PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
2021
A. Latar Belakang
tangan sebagai bahan sandang untuk kebutuhan pokok yang tidak dapat
menggunakan berbagai jenis bahan baku sandang antara lain serat tanaman, kulit
manusia sejak zaman prasejarah untuk membuat pakaian dan tenda untuk
Kulit binatang yang digunakan berasal dari hewan buruan mereka, biasanya pada
daerah bercuaca dingin manusia purba lebih suka menggunakan kulit binatang
sementara untuk daerah yang bercuaca panas menggunakan daun dan kulit kayu
dasar dari kulit hewan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kerajinan kulit mentah
dan kerajinan kulit tersamak. Kerajinan kulit mentah atau istilah lainnya
perkamen merupakan kerajinan dari kulit hewan yang tidak melalui proses
1
Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan
sampai Banting Stir, (Bandung: ITB, 2000), hlm.1.
2
Mila Amalia, Seri Pintar Menjahit, (Surabaya: Genta Group Production,
2016), hlm 3.
3
Yohana hening Susilowati, Perkembangan Kerajinan Kulit Kotamadya
Yogyakarta, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 1989), hlm 2.
penyamakan atau kulit hanya dibersihkan bulunya, lalu dikeringkan dan siap
digunakan untuk dibuat kerajinan. Kerajinan kulit tersamak atau istilah lainya
leather merupakan kerajinan dari kulit hewan yang telah diolah sehingga
menghasilkan bahan kulit yang kuat, lentur dan tahan terhadap pembusukan. 4
Kerajinan kulit tersamak inilah yang akan menjadi fokus penelitian penulis
nantinya.
ini terdapat sentra industri kulit yang cukup terkenal. Industri kerajinan kulit di
Bantul dipelopori oleh tiga orang pemuda yang bekerja di perusahaan kerajinan
sepuluh tahun lamanya mereka bekerja dan belajar di perusahaan kerajinan kulit
lalu mereka memutuskan untuk pulang dan memulai usaha kerajinan kulit seperti
Rotowijayan.6
Industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul dimulai pada tahun 1957 yang
4
Muljono Judoamidjojo, Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan,
(Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 20.
5
Tea Limostin dkk, Perkembangan Industri Kerajinan Kulit dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kelurahan Selosari
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan (Surakarta: UNS, 2012), hlm. 2.
6
Diklusari Isnarosi Norsita, Strategi Bersaing Industri Kulit Di Sentra
Industri Kulit Manding Kabupaten Bantul, (Bogor: IPB, 2012), hlm. 49.
yang mereka produksi hanya dijual ke pasar Beringharjo dengan hasil produk
berupa jaket, sepatu, sendal, dompet, tas, topi, sabuk, gantungan kunci serta
hiasan kulit lainnya. Pada akhir tahun 1950-an, industri kulit di Bantul sudah
dasar kulit ke luar negeri seperti ke negara Jepang, Inggris, Perancis, Amerika,
produk impor dari plastik yang umumnya memproduksi aneka tas berbahan dasar
baku dari kulit nabati/hewani. Produk dari plastik dapat diperoleh dengan harga
yang lebih terjangkau dibandingkan barang yang berasal dari kerajinan kulit
degan kualitas yang dihasilkan hampir sama. Keadaan ini mengubah keunggulan
7
Gagas Ulung, Go Tradisional: 100 Sanggar Seni, Artshop, Bengkel
Kerajinan Bertradisi di Jogja dan Solo, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002), hlm. 114.
8
R.Z. Leirissa, dkk, Sejarah Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Defit
Prima Karya, 1960, hlm. 102
9
Soeri Soeroto, “Sejarah Kerajinan di Indonesia”, dalam Prisma, (No. 8,
Agustus 1983), hlm.26.
kooperatif dari sistem perekonomian para pengrajin kulit sebelumnya. 10 Industri
kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Gambaran
keadaan perusahaan industri penyamakan kulit pada data yang terdaftar di Daerah
10
Boediono, “Ekonomi Orde Baru” dalam Anne Booth dan Petter
Mc.Cawly, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 17.
11
Biro Statistik DIY, Statistik Pemerintahan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 1972 Bagian III, (Yogyakarta: Biro Statistik DIY, 1973), hlm.
10.
12
Ibid, hlm. 3.
13
Soeri Soeroto, op. cit., hlm.26.
setengah jadi atau barang siap pakai. 14 Di tahun 1974 dengan adanya kebijakan
sejak akhir 1981 hingga 1986 menjadi hambatan bagi perekonomian Indonesia
tidak bergantung terhadap ekspor migas. 16 Tidak hanya sektor migas yang terkena
dampaknya, industri kerajinan kulit juga merasakan akibat dari krisis tersebut.
Naiknya bahan baku menyebabkan harga jual barang juga ikut naik untuk
mengimbangi biaya produksi. Terlihat untuk kenaikan harganya yang semula Rp.
700 per fit (25 cm persegi) naik menjadi Rp. 850 per fit dan diikuti kenaikan
bahan penunjang lainnya seperti lem, paku, retsluting, sampai obat penghalus
kulit.17 Kenaikan harga bahan baku kulit dan bahan penunjang kurang diimbangi
oleh peningkatan pemasaran produk dari kulit sehingga tersaingi dengan produk
imitasi.
14
R. Z. Leirissa, dkk, op cit, hlm. 105.
15
Pokdarwis, Perjalanan Kerajinan Kulit Manding Bantul, (Bantul:
Kelompok Sadar Wisata), hlm. 48.
16
Alin Halmatussadiah & Budy P.Resosudarmo, “Tingkat Ekstraksi
Optimal Minyak Bumi Indonesia: Aplikasi Model Optimasi Dinamik”, dalam
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (Vol. V No. 01, 2004), hlm. 16.
17
Lesu, “Pasaran Kerajinan Kulit dari Manding Bantul”, Kedaulatan
Rakyat, (10 Oktober 1986).
Krisis ekonomi pada tahun 1997 hingga 1998 yang melanda Indonesia
Sebagian para pengrajin kulit yang tidak mampu bertahan terhadap kondisi,
pembangunan industri seperti pabrik dan barang impor yang memproduksi bahan
dari plastik untuk memenuhi kebutuhan tersier, seperti produk tas dan sejenisnya
yang telah dijalankan sebelumnya dan adanya produk tiruan lainnya, apakah akan
tetap mempengaruhi pasang surut produktifitas dari industri kerajinan kulit yang
18
M.C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm. 650.
ada di Kecamatan Bantul. Penelitian ini diakhiri tahun 1998 dikarenakan adanya
potensi akan bermacam-macam kerajinan, salah satunya kerajinan kulit. Saat ini
sebagai mata pencaharian yang utama meskipun mengalami pasang surut dan
zaman tetapi tidak meninggalkan ciri khas mereka, yakni tatah timbul.
Berdasarkan latar belakang di atas, menarik untuk dibahas lebih lanjut mengenai
keadaan pengrajin dalam melewati masa pasang surut industri kerajinan kulit dan
1998.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca
Bantul.
2. Bagi Penulis
sejarah.
kuliah.
E. Kajian Pustaka
mencari kerangka pikir atau kerangka teori yang digunakan sebagai jawaban
sejak sistem ekonomi masa kolonial, paska kemerdekaan sampai kebangkitan dari
krisis keuangan masa reformasi. Bab yang secara khusus membahas mengenai
19
Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,
(Yogyakarta: Prodi Ilmu Sejarah FIS UNY, 2013), hlm.6.
20
Ibid.
21
Boediono, Ekonomi Indonesia Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Mizan,
2016).
keadaan industri berjudul “Pembangunan Ekonomi dan Rezeki Minyak 1969-
jangka menengah dan panjang secara sistematis dalam suatu rancangan yang
keadaan ekonomi yang terus menurun dan terjadi stagnasi, mengalami inflasi, dan
Kajian Pustaka kedua, yaitu buku karya Gagas Ulung yang berjudul “Go
dan Solo”.22 Dalam buku ini dijelaskan mengenai tempat – tempat yang bertradisi
di daerah vorstenlanden, yakni di daerah Solo dan Yogyakarta antara lain, sentra
produksi kerajinan seperti sentra kain batik, gerabah, kayu, logam, kulit dan bahan
22
Gagas Ulung, Go Tradisional: 100 Sanggar Seni, Artshop, Bengkel
Kerajinan Bertradisi di Jogja dan Solo, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002), hlm. 114 – 115.
alam lainnya. Di Kecamatan Bantul yang memiliki sentra kerajinan kulit
dijelaskan mengenai sejarah awal usaha kerajinan dan sebagai salah satu tempat
penjualan kerajinan kulit ini sudah sampai ke luar negeri dan mendapat bantuan
alat, permodalan, serta penataan managemen dari JICA Jepang dan PT. Taspen
kerajinan di Kecamata Bantul yang menjadi tujuan utama wisatawan yang ingin
membeli produk dari kulit. Beragam upaya dilakukan berbagai pihak agar
kerajinan kulit ini dapat terus berjalan sebagai tujuan wisata berbelanja yang
kerajinan kulit ini banyak mengalami kendala, seperti pernah mengalami kolep
atau warga asing yang menyewa tanah penduduk setempat untuk produksi
kerajinan kulit, adanya krisis moneter tahun 1986, pengaruh pasar global dan
krisis ekonomi tahun 1997-1998. Berbagai kendala tersebut nyatanya dapat sedikit
Kecamatan Bantul.
23
Pokdarwis, Perjalanan Kerajinan Kulit Manding Bantul, (Bantul:
Kelompok Sadar Wisata).
Kerangka pikirnya adalah adanya keterbukaan dengan dunia luar akan
proses produksi, perkembangan desain barang dan pemasaran barang hasil dari
kerajinan kulit.
kerajinan kulit tersamak dari tahun ke tahun tetap sama yaitu, masih
pada perkembangan desain dan perkembangan pemasaran kerajinan kulit yang ada
24
Tim Prodi Ilmu Sejarah, log. cit.
25
Yohana Hening Susilowati, Perkembangan Kerajinan Kulit Kotamadya
Yogyakarta, Laporan Penelitian, (Yogyakarta: ISI, 1989).
di kotamadya Yogyakarta. Dijelaskan bahwa besar kecilnya permintaan
bergantung pada proses desain dan pemasaran yang dilakukan pengrajin kulit.
kulit di Kecamatan Bantul pada tahun 1974-1998 tidak hanya berpengaruh pada
proses desain dan pemasaran tetapi juga ada hasil dari campur tangan pemerintah
Historiografi yang kedua Tugas Akhir Sri Husni Bariroh “Peranan Usaha
Bantul kebanyakan tenaga kerja industri adalah para petani yang merangkap
sebagai pelaku industri. Hasil dari historiografi ini yaitu, dari tahun ke tahun
sektor lain khususnya industri dan perdagangan. Home industri terbanyak yang
berkembang ada anyaman bambu (60,2%), kerajinan batu bata dan genteng
26
Sri Husni Bariroh, Peranan Usaha Kerajinan Kulit Dalam
Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul Yogyakarta, (Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta, 1997).
(18,5%) serta kerajinan kulit (10,8%).27 Keberadaan indusri kerajinan kulit cukup
Bantul.
pada perkembangan industri kerajinan kulit sebagai sektor penting tapi juga
memproduksi produk yang sama dengan bahan baku yang berbeda yang kemudian
perkembangan kerajinan kulit di Manding Bantul mulai dari tahun 1952 hingga
1987. Dalam historiografi tersebut lebih berfokus pada perkembangan tehnik yang
digunakan dalam memproduksi kerajinan kulit, seperti tehnik ukiran dan drek,
tehnik batik dan juga perkembangan tehnik yang menggunakan warna fikmen.
saja tetapi juga sejarah kebangkitan kembali kerajinan kulit yang sempat terhenti,
naik dan turunnya keadaan dan dampak ekonomi dan sosial yang berpengaruh
G. Metode Penelitian
27
Ibid., hlm. 47.
28
Zulkifli, Studi Tentang Kerajinan Kulit di Manding, Tugas Akhir,
(Yogyakarta: ISI, 1989).
Metode penelitian sejarah merupakan seperangkat aturan dan prinsip
sintesis berupa hasil yang telah dicapai agar dapat disajikan dalam bentuk tulisan
1. Heuristik
ketrampilan dan wawasan agar berhasil memperoleh sumber yang akan digunakan
sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar dan lain-
berbagai lokasi antara lain seperti BPAD DIY, Perpustakaan Kota Yogyakarta,
Magetan. Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi dua yakni sumber primer dan
sumber sekunder.
a. Sumber Primer
29
A.Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012),
hlm. 27-28
30
Dyah Kumalasari, Metode Penelitian Sejarah. (Yogyakarta: UNY), hlm.
2.
Sumber primer merupakan sumber yang dibuat pada waktu atau
catatan perjalanan, serta hasil sidang. 31 Sumber primer juga dapat diartikan
b. Sumber Sekunder
31
Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu
Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2008), hlm. 44.
penelitian, jurnal, buku atau bentuk lainnya 32. Dalam penelitian ini penlis
2. Kritik Sumber
kebenaran informasi) sumber sejarah. 33 Kritik sumber dibagi menjadi dua yaitu
a. Kritik Eksternal
sumber yang didapatkan, penulis juga melakukan kritik terhadap sumber tersebut
dengan cara melihat dari aspek fisik untuk menilai keaslian sumber, seperti halnya
32
Ibid, hlm. 44.
33
Kuntowijoyo, Pengantar llmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2013), hlm 45.
dengan cara melihat jenis kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, ungkapan,
b. Kritik Internal
yang didapatkan dengan cara melihat dari isi sumber sejarah secara kredibilitas,
terpercaya atau tidak dengan membandingkan sumber yang satu dan yang lainnya.
3. Interpretasi
kerangka rekonstruksi realitas masa lampau yang dapat memberikan relasi antar
fakta – fakta. Fakta sejarah yang telah diperoleh harus disusun terlebih dahulu
keterkaitan antara fakta satu dengan fakta yang lainnya. Interpretasi sendiri dibagi
menjadi dua yaitu, analisis yang berarti menguraikan dan sintesis yang berarti
menyatukan. 35
4. Historiografi
Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan intelektual dan suatu cara untuk
kutipan dan catatan, tetapi penggunaan pikiran kritis dan analisisnya karena pada
akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya dalam
34
Ibid, hlm. 77.
35
Kuntwijoyo, op cit, hlm. 36
suatu penulisan yang disebut historiografi. 36 Dalam penelitian ini akan diperoleh
H. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan sosiologi
termasuk salah satu dari ilmu pengetahuan kemasyarakatan (sosial sciences). Ilmu
kehidupan sosial atau pergaulan hidup.37 Teori yang digunakan yaitu, teori
36
Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012),
hlm. 121.
37
Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hlm 13.
kehidupan manusia. Modifikasi-modifiksi tersebut terjadi karena sebab-sebab
yang berasal dari dalam (intern) atau sebab-sebab dari luar (ekstrn).38
terjadi dalam masyarakat itu sendiri berkaitan dengan mata pencaharian yang
semula bertani berubah menjadi industri dan juga adanya perkembangan tehknik
2. Pendekatan Ekonomi
untuk memperoduksi barang dan jasa maupun dalam hal menggunakan barang
surut dan sudah menjadi karateristik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti psikologi, optimisme dan pesimisme pelaku ekonomi baik sektor swasta,
Teori yang digunakan yaitu, “teori siklus usaha rill (real business cycle
theory)” dari Edward Prescott. Teori ini menjelaskan bahwa fluktuasi ekonomi
(naik turun harga) terjadi karena adanya respon terhadap perubahan teknologi
produksi dan sumber lainnya seperti gangguan dari luar negeri, atau bencana-
38
Isjoni Ishaq, Masyarakat dan Perubahan Sosial, (Pekan Baru: Unri
Press, 2002), hlm. 12.
39
Aldila Septiana, Pengantar Ilmu Ekonomi: Dasar – dasar Ekonomi
Mikro & Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Duta Media Publishing, 2016), hlm. 1.
40
Taufik Abdullah, Krisis Masa Kini dan Orde Baru, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2003), hlm. 236.
41
Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan,
(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 290.
Teori ini digunakan untuk menjawab keadaan perekonomian industri
kerajinan kulit di Kecamatan Bantul yang tidak stabil dan selalu mengalami
pasang surut bahkan hingga sampai gulung tikar karena adanya krisis dan tidak
I. Sistematika Penelitian
Kerajinan Kulit di Bantul Tahun 1974 – 1998” terdiri dari lima bab pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
kulit akan dijelaskan lebih lanjut tentang proses produksi serta perkembangan
bentuk kerajinan kulit, perkembangan koperasi dan rivalitas kerajinan kulit
industri kerajinan Kulit di Bantul meliputi dampak sosial dan dampak ekonomi.
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arsip:
Arsip Biro Umum, Data Industri / Kerajinan Kulit Tahun 1976. Yogyakarta:
DPAD
DIY.
“Manding, Dusun Kerajinan Kulit Koperasi Eka Kapti yang Macet Dulu
Mengangkat Dusun Manding Kini Kehadirannya Diperlukan”, Kedaulatan
Rakyat, 12 November 1986.
Buku – Buku:
Aldila Septiana, Pengantar Ilmu Ekonomi: Dasar – dasar Ekonomi Mikro &
Ekonomi Makro, Yogyakarta: Duta Media Publishing, 2016.
Boediono, “Ekonomi Orde Baru” dalam Anne Booth dan Petter Mc. Cawly,
Jakarta: LP3ES, 1985.
Hill, Hal, Ekonomi Indonesia (Edisi Kedua), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001.
Isjoni Ishaq, Masyarakat dan Perubahan Sosial, Pekan Baru, Unri Press, 2002.
Ricklef, M. C, Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004, Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2005.
Taufik Abdullah, Krisis Masa Kini dan Orde Baru, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003.
Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Prodi Ilmu Sejarah FIS UNY, 2013.
Skripsi / Tesis:
Zulkifli, “Studi Tentang Kerajinan Kulit Manding”, Tugas Akhir, Yogyakarta: ISI,
1998.
Jurnal:
Alin Halmatussadiah & Budy P. Resosudarmo, “Tingkat Ekstraksi Optimal
Minyak Bumi Indonesia: Aplikasi Model Optimasi Dinamik”, dalam
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. V No. 01, 2004.