Latar Belakang
Dunia fashion di Negara Indonesia memang sudah ramai diperbincangkan. Dunia fashion sangat
ramai diperbincangkan oleh generasi milenial. Hal ini disebabkan karena fashion sudah dianggap
sebagai tren centre yang mana akan sangat berpengaruh terhadap status sosial terutama pada
kalangan anak muda. Setiap gaya berpakaian yang dikenakan oleh kalangan generasi milenial
dapat dijadikan tolak ukur status sosial saat ini, sebab cara berpakaian sudah dianggap sebagai
gambaran pribadi seseorang. Apabila seseorang berpakaian dengan tidak rapih maka hal itu akan
menurunkan status sosial orang tersebut, sebaliknya apabila seseorang berpakaian rapih, sopan
dan menarik maka orang lain akan jauh lebih respect dengan orang tersebut.
Fashion merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk menerapkan gaya berpakaian yang
sedang trend atau digemari pada saat itu dalam kurun waktu tertentu. Fashion merupakan gaya
hidup yang mana dapat digunakan sebagai daya tarik diri sendiri dan juga merupakan sesuatu
yang dikenakan seseorang sehingga orang tersebut merasa lebih baik dan mereasa nyaman.
Beberapa dekade terakhir sudah banyak pelaku usaha lokal yang sudah dan mau memulai
berkecimpung dalam dunia fashion. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan usaha
fashion di Indonesia. Fashion merupakan subsektor Ekonomi Kreatif. Sebagai bagian dari
subsektor Ekonomi Kreatif, fashion merupakan subsektor yang berpengaruh terhadap kenaikan
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
Ekonomi di Indoensia didominasi oleh 3 subsektor Ekonomi Kreatif. Subsektor Ekonomi Kreatif
yang mendominasi adalah Kuliner, Fashion, Kriya. Fashion menjadi salah satu dari 3 Subsektor
Ekonomi Kreatif yang mendukung perekonomian di Indonesia. Fashion menyumbang 18,15%
kepada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 2015. (Survei Khusus Ekonomi Kreatif
(SKEK), 2016).
Menurut data PDB atas dasar harga berlaku dan kontribusi Ekonomi Kreatif pada tahun 2010
sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan secara terus menerus dengan rata-rata
peningkatan sebesar 7,45 % pertahun. (Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), 2016).
Joshua Puji Mulia Simanjuntak, Deputi Pemasaran Bekraf, fashion merupakan salah satu sub-
sektor ekonomi kreatif yang menjadi unggulan. Pada tahun 2017, data Outlook Ekonomi Kreatif
menunjukkan bahwa subsektor fashion menyumbang 54,54% (US$ 510,90 miliar) terhadap nilai
total ekspor sektor ekonoml kreatif pada 2015. Selain itu, subsektor mode itu memliki nllai
pendapatan negara terbesar tahun 2016, yakni Rp 166 triliun atau berkontribusi 18,01% terhadap
Product Domestic Brutto (PDB) ekonomi kreatif. (www.swa.co.id, 2018).
Pada tahun 2015, Michael Kurniawan founder brand fashion lokal Trap & Co. menutup brand
fashion yang sudah ia mulai dari tahun 2013. Founder brand fashion lokal Trap & Co. pada tahun
2015 juga membuat Brand fashion lokal kedua sebagai Brand fashion lokal sampingan yaitu
Public Culture. Ternyata setelah kedua Brand fashion lokal ciptaannya berproduksi, Public
Culture lebih diterima oleh masyarakat. Respon positif dari masyarakat menyebabkan besarnya
peluang usaha Brand fashion lokal sampingannya ketimbangan Trap & Co. sebagai Brand
fashion lokal yang lebih dahulu diciptakannya. Oleh sebab itu, Trap & Co. ditutup karena
peluang usaha yang kecil serta kurang diterimanya Brand fashion lokal ini di masyarakat. Hal ini
dipaparkannya ketika wawancara dengan pemilik channel youtube Maskoolin.
(www.youtube.com, 2015).
Pada tahun 2017, departement store Matahari pulang wajib menutup beberapa gerainya.
Padahal, PT. Matahari Department Store, Tbk sudah menutup gerainya dalam September
kemudian pada Pasaraya Manggarai & Blok M. Plaza, Jakarta. Tepatnya dalam tiga Desember &
31 Desember 2017, gerai Matahari pada Taman Anggrek, Jakarta Barat & Lombok City Center,
Nusa Tenggara Barat akan ditutup. (www.idntimes.com, 2017).
Kembali pada keadaan fashion pada Indonesia. Trand fashion yg sedang marak digemari anak
belia kini ini adalah “Street Wear”. Dalam wawamcara antara CNBC Indonesia menggunakan
Isser Whitey James, seseorang kolektor sneakers sekaligus pemilik toko Badass Monkey menarik
jauh dalam sejarah street wear buat mengedukasi kenyataan tersebut. Pada era 90-an, budaya
skate sedang marak pada California, Amerika Serikat. Lalu muncul-lah orang-orang yg
menciptakan toko sandang pada level jalanan sperti Stüssy, Diamond Supply Co., Undefeated,
hingga The Hundreds. (www.cnbcindonesia.com, 2019).
Produk-produk fashion yg dari berdasarkan pada negeri ketika ini telah sanggup bersaing
menggunakan produk-produk fashion yg dari berdasarkan luar negeri. Hastag #LocalPride jua
sebagai dasar pada keputusan pembelian konsumen buat membeli produk-produk fashion lokal.
Mencintai produk pada negeri adalah bukti nasionalisme kebangsaan. Rasa nasionalisme yg
tinggi terhadap konsumsi produk pada negeri membuahkan konsumen beralih berdasarkan yg
sebelumnya membeli produk-produk fashion yg dari berdasarkan luar negeri sekarang membeli
produk-produk fashion yg dari berdasarkan pada negeri.
Salah satu usaha fashion yang bergerak adalah XX. Perusahaan yang berdiri pada bidang fashion
ini mulai bergerak pada tahun XX hingga sekarang ini. Apabila digali lebih dalam lagi, perlu
diketahui bahwa XX adalah perusahaan skala kecil yang masih merintis sehingga perlu berbagai
strategi agar dapat selalu survive dalam bersaing dengan perusahaan yang berdiri pada bidang
yang sama.
Berbagai rintangan banyak sekali ditemukan dalam merintis usaha fashion yang dihadapi oleh
XX. Salah satu faktor yang paling banyak dihadapi ialah faktor eksternal terutama pada segmen
pasar pada strategi pemasaran yang dilakukan. Seringkali perusahaan merasakan omset turun
yang tidak menentu datangnya kapan. Terlebih lagi, supply stok bahan baku untuk pembuatan
produk pakaian juga seringkali sulit didapatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka terdapat beberapa rumusan
masalah yang dapat ditarik, yaitu sebagai berikut:
Savitrie, D. 2008. Pola Perilaku Pembelian Produk Fashion pada Konsumen Wanita (Sebuah
Studi kualitatif pada Mahasiswa FE UI dan Pengunjung Butik N.y.L.a). Library
University of Indonesia. 13-14, 53-54.
Simatupang, M.T. 2008. Industri Kreatif untuk Kesejahteraan Bangsa. ITB Bandung: Inkubator
Industri dan Bisnis.
Tri, D.D. 2013. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Ekonomi Kreatif di
Kota Semarang. FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG.
Hutabarat, LB.R.F.W.M., 2015. Strategi Pengembangan Usaha Kuliner di Kota Malang Berbasis
Ekonomi Kreatif . JESP-Vol. 7, No 1.