Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERILAKU THRIFTING TERHADAP SIKAP

NASIONALISME DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Disusun oleh:

Kelompok 7
1. Najzwa Hanifah Azkarrula
2. Nuradya Khairina Az-Zahra
3. Safira Azzahra Rizwandi
4. Syarifah Daryati
5. Zulfa Rohmatulloh Firdaus
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Thrifting merupakan sebuah kegiatan mencari dan membeli barang bekas.


Istilah “Thrift” ini dalam bahasa Inggris memiliki arti penghematan. Arti tersebut
sangat sesuai dengan realita, di mana masyarakat dapat melakukan penghematan
melalui kegiatan thrifting, karena harga yang ditawarkan barang thrifting jauh
lebih murah dibanding harga normal pada barang baru. Barang thrifting yang
banyak dicari biasanya berupa barang bermerek yang berasal dari luar negeri atau
impor hingga barupa pakaian limited edition yang sudah tidak diproduksi oleh
perusahaan (Putri dan Patria, 2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, nilai
impor fashion thrift telah mencapai US$493.000 atau setara dengan Rp. 7,1 miliar
(kurs Rp. 14.500) (Ningrum dan Choiri, 2022). Besarnya nilai impor pakaian
thrift tersebut tentu berdampak pula pada brand fashion lokal. Hal ini disebabkan
karena impor pakaian bekas dapat berpengaruh pada menurunkan angka penjualan
pakaian produksi lokal karena harga yang kalah bersaing. Dengan merosotnya
permintaan produk lokal, maka menyebabkan penurunan produksi produk lokal,
termasuk pengurangan tenaga kerja di dalamnya. Selain itu, tingginya permintaan
akan barang impor ini menyebabkan turunnya rasa kebanggaan terhadap
produk-produk buatan dalam negeri.

Mengutip buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ristekdikti yang


menyatakan bahwa “Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar
salah satunya ditandai dengan lebih bangga menggunakan produk asing daripada
produk bangsa sendiri.” Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas
mengenai korelasi antara budaya thrifting dengan rasa nasionalisme dalam diri
seseorang.

b. Rumusan Masalah
1) Apa korelasi budaya thrifting dengan sikap cinta tanah air ?
2) Bagaimana dampak budaya thrifting terhadap UMKM ?
II. PEMBAHASAN
a. Thrifting
Thrifting adalah sebuah kegiatan mencari dan membeli
pakaian bekas yang bertujuan untuk melakukan penghematan.
Thrift umumnya bergerak di komoditi sandang sebagai perlawanan
terhadap fast fashion yang konsumtif. Tujuan thrifting adalah
membantu dalam upaya penghematan polusi atau limbah dari
industri tekstil dan pakaian sekaligus bentuk dukungan terhadap
kampanye zero waste yakni pengurangan dan pemanfaatan sampah,
terutama sampah tekstil yang diakibatkan oleh industri fashion
(Mahabarata, 2020).
b. Sikap Cinta Tanah Air
Cinta tanah air dapat diartikan sebagai cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Mengembangkan rasa cinta
kepada tanah air dan bangsa merupakan sikap patriotisme dan
nasionalisme sebagaimana tertuang dalam pasal ketiga Pancasila,
membuat warga Indonesia harus mengembangkan rasa cinta
kepada tanah air dan bangsa.
c. Kondisi UMKM
UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan
maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha
mikro. Telah terdapat ribuan UMKM yang sudah bergerak di
berbagai bidang, seperti ekonomi, agraris, manufaktur, industri
tekstil dan pakaian, dan lainnya. UMKM berperan besar dalam
pembangunan ekonomi Negara Indonesia layaknya sebagai
penyumbang produk domestik bruto sekaligus jaringan pengaman
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, munculnya
UMKM dapat memperluas penyerapan dan kesempatan kerja
dengan menciptakan lowongan pekerjaan sehingga dipercaya dapat
mengurangi pengangguran di Indonesia. h
d. Dampak Kegiatan Thrifting Terhadap Sikap Cinta Tanah Air dan
Perkembangan UMKM di Indonesia
Budaya asing terutama fashion diterima dengan mudah oleh
seluruh kalangan usia masyarakat Indonesia di era globalisasi.
Kegiatan thrifting mulai marak terjadi semenjak terjadinya
persebaran budaya asing yang diikuti oleh masyarakat Indonesia.
Persebaran budaya seperti Korean wave menurut Huda (2023)
adalah awal mula masyarakat Indonesia mulai mengikuti gaya
tampilan dari luar dan memilih thrifting produk luar negeri
dibanding membeli barang baru dari produk lokal.
Menurut Hidapenta dan Dewi (2021), hilangnya rasa cinta
terhadap produk lokal dan lebih mencintai produk luar negeri
merupakan salah satu wujud nyata dari ancaman nonmiliter.
Ancaman nonmiliter muncul membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dengan cara merusak
pemikiran bangsa dan kepribadian bangsa. Selain itu, ancaman
nonmiliter ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat sehingga
dalam kasus budaya thrifting ini akan menyebabkan penurunan
kecintaan terhadap bangsa.
Pada tahun 2018, sebanyak 60% masyarakat Indonesia
lebih memilih produk asing daripada produk lokal. Bahkan, produk
asing membanjiri e-commerce Indonesia hingga 90% (Hidapenta
dan Dewi, 2021). Tingginya angka masyarakat melakukan thrifting
disebabkan oleh lima motif, yaitu harga yang terjangkau, kualitas
yang baik dan pakaian yang bermerk, model tidak pasaran, sebagai
hiburan, dan misi menjaga lingkungan dalam menghindari fast
fashion (Ristiani dkk., 2022).
Dari keunggulan tersebut, budaya thrifting tetap
mendapatkan kontra dari masyarakat. Budaya thrifting akan
menimbulkan sikap konsumtif karena harganya yang murah.
Pakaian thrifting merupakan pakaian bekas yang berasal dari luar
negeri sehingga tidak terjamin kebersihannya. Waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan pakaian layak pun tidak sedikit
karena sebagai konsumen harus memilih dengan cermat dan teliti
(Ristiani dkk., 2022). Selain itu, budaya thrifting ini juga dapat
mengancam perekonomian bangsa karena UMKM dan
produk-produk brand lokal yang kualitasnya baik bahkan lebih
daripada produk luar memiliki saingan yang kuat.
Sebenarnya, impor pakaian bekas di Indonesia sudah
dilarang sejak lama. Pada tahun 2021 Kementerian Perdagangan
sudah memberikan larangan impor pakaian bekas. Dalam larangan
tersebut tertulis dalam Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag) Nomor 18 Tahun 2021, tentang Barang Dilarang
Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Dalam Pasal 2 Ayat 3 tertulis
bahwa barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa kantong
bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.
Akan tetapi, sejak larangan tersebut ditetapkan, pakaian
bekas yang masuk ke Indonesia masih banyak bahkan usaha
thrifting pakaian impor semakin popular di masyarakat terutama
kalangan Indonesia. Pada tahun 2019, impor pakaian bekas yang
masuk ke Indonesia senilai US$6,08 juta dengan volume 392 ton.
Kemudian di tahun 2020 hingga 2021, impor pakaian bekas
mengalami penurunan akibat pandemi Covid 19. Namun pada
Januari-September 2022 nilai impor pakaian bekas mengalami
kenaikan sebesar 607,6%, data tersebut
Tingginya impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia
dianggap sebagai ancaman bagi industri tekstil di Indonesia
terutama untuk market IKM (Industri Kecil Menengah) seperti
industri garmen kecil maupun industri rumahan. Pada Agustus
2022, industi tekstil mengalami penurunan tenaga sekitar 50 ribu
orang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan
tenaga kerja dari Agustus 2021 sebanyak 1,13 juta orang menjadi
1,08 juta orang pada Agustus 2022 yang didapat berdasarkan hasil
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) periode Agustus 2021
hingga Agustus 2022. Penurunan tenaga kerja industri tekstil
tersebut tidak sepenuhnya terjadi akibat melonjaknya impor
pakaian bekas. Namun, impor pakaian bekas menjadi salah satu
alasan terguncangnya industri tekstil di Indonesia. Dari apa yang
terjadi dapat dijelaskan bahwa perilaku thrifting bisa menjadi
ancaman nasionalis dan perkembangan ekonomi masyarakat di
Indonesia.
III. KESIMPULAN
Budaya thrifting terbukti dapat mengancam industri tekstil di
Indonesia dan UMKM karena harganya yang murah, berkualitas, dan
bermerek sehingga angka impor pakaian bekas melonjak tinggi dan
pengrajin tekstil lokal mengalami penurunan tenaga kerja. Kegiatan
thrifting juga dapat menurunkan sikap cinta tanah air di Indonesia yang
dibuktikan lebih dari setengah penduduk Indonesia memilih produk asing
dibanding produk lokal karena mudahnya akses thrifting pada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hidapenta, D. dan Dewi, D.A., 2021, Peran PKM Mengatasi Fenomena Kecintaan
Produk Luar yang Terjadi di Indonesia, Jurnal Kewarganegaraan, 5(5),
168-175.
Huda, N., 2023, Pengaruh Perilaku Dan Minat Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Barang Bekas Di Kota Banjarmasin Tengah, Doctoral
dissertation, Universitas Islam Kalimantan MAB, Kalimantan Selatan.
Ningrum, S.M. and Choiri, M., 2022, Praktik Jual Beli Fashion Thrift dan
Pertanggungjawaban pada Media Sosial, J-Alif: Jurnal Penelitian Hukum
Ekonomi Syariah dan Budaya Islam, 7(2), 90-100.
Nurwandani, P., dkk., 2016, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian RISTEKDIKTI, Jakarta.
Putri, A.A.M.S. dan Patria, A.S., 2022, Perancangan Referensi Gaya Berpakaian
Thrifting Melalui Feed Instagram, BARIK, 3(2), 125-137.
Resti, 2021, Mengenal Istilah Thrift, Thrifting, dan Thrift Shop Serta
Perbedaannya, Dailysia.com, Diakses pada 28 Februari 2021 dari:
https://www.dailysia.com/mengenalistilah-thrift-thrifting-dan-thrift-shopserta-per
bedaannya/.
Ristiani, N., Raidar, U., dan Wibisono, D., 2022, Fenomena Thrifting Fashion di
Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas
Lampung, Sociologie: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Sosiologi, 1(2), 186-195.

Anda mungkin juga menyukai