Anda di halaman 1dari 21

MENCINTAI PRODUK DALAM NEGERI SEBAGAI MANIFESTASI

BELA NEGARA DI ERA GLOBAL

LOVING THE DOMESTIC PRODUCT AS A MANIFESTATION


OF DEFEND THE STATE IN THE GLOBAL ERA
Siswanto1
Pusat Penelitian Politik- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(sish_jakarta@yahoo.com)

Abstrak – Latar belakang dari penulisan ini adalah adanya fakta perubahan sosial, ekonomi, dan
politik masyarakat Indonesia di era Reformasi dan global. Termasuk perubahan dalam konteks
bela negara dimana pada masa sebelumnya bela negara dipahami hanya sebagai kegiatan bersifat
militer. Konsep bela negara saat ini memiliki makna yang lebih luas yaitu dalam konteks ekonomi,
sosial, dan kultural. Bela negara dalam konteks ekonomi adalah membangun komitmen pola
konsumsi masyarakat Indonesia dari semula memilih produk luar negeri menjadi memilih produk
dalam negeri. Oleh karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah menganalisis masalah-masalah bela
negara dalam konteks ekonomi yaitu menyangkut kebiasaan masyarakat lebih memilih produk luar
negeri, dampak pola konsumsi memilih produk luar kepada cadangan devisa, dan strategi yang bisa
dibangun agar masyarakat lebih memilih produk nasional. Metode yang digunakan dalam penulisan
ini adalah studi pustaka yaitu mempelajari referensi atau kajian-kajian sebelumnya terkait dengan
isu bela negara, dan diskusi mendalam dengan narasumber yang relevan. Hal ini dilakukan untuk
mengkonfirmasi atau meningkatkan pemahaman atas topic bela negara. Hasil dari kajian ini adalah
berupa kesimpulan dan rekomendasi untuk membangun pola konsumsi masyarakat agar lebih
memilih produk nasional ketimbang produk luar negeri.
Kata Kunci : bela negara, produk nasional, produk luar negeri

Abstract – The background of this paper is the fact of social, economic, and political change of
Indonesian in the Reform and global era. It Includes changes in the context of defending state which in
the past it was understood only as a military activity. The defending of state nowadays has a broader
meaning in economic, social, and cultural context. The defending of state in the context of economy
is more commitment to consume national products than to consume foreign product. Therefore, the
purpose of this paper is to analyze the problems of defending the state in the economic context that
involves people’s habits of favoring foreign products, the impact of consumption patterns on selecting
external products to foreign exchange reserves, and strategies that can be built to make people prefer
national products. The method used in this paper is literature study that is studying references or
previous studies related to this issue, and in-depth discussion with relevant sources. This has been
done to confirm or improve an understanding the topic being written. The results of this studies are
in the form of conclusions and recommendations to build the pattern of public consumption to prefer
national products rather than foreign products.
Keywords: the defending of state, national product, foreign product
1
Siswanto adalah Peneliti Madya pada Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Bekerja di LIPI sejak tahun 1990. Tahun 1997 menyelesaikan Magister pada Program KWA Universitas
Indonesia.Tahun 1997 s.d. 1999. Kasub. Kerja sama Regional BKI –LIPI. Tahun 1999 menjadi peneliti pada
Bidang Perkembangan Politik Internasional P2P-LIPI. Tahun 2008 menyelesaikan Program Doktoral di FIB
Universitas Indonesia. Tahun 2009 s.d. 2015 Kabid. Perkembagan Eropa PSDR- LIPI, tahun 2015 s.d. 2017
Kabid. Diseminasi dan Hasil Penelitian P2P LIPI.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 85
Pendahuluan1 Setiap warga negara Indonesia

B
tanpa memandang suku, aliran, ras, dan
ela negara dimaksudkan sebagai
agama punya tanggungjawab yang sama
upaya untuk menumbuhkan
untuk mengawal NKRI. Seperti tersebut
semangat patriotisme dan cinta
di atas, apalagi di era global ini, ancaman
tanah air kepada seluruh warga negara
terhadap Indonesia gencar dan beragam
Indonesia.2 Artinya bela negara adalah
dimensinya mulai dari, dimensi, politik,
langkah-langkah untuk membangun nilai-
kebudayaan, dan ekonomi.
nilai rela berkorban untuk Indonesia.
Hal ini dipandang penting karena di era Kekuatan ekonomi global merupakan
globalisasi, arus informasi dan nilai-nilai ancaman serius bagi keberlanjutan
luar masuk dengan deras dan berpengaruh pelaku ekonomi Indonesia, khususnya
kepada perilaku masyarakat. pelaku usaha kecil dan menengah.
Mereka tidak mampu bersaing dengan
Namun yang perlu dipahami bahwa
serbuan kekuatan ekonomi luar yang
bela negara dalam konteks kekinian tidak
lebih kompetitif. Dalam kondisi ini bangsa
mengutamakan wajib militer, tetapi lebih
Indonesia dihadapkan pada persaingan
mengutamakan dimensi kreativitas,
bebas yang menjadi bagian penting dari
sosial media, dan acara-cara hiburan
era global ini. Dalam hal ini, pemerintah
yang edukatif. Lebih lanjut, gerakan
tidak bisa serta merta melarang masuknya
bela negara melibatkan Badan Ekonomi
produk impor ke pasar domestik, karena
Kreatif. Hal ini untuk menindaklanjuti
bisa dipandang melanggar pasar bebas
pemaknaan konsep bela negara dalam
yang merupakan nilai universal di era
konteks kekinian yang lebih bersifat non-
global ini. Yang mungkin dilakukan adalah
militer.Adapun dasar hukum dari bela
mengimbau masayarakat Indonesia agar
negara ini diatur dalam konstitusi UUD
lebih mengkonsumsi produk nasional
1945.3
ketimbang produk luar. Lebih mencintai
a. Pasal 27 ayat (3) semua warga produk nasional ini merupakan manifestasi
negara berhak dan wajib ikut serta dari bela negara di era kekinian.
dalam upaya pembelaan negara.
Sejalan dengan cinta produk
b. Pasal 30 ayat (1) tiap-tiap warga
nasional ini, Dinas Deperindag,
negara berhak dan wajib ikut serta
Kalimantan Selatan melakukan kajian
dalam pertahanan dan keamanan
tentang pentingnya memakai produk
negara.
dalam negeri. Menurut kajian ini, guna
1

2
Yudono Yanuar Akhmadi, “Bela Negara memberdayakan konsumen dalam
Dilanjutkan, Jokowi ingin ada Unsur Kekinian”, negeri langkah motivasi perlu dilakukan.
dalam https://nasional.tempo.co/read/894758/
bela-negara-dilanjutkan-jokowi-ingin-ada-unsur- Melalui motivasi ini masyarakat Indonesia
kekinian, diakses pada 18 Oktober 2017. diharapkan mencintai produk atau
3
Sekolah penduduk, “Dasar Hukum Bela Negara”,
dalam http//www.sekolahpenduduk.com, diakses komoditi dalam negeri ketimbang produk
pada 18 Oktober 2017.

86 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


luar. Setidaknya terdapat dua jalan masyarakat agar mereka lebih tergugah
yang bisa ditempuh untuk membentuk untuk membeli produk dalam negeri.
komitmen masyarakat agar lebih memakai Selanjutnya upaya untuk meningkatkan
produk dalam negeri. Kedua jalan itu konsumsi masyarakat akan produk dalam
terdiri dari : (1) Aspek nasionalisme negeri juga dapat dilakukan dengan
masyarakat Indonesia; (2) Aspek cara propaganda atau promosi. Pihak
rasionalisme masyarakat Indonesia.4 terkait menyampaikan keunggulan-
Menurut studi tersebut di atas, sisi keunggulan produk dalam negeri. Perlu
nasionalisme menyebabkan seseorang juga disampaikan bahwa membeli produk
lebih mengedepankan pemakaian dalam negeri berarti memperkuat pasar
produk dalam negeri dibanding produk domestik yang selanjutnya berdampak
impor yang menjadi alternatif bagi positif kepada pertumbuhan ekonomi
pemenuhan kebutuhannya, dikarenakan nasional. Lebih jauh lagi, meningkatkan
adanya motivasi/rasa bangga untuk konsumsi produk dalam negeri juga
berbuat yang terbaik demi kepentingan bisa dilakukan dengan edukasi kepada
bangsa. Tipe konsumen seperti ini masyarakat. Hal ini penting dilakukan
tentunya sangat menguntungkan bagi karena faktanya kualitas produk dalam
perkembangan produksi dalam negeri. negeri Indonesia tidak kalah dengan
Akan tetapi, asumsinya, warga negara produk luar negeri. Bahkan, kajian di atas
yang memungkinkan untuk menerapkan menginfokan bahwa sebagian masyarakat
idealisme belanja seperti ini adalah mereka internasional lebih mencari produk dalam
yang memiliki kemampuan ekonomi lebih negeri Indonesia dari perusahaan “U”
untuk memilih suatu produk, misalnya seperti sabun, shampoo, dan kebutuhan
kelompok sosial strata menengah keatas. rumah tanggal lainnya. Tetapi ironisnya
Sedangkan, kelompok sosial strata masyakat Indonesia malah lebih tertarik
menengah ke bawah tidak memiliki pilihan mengkonsumsi produk luar tersebut.
untuk memenuhi kepuasan konsumsinya Selanjutnya, rasionalisme
karena keterbatasan anggaran yang menyebabkan seseorang cenderung
dimiliki. menempatkan piihan atas produk
Seperti dalam kajian di atas, upaya yang digunakannya berdasarkan atas
meningkatkan nasionalisme diperlukan pandangan yang lebih realistis. Dengan
langkah-langkah yaitu persuasif, adanya kenyataan ini, komitmen
propaganda dan edukatif. Upaya pemakaian produk dalam negeri tidak
persuasif dilakukan dengan pendekatan- cukup hanya ditumbuhkan dengan
pendekatan simpatik dan menarik kepada propaganda. Upaya untuk meningkatkan
pemakaian produk dalam negeri bagi
4
Syahrituah Siregar, “Pentingnya Memakai kelompok masyarakat realistis ini
Produk Dalam Negeri”, Sosialisasi Peningkatan
Produk Dalam Negeri, Kalsel TA., 2011, Disperindag mencakup berbagai aspek, diantaranya:
Provinsi Kalsel 26 Juli 2011, di Banjarmasin. (1) peningkatan kualitas produk dalam

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 87
negeri; (2) penetapan harga yang Keseimbangan kepentingan
bersaing; (3) propaganda.5 antara produsen dan konsumen menjadi
Namun demikian, bukan berarti perhatian pemerintah. Dalam hal ini, jika
impor barang sesuatu yang sama sekali pemerintah melakukan impor melampaui
dipandang keliru karena dalam kasus- kebutuhan maka harga suatu komoditi
kasus tertentu, impor suatu komoditi akan turun. Jika ini yang terjadi, maka
perlu dilakukan untuk memenuhi produsen dalam hal ini kalangan industri
kebutuhan dalam negeri. Jadi impor dan petani dalam negeri akan merugi
dilakukan terhadap komoditi yang tidak karena kebijakan tersebut. Dalam hal ini,
terpenuhi oleh pasar domestik. Impor jumlah barang atau komoditi tersebut
dalam hal ini merupakan upaya untuk melimpah jumlahnya di pasar sehingga
mengatasi kelangkaan suatu komoditi, harga komoditi tersebut dengan
bukan untuk menyaingi komoditi nasional. sendirinya akan “anjlok.”
Mengkonsumsi produk luar dalam kasus Pemerintah berkepentingan
tertentu tidak bertentangan dengan menjamin hak atas pangan setiap
seamangat bela negara yang sedang warganya yang terhimpun dalam satuan
didiskusikan. masyarakat terkecil untuk mendapatkan
Berikut ini disampaikan kajian pangan bagi keberlangsungan hidup.
kebijakan impor atas sejumlah Ketersediaan pangan mencakup aspek
komoditi atau produk untuk memenuhi ketercukupan jumlah pangan dan terjamin
kebutuhan domestik. Pada tahun 2015, mutunya.Tidak tercukupinya produksi
Pusat Kebijakan Perdagangan Luar domestik mendorong kebijakanimpor
Negeri, Deperindag, melakukan studi terhadap produk pangan tersebut.
tentang efektivitas kebijakan impor Dengan kata lain, tujuan utama kebijakan
produk pangan dalam rangka stabilisasi impor adalah terjaminnya harga dan
harga. Dalam kajian ini diberi catatan ketersediaan produk pangan domestik.
bahwa posisi pemerintah melakukan Studi tentang kebijakan
imporsebagai langkah terakhir jika perdagangan luar negeri ini
suatu komoditi tidak bisa dipenuhi oleh menyimpulkan bahwa pemetaan
produsen atau petani didalam negeri. Ini kebijakan terhadap keempat produk
artinya pemerintah melindungi kalangan pangan (beras, kedelai, gula dan daging
industri atau petani di dalam negeri, sapi) menunjukkan bahwa kebijakan
tetapi dilain pihak Undang-Undang No.7 pemerintah khususnya kebijakan dari
tahun 1996 mengamanatkan bahwa Kementerian Perdagangan lebih banyak
pemerintah menjamin hak pangansetiap dilakukan pada produk pangan gula dan
warga negara Indonesia.6 Jadi pemerintah beras dibandingkan terhadap daging sapi
berdiri diantara dua kepentingan. dan kedelai. Hal ini artinya pada saat di
5
Syahrituah Siregar, op.cit. survei kebutuhan masyarakat akan gula
6
Ibid.

88 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


dan beras lebih tinggi dibanding dengan Yang menjadi permasalahan dari
sapi dan kedelai. kajian ini adalah perilaku konsumen
Selanjutnya, studi kebijakan impor Indonesia yang kurang mencintai produk
ini juga memberi catatanbahwa untuk dalam negeri. Seperti diketahui bahwa
kasus produk pangan beras dan gula, umumnya masyarakat Indonesia saat
kebijakan impor tidak efektif dalam ini lebih suka mengkonsumsi produk
meredam fluktuasi kedua harga tersebut. luar negeri ketimbang produk dalam
Hal ini dapat disebabkan oleh timing impor negeri. Walaupun kualitas produk
yang seringkali terlambat ketika harga dalam negeri tersebut tidak kalah dari
sudah terlanjur meningkat. Sedangkan produk luar negeri. Hal ini sesuatu yang
respons impor, memerlukan waktu antara memprihatinkan. Kondisi ini terjadi
2-3 bulan untuk mempengaruhi harga disebabkan masyarakat Indonesia kurang
suatu komoditi yang sudah terlanjur percaya diri terhadap merk lokal. Mereka
melonjak. Agar pada kedua komoditi terlanjur berpikiran bahwa merk luar
ini impor dapat efektif dalam meredam negeri lebih baik dari merk dalam negeri.
fluktuasi harga, maka jumlah kebutuhan Jika ditelusuri lebih dalam lagi, sikap kurang
tiap bulan dalam setahun harus diprediksi percaya diri ini dikarena masyarakat
terlebih dahulu dan izin impor diberikan Indonesia lama di bawah pemerintahan
minimal 3 bulan sebelum terjadinya musim kolonial.7 Jadi, walaupun sudah 72 tahun
paceklik yang berpotensi menaikkan merdeka mentalistas sebagai “inlander”
harga. ternyata masih melekat pada masyarakat
Indonesia.
Timing impor yang terlambat ini
Sejalan dengan pola kosumsi di
perlu mendapat perhatian dari para
atas, pertumbuhan tingkat konsumsi
pihak. Ini artinya kebijakan birokrasi di
masyarakat sampai kuartal III 2017 kurang
sektor perijinan produk impor tersebut
menggembirakan. Hal ini tercermin dari
perlu dibenahi. Mungkin hal ini sudah
melambatnya pertumbuhan penjualan
dilakukan, tetapi perlu lebih ditingkatkan
ritel di kuartal II 2017 yang hanya tumbuh
lagi.Ini untuk mempercepat proses
6,7 persen. Angka pertumbuhan ini
impordan tidak hanya untuk komoditi
tentu saja lebih rendah dibandingkan
gula dan beras, tetapi semua komoditi.
dengan penjualan di kuartal II 2016 lalu
Dilain pihak, pelaku usaha juga perlu
dimana penjualan ritel tumbuh sampai
mengantisipasi dengan baik agar tidak
7-8 persen.8 Kondisi ini memiliki dampak
terlambat dalam melalukan impor atas 7
Novita Intan Sari, “Merk Indonesia diakui dunia,
gula dan beras.Pelaku usaha disini tidak masyarakat malah suka barang import”, dalam
http//:www.merdeka.com, 15 Mei 2015, diakses
hanya kalangan swasta, tetapi juga
pada 21 September 2017.
pelaku usaha atau stabilisator harga dari 8
Moh. Nadlir,“Konsumsi Masyarakat pada Kuartal
III 2017 Berpotensi Melemah,” dalam http://
kalangan pemerintah seperti Bulog atau
ekonomi.kompas.com/read/2017/07/21/092617226/
BUMN terkait. konsumsi-masyarakat-pada-kuartal-iii-2017-
berpotensi-melemah, diakses pada 4 Oktober
2017.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 89
buruk kepada produsen kususnya industri menjaring masukan dari para nara sumber
nasional karena permintaan menurun tersebut. Langkah berikutnya adalah
dan jika berkepanjangan artinya ini pengolahan data dan informasi yang telah
memperlambat perputaran roda ekonomi dikumpulkan. Dalam tahap ini dibuat
nasional. kategorisasi data dan informasi yang
Sehubungan dengan permasalahan dilanjutkan dengan sintesis dan analisis
tersebut di atas diajukan sejumlah atas temuan-temuan selama melakukan
peranyaan, sebagai berikut: (1) Apa pengumpulan data. Akhirnya, semua ini
yang mendorong masyarakat membeli dilanjutkan denganpembuatan narasi
produk luar negeri ketimbang produk sehingga berbentuk suatu laporan kajian.
dalam negeri; (2) Apa pengaruh perilaku
konsumen masyarakat Indonesia yang Kerangka Pemikiran
lebih membeli produk luar negeri
Beberapa tulisan yang temanya serupa
tersebut?; (3) Apa strategi yang perlu
dijadikan referensi dalam penulisan ini.
dikembangkan untuk memotivasi
Sam Pryke dalam tulisannya berjudul
masyarakat agar lebih memilih produk
Economic Nationalism: Theory, History and
dalam negeri ?
Prospect menjelaskan bahwa nasionalisme
Sehubungan dengan hal tersebut ekonomi atau ekonomi nasionalis
di atas, tujuan dari kajian ini adalah seharusnya dipahami sebagai kebijakan
untuk mendiskusikan perilaku konsumen untuk membangun, mendorong, dan
masyarakat Indonesia yang lebih melindungi ekonomi nasional dari
mencintai produk luar negeri dan strategi ekspansi dominasi produk asing sebagai
yang mungkin dibangun untuk memotivasi implikasi semakin menguatnya tekanan
perilaku masyarakat Indonesia agar lebih pasar dunia.9 Dengan demikian, nilai-nilai
mencintai produk dalam negeri. nasionalisme seperti kecintaan terhadap
produk dalam negeri dan tanah air
Metode Penelitian menjadi hal yang diperlukan pada saat
era terbuka seperti Masyarakat EKonomi
Kajian ini dilakukan melalui metode
ASEAN (MEA).10
penelitian sistematis. Metode penelitian
itu diawali dengan penentuan tema yang Dalam pemahaman Pryke di atas,
lalu dikerucutkan menjadi judul. Hal itu konsep ekonomi nasionalis sebagai
dilanjutkan dengan pengumpulan data intervensi negara terhadap sektor
dan informasi yang dilakukan melalui studi 9
Sam Pryke,“Economic Nationalism: Theory,
pustaka dan diskusi dengan nara sumber History and Prospects,“ Global Policy, Vol. 3, Issue
3, September 2012.
karena informasi dan pandangan pada 10
M. Akbar, “Semangat Nasionalisme Dibutuhkan
berbagai referensi perlu dikonfirmasi untuk Hadapi MEA,” dalam http://nasional.
republika.co.id/berita/nasional/umum/16/08/21/
kepada nara sumber dan juga untuk oc9oic336-semangat-nasionalisme-dibutuhkan-
untuk-hadapi-mea, diakses 21 September 2017.

90 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


ekonomi untuk melindungi pasar globalisme dilatar belakangi oleh
domestik dari serbuan produk luar terjadinya Perang Dunia ke-2 yang
negeri. Hal ini dipandang sebagai upaya telah memporakpondakan dunia dan
kepentingan nasional, tetapi dilain pihak, menimbulkan tragedi kemanusiaan yang
hal ini bisa dipahami sebagai tindakan sangat hebat. Oleh karena itu, para
proteksi yang dinilai bertentang dengan pimpinan negara pemenang perang
semangat pasar bebas atau liberalisasi memikirkan dengan serius upaya untuk
perdagangan seperti diamanatkan oleh mencegah terjadinya Perang Dunia ke-3
WTO. Lebih jauh, kebijakan demikian bisa dengan dengan membangun sistem
dikategorikan sebagai non-tariff barrier internasional yang dapat terkontrol yang
atau hambatan perdagangan non-barrier. selanjutnya tumbuh menjadi sebuah
Kebijakan seperti ini tidak popular atau tatanan internasional yang dikenal
ditentang oleh masyarakat internasional. dengan sebutan tatanan global atau
Hal ini karena disatu pihak pemerintah rezim globalisme.
perlu melindungi produk dalam negeri, Harapannya, sistem internasional
tetapi di lain pihak pemerintah juga yang demikian akan lebih mudah untuk
perlu memperhitungkan pandangan mengeliminir munculnya negara-negara
masyarakat internasional yang tidak yang berpotensi mendorong terjadinya
setuju dengan kebijakan yang bernuansa perang dunia.Semangat rezim global
proteksionis tersebut. adalah saling mengontrol kekuatan
Seperti diketahui bahwa khususnya kekuatan negara-negara di
masyarakat modern yang hidup di era dunia.Dalam hal ini, teknologi menjadi
milienium ini berada di bawah rezim instrumennya.Oleh karena itu, negara
global yang memiliki ciri liberalisasi arus dengan kemampuan teknologi yang
barang dan jasa antara negara di dunia. canggih yang paling unggul dalam konteks
Bagaimana pun rezim global tidak bisa saling mengontrol kekuatan ini.Misalnya,
dihindari, tetapi juga jangan dibiarkan kekuatan teknologi satelit suatu negara
liar karena akan merugikan kepentingan dapat mendeteksi peralatan militer suatu
nasional khususnya kalangan industri negara baik dari segi kuantitas, kualitas,
kecil dan menengah. Jadi perlu menjaga lokasinya, dan daya hancurnya.
keseimbangan kepentingan antara “Thinkers … identified increasing
kepentingan nasional dan kepentingan interconnectedness throughout the
global.Disitulah, tantangan pemerintah world, including in technological, cultural,
untuk merumuskannya dengan bijaksana. and economic terms.”12 Tatanan global ini
“After World War II, American,
Why Interconnectedness Does Not Threaten,
British, and émigré intellectuals suggested Sovereignty,” Foreign Affairs-Magazine,
that the rise of globalism would define dalam https://www.foreignaffairs.com/
articles/2017-07-10/globalism-and-nationalism,
the post-war world order.11“Kemunculan diakses pada 11 Oktober 2017.
12
Rosenboim, op.cit.
11
Rosenboim,“Globalism and Nationalism:

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 91
memiliki ciri-ciri yang khas sesuai dengan ini dilakukan, sama halnya membiarkan
perubahan sosial dan perkembangan industri nasional yang lemah pasarnya
sistem internasional internasional. “dikuasai” oleh pelaku ekonomi luar atau
Adapun ciri-ciri itu meliputi interkoneksi korporasi internasional.
seluruh dunia dalam bidang teknologi, Paham ekonomi nasionalis
kebudayaan, dan ekonomi. Dalam merumuskan beragam kebijakan
tatanan global, maka tidak ada wilayah di ekonomi, namun sebenarnya memiliki
dunia yang sama-sekali tidak terkoneksi komitmen utama kepada nilai-nilai
oleh ketiga bidang tersebut. Dengan kata nasionalisme. Oleh karena itu, paham
lain di era globalisasi tidak ada negara ekonomi nasionalis berkomitmen kepada
yang betul-betul terkucil dari pergaulan kedaulatan nasional. Tidak mengherankan
internasional karena semua negara pemerintahan yang bersandar pada
terkoneksi oleh tekonologi komunikasi paham ekonomi nasionalis cenderung
dan informasi. Hanya saja yang menjadi sensitif kepada hal-hal yang terkait
masalah adalah upaya menyikapi dengan soal kedaulatan.
interkoneksi ini secara benar sehingga
Konsekuensi dari pemerintahan
tidak merugikan kepentingan nasional.
berpijak pada paham ekonomi nasionalis
Interkoneksi dibidang ekonomi akan melakukan langkah-langkah protektif
seperti tersebut di atas tentu saja ketika kondisi produk impor sudah terlalu
membawa konsekuensi tersendiri bagi banyak didalam pasar domestik dan
suatu negara.Interkoneksi dibidang membuat produk domestik sudah tidak
ekonomi memberi konsekuensi kepada berdaulat di rumahnya sendiri. Namun
kebijakan pasar bebas suatu negara atau demikian, kebijakan pemerintah perlu
liberalisasi ekonomi. Pasar domestik tidak diperhatikan agar tidak “sembarangan,”
boleh tertutup oleh hadirnya produk atau jangan sampai menimbulkan reaksi
dari negara lain dengan segala risikonya. negatif dari masyarakat internasional atau
Misalnya, produk dari industri kecil dan negara tertentu yang merasa dirugikan
menengah dari suatu negara akan kalah oleh adanya kebijakan tersebut. Dengan
bersaing dengan produk dari industribesar demikian, langkah diplomasi diperlukan
dari negara lain. kepada negara-negara yang akan
Disini terdapat perbedaan menerima resiko dirugikan akibat adanya
kepentingan yang perlu disikapi kebijakan untuk melindungi kepentingan
secara benar.Rezim global memang nasional tersebut.
menghendaki liberalisasi ekonomi,
namun demikian pemerintahan yang
berpijak pada ekonomi nasionalis tidak
bersedia jika diminta untuk melakukan
depolitisasasi pasar secara mutlak. Jika hal

92 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


Pembahasan pakaian, kendaraan, dan alat musik.13
Fakta-fakta Perdagangan Indonesia Aturan kenaikan bea masuk barang
tahun 2015 impor ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 132/
Fakta-fakta tentang bela negara
PMK.010/2015, tentang penetapan sistem
dibidang ekonomi saat ini dimaknai
klarifikasi barang dan pembebanan tarif
sebagai perilaku yang berpihak kepada
bea masuk atas barang impor. Aturan ini
kepentingan ekonomi nasional. Dalam
berlaku efektif per 23 Juli 2015.
konteks masyarakat bela negara adalah
perilaku yang menguntungkan ekonomi Daftar barang-barang yang bea
nasional, misalnya sikap memilih lebih masuknya dinaikkan14 :
mengkomsusi produk dalam negeri 1. Kopi impor dengan tarif bea masuk
ketimbang produk luar negeri. Namun menjadi 20%.
demikian, juga harus diakui bahwa tidak
2. Teh impor dikenakan bea masuk
semua produk nasional itu memiliki
menjadi 20%.
kualitas yang baik dibanding dengan
3. Sosis impor menjadi 30%.
produk dari luar. Dengan demikian,
fakta ini juga perlu dipertimbangan 4. Daging-dagingan yang diolah atau
dalam merumuskan suatu kebijakan diawetkan dengan bea masuk 30%.
perdagangan. Artinya, perlindungan 5. Ikan-ikanan dengan rata-rata bea
diberikan kepada produk dalam negeri masuk 15%-20%. Ikan sarden dan
yang memang sudah memenuhi standar salmon 15%, sementara ikan tuna
produk barang sesuai dengan mutu yang 20%.
sudah ditentukan. Dilain pihak, produk 6. Kembang gula tidak mengandung
dalam negeri yang belum memenuhi kakao rata-rata bea masuk 15%-20%.
standar mutu produk yang ditentukan, Contohnya permen karet impor 20%. 
dilakukan pembinaan dan dalam waktu 7. Roti, kue-kue kering, biskuit impor
bersamaan, kran impor untuk produk 20%.
sejenis diizinkan. Hal ini diperlukan agar 8. Sayuran yang diawetkan 20%.
masyarakat tetap dapat mengkonsumsi
9. Es krim dan es lain yang dapat
atau membeli produk yang berkualitas.
dimakan mengandung kakao
Sebagai upaya mengontrol produk maupun tidak 15%.
impor, pada tahun 2015, pemerintah 10.
Minuman fermentasi dari buah
mengambil kebijakan menaikkan tarif anggur segar termasuk minuman
bea masuk barang-barang impor melalui fermentasi yang diperkuat menjadi
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), 13
Maikel Jefriando, “RI Impor Barang Konsumsi
dimana komoditi yang masuk ke Indonesia Hingga US$ 1,03 Miliar/Bulan”, dalam http://
finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/2975545/
ini merupakan barang jadi atau barang
ri-impor-barang-konsumsi-hingga-us-103-
konsumsi, yaitu makanan, minuman, miliarbulan, diakses pada 12 Oktober 2017.
14
Ibid.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 93
90%. 24.
Mobil dan kendaraan bermotor
11. Piano termasuk piano otomatis, lainnya yang dirancang untuk
piano tegak, grand piano 15%. pengangkutan orang dikenakan
12. Alat kecantikan tubuh tarif bea tarif bea masuk impor menjadi 50%.
masuk impornya menjadi 10-15%.
13.
Perlengkapan dapur, peralatan Data di atas menunjukan bahwa
makan, peralatan rumah tangga sebagian besar komoditi di atas sudah
lain dan peralatan toilet dari plastik bisa diproduksi di dalam negeri. Artinya
menjadi 20%-22,5%. komoditi tersebut sudah diproduksi di
14. Tas dan aksesoris tas 15-20%. Indonesia. Keberadaan produk impor
15. Pakaian dan aksesoris pakaian dari ini menjadi ancaman bagi komoditi
kulit samak 12,5%-15%, sedangkan sejenis diproduksi oleh industri nasional.
dari kulit berbulu 15%-20%. Ditengah-tengan masyarakat yang
lebih bangga mengkonsumsi produk
16. T-Shirt, singlet, kaus kutang rajutan
impor. Oleh karena itu, langkah-langkah
dan lainnya menjadi 25%.
atau kebijakan untuk merespon hal itu
17. Pakaian bekas dan barang bekas
diperlukan sebagai solusi untuk menjawab
lainnya menjadi 35%.
kekhawatiran produsen dalam negeri
18. Kutang, korset rajutan atau tidak akan ancaman produk impor.
bea impor menjadi 22,5 %-25%.
Kebijakan mengontrol atau
19. Wig, jenggot, alis, bulu mata palsu
membatasai produk impor ini sebagai
dan sejenisnya dari rambut manusia
manifestasi dari keberpihakan
atau bulu hewan 15%.
Pemerintah kepada rakyat khususnya
20.
Barang higienis atau farmasi kalangan pengusaha dalam negeri
(termasuk dot) dari karet seperti yang terancam oleh banyaknya produk
kondom dan dot botol minuman impor tersebut. Pemerintah berupaya
impor menjadi 10%. memberi ruang kepada produsen dalam
21. Barang perhiasan dan bagiannya negeri untuk menjual produknya, tampa
dari logam mulia atau dari logam kebijakan ini produsen dalam negeri
yang dipalut dengan logam mulia belum tentu mampu bersaing dengan
impor dikenakan bea masuk menjadi produsen laur negeri. Hal ini tidak semata-
15%. mata produk dalam negeri kalah secara
22. Lemari pendingin, lemari pembeku kualitas dibanding produk dari luar, tetapi
impor menjadi 15%. lebih disebabkan kultur dari masyarakat
23.
Kendaraan bermotor untuk yang lebh bangga dengan prosuk impor
pengangkutan 10 orang atau lebih kendatipun kualitasnya rendah.
dikenakan bea masuk impor menjadi
20%-50 %.

94 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


Tabel 1. Identifikasi Risiko Peningkatan TRL dan Kapabilitas IndustriNilai Impor
menurut Asal Negara (juta US$) tahun 201515

No.1 Negara Jumlah


ASEAN Negara-negara Anggota ASEAN 38. 794.9
Asia Lainnya Jepang, Tiongkok, Korea Selatan 51. 101.6
Afrika 3.739.2
Australia & Oceania Australia dan Selandia baru 5.480.2
USA-NAFTA AS, Kanada, Meksiko 9.400.1

Uni Eropa 11.282.8


Jumlah 119.796.28

Sumber: diolah dari Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2017.


Dari gambaran tabel di atas, terlihat
15
Diskusi atas Fakta-fakta Perdagangan
impor Indonesia dari beberapa kawasan. tahun 2015
Impor dari ASEAN yaitu 38.794.9 (juta Berangkat dari fakta-fakta pada bagian
US$), dari Asia lainnya yaitu 51.101.6 sebelumnya bahwa sebagian importer
(juta US$). Di kawasan Asia lainnya ini Indonesia mendatangkan barang yang
jika dilihat dari pernegara, maka impor sudah diproduksi di Indonesia. Kebijakan
Indonesia terbesar adalah dari Tiongkok ini mencerminkan sebagian pengusaha
yang mencapai 29.410.9 (juta US $),16 hanya memikirkan keuntungan semata-
sedangkan impor Indonesia terkecil adalah mata tampa memiliki kepedulian terhadap
dari kawasan Afrika 3.739.2 (juta US$). perkembangan ekonomi Indonesia.
Fluktuasi perdagangan Indonesia cukup Dampaknya dapat mengganggu pasar
signifikan. Nilai impor Indonesia pada Juni domestik. Dengan kata lain, sebagian
2015 tercatat US$12,96 miliar, naik 11,63 importir Indonesia jiwa nasionalismenya
persen dibanding Mei 2015. Namun, jika “tipis.”Oleh karena itu logis Pemerintah
dibandingkan dengan realisasi impor Juni melakukan kebijakan intervensi untuk
2014 turun 17,42 persen.17 membendung upaya importir yang hanya
memikirkan keuntungan tersebut dengan
mengeluarkan kebijakankenaikan bea
15
BPS, “Laporan Ekonomi dan Perdagangan”, masuk barang impor ini tertuang dalam
Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, dalam https://
www.bps.go.id/all_newtemplate.php#accordion-
Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
daftar-subjek2, diakses pada 16 Oktober 2017. Nomor 132/PMK.010/2015.
16
Ibid.
17
Safyra Primadhyta, “Impor Indonesia Naik Dalam paham nasionalisme ekonomi
11,63 Persen Selama Juni 2015,” CNN Indonesia,
atau ekonomi nasionalis dipahami bahwa
dalam https://www.cnnindonesia.com/
ekonomi/20150715131030-92-66532/impor- setiap kebijakan yang diambil pemerintah
indonesia-naik-1163-persen-selama-juni-2015/,
adalah untuk membangun, medorong,
diakses pada 16 Oktober 2017.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 95
dan melindungi ekonomi nasional. keamanan dan unsur-unsur tertentu yang
Dengan demikian, kebijakan pemerintah dipandang tidak sesuai dengan standar
yang dilakukan untuk mengontrol impor perdagangan yang disepakati. Jadi,
pada tahun 2015 juga tidak terlepas dari kebijakan protreksi perlu dikemas dengan
pertimbangan tersebut. Pemerintah argumentasi-argumentasi yang rasional
peduli dengan perkembangan ekonomi dan halus. Dalam hal demikian, Indonesia
domestik karena sebagian pengusaha perlu belajar dari negara-negara yang
atau importir tidak peduli. Dalam hal ini, sudah biasa melakukannya.
pemerintah bertanggungjawab terhadap Sementara itu, terdapat alasan-
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. alasan yang mendorong masyarakat lebih
Intinya Pemerintah berperan mengawal memilih produk luar negeri. Hal itu meliputi
perekonomi nasional. dua hal, sepeti disinggung pada bagian
Dengan demikian, Kebijakan sebelumnya, yaitu: aspek nasionalisme
pemerintah tahun 2015 menaikkan bea dan rasionalisme masyarakat Indonesia.
impor tersebut untuk melidungi dari Rasa nasionalisme konsumsi belum
serbuan produk dari ekonomi global tumbuh pada masyarakat Indonesia.
khususnya Tiongkok yang mendominasi Sikap mental masyarakat Indonesia yang
pasar domestik pada saat itu. Hal itu lebih menyukai produk asing dipengaruhi
membuat produk ekonomi global oleh aspek karakter national dan sejarah.
khususnya Tiongkok tersebut akan menjadi Dalam hal ini, karakter nasional
lebih tinggi nilai jualnya. Konsekuensinya, dipahami sebagai ekspresi dari persepsi
produk serupa yang diproduksi di dalam diri secara kolektif, sensitifivitas, perilaku
negeri akan lebih mampu bersaing karena dari individu yang tinggal di negara
harganya relatifmenjadi lebih murah. modern. Jadi, karakter nasional juga
Tindakan semacam ini tentu dapat dipahami sebagai cara pandang,
saja ditolak oleh negara-negara yang nilai-nilai, perilaku dari suatu masyarakat
berpaham perdagangan bebas karena secara umum. “National character is an
kebijakan ini dipandang sebagai langkah expression which describes forms of
proteksi untuk melindungi produk nasional collective self-perception, sensibility,
dari negera yang bersangkutan. Namun and conduct which are shared by the
demikian, sebenarnya tindakan semacam individuals whoinhabit a modern nation-
ini juga sering dilakukan oleh negara yang state”.18
mengklaim mendukung pasar bebas, Karakter nasional masyarakat
hanya saja dengan argumentasi yang Indonesia digambarkan sebagai
terkesan rasional. Mereka berlindung sterotype, seperti dibawah ini, walaupun
dibalik argumentasi kesesuaian dengan tidak seluruhnya benar, tetapi beberapa
prinsip-prinsip lingkungan hidup, 18
A.P. Frognier,Tilly C (ed.), The Formation of
kesehatan manusia, keselamatan/ National States in Western Europe, (Princeton, NJ:
Princeton University Press, 1975).

96 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


nilai-nilai atau kebiasaan dipandang kecenderungan suka akan membeli
adalah relevan dengan kenyataan produk luar negeri. Masyarakat Indonesia
perilaku masyarakat Indonesia, dalam yang ekstrovet membuat dirinya
kesehariannya. “Indonesians – fearful; terbuka dengan produk asing. Sikap ini
neurotic; extroverted; conscientious; warm sesungguhnya dalam konteks kehidupan
and friendly people; lazy; live for today – sosial adalah baik-baik saja karena bagian
who cares about tomorrow; no planners; dari potensi interaksi sosial di dalam suatu
religious; family-oriented; supportive; masyarakat atau sistem sosial tertentu.
invented the rubber-time/rarely on time; Namun demikian, sikap ekstrovert
corrupt; superstitious; slow; inferior; dalam dalam konteks ekonomi tentu saja
polite; lacking discipline; use feeling not membawa konsekuensi kepada prinsip
logic; do not follow rules; hypocritical; untung-rugi. Dalam konteks ekonomi
resistant to change; tolerant; low profile; sikap ekstrovert yang mendorong kepada
unwilling to confront or give ‘bad news’; keterbukaan untuk membeli produk luar
silent in meetings; can’t swim”.19 negeri dipandang tidak baik walaupun
Terdapat beberapa nilai-nilai di juga tidak dapat dikatakan bersalah.
atas yang dipandang mewakili perilaku Dalam konteks ekonomi, membeli produk
sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya luar negeri mendorong kepada kerugian
saja, sifat inferior atau rendah diri kepada ekonomi nasional. Membeli
membuat masyarakat Indonesia lebih produk luar berarti menguntungkan
memilih produk luar negeri ketimbang produsen negara lain, sedangkan
produk domestik. Hal ini membuktikan membeli produk dalam negeri berarti
asumsi yang disampaikan pada bagian menguntungkan produsen nasional.
terdahulu dimana mental inferior ini Sifat lainnya adalah toleran yang
berhubungan sejarah bangsa Indonsia juga membawa konsekuensi sosial dan
yang lama di bawah Kolonialisme. ekonomi. Sikap toleran dalam konteks
Akibatnya sebagian masyarakat Indonesia interaksi sosial tentu saja dinilai positif.
percaya bahwa segala sesuatu yang Sikap toleran terhadap perbedaan
berbau luar negeri lebih bagus dan lebih pendapat, menghormati orang lain, dan
“keren.” Konsekuensinya mereka juga tidak memaksakan kehendak pribadinya
berkeyakinan bahwa produk luar lebih kepada orang lain. Dalam sistem sosial
berkualitas ketimbang produk dalam dimana mayoritas masyarakatnya
negeri. bersikap toleran, potensi konflik sangat
Selanjutnya, sifat ekstrovert kecil karena masing-masing individu
masyarakat Indonesia juga mempengaruhi akan berusaha saling menyesuaikan diri
19
Christian Scoda, “55 Nations – Stereotypes atas berbagai pengambilan keputusan,
that will Ruin or Make your Day”, dalam http:// kepentingan bersama, masalah bersama,
www.nomad4ever.com/2007/11/26/55-nations-
stereotypes-that-will-ruin-or-make-your-day/, dan situasi yang menyangkut kehidupan
diakses pada 16 Oktober 2017.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 97
bersama. Dalam hal ini, kemampuan impor suatu
Dalam konteks ekonomi atau negara ditentukan oleh kesanggupan atau
perdagangan global, sikap toleran kemampuan dalam menghasilkan barang-
dipandang berdampak pada untung- barang yang bersaing dengan barang
rugi. Sikap toleran akan menerima luar negeri. Dengan demikian, kualitas
kehadiran produk negara lain dipasar produk dan pola konsumsi masyarakat
domestik. Padahal produk luar negeri ikut menentukan. Pola masyarakat yang
tadi akan menyaingi produk nasional. banyak mengkonsumsi produk nasional
Memang benar, dalam perspektif akan menjaga devisa negara sehingga
pasar bebas persaingan antara produk juga memiliki kemampuan impor yang
domestik dan produk global akan memadai. Sebaliknya, pola konsumsi
menguntungkan konsumen. Dalam masyarakat yang lebih menyukai produk
konsumen mendapat banyak pilihan impor artinya sama halnya tidak ikut
produk dan mendapat barang dengan mengawal devisa negara dengan baik
kualitas baik dan harga lebih bersaing. sehingga juga tidak mendukung kebijakan
Hanya saja, kehadiran produk asing sering impor atas produk-produk yang belum
kali merugikan ekonomi nasional karena mampu dibuat di dalam negeri.
memberi keuntungan pada produsen Disamping itu, sebuah perusahaan
negara lain, bukan kepada produsen yang melakukan impor akan memerlukan
domestik. Padahal produsen domestik jumlah devisa yang lebih besar untuk
bagian dari struktur ekonomi nasional membayar transaksi tersebut.20
dimana kekuatan ekonomi nasional juga Kosekuensinya, diperlukan cadangan
berpengaruh kepada tingkat kesejahtraan mata uang asing yang memadai atas
masyarakat atau individu-individu yang perusahaan tersebut khususnya dolar
tinggal di negara tersebut. sebagai alat pembayaran transaksi
Selanjutnya, berikut ini akan internasional yang diakui dunia. Dari
didiskusikan pengaruh perilaku konsumen gambaran di atas, jelas terlihat ada korelasi
masyarakat Indonesia yang lebih membeli antara devisa negara dengan kemampuan
produk luar negeri tersebut terhadap produsen nasional bersaing dengan
ketahanan devisa nasional. Bagaimanapun barang-barang atau produk luar negeri.
keduanya tidak bisa dipisahkan satu Diskusi tentang kemampuan bersaing
sama lain karena adanya korelasi yang tidak hanya soal kualitas barang, tetapi
kuat diantara keduanya. Oleh karena itu, juga soal komitmen konsumen terhadap
telaah atas hal itu dianggap penting untuk produk nasional. Dalam banyak kasus,
dilakukan. produk-produk nasional Indonesia sudah
memiliki kualitas tinggi, tetapi konsumen
Jadi pemahaman yang dibangun 20
Reny Agustina, “Impor, Nilai Tukar Rupiah,
adalah kebijakan impor memiliki hubungan dan Tingkat Inflasi terhadap Cadangan Devisa
dengan cadangan devisa suatu negara. Indonesia”, JWEM STIE MIKROSKIL, Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil, Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2014.

98 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3


Indonesia tetap lebih memiliki produk laju tingkat inflasi. Apabila harga-harga
luar.Hal ini tidak hanya menyangkut soal barang dan sektor jasa cenderung
kualitas produk, tetapi juga terkait dengan mengalami kenaikan, atau disebut
mental masyarakat konsumen tersebut. dengan inflasi, maka akan menyebabkan
Selama konsumen Indonesia yang terhambatnya kegiatan perekonomian
masih belum tertarik dengan produk di negara bersangkutan. Oleh sebab itu,
nasional atau lebih memilih produk luar untuk mencegah makin meningkatnya
negeri, maka hal ini akan menghambat inflasi maka jumlah mata uang yang
penguatan cadangan devisa nasional. beredar harus sesuai dengan kebutuhan,
Uang yang tersedia di masyarakat sehingga kestabilan nilai tukar bisa
banyak digunakan untuk bertransaksi dijaga.22Jadi, sikap masyarakat yang
dalam perdagangan internasional guna membeli produk nasional adalah sikap
memenuhi kebutuhan impor barang. mengawal devisa negara dan menjaga
Akibatnya, cadangan devisa yang dimiliki inflasi. Sikap ini dengan sendirinya juga
terus-menerus digunakan sehingga dipandang sebagai sikap bela negara di
kembali dibelanjakan ke luar negeri bukan sektor keuangan.
berputar didalam negeri. Padahal jika Selanjutnya, bagian ini
perputaran uang itu terjadi di dalam negeri mendiskusikan strategi untuk mengurangi
akan mendorong kepada pertumbuhan perilaku konsumen masyarakat yang
ekonomi. memiilih produk luar negeri. Kebijakan
Gambaran tentang hubungan diperlukan untuk membangun komtimen
antara nilai tukar terhadap cadangan masyarakat terhadap produk nasional
devisa adalah semakin banyak valas atau sebagai bagian dari bela negara di era
devisa yang dimiliki oleh pemerintah, global. Setidaknya terdapat dua jalan
perusahaan, dan penduduk suatu negara, yang bisa ditempuh untuk membentuk
maka makin besar kemampuan negara komitmen masyarakat agar lebih
tersebut melakukan transaksi ekonomi memakai produk dalam negeri. Kedua
dan keuangan internasional dan makin jalan itu terdiri dari yaitu: (1) Membangun
kuat pula nilai mata uang. Disamping nasionalisme dalam berkonsumsi. (2)
itu, dengan semakin tingginya nilai tukar Membangun rasionalisme masyarakat
mata uang negara sendiri, menunjukkan Indonesia.Namun dari sisi produsen,
bahwa semakin kuatnya perekonomian juga upaya yang terpadu menyesuaikan
negara bersangkutan, sehingga dapat kebijakan cinta produk nasional ini. Hal itu
memperoleh lebih banyak devisa.21 meliputi : (1) peningkatan kualitas produk
dalam negeri; (2) penetapan harga yang
Selain nilai tukar dapat
bersaing; (3) propaganda atau promosi
mempengaruhi cadangan devisa, nilai
atas keunggulan produk.
tukar yang menguat juga dapat menekan
21
Ibid. 22
Ibid.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 99
Pemerintah bisa membuat kebijakan Kembali melalui pendidikan,
untuk membangun nasionalisme dalam masyarakat diajak bersikap rasional dalam
berkonsumsi. Karena nasionalisme berkonsumsi. Masyarakat Indonesia
berkonsumsi menyangkut kultur atau sering kali perilaku berkonsumsi tanpa
karakter suatu bangsa, pemerintah perlu perencanaan dan tidak mengutamakan
melakukan sosialisasi nilai-nilai cinta rasional ketika berkonsumsi. Hal
produk nasional sejak dini kepada anak- seperti dugaan stereotype pada
anak melalui pendidikan keluarga dan bagian sebelumnya (no planners dan
sekolah-sekolah. Hasil dari kebijakan ini use feeling not logic). Sudah menjadi
tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu rahasia umum masyarakat Indonesia
singkat, tetapi butuh waktu 10 sampai ketika belanja membeli suatu barang
20 tahun kemudian karena tidak mudah yang tidak dibutuhkan, tetapi hanya
membangun watak suatu bangsa tampa karena suka kepada barang tersebut.
kesungguhan dan keseriusan dari Selain dari, itu masyarakat Indonesia
pemerintah dan dukungan masyarakat. seringkali digambarkan bersikap seperti
Agen-agen pembangunan peribahasa lebih besar pasak dari pada
lainnya yang perlu diberdayakan untuk tiang. Artinya masyarakat Indonesia
membangun nasionalisme dalam ketika ingin membeli suatu produk tidak
berkonsumsi adalah kalangan pemimpin memperhitungkan kemampuannya
institusi agama, pemimpin institusi membayar atau cenderung memaksakan
adat, dan lembaga swadaya masyarakat. seleranya. Yang bersangkutan tanpa
Sejumlah institusi ini punya peran strategis mengukur kemampuannya membayar
di tengah-tengah masyarakat. Kepatuhan sehingga teringkali terjebak pada gagal
umat kepada pemimpin agamanya bayar atas barang-barang kredit yang
tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena belum tentu dibutuhkan.
itu, peran mereka dalam membantu Sebenarnya, kesalahan ini
program nasionalisme berkonsumsi tidak sepenuhnya berada pada pihak
akan menentukan keberhasilan program konsumen, tetapi kasus semacam ini juga
gerakan nasional tersebut. Struktur disebabkan oleh pihak produsen yang
sosial yang berdasarkan patron-client berlebihan dalam merayu pembeli. Pihak
di masyarakat adat dan daerah-daerah penyedia barang merayu pembeli dengan
terpencil juga perlu diperhatikan peran mengundang calon pembeli melalui
istimewa para pemimpin adat atau pembelian kredit dengan DP dan angsuran
pemimpin suku. Pendapat para pemimpin relatif terjangkau walaupun dengan
para pemimpin adat atau suku ini menjadi resiko waktu angsuran menjadi lama. Ada
opini publik dari masyarakat adat atau indikasi semacam perang dagang diantara
anggota suku-suku di Indonesia. produsen. Misalnya, hal ini terjadi di sektor
industri otomotif dan properti. Mereka
berlomba-lomba menjaring dengan segala

100 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3
cara dan strategi. Mereka menawarkan suatu produk.
bonus dan hadiah yang membuat para Jadi, intervensi pemerintah dan
calon konsumen yang umumnya tidak konsolidasi oleh produsen nasional akan
rasional tergiur untuk membeli produk berpengaruh positif kepada perilaku
yang ternyata di luar kemampuannya konsumen Indonesia untuk membeli
membayar. produk nasional. Hal ini penting dilakukan
Dilain pihak, produsen industri di dalam era pasar global. Lebih jauh, sikap
dan pertanian di Indonesia juga harus membeli produk nasional sebagai bagian
berbenah diri agar poroduknya diminati dari sikap bela negara karena didalamnya
oleh bangsanya sendiri. Hal itu dilakukan ada unsur menguntungkan perekonomian
dengan melakukan peningkatan kualitas nasional. Dengan membeli produk
produk. Sebenarnya dalam beberapa nasional maka seseorang sesungguhnya
kasus kualitas produk Indonesia telah melakukan bela negara di era global.
sudah tidak kalah bersaing dengan
produk dari luar. Namun secara umum,
Kesimpulan
produk nasional memang masih perlu
ditingkatkan kualitasnya, kemasannya, Bela negara dalam konteks kekinian
dan kesinambungan suplainya. tidak mengutamakan wajib militer, tetapi
lebih mengutamakan dimensi kreativitas,
Selanjutnya, produsen Indonesia
sosial media, dan acara-cara hiburan yang
juga perlu melakukan review atas proses
edukatif. Bela negara yang demikian
produksi sehingga ongkos produksi bisa
adalah bela negara dengan konsep
ditekan dimana akhirnya harga jual bisa
masyarakat sipil dimana masyarakat
lebih bersaing dengan produk luar negeri.
melakukan bela negara tidak harus dalam
Yang perlu diingat kultur orang Indonesia
bentuk militer. Lagi pula ancaman dimasa
selalu ingin membeli dengan harga yang
sekarang tidak selalu dalam bentuk
terjangkau, terkadang soal kualitas nomor
ancaman militer. Dengan demikian,
dua, khusus kalangan strata menengah
konsep bela negara dalam konteks
kebawah.
masyarakat sipil ini lebih relevan dengan
Terakhir, produsen Indonesia nilai-nilai civil society yang dibangun di era
juga perlu mengelola unsur promosi reformasi dan sesuai dengan ancaman
dengan benar.Banyak sekali industri atau terhadap eksistensi Indonesia yang tidak
produsen Indonesia kurang memberi selalu dalam bentuk ancaman militer.
perhatian wajar kepada unsur pemasaran, Ancaman terhadap eksistensi Indonesia
khususnya industri rumahan atau industri di masa reformasi atau diera global ini
kecil. Padahal, dalam manajemen juga dalam bentuk ancaman ekonomi.
modern, divisi promosi atau pemasaran
Membangun nilai-nilai mencintai
punya peran strategis dalam memajukan
produk dalam negeri juga menjadi bagian
perusahan atau kemampuan menjual

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 101
dari nilai-nilai bela negara di era global. oleh ketiga bidang tersebut, dengan kata
Hal ini bersinergi antara pemerintah lain di era globalisasi tidak ada negara yang
dan masyarakat dalam melakukan terpencil semua negara terkoneksi. Hanya
upaya membangun cinta produk dalam saja yang menjadi masalah adalah upaya
negeri tersebut. Target bela negara menyikapi interkoneksi ini secara benar
dibidang ekonomi adalah merubah pola sehingga tidak merugikan kepentingan
konsumsi masyarakat Indonesia dari nasional khususnya pelaku ekonomi kecil
mengkonsumsi produk luar menjadi dan menengah nasional.
mengkonsumsi produk dalam negeri. Interkoneksi dibidang ekonomi
Hal ini tentu saja tidak mudah dilakukan seperti tersebut di atas tentu saja
dan mengandung tantangan-tangan baik membawa konsekuensi tersendiri bagi
internal maupun eksternal. Tantangan suatu negara.Interkoneksi dibidang
internal meliputi sikap masyarakat yang ekonomi memberi konsekuensi kepada
sudah terlanjur terbiasa mengkonsumsi kebijakan pasar bebas kepada suatu
produk luar negeri, rendahnya kualitas negara atau liberalisasi ekonomi. Pasar
atau mutu sebagian produk dalam negeri. domestik tidak boleh tertutup oleh
Sedangkan, tantangan eksternal adalah hadirnya produk dari negara lain dengan
reaksi negatif dari negara-negara yang segala resikonya. Misalnya, produk dari
dirugikan dengan diambilnya kebijakan industri kecil dan menengah dari suatu
perdagangan untuk melindungi produk negara akan kalah bersaing dengan
dalam negeri tersebut. produk dari industri besar dari negara lain.
Kalau tidak hati-hati di era ekonomi Disini terdapat perbedaan
pasar global ini, kehadiran produk luar kepentingan yang perlu disikapi
negeri merupakan ancaman serius bagi secara benar. Rezim global memang
keberlanjutan pelaku ekonomi Indonesia menghendaki liberalisasi ekonomi,
khususnya pelaku usaha kecil dan namun demikian pemerintahan yang
menengah. Mereka tidak mampu bersaing berpijak pada ekonomi nasionalis tidak
dengan serbuan kekuatan ekonomi luar bersedia jika diminta untuk melakukan
yang lebih kompetitif dan dari segi harga depolitiasasi pasar secara mutlak. Jika hal
maupun mutunya. ini dilakukan, sama halnya membiarkan
Tatanan global ini memiliki ciri-ciri industri nasional yang lemah pasarnya
yang khas sesuai dengan perubahan sosial “dikuasai” oleh pelaku ekonomi luar atau
dan perkembangan sistem internasional korporasi global.
internasional. Adapun ciri-ciri itu meliputi Namun demikian, juga harus
interkoneksi seluruh dunia dalam bidang diakui bahwa tidak semua produk
teknologi, kebudayaan, dan ekonomi. nasional itu memiliki kualitas yang baik
Dalam tatanan global tidak ada wilayah di dibanding dengan produk dari luar.
dunia yang sama-sekali tidak terkoneksi Dengan demikian, fakta ini juga perlu

102 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3
dipertimbangan dalam merumuskan dilakukan secara sinergi antara
suatu kebijakan perdagangan. Artinya, pemerintah dan masyarakat.
perlindungan diberikan kepada produk (2) Membangun rasionalisme
dalam negeri yang memang sudah (logis) masyarakat Indonesia
memenuhi standar produk barang sesuai dalam membeli produk.
dengan mutu yang sudah ditentukan. Masyarakat Indonesia perlu
Dilain pihak, produk dalam negeri yang diajak bersikap logis dalam
belum memenuhi standar mutu produk berkonsumsi. Dalam hal ini,
yang ditentukan dilakukan pembinaan informasi bahwa produk
dan dalam waktu bersamaan kran impor Indonesia tertentu juga tidak
untuk produk sejenis diizinkan. Hal ini kalah mutunya dari produk luar
diperlukan agar masyarakat tetap dapat yang dibuktikan secara objektif
mengkonsumsi atau membeli produk dan bertanggungjawab. Jika
yang berkualitas, tetapi di lain pihak juga mutunya sama antara produk
melakukan pembinaan kepada produk nasional dan produk luar maka
tertentu agar meningkatkan standar seabgai bangsa Indonesia
mutunya. sebaiknya membeli produk
Oleh karena itu, beberapa nasional.Hal yang dilakukan
rekomendasi yang diusulkan melalui kajian sebagai langkah membela
ini. Hal ini sebagai langkah-langkah agar industri nasional atau bagian
masyarakat Indonesia dapat melakukan dari langkah bela negara.
bela negara yang relevan di era global, B. Strategi Objektif
khususnya bela negara dibidang ekonomi.
Namun dari sisi produsen, juga upaya
Hal itu meliputi langkah-langkah atau
objektif yang terpadu guna menyesuaikan
strategi yang bersifat subjektif dan
kebijakan cinta produk nasional ini.
objektif agar masyarakat Indoensia lebih
mencintai atau mengkonsumsi produk (1) Peningkatan kualitas atau mutu
dalam negeri ketimbang produk luar. produknya. Hal ini penting
Strategi itu terdiri dari yaitu: dilakukan agar masyarakat bersedia
mengonsumsi produk nasional.
A. Strategi Subjektif
Kalau bisa mutu atau kualitasnya
(1) Membangun nasionalisme melebihi produk luar negeri, tetapi
berkonsumsi. Masyarakat kalau tidak bisa minimal sama
Indonesia perlu digugah dengan mutu produk dari luar
rasa nasionalismenya dalam negeri.
berkonsumsi. Sosialisasi
(2) Penetapan harga yang bersaing.
pentingnya membeli produk
Harga produk dalam negeri
nasional ketimbang produk
seharusnya bisa lebih rendah dari
luar negeri. Sosialisasi ini
produk luar kerena tidak ada beban

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 103
kirim atau transportasi atas suatu Daftar Pustaka
produk. Seperti tersebut di atas, Buku
kalau bisa produk nasional lebih Frognier, A.P. Tilly C. (ed.). 1975. The Formation
murah, tetapi kalau tidak bisa, of National States in WesternEurope.
minimal sama harganya dengan Princeton, NJ: Princeton University
Press.
produk luar negeri.
(3) Melaksanakan propaganda cinta
Jurnal
produk dalam negeri atau
Agustina, Reny. 2014. “Impor, Nilai Tukar
melakukan promosi. Hal ini penting Rupiah, dan Tingkat Inflasi terhadap
dilakukan agar masyarakat lebih Cadangan Devisa Indonesia”. JWEM
mengenal produk dalam negeri. STIE MIKROSKIL. Jurnal Wira Ekonomi
Mikroskil. Vol. 4, No.2. Oktober.
Mereka akan lebih mengetahui
Pryke, Sam. 2012. “Economic Nationalism:
keunggulan-keunggulan produk Theory, History and Prospects“. Global
nasional. Promosi yang kuat akan Policy Vol.3. Issue 3. September.
mencuri perhatian konsumen
Indonesia. Website
Akhmadi, Yudono Yanuar, dalam https://
nasional.tempo.co/read/894758/
bela-negara-dilanjutkan-jokowi-ingin-
ada-unsur-kekinian”, diakses pada 18
Oktober 2017.
BPS, ”Laporan Ekonomi dan Perdagangan,”
Badan Pusat Statistik (BPS) 2017,
dalam https://www.bps.go.id/all_
newtemplate.php#accordion-daftar-
subjek2, diakses pada 16 Oktober 2017.
Christian, Scoda,“55 Nations – Stereotypes
that will Ruin or Make your Day”,
dalam http://www.nomad4ever.
com/2007/11/26/55-nations-stereotypes-
that-will-ruin-or-make-your-day/,
diakses pada 16 Oktober 2017.
Intan Sari, Novita, “Merk Indonesia Diakui
Dunia, Masyarakat Malah Suka Barang
Impor”, dalam http//:www.merdeka.
com, 15 Mei 2015, diakses pada 21
September 2017.
M. Akbar,“Semangat Nasionalisme
Dibutuhkan untuk Hadapi MEA,” dalam
http://nasional.republika.co.id/berita/
nasional/umum/16/08/21/oc9oic336-
semangat-nasionalisme-dibutuhkan-
untuk-hadapi-mea, diakses pada 21
September 2017.

104 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3
Maikel, Jefriando, “RI Impor Barang Konsumsi
Hingga US$ 1,03 Miliar/Bulan”, Detik
Finance, dalam http://finance.detik.
com/berita-ekonomi-bisnis/2975545/ri-
impor-barang-konsumsi-hingga-us-103-
miliarbulan, diakses pada 12 Oktober
2017.
Nadlir, Moh, “Konsumsi Masyarakat pada
Kuartal III 2017 Berpotensi Melemah,”
dalam http://ekonomi.kompas.com/
read/2017/07/21/092617226/konsumsi-
masyarakat-pada-kuartal-iii-2017-
berpotensi-melemah, diakses pada 4
Oktober 2017.
Sekolah penduduk, “Dasar hukum bela
negara”, dalam www.sekolah
penduduk.com, diakses pada 18
Oktober 2017.
Primadhyta, Safyra, “Impor Indonesia
Naik 11,63 Persen Selama Juni
2015,” CNN Indonesia, dalam
https://www.cnnindonesia.com/
ekonomi/20150715131030-92-66532/
impor-indonesia-naik-1163-persen-
selama-juni-2015/, diakses pada 16
Oktober 2017.
Rosenboim, “Globalism and Nationalism:
Why Interconnectedness Does Not
Threaten, Sovereignty,”Foreign
Affairs-Magazine,dalam https://www.
foreignaffairs.com/articles/2017-07-10/
globalism-and-nationalism, diakses
pada 11 Oktober 2017.

Mencintai Produk Dalam Negeri Sebagai Manifestasi Bela Negara ... | Siswanto | 105

Anda mungkin juga menyukai