tetapi sudah terpecah
mejadi dua bagian wadahnyapun sudah tidak kelihatan lagi, tingginya 175
cm, panjangnya 294 cm, dan lebarnya 174 cm. Temuan yang langka dan
hanya satu-satunya di Indonesia juga dapat ditemukan di Bondowoso
yaitu Batu Kenong. Batu kenong berbentuk silinder atau membulat
dengan tonjolan di puncaknya, menyerupai alat music gamelan yaitu
kenong. Batu kenong yang pertama ditemukan di Maesan Bondowoso
yang merupakan umpak bangunan megalitik , batu kenong ini terletak
diatas bukit yang disebut bukit andung, di situs ini terdapat 15 buah batu
kenong yang rata-rata berukuran 85 cm dengan garis tengah antara 50-
65cm. umpak-umpak ini membentuk lingkaran, umpak-umpak yang
melingkar ini menunjukkan bangunan rumah tinggal. Batu kenong yang
kedua ditemukan juga di maesan yang merupakan umpak bangunan di
sekitar kelompok batu tersebut terdapat banyak pecahan gerabah dan
sedikit keramik asing yang merupakan sisa sisa aktifitas pakai-buang.
Selain sarkofagus dan batu kenong di Bondowoso juga ditemukan
dolmen, yang pertama dolmen yang ditemukan di Pujer, dolmen yang
ditemukan ini memiliki empat kaki. Masing masing kaki memiliki tinggi
110 cm. batu di bagian atasnya sudah tidak rata dan berbentuk cembung
dengan panjang 130 cm dan lebar 95 cm. kedua, dolmen yang ditemukan
di Lombok Kulon kecamatan Wonosari Bondowoso, berfungsi sebagai
tmpat kubur, letaknya 8 km di sebeah kanan jalan Bondowoso-Situbondo.
Dolmen ini ditemukan bersama dngan 45 buah dolmen lainnya. Memiliki
tang penyangga tiga buah, kaki dolmen rata-rata berukuran 75 cm dan
lebar 45 cm. dole mini berdiri di sawah sehingga dikhawatirkan akan
runtuh dalam waktu dekat, ttapi untungnya ada akar pohon besar yang
menopangnya. Yang ketiga dolmen yang ditemukan di pakauman,
grojogan Bondowoso yang berada di sawah penduduk ada beberapa batu
kecil yang mennyangga sebagai kaki dolmen. Masih di Grojigan
Bondowoso ditemukan juga Arca Menhir yang merupakan sarana
pemujaan atau sarana upacara, arca ini memiliki tinggi 135 cm, lbar
bahunya 85 cm dan lebar pinggulnya 64 cm. berdasarkan gambar
pinggulnya yang lebar van Heerkeren berpendapat bahwa arca megalitik
ini menggambarkan seorang wanita. Budaya megalitik di daerah
Bondowoso sebagian besar berada di Grujugan dan Wringin dapat
dikatakan didaerah ini lah sebagai pusat pemukiman megalitik pada masa
itu. Teras berundak yang berfungsi sebagai sarana pemujaan ditemukan
di daerah Tlogosari, pada bangunan ini juga ditemukan bata berukuran
besar, dua lumpang batu, sepuluh baatu tegak yang menyerupai nisan,
sebuah umpak batu tanpa lubang dan dua batu tegak sebagai pintu
masuk. Kubur kamar batu adalah wadah kubur yang berbentuk seperti
kamar yang dipahat atau yang biasanya dibuat di tebing. Kubur kamar
batu ini ditemukan tidak bersamaan dengan peningglan megalitik lainnya,
didaerah Tegalampel ditemukan sebuah kubur kamar batu dan di daerah
Tapen ditemukan tiga buah kubur kamar batu yang mengelopok
sedangkan didaerah kodedek kecamatan Maesan ditemukan sebuah
kubur kamar batu yang berdekatan dengan batu kenong. Kubur kamar
batu yang ditemukan di kodedek ini berbeda dengan kubur kamar batu
yang ditemukan di tegalampel dan tapen, kubur kamar batu yang
ditemukan di kodedek tidak dibuat dengan pemahatan pada tebing
melainkan dibuat dengan lempengan-lempengan batu yang disusun dan
membentuk kamar diatas tanah, selain itu kubur kamar batu juga
terdapat di daerah Klabang Nagasari dan Taal.
C. Perkembangan Kebudayaan Megalitik di Bondowoso
Puncak perkembangan tradisi megalitikdi Bondowoso ditandai dengan
munculnya berbagai bangunan-bangunan yang terbuat dari batu, batu
yang dapat dimanfaatkan antara lain batu andesit, batu pasir yang berada
tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Didukung oleh sumberdaya alam
yang melimpah dan teknologi yang berkembang pada masa itu
mengakibatkan berkembangnya pula kebudayaan megalitik pada masa
itu, manusia purba pun juga seakan akan selalu menciptakan inovasi yang
baru, mereka terus mengembangkan apa yang sudah dia hasilkan. Dan
dari penjelasan diatas juga sudah ditemukan pecahan keramik di dekat
peninggalan megalitik di salah satu tempat itu sudah sedikit memberi
bukti bahwa manusia pada masa itu terus menerus melakukan
pmbaharuan. Pada saat hindu-budha masuk ke Bondowoso diyakini
bahwa budaya mgalitik pada masa itu masih ada, keyakinan ini didasari
oleh hasil penelitian budaya serupa yang dilakukan di jember dan
Situbondo. Banyaknya peninggalan yang ditemukan di Grujugan dan
Wringin budaya mgalitik tidak hanya berkembang di Bondowoso saja
tetapi juga mnyebar sampai ke Situbondo dan Jember. Pada saat budaya
hindu-budha masuk ke Jawa Timur di Bondowoso masih sangan kental
sekali dengan budaya megalitiknya. Diperkirakan budaya hindu-budha
pada masa itu kurang berkembang di Bondowoso, padahal daerah
Bondowoso juga menjadi daerah kekuasaan pada masa kerajaan
majaphit. Pada masa ini masih banyak dijumpai bangunan megalitik yang
keberadaannya memiliki ikatan batin dengan masyarakat sekitar.
Misalnya masih memberikan sesaji ke punden-pundeng itu merupakan
tradisi mgalitik yang masih ada sampai saat ini, di daerah Bondowoso
masyarakat yang tinggal tidak jauh dengan peninggalan-peninggalan
megalitik sebagian besar adalah masyarakat Madur. Mereka tidak
mempunyai ikatan batin ataupun mengetahui bagaimana asal usul
kebudayaan megalitik tersebut, diperkirakan masyarakat Madura
tersebut pindah dan menetap setelah tidak ada lagi tradisi megalitik yang
di jalakan. Diperkirakan masyarakat Madura mulai berdatangan dan
menetap di Jawa Timur pada awal masa Majapahit.
D. Masyarakat Pendukung Megalitik di Bondowoso
Masyarakat megalitik merupakan masyarakat yang masih kental sekali
dengan unsur magisnya, karenaa banyaknya penemuan-penemuan pada
masa megalitik yang digunakan untuk tempat memuja roh nenek
moyang, jadi peninggalan pada masa megalitik ini menurut budaya atau
kepercayaan yang berlaku pada masyarakat tersbut. Mereka pun
menciptakan bangunan-bangunan dari batu sebagai sarana pemujaan.
Masyarakat yang berbudaya megalitik tidak haya tinggal di Bondowoso
tetapi juga menyebar hingga ke situbondo, Jember dan Banyuwangi.
Mereka tidak hanya tinggal didataran rendah, tetapi ada juga yang tinggal
di pegunungan dan lembah-lembah. Masyarakat megalitik di Bondowoso
umumnya tidak hanya berpusat pada satu wilayah saja, mereka juga
banyak yang mendiami daerah daerah terpencil saja.

KESIMPULAN

Peninggalan-peninggalan megalitikum di Indonesia menyebar ke seluru


Indonesia terutama di provinsi Jawa Timur, Bondowoso adalah salah satu
kabupaten yang berada di Jawa timur, ada banyak temuan yang masih
berhubungan dengan megalitik antara lain sarkofagus, menhir, batu kenong dan
dolmen. Kebanyakan dari hasil penemuan ini berbau magis atau masih kental
sekali dengan kepercayaan unutk menyembah nenek moyang. peninggalan yang
ditemukan juga mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda, masyarakat
megalitik di Bondowoso juga cukup besar karena menyebar hingga ke
banyuwangi.

Daftar Pustaka

Haris Sukendar, album tradisi megalitik di Indonesia, (departemen pendidikan dan


kebudayaan, 1996/1997)

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.un
ej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63971/Ahmad%2520Riyansah.pdf%

http://www.heriswn.online/2014/03/makalah-zaman-megalitikum-
sejarah.html?m=1 diakses pada tanggal 21 maret 2018 pukul 11.46

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://arkeologika.f
iles.wordpress.com/2008/07/02_muhammad-hidayat_edit.pdf

Anda mungkin juga menyukai